21
Minat Belajar Siswa Posted by Hadi Susanto on 12 Mei 2013 Posted in: Uncategorized. & Komentar A. Pendahuluan Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia dan berlangsung sepanjang hayat. Sejak kelahirannya ke dunia, anak memiliki kebutuhan untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap manusia agar dapat melakukan aktivitas sosial di masyarakat tempat mereka berada. Adalah suatu kenyataan, anak sebagai makhluk yang belum dewasa harus ditolong, dibantu, dibimbing, serta diarahkan agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pendidikan formal di sekolah. Pendidikan adalah tujuan sadar yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia, sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada dalam suatu proses yang berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan semuanya berkaitan dalam suatu sistem pendidikan yang integral (Djamarah, 2005:22). Para ahli pendidikan telah menyadari bahwa mutu pendidikan sangat tergantung pada kualitas guru dan praktek pembelajarannya, sehingga peningkatan kualitas pembelajaran merupakan isu mendasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara nasional (Marsigit, 2005:1). Pendidikan pada hakekatnya merupakan upaya untuk mengembalikan dan meningkatkan aktifitas guru dan siswa. Keberhasilan pembelajaran dalam arti tercapainya standar kompetensi sangat tergantung pada kemampuan guru mengolah pembelajaran yang dapat menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar sehingga merupakan titik awal berhasilnya pembelajaran. Rendahnya mutu pendidikan pembelajaran dapat diartikan kurang efektifnya proses pembelajaran. Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang kurang memadai, minat dan motivasi yang rendah, kinerja guru yang rendah akan menyebabkan pembelajaran kurang efektif. Menurut Susilo (1998:42) guru matematika yang baik adalah guru yang mampu mengatasi dan menyelesaikan masalah pembelajaran didalam kelas secara bijaksana. Belajar dan mengajar pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan. Tujuan yang hendak dicapai agar dapat memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap pelajar sebagai bentuk perubahan perilaku siswa dalam belajar. Belajar dan strategi belajar merupakan faktor yang dapat menentukan keberhasilan siswa.

Minat Belajar Siswa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Minat Belajar Siswa

Minat Belajar SiswaPosted by Hadi Susanto on 12 Mei 2013

Posted in: Uncategorized. & KomentarA.    Pendahuluan

Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia dan berlangsung sepanjang hayat. Sejak kelahirannya ke dunia, anak memiliki kebutuhan untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap manusia agar dapat melakukan aktivitas sosial di masyarakat tempat mereka berada. Adalah suatu kenyataan, anak sebagai makhluk yang belum dewasa harus ditolong, dibantu, dibimbing, serta diarahkan agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pendidikan formal di sekolah.

Pendidikan adalah tujuan sadar yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia, sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada dalam suatu proses yang berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan semuanya berkaitan dalam suatu sistem pendidikan yang integral (Djamarah, 2005:22). Para ahli pendidikan telah menyadari bahwa mutu pendidikan sangat tergantung pada kualitas guru dan praktek pembelajarannya, sehingga peningkatan kualitas pembelajaran merupakan isu mendasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara nasional (Marsigit, 2005:1). Pendidikan pada hakekatnya merupakan upaya untuk mengembalikan dan meningkatkan aktifitas guru dan siswa.

Keberhasilan pembelajaran dalam arti tercapainya standar kompetensi sangat tergantung pada kemampuan guru mengolah pembelajaran yang dapat menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar sehingga merupakan titik awal berhasilnya pembelajaran. Rendahnya mutu pendidikan pembelajaran dapat diartikan kurang efektifnya proses pembelajaran. Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang kurang memadai, minat dan motivasi yang rendah, kinerja guru yang rendah akan menyebabkan pembelajaran kurang efektif.

Menurut Susilo (1998:42) guru matematika yang baik adalah guru yang mampu mengatasi dan menyelesaikan masalah pembelajaran didalam kelas secara bijaksana. Belajar dan mengajar pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan. Tujuan yang hendak dicapai agar dapat memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap pelajar sebagai bentuk perubahan perilaku siswa dalam belajar. Belajar dan strategi belajar merupakan faktor yang dapat menentukan keberhasilan siswa.

Dalam proses belajar mengajar, hal yang paling berperan adalah cara guru mengajar atau menyampaikan pelajaran yang bertujuan untuk menarik perhatian siswa. Dalam hal ini metode yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan dan juga alat peraga yang digunakan akan mempermudah siswa untuk memahami materi. Metode yang akan digunakan dapat memberikan kesan agar siswa lebih menyenangi pelajaran tertentu.

Kesulitan maupun kegagalan yang dialami siswa tidak hanya bersumber dari kemampuan siswa yang kurang tetapi ada faktor lain yang turut menentukan keberhasilan siswa dalam belajar yaitu faktor dari luar diri siswa salah satunya adalah kurangnya perhatian siswa saat guru menerangkan, metode yang digunakan guru juga kurang menarik. Metode pembelajaran yang kurang efektif dan efisien, menyebabkan tidak seimbangnya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, misalnya pembelajaran yang monoton dari waktu kewaktu, guru yang bersifat otoriter dan kurang bersahabat dengan siswa sehingga siswa merasa bosan dan kurang minat belajar. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik harus selalu

Page 2: Minat Belajar Siswa

meningkatkan kualitas profesionalismenya yaitu dengan cara memberikan kesempatan belajar kepada siswa dengan melibatkan siswa secara efektif dalam proses belajar mengajar.

