29
MAKALAH TEKNOLOGI PAKAN INSTRUMENTASI PENGOLAHAN PAKAN Oleh : Kelompok 7 Kelas A INDRA KURNIAWAN 200110120016 ADIRANGGA 200110120029 M. RAFINZYAH 200110120041 TENGKU ADINDA DEWI 200110120051 SUNDRA DEWI 200110120073 RINDI ASIH 200110120107

mklah 2 - instrumen

Embed Size (px)

DESCRIPTION

instrumentasi pakan

Citation preview

MAKALAH TEKNOLOGI PAKAN

MAKALAH TEKNOLOGI PAKANINSTRUMENTASI PENGOLAHAN PAKAN

Oleh :Kelompok 7Kelas A

INDRA KURNIAWAN200110120016ADIRANGGA200110120029M. RAFINZYAH200110120041TENGKU ADINDADEWI200110120051SUNDRA DEWI200110120073RINDI ASIH200110120107

FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS PADJADJARAN2014IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangHewan ternak yang dipelihara untuk tujuan konsumsi memerlukan kebutuhan nutrisi yang seimbang agar dapat menghasilkan hasil yang baik. Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi hewan ternak ruminansia terutama memerlukan pakan hijauan dan konsentrat. Dalam penyediaan pakan hijauan dan konsentrat ini dibutuhkan teknologi yang mumpuni agar pakan yang akan diberikan pada ternak dapat efektif dan efisien. Teknologi atau Instrumentasi pengolahan pakan sangat dibutuhkan dalam bidang peternakan karena pakan merupakan kebutuhan utama. Namun, ketersediaan bahan pakan dalam bentuk segar tidak dapat bertahan lama sehingga dibutuhkan teknologi pengolahan pakan baik itu pakan hijauan, pakan konsentrat dan industri pakan.1.2 Identifikasi Masalah1. Apa yang dimaksud Instrumentasi Pengolahan Hijauan.2. Apa yang dimaksud Instrumentasi Pengolahan Konsentrat.3. Apa yang dimaksud Instrumentasi Industri Pakan.

1.3 Maksud dan Tujuan1. Memahami Instrumentasi Pengolahan Hijauan.2. Memahami Instrumentasi Pengolahan Konsentrat.3. Memahami Instrumentasi Industri Pakan.

IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian dan Tujuan Pengolahan PakanPengolahan pakan merupakan suatu kegiatan untuk mengubah pakan tunggal atau campuran menjadi bahan pakan baru atau pakan olahan. Bahan pakan baru yang dihasilkan dari proses pengolahan diharapkan mengalami peningkatan kualitas. Proses pengolahan pakan ini mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah : pengawetan pakan, penyesuaian ukuran dengan kebutuhan, mengatur kadar air bahan, menjadikan limbah lebih kompak, meningkatkan palatabilitas, meningkatkan/ menstabilkan nilai nutrisi, mengurangi bau, jamur, salmonella dan suplementasi dan proteksi nutrisi. Bahan pakan baru yang dihasilkan dari proses pengolahan diharapkan mengalami peningkatan kualitas. Proses pengolahan pakan ini mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah :1. Untuk meningkatkan kualitas bahanBahan pakan yang kualitasnya rendah (kandungan serat kasarnya tinggi dan kandungan protein kasarnya rendah) dapat ditingkatkan kualitasnya melalui pengolahan baik secara mekanik, fisik, biologi, kimia maupun gabungan berbagai cara pengolahan2. Memudahkan penyimpanan Pengolahan pada bahan pakan dapat menjadikan suatu bahan pakan lebih kecil ukurannya dan lebih homogen sehingga memudahkan dalam penyimpanan.3. Untuk meningkatkan palatabilitasPalatabilitas pakan dapat ditingkatkan melalui proses pengolahan pakan yang sesuai dengan jenis, umur dan fase hidup ternak.

