11
MUCTaxMinimagz Edisi Mei 2016 Updang Your Knowledge 2 Revaluasi Ak va Tetap: Akuntansi Vs Perpajakan 4 Perencanaan Pajak: Revaluasi Ak va Tetap untuk Memenuhi DER 8 Mengelola Utang Luar Negeri HOT NEWS Da ar Sekarang! Jadwal Training MUC 2016

Minimagz 2016 indonesia · Keuangan (SAK) yang mengatur revaluasi aset tetap (PSAK 16 Aset Tetap) dan akuntansi atas Pajak Penghasilan (PSAK 46 Pajak Penghasilan). Sebagai bentuk

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Minimagz 2016 indonesia · Keuangan (SAK) yang mengatur revaluasi aset tetap (PSAK 16 Aset Tetap) dan akuntansi atas Pajak Penghasilan (PSAK 46 Pajak Penghasilan). Sebagai bentuk

MUCTaxMinimagzEdisi Mei 2016

Updati ng Your Knowledge

2 Revaluasi Akti va Tetap: Akuntansi Vs Perpajakan

4 Perencanaan Pajak: Revaluasi Akti va Tetap untuk Memenuhi DER

8 Mengelola Utang Luar NegeriHOT NEWS

Daft ar Sekarang!Jadwal Training MUC 2016

Page 2: Minimagz 2016 indonesia · Keuangan (SAK) yang mengatur revaluasi aset tetap (PSAK 16 Aset Tetap) dan akuntansi atas Pajak Penghasilan (PSAK 46 Pajak Penghasilan). Sebagai bentuk

Revaluasi Revaluasi Akti va Tetap: Akti va Tetap: Akuntansi vs Akuntansi vs PerpajakanPerpajakan

Artikel

Pada medio Oktober 2015 lalu, Pemerintah secara resmi mengumumkan Paket Kebijakan Ekonomi V yang di antaranya terkait dengan revaluasi akti va. Gagasannya adalah pemerintah memberikan insenti f terhadap perusahaan yang ingin memperbaiki laporan keuangannya melalui pengurangan tarif pajak atas surplus revaluasi yang diajukan selama periode 2015 dan 2016 (seperti yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.03/2016 (“PMK 191”) .

Ketentuan SAK dan PMK 191

Sejak kemunculannya, PMK ini mengundang banyak pertanyaan dari berbagai pihak. Tidak hanya berasal dari Wajib Pajak yang ditargetkan oleh kebijakan ini, tapi juga dari kalangan akuntan. Hal ini dikarenakan penerapan PMK 191 berkaitan erat dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang mengatur revaluasi aset tetap (PSAK 16 Aset Tetap) dan akuntansi atas Pajak Penghasilan (PSAK 46 Pajak Penghasilan).

Sebagai bentuk tanggapan atas pertanyaan yang muncul, terutama terkait dengan perlakuan akuntansinya, pada 23 Februari 2016, Ikatan

Akuntan Indonesia (IAI) menerbitkan Buleti n Teknis 11 tentang panduan dalam menerapkan revaluasi akti va. Secara garis besar, Buleti n Teknis ini memberikan penjelasan mengenai hubungan revaluasi akti va tetap untuk akuntansi dan pajak, persetujuan otoritas perpajakan atas pengajuan revaluasi akti va tetap, perlakuan akuntansi Pajak Penghasilan (PPh) Final yang dikenakan atas surplus revaluasi akti va tetap, konsekuensi pajak kini dan tangguhan atas revaluasi akti va tetap, dan tarif pajak yang digunakan dalam mengukur dampak pajak tangguhan yang ti mbul akibat revaluasi akti va tetap untuk tujuan pajak atau untuk tujuan akuntansi dan pajak.

Secara singkat, Buleti n Teknis 11 ini merupakan sumber referensi yang paling dapat diandalkan bagi perusahaan yang menerapkan revaluasi aset tetap berdasarkan PMK 191 untuk tujuan perpajakan saja, akuntansi saja, atau keduanya. Jika perusahaan menerapkan revaluasi hanya untuk tujuan perpajakan saja, perusahaan dapat memilah aset mana yang ingin direvaluasi. Kemudahan ini ditawarkan dalam Buleti n Teknis 11.

