1
UNIT kegiatan maha- siswa (UKM) seperti tari, band, fotogra, atau gambar sudah pasti terli- hat eksis dengan tampi- lan yang indah. Tetapi mari kita lihat suka duka UKM radio yang selalu berusaha berbicara, on air. Meskipun kemungkinan didengarnya kecil sekali. UKM Radio Universitas Budi Luhur (UBL) yang sempat vakum, sekarang kembali dibangun. Sekarang proses untuk didengar teman seperguruan masih terus diupaya- kan. Paling tidak di telepon seluler teman sekampus, alamat radio kampus dengan frekuensi 107,7 FM ada dalam daftar. Lalu bagaimana cara mereka mengetahui itu ya? “Rasanya senang banget ketika ada feedback dari teman kampus sendiri, senang, bisa dari SMS request lagu atau kri- tik penyiarnya,” ujar Kei Cida, salah satu produser program radio kampus yang jangkauan siarannya mencapai 2 kilometer sekitar kam- pus UBL di Petukangan, Jakarta Selatan. Sama seperti layaknya sebuah radio, SMS digunakan untuk mendekatkan penyiar dengan pendengar. Pesan seperti request lagu akan menjadi tolok ukur tersendiri buat mereka. Semakin banyak SMS yang masuk, berarti usaha mereka untuk eksis di kampus sendiri enggak sia-sia. Meskipun kadang tidak ada sama sekali katanya, hehe. Revisi program juga mereka lakukan mengi- kuti cara radio komersial. Pro- gram yang enggak laku, sesegera mungkin diubah jadi menarik. Penguatan konsep dan materi masih terus dilakukan. Apalagi semua masih dalam tahap serbabe- lajar dan mengoleksi pengalaman. “Sekarang kami dalam tahap pendewasaan, karena masih ada juga penyiar yang kabur-kaburan,” kata Dion, sang program director. Tetap semangat ya! (*/M-2) SELALU ada cerita seru dari acara wisuda. Pada 14 Oktober 2010, Uni- versitas Indonusa Esa Unggul mewisuda tak kurang 400 mahasiswa- nya. Acara berlangsung di kampus Indonusa di kawasan Jakarta Barat. Mereka yang men- genakan toga hari itu adalah para alumnus diploma tiga, empat, sarjana, dan pascasarjana. Wakil Menteri Pekerjaan Umum A Hermanto Dardak membawakan orasi ilmiah berjudul Paradigma Penataan Ruang dalam Dekade 2010- 2020. Hermanto mengungkapkan, para wisudawan yang akan segera memasuki dunia nyata seusai mengantongi gelar masing-masing memiliki kapasitas untuk membentuk kultur dan etika pem- bangunan yang lebih berperspektif jangka panjang. “Publik butuh ruang kehidupan yang lebih berkualitas, aman, nya- man, produktif, dan berkelanjutan. Maka, penataan ruang menjadi makin strategis. Kota-kota dan ne- gara akan bersaing ketat satu de- ngan lainnya untuk memanfaatkan sumber daya yang makin terbatas, se- mentara pasar se- makin terfragmentasi,” kata Hermanto. Kota-kota di Indone- sia, kata Hermanto, ha- rus memiliki daya saing internasional, dilengkapi infrastruktur yang me- madai sekaligus bersaha- bat dengan alam, salah satunya dengan menye- diakan 30% dari lahannya untuk ruang terbuka hijau. “Studi UNDP menunjukkan 42 juta penduduk Indonesia atau 19% total penduduk negeri ini tinggal di dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 10 meter di atas permu- kaan laut. Kenaikan muka air laut di wilayah Indonesia diperkirakan mencapai 6 hingga 8 cm per deka- de,” kata Hermanto. (M-2) N AMA Mery Kasi- man mungkin su- dah enggak asing di kalangan para pencinta jazz. Ia dikenal sebagai pianis yang juga piawai sebagai penata sekaligus pengarah musik. Pada Agustus lalu, ia meng- gelar pertunjukkan Mery Kasiman Big Band Project, di bilangan Menteng, Jakarta Pusat. Saat itu, jebolan program master Institut Musik Daya ini memimpin pertunjukan. Ia menjadi komposer atau penata suara pada pertunjukkan yang diisi gitaris Dewa Budjana, pemain bas Barry Likumahuwa, pemain saksofon Arief Setiadi, dan pianis Riza Arshad. Saat itu, Mery mengaranse- men karya-karya Thelonious Monk dan John Coltrane yang menurutnya sangat banyak, tapi jarang dimainkan. Proyek musik itu menuai apresiasi. Ingin tahu