4. Untuk meningkatkan efisiensi pakanPeningkatan kualitas pakan melalui proses pengolahan akan meningkatkan produktivitas ternak yang mencerminkan peningkatan efisiensi pakan.5. Untuk memudahkan handling dan mixing pada pembuatan pakan jadi.Pembuatan pakan jadi meliputi tahapan persiapan bahan pakan, penimbangan bahan pakan, penggilingan bahan pakan, pencampuran dan pengemasan pakan jadi. Pengaturan tahapan proses pengolahan pakan tersebut akan menghasilkan kualitas pakan jadi yang meningkat.

2.2. Cara Pengolahan pakanPemilihan terhadap cara pengolahan yang tepat terhadap bahan pakan perlu dilakukan sehingga pengolahan yang dilakukan akan benar-benar bermanfaat meningkatkan kualitas nutrisinya. Secara umum, pengolahan pakan dapat dilakukan melalui 5 macam cara :1. Pengolahan MekanikPengolahan mekanik merupakan suatu upaya untuk mengubah sifat pakan melalui proses mekanik. Pengolahan mekanik mencakup :a. DehullingDehulling adalah proses pengolahan untuk melepaskan atau memecahkan kulit luar biji-bijian, kacang-kacangan atau buah-buahan. Bahan pakan yang telah mengalami proses dehulling akan terpisah antara kulit dengan bijinya. Kulit yang dihasilkan dari proses dehulling ini merupakan limbah pertanian yang berpotensi sebagai bahan pakan, hanya saja kualitasnya yang rendah memerlukan cara pengolahan lebih lanjut untuk dapat dipergunakan sebagai bahan pakan.

b. GrindingGrinding adalah pengolahan pakan dengan cara memperkecil partikel-partikel bahan sehingga dapat meningkatkan luas permukaan bahan. Ukuran partikel yang diperoleh sesuai dengan ukuran saringan yang dipakai pada mesin grinder. Tipe mesin grinder yang biasa dipakai adalah : diskmikll, hammermill dan rollermill. Perbedaan ketiga tipe mesin yang digunakan terletak pada bentuk dan cara penghancuran bahan. Diskmill mempunyai alat penghancur berupa lempengan yang dapat menggerus dan mengoyak bahan pakan sehingga hancur. Hammer mill berbentuk palu yang memukul bahan pakan sehingga hancur sedangkan rollermill berbentuk silinder yang menekan bahan pakan.c. RollingRolling adalah proses menekan bahan ke dalam pencetak berbentuk silinder. Proses pengolahan pakan dengan cara rolling tanpa penambahan uap air disebut dry rolling. Proses pengolahan pakan dengan cara rolling dan diberi uap air selama 1 8 menit disebut steam rolling. Fungsi dari cara pengolahan ini adalah untuk memperlunak bahan dan meningkatkan palatabilitasd. ChoppingChopping adalah proses pengolahan bahan pakan (biasanya hijauan untuk ternak ruminansia) dengan cara pencacahan atau pemotongan dengan panjang antara 2 5 cm. Fungsi dari Chopping adalah memperkecil ukuran bahan dan menghindari sifat memilih dari ternak.

2. Pengolahan FisikPengolahan fisik merupakan upaya mengubah sifat pakan melalui proses atau perlakuan perubahan temperatur sehingga pakan pada akhir proses akan mengalami penurunan kandungan air. Besarnya temperatur dan lama proses pengolahan harus diperhatikan untuk mencegah hal-hal sebagai berikut : Terjadinya kerusakan asam amino esensial (terutama Lysin dan Methionin). Perubahan sifat kimia dan fisik pati menjadi bentuk seperti gelatin. Merusak vitamin yang thermolabil (Vitamin B dan C). Merusak ikatan lemak tak jenuh

