8
Jurnal Ilmiah WIDYA Eksakta Volume 1 Nomor 1 Juli 2017 48 ISSN ISSNL 23376686 23383321 MODEL KONSELING PSIKODRAMA DAN HIPNOTERAPI UNTUK MENINGKATKAN POTENSI MAHASISWA Safitri M 1) , Winanti Siwi Respati 2) , Aziz Luthfi 3) 1) 2) Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul 3) Fakultas Teknik Universitas Esa Unggul 1) [email protected], 2) [email protected], 3) [email protected] ABSTRACT: Banyak permasalahan mahasiswa baik yang terkait langsung atau tidak dengan proses belajarnya yang dapat terdeteksi dini di tahun pertama belajarnya, dan dapat berdampak pada hasil belajar di perguruan tinggi. Tujuan dalam penelitian ini adalah memadukan model konseling kelompok dengan hipnoterapi untuk menanggulangi permasalahan dan meningkatkan potensi, dengan mempertimbangkan tugas perkembangannya. Metode penelitian menggunakan kuasi eksperimen. Analisa kuantitatif untuk profil melalui gambaran tahapan perkembangan, dan eksperimen dalam memberikan bimbingan kelompok melalui psiko drama dan hipnoterapi. Subjek adalah mahasiswa dari beragam program studi di Universitas Esa Unggul (UEU) angkatan 2014. Hasil penelitian diperoleh bahwa tugas perkembangan yang berada dibawah ratarata terendah pada mahasiswa UEU adalah landasan perilaku etis, kematangan emosional dan kematangan intelektual. Konseling dengan Psikodrama dan Hipnoterapi memperlihatkan ada perubahan yang signifikan dalam perasaan, tingkat persoalan, kemauan dan kemampuan memecahkan persolan sebelum dan setelah kegiatan. Juga ada perubahan signifikan tiap aspek tugas perkembangan dan ratarata setelah proses konseling Kata Kunci: konseling kelompok, psikodrama, hipnoterapi ABSTRACT : There are problems of students who are directly or indirectly associated with the learning process of students that are detected early in the first year of study, can influence of their potential in studying in the collage. The purpose of this research is to integrate the model group counseling with hypnotherapy to overcome the problems and increase the potential of students, throuh the result of aspect in development stage. The research method is quasi experiment. Quantitative methods for analysis and test different descriptions, experimental method in providing guidance groups through psycho drama and hypnotherapy. Samples are 120 students Esa Unggul University (UEU) 2014th, with proportional random sampling technique to see the task of development of students using ATP, a standard measurement from UPI Bandung. The research results that the aspect of development stage that are below the average of the lowest in UEU students are a cornerstone of ethical behavior, emotional maturity and intellectual maturity. Counseling with Psychodrama, Focuss Group Discussion and Hypnotherapy showed there is a significant change (sig 0,00) in the feeling of openness and receiving input, the level of problems, willingness and ability to solve problem before and after activity. The empty chair and hand cataliptic techniques most widely used in hypnotherapy. Also there is a significant level (sig 0,0) in every aspect of the task and the average aspect of development aspect after cuonseling process for students who are obeying all the stages of counseling. Keywords: group counseling, psychodrama, hypnoteraphy PENDAHULUAN Latar belakang penelitian ini bahwa tingkat mahasiswa aktif, kelulusan dan kemampuan belajar mahasiswa Esa Unggul belum mencapai hasil yang diharapkan. Hampir setiap tahun banyak mahasiswa yang tidak mendaftar ulang, mahasiswa yang lulus tepat waktu kurang dari 20 % dan IPK ratarata kelulusan yang > 3,00 belum mencapai 50 %. Data mahasiswa aktif untuk angkatan 2012 hanya mencapai 80 % di tahun pertama, dan IPK ratarata untuk tahun pertamanya adalah kurang dari 3.0. Data ini menunjukkan bahwa beberapa maha siswa sudah mengalami masalah di tahun pertama kuliahnya. Setiap siswa lulusan SMU yang memasuki dunia Perguruan Tinggi, harus melakukan proses perubahan/adaptasi dalam cara belajar maupun dalam melakukan interaksi sosial. Banyak yang berhasil melalui adaptasi/perubahan tersebut, namun tidak sedikit jumlahnya yang gagal melalui tahapan. Faktorfaktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor internal yang meliputi fisik dan psikologis, dan faktor eksternal yang meliputi faktor non sosial dan faktor sosial (Syamsu Yusuf LN dan Juntika Nurihsan, 2009:2). Hasil analisis kebutuhan layanan bimbingan mahasiswa, kebijakan, program dan implementasinya menyimpulkan profil mahasiswa UEU sangat hete rogen, dimana sikap belajar memperlihatkan motivasi yang cenderung rendah, sikap sosial kurang mampu menampilkan yang positif, dan cenderung bersikap pesimis terhadap perkembangan dirinya (Safitri dkk, 2009:30). Juga di dapatkan hasil bahwa harapan mahasiswa terhadap fungsi Penasehat Akademik (PA) dan pelaksanaan tugas oleh para PA cenderung rendah. Ada kebutuhan mahasiswa akan bimbingan tidak hanya masalah akademik, melainkan juga masalah pribadi. Sehingga dibutuhkan bimbingan dan konseling yang terstruktur dimulai dari bimbingan akademik dengan PA di program studi, dan konseling di Biro Konseling. Pelaksanaan konseling di UEU diatur melalui Biro Konseling, yang memberikan pelayanan bagi

MODELKONSELING PSIKODRAMADAN HIPNOTERAPI UNTUK

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Jurnal Ilmiah WIDYA Eksakta Volume 1 Nomor 1 Juli 201748