tentang Merry, simak obrolannya dengan Move ya! Lagi sibuk apa? Saat ini aku mengajar di Insti- tut Musik Daya Indonesia, dan privat di PonpinMusic. Aku juga sedang mempersiapkan dua proyek proposal, yang satu formatnya seperti Serambi Jazz 12 Agustus lalu, yang satu lagi dengan format piano, bas, dan vokal. Aku juga turut membantu lm scorer Aksan dan Titi Sjuman, se- bagai copyist atau orkestrator. Sejak kapan kamu kenal musik? Umur tujuh tahun. Karena memang suka musik, jadi rasa penasarannya tinggi dan ingin belajar terus, akhirnya malah jadi profesi. Kalau susah apa enggaknya itu relatif. Masih main piano? Masih, biasanya untuk per- tunjukan atau festival juga membantu proyek teman-te- man. Ceritakan soal Mery Kasi- man Project Agustus kemarin dong? Sekitar tahun lalu, ngobrol sama Mas Rizal Arshad. Kebe- tulan beliau kuratornya Seram- bi Jazz. Lalu ditawari main dan isi acara, aku mau banget. Namun, masih dalam bentuk project, karena aku belum ada kelompok tetap. Setelah kumpu- lin orang, dikenalin, ajak untuk main, ternyata pada welcome, jadi deh, hehe. Kenapa memilih konsep big band? Jazz band memang ada stan- dar isinya, 15 orang. Namun, kemarin itu aku enggak sampai bawa orang segambreng. Aku enggak ikutin standar jazz band. Aku banyakin di klarinet sama flute saja. Soalnya aku suka suaranya. Menurut kamu, sebuah kon- ser dinilai berhasil jika? Semua faktor, seperti kuali- tas pertunjukan, musiknya bisa diterima atau tidak, dan pemainnya harus have fun di atas panggung dan tentunya maksimal. Kalau detail kerja pengarah musik? Penata musik detail kerjanya antara lain adalah menentukan karya atau repertoar yang akan dimainkan dalam pertunjukan, baik orisinal atau aransemen karya komposer lain. Terus, memilih instrumentasi yang akan digunakan dan membuat orkestrasi atau mengaransi karya-karya dalam format instrumen-instrumen yang su- dah dipilih. Selanjutnya memi- lih pemain yang akan terlibat, membuat partitur untuk semua pemain, memimpin latihan dan pertunjukan. Pilih jadi pianis atau penga- rah musik? Aku saat ini lebih ingin fokus sebagai pengarah musik karena banyak bisa bereksplorasi, bu- kan hanya dengan musik dan instrumen, melainkan juga dengan para pekerja seni dan konsep-konsep pertunjukan. Juga bisa mengubah ide men- jadi kenyataan, ide-ide yang ada dituangkan dalam konsep pertunjukan baik secara musik, instrumen, atau penataan pang- gung. Sangatlah menyenang- kan, dan tentunya membuka ruang eksplorasi yang sangat luas. Rencana ke depan? Ingin terus berkarya dan berkontribusi dalam bidang musik. Supaya bisa membagi- kan apa yang sudah saya da- pat ke orang lain. Karena saya merasa banyak diberikan ber- kat, dan wajib membaginya pada orang lain. Keinginan dalam waktu dekat? Masih sangat ingin bela- jar komposisi dan conducting, mudah-mudahan ada kesem- patan, untuk diajarkan juga nantinya. Untuk project yang seperti Serambi Jazz Agustus lalu, sedang kupersiapkan untuk festival-festival, mudah- mudahan semua lancar supaya bisa kembali berpentas. Pesan untuk teman-teman? Our passion is our duty in life, so make sure we do what we like! (M-2) LAHIR DI MANA, KAPAN Jakarta, 29 November 1982 PENDIDIKAN Master of music, Institut Musik Daya Indonesia, 2008-2009 Bachelor of music, Institut Musik Daya Indonesia, 2005-2008 PROFESI Musisi PENCAPAIAN : Copyist dan Orchestrator Film Scorer Aksan dan Titi Sjuman, 2010. • Komposer pertunjukan Perempuan Itu Cina dibawakan oleh PEQHO Theater pada Panggung Dari Perempuan II, 2010 • Pemimpin Mery Kasiman Big Band Project, featuring Riza Arshad, Dewa Budjana, Arief Setijadi, Barry Likumahuwa, 2010 | 19 MINGGU, 24 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA Isu Lingkungan saat Wisuda Radio Kampus UBL di 107,7 FM DOK ILHAM AKBAR MI/IIS EVENT EKSIS Eksplorasi Musik Mery Eksplorasi Musik Mery Mery Kasiman DOK PRIBADI