Bila ditelaah lebih lanjut, penerapan SAK dalam mencatat aset dengan model revaluasian

Kontributor: Ulil AmbriAuditor KAP RazikunTarkoSunaryo

2

Page 3: Minimagz 2016 indonesia · Keuangan (SAK) yang mengatur revaluasi aset tetap (PSAK 16 Aset Tetap) dan akuntansi atas Pajak Penghasilan (PSAK 46 Pajak Penghasilan). Sebagai bentuk

berpotensi sedikit menyulitkan perusahaan di masa kini maupun di masa yang akan datang. Penti ng untuk diingat bahwa ketentuan PSAK 16 terkait dengan prinsip konsistensi di mana keti ka sebuah perusahaan memilih untuk menerapkan sebuah metode revaluasi terhadap aset tetapnya setelah adanya pengukuran awal, perusahaan juga harus menerapkan model revaluasi yang sama terhadap semua aset yang ada dalam daft ar aset tetap dalam kelompok yang sama. Selain itu, perusahaan juga harus menerapkan revaluasi dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memasti kan bahwa jumlah tercatat ti dak berbeda secara material dengan jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.

Khusus bagi emiten, berdasarkan peraturan BAPEPAM VIII.G.7, diwajibkan melakukan revaluasi tahunan untuk akti va yang mengalami perubahan nilai wajar yang signifi kan, dan minimal 3 (ti ga) tahun sekali untuk akti va tetap yang ti dak mengalami perubahan nilai wajar yang signifi kan. Sementara Pasal 3 ayat (1) dan (2) PMK 191 menyatakan revaluasi akti va tetap dapat dilakukan terhadap sebagian atau seluruh akti va tetap yang berwujud dan ti dak dapat dilakukan revaluasi sebelum lewat jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak revaluasi akti va tetap yang terakhir sesuai PMK 191.

Singkatnya, penerapan SAK terkait revaluasi menuntut upaya dan biaya tambahan. Khusus revaluasi untuk tujuan perpajakan, PMK 191 menawarkan kemudahan dan efi siensi.

Revaluasi atau Tidak?

Bagi sebagian perusahaan, ti dak sulit mengambil keputusan mengenai langkah apa yang sebaiknya diambil terkait dengan terbitnya PMK 191 ini. Mungkin hanya akan menjadi topik diskusi di tengah rapat ruti n, keti ka operasi perusahaan berjalan baik-baik saja dengan kecenderungan laba yang terus meningkat atau seti daknya ti dak menderita kerugian, dan gaya pengelolaan dari manajemen yang ti dak agresif dalam menyajikan laporan keuangan. Meskipun ti dak dapat dipungkiri, ada manfaat pajak yang dapat dinikmati jika melakukan revaluasi, seti daknya revaluasi untuk tujuan perpajakan saja. Yaitu, manfaat dalam bentuk tambahan nilai perolehan atas akti va yang dapat disusutkan yang akan berdampak pada meningkatnya beban penyusutan secara pajak. Manfaat pajak ini khususnya berlaku bagi perusahaan yang ti dak dikenai PPh Final atau ti dak menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profi t).

Sebaliknya, keputusan tersebut dianggap penti ng bagi perusahaan yang performa keuangannya jatuh hingga menggerus level ekuitasnya dan juga amat bergantung pada pendanaan dari pihak keti ga, khususnya bank. PMK 191 memberikan manfaat tambahan dalam hal pemenuhan Rasio Utang terhadap Modal (DER) sebesar 4:1 berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 169/PMK.010/2015

(PMK 169). Tambahan nilai perolehan yang berasal dari revaluasi akan meningkatkan ekuitas untuk bisa memenuhi DER. Namun harus dicermati , keti ka perusahaan memutuskan untuk menerapkan PMK 191 untuk tujuan pemenuhan DER dan peningkatan leverage terkait kebutuhan pendanaan dari pihak keti ga, tentunya penerapan revaluasi akti va tetap ti dak dapat diterapkan hanya untuk tujuan perpajakan saja, namun untuk tujuan akuntansi dan perpajakan. Hal ini disebabkan oleh kalkulasi DER dilakukan berdasarkan laporan keuangan yang disusun berdasarkan SAK.

