20
BAB II PEMBAHASAN MODEL – MODEL PENDIDIKAN NON FORMAL UNTUK PEMBANGUNAN A. Pengertian Pendidikan Non Formal Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara. Pendidikan non formal adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya. Pendidikan non formal merupakan pendidikan alternatif setelah pendidikan formal. Selain memberikan kesempatan bagi peserta didik yang ingin mengembangkan keterampilannya pada jenis pendidikan tertentu yang telah ada di jalur pendidikan formal juga memberikan kesempatan bagi masyarakat yang ingin mengembangkan pendidikan keterampilannya yang tidak dapat ditempuh dan tidak terpenuhi pada jalur pendidikan formal. Pendidikan non formal lebih berorientasi pada pendidikan yang efektif dan efisien agar peserta didik dapat belajar dengan mudah dan mencapai tujuan melalui proses yang hemat waktu dan biaya. 1

Model - Model Pendidikan Non Formal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Kuliah

Citation preview

Page 1: Model - Model Pendidikan Non Formal

BAB II

PEMBAHASAN

MODEL – MODEL PENDIDIKAN NON FORMAL

UNTUK PEMBANGUNAN

A. Pengertian Pendidikan Non Formal

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara.

Pendidikan non formal adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis di luar

sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian

penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta

didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya.

Pendidikan non formal merupakan pendidikan alternatif setelah pendidikan formal.

Selain memberikan kesempatan bagi peserta didik yang ingin mengembangkan

keterampilannya pada jenis pendidikan tertentu yang telah ada di jalur pendidikan

formal juga memberikan kesempatan bagi masyarakat yang ingin mengembangkan

pendidikan keterampilannya yang tidak dapat ditempuh dan tidak terpenuhi pada jalur

pendidikan formal. Pendidikan non formal lebih berorientasi pada pendidikan yang

efektif dan efisien agar peserta didik dapat belajar dengan mudah dan mencapai

tujuan melalui proses yang hemat waktu dan biaya.

Pendidikan non formal merupakan usaha masyarakat dalam mencari jalan keluar

terhadap persoalan pendidikan formal yang tidak terjangkau oleh masyarakat.

Perhatian pendidikan non formal lebih terpusat pada usaha-usaha untuk membantu

terwujudnya proses pembelajaran di masyarakat. Hal ini sesuai dengan Pasal 55, UU

Sisdiknas No.20 tahun 2003 butir pertama yaitu “Masyarakat berhak

menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan non

formal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial, dan budaya untuk

kepentingan masyarakat.”

1

Page 2: Model - Model Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal mempunyai fungsi membelajarkan individu atau kelompok

agar mampu memberdayakan dan mengembangkan dirinya sehingga mampu

beradaptasi terhadap perubahan atau perkembangan zaman. Berdasarkan fungsi

tersebut pendidikan non formal dapat melayani kebutuhan pendidikan suplemen,

pendidikan komplemen, pendidikan kompensasi, pendidikan substitusi, pendidikan

alternative (pengganti), pendidikan pengayaan, pendidikan pemutakhiran (updating),

pendidikan pelatihan atau keterampilan dan pendidikan penyesuaian atau

penyetaraan.

Penyelenggaraan pendidikan non formal (PNF) merupakan upaya dalam rangka

mendukung perluasan akses dan peningkatan mutu layanan pendidikan bagi

masyarakat. Jenis layanan dan satuan pembelajaran PNF sangat beragam, yaitu

meliputi:

1) Pendidikan Kecakapan hidup.

2) Pendidikan Anak Usia dini.

3) Pendidikan Kepemudaan

4) Pendidikan kesetaraan.

5) Pendidikan pemberdayaan perempuan.

6) Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, serta pendidikan lain yang ditujukan

untuk mengembangkan kemampuan peserta didik maupun masyarakat.

Adapun satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga

pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan masyarakat, majelis taklim, serta satuan

pendidikan yang sejenis.