ISSNISSN­L

2337­66862338­3321

MODEL KONSELING PSIKODRAMA DAN HIPNOTERAPIUNTUK MENINGKATKAN POTENSI MAHASISWA

Safitri M1), Winanti Siwi Respati2), Aziz Luthfi3)

1) 2) Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul3) Fakultas Teknik Universitas Esa Unggul

1) [email protected], 2) [email protected], 3) [email protected]

ABSTRACT: Banyak permasalahan mahasiswa baik yang terkait langsung atau tidak dengan proses belajarnya yang dapat terdeteksidini di tahun pertama belajarnya, dan dapat berdampak pada hasil belajar di perguruan tinggi. Tujuan dalam penelitian ini adalahmemadukan model konseling kelompok dengan hipnoterapi untuk menanggulangi permasalahan dan meningkatkan potensi, denganmempertimbangkan tugas perkembangannya. Metode penelitian menggunakan kuasi eksperimen. Analisa kuantitatif untuk profilmelalui gambaran tahapan perkembangan, dan eksperimen dalam memberikan bimbingan kelompok melalui psiko drama danhipnoterapi. Subjek adalah mahasiswa dari beragam program studi di Universitas Esa Unggul (UEU) angkatan 2014. Hasil penelitiandiperoleh bahwa tugas perkembangan yang berada dibawah rata­rata terendah pada mahasiswa UEU adalah landasan perilaku etis,kematangan emosional dan kematangan intelektual. Konseling dengan Psikodrama dan Hipnoterapi memperlihatkan ada perubahan yangsignifikan dalam perasaan, tingkat persoalan, kemauan dan kemampuan memecahkan persolan sebelum dan setelah kegiatan. Juga adaperubahan signifikan tiap aspek tugas perkembangan dan rata­rata setelah proses konselingKata Kunci: konseling kelompok, psikodrama, hipnoterapi

ABSTRACT: There are problems of students who are directly or indirectly associated with the learning process of students that aredetected early in the first year of study, can influence of their potential in studying in the collage. The purpose of this research is tointegrate the model group counseling with hypnotherapy to overcome the problems and increase the potential of students, throuh theresult of aspect in development stage. The research method is quasi experiment. Quantitative methods for analysis and test differentdescriptions, experimental method in providing guidance groups through psycho drama and hypnotherapy. Samples are 120 studentsEsa Unggul University (UEU) 2014th, with proportional random sampling technique to see the task of development of students usingATP, a standard measurement from UPI Bandung. The research results that the aspect of development stage that are below the averageof the lowest in UEU students are a cornerstone of ethical behavior, emotional maturity and intellectual maturity. Counseling withPsychodrama, Focuss Group Discussion and Hypnotherapy showed there is a significant change (sig 0,00) in the feeling of opennessand receiving input, the level of problems, willingness and ability to solve problem before and after activity. The empty chair and handcataliptic techniques most widely used in hypnotherapy. Also there is a significant level (sig 0,0) in every aspect of the task and theaverage aspect of development aspect after cuonseling process for students who are obeying all the stages of counseling.

Keywords: group counseling, psychodrama, hypnoteraphy

PENDAHULUANLatar belakang penelitian ini bahwa tingkat

mahasiswa aktif, kelulusan dan kemampuan belajarmahasiswa Esa Unggul belum mencapai hasil yangdiharapkan. Hampir setiap tahun banyak mahasiswayang tidak mendaftar ulang, mahasiswa yang lulustepat waktu kurang dari 20 % dan IPK rata­ratakelulusan yang > 3,00 belum mencapai 50 %.

Data mahasiswa aktif untuk angkatan 2012hanya mencapai 80 % di tahun pertama, dan IPKrata­rata untuk tahun pertamanya adalah kurang dari3.0. Data ini menunjukkan bahwa beberapa maha­siswa sudah mengalami masalah di tahun pertamakuliahnya. Setiap siswa lulusan SMU yang memasukidunia Perguruan Tinggi, harus melakukan prosesperubahan/adaptasi dalam cara belajar maupun dalammelakukan interaksi sosial. Banyak yang berhasilmelalui adaptasi/perubahan tersebut, namun tidaksedikit jumlahnya yang gagal melalui tahapan.Faktor­faktor yang mempengaruhi belajar adalahfaktor internal yang meliputi fisik dan psikologis, dan

faktor eksternal yang meliputi faktor non sosial danfaktor sosial (Syamsu Yusuf LN dan JuntikaNurihsan, 2009:2).

Hasil analisis kebutuhan layanan bimbinganmahasiswa, kebijakan, program dan implementasinyamenyimpulkan profil mahasiswa UEU sangat hete­rogen, dimana sikap belajar memperlihatkan motivasiyang cenderung rendah, sikap sosial kurang mampumenampilkan yang positif, dan cenderung bersikappesimis terhadap perkembangan dirinya (Safitri dkk,2009:30). Juga di dapatkan hasil bahwa harapanmahasiswa terhadap fungsi Penasehat Akademik (PA)dan pelaksanaan tugas oleh para PA cenderungrendah. Ada kebutuhan mahasiswa akan bimbingantidak hanya masalah akademik, melainkan jugamasalah pribadi. Sehingga dibutuhkan bimbingan dankonseling yang terstruktur dimulai dari bimbinganakademik dengan PA di program studi, dan konselingdi Biro Konseling.