Secara umum, hal-hal yang perlu diperti mbangkan dalam mengambil keputusan untuk melakukan revaluasi akti va tetap baik untuk tujuan

Q PMK 191 memberikan manfaat tambahan dalam hal pemenuhan Rasio Utang terhadap Modal (DER) sebesar 4:1 berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 169/PMK.010/2015 (PMK 169). ”

perpajakan saja, ataupun untuk tujuan akuntansi dan perpajakan adalah sebagai berikut:

1. Potensi beban PPh Final atas selisih lebih di atas nilai sisa buku fi skal semula. Tarif PPh Final berbeda-beda tergantung pada tanggal pengajuan permohonan (4% jika diajukan pada tanggal 1 Januari 2016 hingga 30 Juni 2016 dan 6% jika permohonan diajukan pada tanggal 1 Juli 2016 hingga 31 Desember 2016).

2. Potensi biaya atas penggunaan jasa Kantor Jasa Penilai Publik atau ahli penilai. Untuk penerapan revaluasi akti va tetap untuk tujuan perpajakan dan akuntansi, potensi biaya akan dikeluarkan oleh perusahaan ti ap tahunnya.

3. Dampak terhadap DER. Signifi kansi selisih lebih revaluasi terhadap peningkatan DER perlu diperhitungkan secara cermat, khususnya dalam hal pemenuhan DER berdasarkan PMK 169 dan peningkatan leverage-nya untuk penambahan pendanaan melalui pinjaman.

4. Manfaat pajak atas peningkatan nilai buku akti va-akti va tetap yang dapat disusutkan. Dengan meningkatnya nilai buku, beban penyusutan yang dapat dibiayakan dalam perhitungan pajak pun meningkat.

5. Perti mbangan-perti mbangan lain terkait teknis penyusunan laporan keuangan. Idealnya, semakin besar upaya yang dilakukan dalam menyiapkan laporan keuangan berkaitan dengan model revaluasian yang diterapkan, maka semakin banyak manfaat yang diperoleh. Tentu saja, seluruh upaya tersebut memerlukan dukungan sumber daya yang mumpuni dalam hal kompetensi dan kesiapan.

3

Page 4: Minimagz 2016 indonesia · Keuangan (SAK) yang mengatur revaluasi aset tetap (PSAK 16 Aset Tetap) dan akuntansi atas Pajak Penghasilan (PSAK 46 Pajak Penghasilan). Sebagai bentuk

Seti ap Wajib Pajak memerlukan perencanaan pajak demi melaksanakan kewajiban pajak dengan baik. Perencanaan pajak tersebut akan berbeda-beda, sesuai dengan jenis dan kondisi usaha Wajib Pajak dan perlakuan perpajakannya berdasarkan peraturan yang berlaku.

Secara umum, perencanaan pajak diarti kan sebagai proses pengorganisasian usaha Wajib Pajak atau sekelompok Wajib Pajak dengan

sedemikian rupa, sehingga utang pajaknya (Pajak Penghasilan maupun pajak-pajak lainnya) berada dalam posisi yang paling minimal berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan maupun komersial. Menurut Muhammad Zain dalam bukunya “Manajemen Perpajakan”, perencanaan pajak adalah sebuah usaha untuk mengurangi beban pajak secara legal, tetapi bukan mengurangi kesanggupan untuk membayar beban-beban pajaknya.

Perencanaan Pajak: Revaluasi Akti va Tetap untuk Memenuhi DER

Kontributor: Ikhwan Arif Wicaksono, Muhammad Noor Amrizal Rifa’iKonsultan Pajak MUC Consulting Group

Arti kel ini akan membahas perencanaan pajak dalam bentuk revaluasi akti va tetap sehubungan dengan Debt to Equity Rati o (Rasio Utang Terhadap Modal) atau DER dengan memperti mbangkan kebijakan pemerintah dari sudut pandang perpajakan.

