14
61 DESKRIPSI MODUL Membaca dan menulis secara kooperatif (cooperative integrative reading) merupakan soft skill yang sangat penting untuk dikuasai mahasiswa sebagai alat bantu utama yang menentukan sukses tidaknya proses belajar mahasiswa di Perguruan Tinggi. Segala aktivitas belajar mensyaratkan adanya transfer informasi tidak hanya dalam waktu cepat namun juga dalam kuantitas dan kualitas pengolahan informasi yang masif serta akurat. Untuk itu mahasiswa sudah harus memiliki kemampuan mengenali topik bacaan dan menangkap gagasan utama teks bacaan informatif sejak awal semester. Dengan demikian seiring waktu mahasiswa dapat terus melatih kemampuannya untuk membaca dengan cepat dan efektif serta mampu membuat ringkasan teks dan catatan ringkas hasil diskusi atau seminar yang tentunya akan sangat intens dilakukan dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan student centered learning(SCL). Modul keempat ini dirancang sebagai rujukan proses belajar selama dua kali tatap muka, tepatnya pada tatap muka ke 6 dan ke 7. Modul ini terdiri dari tiga kegiatan belajar yaitu cara membaca cepat, cara membuat ringkasan dan cara membuat abstrak dari bahan bacaan informatif terpilih.

Modul 4 bahasa indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Modul 4 bahasa indonesia

61

DESKRIPSI MODUL

Membaca dan menulis secara kooperatif (cooperative integrative reading)

merupakan soft skill yang sangat penting untuk dikuasai mahasiswa sebagai alat

bantu utama yang menentukan sukses tidaknya proses belajar mahasiswa di

Perguruan Tinggi. Segala aktivitas belajar mensyaratkan adanya transfer informasi

tidak hanya dalam waktu cepat namun juga dalam kuantitas dan kualitas pengolahan

informasi yang masif serta akurat. Untuk itu mahasiswa sudah harus memiliki

kemampuan mengenali topik bacaan dan menangkap gagasan utama teks bacaan

informatif sejak awal semester. Dengan demikian seiring waktu mahasiswa dapat

terus melatih kemampuannya untuk membaca dengan cepat dan efektif serta mampu

membuat ringkasan teks dan catatan ringkas hasil diskusi atau seminar yang tentunya

akan sangat intens dilakukan dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan

student centered learning(SCL).

Modul keempat ini dirancang sebagai rujukan proses belajar selama dua kali

tatap muka, tepatnya pada tatap muka ke 6 dan ke 7. Modul ini terdiri dari tiga

kegiatan belajar yaitu cara membaca cepat, cara membuat ringkasan dan cara

membuat abstrak dari bahan bacaan informatif terpilih.

Page 2: Modul 4 bahasa indonesia

62

MEMBACA EFEKTIF DAN EFISIEN

TUJUAN PEMBELAJARAN

etelah selesai mempelajari kegiatan belajar pertama, mahasiswa diharapkan

terampil menentukan topik dan ilustrasi serta contoh secara ringkas. Selain itu

mahasiswa juga diharapkan akan mampu mengenali topik bacaan dan menangkap

gagasan utama secara cepat.

MATERI POKOK

Cara membaca cepat dan tepat:

• Cara membaca bagan

• Cara membaca teks

• Teknik membaca efektif dan efisien melalui metode skimming dan

scanning

Cara-Cara Membaca Cepat

Metode membaca cepat memberi banyak keuntungan bagi setiap orang.

Dengan membaca cepat, kita bisa mengetahui seluruh isi buku dalam waktu yang

singkat. Hal ini sangat menguntungkan bagi kita yang memerlukan banyak

informasi, namun tidak memiliki waktu yang banyak untuk membaca.

Untuk bisa membaca cepat, ada teknik-teknik khusus yang harus dikuasai.

Memang tidak semua orang akan langsung mahir untuk membaca cepat.