MINGGU, 24 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA Eksplorasi … filerequest lagu akan menjadi tolok ukur tersendiri buat mereka. Semakin banyak ... Masih, biasanya untuk per-tunjukan atau

  • Upload
    lequynh

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MINGGU, 24 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA Eksplorasi … filerequest lagu akan menjadi tolok ukur tersendiri buat mereka. Semakin banyak ... Masih, biasanya untuk per-tunjukan atau

UNIT kegiatan maha-siswa (UKM) seperti tari, band, fotografi , atau gambar sudah pasti terli-hat eksis dengan tampi-lan yang indah. Tetapi mari kita lihat suka duka UKM radio yang selalu berusaha berbicara, on air. Meskipun kemungkinan didengarnya kecil sekali.

UKM Radio Universitas Budi Luhur (UBL) yang sempat vakum, sekarang kembali dibangun. Sekarang proses untuk didengar teman seperguruan masih terus diupaya-kan. Paling tidak di telepon seluler teman sekampus, alamat radio kampus dengan frekuensi 107,7 FM ada dalam daftar. Lalu bagaimana cara mereka mengetahui itu ya?

“Rasanya senang banget ketika ada feedback dari teman kampus

sendiri, senang, bisa dari SMS request lagu atau kri-

tik penyiarnya,” ujar Kei Cida, salah satu produser program radio kampus yang jangkauan siarannya mencapai 2 kilometer sekitar kam-pus UBL di Petukangan, Jakarta Selatan.

Sama seperti layaknya sebuah radio, SMS digunakan untuk mendekatkan penyiar dengan

pendengar. Pesan seperti request lagu akan menjadi tolok ukur tersendiri buat mereka. Semakin banyak SMS yang masuk, berarti usaha mereka untuk eksis di kampus sendiri enggak sia-sia. Meskipun kadang tidak ada sama sekali katanya, hehe.

Revisi program juga mereka lakukan mengi-

kuti cara radio komersial. Pro-gram yang enggak laku, sesegera mungkin diubah jadi menarik.

Penguatan konsep dan materi masih terus dilakukan. Apalagi semua masih dalam tahap serbabe-lajar dan mengoleksi pengalaman.

“Sekarang kami dalam tahap pendewasaan, karena masih ada juga penyiar yang kabur-kaburan,” kata Dion, sang program director. Tetap semangat ya! (*/M-2)

SELALU ada cerita seru dari acara wisuda. Pada 14 Oktober 2010, Uni-versitas Indonusa Esa Unggul mewisuda tak kurang 400 mahasiswa-nya. Acara berlangsung di kampus Indonusa di kawasan Jakarta Barat.

Mereka yang men-genakan toga hari itu adalah para alumnus diploma tiga, empat, sarjana, dan pascasarjana.

Wakil Menteri Pekerjaan Umum A Hermanto Dardak membawakan orasi ilmiah berjudul Paradigma Penataan Ruang dalam Dekade 2010-2020.

Hermanto mengungkapkan, para wisudawan yang akan segera memasuki dunia nyata seusai mengantongi gelar masing-masing

memiliki kapasitas untuk membentuk kultur dan etika pem-bangunan yang lebih berperspektif jangka panjang.

“Publik butuh ruang kehidupan yang lebih berkualitas, aman, nya-man, produktif, dan berkelanjutan. Maka, penataan ruang menjadi makin strategis. Kota-kota dan ne-gara akan bersaing ketat satu de-ngan lainnya untuk memanfaatkan

sumber daya yang makin terbatas, se-

mentara pasar se-makin terfragmentasi,” kata Hermanto.

Kota-kota di Indone-sia, kata Hermanto, ha-rus memiliki daya saing internasional, dilengkapi infrastruktur yang me-madai sekaligus bersaha-bat dengan alam, salah satunya dengan menye-diakan 30% dari lahannya

untuk ruang terbuka hijau. “Studi UNDP menunjukkan 42

juta penduduk Indonesia atau 19% total penduduk negeri ini tinggal di dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 10 meter di atas permu-kaan laut. Kenaikan muka air laut di wilayah Indonesia diperkirakan mencapai 6 hingga 8 cm per deka-de,” kata Hermanto. (M-2)

NAMA Mery Kasi-man mungkin su-dah enggak asing di kalangan para

pencinta jazz. Ia dikenal sebagai pianis yang juga piawai sebagai penata sekaligus pengarah musik.

Pada Agustus lalu, ia meng-gelar pertunjukkan Mery Kasiman Big Band Project, di bilangan Menteng, Jakarta Pusat. Saat itu, jebolan program master Institut Musik Daya ini memimpin pertunjukan.

Ia menjadi komposer atau penata suara pada pertunjukkan yang diisi gitaris Dewa Budjana, pemain bas Barry Likumahuwa, pemain saksofon Arief Setiadi, dan pianis Riza Arshad.

Saat itu, Mery mengaranse-men karya-karya Thelonious Monk dan John Coltrane yang menurutnya sangat banyak, tapi jarang dimainkan. Proyek musik itu menuai apresiasi.