Keuntungan pengolahan fisik ini adalah :a) memperpanjang masa simpan bahan pakan.b) menginaktifkan beberapa zat antinutrisi (contoh : antitrypsin dalam kedelai mentah dan HCN dalam ubi kayu).Tipe pengolahan fisik ada 2, yaitu : alami dan buatan (artificial). Tipe pengolahan alami dengan menggunakan kekuatan alam yaitu panas matahari dan angin (Sun drying). Keuntungan tipe pengolahan ini adalah proses pengeringan dengan biaya murah dan memperoleh sinar ultraviolet yang dapat membantu mengurangi pertumbuhan mikrobia yang merugikan (pada proses yang sesuai). Intensitas panas matahari yang optimal kurang lebih 40C sampai 50C pada pukul 09.00 sampai dengan 15.00 (kondisi terik). Kelemahan tipe pengolahan ini adalah proses tergantung cuaca, perlu banyak tenaga, tempat yang luas dan waktu yang lama.Tipe pengolahan buatan dengan bantuan mesin pengering (oven, pengering terowongan (tunnel), pengering berputar dan lainnya). Kelebihan tipe pengolahan ini adalah hemat tempat, waktu dan tenaga. Kelemahan yang perlu diperhatikan dalam tipe pengolahan ini adalah : Hilangnya zat-zat yang sifatnya volatile Terjadinya perubahan sifat fisik dan kimia bahan Kemungkinan hilangnya vitamin yang thermolabil

3. Pengolahan KimiaPengolahan kimia merupakan upaya mengubah sifat pakan melalui penambahan bahan kimia. Pengolahan kimia dapat dilakukan dengan penambahan alkali, dan penambahan asam.

a. Penambahan alkaliPerlakuan alkali menyebabkan suasana basa dengan pH > 7,0 dengan menggunakan bahan kimia alkali seperti NaOH, KOH, Ca(OH)2, ammonia anhydrous (gas atau cairan), urea, garam ammonium ataupun bahan lain (manure ayam, feses, urine, abu gosok). Perlakuan alkali diperlukan pada bahan pakan limbah pertanian dengan kandungan serat kasar yang tinggi selain adanya ikatan b-1,4 glycosida juga terjadi lignifikasi dari bagian selulosa yang menyebabkan sukar dicerna. Terdapat 2 cara perlakuan kimia dengan alkali, yaitu :1) Cara basah (cara perendaman)2) Cara kering (cara penyemprotan)Pengolahan dengan penambahan alkali mampu meningkatkan koefisien cerna, disebabkan :a) Larutnya sebagian silikat dan ligninb) Bengkaknya jaringan akibat lepasnya sebagian ikatan hydrogen diantara molekul selulosac) Terhidrolisisnya ikatan ester pada gugus asam uronat diantara selulosa dan hemiselulosa yang memudahkan penetrasi enzim pencernaanPengolahan alkali dapat juga dilakukan dengan penambahan amonia yang digunakan sebagai fungisidal dan bakterisida sehingga dapat berfungsi sebagai pengawet. Amonia dapat berikatan dengan gugus asetat dari bahan pakan (jerami) menjadi garam ammonium asetat dan dapat menjadi sumber nitrogen bagi mikrobia rumen.Keuntungan dari proses amoniasi :a. Menambah kandungan protein kasar (ekivalen 3 10%) dalam bentuk nitrogen bukan protein (NPN)b. Meningkatkan jumlah zat makanan tercerna (TDN = Total Digestible Nutrient sebesar 3 23 %)c. Meningkatkan konsumsi pakan 20 27%d. Mencegah tumbuhnya jamure. Tidak ada residu mineral pada produk amoniasi b. Penambahan asamPerlakuan asam menyebabkan suasana basa dengan pH < 5,0 dengan menggunakan bahan kimia asam (asam kuat, asam organic dll). Keuntungan perlakuan asam, yaitu :1) Meningkatkan kualitas bahan pakan yang rendah kualitasnya, mampu merenggangkan/ memecah ikatan serat kasar dan protein kasar yang sulit dicerna2) Meningkatkan konsumsi pakan konsentrat berkualitas rendah (meningkat dari 10% menjadi 50%)3) Meningkatkan potensi kecernaan dinding sel pakan konsentrat sumber energiKelemahan perlakuan asam adalah :1. Bahan kimia yang digunakan bersifat korosif, kadang kadang bersifat toksik dan adanya residu mineral.2. Produk yang dihasilkan bersifat asam sehingga perlu diangin-anginkan sebelum diberikan ke ternak.