Pelaksanaan konseling di UEU diatur melaluiBiro Konseling, yang memberikan pelayanan bagi

Safitri M, Winanti SiwiRespati dan Aziz Luthfi,48 ­ 55

Model Konseling Psikodrama danHipnoterapi Untuk Meningkatkan

Potensi Mahasiswa

Jurnal Ilmiah WIDYA Eksakta Volume 1 Nomor 1 Juli 201749

mahasiswa yang datang langsung atau berdasarkanarujukan dari Penasehat Akademik. Program men­toring melalui PA diharapkan bisa mendeteksi awalbagi mahasiswa bimbingannya, dimana early detectormahasiswa yang memerlukan PA (Safitri, 2011)meliputi 1) kehadiran rata­rata di kelas kurang dari 70% sebelum UTS dan UAS, 2) IPK kurang dari 2, 5, 3)bila terlihat perilaku tidak sesuai dengan kriteriauniversitas, misalnya kurang tertib, kurang santun.Data mahasiswa yang datang konseling untukmasalah non akademik pertahun rata­rata hanya 8orang, sedangkan yang melakukan konseling untukaktif kembali mencapai rata­rata 150 mahasiswa.

Bimbingan tahap awal dengan para PA yangtelah dibuat terstruktur tidak mudah mengenali per­masalahan pribadi yang terkait dalam proses pem­belajaran. Para PA belum sepenuhnya menjalaniperan sebagai mentor yang harus dapat memahamipsikososial bimbingannya sekaligus mengetahuifungsinya sebagai pentransfer ilmu yang memberikanpendidikan vokasional terhadap mereka. Dari hasilsurvey didapatkan hasil bahwa dari dua fungsiprogram mentoring (vokasional dan psikososial), parasiswa minoritas lebih memilih fungsi psikososialyang berfungsi sebagai model peran, memotivasi,konseling dan hubungan pertemanan (Dubois, DavidL dalam Safitri, 2011:36).

Terdapat dua model dalam melakukan programkonseling yaitu grooming yang menekankan pem­belajaran one­on­one dengan benefit / manfaat hanyaditujukan semata­mata pada mahasiswa, serta modelnetworking yang memungkinkan pembelajaran di­lakukan oleh seorang konselor dengan sebuah groupmahasiswa untuk terjadinya proses belajar yangtimbal balik. Solusi untuk menggunakan dua modeldiatas dengan membuat desain program yang meng­gabungkan keduanya (Policastro, Ellen F, dalamSafitri 2011). Hal ini ditemukan dalam praktek kon­seling individual bahwa dalam suasana perasaan ter­tentu, seorang mahasiswa yang menjadi klien danbiasanya dapat mengemukakan persoalannya, ka­dang­kadang tidak dapat mengemukakan kesulitan­nya. Dalam hal ini, mahasiswa akan lebih mudahmengungkapkan kesulitannya dalam suasana kelom­pok bersama teman sebayanya (Nata W Rochman,2006: 25). Untuk itu dibutuhkan model konselingyang bisa menarik minat mahasiswa baik dalam ben­tuk konseling kelompok maupun individual.

Banyak permasalahan manusia karena persoalanyang telah lama disimpan di bawah pikiran sadar.

Hasil penelitian Setyabudi (2006:35) seorang yangsulit berhenti merokok, adalah kebiasaan merokokyang merupakan hasil kerja dari pikiran bawah sadar.Sedang keinginan untuk berhenti merokok adalahhasil logika pikiran sadar. Namun logika bahwarokok merugikan kesehatan terkalahkan olehkebiasaan yang sudah tertanam kuat di pikiran bawahsadar. Melalui hipnoterapi memungkinkan dapatmeningkatkan kendali terhadap pikiran bawah sadarindividu, sehingga individu dapat menggunakan dayapikiran bawah sadar yang sangat besar itu untukkesembuhan, kesuksesan dan pengendalian diriindividu. Mahasiswa yang mempunyai masalah masalalu yang bisa berdampak pada kegiatannya saat ini,harus bisa diberi jalan keluar melalui hipnoterapi.

Tujuan Penelitian ini adalah mendapatkan modelkonseling psikodrama dan psikoterapi, untuk me­ningkatkan potensi mahasiswa, dengan memper­timbangkan hasil tes tahapan perkembangannya.

METODOLOGI PENELITIANMetode penelitian yang dilakukan merupakan

kuasi eksperimen. Analisis diskripsi dan uji bedadengan metoda kuantitatif (120 responden). Eks­perimen dilakukan melalui observasi pada pelatihanpsiko drama dengan theater healing dan FGD (52responden atas persetujuan prodi), dilanjutkankonseling individual dengan hipnoterapi.

PEMBAHASAN

Profil Mahasiswa Berdasarkan Aspek TugasPerkembangan

Kebutuhan akan tugas­tugas dan tingkat per­kembangan perlu diidentifikasi dan dirumuskansebelum merumuskan rancangan tujuan program bim­bingan dan konseling perkembangan. Ada dua halyang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi danmerumuskan kebutuhan, yaitu (1) mengkaji kebu­tuhan yang nyata di lapangan, (2) mengkaji harapanlingkungan secara ideal.

Tim BK dari UPI Bandung (Syamsu Yusuf LNdan Juntika Nurihsan, 2003) telah menyusun sebuahalat ukur ATP untuk mengidentifikasi permasalahanmahasiswa untuk tujuan Bimbingan & Konseling.Ada 11 aspek permasalahan perkembangan yangdapat diidentifikasi, yaitu:1. Permasalahan yang terkait dengan landasan hidupreligius, yang mencakupi kegiatan berdoa, belajaragama, memiliki keimanan dan sabar.

