18

Modal Sosial dan Dinamika Usaha

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 2: Modal Sosial dan Dinamika Usaha

Modal Sosial dan Dinamika Usaha Mikro Kecil

D j a i n a l A b i d i n

Lembaga Demografi FE Universitas Indonesia Email: [email protected] atau [email protected]

Abstract

the results of this research prove there is a statistically positive relationship between social capitals with increasing revenue. Social capital had a positive role for physical capital and education, as well as its contribution in creating greater business profits. the study also found the influence of social capital (23%), physical capital (11%) and capital or other variables (66%) for business profits. In conclusion, social capital as an asset has the potency to complement or replace the business assets, as we know it in today’s modern business world. In order to be an asset, it is necessary to establish a forum to provide certification of social capital on SME so it would work together with other economic assets in business activities.

Kata kunci: aset, keuntungan bisnis, modal sosial, usaha mikro

Page 3: Modal Sosial dan Dinamika Usaha

70 | D J A I N A L A B I D I N S .

Jurna l Sosiolog i M ASYA R AK AT Vol. 15, No. 1, Januar i 2010: 69-85

PENDA HU LUA N

Pierre Bourdieu telah mengklasifikasikan modal ke dalam tiga kategori yaitu eko- nomi, budaya dan simbolik, sedangkan peran modal ekonomi bertindak sebagai sumbernya. Gagasan yang brilian dari konsep ini menempatkan modal bukan semata-mata terkait dengan ekonomi dan bukan satu-satunya kekuatan yang umum, melainkan ada kekuatan ekonomi, budaya, sosial dan simbol. Kekuatan-kekuatan tersebut tidak ada yang absolut dan relatif serta sumbernya tersedia secara umum, maka modal dapat diidentifikasikan sebagai kelompok sosio ekonomi. Pemikiran Bourdieu ini menggambarkan bahwa modal ekonomi atau uang tidak dapat berdiri sendiri dan ada faktor-faktor modal lain atau modal bukan ekonomi yang turut memengaruhi, dan masing-masing kekuatan modal tersebut saling berhubungan satu sama lain (Richard 2004).

Satu pemikiran lagi yang menyejajarkan modal sosial dengan modal ekonomi lainnya dalam proses produksi ada dalam buku yang ditulis Robert M.Z. Lawang yang menyatakan adanya prinsip sinergi kapital yaitu modal fisik, kapital manusia dan kapital sosial; mereka tidak bisa berdiri sendiri dan energi yang terkandung dalam masing-masing kapital perlu disatukan untuk menjadi kekuatan yang lebih efektif (2004:69). Sebaliknya, studi ini menyadari bahwa modal sosial bukan segala-galanya dalam meningkatkan pendapatan sehingga modal sosial tidak hanya berdiri sendiri dalam mendorong keuntungan, tetapi paling tidak ada dua modal lain yang mempunyai kontribusi terhadap usaha kecil menengah (UKM), yaitu modal fisik dan modal manusia.

Studi yang mengkaji hubungan modal manusia dan modal fisik dalam analisis hubungan modal sosial terhadap kontribusi pendapatan UKM belum pernah dilakukan khususnya di Indonesia. Studi yang agak mirip dilakukan Francis Fukuyama yang menjelaskan kontribusi faktor nonekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi yang terjadi di masyarakat atau negara yang kisarannya sebesar 20%, sedangkan kontribusi 80% sisanya dapat dijelaskan dari faktor-faktor ekonomi.

Sejalan dengan pemikiran Fukuyama, studi ini juga ingin mengetahui pengaruh (interaksi) modal fisik dan modal manusia di dalam pengaruh (kontribusi) modal sosial terhadap keuntungan UKM. Banyak tesis dan penelitian-penelitian yang argumennya

Page 4: Modal Sosial dan Dinamika Usaha

M O D A L S O S I A L D A N D I N A M I K A U S A H A M I K R O K E C I L | 71

Jurna l Sosiolog i M ASYA R AK AT Vol. 15, No. 1, Januar i 2010: 69-85

kurang kuat karena hanya mempertimbangkan satu aspek saja dari tiga aspek tersebut, tetapi belum banyak studi-studi yang mempertimbangkan ketiga aspek sekaligus dalam suatu model kapital kaitannya dengan peningkatan pendapatan. Studi ini ingin menciptakan model modal sosial dan pengaruh modal lain, khususnya modal fisik dan modal manusia, dalam kontribusinya terhadap peningkatan pendapatan UKM.

Selain itu studi ini juga bertujuan membuktikan atau menguji secara statistik, apakah ada hubungan yang signifikan antara modal sosial dengan peningkatan pendapatan dan bagaimana pengaruh modal manusia dan modal fisik, serta perbandingannya terhadap kontribusi modal sosial dalam peningkatan pendapatan. Atas dasar kepentingan itu, studi ini berisi pengujian hipotesa tentang modal sosial internal (bonding) dan modal sosial eksternal (bridging) dengan keuntungan UKM melalui uji t test dan f test dengan derajat keyakinan 5%. Selain itu dilakukan juga uji bersama-sama modal sosial, modal fisik dan modal manusia dengan keuntungan UKM.