4. Pengolahan BiologiPengolahan bahan pakan secara biologi dilakukan dengan enzim melalui bantuan mikrobia yang sesuai yang disebut proses fermentasi. Umumnya mikrobia yang digunakan adalah mikrobia selulolitik (untuk mendegradasi serat kasar), mikrobia yang dapat mendegradasi keratin (protein sulit dicerna), atau mikrobia yang mampu mengeliminasi zat antinutrisi (tannin, mimosin dan lainnya). Kelebihan perlakuan secara biologis ini adalah waktu singkat dan efisien, tidak tergantung cuaca tetapi perlu kondisi yang optimum bagi pertumbuhan mikrobia (suhu, kelembaban, pH dan lainnya). Pengolahan secara biologi juga dapat dilakukan dengan penambahan preparat enzim langsung. Penambahan enzim secara langsung biasanya dilakukan dengan menggunakan enzim kasar (Crude enzim) sehingga waktu yang dibutuhkan singkat dan efisien tetapi preparat enzim yang digunakan mahal.

5. Pengolahan secara gabunganPengolahan gabungan adalah pengolahan yang dilakukan dengan menggabungkan beberapa cara pengolahan (mekanik, fisik, kimia dan biologi). Pengolahan gabungan ini dilakukan pada bahan pakan yang kualitasnya sangat rendah dan atau bahan yang kandungan zat antinutrisinya tinggi. Contoh : Perlakuan awal penggilingan pada bahan pakan akan memperluas permukaan bahan yang kemudian jika dilakukan pengolahan secara biologi (fermentasi) akan sangat memudahkan penetrasi enzim mikrobia.

IIIPEMBAHASAN

3.1. Teknologi Pengolahan Pakan Hijauan Pengolahan pakan merupakan suatu kegiatan untuk mengubah pakan tunggal atau campuran menjadi bahan pakan baru atau pakan olahan. Bahan pakan baru yang dihasilkan dari proses pengolahan diharapkan mengalami peningkatan kualitas. Proses pengolahan pakan ini mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah : (1) Meningkatkan kualitas bahan; (2) Memudahkan penyimpanan; (3) Pengawetan; (4) Meningkatkan palatabilitas; (5) Meningkatkan efisiensi pakan dan (6) Memudahkan penanganan dan pencampuran pada pembuatan pakan jadi.Negara-negara tropis yang mempunyai dua musim mengalami fluktuasi dalam penyediaan hijauan pakan. Musim penghujan merupakan musim yang banyak akan hijauan pakan dan bahkan sering berlebih, sedangkan pada musim kemarau merupakan musim paceklik sehingga seringkali hijauan yang ada mempunyai kualitas yang rendah.Negara-negara subtropis yang mempunyai empat musim, membuat hijauan awetan kering yang disebut hay atau hooi untuk menghadapi musim salju (Kirchgebner, 1997), di saat hijauan segar tidak akan didapatkan. Hijauan awetan kering kurang populer di negara tropis, karena hijauan pakan boleh dikatakan tersedia sepanjang tahun. Namun kenyataannya pada musim kemarau, lebih-lebih kemarau panjang, hijauan pakan sulit didapatkan dan kalaupun ada hijauan tersebut mempunyai kualitas yang sangat rendah. Menurut Soebarinoto (1998) alternatif untuk mengatasi kekurangan hijauan pakan, dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain sebagai berikut : (1) Membeli hijauan pakan dari daerah lain; (2) Mengurangi jumlah ternak yang dipelihara pada saat kekurangan hijauan pakan; (3) Mengawetkan hijauan yang berlebih untuk digunakan pada saat kekurangan hijauan pakan; (4) Menanam lebih dari satu jenis hijauan pakan untuk meratakan puncak-puncak produksi dan (5) Menjaga kesuburan tanah semaksimal mungkin.Upaya lain untuk menghindari kelangkaan pakan, dilakukan cara-cara pengadaan hijauan dengan kualitas yang baik untuk penyediaannya sepanjang tahun. Cara cara ini dilakukan melalui sistim pengawetan dan pengolahan (Reksohadiprodjo, 1984). Lebih lanjut dipaparkan oleh Reksohadiprodjo (1984) bahwa sistim pengawetan dilakukan melalui pembuatan silase (awetan hijauan segar) dan hay (awetan hijauan kering), sedangkan pengolahan dapat dilakukan dengan pengolahan secara fisik (pencacahan, penggilingan atau pemanasan), secara kimia (perlakuan alkali dan amoniasi) dan secara biologi yang umumnya dilakukan dengan metode fermentasi yang menggunakan jasa mikrobia selulolitik.