Salah satu metode pembelajaran yang digunakan untuk mengantisipasi kelemahan metode konvensional adalah pembelajaran dengan menggunakan metode Montessori. Pembelajaran dengan metode Montessori merupakan suatu pembelajaran dengan unsur permainan (belajar dengan bermain), sehingga siswa merasa gembira, aktif dan penuh semangat dalam belajar. Kesalahan menggunakan metode dapat menghambat tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan. Dampak yang lain adalah rendahnya motivasi dan minat belajar siswa dalam pembelajaran. Metode Montessori ini dirancang untuk menciptakan kerjasama antar siswa agar suasana pembelajaran dikelas menarik dan bisa menciptakan suasana kelas yang hidup. Dalam penelitian ini pada pokok bahasan yang akan dipelajari adalah bangun ruang berupa kubus dan balok, sehingga dalam penjelasan materi yang akan disampaikan perlu adanya alat bantu untuk mempermudah siswa memahami materi.

Azhar Arsyad (2002:2) menyatakan media adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran disekolah pada khususnya. Melalui metode Montessori dengan menggunakan alat peraga pada proses belajar mengajar akan lebih berkesan dan menarik agar meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa sehingga diperoleh prestasi atau hasil belajar yang diharapkan.

Motivasi sebagai keseluruhan daya penggerak siswa didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa dapat tercapai. Motivasi yaitu keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan (Sardiman, 1996: 75). Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan untuk mencapai sasaran atau kepuasan, keberhasilan belajar seseorang tidak lepas dari motivasi orang yang bersangkutan, oleh karena itu pada dasarnya motivasi belajar merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan belajar seseorang. Siswa yang memiliki motivasi luas akan mempunyai banyak aktifitas untuk melakukan kegiatan belajar.

Ditinjau dari segi kekuatan dan kemantapannya, maka motivasi yang timbul dari dalam diri siswa (internal) akan lebih stabil dan mantap dibandingkan dengan perubahan yang terjadi dilingkungan. Oleh karena itu banyak sedikitnya motivasi belajar siswa yang ada pada diri siswa akan mempengaruhi prestasi belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melaksanakan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

Faktor lain yang menunjang keberhasilan belajar siswa adalah minat siswa untuk belajar dan berusaha. Hal ini berarti kesempatan belajar makin banyak dan optimal jika siswa tersebut menunjukkan keseriuasannya dalam mempelajari matematika sehingga dapat membangkitkan minat dan motivasi untuk belajar. Siswa yang telah termotivasi dalam belajar matematika, ia akan lebih bersemangat dalam mempelajarinya sehingga menimbulkan minat belajarnya. Siswa mempunyai minat belajar yang tinggi akan selalu berusaha mencari, menggali dan mengembangkan potensi dasar (bakatnya), sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya diri.

B.    Pengertian Minat Belajar

Untuk memudahkan pemahaman tentang minat belajar, maka dalam pembahasan ini terlebih dahulu akan diuraikan menjadi minat dan belajar. Secara bahasa minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu (Depdikbud, 1990:58). Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang.

Page 3: Minat Belajar Siswa

Minat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Sedangkan pengertian minat secara istilah telah banyak dikemukakan oleh para ahli, di antaranya yang dikemukakan oleh Hilgard yang dikutip oleh Slameto menyatakan “Interest is persisting tendency to pay attention to end enjoy some activity and content (1991:57).

Sardiman A. M. berpendapat bahwa minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhankebutuhannya sendiri (1988:6). Sedangkan menurut Pasaribu dan Simanjuntak mengartikan minat sebagai “suatu motif yang menyebabkan individu berhubungan secara aktif dengan sesuatu yang menariknya (1983:52). Selanjutnya menurut Zakiah Daradjat, dkk., mengartikan minat adalah “kecenderungan jiwa yang tetap ke jurusan sesuatu hal yang berharga bagi orang (1995:133).

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang dikutip di atas dapat disimpulkan bahwa, minat adalah kecenderungan seseorang terhadap obyek atau sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat.

Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah melalui beberapa proses belajar untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahuinya, dan hanya dengan belajar maka ia akan dapat mengetahui, mengerti, dan memahami sesuatu dengan baik. Prestasi belajar adalah hasil yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu sebagai hasil perbuatan belajar (Wuryani, 2002:408). Prestasi belajar sebagai lambang pemuas hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebutkan hal ini sebagai tendensi keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk kebutuhan anak di dalam suatu program pendidikan (Maslow, 1994: 59-62). Tingkat prestasi siswa secara umum dapat dilihat pencapian (penguasaan) siswa terhadap materi pembelajaran. Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65% yang dikuasai oleh siswa peserta didik maka persentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah (Djamarah, 2000: 18).