MODA L SOSI A L TER IK AT DA N MENJEMBATA NI

Studi ini didasari kerangka pemikiran bahwa tipologi modal sosial yang menggambarkan perbedaan pola-pola interaksi dan konsekuensinya antara modal sosial yang berbentuk terikat atau bonding (exclusive) atau menjembatani bridging (inclusive). Menurut Jausairi Hasbullah (2006) pola modal sosial bonding adalah nuansa hubungan yang berbentuk mengarah pada pola inward looking, sedangkan modal sosial berbentuk bridging lebih mengarah ke pola outward looking. Kedua bentuk pola ini memiliki implikasi yang berbeda pada hasil-hasil yang dapat dicapai dan pengaruh-pengaruh yang dapat muncul dalam proses kehidupan dan pembangunan masyarakat. Pada studi ini modal sosial internal adalah modal sosial yang berbentuk bonding, sedangkan modal sosial eksternal berbentuk bridging.

Kerangka pikir penelitian ini dilandasi pula oleh sebagian pemikiran Francis Fukuyama yang menyatakan modal sosial memegang peranan penting dalam memfungsikan dan memperkuat kehidupan masyarakat modern. Modal sosial sebagai sine qua non (kondisi yang harus ada) bagi pembangunan manusia, pembangunan ekonomi, sosial, politik dan stabilitas demokrasi (Hasbullah 2006).

Page 5: Modal Sosial dan Dinamika Usaha

72 | D J A I N A L A B I D I N S .

Jurna l Sosiolog i M ASYA R AK AT Vol. 15, No. 1, Januar i 2010: 69-85

Pembangunan manusia pada studi ini adalah modal manusia yang diasumsikan dari pendidikan, sedangkan pembangunan ekonomi dalam unit analisis perusahaan adalah keuntungan atau pendapatan UKM. Studi ini tidak memasukan semua unsur yang diungkapkan Francis Fukuyama yaitu politik dan stabilitas demokrasi.

METODE PENELIT I A N

Sesuai dengan paradigma order dan teori pilihan rasional (rational choice) penerapan metodologi studi ini menggunakan metode kuantitatif. Metode ini digunakan untuk melihat signifikasi variabel dependen dan independen serta melihat kontribusi masing-masing variabel. Model penentuan pembuktian hubungan variabel dependen dan independen menggunakan “regresi linear ganda” (multiple regression) sehingga masing-masing variabel independen tidak saja menggambarkan adanya hubungan yang signifikan akan tetapi sampai pada kontribusi perubahan setiap variabel independen terhadap perubahan satu unit variabel dependen. Variabel dependen dan independen dibentuk dari beberapa variabel dengan menggunakan komposit sehingga gabungan variabel tersebut dalam bentuk indeks.

Bagan 1. Modal Sosial Bonding dan Bridging

Sumber: Hasil penelitian empirik.

Page 6: Modal Sosial dan Dinamika Usaha

M O D A L S O S I A L D A N D I N A M I K A U S A H A M I K R O K E C I L | 73

Jurna l Sosiolog i M ASYA R AK AT Vol. 15, No. 1, Januar i 2010: 69-85

Di samping metode kuantitatif studi ini juga menggunakan metode kualitatif untuk melihat fenomena modal sosial, modal fisik dan modal manusia yang ada di lokasi survei yaitu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta.

Model Regresi • Y1 = ßo + ß1MSi + e• Y1 = ßo + ß2MSe + e Model Regresi Linear Ganda • Y1 = ßo + ß2MSe + ß3MF + ß4MM + μiKeterangan model regresiY1 = Tingkat keuntungan UKM

Skema Mode l Anal i s i s I

Skema model analisis regresi bonding dan bridging modal sosial (Tabel 1), ditemukan bahwa variasi model hubungan indeks modal sosial dan keuntungan dapat dijelaskan 3,3% sampai 5,3% dan sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar modal sosial. Hasil uji hipotesa atau uji F keduanya signifikan dengan derajat kepercayaan 95% atau tingkat kesalahan kurang dari 5%. Statistik ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara modal sosial dan keuntungan, akan tetapi variabel-variabel ini tidak bisa berdiri sendiri dan ada variabel lain yang turut memengaruhi keuntungan tersebut.

Skema Mode l Anal i s i s II

Secara keseluruhan model regresi linear tersebut digambarkan dengan nilai R2 = 12%. Nilai statistik ini menunjukkan bahwa variasi indeks tingkat keuntungan dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen (modal fisik, sosial dan manusia) sebesar 12% sedang sisanya sekitar 88% dijelaskan variabel lain di luarnya. Hasil pengelolaan data pada tabel anova (analysis of variance) secara keseluruhan model regresi signifikan pada nilai 0,000 yang jauh di bawah á=5%; dan nilai ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel independen diterima, jadi terdapat hubungan positif antara variabel independen dengan dependen.

Page 7: Modal Sosial dan Dinamika Usaha

74 | D J A I N A L A B I D I N S .