Peraturan Pajak atas Revaluasi Akti va Tetap

Revaluasi akti va tetap dilakukan sebagai salah satu sarana perencanaan pajak keti ka nilai wajar akti va tetap mengalami perubahan yang signifi kan. Apabila akti va tetap ti dak direvaluasi, maka akan terjadi keti daksesuaian antara nilai buku dengan nilai intrinsik perusahaan.

Dalam kasus-kasus tertentu, revaluasi akti va tetap

dilakukan hanya demi memanfaatkan peraturan pemerintah yang sedang berlaku. Contohnya, pada Oktober 2015, Pemerintah mengeluarkan tarif yang lebih rendah untuk PPh Final atas selisih nilai lebih dari revaluasi akti va tetap. Tarif yang lebih rendah ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 191/PMK.010/2015 yang telah diubah terakhir dengan PMK No. 29/PMK.03/2016 tentang Penilaian Kembali Akti va Tetap untuk Tujuan Perpajakan Bagi Permohonan yang Diajukan Pada 2015 dan 2016 (PMK 191). Normalnya, tarif PPh Final atas revaluasi akti va tetap adalah sebesar 10% sesuai PMK No. 79/PMK.03/2008.

Tarif lebih rendah yang diberikan sebagai insenti f revaluasi akti va tetap ini terbagi menjadi 3 (ti ga) kelompok berdasarkan waktu pengajuan permohonan revaluasi, yaitu:

4

Page 5: Minimagz 2016 indonesia · Keuangan (SAK) yang mengatur revaluasi aset tetap (PSAK 16 Aset Tetap) dan akuntansi atas Pajak Penghasilan (PSAK 46 Pajak Penghasilan). Sebagai bentuk

Peraturan Pajak tentang Rasio Utang Terhadap Modal

Sekitar sebulan sebelum menerbitkan PMK 191, pada September 2015 Pemerintah sudah menetapkan batasan DER bagi perusahaan melalui PMK No. 169/PMK.010/2015 (PMK 169).

PMK ini merupakan peraturan pelaksanaan dari Pasal 18 ayat (1) Undang-undang PPh yang menetapkan DER sebesar 4:1 sebagai rasio maksimal untuk Wajib Pajak Badan yang didirikan dan berlokasi di Indonesia, dengan modal yang terbagi menjadi saham.

Enam Wajib Pajak yang dikecualikan dari penerapan DER 4:1 ini adalah:

a. bank, b. lembaga pembiayaan, c. asuransi dan reasuransi, d. industri pertambangan minyak dan gas bumi (dan

pertambangan lainnya) yang terikat kontrak yang mengatur

batasan perbandingan antara utang dan modal, e. industri infrastruktur, dan f. Wajib Pajak Badan mana pun yang seluruh

penghasilannya dikenakan PPh yang bersifat fi nal.

DER yang ditetapkan menentukan seluruh biaya pinjaman yang dapat dibiayakan dalam perhitungan pajak. Biaya pinjaman yang dimaksud adalah biaya yang ditanggung Wajib Pajak sehubungan dengan peminjaman dana, di antaranya bunga pinjaman, diskonto dan premium.

Perencanaan Pajak

Revaluasi akti va tetap untuk tujuan perpajakan merupakan pilihan bagi Wajib Pajak. Akan tetapi bagi sebagian Wajib Pajak, revaluasi akti va tetap dapat menjadi sarana untuk memenuhi DER yang diatur dalam PMK 169. Seti ap kenaikan nilai dari revaluasi akan diakui sebagai penghasilan komprehensif lain dan akan terakumulasi dalam bagian selisih lebih revaluasi.