B. Model – Model pendidikan Non Formal Untuk Pembangunan

Model – model pendidikan non formal yang ada di Indonesia sangat banyak

sekali. Terlebih yang berhubungan dengan pembangunan. Baik pembanguan

masyarakat, peserta didik maupun pembangunan Negara Indonesia itu sendiri.

Sebagaimana yang akan penulis paparkan dibawah ini:

1. Pemberdayaan Masyarakat

Pendidikan non formal berbasis masyarakat merupakan salah satu dari

desentralisasi pendidikan dan konsep otonomi daerah. Tuntutan reformasi yang

sangat penting adalah demokratisasi, yang mengarah pada dua hal yakni

2

Page 3: Model - Model Pendidikan Non Formal

pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan pemerintah daerah atau otonomi

daerah.

Demokratisasi penyelenggaraan pendidikan, harus mendorong pemberdayaan

masyarakat dengan memperluas partisipasi masyarakat dalam pendidikan yang

meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, dan

organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu

pelayanan pendidikan. Masyarakat tersebut dapat berperanan sebagai sumber,

pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan.

Dalam pendidikan pemberdayaan masyarakat, ada beberapa program yang

bisa dilaksanakan, khususnya untuk masyarakat pedesaan yang terpencil ataupun

terisolir dari pusat pemerintahan. Diantaranya adalah:

1) Program Riset Pembangunan pedesaan

Program Riset Pembangunan pedesaan mempunyai peranan penting

dan strategis dalam pembangunan daerah dan pembangunan nasional. Hal ini

disebabkan karena sebagian besar masyarakat tinggal di daerah pedesaan

dengan lingkungan yang memiliki potensi alam yang melimpah, lagi pula

pembangunan pedesaan menyentuh langsung kepentingan masyarakat desa.

2) Program dengan Menggunakan Bahasa Ibu

Pada program ini, pesan-pesan pendidikan nonformal akan lebih mudah

dan cepat dihayati dan dimengerti oleh masyarakat apabila disampaikan

dalam bahasa lokal atau bahasa ibu mereka. Kemudian digabungkan dengan

bahasa pendidikan. Sehingga bukan bahasa lokal saja yang dikuasai oleh

masyarakat.

3) Program Radio Siaran

Program ini berfungsi sebagai media pesan atau bahan belajar yang

efektif untuk merangsang pikiran dan sebagai salah satu media dengar

terutama bagi masyarakat di Pedesaan yang hidup di daerah terpencil atau

terisolir dan sulit terjangkau oleh pendidikan Non formal.

4) Program Lab-site

3

Page 4: Model - Model Pendidikan Non Formal

Program Lab - site dalam pendidikan non formal berfungsi sebagai

tempat praktek atau tempat rintisan program-program PNF dan tempat latihan

bagi tutor-tutor dalam membelajarkan warga belajar.

5) Model Pembelajaran Terpadu

Model Pembelajaran Terpadu merupakan model pembelajaran dengan

pendekatan yang menekankan pada aspek-aspek bersifat umum seperti

thinking skills, social skill, values and attitudes. Hal ini didasarkan pada

kenyataan bahwa setiap ilmu tidak mungkin berdiri sendiri dan pasti saling

berkaitan.

2. Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja

Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja yaitu meliputi kursus, magang,

kelompok belajar usaha, dan lain sebagainya. Namun dalam poin ini yang akan

penulis bahas adalah model pendidikan lembaga kursus yang memang pada

masa sekarang banyak diminati oleh peserta didik dan masyarakat dalam rangka

penambahan keterampilan dan skill.

Lembaga kursus sebagai fungsi sosial di harapkan dapat memberikan

kesempatan kepada peserta didik maupun masyarakat yang tergolong kurang

mampu, pengangguran, dan putus sekolah sehingga memiliki kompetensi tertentu

sebagai modal untuk meningkatkan kualitas hidupnya dalam rangka menghadapi

era globalisasi.

Tujuan lembaga kursus yaitu memberikan layanan pendidikan bagi

masyarakat agar memiliki kompetensi yang diperlukan dalam dunia usaha atau

dunia kerja sesuai dengan jenis kursus yang diikuti, sehingga mampu mengambil

peluang kerja pada perusahaan atau dunia industri dengan penghasilan yang

layak atau mampu menciptakan lapangan kerja sendiri.