Safitri M, Winanti SiwiRespati dan Aziz Luthfi,48 ­ 55

Model Konseling Psikodrama danHipnoterapi Untuk Meningkatkan

Potensi Mahasiswa

Jurnal Ilmiah WIDYA Eksakta Volume 1 Nomor 1 Juli 201750

2. Permasalahan yang terkait dengan landasanperilaku etis, yang mencakupi perilaku jujur, hormatkepada orang tua, sikap sopan dan santun.3. Permasalahan yang terkait dengan kematanganemosional, yang mencakupi kebebasan dalam menge­mukakan pendapat, tidak cemas, pengenalan emosi,dan kemampuan menjaga stabilitas emosi.4. Permasalahan yang terkait dengan kematanganintelektual, yang mencakupi sikap kritis, sikaprasional, kemampuan membela hak pribadi, dankemampuan menilai secara realistis.5. Permasalahan yang terkait dengan kesadarantanggung jawab, yang mencakupi sikap mawas diri,tanggung jawab atas tindakan pribadi, partisipasipada lingkungan, dan disiplin.6. Permasalahan yang terkait dengan peran sosialsebagai pria dan wanita, yang mencakupi pemahamantentang perbedaan pokok laki­laki dan perempuan,peran sosial sesuai jenis kelamin, tingkah laku dankegiatan sesuai jenis kelamin.7. Permasalahan yang terkait dengan penerimaan diridan pengembangannya, yang mencakupi kondisifisik, kondisi mental, pengembangan cita­cita.8. Permasalahan yang terkait dengan kemandirianperilaku ekonomis, yang mencakupi upaya meng­hasilkan uang, sikap hemat dan menabung, bekerjakeras dan ulet, serta tidak mengharap pemberianorang.9. Permasalahan yang terkait dengan wawasanpersiapan karir, yang mencakupi pemahaman jenispekerjaan, kesungguhan belajar, upaya meningkatkankeahlian, dan perencanaan karir.10. Permasalahan yang terkait dengan kematanganhubungan dengan teman sebaya, yang mencakupipemahaman tingkah laku orang lain, kemampuanberempati, kemampuan bekerjasama, dankemampuan hubungan sosial.11. Permasalahan yang terkait dengan persiapan diriuntuk pernikahan dan hidup berkeluarga ataupemilihan pasangan, kesiapan menikah, danreproduksi yang sehat.

Profil mahasiswa Esa Unggul berdasarkan aspektugas perkembangan adalah seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Aspek Tugas Perkembangan MahasiswaEsa Unggul Angkatan 2014

Berdasarkan Gambar 1 terlihat dari 11 aspektugas perkembangan maka yang paling rendah adalahkematangan emosional, diikuti kematangan intelek­tual dan landasan perilaku etis. Sedangkan aspekyang paling baik adalah penerimaan diri dan pengem­bangannya, kemandirian perilaku ekonomis danperan sosial sebagai pria dan wanita

Psikodrama Dengan Pelatihan Theater Healingdan Focus Group Discussion (FGD)

Gambaran rincian kegiatan psikodrama denganTheater Healing dapat dilihat pada Tabel 1 ini.

Tabel 1. Rincian Kegiatan Pelatihan Psikodramadengan Theater Healing

Dari pengujian pre dan post tes terlihat adaperubahan perasaan mahasiswa, dimana sebelumpelatihan banyak yang merasakan biasa saja, sedang­kan setelah pelatihan perasaan senang bertambahbanyak. Berdasarkan pengungkapan warna juga ter­lihat ada perubahan pemilihan warna sebagai peng­ungkapan perasaan. Warna gelap berkurang bergantidengan warna cerah yang menandakan perasaanmahasiswa bertambah senang. Kemampuan ber­eksplorasi/bercerita dan menerima masukan sebelumdan setelah pelatihan juga bertambah. Demikian pulaada perbedaan tingkat perasaan, tingkat perasaandengan warna, tingkat bereksplorasi/bercerita sertatinggi rendahnya kemampuan menerima masukansebelum dan sesudah kegiatan (skala 1 sampai 10)..

Hasil sig pearson chi square adalah 0,00 untuksemua pengukuran variabel diatas, yang memper­lihatkan ada perbedaan sebelum dan setelah pelatihantheater healing

Kegiatan konseling kelompok dengan FGDdilakukan tiga kali dengan tema yang berbeda yaitu:

Safitri M, Winanti SiwiRespati dan Aziz Luthfi,48 ­ 55

Model Konseling Psikodrama danHipnoterapi Untuk Meningkatkan

Potensi Mahasiswa

Jurnal Ilmiah WIDYA Eksakta Volume 1 Nomor 1 Juli 201751

persiapan menghadapi UTS, memaafkan dan per­gaulan masa kini. Kegiatan FGD dibuka dengan per­mainan yang menyenangkan, dilanjutkan dengancerita singkat pengalaman yang sarat emosi terkaittema. Kemudian responden berdiskusi dalam ke­lompok kecil. Setiap orang yang hadir akan men­ceritakan pengalaman masing­masing. Sebelum ber­cerita dan setelah bercerita, fasilitator memintaresponden untuk memberi skala (1 sampai 10)tentang tingkat persoalan, keinginan dan SDM/kemampuan untuk berubah. Dari ketiga FGDdiperoleh hasil ada perbedaan dalam tingkatpersoalan, keinginan dan SDM/kemampuan menga­tasi persoalan sebelum dan setelah kegiatan, baik darinilai rata­rata skala yang diukur dan hasil uji bedachi square (sig 0,00)

HipnoterapiHipnoterapi telah diklaim sebagai alat terapeutik

yang berguna dalam psikososial (Piccione, Hilgard,& Zimbardo dalam Setyabudi, Murphy, &Damayanti, 2004:35), dan ada banyak laporantentang aplikasi untuk berbagai macam gangguanpsikosomatik (misalnya, Haanen, Hoenderdos, vanRomunde, Hop, Mallee, & Terwiel dalam Setyabudi,& Atiyatul, 2005:40)