Keterampilan ini membutuhkan latihan yang mungkin bisa sampai berulang-ulang

Kegiatan Belajar

1

S

Page 3: Modul 4 bahasa indonesia

63

agar seseorang dapat menguasai teknik-teknik yang tepat dalam membaca cepat.

Latihan-latihan ini dipandang penting untuk dilakukan karena biasanya seseorang

yang baru pertama kali belajar membaca cepat akan menemui beberapa masalah

yang bisa menjadi penghambat dalam membaca cepat.

Untuk mengatasi masalah-masalah ini, usahakan untuk mencegah bibir, jari-

jari tangan, dan kepala untuk bergerak pada saat membaca. Cara pencegahannya bisa

dengan mengatupkan bibir, memasukkan tangan ke dalam saku atau memegangi

kepala pada waktu membaca. Adapun untuk menghindari supaya tidak bersuara pada

waktu membaca adalah dengan merasakan getaran suara di leher. Dengan

meletakkan tangan di leher, akan diketahui apakah kita bersuara atau tidak. Membaca

dalam hati memang tidak bisa dicegah, tetapi usahakan supaya tidak memerhatikan

pelafalannya.

Berikut ini ada beberapa langkah yang bisa digunakan untuk membantu

mengatasi masalah-masalah dalam membaca cepat.

1. Miliki kosakata yang luas

Jika saat ini Anda masih memiliki kosakata yang terbatas, ada cara-cara yang

bisa ditempuh untuk mengatasinya, yaitu dengan menyiapkan catatan kata-

kata baru yang belum Anda ketahui. Setelah itu, carilah artinya di dalam

Andas. Perbendaharaan kata yang banyak sangat membantu dalam

memahami suatu bacaan.

2. Sikap tubuh

Membaca cepat memang memerlukan konsentrasi yang tinggi. Tidak jarang

pembaca justru berada dalam posisi tegang. Kondisi yang seperti ini justru

menjadi penghambat. Untuk itu, ambilah posisi santai saat membaca.

3. Membaca sepintas lalu

Dengan membaca sepintas lalu, Anda bisa mengantisipasi hal-hal yang

mungkin akan terjadi.

4. Konsentrasi

Konsentrasi yang penuh menghindarkan Anda dari melamun atau pikiran

yang melayang-layang. Kesulitan dalam berkonsentrasi menunjukkan

Page 4: Modul 4 bahasa indonesia

64

kecepatan membaca yang rendah. Untuk itu, usahakan agar selalu

berkonsentrasi ketika membaca cepat.

5. Retensi/mengingat kembali informasi dari bacaaan

Mengingat kembali informasi yang baru saja Anda baca bisa dilakukan

dengan beberapa cara, misalnya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan,

diskusi, maupun menulis kembali informasi yang sudah diterima.

6. Tujuan dari membaca itu sendiri

Dengan menentukan tujuan dari membaca, Anda akan mengetahui apakah

bacaan tersebut sesuai dengan kebutuhan Anda atau seperti yang Anda

inginkan.

7. Motivasi

Motivasi yang jelas dalam membaca akan memengaruhi tingkat pemahaman

bacaan. Jika Anda sudah memiliki motivasi yang jelas dalam membaca suatu

bacaan, Anda akan lebih mudah menyerap informasi dalam bacaan tersebut.

Untuk itu, tumbuhkanlah motivasi dalam membaca.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca cepat sangat efektif

dilakukan. Dengan membaca cepat kita bisa mengetahui seluruh isi buku tanpa harus

menghabiskan waktu berjam-jam atau bahkan berhari-hari untuk bisa membaca

seluruh isi buku. Kendala dalam membaca cepat sangat mungkin terjadi sehingga

kita memerlukan waktu dan latihan-latihan supaya kita bisa menguasai teknik

membaca cepat. Selain itu konsentrasi, motivasi dan tujuan membaca sangat

mendukung untuk bisa mahir dalam membaca cepat.