3. Pendidikan Kesetaraan

Pendidikan kesetaraan merupakan pendidikan alternatif yang memberikan

kesempatan kepada warga, bangsa untuk memperoleh bekal pengetahuan,

keterampilan fungsional, sikap dan kepribadian profesional yang lulusannya

memiliki kemampuan yang sama dan setara dengan lulusan pendidikan formal.

Pendidikan kesetaraan secara umum bertujuan untuk memberikan kesempatan

4

Page 5: Model - Model Pendidikan Non Formal

belajar pendidikan dasar dan menengah yang bermutu dan relevan dengan

penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional, serta

pengembangan sikap dan kepribadian professional dalam rangka mendukung

pendidikan sepanjang hayat.

Sasaran pendidikan kesetaraan adalah masyarakat yang memiliki

keterbatasan dari segi ekonomi, sosial, budaya, jarak, waktu, geografi, maupun

masyarakat yang kurang beruntung dalam hal pelayanan pendidikan dan ingin

menyelesaikan pendidikannya yang terhambat. Selain itu sasaran pendidikan

kesetaraan juga melayani warga masyarakat yang memerlukan layanan khusus

seperti daerah perbatasan, daerah bencana dan daerah terisolir dengan fasilitas

pendidikan belum ada, serta dalam memenuhi kebutuhan belajar sebagai dampak

perubahan peningkatan taraf hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sebagai pendidikan alternatif, pendidikan kesetaraan dikembangkan mengacu

pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional dan Standar Nasional Pendidikan (Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan) yang disesuaikan dengan

tuntutan, kebutuhan dan karakteristik peserta didik serta dengan penguatan pada

penguasaan kecakapan hidup, khususnya kecakapan kerja.

Sesuai dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, Pasal 13

ayat (1) tentang jalur pendidikan, dan pasal 26, ayat (6) bahwa hasil PNF

kesetaraan dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah

melalui proses penilaian kesetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah

dengan mengacu pada standar nasional pendidikan sesuai PP No 19/2005.

Selanjutnya berdasarkan Kepmen No. 0131/U/1994 tentang Program Paket A dan

B, dan Kepmen Nomor 132/U/2004 tentang Paket C, PNF-kesetaraan berfungsi

sebagai pelayanan pembelajaran bagi masyarakat untuk mendapat pendidikan

melalui PNF dan pengakuan setara dengan tamatan SD, SMP, SMA.

Adapun yang menjadi penyelenggara kelompok belajar (komunitas belajar)

pendidikan kesetaraan meliputi:

1) PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)

2) SKB (Sanggar Kegiatan Belajar)

3) Pondok Pesantren

5

Page 6: Model - Model Pendidikan Non Formal

4) Majlis Taklim

5) Lembaga Kursus

6) Sekolah Rumah

7) Sekolah Alam

8) Sekolah Multigrade Teaching

9) Susteran

10) Diklat-diklat dan UPT

11) Lembaga Swadaya Masyarakat

12) Yayasan Badan hukum dan badan usaha

13) Organisasi Kemasyarakatan

14) Organisasi Sosial Masyarakat

15) Organisasi Keagamaan

Diversifikasi layanan pendidikan kesetaraan disediakan untuk merespon

disparitas potensi, kebutuhan, dan kompetensi masyarakat yang majemuk. Berikut

ini merupakan diversifikasi layanan khusus pada pendidikan kesetaraan:

1) Pangkalan belajar, yaitu sistem pelayanan pendidikan kesetaraan yang

menghubungkan antara pangkalan (homebased) dengan daerah-daerah

penyangga (hinterland) pada kawasan khusus, seperti kawasan perbatasan,

pulau kecil.

2) Pembelajaran langsung, yaitu model layanan pembelajaran yang dilakukan

secara langsung.

3) Pusat Sumber Belajar, yang berorientasi basis komunitas.