Ingin tahu tentang Merry, simak obrolannya dengan Move ya!

Lagi sibuk apa?Saat ini aku mengajar di Insti-

tut Musik Daya Indonesia, dan privat di PonpinMusic. Aku juga sedang mempersiapkan dua proyek proposal, yang satu formatnya seperti Serambi Jazz 12 Agustus lalu, yang satu lagi dengan format piano, bas, dan vokal.

Aku juga turut membantu fi lm scorer Aksan dan Titi Sjuman, se-bagai copyist atau orkestrator.

Sejak kapan kamu kenal musik?

Umur tujuh tahun. Karena memang suka musik, jadi rasa penasarannya tinggi dan ingin belajar terus, akhirnya malah jadi profesi. Kalau susah apa enggaknya itu relatif.

Masih main piano?Masih, biasanya untuk per-

tunjukan atau festival juga membantu proyek teman-te-man.

Ceritakan soal Mery Kasi-man Project Agustus kemarin dong?

Sekitar tahun lalu, ngobrol sama Mas Rizal Arshad. Kebe-tulan beliau kuratornya Seram-bi Jazz. Lalu ditawari main dan isi acara, aku mau banget.

Namun, masih dalam bentuk project, karena aku belum ada kelompok tetap. Setelah kumpu-lin orang, dikenalin, ajak untuk main, ternyata pada welcome, jadi deh, hehe.

Kenapa memilih konsep big band?

Jazz band memang ada stan-dar isinya, 15 orang. Namun, kemarin itu aku enggak sampai bawa orang segambreng. Aku enggak ikutin standar jazz band. Aku banyakin di klarinet sama flute saja. Soalnya aku suka suaranya.

Menurut kamu, sebuah kon-ser dinilai berhasil jika?

Semua faktor, seperti kuali-tas pertunjukan, musiknya bisa diterima atau tidak, dan pemainnya harus have fun di atas panggung dan tentunya maksimal.

Kalau detail kerja pengarah musik?

Penata musik detail kerjanya antara lain adalah menentukan karya atau repertoar yang akan dimainkan dalam pertunjukan, baik orisinal atau aransemen karya komposer lain. Terus, memilih instrumentasi yang akan digunakan dan membuat orkestrasi atau mengaransi karya-karya dalam format

instrumen-instrumen yang su-dah dipilih. Selanjutnya memi-lih pemain yang akan terlibat, membuat partitur untuk semua pemain, memimpin latihan dan pertunjukan.

Pilih jadi pianis atau penga-rah musik?

Aku saat ini lebih ingin fokus sebagai pengarah musik karena banyak bisa bereksplorasi, bu-kan hanya dengan musik dan instrumen, melainkan juga dengan para pekerja seni dan konsep-konsep pertunjukan.

Juga bisa mengubah ide men-jadi kenyataan, ide-ide yang ada dituangkan dalam konsep pertunjukan baik secara musik, instrumen, atau penataan pang-gung. Sangatlah menyenang-kan, dan tentunya membuka ruang eksplorasi yang sangat luas.

Rencana ke depan?Ingin terus berkarya dan

berkontribusi dalam bidang musik. Supaya bisa membagi-kan apa yang sudah saya da-pat ke orang lain. Karena saya merasa banyak diberikan ber-kat, dan wajib membaginya pada orang lain.

Keinginan dalam waktu dekat?

Masih sangat ingin bela-jar komposisi dan conducting, mudah-mudahan ada kesem-patan, untuk diajarkan juga nantinya. Untuk project yang seperti Serambi Jazz Agustus lalu, sedang kupersiapkan untuk festival-festival, mudah-mudahan semua lancar supaya bisa kembali berpentas.

Pesan untuk teman-teman?Our passion is our duty in life,

so make sure we do what we like! (M-2)

LAHIR DI MANA, KAPANJakarta, 29 November 1982

PENDIDIKAN Master of music, Institut Musik Daya Indonesia, 2008-2009Bachelor of music, Institut Musik Daya Indonesia, 2005-2008

PROFESI Musisi

PENCAPAIAN : • Copyist dan

Orchestrator Film Scorer Aksan dan Titi Sjuman, 2010.

• Komposer pertunjukan Perempuan Itu Cina dibawakan oleh PEQHO Theater pada Panggung Dari Perempuan II, 2010

• Pemimpin Mery Kasiman Big Band Project, featuring Riza Arshad, Dewa Budjana, Arief Setijadi, Barry Likumahuwa, 2010

| 19MINGGU, 24 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA

Isu Lingkungan saat Wisuda Radio Kampus UBL di 107,7 FM

DOK ILHAM AKBAR

MI/IIS

EVENT EKSIS

Eksplorasi Musik MeryEksplorasi Musik Mery

Mery Kasiman

DOK PRIBADI