Sebagaimana dipahami bersama, banyak faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar berupa; kecerdasan, minat (motivasi), konsentrasi, kesehatan jasmani, ambisi dan tekad, lingkungan, cara belajar, perlengkapan, sifat-sifat negative (Thabrany, 1994: 21-41). Lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan harapan yang tinggi dari warga sekolah, kesehatan sekolah, dan kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa merupakan iklim sekolah yang dapat menumbuhkan semangat belajar siswa (Slameto, 2003: 64). prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor sebagai berikut: (1) Faktor dari luar dan instrumental, lingkungan terdiri dari alam dan sosial. Instrumental terdiri dari kurikulum, program, sarana, fasilitas dan guru (tenaga pengajar) dan (2) Faktor dalam terdiri dari fisiologi dan psikologi, fisiologi terdiri dari kondisi fisik secara umum dan kondisi panca indera. Psikologi terdiri dari kecerdasan siswa, minat, minat (motivasi) serta kemampuan kognitif (Suryabrata, 1998: 167).

Lingkungan belajar di sekolah merupakan situasi yang turut serta mempengaruhi kegiatan belajar individu. Hamalik, (2001: 195) menyatakan bahwa lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna atau pengaruh tertentu kepada individu. Kondisi lingkungan belajar yang kondusif baik lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah akan menciptakan ketenangan dan kenyamanan siswa dalam belajar, sehingga siswa akan lebih mudah untuk menguasai materi belajar secara maksimal. Slameto, (2003: 72) menyatakan lingkungan yang baik perlu diusahakan agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap anak atau siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Lingkungan pendidikan dibedakan menjadi tiga bagian yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (Ahmadi dan Uhbiyanti, 1992: 66). Adapun lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lingkungan belajar yang berada disekitar siswa yaitu rumah (keluarga) dan sekolah.

Page 4: Minat Belajar Siswa

Keadaan keluarga yang kurang harmonis, orang tua kurang perhatian terhadap prestasi belajar siswa dan keadaan ekonomi yang lemah atau berlebihan bisa menyebabkan turunnya prestasi belajar anak (Hamalik, 2001: 194). Cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan jelas akan memberikan pengaruh terhadap belajar siswa (Slameto, 2003: 60-64). Demikian juga dengan lingkungan sekolah, kondisi lingkungan sekolah juga dapat mempengaruhi kondisi belajar antara lain adanya guru yang baik dan jumlah yang cukup memadai sesuai dengan jumlah bidang studi yang ditentukan, peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung sekolah yang memenuhi persyaratan bagi berlangsungnya proses belajar yang baik, adanya teman dan keharmonisan diantara semua personil sekolah (Hakim, 2002: 18). Aspek lingkungan sekolah meliputi: (1) Relasi guru dan siswa, Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab, menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar. juga siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar, (2) Relasi siswa dengan siswa, Bila di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat, maka jiwa kelas tidak terbina bahkan hubungan kebersamaan siswa tidak tampak, (3) Sarana belajar, Sarana belajar yang cukup memadai membuat siswa lebih bersemangat dalam belajar, dan (4) Disiplin sekolah, Peraturan sekolah yang tegas dan tertib akan membantu kedisiplinan siswa dalam menjalankan kegiatan belajar (Slameto, 2003: 65-69).

Faktor lain yang turut mempengaruhi prestasi belajar akuntansi adalah motivasi/minat belajar. Motivasi/minat dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitasaktivitas tertentu dalam mencapai tujuan (Sardiman, 2004: 73). Menurut Donald dalam Sardiman, (2004: 73), Motivasi (minat) adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Maksud dari pernyataan tersebut adalah motivasi (minat) akan menyebabkan terjadinya perubahan energi yang ada dalam diri individu, sehingga akan berkaitan dengan persoalan gejala kejiwaan atau psikologi seseorang, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.

Motivasi (minat) belajar mempunyai fungsi untuk (a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi, (b) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dan (c) Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut (Sardiman, 2004: 85). Donald dalam Soemanto, (1998: 203) memberikan definisi minat (motivasi) sebagai suatu perubahan tenaga di dalam diri/pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi dalam usaha-usaha mencapai tujuan. Dorongan afektif tersebut terlihat nyata dalam tingkah laku manusia.

Hamalik, (2001: 158) berpendapat bahwa minat (motivasi) adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Tanpa adanya tujuan, orang tidak akan berminat (motivasi) untuk berbuat sesuatu. Seorang siswa melakukan kegiatan belajar selalu mempunyai tujuan mengapa ia melakukan kegiatan belajar tersebut. Oleh karena itu, minat (motivasi) merupakan faktor penting dalam kegiatan belajar. Adanya minat (motivasi) diharapkan dapat memperoleh hasil yang memuaskan dalam setiap kegiatan. Hamalik, (2001: 110) yang menyatakan bahwa belajar tanpa adanya minat (motivasi) kiranya sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal. Hal ini juga didukung oleh pendapat Dalyono, (1997: 57) yang menyatakan bahwa kuat lemahnya minat (motivasi) seseorang turut mempengaruhi keberhasilan. Oleh karena itu dalam kegiatan belajar, minat (motivasi) dalam belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita senantiasa memasang tekad bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar.