Sebagai sebuah perencanaan pajak, revaluasi akti va tetap yang diatur dalam PMK 191 untuk memenuhi

Artikel

Tarif Waktu Pengajuan Batas Akhir Revaluasi3% 20 Okt - 31 Des 2015 31 Des 20164% 1 Jan - 30 Jun 2016 30 Jun 20176% 1 Jul - 31 Des 2016 31 Des 2017

5

Page 6: Minimagz 2016 indonesia · Keuangan (SAK) yang mengatur revaluasi aset tetap (PSAK 16 Aset Tetap) dan akuntansi atas Pajak Penghasilan (PSAK 46 Pajak Penghasilan). Sebagai bentuk

PT ABC merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur. Pada 20 April 2016 mengajukan permohonan revaluasi untuk tujuan perpajakan. Sebelumnya, PT ABC telah melakukan revaluasi pada akhir tahun 2015 dan menghasilkan penambahan selisih lebih hasil revaluasi pada ekuitas perusahaan sebesar Rp500.000.000,00. Berikut ini merupakan angka-angka yang tercatat dalam Laporan Keuangan dan Laporan Laba Rugi PT ABC :

a. Nilai akti va sebesar Rp1.064.500.000,00 (Penyusutan Kelompok 1);

b. Saldo rata-rata liabilitas sebesar Rp4.562.500.000,00;c. Saldo rata-rata ekuitas sebesar Rp760.000.000,00;d. Penghasilan bruto sebesar Rp20.000.000.000,00;e. Biaya pinjaman (biaya bunga dan biaya terkait lainnya)

sebesar Rp228.000.000,00.

Kewajiban PPh Final atas Revaluasi Akti va TetapSesuai dengan PMK 191, PT ABC harus melunasi kewajiban PPh Final sebesar 4% dari Rp500.000.000,00 atau setara dengan Rp20.000.000,00 sebelum mengajukan permohonan revaluasi.

Kewajiban Perpajakan sesuai PMK 169 a. Dengan jumlah saldo rata-rata utang sebesar

Rp4.562.500.000,00 dan jumlah saldo ekuitas sebesar Rp760.000.000,00 DER PT ABC adalah 6:1 yang mana melebihi DER 4:1 sesuai PMK 169.

b. Biaya pinjaman yang diperbolehkan untuk perhitungan PPh terutang adalah 4/6 x Rp228.000.000,00 (biaya pinjaman dari semua pinjaman) atau setara dengan Rp152.000.000,00 Oleh karena itu, koreksi fi skal positi f yang dilakukan untuk biaya pinjaman menjadi Rp76.000.000,00 (Rp228.000.000,00 - Rp152.000.000,00)

Berdasarkan ilustrasi, apabila PT ABC ti dak melakukan revaluasi akti va tetap akan terjadi koreksi fi skal positi f. Sebaliknya, jika PT ABC melakukan revaluasi, ti dak akan ada koreksi fi skal positi f yang disebabkan oleh meningkatnya saldo rata-rata ekuitas perusahaan sehingga PT ABC dapat memenuhi DER 4:1 sesuai PMK 169. Selain itu, biaya penyusutan akan semakin besar, sehingga PPh Badan yang harus dibayar dapat menjadi lebih kecil. Dalam hal ini PT ABC hanya perlu membayar PPh Final akibat revaluasi sebesar Rp20.000.000,00.

Tabel berikut ini menunjukkan perbandingan atas kondisi dengan atau tanpa revaluasi akti va tetap.

DER yang diatur dalam PMK 169 akan berfokus pada pengenaan tarif umum PPh Badan sebesar 25% serta koreksi fi skal terhadap biaya pinjaman.

Apabila Wajib Pajak ti dak melakukan revaluasi akti va tetap dan di saat yang sama ti dak dapat memenuhi DER yang disebutkan di atas, maka akan ada koreksi fi skal positi f atas biaya pinjaman. Koreksi tersebut selanjutnya akan menambah jumlah PPh Badan yang terutang. Sebaliknya, jika Wajib Pajak melakukan revaluasi akti va tetap, selisih lebih hasil revaluasi akan menambah ekuitas dan dapat mengurangi risiko koreksi fi skal atas biaya pinjaman sesuai PMK 169.

Ilustrasi di bawah ini menyajikan perbandingan yang jelas antara kedua kondisi tersebut.

6

Page 7: Minimagz 2016 indonesia · Keuangan (SAK) yang mengatur revaluasi aset tetap (PSAK 16 Aset Tetap) dan akuntansi atas Pajak Penghasilan (PSAK 46 Pajak Penghasilan). Sebagai bentuk

Dengan demikian, PT ABC akan mendapatkan tambahan manfaat pajak sebesar Rp124.000.000,00 dan di saat yang sama dapat memenuhi ketetapan DER apabila melakukan revaluasi akti va tetap.