Page 5: Modul 4 bahasa indonesia

65

SUMMARIZING TECHNIQUE

TUJUAN PEMBELAJARAN

etelah selesai mempelajari kegiatan belajar kedua, mahasiswa diharapkan

mampu mereview artikel yang dibaca dengan bahasa sendiri. Selain itu

mahasiswa juga diharapkan akan dapat membuat resume artikel pertanian dan

resume hasil diskusi.

MATERI POKOK

Membuat Ringkasan:

• Teknik summarizing teks

• Teknik summarizing diskusi/seminar/rapat

• Teknik menyadur

• Teknik mentranskrip

Terkadang sulit untuk memahami ide sebuah tulisan yang panjang dan harus

membuat ringkasan dari sebuah tulisan tersebut untuk membantu memahami ide-ide

dari penulis. Hal serupa juga dilakukan ketika ingin menyalin tulisan dalam bahasa

lain atau karya tulis tertentu yang inti tulisannya ingin kita ketahui. Cara menyadur

bisa menjadi sebuah alternatif.

Meringkas, menyadur, dan mentranskrip memang memiliki kesamaan.

Ketiganya masih berpatokan pada ide orang lain. Meski demikian, dalam hal

mentranskrip, ada sedikit perbedaan. Kegiatan mentranskrip lebih kepada penyalinan

Kegiatan Belajar

2

S

Page 6: Modul 4 bahasa indonesia

66

bentuk lisan ke bentuk tulisan. Paparan lebih lanjut dari ketiga bahasan tersebut,

diuraikan dalam tiga butir berikut.

2.1. Meringkas

Menyajikan sebuah tulisan dari seorang pengarang ke dalam sebuah sajian

tulisan yang ringkas bukan hal yang mudah. Kita harus membaca dengan cermat dan

memperhatikan ketika kita harus menuliskannya secara ringkas. Hal ini berkaitan

dengan upaya untuk menangkap gagasan atau ide dari pengarang. Kegiatan

meringkas bisa dipakai untuk mengetahui maksud dan tujuan pengarang, menyajikan

sebuah tulisan ke dalam bentuk yang ringkas, padat, dan tetap berpatokan pada ide

asli pengarang.

Dalam hal ini, yang diperhatikan dalam membuat ringkasan adalah

memperhatikan urutan dan ide asli pengarang. Akan tetapi, jangan

mencampuradukkan pengertian tersebut ketika akan membuat sebuah ikhtisar.

Patokan mengenai kedua hal tersebut berbeda. Dalam membuat ikhtisar, tidak perlu

mempertahankan urutan karangan asli dan tidak perlu memberikan isi dari seluruh

karangan itu secara proporsional (Keraf 1984: 262).

Berikut akan kita bahas tentang batasan arti ringkasan. Ringkasan diartikan

sebagai penyajian singkat dari suatu karangan asli dengan tetap mempertahankan

urutan isi dan sudut pandang pengarang asli. Sedangkan perbandingan bagian atau

bab dari karangan asli secara proporsional tetap dipertahankan dalam bentuknya

yang singkat itu (Keraf 1984: 262). Dengan kata lain, ringkasan merupakan suatu

cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk

singkat.

Lalu apa tujuan dari meringkas tersebut? Gorys Keraf mengemukakan bahwa

membuat ringkasan dapat berguna untuk mengembangkan ekspresi serta

penghematan kata. Latihan membuat ringkasan, menurut dia, akan mempertajam

daya kreasi dan konsentrasi si penulis ringkasan tersebut. Penulis ringkasan dapat

memahami dan mengetahui dengan mudah isi karangan aslinya, baik dalam

penyusunan karangan, cara penyampaian gagasannya dalam bahasa dan susunan

yang baik, cara pemecahan suatu masalah, dan sebagainya.