Dalam kegiatan proses pembelajaran, minat/motivasi merupakan aspek yang sangat penting, hal ini dikarenakan (a) motivasi (minat) memberi semangat terhadap seorang peserta didik dalam kegiatan-kegiatan belajarnya, (b) motivasi (minat) perbuatan merupakan pemilih dari tipe kegiatan-kegiatan dimana seseorang

Page 5: Minat Belajar Siswa

berkeinginan untuk melakukannya, dan (c) motivasi (minat) juga memberi petunjuk pada tingkah laku (Rusyan, dkk., 1989: 96-97). Sardiman, (2004: 83) mengemukakan ciri-ciri seseorang yang memiliki minat (motivasi) tinggi yaitu berupa; (1) Tekun dalam menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai), (b) Ulet menghadapi kesulitan ridak (tidak lekas putus asa), (c) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, (d) Lebih senang bekerja mandiri, (e) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang berifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif), (f) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yankin akan sesuatu), (g) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu, dan (h) Senang mencari dan memecahkan maslah soal-soal.

Tingkah laku siswa ketika mengikuti proses belajar mengajar dapat mengindikasikan akan ketertarikan siswa tersebut terhadap pelajaran itu atau sebaliknya, ia merasa tidak tertarik dengan pelajaran tersebut. Ketertarikan siswa inilah yang merupakan salah satu tanda-tanda minat belajar. Menurut M. Alisuf Sabri Minat belajar adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus, minat belajar ini erat kaitannya dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat belajar itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu, orang yang berminat belajar kepada sesuatu berarti ia sikapnya senang kepada sesuatu (1995 : 84).

Ahli lain mengatakan bahwa minat belajar adalah .kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Muhibbin Syah, 2001 : 136). Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba, “Minat belajar adalah .kecenderungan jiwa kepada sesuatu, karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu, pada umumnya disertai dengan perasaan senang akan sesuatu itu (1980 : 79). Menegaskan pendapat tersebut,  Mahfudh Shalahuddin mengemukakan bahwa minat belajar adalah .perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan. Dengan begitu minat belajar, sangat menentukan sikap yang menyebabkan seseorang aktif dalam suatu pekerjaan, atau dengan kata lain, minat belajar dapat menjadi sebab dari suatu kegiatan (1990 : 95). Sedangkan menurut Crow dan Crow bahwa .minat belajar atau interest bias berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita untuk cendrung atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan, ataupun bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri (dalam Abd. Rachman Abror, 1993 : 112).

Dari kelima pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa minat belajar akan timbul apabila mendapatkan rangsangan dari luar. Dan kecenderungan untuk merasa tertarik pada suatu bidang bersifat menetap dan merasakan perasaan yang senang apabila ia terlibat aktif didalamnya. Perasaan senang ini timbul dari lingkungan atau berasal dari objek yang menarik.

Belajar menurut bahasa adalah usaha (berlatih) dan sebagai upaya mendapatkan kepandaian (Poerwadarminta, 1976:965). Sedangkan menurut istilah yang dipaparkan oleh beberapa ahli, di antaranya oleh Ahmad Fauzi yang mengemukakan belajar adalah “Suatu proses di mana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi (atau rangsang) yang terjadi (2004:44). Kemudian Gronback mengatakan “Learning is show by a behavior as a result of experience (dalam Slameto, 1991:2). Selanjutnya Moh.Uzer Usman dan Lilis Setiawati mengartikan “belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya (2002:4). Nana Sudjana mengatakan “belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu (1987:28).

Dari beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku individu dari hasil pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku tersebut, baik dalam aspek pengetahuannya (kognitif), keterampilannya (psikomotor), maupun sikapnya (afektif). Sedangkan dari pengertian minat dan pengertian belajar seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah sesuatu keinginan atau kemauan yang disertai perhatian

Page 6: Minat Belajar Siswa

dan keaktifan yang disengaja yang akhirnya melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan.

C.     Unsur-Unsur Minat dan Fungsi Minat dalam Belajar

1.      Unsur-unsur Minat

a.      Perhatian

Perhatian sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan dengan baik, dan hal ini akan berpengaruh pula terhadap minat siswa dalam belajar. Menurut Sumadi Suryabrata “perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan (1989:14).. Kemudian Wasti Sumanto berpendapat bahwa perhatian adalah pemusatan tenaga atau kekuatan jiwa tertentu kepada suatu obyek, atau pendayagunaan kesadaran untuk menyertai suatu aktivitas (1984:32). Aktivitas yang disertai dengan perhatian intensif akan lebih sukses dan prestasinya pun akan lebih tinggi. Maka dari itu sebagai seorang guru harus selalu berusaha untuk menarik perhatian anak didiknya sehingga mereka mempunyai minat terhadap pelajaran yang diajarkannya. Orang yang menaruh minat pada suatu aktivitas akan memberikan perhatian yang besar. Ia tidak segan mengorbankan waktu dan tenaga demi aktivitas tersebut. Oleh karena itu seorang siswa yang mempunyai perhatian terhadap suatu pelajaran, ia pasti akan berusaha keras untuk memperoleh nilai yang bagus yaitu dengan belajar.