Jurna l Sosiolog i M ASYA R AK AT Vol. 15, No. 1, Januar i 2010: 69-85

tabel 1. Jumlah Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha

No Skala Usaha Jumlah Tenaga Kerja

Unit % Orang %

1 Mikro 423.280 84,42 674.559 69,67

2 Kecil 74.410 14,84 208.856 21,57

3 Menengah dan Besar

3.720 0,74 84.810 8,76

Jumlah 501.410 100,00 968.225 100,00

Sumber: Pemda Sumatera Barat 2007

tabel 2. Uji t test dan Slope Berdasarkan Variabel dalam regresi Linier Berganda

No Model R Square Anova (b) Sig Koefisien (t

Test)

B

1 Konstanta -1,830 0,043

2 Modal fisik 0,106 0,042

3 Modal Sosial

0,229 0,010

4 Modal Manusia

-0,304 0,020

a. Predictors: (Constant), Human Capital, Social Capital, Log modal fisik

b. Dependent Variabel: Keuntungan (presepsi)

Pengujian dengan t test semua variabel signifikan di bawah á=10% kecuali modal sosial dan konstanta. Statistik ini menunjukkan bahwa modal fisik dan modal sosial dengan model “regresi linear ganda” mempunyai hubungan dengan keuntungan sedangkan modal manusia dan konstanta tidak; maknanya adalah data ini tidak dapat menjelaskan hubungannya. Dengan melihat slope dan keeratan nampak bahwa indeks modal sosial lebih erat hubungannya dibandingkan modal fisik dalam memengaruhi indeks keuntungan. Persamaan dari Tabel 2 dapat diformulasikan sebagai berikut:

• Y = -1,830 + 0,106 MF + 0,229 MS 0,304 MM

Dari persamaan di atas dapat diintepretasikan bahwa kenaikan satu unit indeks modal sosial akan menaikkan 0,229 indeks tingkat keuntungan UKM; sedangkan kenaikan satu unit modal fisik akan

Page 8: Modal Sosial dan Dinamika Usaha

M O D A L S O S I A L D A N D I N A M I K A U S A H A M I K R O K E C I L | 75

Jurna l Sosiolog i M ASYA R AK AT Vol. 15, No. 1, Januar i 2010: 69-85

menaikkan hanya 0,106 indeks keuntungan UKM yang jauh lebih rendah dibandingkan perubahan yang diakibatkan modal sosial. Persamaan ini menunjukkan suatu temuan bahwa modal sosial mempunyai kontribusi lebih besar dibandingkan modal fisik dalam memengaruhi indeks keuntungan UKM.

Variabel modal manusia (MM) nampaknya mempunyai hubungan yang negatif pada 0,304 akan tetapi sebenarnya tidak semua variabel dalam modal manusia tersebut berpengaruh negatif, salah satu di antaranya adalah pendidikan.

tabel 3. Uji t test dan Slope Berdasarkan Variabel dalam Regresi Linier Sederhana

No Model R Square Anova (b) Sig Koefisien (t

Test)

B

1 Konstanta 0,54 -675

2 Pendidikan 0,48 142

a.Predictors: (Constant), Pendidikan

b. Dependent Variable: Keuntungan (presepsi)

Hubungan pendidikan dengan tingkat keuntungan UKM, variasi hubungan yang dapat dijelaskan dari variabel pendidikan dan tingkat keuntungan UKM adalah sebesar R2 = 2,7%, dengan Uji f yang dilakukan untuk model hubungan variabel pendidikan dan tingkat keuntungan menghasilkan tabel anova signifikansi sebesar 0,048 atau 4,8%. Berarti model ini dapat diterima karena dengan derajat kesalahan á=5%, hipotesa mendukung adanya hubungan kedua variabel ini secara sendiri-sendiri. Uji t test untuk melihat koefisien yang diestimasi nampak signifikan secara statistik pada á=5% atau nilai signifikan 0,048, artinya hipotesa nol dapat diterima. Persamaan regresi dari tabel koefisien adalah: Y = -0,675 + 0,142PDK. Statistik ini menggambarkan bahwa setiap kenaikan satu unit pendidikan akan menaikkan indeks tingkat keuntungan UKM sebesar 0,142.

Selain modal manusia atau pendidikan, yang memengaruhi keuntungan adalah modal fisik (phyisical capital). Hubungan modal fisik dengan tingkat keuntungan dilihat dari hasil regresi linear berganda. Dari pengelolaan regresi variabel modal fisik terhadap indeks keuntungan UKM menghasilkan sebagai berikut:

Page 9: Modal Sosial dan Dinamika Usaha

76 | D J A I N A L A B I D I N S .