Metode dalam pelaksanaan implementasihipnoterapi adalah sebagai berikut (Lynn, S. J., &Sherman, S. J, 2000) (1) Pre­Induction, terapismembuka percakapan dan menghilangkan mis­konsepsi dan rasa takut terhadap hypnosis, sertamenjawab pertanyaan­pertanyaan. Pre­induction jugadisebut tahap Pre­Talk atau Pre­Interview. (2)Suggestibility Test / Uji sugestibilitas, untuk menge­tahui apakah seseorang memiliki tipe physicalsuggestibility (sugestibilitas fisik) atau emotionalsuggestibility (sugestibilitas perasaan) digunakan Ujisugestibilitas. Mengetahui tipe sugestibilitas se­seorang sangat penting untuk menentukan tipeinduksi yang digunakan dan teknik terapi yangcocok. (3) Induction/Induksi, adalah untuk mem­bimbing klien mengalami trance hypnosis. Trancehypnosis adalah suatu kondisi kesadaran dimanabagian kritis pikiran sadar tidak aktif, sehingga kliensangat reseptif terhadap sugesti yang diberikan olehhypnotist. Ada banyak cara yang dapat digunakanuntuk induksi. Syarat utama agar proses induksiberjalan lancar adalah individu harus bersediadihipnotis. Bila menolak dihipnotis maka tidak akanmampu menghipnotis seseorang. Hipnoterapi tidak

bisa diterapkan secara paksa. (4) Deepening, untukmembuat klien semakin suggestible (meningkatkankemampuan untuk menerima sugesti). (5) HypnoticTherapy / Suggestion (Terapi Hipnotis / MemberiSugesti), diperlukan penguasan teknik­teknik tertentupada fase ini, karena orang yang baru bisamenghipnotis belum tentu bisa melakukan terapiuntuk menyelesaikan masalah yang serius. Dalambanyak kasus, memberi sugesti secara langsung(direct suggestion) memang sangat efektif dan sudahbisa membuat klien mengalami perubahan drastis.Namun apabila masalah yang dihadapi kliensebenarnya disebabkan oleh peristiwa traumatik dimasa lalu, maka perlu dilakukan teknik khususseperti age regression, time line therapy,hypnoanalysis, forgiveness therapy, empty chairtherapy, handcataleptic, anchoring atau tekniklainnya. (6) Termination / Mengakhiri Hypnosis /Hypnotherapy, Ini merupakan tahap akhir, kliendiminta membuka mata, dimana klien sering terlihattersenyum yang ceria dan mata berbinar. Mem­bangunkan klien dari hypnosis adalah hal yang palingmudah dan menyenangkan, Sepanjang sejarah peng­gunaan hypnosis, tidak satupun orang yang tidak bisabangun dari kondisi hypnosis.

Mahasiswa yang telah mengikuti TheaterHealing dan FGD secara lengkap, ditawarkan untukmengikuti hipnoterapi. Pelaksanaan hipnoterapi di­laksanakan di ruang konseling individual FakultasPsikologi, dengan jadwal yang sudah disepakati.Responden diminta untuk mengisi data pribadi danlembar kesediaan untuk diterapi dengan teknikhipnoterapi. Terapis akan mempelajari isian data danhasil tes tugas perkembangan. Kemudian terapis akanmengajak responden memasuki ruang konseling, danmelakukan proses konseling. Terapis akan memilihteknik terapi yang akan dipakai untuk memecahkanpersoalan yang disepakati bersama. Sebelum terapidilakukan, responden diminta untuk menyatakantingkat persoalan, kemauan dan kemampuan untukmenyelesaikan dalam skala 1 sampai 10. Begitu jugasetelah terapi dilakukan, responden kembali dimintauntuk menyatakan dengan kembali. Terapis berasaldari komunitas yang telah mengikuti pelatihanHipnoterapi dengan latar belakang pendidikan yangberagam, dan tidak semua dari psikologi. Semuaterapis sudah pernah melakukan terapi denganmetoda hipnoterapi sebelumnya. Hasil uji bedamemperlihatkan ada perbedaan yang siginifikan (sig

Safitri M, Winanti SiwiRespati dan Aziz Luthfi,48 ­ 55

Model Konseling Psikodrama danHipnoterapi Untuk Meningkatkan

Potensi Mahasiswa

Jurnal Ilmiah WIDYA Eksakta Volume 1 Nomor 1 Juli 201752

0,00) untuk tingkat masalah, keinginan dankemampuan untuk berubah sebelum dan setelahpelaksanaan terapi kesatu dan kedua.

Teknik terapi yang digunakan adalah reframing,anchoring, empty chair, hand catalicptic, ego statedan clean language. Teknik yang terbanyakdigunakan adalah empty chair, hand catalicptic danclean language. Tidak ada hubungan signifikan (sig >0,05) antara persoalan yang ditemui dengan jenisteknik terapi yang dilakukan, artinya tidak ada tekniktertentu yang hanya cocok untuk problem tertentu.Jika tidak cocok/mengalami perubahan dengan tekniktertentu dapat dicoba dengan teknik lainnya. Jadiuntuk problem tertentu bisa saja menggunakanberbagai teknik yang berbeda.

Aspek Tugas Perkembangan Setelah TerapiBerdasarkan hasil tes tugas perkembangan

responden yang telah mengikuti seluruh tahap didapathasil uji beda nilai rata­rata dari setiap aspek sepertitabel 2 dibawah.