Page 7: Modul 4 bahasa indonesia

67

Beberapa bentuk ringkasan di antaranya dapat berupa abstrak, sinopsis, dan

simpulan. Dalam sebuah karya ilmiah (skripsi, laporan akhir, tesis, maupun

disertasi), sebuah proses meringkas biasa disebut juga dengan abstrak

(Widyamartana dan Sudiati 1997: 52). Abstrak atau ringkasan berdasarkan

penjelasan Harianto GP (2000: 227) dimaksudkan untuk memberikan uraian yang

sesingkat-singkatnya tentang segala pokok yang dibahas. Ringkasan dalam sebuah

karya ilmiah hendaknya meliputi dasar pemilihan masalah, masalah, asumsi dasar,

hipotesis, metodologi, data, sumber-sumber pengolahan, kesimpulan, dan saran-

saran.

Ringkasan dalam bentuk sinopsis biasa dilakukan pada buku seperti karya

fiksi atau nonfiksi. Bentuk sinopsis merupakan salah satu bentuk ringkas suatu karya

yang kiranya dapat memberikan dorongan kepada orang lain untuk membaca secara

utuh (Djuharie dan Suherli 2001: 12).

Sementara bentuk ringkasan yang lain adalah simpulan. Simpulan adalah

bentuk ringkas yang mengungkapkan gagasan utama dari suatu uraian atau

pembicaraan dengan memberikan penekanan pada ide sentral serta penyelesaian dari

permasalahan yang diungkapkan (Djuharie dan Suherli 2001: 13).

Meringkas isi buku merupakan salah satu cara untuk mempermudah memahami

informasi yang ada dalam sebuah buku secara utuh dan lengkap. Dengan meringkas

isi buku ide ,gagasan ,atau pikiran yang dipaparkan oleh penulis dapat dipahami

lebih rinci bahkan kita dapat mengingat lebih lama terhadap masalah yang dibahas

dalam buku.

1. Mendaftar pokok pikiran buku.

Ringkasan pada hakikatnya merupakan versi singkat dari teks buku asli yang

tetap mengandung gagasan utama. Urutan dari ringkasan itu adalah:

a. Pendahuluan

b. Isi

c. Penutup

Agar dapat meringkas buku secara efektif maka ikuti langkah-langkah berikut:

a. Kenali identitas buku kemudian catatlah dalam buku catatanmu.

Page 8: Modul 4 bahasa indonesia

68

b. Bacalah kata pengantar dengan saksama gambaran tentang isi buku secara

keseluruhan .

c. Teliti daftar isi buku untuk mendapatkan gambaran tentang butir-butir

penting yang akan dibahas

2. Membuat ringkasan isi buku.

Berdasarkan gagasan penting atau pokok pikiran yang telah Anda buat lakukanlah

langkah berikut:

a. Rangkaikan catatan yang telah Anda buat menjadi sebuah ringkasan

yang runtut.

b. Bandingkan isi ringkasan yang telah Anda buat dengan buku aslinya.

c. Jangan lupa sertakan identitas buku yang telah Anda buat sebelumnya.

d. Buatlah judul yang menarik sehingga mampu menggambarkan hasil

ringkasan buku yang Anda susun.

3. Mendiskusikan ringkasan isi buku.

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membahas hasil ringkasan isi

buku. Beberapa hal tersebut, dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Kesesuaian antara ringkasan dan isi buku asli.

b. Keruntutan jalan pikiran peringkas dalam memahami isi buku.

c. Kejelasan penggunaan bahasa dalam ringkasan.

d. Kelengkapan dan keutuhan isi buku yang diwujudkan dalam

ringkasan.

2.2. Menyadur

Mencoba menyalin sebuah tulisan menjadi ringkas juga dapat dilakukan

dengan cara menyadur. Bentuk saduran banyak kita lihat dalam karya fiksi.

Penyaduran biasanya dilakukan pada karya-karya yang berasal dari bahasa asing.