3.1.1. Pembuatan SilaseSilase adalah pakan yang telah diawetkan dari bahan pakan berupa tanamanhijauan, limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami lainya, denganjumlah kadar / kandungan air pada tingkat tertentu. Pakan tersebut dimasukandalam sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara, biasa disebut dengan silo,selama sekitar tiga minggu.Silo (Tempat Pembuatan Silase)Silo berasal dari bahasa Yunani Siro yang berarti tempat untuk menyimpan biji-bijian. Silo yang dimaksud disini adalah merupakan tempat atau wadah untuk membuat silase. Bahan dari silo bervariasi, bisa dari plastik, drum, bus beton, kayu dan atau semen permanen. Pembuatan silo dapat dilakukan secara permanen, semi permanen atau tidak permanen, hal ini tergantung situasi dan kondisi serta kebutuhan.

Menurut letak dan bentuknya, silo dibedakan menjadi beberapa bentuk : Stack atau Penc SiloSilo atau tempat silase ini berbentuk bulat atau persegi dan terbuat dari bahan yang tidak permanen, hijauan ditimbun diatas tanah Tower SiloSilo model tower terletak di atas tanah, berbentuk menara, bisa bulat atau persegi, terbuat dari kayu atau beton dan hijauan ditimbun di dalamnya. Pit / Trench SiloSilo ini berbentuk silinder dan berada di dalam tanah (permukaan sejajar dengan permukaan tanah), bahan hijuan disimpan di dalam lubang di tanah Clamp SiloSilo ini merupakan bentuk gabungan antara stack dan pit silo, sehingga letaknya sebagian di dalam tanah dan sebagian muncul di atas tanah. Sebagian besar silase berada di atas tanah . Peralatan yang Digunakan untuk Membuat SilaseBeberapa peralatan yang digunakan dalam pembuatan silase ini adalah sebagai berikut: Tempat silase (silo), bisa terbuat dari plastik ukuran besar atau bis beton diameter 80 100 cm. Alat pemotong, berupa pisau besar atau choper Timbangan Lak ban/ isolasi besar dan tali rafia/ tali karet (dari ban dalam bekas)