b.      Perasaan

Unsur yang tak kalah pentingnya adalah perasaan dari anak didik terhadap pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Perasaan didefinisikan “sebagai gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak dalam berbagai taraf (Suryabrata, 1989:66). Tiap aktivitas dan pengalaman yang dilakukan akan selalu diliputi oleh suatu perasaan, baik perasaan senang maupun perasaan tidak senang. Perasaan umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenal artinya perasaan dapat timbul karena mengamati, menganggap, mengingat-ingat atau memikirkan sesuatu. Yang dimaksud dengan perasaan di sini adalah perasaan senang dan perasaan tertarik. “Perasaan merupakan aktivitas psikis yang di dalamnya subjek menghayati nilai-nilai dari suatu objek (Winkell, 1983:30).

Perasaan sebagai faktor psikis non intelektual, yang khusus berpengaruh terhadap semangat belajar. Jika seorang siswa mengadakan penilaian yang agak spontan melalui perasaannya tentang pengalaman belajar di sekolah, dan penilaian itu menghasilkan penilaian yang positif maka akan timbul perasaan senang di hatinya akan tetapi jika penilaiannya negatif maka timbul perasaan tidak senang. Perasaan senang akan menimbulkan minat, yang diperkuat dengan sikap yang positif. Sedangkan perasaan tidak senang akan menghambat dalam mengajar, karena tidak adanya sikap yang positif sehingga tidak menunjang minat dalam belajar.

c.      Motif

Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan “sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan kreativitas tertentu demi mencapai suatu tujuan (Sardiman, 1986:73). Menurut Sumadi Suryabrata, motif adalah “keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencari suatu tujuan (1989:32). Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya. Dalam hal ini motivasi sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk belajar. Dan minat merupakan potensi psikologi

Page 7: Minat Belajar Siswa

yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentangan waktu tertentu.

Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran menjadi pangkal penyebab kenapa anak didik tidak bergeming untuk mencatat apa-apa yang telah disampaikan oleh guru. Itulah sebagai pertanda bahwa anak didik tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Oleh karena itu guru harus bisa membangkitkan minat anak didik. Sehingga anak didik yang pada mulanya tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar.

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Dan segala sesuatu yang menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, apa yang seseorang lihat sudah tentu membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Jadi motivasi merupakan dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang sehingga ia berminat terhadap sesuatu objek, karena minat adalah alat motivasi dalam belajar.

2.      Fungsi Minat dalam Belajar

Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan. Jika seorang siswa memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya. Elizabeth B. Hurlock menulis tentang fungsi minat bagi kehidupan anak sebagaimana yang ditulis oleh Abdul Wahid sebagai berikut.a.    Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita. Sebagai contoh anak yang berminat pada olah

raga maka cita-citanya adalah menjadi olahragawan yang berprestasi, sedang anak yang berminat pada kesehatan fisiknya maka cita-citanya menjadi dokter.

b.     Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat. Minat anak untuk menguasai pelajaran bisa mendorongnya untuk belajar kelompok di tempat temannya meskipun suasana sedang hujan.

c.    Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas. Minat seseorang meskipun diajar oleh guru yang sama dan diberi pelajaran tapi antara satu anak dan yang lain mendapatkan jumlah pengetahuan yang berbeda. Hal ini terjadi karena berbedanya daya serap mereka dan daya serap ini dipengaruhi oleh intensitas minat mereka.

d.    Minat yang terbentuk sejak kecil/masa kanak-kanak sering terbawa seumur hidup karena minat membawa kepuasan. Minat menjadi guru yang telah membentuk sejak kecil sebagai misal akan terus terbawa sampai hal ini menjadi kenyataan. Apabila ini terwujud maka semua suka duka menjadi guru tidak akan dirasa karena semua tugas dikerjakan dengan penuh sukarela. Dan apabila minat ini tidak terwujud maka bisa menjadi obsesi yang akan dibawa sampai mati (Abdul Wahid, 1998:109-110).

Dalam hubungannya dengan pemusatan perhatian, minat mempunyai peranan dalam “melahirkan perhatian yang serta merta, memudahkan terciptanya pemusatan perhatian, dan mencegah gangguan perhatian dari luar (The Liang Gie, 2004:57). Oleh karena itu minat mempunyai pengaruh yang besar dalam belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tersebut tidak akan belajar dengan sebaik- baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Sedangkan bila bahan pelajaran itu menarik minat siswa, maka ia akan mudah dipelajari dan disimpan karena adanya minat sehingga menambah kegiatan belajar.

Fungsi minat dalam belajar lebih besar sebagai motivating force yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk

Page 8: Minat Belajar Siswa

tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran. mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk terus tekun karena tidak ada pendorongnya. Oleh sebab itu untuk memperoleh hasil yang baik dalam belajar seorang siswa harus mempunyai minat terhadap pelajaran sehingga akan mendorong ia untuk terus belajar.