Menyadur adalah menyusun kembali cerita secara bebas tanpa merusak garis besar

cerita. Menyadur juga diartikan sebagai mengolah (hasil penelitian, laporan, dsb.)

atau mengikhtisarkan (KBBI, 2002: 976). Dengan demikian, menyadur mengandung

konsep menerjemahkan secara bebas dengan meringkas, menyederhanakan, atau

mengembangkan tulisan tanpa mengubah pokok pikiran asal. Hal penting yang harus

kita ketahui, bahwa dalam menyadur sebuah tulisan kita diperkenankan untuk

Page 9: Modul 4 bahasa indonesia

69

memperbaiki bentuk maupun bahasa karangan orang lain, misalnya dalam kasus

karangan terjemahan.

Dalam sebuah proses penyaduran karya orang lain, kita masih tetap

berpegang untuk tidak mengubah pokok pikiran asal dari penulis aslinya. Sebagai

contoh, ketika kita akan membuat saduran sebuah cerita, konsistensi yang perlu kita

perhatikan adalah tetap berpegang pada alur cerita, ide cerita, maupun tema yang

ada di dalam cerita tersebut. Jangan justru menambahi ide ke dalam cerita tersebut.

Suatu hal yang tidak boleh kita lupakan dalam menyadur adalah dengan meminta

izin, mencantumkan sumber tulisan, berikut nama penulisnya.

2.3. Mentranskrip

Saat kita mendengar kata transkrip, pemahaman kita tentu akan mengacu

pada penyalinan sebuah tuturan lisan ke dalam bentuk tulisan. Transkripsi menurut

definisi Harimukti Kridalaksana adalah pengubahan wicara menjadi bentuk tertulis;

biasanya dengan menggambarkan tiap bunyi atau fonem dengan satu lambang

(2001: 219). Hal ini sesuai dengan pandangan J.S. Badudu bahwa terjadi sebuah

penyalinan teks dengan huruf lain untuk menunjukkan lafal, fonem-fonem bahasa

yang bersangkutan (2005: 351). Transkrip dalam hal ini sangat berguna, khususnya

sewaktu kita akan membuat salinan, catatan dari sebuah pembicaraan ke dalam

bentuk tertulis.

Secara garis besar, bentuk transkripsi merupakan bentuk tertulis dari ucapan.

Beberapa contoh bentuk transkrip, misalnya transkrip pidato, wawancara, atau

keterangan pers. Proses tersebut, sebagaimana disebutkan Shaddily dan Echols, sama

halnya dengan mencatat atau menuliskan hasil pembicaraan. Cara yang bisa

dilakukan adalah dengan menuliskan kata demi kata dari suatu sumber untuk

keperluan tertentu (biasanya direkam) pada radio perekam dan disalin dalam bentuk

tulisan atau ketik.

Cara penulisan dengan meringkas, menyadur, dan mentranskrip, di dalamnya

mencakup cara menyajikan sebuah tulisan. Mentranskrip merupakan pengubahan

pembicaraan ke dalam bentuk tulisan. Sebuah bentuk ringkasan dari sebuah tulisan

hendaknya tetap menekankan sisi konsistensi urutan sesuai dengan ide atau gagasan

Page 10: Modul 4 bahasa indonesia

70

pengarang. Demikian pula, ketika kita menyadur, hal tersebut juga berlaku, yakni

tetap mempertahankan ide dari naskah asli. Sementara mentranskrip lebih kepada

upaya menyajikan sebuah bentuk lisan ke dalam tulisan. Penyajian hasil tulisan

dengan ketiga bentuk tersebut ternyata dapat menjadi latihan yang baik bagi kita.

Terutama untuk mempertajam pemahaman kita tentang karya asli. Lebih dari itu,

memalui ketiga aktivitas tersebut, kita akan menjadi lebih cermat terhadap apa yang

kita baca maupun dengar (Keraf, 1984:262).

Page 11: Modul 4 bahasa indonesia

71

MEMBUAT ABSTRAK

TUJUAN PEMBELAJARAN

etelah selesai mempelajari kegiatan belajar ketiga, mahasiswa diharapkan

mampu membuat abstrak dan bagan teori dengan benar.