4) Layanan Pendidikan bergerak (mobile education service) atau Kelas Berjalan

(Mobile Classroom), merupakan pelayanan pendidikan dengan sistem jemput

bola (door to door) yang dilakukan oleh tutor pada peserta didik dari satu

tempat ke tempat yang lain.

5) E-Learning, yaitu pembelajaran pendidikan kesetaraan secara online (e-

learning) sebagai alternatif bagi peserta didik yang relative sulit untuk bertemu

langsung dengan tutor atau meninggalkan tempat kerjanya.

Kurikulum pendidikan kesetaraan diarahkan untuk mewujudkan insan

Indonesia cerdas komprehensif dan kompetitif bagi semua warga belajar

pendidikan kesetaraan. Selain itu, layanan kesetaraan, baik bagi masyarakat

6

Page 7: Model - Model Pendidikan Non Formal

pedesaan maupun masyarakat miskin di perkotaan tetap mempertimbangkan

beberapa faktor, antara lain:

1) Perencanaan integratif,

2) Memahami budaya setempat,

3) Penguasaan bahasa,

4) Akses kepada pendidikan dasar yang mengacu pada keterampilan hidup yang

sesuai dengan potensi lokal, budaya dan sumberdaya.

Sistem pembelajaran (delivery system) pada pendidikan kesetaraan dengan

menggunakan pendekatan sebagai berikut:

1) Induktif: membangun pengetahuan melalui kejadian atau fenomena empirik

dengan menekankan pada experiential learning (belajar dengan mengalami

sendiri).

2) Konstruktif: mengakui bahwa semua orang dapat membangun pandangannya

sendiri terhadap dunia, melalui pengalaman individual untuk menghadapi atau

menyelesaikan masalah dalam situasi yang tidak tentu atau ambigius.

3) Tematik: mengorganisasikan pengalaman-pengalaman, mendorong terjadinya

belajar di luar ruang kelas, mengaktifkan pengalaman belajar, menumbuhkan

kerjasama antar perserta didik.

4) Berbasis Lingkungan: untuk meningkatkan relevansi, dan kebermanfaatannya

bagi peserta didik sesuai potensi dan kebutuhan lokal.

Muatan kurikulum Pendidikan Kesetaraan mengacu pada Standar Nasional

Pendidikan (SNP) yang meliputi mata pelajaran, muatan lokal, dan

pengembangan diri. Adapun, pengaturan beban belajar diatur dengan

menggunakan dua sistem jam belajar:

a) Pertemuan sistem tatap muka (regular), dan

b) Satuan Kredit Kesetaraan (SKK).

Pendidikan kesetaraan menerapkan proses pembelajaran yang berorientasi

terhadap pencapaian standar kompetensi lulusan, dengan tiga pendekatan yaitu:

materi ajar yang bermuatan literacy dan life skills, pengorganisasian materi secara

tematik, proses pembelajaran yang bersifat induktif, dan penilaian kompetensi.

Dengan demikian standar kompetensi lulusan meliputi paket A, B, dan C. dan agar

7

Page 8: Model - Model Pendidikan Non Formal

pelaksanaan Program Pendidikan Kesetaraan dapat berhasil dengan baik, maka

perlu berbagai upaya peningkatan mutu secara menyeluruh.

4. Pendidikan Berbasis Masyarakat (Communihy-based education)

Pendidikan berbasis masyarakat (communihy-based education) merupakan

mekanisme yang memberikan peluang bagi setiap orang untuk memperkaya ilmu

pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran seumur hidup. Kemunculan

paradigma pendidikan berbasis masyarakat dipicu oleh arus besar modernisasi

yang menghendaki terciptanya demokratisasi dalam segala dimensi kehidupan

manusia, termasuk di bidang pendidikan. Mau tak mau pendidikan harus dikelola

secara desentralisasi dengan memberikan tempat seluas-luasnya bagi partisipasi

masyarakat.

Sebagai implikasinya, pendidikan menjadi usaha kolaboratif yang melibatkan

partisipasi masyarakat di dalamnva. Partisipasi pada konteks ini berupa kerjasama

antara warga dengan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan, menjaga

dan mengembangkan aktivitas pendidikaan. Sebagai sebuah kerjasama, maka

masyarakat diasumsi mempunyai aspirasi yang harus diakomodasi dalam

perencanaan dan pelaksanaan suatu program pendidikan.