3.1.2. Teknologi pembuatan hayHay adalah hijauan pakan, berupa rerumputan/leguminosa yang disimpan dalam bentuk kering berkadar air: 20-30%. Pembuatan Hay bertujuan untuk menyeragamkan waktu panen agar tidak mengganggu pertumbuhan pada periode berikutnya, sebab tanaman yang seragam akan memiliki daya cerna yang lebih tinggi (Linn dan Martin, 1993). Tujuan khusus pembuatan Hay adalah agar tanaman hijauan (pada waktu panen yang berlebihan) dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau. Ada dua metode pembuatan Hay yang dapat diterapkan yaitu metode hamparan dan metode pod (Harding, 1978)1. Metode HamparanMerupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara menghamparkan hijauan yang sudah dipotong di lapangan terbuka di bawah sinar matahari. Setiap hari hamparan di balik-balik hingga kering. Hay yang dibuat dengan cara ini biasanya memiliki kadar air: 20 - 30% (tanda: warna kecoklat-coklatan)2. Metode PodDilakukan dengan menggunakan semacam rak sebagai tempat menyimpan hijauan yang telah dijemur selama 1 - 3 hari (kadar air 50%). Hijauan yang akan diolah harus dipanen saat menjelang berbunga (berkadar protein tinggi, serat kasar dan kandungan air optimal), sehingga hay yang diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna gosong) yang akan menyebabkan turunnya palatabilitas dan kualitas.

3.2. Teknologi Instrumentasi Pengolahan KonsentratPerlakuan Dalam Penanganan Bahan Baku Pakan1. Perlakuan Permukaana) Membersihkan, membersihkan kotoran; metoda dengan air, udara, atau angin (kompresor). Cara membersihkan tergantung materi apa yang diinginkan dari materi tersebut.b) Memisahkan, menurut kegunaan, bentuk dan warna. Tergantung pada kebutuhan yang diinginkan.c) Memberi grade, menentuan tingkat, kelas, nilai kualitas, atau mengikuti keinginan konsumen. Tujuan grade adalah menentukan harga. 2. Perlakuan merubah bentukA. Menggiling, dihasilkan 3 macam bentuk : Kasar (Coarse) Sedang (Medium) Halus (Fine)Penggilingan menggunakan alat Grinder. Tujuan Penggilingan Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Atau Manfaat Lebih. Keuntungan Dan Manfaat Penggilingan :1. Meningkatkan Palatabilitas 2. Meningkatkan daya cerna 3. Memudahkan Handling4. Memudahkan pencampuran 5. Memusnahkan Bijian yang tidak diinginkan 6. Mengurangi pembuangan sisa-sisa hijauan makanan ternakB. Memecah : Diperoleh macam- macam bentuk yang tidak beraturan1. Bentuk Crumble2. Bentuk Persegi (Cubes)3. Bentuk Cip (Irisan Tipis) 3. Perlakuan mempengaruhi Pernapasan Bahan4. Perlakuan Mengurangi Kerja Enzim 5. Membunuh Bakteri

3.3. Teknologi/ Instrumentasi Industri Pakan

3.3.1. Tipe Dan Usaha Industri PakanDefinisi / Konsep Industri PakanSuatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu bahanpakan baik secara manual, mekanis dan kimia, menjadi pakan yang dapatdikonsumsi ternak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Kebutuhan gizi yang dimaksud adalah kebutuhan gizi untuk hidup pokok dan kebutuhan gizi untuk berproduksi.Penggolongan Industri pakan berdasarkan pada:1. Berdasarkan kemampuan produksinya dikategorikan pada: Industri Pakan Besar (produksi > 20 ton/hari) Industri Pakan Sedang (produksi 5 - 20 ton/hari) Industri Pakan Kecil (produksi < 5 ton/hari)2. Berdasarkan tenaga kerjanya dibagi menjadi:a. Industri Pakan Besar memiliki jumlah tenaga kerja > 100 orangb. Industri Pakan Sedang memiliki jumlah tenaga antara 20 - 99 orangc. Industri Pakan Kecil memiliki jumlah tenaga kerja antara 5 - 19 orangd. Industri Pakan Skala Rumah Tangga memiliki jumlah tenaga kerja antara 1 - 4 orang3. Berdasarkan Permodalannya dibagi menjadi:a. Usaha Kecil (UU No. 9 th. 1995)Tipe industri skala kecil ini memiliki kriteria, memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan pabrik, memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp. 1.000.000.000,-b. Industri Kecil (Kep. Memperindag No. 254/MPP/Kep/7/1997)Yang termasuk dalam criteria ini adalah industri yang memiliki nilai investasi perusahaan seluruhnya sampai dengan Rp. 200.000.000,- yang tidak termasuk di dalamnya nilai tanah serta bangunan pabrik.c. Industri Kecil Menengah (Kep. Memperindag No. 257/MPP/Kep/7/1997)Industri dalam criteria ini memiliki nilai investasi perusahaan seluruhnya Rp. 5.000.000.000,- yang di dalamnya tidak termasuk nilai tanah dan bangunan.