D.      Aspek-aspek Minat Belajar

Seperti yang telah di kemukakan bahwa minat belajar dapat diartikan sebagai suatu ketertarikan terhadap suatu objek yang kemudian mendorong individu untuk mempelajari dan menekuni segala hal yang berkaitan dengan minat belajarnya tersebut. Minat belajar yang diperoleh melalui adanya suatu proses belajar dikembangkan melalui proses menilai suatu objek yang kemudian menghasilkan suatu penilaian . penilaian tertentu terhadap objek yang menimbulkan minat belajar seseorang.

Penilaian-penilaian terhadap objek yang diperoleh melalui proses belajar itulah yang kemudian menghasilkan suatu keputusan mengenal adanya ketertarikan atau ketidaktertarikan seseorang terhadap objek yang dihadapinya. Hurlock mengatakan .minat belajar merupakan hasil dari pengalaman atau proses belajar. Lebih jauh ia mengemukakan bahwa minat belajar memiliki dua aspek yaitu:

a. Aspek Kogniti. Aspek ini didasarkan pada konsep yang dikembangkan seseorang mengenai bidang yang berkaitan dengan minat belajar. Konsep yang membangun aspek kognitif di dasarkan atas pengalaman dan apa yang dipelajari dari lingkungan.

b.  Aspek Afektif. Aspek afektif ini adalah konsep yang membangun konsep kognitif dan dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan atau objek yang menimbulkan minat belajar. Aspek ini mempunyai peranan yang besar dalam meminatkan tindakan seseorang (Hurlock, 1990 : 422).

Berdasarkan uraian tersebut, maka minat belajar terhadap mata pelajaran yang dimiliki seseorang bukan bawaan sejak lahir, tetapi dipelajari melalui proses penilaian kognitif dan penilaian afektif seseorang yang dinyatakan dalam sikap. Dengan kata lain, jika proses penilaian kognitif dan afektif seseorang terhadap objek minat belajar adalah positif maka akan menghasilkan sikap yang positif dan dapat menimbulkan minat belajar.

E.      Indikator Minat Belajar

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia indikator adalah alat pemantau (sesuatu) yang dapat memberikan petunjuk/keterangan (Depdikbud, 1991: 329). Kaitannya dengan minat belajar siswa maka indikator adalah sebagai alat pemantau yang dapat memberikan petunjuk ke arah minat belajar. Ada beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar belajar yang tinggi hal ini dapat dikenali melalui proses belajar di kelas maupun di rumah.

1.      Perasaan Senang

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran Sains misalnya, maka ia harus terus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan Sains. Sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.

2.     Perhatian dalam Belajar

Page 9: Minat Belajar Siswa

Adanya perhatian juga menjadi salah satu indikator minat belajar. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Seseorang yang memiliki minat belajar pada objek tertentu maka dengan sendirinya dia akan memperhatikan objek tersebut. Misalnya, seorang siswa menaruh minat belajar terhadap pelajaran Sains, maka ia berusaha untuk memperhatikan penjelasan dari gurunya.

3.      Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik

Tidak semua siswa menyukai suatu mata pelajaran pelajaran karena faktor minat belajarnya sendiri. Ada yang mengembangkan minat belajarnya terhadap bidang pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya, teman sekelas, bahan pelajaran yang menarik. Lama-kelamaan jika siswa mampu mengembangkan minat belajarnya terhadap mata pelajaran niscaya ia bisa memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong siswa yang berkemampuan rata-rata. Sebagaimana dikemukakan oleh Brown yang dikutip oleh Ali Imran sebagai berikut.

Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh, tertarik kepada mata

pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya

terutama kepada guru, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin identitas dirinya

diketahui oleh orang lain, tindakan kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontroldiri, selalu

mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungannya (1996 :

88).

4.      Manfaat dan Fungsi Mata Pelajaran

Selain adanya perasaan senang, perhatian dalam belajar dan juga bahan pelajaran serta sikap guru yang menarik. Adanya manfaat dan fungsi pelajaran (dalam hal ini pelajaran Sains) juga merupakan salah satu indikator minat belajar. Karena setiap pelajaran mempunyai manfaat dan fungsinya. Seperti contoh misalnya pelajaran Sains banyak memberikan manfaat kepada siswa bila SAINS tidak hanya dipelajari di sekolah tetapi juga dipelajari sebaliknya bila siswa tidak membaca pelajaran Sains maka siswa tidak dapat merasakan manfaat yang terdapat dalam pelajaran Sains tersebut.

F.   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

Salah satu pendorong dalam keberhasilan belajar adalah minat belajar terutama minat belajar yang tinggi. Minat belajar itu tidak muncul dengan sendirinya akan tetapi banyak faktor yang dapat mempengaruhi munculnya minat belajar. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar belajar siswa antara lain sebagai berikut.