Secara konseptual, pendidikan berbasis masyarakat adalah model

penyelenggaraan pendidikan yang bertumpu pada prinsip “dari masyarakat, oleh

masyarakat dan untuk masyarakat”. Pendidikan dari masyarakat artinya pendidik

memberikan jawaban atas kebutuhan masyarakat. Pendidikan oleh masyarakat

artinya masyarakat ditempatkan sebagai subyek atau pelaku pendidikan, bukan

objek pendidikan. Pada konteks ini, masyarakat dituntut peran dan partisipasi

aktifnya dalam setiap program pendidikan.

Adapun pengertian pendidikan untuk masyarakat artinya masyarakat

diikutsertakan dalam semua program yang dirancang untuk menjawab kebutuhan

mereka. Secara singkat dikatakan, masyarakat perlu diberdayakan, diberi peluang

dan kebebasan untuk mendesain, merencanakan, membiayai, mengelola dan

menilai sendiri apakah yang diperlukan secara spesifik di dalam, untuk dan oleh

masyarakat sendiri.

Di dalam Undang-undang No. 20/2003 pasal 1 ayat 16, arti dari pendidikan

berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan

8

Page 9: Model - Model Pendidikan Non Formal

agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan

pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat. Dengan demikian nampak bahwa

pendidikan berbasis masyarakat pada dasarnya merupakan suatu pendidikan

yang memberikan kemandirian dan kebebasan pada masyarakat untuk

menentukan bidang pendidikan yang sesuai dengan keinginan masyarakat itu

sendiri.

Dengan demikian, pendekatan pendidikan berbasis masyarakat adalah salah

satu pendekatan yang menganggap masyarakat sebagai agen sekaligus tujuan,

melihat pendidikan sebagai proses dan menganggap masyarakat sebagai

fasilitator yang dapat menyebabkan perubahan menjadi lebih baik. Dari sini dapat

ditarik pemahaman bahwa pendidikan dianggap berbasis masyarakat jika

tanggung jawab perencanaan hingga pelaksanaan berada di tangan masyarakat.

Pendidikan berbasis masyarakat bekerja atas asumsi bahwa setiap masyarakat

secara fitrah telah dibekali potensi untuk mengatasi masalahnya sendiri. Baik

masyarakat Kota ataupun Desa, mereka telah memiliki potensi untuk mengatasi

masalah mereka sendiri berdasarkan sumber daya vang mereka miliki serta

dengan memobilisasi aksi bersama untuk memecahkan masalah yang mereka

hadapi.

Dalam UU sisdiknas no 20/2003 pasal 55 tentang Pendidikan Berbasis

Masyarakat disebutkan sebagai berikut:

1) Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada

pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan

sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat.

2) Penyelenggara pendidikan berbasis masyarakat mengembangkan dan

melaksanakan kurikulum dan evaluasi pendidikan, serta manajemen dan

pendanannya sesuai dengan standar nasional pendidikan.

3) Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari

penyelenggara, masyarakat, Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sumber

lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

9

Page 10: Model - Model Pendidikan Non Formal

4) Lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan teknis,

subsidi Dana, dan sumber daya lain secara adil dan merata dari Pemerintah

dan/atau pemerintah daerah.

5) Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan

pemerintah.

Dari kutipan di atas nampak bahwa pendidikan berbasis masyarakat dapat

diselenggarakan dalam jalur formal maupun nonformal, serta dasar dari

pendidikan berbasis masyarakat adalah kebutuhan dan kondisi masyarakat, serta

masyarakat diberi kewenangan yang luas untuk mengelolanya. Oleh karena itu

dalam menyelenggarakannya perlu memperhatikan tujuan yang sesuai dengan

kepentingan masyarakat setempat.