Tabel 2. Hasil Uji Beda Aspek Tugas Perkem­bangan Sebelum dan Setelah MengikutiTerapi

Dari tabel diatas dapat terlihat ada perubahannilai rata­rata dari setiap aspek tugas perkembanganmaupun rata­rata keseluruhan.

Evaluasi Terhadap TerapisSesuai usulan penelitian tahun pertama yang

menyarankan adanya evaluasi responden terhadapterapis, maka responden yang mengikuti konselingindividual dengan hipnoterapi diminta untukmengevaluasi bagaimana cara terapis saat melakukankonseling, dengan menuliskan berdasarkan apa yangdifikirkan dan dirasakan.

Hasil evaluasi menunjukkan hampir semuaresponden merasa nyaman dan bisa terbuka denganpara terapis serta menyukai metoda yang digunakan.Berikut dua pendapat responden untuk terapis.

“Komunikasi antara terapis dengan sayamenyenangkan, yang awalnya mungkin saya merasacanggung, tetapi bisa dikendalikan dengankomunikasi yang asertif yang diberikan terapis. Tidakmemaksa saya untuk menceritakan semua beban,mencoba untuk care terhadap saya, dapatmenenangkan saya dan memberikan opini posistifnyauntuk menguatkan dan membantu sayamenyelesaikan masalah. Sehingga komunikasi yangterjadi bukan terapis dengan client tetapi denganteman akrab.” (A, perempuan)

“Sangat menyenangkan bisa menceritakan apapermasalahan­permasalahan yang saya rasakanselama ini ke orang yang tepat karena itu sangatmembantu saya untuk menjalani kehidupan esok hariserta masukan­masukan yang sangat mudahdimengerti dengan metoda yang digunakan. Sehinggaorang­orang yang dikonseling bisa mudah paham.Lega itu perasaan saya setelah dikonseling.” (M,laki­laki)

DiskusiHasil penelitian tahun kedua sejalan dengan hasil

penelitian tahun pertama (Safitri, 2015:14).Kelebihan penelitian kedua menggunakan respondenyang lebih heterogen. Tidak hanya terdiri darimahasiswa psikologi tetapi berbagai prodi diUniversitas Esa Unggul. Kelas pararel tidak lagidiambil sebagai responden, karena hasil penelitiantahun ke­1 memperlihatkan semua variabel yangdiukur pada kelas pararel sama dengan kelas reguler.Mahasiswa yang menjadi responden berasal dariprogram studi dari fakultas ekonomi, teknik,kesehatan, hukum, komunikasi, fisioterapi, psikologi,ilmu komputer dan PGSD.

Safitri M, Winanti SiwiRespati dan Aziz Luthfi,48 ­ 55

Model Konseling Psikodrama danHipnoterapi Untuk Meningkatkan

Potensi Mahasiswa

Jurnal Ilmiah WIDYA Eksakta Volume 1 Nomor 1 Juli 201753

Pada tugas perkembangan ditemukan tigaproblem yang dihadapi mahasiswa relatif sama yaknilandasan perilaku etis, kematangan emosional dankematangan intelektual. Yang berbeda yaitu untukmahasiswa psikologi 2013 reguler paling rendah diaspek perilaku etis, psikologi 2013 pararel pada aspekkematangan intelektual, sedangkan mahasiswa EsaUnggul 2014 pada aspek kematangan emosional.

Permasalahan yang terkait dengan landasanperilaku etis, mencakup perilaku jujur, hormat kepadaorang tua, sikap sopan dan santun. Dengan demikianmahasiswa psikologi angkatan 2013 perlu untukdiberi pendampingan dalam tahun­tahun awalpendidikan untuk berlaku jujur misal memberiperingatan keras jika mencontek atau melakukanplagiat. Begitu juga sikap hormat kepada guru atauyang lebih tua harus ditumbuhkan. Sikap sopan dansantun harus dibiasakan misal dengan cara sopan saatmelakukan diskusi atau menjawab pertanyaan, jugaberempati dengan teman yang sedang presentasi

Permasalahan yang terkait dengan kematanganintelektual, mencakup sikap kritis, sikap rasional,kemampuan membela hak pribadi, dan kemampuanmenilai secara realistiis. Aturan kerja dan adanyaatasan bagi mahasiswa pararel menyebabkan sikapkritis, membela diri dan intelektual menjadi rendah.Sehingga mahasiswa psikologi angkatan 2013 pararelharus ditumbuhkan sikap kritis dan membela diriserta mampu menilai persoalan melalui kegiatandiskusi dan presentasi.

Permasalahan yang terkait dengan kematanganemosional, mencakup kebebasan dalammengemukakan pendapat, tidak cemas, pengenalanemosi, dan kemampuan menjaga stabilitas emosi.Maka proses kegiatan pendidikan di Esa Unggulhendaknya melatih mahasiswa untuk beranimengemukakan pendapat, mampu mengenali emosidan stabilitas emosi dengan cara melatih mahasiswamelakukan presentasi dengan baik, ikut kegiatanorganisasi mahasiswa tanpa mengesampikankewajiban belajarnya