Jurna l Sosiolog i M ASYA R AK AT Vol. 15, No. 1, Januar i 2010: 69-85

Secara keseluruhan hubungan pada model ini signifikan karena pada tabel anova tingkat signifikan berada di bawah á=10% yaitu sebesar 0,10. Tingkat derajat kepercayaan studi yang terkait dengan keuangan relatif rendah dibandingkan studi bukan keuangan, karena umumnya data harta modal fisik dari UKM memiliki tingkat kepercayaan yang tidak sebaik modal sosial atau modal manusia. Kualitas data modal fisik relatif rendah dan sering sekali pengusaha memberikan data lebih besar (over estimate) atau lebih rendah (under estimate) dari data yang sebenarnya. Sehingga studi ini beranggapan tingkat kepercayaan hubungan modal f isik dengan indeks keuntungan sudah relatif baik apabila mencapai 90%. Dari tabel koefisien (coefficients) nampak hubungan modal fisik signifikan pada 0,10 pada tingkat kepercayaan 90% dan hubungan variabel adalah positif hipotesa diterima. Berarti modal fisik mempunyai hubungan positif terhadap indeks tingkat keuntungan dan menunjukkan bahwa semakin tinggi modal fisik yang dimiliki maka semakin besar indeks tingkat keuntungan yang didapat oleh UKM. Dari tabel koefisien di dapat persamaan regresi hubungan modal fisik terhadap indeks tingkat keuntungan adalah Y = -1,194 + 0,069MF. Persamaan ini mempunyai arti bahwa setiap kenaikan satu unit modal fisik, maka akan menaikkan 0,069 unit indeks keuntungan UKM.

tabel 4. R Square, Anova, Uji t dan Persamaan Berdasarkan Variabel Model

No Variabel R Square (R2) ANOVA Uji t Persamaan

1 Modal Sosial 5,31% 0,005 0,005 Y=0,02+0,206 MS

2 Pendidikan 2,7% 0,048 0,048 Y=-0,675+0,142PDK

3 Modal Fisik 1,9% 0,10 0,10 Y=-1,194+0,069MF

Studi ini menganalisis 3 variabel modal yang terkait dengan proses produksi dalam menciptakan keuntungan UKM. Ketiga variabel modal sosial, pendidikan dan modal fisik mempunyai kontribusi dalam menciptakan indeks keuntungan UKM. Analisis perbandingan ketiga variabel tersebut dapat digambarkan dalam variabel terkuat dalam hubungan dengan tingkat keuntungan UKM. Variabel terkuat secara statistik tergambar dalam R Square (R2) untuk variasi hubungan keuntungan UKM, ANOVA untuk model dan Koefisien untuk kontribusi terhadap indeks keuntungan UKM. Analisis variabel terkuat dirangkum dari beberapa tabel dari hasil

Page 10: Modal Sosial dan Dinamika Usaha

M O D A L S O S I A L D A N D I N A M I K A U S A H A M I K R O K E C I L | 77

Jurna l Sosiolog i M ASYA R AK AT Vol. 15, No. 1, Januar i 2010: 69-85

pengolahan, khususnya yang terkait dengan variabel modal sosial, pendidikan dan modal fisik. Analisis ini akan menggambarkan dua perbandingan yaitu berdasarkan hubungan masing-masing dan hubungan bersama-sama sebagaimana Tabel 4.

Pada angka statistik Tabel 4 nampak variasi hubungan masing-masing variabel independen dengan dependen yang tergambar pada nilai statistik R2 terkuat adalah modal sosial. Modal fisik lebih kuat variasinya menjelaskan terhadap tingkat keuntungan dibandingkan variabel pendidikan dan modal sosial. Nilai statistik ini mempunyai arti bahwa modal fisik yang paling kuat dapat menjelaskan dibandingkan variabel lain dalam hubungan dengan tingkat keuntungan UKM. Akan tetapi kontribusi ketiga modal terhadap tingkat keuntungan, nampak bahwa modal sosial lebih berperan. Analisis tersebut nampak dari nilai signifikansi hipotesa uji f (anova) dan uji t di mana modal sosial sangat signifikan (0,005) karena jauh di bawah tingkat kesalahan 5% dibandingkan variabel pendidikan, sedangkan modal fisik hanya signifikan pada tingkat 90% atau tingkat kesalahan sebesar 10%.

Selain itu kontribusi varabel modal sosial lebih besar dibandingkan kontribusi variabel pendidikan dan modal fisik dalam meningkatkan keuntungan UKM. Nilai statistik slope pada koefisien modal sosial nampak setiap kenaikan satu unit indeks modal sosial akan menaikkan 0,206 keuntungan UKM; sedangkan kenaikan satu unit modal fisik hanya menaikkan 0,069 keuntungan UKM dan pendidikan 0,142. Nilai statistik ini menemukan kontribusi terkuat antara variabel modal sosial, pendidikan dan modal fisik terhadap tingkat keuntungan UKM yaitu 20,6% dari modal sosial, 14,2% dari pendidikan dan 6,9% dari modal fisik. Hasil statistik model ini hanya mendapatkan hubungan variabel masing-masing bukan hubungan variabel bersamaan.

Hubungan variabel independen dengan dependen dapat dianalisis dari regresi linear berganda sebagaimana hasil pengolahan yang terlihat pada Tabel 4. Hasil regresi secara bersama-sama nampak modal manusia signifikan dengan nilai negatif, yang artinya semakin tinggi tingkat pendidikan dan pengalaman usaha UKM di PIK menunjukkan semakin rendah tingkat keuntungan yang didapat. Hubungan ini dapat dilihat bahwa usaha mikro dan kecil di PIK adalah usaha kaki lima yang hampir tidak memerlukan pendidikan formal dan pengalaman dalam menjalankan usahanya. Sedangkan

Page 11: Modal Sosial dan Dinamika Usaha

78 | D J A I N A L A B I D I N S .