Revaluasi akti va tetap untuk tujuan perpajakan memang menuntut Wajib Pajak untuk membayar PPh Final dengan jumlah yang bisa jadi cukup besar. Akan tetapi pada kondisi tertentu, revaluasi tersebut dapat memberikan beberapa keuntungan. Pertama, biaya penyusutan menjadi lebih besar sehingga beban PPh Badan menjadi lebih kecil. Kedua, Wajib Pajak dapat memenuhi ketentuan DER, sehingga koreksi fi skal positi f atas biaya pinjaman dapat dihindari. Bukankah ini kesempatan emas yang layak dimanfaatkan?

Biaya Bunga Pinjaman

Uraian Keterangan

Koreksi fi skal positi f Rp76.000.000,00

Pajak atas biaya bunga pinjaman ti dak diakui:Rp76.000.000,00 x 25%

Rp19.000.000,00

-

500.000.000,00 x 25%

Rp125.000.000,00

Tambahan Biaya

Penyusutan

PPh Final yang harus

dibayarPPh Final Rp20.000.000,00

Tambahan biaya penyusutan Rp125.000.000,00

-

-

-

Manfaat Pajak yang diperoleh

(Rp19.000.000,00) Rp105.000.000,00Selisih:

Rp124.000.000,00

Revaluasi

Tidak Ya

7

Dibayar sebelum mengajukan permohonan revaluasi

Page 8: Minimagz 2016 indonesia · Keuangan (SAK) yang mengatur revaluasi aset tetap (PSAK 16 Aset Tetap) dan akuntansi atas Pajak Penghasilan (PSAK 46 Pajak Penghasilan). Sebagai bentuk

Guna mengendalikan utang luar negeri yang dimiliki pihak swasta, BI antara lain menerapkan Sistem Informasi Utang Luar Negeri (SIUL) yang mencakup pelaporan posisi hingga rencana utang luar negeri. Seti ap perusahaan non bank yang memiliki utang luar negeri wajib melakukan pelaporan melalui SIUL. Dengan demikian dapat diperoleh informasi mengenai proyeksi utang luar

negeri perusahaan non bank di kemudian hari sebagai dasar perumusan kebijakan moneter, sistem pembayaran, dan makroprudensial.

Sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.17/23/PBI/2015 (PBI 17) yang diluncurkan pada Desember 2015 lalu, yang merupakan perubahan dari PBI No.16/10/PBI/2014 tentang Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan Penarikan Devisa Utang Luar Negeri,

Mengelola Utang Mengelola Utang Luar NegeriLuar NegeriSurvei yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa utang luar negeri terus menerus mengalami peningkatan dan didominasi oleh pihak swasta. Akibatnya, pihak swasta dihadapkan dengan risiko yang lebih ti nggi dari pemerintah dalam penyelesaian pembayaran utang luar negeri. Padahal, nilai mata uang rupiah terhadap dollar dewasa ini terbilang sangat fl uktuati f.

Kontributor: Dania Sekar WuryandariKonsultan AkuntansiMUC Consulting Group

perusahaan non bank wajib melaporkan kepada Bank Devisa bahwa transaksi penerimaan (incoming transfer) yang terjadi merupakan penerimaan Devisa Utang Luar Negeri (DULN) yang ti mbul dari penarikan Utang Luar Negeri (ULN). Kewajiban tersebut terutama berlaku bagi ULN yang berasal dari:1. Perjanjian kredit (loan

agreement) dalam bentuk non revolving,

2. Surat utang (debt securiti es); dan

3. Selisih antara nilai ULN baru dengan tujuan refi nancing terhadap nilai ULN lama.

Pelaporan dilakukan secara on line pada SIUL dengan disertai dokumen pendukung seperti swift , rekening koran, dan lain-lain, dan dilakukan dalam batas waktu berikut ini:

Article8

Page 9: Minimagz 2016 indonesia · Keuangan (SAK) yang mengatur revaluasi aset tetap (PSAK 16 Aset Tetap) dan akuntansi atas Pajak Penghasilan (PSAK 46 Pajak Penghasilan). Sebagai bentuk

1. Paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya, untuk Bukti Penarikan DULN;

2. Selisih kurang pada seti ap penerimaan paling lambat dilaporkan pada akhir bulan berikutnya setelah tanggal penarikan ULN; dan

3. Akumulasi selisih kurang harus dilaporkan sebelum berakhirnya jangka waktu ULN.

Jika ti dak menyampaikan dokumen pendukung yang memadai kepada BI, maka perusahaan non bank selaku debitur ULN akan dikenakan denda sebesar 0,25% dari seti ap penarikan ULN yang ti dak melalui Bank Devisa, dengan nominal paling banyak sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Prinsip Kehati -hati an Utang Luar Negeri

Dalam SIUL juga terdapat sistem pelaporan yang disebut Kegiatan Penerapan Prinsip Kehati -hati an (KPPK). Melalui PBI No.16/22/PBI/2014 tentang Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa dan Pelaporan Kegiatan Penerapan Prinsip Kehati -hati an dalam Pengelolaan Utang Luar Negeri Perusahaan Nonbank, BI mengajak perusahaan untuk dapat memiti gasi berbagai risiko yang dapat diti mbulkan oleh utang luar negeri, yaitu seperti risiko nilai tukar, risiko likuiditas, dan risiko utang yang terlalu ti nggi (over leverage).

Sesuai aturan ini, perusahaan yang memiliki utang luar negeri dalam bentuk valuta asing wajib menerapkan prinsip kehati -hati an yang meliputi dipenuhinya rasio lindung nilai (hedging) minimum, rasio likuiditas minimum dan rasio peringkat utang (credit rati ng) minimum. Seluruh komponen prinsip kehati -hati an ini wajib dilaporkan kepada BI dalam bentuk laporan KPPK. Sesuai Surat Edaran BI (SEBI) No.17/3/Dsta (SEBI-17), jenis laporan yang wajib disampaikan kepada BI tersebut terdiri dari:

1. Laporan KPPK, yang meliputi keterangan dan data mengenai Aset Valuta Asing dan Kewajiban Valuta Asing yang akan jatuh waktu sampai atau kurang dari 6 (enam) bulan;

2. Laporan KPPK yang telah melalui Prosedur Atestasi oleh akuntan publik independen;

3. Informasi mengenai pemenuhan Peringkat Utang (Credit Rati ng); dan

4. Laporan Keuangan triwulanan unaudited dan Laporan Keuangan Tahunan audited.

Laporan-laporan tersebut di atas harus disampaikan dalam batas waktu yang disebutkan dalam tabel.

Bila laporan KPPK ti dak lengkap dan/atau ti dak benar, sanksi denda yang dikenakan sebesar Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) per laporan. Sedangkan jika laporan KPPK, laporan KPPK Atestasi, dan laporan keuangan terlambat disampaikan, sanksi denda sebesar Rp500.000,00 dihitung per hari kerja, dengan nominal paling besar senilai Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah). Selain itu, teguran tertulis juga akan dikirimkan kepada kreditur perusahaan yang ada di luar negeri, Kementrian BUMN

A

B

C

Laporan KPPK

Laporan Keuangan triwulanan unaudited

Laporan Koreksi

Laporan KPPK yang telah melalui Prosedur Atestasi

Laporan Keuangan tahunan audited

Laporan Koreksi

Informasi mengenai pemenuhan Peringkat Utang (Credit Rati ng)

Laporan Koreksi

Akhir bulan ke-3 setelah akhir triwulanan laporan pada akhir jam kerja

Akhir bulan ke-4 akhir triwulanan laporan pada akhir jam kerja

Akhir bulan Juni setelah akhir tahun laporan pada akhir jam kerja

Akhir bulan Juli setelah akhir tahun laporan pada akhir jam kerja

Akhir bulan berikutnya setelah bulan ditandatanganinya atau diterbitkannya ULN pada akhir jam kerja

Tanggal 20 setelah bulan penyampaian laporan yang bersangkutan pada akhir jam kerja

bagi perusahaan BUMN, Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) bagi perusahaan publik yang tercatat di BEI.