1.      Minat

Minat belajar seseorang akan semakin tinggi bila disertai minat, baik yang bersifat internal ataupun eksternal. Menurut D.P. Tampubolon minat belajar merupakan .perpaduan antara keinginan dan kemampuan yang dapat berkembang jika ada minat (1993 : 41). Seorang siswa yang ingin memperdalam Ilmu Pengetahuan

Page 10: Minat Belajar Siswa

tentang tafsir misalnya, tentu akan terarah minat belajarnya untuk membaca buku-buku tentang tafsir, mendiskusikannya, dan sebagainya.

2.      Belajar

Minat belajar dapat diperoleh melalui belajar, karena dengan belajar siswa yang semula tidak menyenangi suatu pelajaran tertentu, lama kelamaan lantaran bertambahnya pengetahuan mengenai pelajaran tersebut, minat belajar pun tumbuh sehingga ia akan lebih giat lagi mempelajari pelajaran tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Singgih D. Gunarsa dan Ny. Singgih D.G bahwa .minat belajar akan timbul dari sesuatu yang diketahui dan kita dapat mengetahui sesuatu dengan belajar, karena itu semakin banyak belajar semakin luas pula bidang minat belajar (1989 : 68).

3.     Bahan Pelajaran dan Sikap Guru

Faktor yang dapat membangkitkan dan merangsang minat belajar adalah faktor bahan pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Bahan pelajaran yang menarik minat belajar siswa, akan sering dipelajari oleh siswa yang bersangkutan. Dan sebaliknya bahan pelajaran yang tidak menarik minat belajar siswa tentu akan dikesampingkan oleh siswa, sebagaimana telah disinyalir oleh Slameto bahwa minat belajar mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat belajar siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya (1991 : 187).

Guru juga salah satu obyek yang dapat merangsang dan membangkitkan minat belajar belajar siswa. Menurut Kurt Singer, “Guru yang berhasil membina kesediaan belajar murid-muridnya, berarti telah melakukan hal-hal yang terpenting yang dapat dilakukan demi kepentingan murid-muridnya (1987 : 93). Guru yang pandai, baik, ramah , disiplin, serta disenangi murid sangat besar pengaruhnya dalam membangkitkan minat belajar murid. Sebaliknya guru yang memiliki sikap buruk dan tidak disukai oleh murid, akan sukar dapat merangsang timbulnya minat belajar dan perhatian murid.

Bentuk-bentuk kepribadian gurulah yang dapat mempengaruhi timbulnya minat belajar siswa. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar guru harus peka terhadap situasi kelas. Ia harus mengetahui dan memperhatikan akan metode-metode mengajar yang cocok dan sesuai denga tingkatan kecerdasan para siswanya, artinya guru harus memahami kebutuhan dan perkembangan jiwa siswanya.

4.      Keluarga

Orang tua adalah orang yang terdekat dalam keluarga, oleh karenanya keluarga sangat berpengaruh dalam menentukan minat belajar seorang siswa terhadap pelajaran. Apa yang diberikan oleh keluarga sangat berpengaruhnya bagi perkembangan jiwa anak. Dalam proses perkembangan minat belajar diperlukan dukungan perhatian dan bimbingan dari keluarga khususnya orang tua.

5.     Teman Pergaulan 

Melalui pergaulan seseorang akan dapat terpengaruh arah minat belajarnya oleh teman-temannya, khususnya teman akrabnya. Khusus bagi remaja, pengaruh teman ini sangat besar karena dalam pergaulan itulah mereka memupuk pribadi dan melakukan aktifitas bersamasama untuk mengurangi ketegangan dan kegoncangan yang mereka alami.

Page 11: Minat Belajar Siswa

6.     Lingkungan 

Melalui pergaulan seseorang akan terpengaruh minat belajarnya. Hal ini ditegaskan oleh pendapat yang dikemukakan oleh Crow& Crow bahwa .minat belajar dapat diperoleh dari kemudian sebagai dari pengalaman mereka dari lingkungan di mana mereka tinggal (1988 : 352). Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat bergaul, juga tempat bermain sehari-hari dengan keadaan alam dan iklimnya, flora serta faunanya. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bergantung kepada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya (M. Dalyono, 1997 : 130).

7.      Cita-cita 

Setiap manusia memiliki cita-cita di dalam hidupnya, termasuk para siswa. Cita-cita juga mempengaruhi minat belajar belajar siswa, bahkan cita-cita juga dapat dikatakan sebagai perwujudan dari minat belajar seseorang dalam prospek kehidupan di masa yang akan datang. Cita-cita ini senantiasa dikejar dan diperjuangkan, bahkan tidak jarang meSainspun mendapat rintangan, seseorang tetap beruaha untuk mencapainya.

8.      Bakat

Melalui bakat seseorang akan memiliki minat belajar. Ini dapat dibuktikan dengan contoh: bila seseorang sejak kecil memiliki bakat menyanyi, secara tidak langsung ia akan memiliki minat belajar dalam hal menyanyi. Jika ia dipaksakan untuk menyukai sesuatu yang lain, kemungkinan ia akan membencinya atau merupakan suatu beban bagi dirinya. Oleh karena itu, dalam memberikan pilihan baik sekolah maupun aktivitas lainnya sebaiknya disesuaikan dengan bakat dimiliki.