Kegiatan psikodrama dengan Theater Healingdibantu oleh pakar seni dari Teater Bukan Main danfasilitator Art teraphy psikologi membantu respondenuntuk membuka diri dan tidak malu melakukan hal­hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya.Mampu berekspresi sesuai keinginan diri sendiri atauorang lain, mampu melepaskan emosi dan membukadiri untuk menerima masukan dari orang lain.Aktifitas yang menyenangkan menjadi pembuka

sehingga responden mendapatkan keberanian untukmelakukan hal­hal yang mungkin tidak mau merekalakukan sebelumnya, mau menceritakan hal­hal yangselama ini mungkin dipendam tak beranidikemukakan, mampu berkolaborasi dengankelompok untuk mementaskan drama yang tidakpunya teks, hanya memvisualisasikan cerita yangpernah dialami salah satu anggota kelompoknya.Pimpinan Teater Bukan Main mengatakan bahwakelompok campuran dari berbagai prodi ini justrubisa lebih cepat membuka diri dibanding kelompokhomogen yang hanya dari fakultas Psikologi

Dalam terapi kelompok, terlihat situasi­situasipermainan peran dalam drama bisa melibatkan paraanggota lain. Seorang anggota kelompok memainkanperan sebagai perwakilan ego yang menjadi sumbermasalah bagi seorang anggota lainnya, dan iaberbicara kepada anggota tersebut. Para anggota lainpun bisa menjalankan permainan peran serupa dalampementasan drama lain dan boleh mencobanya diluarpertemuan terapi. Berdasarkan perasaan kedekatandari pelatihan theater healing inilah maka konselingkelompok dilanjutkan dengan focus group discussion.Pertemuan selalu diawali dengan permainan yangmenyenangkan dan melibatkan seluruh responden.Setelah itu baru dilakukan FGD dalam kelompokdipimpin fasilitator sesuai tema yang ditentukan.Hasil pencatatan terhadap persoalan yang dialamiresponden memperlihatkan banyak responden yangpunya persoalan cukup serius yang ditunjukkan skalamendekati 10. FGD yang dilakukan antar respondendi dalam kelompok membawa kesadaran untukperbaikan, terlihat dari uji statistik yangmemperlihatkan ada perbedaan tingkat persoalan,kemauan dan SDM/kemampuan untuk menanganipersoalan. Diskusi dengan teman sebaya membuatresponden bisa lebih mudah membuka diri danmenerima masukan.

Sedangkan persoalan/masalah yang ditemukandan disepakati untuk diterapi paling banyak persoalanyang terkait kecerdasan emosi. Hal ini sejalan dengantugas perkembangan yang dibawah rata­rata salahsatunya adalah kecerdasan emosi. Begitu juga teknikterapi yang digunakan untuk membantu mahasiswamengatasi problemnya relatif sama. Pada dasarnyasemua teknik hipnoterapi digunakan dalam terapi ini.Namun karena problem yang ditemui lebih banyakmenyangkut kematangan emosional maka teknikempty chair, reframing dan hand cataliptic lebihbanyak digunakan, karena lebih pas dengan problem

Safitri M, Winanti SiwiRespati dan Aziz Luthfi,48 ­ 55

Model Konseling Psikodrama danHipnoterapi Untuk Meningkatkan

Potensi Mahasiswa

Jurnal Ilmiah WIDYA Eksakta Volume 1 Nomor 1 Juli 201754

yang ada. Kelebihan dalam penelitian ini dapatmengacu pada teknik yang digunakan di penelitianpertama. Oleh karena itu penggunaan teknik terapibisa langsung fokus kepada permasalahan yangdialami, ditambah adanya data hasil aspek tugasperkembangan individual sangat membantu terapisuntuk memberi masukan saat dilakukan terapi.

Perubahan nilai rata­rata dari setiap aspek tugasperkembangan maupun rata­rata keseluruhan. Lebihdetailnya terlihat perubahan tugas perkembangan kearah yang lebih matang sama atau lebih besar darinilai rata­rata kelompok ditemukan pada aspek tugasperkembangan landasan perilaku etis, kematanganintelektual, kesadaran tanggung jawab, peran sosialsebagai pria atau wanita, penerimaan diri danpengembangannya, kemandirian perilaku ekonomis,kematangan hubungan dengan teman sebaya.

Perubahan tugas perkembangan ke arah yanglebih matang namun masih dibawah nilai rata­ratakelompok ditemukan pada aspek persiapan diri untukpernikahan dan hidup berkeluarga, memperlihatkanmahasiswa relatif masih remaja sehingga persiapanuntuk menikah masih jauh. Jadi ada delapan aspektugas perkembangan yang berubah menjadi lebih baiksetelah dilakukan konseling. Tugas perkembangandalam aspek Landasan hidup religius, relatif konstandan nilainya diatas rata­rata kelompok. Artinya aspekini tidak terganggu, cukup kuat landasannya.

Ada dua aspek yang mengalami perubahancenderung menurun yaitu Kematangan Emosionaldan Wawasan persiapan karir, hal ini dimungkinkankarena ada banyak informasi selama melewati proseskonseling dan terapi yang menuntutnyamenyesuaikan kondisi emosi dengan informasi­informasi yang baru. Informasi yang diperoleh daridiskusi kelompok maupun terapi membuat respondenmerasa harus segera melakukan perubahan, padahalproblem emosi persiapan masa depan membutuhkanpenyelesain yang mebutuhkan proses untukpenyelesaiannya.

Usia yang relatif masih remaja dimana emosimasih relatif belum stabil, masih diwarnai olehproblem­problem yang melibatkan emosi cukupbanyak (misal pacaran dll), sementara kemampuanproblem solving belum cukup mampu. Hal ini bisajuga terjadi karena konflik dalam diri yang disadarimerupakan pijakan yang baik untuk seseorangmenjadi lebih matang (pendekatan kognitif).Responden yang mengalami problem dalamkematangan emosional dilakukan teknik hipnosis

dengan hand cataliptic untuk mengurangi endapanemosi yang terpendam.