Untuk itu Tujuan dari pendidikan nonformal berbasis masyarakat dapat

mengarah pada isu-isu masyarakat yang khusus seperti pelatihan karir, perhatian

terhadap lingkungan, budaya dan sejarah etnis, kebijakan pemerintah, pendidikan

politik dan kewarganegaraan, pendidikan keagamaan, pendidikan bertani,

penanganan masalah kesehatan serta korban narkotika, HIV/Aids dan sejenisnya.

Sementara itu lembaga yang memberikan pendidikan kemasyarakat bisa dari

kalangan bisnis dan industri, lembaga-lembaga berbasis masyarakat,

perhimpunan petani, organisi kesehatan, organisasi pelayanan kemanusiaan,

organisi buruh, perpustakaan, museum maupun organisasi persaudaraan.

Menurut Michael W. Galbraith, pendidikan berbasis masyarakat memiliki

prinsip-prinsip yang sangat penting, diantaranya yaitu:

1) Self determination (menentukan sendiri), yaitu Semua anggota masyarakat

memiliki hak dan tanggung jawab untuk terlibat dalam menentukan kebutuhan

masyarakat dan mengidentifikasi sumber-sumber masyarakat yang bisa

digunakan untuk merumuskan kebutuhan tersebut.

2) Self help (menolong diri sendiri), yaitu Anggota masyarakat dilayani dengan

baik ketika kemampuan mereka untuk menolong diri mereka sendiri telah

didorong dan dikembangkaii. Mereka menjadi bagian dari solusi dan

membangun kemandirian lebih baik bukan tergantung karena mereka

10

Page 11: Model - Model Pendidikan Non Formal

beranggapan bahwa tanggung jawab adalah untuk kesejahteraan mereka

sendiri.

3) Leadership development (pengembangan kepemimpinan), yakni para

pemimpin lokal harus dilatih dalam berbagai keterampilan untuk memecahkan

masalah, membuat keputusan, dan proses kelompok sebagai cara untuk

menolong diri mereka sendiri secara terus-menerus dan sebagai upaya

mengembangkan masyarakat.

4) Localization (lokalisasi), yaitu potensi terbesar untuk tingkat partisipasi

masyarakat tinggi terjadi ketika masyarakat diberi kesempatan dalam

pelayanan, program dan kesempatan terlibat dekat dengan kehidupan tempat

masyarakat hidup.

5) Integrated delivery of service (keterpaduan pemberian pelayanan), yaitu

adanya hubungan antaragensi di antara masyarakat dan agen-agen yang

menjalankan pelayanan publik dalam memenuhi tujuan dan pelayanan publik

yang lebih baik.

6) Reduce duplication of service, yaitu pelayanan Masyarakat seharusnya

memanfaatkan secara penuh sumber-sumber fisik, keuangan dan sumber

dava manusia dalam lokalitas mereka dan mengoordinir usaha mereka tanpa

duplikasi pelayanan.

7) Accept diversity (menerima perbedaan), yaitu menghindari pemisahan

masyarakat berdasarkan usia, pendapatan, kelas sosial, jenis kelamin, ras,

etnis, agama atau keadaan yang menghalangi pengembangan masyarakat

secara menyeluruh. Ini berarti penglibatan warga masyarakat perlu dilakukan

seluas mungkin dan mereka didorong atau dituntut untuk aktif dalam

pengembangan, perencanaan dan pelaksanaan program pelayanan dan

aktifitas-aktifitas kemasyarakatan.

8) Institutional responsiveness (tanggung jawab kelembagaan), yaitu pelayanan

terhadap kebutuhan masyarakat yang berubah secara terus-menerus adalah

sebuah kewajiban dari lembaga publik sejak mereka terbentuk untuk melayani

masyarakat. Lembaga harus dapat dengan cepat merespon berbagai

11

Page 12: Model - Model Pendidikan Non Formal

perubahan yang terjadi dalam masyarakat agar manfaat lembaga akan terus

dapat dirasakan.

9) Lifelong learning (pembelajaran seumur hidup), yaitu kesempatan

pembelajaran formal dan informal harus tersedia bagi anggota masyarakat

untuk semua umur dalam berbagai jenis latar belakang.