9.     Hobi

Bagi setiap orang hobi merupakan salah satu hal yang menyebabkan timbulnya minat belajar. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki hobi terhadap matematika maka secara tidak langsung dalam dirinya timbul minat belajar untuk menekuni ilmu matematika, begitupun dengan hobi yang lainnya. Dengan demikian, faktor hobi tidak bias dipisahkan dari faktor minat belajar.

10.     Media Massa

Apa yang ditampilkan di media massa, baik media cetak atau pun media elektronik, dapat menarik dan merangsang khalayak untuk memperhatikan dan menirunya. Pengaruh tersebut menyangkut istilah, gaya hidup, nilai-nilai, dan juga perilaku sehari-hari. Minat belajar khalayak dapat terarah pada apa yang dilihat, didengar, atau diperoleh dari media massa.

11.     Fasilitas

Berbagai fasilitas berupa sarana dan prasarana, baik yang berada di rumah, di sekolah, dan di masyarakat memberikan pengaruh yang positif dan negatif. Sebagai contoh, bila fasilitas yang mendukung

Page 12: Minat Belajar Siswa

upaya pendidikan lengkap tersedia, maka timbul minat belajar anak untuk menambah wawasannya. Tetapi apabila fasilitas yang ada justru mengikis minat belajar pendidikannya, seperti merebaknya tempattempat hiburan yang ada di kota-kota besar, tentu hal ini berdampak negatif bagi pertumbuhan minat belajar tersebut.

Referensi

Abror, Abd. Rachman. Psykologi Pendidikan. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.

Ahmad, Fauzi. 2004. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyanti. 1992. Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rhineka Cipta.

Badudu, J.S, dan Sultan M. Zein. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan.

Dalyono, 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Daradjat, Zakiah dkk. 1995. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara,

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kurikulum 2004 Kerangka Dasar, Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdikbud. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.

Jakarta : Rhineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional,

Efendi, Usman dan Juhaya S Praja. 1993. Pengantar Psikologi. Bandung: Angkasa

Gie, The Liang. 2004. Cara Belajar Yang Baik Bagi Mahasiswa. Yogyakarta: Gajah Mada Press.

Habeyh. 1974. Kamus Populer. Jakarta: Centre.

Page 13: Minat Belajar Siswa

Hadari Nawawi. 1981. Pengaruh Hubungan Manusia dikalangan Murid terhadap Prestasi Belajar di

SD. Jakarta: Analisa          Pendidikan

Hakim, Thursan. 2002. Belajar Secara Efektif. Jakarta : Puspa Suara.

Hallen A., . 2002. Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputat Pers.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Herman Wasito. 1992. Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hlen. 2002. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Pers

Hurlock, Elizabeth. 1990.  Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga.

Imran, Ali. 1996.  Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.

Kurt Singer, 1987. Membina Hasrat Belajar di Sekolah, (Terj. Bergman Sitorus). Bandung: Remaja

Rosda Karya.

Marimba, Ahmad D. 1980. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT. Alma.arif.

Nasution, S. 1998. Didaktik Azas-Azas Mengajar, Bandung: Jemmar.

Nasution, S. 1998. Didaktik Azas-Azas Mengajar. Bandung; Jemmars.

Naziri, Mohamad. 1998.  Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pasaribu, IL., dan Simanjuntak. 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.

Poerwadarminta, W.J.S. 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Rusyan, A. Tabrani dkk. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : CV. Remaja

Karya.

Sabri, M. Alisuf. 1995. Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya

Page 14: Minat Belajar Siswa

Sardiman A. M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali

Sardiman A. M. 1988. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali

Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Shahuddin, Mahfudh. 1990. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: Bina Ilmu.

Singer, Kurt. 1987. Membina Hasrat Belajar di Sekolah, (Terj. Bergman Sitorus), Bandung: Remaja

Rosda Karya,

Singgih D.Gunarsa. dan Ny. SDG. 1989. Psikologi Perawatan. Jakarta: BPK Gunung Mulia,

Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 1987. Dasar-dasar Proses Belajar Mengaja. Bandung: Balai Pustaka.

Sudjana, Nana. 1992. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.

Sumanto, Wasty. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.

Suryabrata, Sumadi. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali.

Sutrisno Hadi. 1991. Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset.

Syah, Muhibbin. 2001. Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Syah, Muhibin. 1997. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Page 15: Minat Belajar Siswa

Syah, Muhibin. 2001 Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Tampubolon, D.P. 1993. Mengembangkan Minat Membaca Pada Anak, Bandung: Angkasa,.

Thabrany, Hasbullah. 1994. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada..

Usman, Moh. Uzer dan Lilis Setiawati. 2002. Upaya Optimalisasi Kegiatan belajar mengajar.

Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Wahid, Abdul. 1998. Menumbuhkan Minat dan Bakat Anak” dalam Chabib Toha (eds), PBMPAI di

Sekolah Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Winkell, WS. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.

Wuryani, Sri Estuti. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.