Delapan aspek yang relatif mengalamipeningkatan, diharapkan bisa membantumeningkatkan aspek yang mengalami penurunan.Namun ini membutuhkan waktu dan pengalamannyata mengatasi problem­problem yang terkaitdengan ke dua aspek tersebut. Berarti teknik terapidari penelitian dua tahun ini relatif bisa diterapkanuntuk membantu mengatasi problem mahasiswa.

Menurut Willis Sofyan (2004, 55), pendekatankonseling (counseling approach) merupakan dasarbagi suatu praktek konseling. Pendekatan itudirasakan penting karena jika dapat dipahamiberbagai pendekatan atau teori konseling, akanmemudahkan dalam menentukan arah proseskonseling. Akan tetapi untuk kondisi Indonesiamemilih satu pendekatan secara fanatik dan kakuadalah kurang bijaksana, karena bisa saja kurangsesuai dengan kebutuhan serta kondisi sosial, budayadan agama. Untuk mengatasi hal tersebut makapendekatan yang dilakukan dalam konselingbukanlah pendekatan atau teori tunggal (singletheory) untuk semua kasus yang diselesaikan. Akantetapi harus dicoba secara kreatif memilih bagian­bagian dari beberapa pendekatan yang relevan,kemudian secara sintesis­analitik diterapkan kepadakasus yang dihadapi. Pendekatan seperti itudinamakan Creative Synthesis­Analytic (CSA).Pendekatan CSA ini disebut juga eclective approach,yaitu memilih secara selektif bagian­bagian teoriyang berbeda­beda sesuai dengan kebutuhankonselor.

Metode yang dipakai dalam pendekatan Rogersadalah non­directive. Teknik konselingnya adalahsebagai berikut: 1) Menjadi pendengar yang baik. 2)Berusaha untuk memahami frame of references klien.3) Dapat menjernihkan dan merefleksikan perasaanemosional. 4). Berfungsi sebagai fasilitator. Silenceatau sikap diam.5) Tidak diperlukan diagnosis daninterpretasi. 6) Menjaga rapport (hubungan baikdengan klien).

Dari hasil evaluasi responden terhadap terapisdapat disimpulkan responden merasa nyaman denganterapis, dan merasakan teknik konseling sesuaidengan pendekatan CSA diatas. Sementara terapisyang menangani responden ini bukan berlatarbelakang pendidikan S.1 Psikologi. Artinya terapistelah melakukan tugas konseling dengan baik, walautidak berlatar belakang akademik dalam psikologi

Safitri M, Winanti SiwiRespati dan Aziz Luthfi,48 ­ 55

Model Konseling Psikodrama danHipnoterapi Untuk Meningkatkan

Potensi Mahasiswa

Jurnal Ilmiah WIDYA Eksakta Volume 1 Nomor 1 Juli 201755

PENUTUP

KesimpulanTugas perkembangan mahasiswa Esa Unggul

2014 mempunyai nilai terendah pada kematanganemosi, diikuti landasan berperilaku etis dankematangan intelektual. Peningkatan delapan darisebelas aspek tugas perkembangan diprediksikan/diperkirakan dapat meningkatkan potensi dari maha­siswa. Model konseling kelompok dengan theaterhealing, diskusi kelompok dan hipnoterapi dapatditerapkan untuk membantu mahasiswa meningkat­kan potensinya dalam menghadapi tugas­tugas se­bagai mahasiswa baik di dalam atau di luar kampus.

Saran­saranModel konseling kelompok dengan psikodrama

dan hipnoterapi bisa diterapkan untuk mengatasiproblem di luar kampus Universitas Esa Unggul.Dosen/PA dapat dibekali dengan kemampuan/kompetensi menggunakan teknik­teknik hipnoterapiuntuk membantu mahasiswa. Perguruan tinggi dapatmembentuk/mewadahi kelompok kegiatan yangsetara dengan kegiatan psikodrama sebagai saranamahasiswa berbagi dan mengatasi problem­problemyang dialami mahasiswa

DAFTAR PUSTAKALynn, S. J., & Sherman, S. J. The clinical importance of

sociocognitive models of hypnosis: Response set theory andMilton Erickson’s strategic interventions. American Journalof Clinical Hypnosis, 2000

Nata W Rochman, Konseling Kelompok; Konsep Dasar danPendekatan, Rizqi Press, Bandung, 2006

Setyabudi, I., Murphy, J., & Damayanti, E.,. PengembanganModel Hipnoterapi dan Konseling Untuk Pencegahan danPenularan Virus HIV/AIDS Pada Pekerja Seks Komersial(PSK) Di Surabaya. Fenomena Jurnal Psikologi.Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Vol 2, 2004.

Setyabudi, I., & Atiyatul S. F.,. Pengembangan ModelHipnoterapi Untuk Penyembuhan Anak Autis Di Surabaya.Arketip Jurnal Psikologi. Universitas Putra Bangsa. Vol 1,2005.

Safitri, Analisis kebutuhan layanan bimbingan mahasiswa,kebijakan, program dan implementasinya; Hibah bersaingPHKI –A, 2009

Safitri, Manfaat Program Mentor Bagi Siswa Minoritas diLingkungan Pendidikan Kajian Jurnal: Mentoring in a Post­Affirmative Action World ; jurnal Psikologi Juni 2011.

Safitri, M., Respati, W. S., & Luthfi, A. Model Konseling MelaluiPsikodrama dan Hipnoterapi untuk Meningkatkan PotensiMahasiswa, 2015

Syamsu Yusuf LN, Juntika Ihsan. Penyusunan Program BKBerbasis Perkembangan. UPI Bandung, 2003.

Willis Sofyan. Konseling individual: Teori dan Praktek, Alfabeta,Bandung,2004