Prinsip-prinsip pengembangan masyarakat yang dikemukakan saat ini ialah

keterpaduan, berkelanjutan, keserasian, kemampuan sendiri (swadaya dan gotong

royong), dan kaderisasi. Prinsip keterpaduan memberi tekanan bahwa kegiatan

pengembangan masyarakat didasarkan pada program-program yang disusun oleh

masyarakat dengan bimbingan dari lembaga-lembaga yang mempunyai hubungan

tugas dalam pembangunan masyarakat.

5. Penyetaraan Home Schooling

Homes chooling yaitu metode pendidikan belajar-mengajar yang dilakukan di

rumah, baik oleh orang tua maupun tutor. Sebenarnya tidak harus di rumah.

Intinya, mereka yang menjalani homes chooling harus bisa belajar di mana saja,

kapan saja, dan dengan siapa saja. Materi pelajaran untuk siswa homes chooling

atau homes choolers itu bisa sesuai dengan kurikulum nasional, kurikulum

internasional, atau gabungan. Waktu belajarnya lebih fleksibel, biasanya homes

choolers punya banyak kesempatan mendalami bidang pelajaran sesuai minat

dan potensi masing-masing. Pendidikan homes chooling bisa dilakukan satu

keluarga, beberapa keluarga, atau bergabung dalam komunitas homes chooling.

Siswa yang punya kendala psikologis (mudah stres dan tertekan belajar di

sekolah), geografis (tempat tinggal jauh dari sekolah), dan ekonomis (keluarga

tidak mampu), bisa menemukan alternatif pendidikan dengan homes chooling

yang umumnya fleksibel, menyesuaikan dengan minat dan potensi tiap individu.

Direktur Pendidikan Kesetaraan Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah

Ella Yulaelawati mengatakan siswa yang mengikuti pendidikan home schooling

atau sekolah rumah bisa disetarakan dengan siswa sekolah biasa. Peserta home

schooling harus mengikuti ujian persamaan pendidikan nonformal berupa kejar

paket A untuk sekolah dasar, paket B untuk sekolah menengah pertama, dan

12

Page 13: Model - Model Pendidikan Non Formal

paket C untuk sekolah menengah atas atau ujian di Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat.

C. Manfaat Model – Model Pendidikan Non Formal Untuk Pembangunan

Berdasarkan beberapa poin yang telah penulis paparkan diatas, maka manfaat

dari model-model pendidikan non formal untuk pembangunan, baik pembangunan itu

ditinjau dari segi pemerintahan, masyarakat, maupun peribadadi sendiri. Maka dapat

penulis simpulkan yaitu:

1) Peranan pemerintah sedikit terkurangi dan memperbesar partisipasi masyarakat

dalam hal pembangunan melalui pendidikan non formal.

2) Dapat mempercepat proses penghapusan buta huruf bagi warga Indonesia.

3) Terciptanya masyarakat yang memiliki skill dan kemampuan, meski mereka tidak

mengikuti pendidikan formal.

4) Mengurangi angka pengangguran dan ketertinggalan khususnya bagi mereka

yang ada di pedesaan.

5) Penyetaraan pendidikan, membuka kesempatan kerja bagi mereka yang ingin

berkembang dan menikmati kesetarafan hidup.

Selain yang penulis sebutkan diatas, tentu masih banyak lagi manfaat-manfaat

dari model pendidikan non formal yang ada di Negara ini.

13

Page 14: Model - Model Pendidikan Non Formal

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

14

Page 15: Model - Model Pendidikan Non Formal

DAFTAR PUSTAKA

http://silfigustomi.blogspot.com/2013/03/pendidikan-non-formal.html

http://aisyahrama.blogspot.com/2009/05/pendidikan-non-formal.html

http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/pendidikan-nonformal/

http://ayiolim.wordpress.com/2011/02/23/perencanaan-pendidikan-nonformal-sebagai-

pendekatan-terpadu/

http://ujisem2ayunabila.blogspot.com/2012/06/prospek-pendidikan-nonformal-kini-

dan.html

http://www.bppaudnireg1.com/buletin/read.php?id=75&dir=6&idStatus=0

15