Penerbitan peraturan-peraturan BI ini semesti nya cukup dapat menyokong usaha pemerintah dalam menjaga kestabilan arus utang luar negeri. Namun peran serta lembaga atau perusahaan non bank di Indonesia dalam melaporkan dan mengelola utang luar negeri juga turut diperlukan, mengingat kondisi perekonomian global yang masih dalam tahap pemulihan dan dapat mengakibatkan fl uktuasi nilai mata uang.

9Jenis

Batas Waktu Penyampaian

Page 10: Minimagz 2016 indonesia · Keuangan (SAK) yang mengatur revaluasi aset tetap (PSAK 16 Aset Tetap) dan akuntansi atas Pajak Penghasilan (PSAK 46 Pajak Penghasilan). Sebagai bentuk

Pada 13 April 2016, MUC yang diwakili oleh Meydawati (Partner) berbicara di salah satu sesi acara gathering para nasabah prioritas Bank BCA cabang Menara Bidakara (BCA Bidakara) di

ASTON Hotel Simatupang. Topik yang dibahas adalah Tax Amnesty atau Penghapusan Pajak yang merupakan isu yang sedang booming di masyarakat walaupun Rancangan Undang-Undang Tax Amnesty masih dibahas di pemerintahan.

Menurut Meydawati , tahun 2016 adalah tahun penegakan hukum sehingga aparat pajak akan lebih agresif dibanding tahun sebelumnya.

Topik ini mengundang antusiasme peserta melihat banyaknya pertanyaan yang diajukan selama diskusi. Salah satunya berkaitan dengan pajak individu, terutama karena bulan ini adalah batas waktu pelaporan SPT Individu melalui e-fi ling.

Acara ini digelar sekitar 3 sampai 4 kali setahun secara bergiliran di seti ap cabang BCA. Menurut Vera Wira Utami, Relati onship Offi cer BCA Bidakara, sebagai ketua paniti a, acara ini bertujuan untuk menjaga hubungan baik dengan nasabah, juga untuk mensosialisasikan produk baru BCA yaitu MPN G2. Produk baru ini adalah suatu sistem pembayaran pajak yang terintegrasi dengan internet banking BCA yang akan memudahkan para nasabah dalam bertransaksi perpajakan.

yaatamdiUm

M

Sosialisasi E-Billing Pajak Nasabah KCU dan KCP BCAMenara Bidakara

10

Page 11: Minimagz 2016 indonesia · Keuangan (SAK) yang mengatur revaluasi aset tetap (PSAK 16 Aset Tetap) dan akuntansi atas Pajak Penghasilan (PSAK 46 Pajak Penghasilan). Sebagai bentuk

Juli

27 Juli 2016Transfer Pricing Vs Customs Valuati on

Disclaimer

Agustus27 Juli 2016Kupas Tuntas PPh Badan dan Pengisian SPT Berdasarkan Peraturan Terkini.

31 Juli 2016Kupas Tuntas Free Trade Area (FTA) Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan 205 Tahun 2015

Mei

11 Mei 2016Memahami Proses Keberatan dan Banding di bidang Kepabeanan dan Cukai

12 Mei 2016TP Series: Menghadapi Pemeriksaan dan Sengketa Transfer Pricing dengan Dokumentasi Transfer Pricing yang Handal

24 Mei 2016Kupas Tuntas Objek PPN dan implementasi e-Faktur sesuai Peraturan Terkini

31 Mei 2016Strategi Efekti f Menghadapi Pemeriksaan, Keberatan dan Banding Pajak

MUCTraining2016Updating Your Knowledge

MUCTaxMinimagz is a periodic publicati on of MUC Consulti ng Group to provide our client, contact and business relati ons with informati on of tax news and latest tax regulati ons. The materials within are limited to the purpose of providing informati on and should not be treated similarly as professional advice or basis in formulati ng strategic business decisions. Should you have queries regarding the issues in this editi on, feel free to contact our tax consultants. For free subscripti on of MUCTaxMinimagz, please send your request by email to [email protected]. For more informati on about MUC Tax Consulti ng Group, please visit www.mucglobal.com.