Jurna l Sosiolog i M ASYA R AK AT Vol. 15, No. 1, Januar i 2010: 69-85

karakteristik usaha kecil muncul karena usaha turun temurun secara tradisional tidak memberikan jaminan bahwa dengan pendidikan yang relatif tinggi bisa memberikan keuntungan. Sedangkan variabel modal sosial dan modal fisik signifikan secara positif yang artinya variabel-variabel ini dapat menjelaskan secara bersama-sama kontribusinya terhadap keuntungan UKM. Dari Tabel 4 tampak setiap kenaikan satu unit modal sosial akan memberikan kontribusi keuntungan UKM 0,229 unit atau 22,9% dan setiap kenaikan satu unit modal fisik akan menaikkan 0,106 unit atau 10,6%. Angka statistik ini menghasilkan kontribusi keuntungan 23% dari modal sosial, 11% dari modal fisik, dan sisanya 66% dari aspek lain. Kalau dibuatkan perbandingan kontribusi keuntungan UKM maka menghasilkan 23:11:66 atau 23 modal sosial, 11 modal fisik, dan 66 aspek lainnya.

PENU T U P

Terbukti adanya hubungan modal sosial terhadap keuntungan UKM di PIK Pulogadung. Secara statistik hubungan modal sosial dengan tingkat keuntungan signifikan dan secara kualitatif teridentif ikasi bahwa para pengusaha UKM mendapatkan keuntungan atau kemudahan berusaha karena hubungan yang baik dengan keluarga, dengan sesama pengusaha dan dengan pemilik order atau pemesan produk dan jasa. Modal sosial internal UKM berperan penting dalam membangun modal sosial eksternal. Modal sosial internal atau bonding sebagai modal awal yang dimiliki oleh pengusaha dan modal sosial bonding di dapat dari keluarga, kerabat yang mempunyai hubungan yang erat. Dengan modal sosial bonding pengusaha menciptakan modal sosial ekternal (bridging) dan modal sosial internal sebagai jembatan untuk memiliki modal sosial bridging.

Secara metode kualitatif ditemukan bahwa hubungan antara relasi, pelanggan dan pemasok bahan baku dengan pengusaha, sebelumnya merupakan jaringan keluarga atau kerabatnya. Modal sosial eksternal berpengaruh lebih besar dalam menciptakan keuntungan dibandingkan modal sosial internal. Temuan statistik ini menunjukkan bahwa relasi keluarga dan kerabat lebih terbatas dibandingkan relasi yang lebih luas. Hubungan interaksi dengan luar keluarga dan kerabat sangat pontensial dalam membangun usaha walaupun semuanya dimulai dari keluarga dan kerabat.

Page 12: Modal Sosial dan Dinamika Usaha

M O D A L S O S I A L D A N D I N A M I K A U S A H A M I K R O K E C I L | 79

Jurna l Sosiolog i M ASYA R AK AT Vol. 15, No. 1, Januar i 2010: 69-85

Modal sosial memengaruhi modal manusia (pendidikan) dan modal fisik dalam menciptakan keuntungan. Temuan statistik ini menunjukkan bahwa modal sosial adalah aspek penting dalam kegiatan proses produksi barang dan jasa. Aspek pendidikan, modal manusia dan modal fisik bisa lebih optimal apabila pengusaha memiliki juga modal sosial. Modal sosial lebih memiliki keeratan hubungan terhadap keuntungan dibandingkan modal f isik dan kontribusi modal sosial terhadap keuntungan lebih besar dibandingkan kotribusi modal fisik.

Menurut Fukuyama, sinergi yang terbentuk dalam masyarakat antara modal sosial dan modal ekonomi adalah 20:80 yaitu 20% kontribusi modal sosial dan 80% modal ekonomi lainnya. Hasil penelitian disertasi ini menemukan kontribusi dalam komunitas UKM di PIK Pulogadung Jakarta tidak sebagaimana nilai yang disebutkan Fukuyama. Hasil kesimpulan dari studi ini adalah memunculkan kontribusi pada keuntungan UKM yaitu 23% dari modal sosial, 11% dari modal fisik dan sisanya 66% dari aspek lain. Kesimpulan ini sekaligus mengevaluasi teori Fukuyama yang kurang tepat khususnya pada kasus UKM di PIK Pulogadung, Jakarta. Hasil kesimpulan ini sejalan dengan pendapat Lawang yang menyebutkan bahwa sinergi kontribusi modal sosial tidak dapat dipukul rata dan hanya penelitian lapangan yang bisa menentukan tinggi rendahya kontribusi modal sosial dalam proses produksi. Selanjutnya menurut Lawang seandainya modal manusia dan modal fisik kurang tersedia dalam komunitas maka modal sosial akan memegang perenan penting dalam kontribusi tingkat pendapatan.

Kasus UKM di PIK Pulogadung, Jakarta terdapat kecenderungan modal fisik khususnya modal uang dan barang sangat sulit didapat karena lembaga perbankan yang ada di lokasi menerapkan jaminan (collateral ) dalam proses pinjaman modal usaha. Hal yang sama (sistem collateral) diterapkan lembaga perbankan konvensional yang berada di luar PIK. Kebutuhan modal usaha didapat dari hubungan antara individu dengan individu dan antara individu dengan kelompok yang umumnya antara lain berbentuk arisan, bahan baku yang pembayarannya tidak kontan, pembayaran di muka dari pemilik order, dan lain-lain. Studi ini tidak dapat menjelaskan secara statistik variabel-variabel apa saja di luar modal sosial dan fisik yang berkontribusi terhadap keuntungan yang nilai statistiknya mencapai 66%.

Page 13: Modal Sosial dan Dinamika Usaha

80 | D J A I N A L A B I D I N S .

Jurna l Sosiolog i M ASYA R AK AT Vol. 15, No. 1, Januar i 2010: 69-85

Kritik Thorsten Beck (2003) yang menyatakan bahwa tidak ada indikasi UKM dapat meningkatkan pendapatan orang miskin, atau tidak ada signifikan antara UKM dan ukuran pengentasan kemiskinan, tidaklah sepenuhnya benar. Studi ini telah membuktikan bahwa ada hubungan modal sosial dalam meningkatkan pendapatan UKM. Karena pada umumnya sebagian UKM adalah pengusaha mikro atau dalam studi ini adalah pedagang kaki lima yang memiliki omset maksimum 200 juta rupiah per tahun. Pengusaha mikro dalam studi ini yang berada di PIK Pulogadung, Jakarta adalah komunitas miskin yang memperjuangkan kehidupan yang lebih baik.

R EKOMENDA SI

Studi ini mendorong agar para pengambil kebijakan memberikan kesempatan dan kebebasan pengembangan potensi yang ada pada UKM dengan cara membentuk kelompok/forum/organisasi usaha dengan memberikan peran pada semua anggota kelompok untuk mengatur dirinya sendiri. Peran anggota kelompok harus memberikan partisipasi dan kontribusi yang sama dalam menciptakan nilai tambah bagi dirinya dan kelompoknya.

Peraturan perbankan yang menghambat pengembangan usaha mikro kecil dengan prinsip kehati-hatian perlu diubah, antara lain Undang-Undang (UU) No. 10/1998 tentang Perbankan dan perubahan UU No. 7/1992 tentang Perbankan berkaitan dengan jaminan dan agunan dalam kredit usaha kecil. Pada pasal 8 ayat 1 UU No. 10/1998 menyebutkan: “Mewajibkan Bank Umum mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan dengan analisis yang mendalam agunan (collateral) merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan”. Pada prakteknya collateral atau agunan bukan sekedar pertimbangan akan tetapi sudah menjadi kewajiban. Kebanyakan bank menerapkan prinsip kehati-hatian sesuai dengan UU No. 10/1998 dengan mensyaratkan agunan atau collateral bagi UKM yang akan meminjam modal usaha.

Collateral atau agunan dapat digantikan dengan sertif ikat penjaminan modal sosial. Lembaga sertifikat penjaminan modal sosial dibentuk dari suatu forum yang beranggotakan perbankan, pengusaha, LSM (media), perguruan tinggi dan pemerintah. Forum ini menilai, memberikan rekomendasi dan menjamin akses pada

Page 14: Modal Sosial dan Dinamika Usaha

M O D A L S O S I A L D A N D I N A M I K A U S A H A M I K R O K E C I L | 81

Jurna l Sosiolog i M ASYA R AK AT Vol. 15, No. 1, Januar i 2010: 69-85

perbankan serta berfungsi sebagai personal guarantee pengusaha UKM pada bank, sehingga terjamin kebutuhan modal walaupun pengusaha tidak memiliki agunan.

Sudah saatnya pemerintah mengembangkan sistem pendidikan dan pelatihan UKM yang partisipatif, menciptakan potensi individu dari semua peserta serta pelatihan berdasarkan kebutuhan masing-masing individu. Output pelatihan harus menciptakan suatu jaringan usaha mikro kecil atau terbentuk semacam kartel yang memperkuat masing-masing usaha. Pemberdayaan ekonomi rakyat dilakukan dengan memberikan kesempatan dan kebebasan pengembangan potensi yang ada pada pengusaha mikro dan kecil. Salah satu potensi yang dimiliki pengusaha mikro dan kecil adalah dengan menciptakan kelompok/forum/organisasi usaha mikro dan kecil dengan memberikan peran pada semua anggota kelompok untuk mengatur dirinya sendiri. Salah satu peran pemerintah adalah menciptakan regulasi bagi kelompok/forum/organisasi usaha mikro kecil yang memberikan peran besar pada anggota. Pemerintah memberikan rekomendasi pada organisasi/forum/kelompok usaha mikro dan kecil tersebut akses pada perbankan dan kelompok/forum/organisasi adalah lembaga yang dapat menjamin anggota untuk akses pada permodalan. Rekomendasi ini sejalan dengan Bank Grameen di Bangladesh yang memberikan kredit pada UKM bukan dari berapa besar jaminan yang dimiliki akan tetapi dari apakah UKM mempunyai prospek dalam organisasi, dapat bekerja sama dan mempunyai aspirasi dalam organisasi serta anggota turut menentukan (otoritas) kebijakan.