MATERI POKOK:

• Cara membuat abstrak

Teknik Membuat Abstrak

Abstrak dari suatu penelitian merupakan ringkasan yang disarikan dari tulisan

utuh setelah proses penulisan selesai. Sebaliknya abstrak juga ada yang ditulis

sebelum tulisan yang utuh selesai, biasanya ini berkaitan dengan abstrak dari suatu

makalah. Walaupun demikian, cara penulisan dan unsur yang harus ada adalah sama.

Teknik penulisan abstrak dapat dikemukakan sebagai berikut. Kata abstrak

ditulis di tengah halaman dengan huruf kapital, simetris di batas atas bidang

pengetikan dan tanpa tanda titik. Nama penulis diketik dengan jarak dua spasi dari

kata abstrak, ditepi kiri dengan urutan: nama akhir, nama awal, dan nama tengah.

Tahun lulus ditulis setelah nama, diakhiri dengan titik. Judul dicetak miring dan

diketik dengan huruf kecil (kecuali huruf pertama dari setiap kata) dan diakhiri

dengan titik. Kata skripsi, tesis, atau disertasi ditulis setelah judul dan diakhiri

dengan koma, diikuti nama jurusan, nama fakultas, nama universitas, dan dikahiri

dengan titik. Kemudian dicantumkan nama dosen pembimbing secara berurutan

lengkap dengan gelar akademiknya.

Kegiatan Belajar

3

S

Page 12: Modul 4 bahasa indonesia

72

Dalam abstrak dicantumkan kata kunci yang ditempatkan di bawah nama

pembimbing. Jumlah kata kunci berkisar antara tiga sampai lima kata. Kata kunci

diperlukan untuk komputerisasi sistem informasi ilmiah. Dengan kata kunci dapat

ditemukan judul-judul skripsi, tesis, disertasi, atau laporan penelitian beserta

abstraknya dengan mudah.

Dalam abstrak disajikan inti sari tulisan secara padat yang mencakup latar

belakang, masalah penelitian, metode penelitian yang digunakan, hasil yang

diperoleh, simpulan yang ditarik, dan saran yang diajukan (jika ada).

Teks dalam abstrak diketik dengan spasi tunggal dengan panjang tulisan tidak

lebih dari dua halaman kertas kuarto. Contoh abstrak dapat dilihat sebagai berikut:

ABSTRAK Catur, Sunu. 2009. Konstruksi Identitas Etnik dalam Masyarakat Multietnik di Banyuwangi. Disertasi, Program Studi Ilmu Sosial, Pasca Sarjana, Universitas Airlangga. Kata Kunci: Identitas, etnik, konstruksi, negosiasi, dan dramaturgi

Disertasi ini merupakan hasil studi mengenai konstruksi identitas etnik dalam masyarakat multietnik di kabupaten Banyuwangi. Dalam penelitian ini ingin ditunjukkan bahwa aktor-aktor sosial dalam mengonstruksi, mempresentasikan, dan menegosiasikan identitasnya tidak secara pasif menjalankan skrip yang tersedia, akan tetapi mereka secara kreatif mengonstruksi, memproduksi, mereproduksi, mempresentasi, dan menegosiasikan identitas etniknya. Berdasarkan perspektif teoritis dan fenomena sosial yang terdapat di Banyuwangi maka secara umum penelitian ini mengkaji tentang identitas etnik dalam masyarakat multietnik. Fokus utamanya adalah bagaimana identitas etnik dikonstruksi dalam masyarakat multietnik. (1) Bagaimanakah identitas etnik dikonstruksikan secara sosial dalam masyarakat multi-etnik? (2) Bagaimanakah komunitas etnik menegosiasikan identitasnya dalam masyarakat multietnik melalui tindakan sosial baik secara individu maupun kolektif? (3) Bagaimanakah elemen-elemen agama, bahasa, budaya, sumberdaya, kekuasaan, etnik, mitologi, dan primordial berpengaruh terhadap pembentukan identitas etnik dalam masyarakat multi-etnik?