3.3.2. Bahan dan Alat Produksi yang Digunakana) Feed - Milling EstablishmentMelakukan operasi penggilingannya dengan stationary atau dengan mobil penggiling pada tempat-tempat tertentub) Primary Feed ManufactureSetelah melakukan processingdan mixing bahan pakan sendiri. Untuk produksinya sudah diberi tambahan premix sebanyak kurang dari 50 kg/ton.c) Secondary Feed Manufacture Setelah melakukan processing dan mixing dengan satu / lebih bahan yang menggunakan "Feed Supplement".

d) Custom Grinding & MixingSetelah menggiling bahan-bahan pakan untuk kebutuhan sendiri maupun pesanan, dan sudah mencampurnya dengan feed supplement.

Produk yang Dikembangkana) Complete FeedMengandung zat gizi yang seimbang. Produksinya ditujukan untukransum non ruminansia, jika diberikan untuk ruminansia, harusditambah dengan pemberian hijauan.b) Supplements / ConcentratesDikategorikan ke dalam produk ini jika sudah mengandung protein, vitamin, mineral dan additif. Agar dapat menjadi ransum yang seimbang, perlu ditambahkan biji-bijian dan atau hijaun 200 P / ton.dengan kadar protein.c) Base Mixes / Super ConcentratesProtein yang terkandung di dalamnya sebagian besar terdiri dari protein asal hewani. Untuk menjadikannya ransum seimbang, perlu ditambahkan biji-bijian dari bahan sumber protein sebanyak 100 P / ton.d) PremixFormulasinya terdiri dari satu atau lebih bahan mikro (vitamin, mineral). Jika digunakan untuk ransum non ruminan perlu ditambah dengan biji-bijian atau bahan pakan sumber protein lainnya sebanyak < 100 P / ton.

3.3.3. Jenis-Jenis Peralatan Dalam Industri Pengolahan Pakan 1. Mesin Mixer Pakan Ternak

Fungsi :Mesin mixer pakan ternak atau mesin mixer pelet merupakan mesin pegolahan pakan ternak yang berfungsi untuk mengaduk berbagai bahan (non food) untuk pembuatan pelet atau pakan ternak, dan lain lain.

2. Mesin Hammer Mill

Fungsi :Hammer mill, mesin hammer mill atau mesin penepung merupakan mesin pengolahan pakan ternak yang berfungsi untuk menggiling bahan ternak yang ingin di produksi.

3. Mesin Pencetak Pelet Pakan TernakMesin pencetak pelet pakan ternak atau mesin cetak pelet merupakan mesin pengolahan pakan ternak yang berfungsi untuk mengepres / memadatkan atau mencetak campuran berbagai bahan untuk pembuatan pelet ikan, pelet ternak.

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. UI-Press. Jakarta.

Harding,H.A.1978. Manajemen Produksi (Seri Manajenen No.35). Penerbit Balai Aksara. Jakarta.

Mcllhinry, R.R. 1994. Feed Manufacturing Technology IV. American Feed Industry Association, Inc. Arlington.

Pfost, H.B. 1964. Feed Production Handbook. Feed Production School Inc.Kansas City.

Pujaningsih,R.I. 2006. Pengelolaan Pakan Bijian. Cetakan 1. Penerbit Alif Press. Semarang.