DA F TA R PUSTA K A

Agung, IGN, Prof. 1998. Metode Penelitian Sosial, Pengertian dan Pemakaian Praktis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ahmadi, Sambirang. 2003. “Perkembangan Ekonomi Komunitas Orang Madura di Sumbawa, NTB: Sebuah Analisis Modal Sosial.” Jurnal Sosiologi Masyarakat, No. 12. Depok: LabSosio FISIP UI.

Badan Pusat Statistik. 2004. Survey Ketenagakerjaan Nasional 2003. Jakarta: BPS.

________. 2004. Survey Sosial Ekonomi Nasional 2003. Jakarta: BPS.

Page 15: Modal Sosial dan Dinamika Usaha

82 | D J A I N A L A B I D I N S .

Jurna l Sosiolog i M ASYA R AK AT Vol. 15, No. 1, Januar i 2010: 69-85

________. 2001. Penduduk DkI Jakarta: Hasil Sensus Penduduk tahun 2000. Jakarta: BPS.

________. 2006. SUSENAS (Survey Sosial Ekonomi Nasional) 2006, Pedoman Pencacah Modul Sosial Budaya dan Pendidikan. Jakarta: BPS. ________. 2002. Penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk tahun 2000. Seri L.2.2. Jakarta: BPS.

Baker, Wayne. 2000. Achieving Success through Social Capital. University of Michigan Business School Management Series. San Francisco: Josey Bass A Wiley Company.

Beck, Thorsten, Asli Demirguc-Kunt dan Ross Levine. 2004. “SMEs, Growth, and Poverty: Cross-Country Evidence.” World Bank Policy Research Working Paper. 3178.

Benjamin, R. Quinones Jr. dan Hans Dieter Seibel. 2000. Social Capital in Microfinance: Case Studies in the Philippines. Amsterdam: Policy Sciences.

BPLIP Pulogadung. 2006. Company Profile Badan Pengelola Lingkungan dan Pemukiman (BPLIP) Pulogadung Jakarta.

Champlin, Dell. 1999. “Social Capital and the Privatization of Public Goods.” International Journal of Social Economics, Vol. 26, Issue: 10/11.

Chhibber, Ajay. 2003. “Social Capital: Evidence and Implications.” Dalam Social Capital: A Multifaceted Perspective. Washington D.C.: The Word Bank.

Coleman, James S. 1984. “Introducing Social Structure Into Economy Analysis.” American Economic Review, Volume 74.

Coleman, James S., Christopher Winship dan Sherwin Rosen. 1988. “Social Capital in the Creation of Human Capital.” American Journal of Sociology, Volume 94, Issue 94.

Damsar, Dr., M.A. 2002. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Djalal, Nachrowi Nacrowi, Dr. dan Hardius Usman, M.Si. 2002. Penggunaan teknik Ekonometrika: Pendekatan Populer dan Praktis Dilengkapai teknik Analisis dan Pengolahan Data dengan Menggunakan Paket Program SPSS. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Dunn, N. William. 1988. Pengantar Analisis kebijakan Publik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Eko, Suntoro. 2004. Modal Sosial, Desentralisasi dan Demokrasi Lokal. Jakarta: CSIS.

Page 16: Modal Sosial dan Dinamika Usaha

M O D A L S O S I A L D A N D I N A M I K A U S A H A M I K R O K E C I L | 83

Jurna l Sosiolog i M ASYA R AK AT Vol. 15, No. 1, Januar i 2010: 69-85

Evans, Peter. 1997. State Society Synergy. Government and Social Capital in Development. California: International and Area Studies, University of California at Berkeley.

Field, John. 2003. Exploring the Power of Networks: Social Capital. London dan New York: Routledge.

Fillaili, Rizki. 2004. A Profile of Microbusinesses, Profil Usaha Mikro. Dalam http://www. smeru.or.id/ newslet/2004/ed10/200410data.htm.

Frazier, J. Barbara dan Linda S. Niehm. 2004. “Exploring Business Information Network of Small Retailers in Rural Communities.” Journal of Developmental Entrepreneurship, Volume 9, Number 1, April. New York: Syracus University.

Fukuyama, Francis. 2001. “Social Capital, Civil Society and Development.” third World Quarterly, Vol. 22, No. 1, hal. 7-20.

Ibrahim, Linda Darmajanti, Dr. 2002. “Kehidupan Berorganisasi Sebagai Modal Sosial Komunitas Jakarta.” Jurnal Sosiologi Masyarakat, No. 11. Depok: LabSosio FISIP UI.

Jenkins, Richard. 2004. Membaca Pikiran Pierre Bourdieu. Terj. oleh Nurhadi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Jurnal kUkM. 2006. “Dengan Koperasi dan UKM Bersama Atasi Kemiskinan dan Pengangguran.” Agustus.

Keputusan Menteri Keuangan. 2003. No 40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari.

Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan, Institute for Small and Medium Enterprise Empowerment.

(http://groups.yahoo.com/group/EkonomiKerakyatan/).Lembaga Penelitian Semeru. 2003. Laporan Lapangan Keberadaan

Upaya Penguatan Usaha Mikro. Jakarta. Geof frey, G., dan Meredith, et. a l. 1995. the Practice of

Entrepreneurship. Geneva: International Labour Organization. Grootaert, Christiaan. “Social Capital, Household Welfare and

Poverty in Indonesia.” Local Level Institutions Study, Social Development Department, Environmentally and Socially Sustainable Development Network, The World Bank Revised Draft.

Gunadi, Aloysius Brata. 2004. Nilai Ekonomis Modal Sosial pada Sektor Informal Perkotaan. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Atma Jaya.

Page 17: Modal Sosial dan Dinamika Usaha

84 | D J A I N A L A B I D I N S .

Jurna l Sosiolog i M ASYA R AK AT Vol. 15, No. 1, Januar i 2010: 69-85

Haeruddin, Dede, ed. 1999. Aneka Skim Kredit untuk Modal Usaha. Jakarta: Yayasan Bhakti Kencana.

Handayani, Titik. Migrasi dan Sektor Informal di DkI Jakarta. Tesis Program Pasca Sarjana Kependudukan dan Ketenagakerjaan. Jakarta: Universitas Indonesia.

Joseph, F., et al. 1984. Multivariate Data Analysis with Readings. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.

Lawang, Robert M. Z. 2002. “Penanggulangan Kemiskinan dan Modal Sosial.” Jurnal Sosiologi Masyarakat, No. 10. Depok: LabSosio FISIP UI.

________. 2004. kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik, Suatu Pengantar. Jakarta: FISIP UI Press.

Lin, Nan, et. al. 2001. Social Capital: theory and Research. New York: Aldine De Gruyter.

Manullang. 1989. Ekonomi Moneter. Jakarta: Ghalia Indonesia. Maurice, Duverger. 2003. Sosiologi Politik. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.Mubyarto. 1980. Ekonomi dan Keadilan Sosial. Yogyakarta: Aditya

Media. Muljono, Teguh Pujo. 1990. Manajemen Perkreditan, Bagi Bank

komersil. Yogyakarta: BPFE.Muniarti, et. al. 2001. Gerakan Ekonomi Perempuan Sebagai Basis

Ekonomi Rakyat: Sebuah Refleksi Pengalaman Lapangan. Jakarta: PT Bina Rena Pariwara.

Munir, Rozy. 2000. Migrasi, Dasar-Dasar Demografi. Jakarta: Lembaga Demografi FEUI bekerja sama dengan Lembaga Penerbit FEUI.

Noor, Ida Ruwaida. 2000. Strategi Usaha kecil Menengah dan Isu Jender, Benih Bertumbuh, kumpulan karangan untuk Prof tapi Ohmas Ihromi. Kelompok Perempuan Pejuang Perempuan Tertindas.

Rachbini, Didik J. “Ekonomi Kelembagaan, Teori Modal Sosial.” Bahan kuliah Program MPkP FEUI. Jakarta.

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2004. teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media.

Saegert, Susan, et. al. 2001. Social Capital and Poor Communities. New York: Ruseel Sage Foundation.

Schrader, Heiko. 2004. “Social Capital and Social Transformation in Russia.” Journal for East European Management Studies.

Page 18: Modal Sosial dan Dinamika Usaha

M O D A L S O S I A L D A N D I N A M I K A U S A H A M I K R O K E C I L | 85

Jurna l Sosiolog i M ASYA R AK AT Vol. 15, No. 1, Januar i 2010: 69-85

Seidman, Steven. 1998. Contested knowledge, Social theory in the Postmodern Era. Blackwell Publishers.

Smelser, Neil J. dan Swedberg Richard. 1994. the Sociological Perpective on the Economy. Princeton University Press.

Suara Merdeka. 2004. “36 Ribu KSP/USP Potensial Jadi Lembaga Keuangan.” Kamis, 27 Mei. Diakses dari http://w w w.suaramerdeka.com/harian/040527/slo09.htm.

Thakur, Anjani, Isaac Yang, Michael Y. Lee, Arpan Goel, et. al. 2002. Increasing Social Capital via Local Networks: Analysis in the Context of a Surgical Practice. Atlanta: The American Surgeon.

Turner, Sarah. 2003. Indonesia’s Small Entrepreneurs: trading on the Margins London and New York: RoutledgeCurzon.

Van Irene, Staveren. 2003. “Beyond Social Capital in Poverty Research.” Journal of Economic Issues, Vol. 37.

Wafa, Ali. 2003. “Urgensi Keberadaan Modal Sosial dalam Kelompok-kelompok Sosial: Kajian Mengenai Modal Sosial pada Kelompok Tani Mardi Utomo dan Kelompok PKK di Desa Bakalan, Kecamatan Jumapolo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.” Jurnal Sosiologi Masyarakat, No. 12. Depok: LabSosio FISIP UI.

Warren, Fees dan Reeve. 2007. Accounting, 18e. Cincinnati, Ohio: South-Western College Publishing.

Weber, Max. 2003. Etika Protestan dan Semangat Modalisme. Jakarta: Pustaka Promethea.

Yunus, Muhammad 2008. Bank kaum Miskin, kisah yunus dan Grameen Bank Memerangi kemiskinan. Depok, Marjin Kiri, PT Cipta Lintas Wacana.

Zhou, Yong Ming. 2000. Social Capital and Power: Entrepreneurial Elite and the State in Contemporary China. Police Sciences Amsterdam.