Disertasi ini didasarkan pada perspektif kualitatif yang berpendekatan interpretif khususnya yang berasal dari tradisi interaksionisme simbolik yakni dramaturgi. Analisis data dalam penelitian ini didasarkan pada wawancara, participant observation, dan studi dokumentasi.

Identitas individu maupun sosial bukanlah sesuatu yang tetap, tetapi senantiasa berubah dikonstruksi, direkonstruksi, bahkan mungkin didekonstruksi sesuai dengan panggung dan waktu. Perubahan identitas tersebut senantiasa berada dalam relasi dengan yang lain (others), baik dalam relasi yang resiprokal maupun

Page 13: Modul 4 bahasa indonesia

73

searah. Proses tersebut tidak sepenuhnya bersifat cair dan tanpa kendala, karena di dalam ruang konstruksi identitas antara individu dan atau etnik dengan yang lain saling menyediakan dan menjadikan cermin sosial. Selain itu, antara individu atau etnik saling berebut dan menyuguhkan identitas mereka yang tidak hanya berupa sesuatu yang bersifat privat (khas), tetapi juga publik (umum) yang menjadi milik sejumlah etnik yang terlibat dalam interaksi tersebut. Konstruksi identitas yang dilakukan oleh etnik yang terdapat di Banyuwangi meliputi arena budaya, bahasa, politik, agama, ekonomi, seni, dan kekuasaan.

Negosiasi identitas dilakukan oleh aktor-aktor sosial melalui budaya simbolik, ekonomi, dan kekuasaan. Implikasinya bahwa negosiasi tersebut dapat mengubah identitas individu maupun kolektif melalui asimilasi, perubahan status, claiming, maupun hilangnya unsur-unsur historis dan atau pengaruh identitas nasional dan global.

Implikasi teoritis Teori Dramaturgi Goffman yang dibangun berdasarkan perspektif dramaturgi membayangkan bahwa kehidupan sepenuhnya adalah drama. Sebuah metafor kehidupan melalui teater. Akan tetapi, teori Goffman tersebut didasarkan pada suatu masyarakat “asylum” dalam konteks yang pasti, tertutup, dan terbatas. Dampaknya bahwa teori dramaturgi tidak memberikan ruang yang cukup pada berbagai events pada konteks dan panggung yang terbuka dan kompleks. Sementara itu, ruang dalam pandangan Goffman berarti sebuah panggung presentasi yang bersifat privat dan publik. Yang mana, dalam konteks kedua panggung tersebut interaksi dan interelasi berlangsung. SOAL-SOAL LATIHAN 1. Jelaskan perbedaan antara merangkum dan menyadur!

2. Buatlah rangkuman sepanjang satu halaman dari suatu artikel di jurnal ilmiah

(dikumpulkan bersama artikel aslinya).

3. Sadurlah sebuah cerpen yang Anda baca dengan memperhatikan kaidah

penyaduran (dikumpulkan bersama dengan cerita aslinya).

Daftar Referensi Badudu, JS. 2005. "Andas Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia".

Jakarta: Kompas. Djuharie, O dan Setiawan, Suherli. 2001. "Panduan Membuat Karya Tulis".

Bandung: Yrama Widya. Echols, M.John dan Shadily, Hassan. 1989. "Andas Indonesia-Inggris". Jakarta:

Gramedia.

Page 14: Modul 4 bahasa indonesia

74

Edukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=255&fname=hal4.htm. Ditranskripsikan, dalam http://ind.proz.com/kudoz/1644238#3789276

Harianto, GP. 2000. Teknik Penulisan Literatur. Bandung: Penerbit Agiamedia.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. "Andas Lingusitik". Jakarta: Gramedia. Keraf, Gorys. 1984. "Komposisi". Flores: Penerbit Nusa Indah. Soedarso. 2005. Speed Reading, Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama. Wainwright, Gordon. 2006. Speed Reading Better Recalling. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama. Widyamartaya, Al dan Sudiati, Veronica. 1997. "Dasar-Dasar Menulis Karya

Ilmiah". Jakarta: