Upload
anita-wijayanti
View
448
Download
30
Embed Size (px)
Citation preview
61
DESKRIPSI MODUL
Membaca dan menulis secara kooperatif (cooperative integrative reading)
merupakan soft skill yang sangat penting untuk dikuasai mahasiswa sebagai alat
bantu utama yang menentukan sukses tidaknya proses belajar mahasiswa di
Perguruan Tinggi. Segala aktivitas belajar mensyaratkan adanya transfer informasi
tidak hanya dalam waktu cepat namun juga dalam kuantitas dan kualitas pengolahan
informasi yang masif serta akurat. Untuk itu mahasiswa sudah harus memiliki
kemampuan mengenali topik bacaan dan menangkap gagasan utama teks bacaan
informatif sejak awal semester. Dengan demikian seiring waktu mahasiswa dapat
terus melatih kemampuannya untuk membaca dengan cepat dan efektif serta mampu
membuat ringkasan teks dan catatan ringkas hasil diskusi atau seminar yang tentunya
akan sangat intens dilakukan dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan
student centered learning(SCL).
Modul keempat ini dirancang sebagai rujukan proses belajar selama dua kali
tatap muka, tepatnya pada tatap muka ke 6 dan ke 7. Modul ini terdiri dari tiga
kegiatan belajar yaitu cara membaca cepat, cara membuat ringkasan dan cara
membuat abstrak dari bahan bacaan informatif terpilih.
62
MEMBACA EFEKTIF DAN EFISIEN
TUJUAN PEMBELAJARAN
etelah selesai mempelajari kegiatan belajar pertama, mahasiswa diharapkan
terampil menentukan topik dan ilustrasi serta contoh secara ringkas. Selain itu
mahasiswa juga diharapkan akan mampu mengenali topik bacaan dan menangkap
gagasan utama secara cepat.
MATERI POKOK
Cara membaca cepat dan tepat:
• Cara membaca bagan
• Cara membaca teks
• Teknik membaca efektif dan efisien melalui metode skimming dan
scanning
Cara-Cara Membaca Cepat
Metode membaca cepat memberi banyak keuntungan bagi setiap orang.
Dengan membaca cepat, kita bisa mengetahui seluruh isi buku dalam waktu yang
singkat. Hal ini sangat menguntungkan bagi kita yang memerlukan banyak
informasi, namun tidak memiliki waktu yang banyak untuk membaca.
Untuk bisa membaca cepat, ada teknik-teknik khusus yang harus dikuasai.
Memang tidak semua orang akan langsung mahir untuk membaca cepat.
Keterampilan ini membutuhkan latihan yang mungkin bisa sampai berulang-ulang
Kegiatan Belajar
1
S
63
agar seseorang dapat menguasai teknik-teknik yang tepat dalam membaca cepat.
Latihan-latihan ini dipandang penting untuk dilakukan karena biasanya seseorang
yang baru pertama kali belajar membaca cepat akan menemui beberapa masalah
yang bisa menjadi penghambat dalam membaca cepat.
Untuk mengatasi masalah-masalah ini, usahakan untuk mencegah bibir, jari-
jari tangan, dan kepala untuk bergerak pada saat membaca. Cara pencegahannya bisa
dengan mengatupkan bibir, memasukkan tangan ke dalam saku atau memegangi
kepala pada waktu membaca. Adapun untuk menghindari supaya tidak bersuara pada
waktu membaca adalah dengan merasakan getaran suara di leher. Dengan
meletakkan tangan di leher, akan diketahui apakah kita bersuara atau tidak. Membaca
dalam hati memang tidak bisa dicegah, tetapi usahakan supaya tidak memerhatikan
pelafalannya.
Berikut ini ada beberapa langkah yang bisa digunakan untuk membantu
mengatasi masalah-masalah dalam membaca cepat.
1. Miliki kosakata yang luas
Jika saat ini Anda masih memiliki kosakata yang terbatas, ada cara-cara yang
bisa ditempuh untuk mengatasinya, yaitu dengan menyiapkan catatan kata-
kata baru yang belum Anda ketahui. Setelah itu, carilah artinya di dalam
Andas. Perbendaharaan kata yang banyak sangat membantu dalam
memahami suatu bacaan.
2. Sikap tubuh
Membaca cepat memang memerlukan konsentrasi yang tinggi. Tidak jarang
pembaca justru berada dalam posisi tegang. Kondisi yang seperti ini justru
menjadi penghambat. Untuk itu, ambilah posisi santai saat membaca.
3. Membaca sepintas lalu
Dengan membaca sepintas lalu, Anda bisa mengantisipasi hal-hal yang
mungkin akan terjadi.
4. Konsentrasi
Konsentrasi yang penuh menghindarkan Anda dari melamun atau pikiran
yang melayang-layang. Kesulitan dalam berkonsentrasi menunjukkan
64
kecepatan membaca yang rendah. Untuk itu, usahakan agar selalu
berkonsentrasi ketika membaca cepat.
5. Retensi/mengingat kembali informasi dari bacaaan
Mengingat kembali informasi yang baru saja Anda baca bisa dilakukan
dengan beberapa cara, misalnya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan,
diskusi, maupun menulis kembali informasi yang sudah diterima.
6. Tujuan dari membaca itu sendiri
Dengan menentukan tujuan dari membaca, Anda akan mengetahui apakah
bacaan tersebut sesuai dengan kebutuhan Anda atau seperti yang Anda
inginkan.
7. Motivasi
Motivasi yang jelas dalam membaca akan memengaruhi tingkat pemahaman
bacaan. Jika Anda sudah memiliki motivasi yang jelas dalam membaca suatu
bacaan, Anda akan lebih mudah menyerap informasi dalam bacaan tersebut.
Untuk itu, tumbuhkanlah motivasi dalam membaca.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca cepat sangat efektif
dilakukan. Dengan membaca cepat kita bisa mengetahui seluruh isi buku tanpa harus
menghabiskan waktu berjam-jam atau bahkan berhari-hari untuk bisa membaca
seluruh isi buku. Kendala dalam membaca cepat sangat mungkin terjadi sehingga
kita memerlukan waktu dan latihan-latihan supaya kita bisa menguasai teknik
membaca cepat. Selain itu konsentrasi, motivasi dan tujuan membaca sangat
mendukung untuk bisa mahir dalam membaca cepat.
65
SUMMARIZING TECHNIQUE
TUJUAN PEMBELAJARAN
etelah selesai mempelajari kegiatan belajar kedua, mahasiswa diharapkan
mampu mereview artikel yang dibaca dengan bahasa sendiri. Selain itu
mahasiswa juga diharapkan akan dapat membuat resume artikel pertanian dan
resume hasil diskusi.
MATERI POKOK
Membuat Ringkasan:
• Teknik summarizing teks
• Teknik summarizing diskusi/seminar/rapat
• Teknik menyadur
• Teknik mentranskrip
Terkadang sulit untuk memahami ide sebuah tulisan yang panjang dan harus
membuat ringkasan dari sebuah tulisan tersebut untuk membantu memahami ide-ide
dari penulis. Hal serupa juga dilakukan ketika ingin menyalin tulisan dalam bahasa
lain atau karya tulis tertentu yang inti tulisannya ingin kita ketahui. Cara menyadur
bisa menjadi sebuah alternatif.
Meringkas, menyadur, dan mentranskrip memang memiliki kesamaan.
Ketiganya masih berpatokan pada ide orang lain. Meski demikian, dalam hal
mentranskrip, ada sedikit perbedaan. Kegiatan mentranskrip lebih kepada penyalinan
Kegiatan Belajar
2
S
66
bentuk lisan ke bentuk tulisan. Paparan lebih lanjut dari ketiga bahasan tersebut,
diuraikan dalam tiga butir berikut.
2.1. Meringkas
Menyajikan sebuah tulisan dari seorang pengarang ke dalam sebuah sajian
tulisan yang ringkas bukan hal yang mudah. Kita harus membaca dengan cermat dan
memperhatikan ketika kita harus menuliskannya secara ringkas. Hal ini berkaitan
dengan upaya untuk menangkap gagasan atau ide dari pengarang. Kegiatan
meringkas bisa dipakai untuk mengetahui maksud dan tujuan pengarang, menyajikan
sebuah tulisan ke dalam bentuk yang ringkas, padat, dan tetap berpatokan pada ide
asli pengarang.
Dalam hal ini, yang diperhatikan dalam membuat ringkasan adalah
memperhatikan urutan dan ide asli pengarang. Akan tetapi, jangan
mencampuradukkan pengertian tersebut ketika akan membuat sebuah ikhtisar.
Patokan mengenai kedua hal tersebut berbeda. Dalam membuat ikhtisar, tidak perlu
mempertahankan urutan karangan asli dan tidak perlu memberikan isi dari seluruh
karangan itu secara proporsional (Keraf 1984: 262).
Berikut akan kita bahas tentang batasan arti ringkasan. Ringkasan diartikan
sebagai penyajian singkat dari suatu karangan asli dengan tetap mempertahankan
urutan isi dan sudut pandang pengarang asli. Sedangkan perbandingan bagian atau
bab dari karangan asli secara proporsional tetap dipertahankan dalam bentuknya
yang singkat itu (Keraf 1984: 262). Dengan kata lain, ringkasan merupakan suatu
cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk
singkat.
Lalu apa tujuan dari meringkas tersebut? Gorys Keraf mengemukakan bahwa
membuat ringkasan dapat berguna untuk mengembangkan ekspresi serta
penghematan kata. Latihan membuat ringkasan, menurut dia, akan mempertajam
daya kreasi dan konsentrasi si penulis ringkasan tersebut. Penulis ringkasan dapat
memahami dan mengetahui dengan mudah isi karangan aslinya, baik dalam
penyusunan karangan, cara penyampaian gagasannya dalam bahasa dan susunan
yang baik, cara pemecahan suatu masalah, dan sebagainya.
67
Beberapa bentuk ringkasan di antaranya dapat berupa abstrak, sinopsis, dan
simpulan. Dalam sebuah karya ilmiah (skripsi, laporan akhir, tesis, maupun
disertasi), sebuah proses meringkas biasa disebut juga dengan abstrak
(Widyamartana dan Sudiati 1997: 52). Abstrak atau ringkasan berdasarkan
penjelasan Harianto GP (2000: 227) dimaksudkan untuk memberikan uraian yang
sesingkat-singkatnya tentang segala pokok yang dibahas. Ringkasan dalam sebuah
karya ilmiah hendaknya meliputi dasar pemilihan masalah, masalah, asumsi dasar,
hipotesis, metodologi, data, sumber-sumber pengolahan, kesimpulan, dan saran-
saran.
Ringkasan dalam bentuk sinopsis biasa dilakukan pada buku seperti karya
fiksi atau nonfiksi. Bentuk sinopsis merupakan salah satu bentuk ringkas suatu karya
yang kiranya dapat memberikan dorongan kepada orang lain untuk membaca secara
utuh (Djuharie dan Suherli 2001: 12).
Sementara bentuk ringkasan yang lain adalah simpulan. Simpulan adalah
bentuk ringkas yang mengungkapkan gagasan utama dari suatu uraian atau
pembicaraan dengan memberikan penekanan pada ide sentral serta penyelesaian dari
permasalahan yang diungkapkan (Djuharie dan Suherli 2001: 13).
Meringkas isi buku merupakan salah satu cara untuk mempermudah memahami
informasi yang ada dalam sebuah buku secara utuh dan lengkap. Dengan meringkas
isi buku ide ,gagasan ,atau pikiran yang dipaparkan oleh penulis dapat dipahami
lebih rinci bahkan kita dapat mengingat lebih lama terhadap masalah yang dibahas
dalam buku.
1. Mendaftar pokok pikiran buku.
Ringkasan pada hakikatnya merupakan versi singkat dari teks buku asli yang
tetap mengandung gagasan utama. Urutan dari ringkasan itu adalah:
a. Pendahuluan
b. Isi
c. Penutup
Agar dapat meringkas buku secara efektif maka ikuti langkah-langkah berikut:
a. Kenali identitas buku kemudian catatlah dalam buku catatanmu.
68
b. Bacalah kata pengantar dengan saksama gambaran tentang isi buku secara
keseluruhan .
c. Teliti daftar isi buku untuk mendapatkan gambaran tentang butir-butir
penting yang akan dibahas
2. Membuat ringkasan isi buku.
Berdasarkan gagasan penting atau pokok pikiran yang telah Anda buat lakukanlah
langkah berikut:
a. Rangkaikan catatan yang telah Anda buat menjadi sebuah ringkasan
yang runtut.
b. Bandingkan isi ringkasan yang telah Anda buat dengan buku aslinya.
c. Jangan lupa sertakan identitas buku yang telah Anda buat sebelumnya.
d. Buatlah judul yang menarik sehingga mampu menggambarkan hasil
ringkasan buku yang Anda susun.
3. Mendiskusikan ringkasan isi buku.
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membahas hasil ringkasan isi
buku. Beberapa hal tersebut, dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Kesesuaian antara ringkasan dan isi buku asli.
b. Keruntutan jalan pikiran peringkas dalam memahami isi buku.
c. Kejelasan penggunaan bahasa dalam ringkasan.
d. Kelengkapan dan keutuhan isi buku yang diwujudkan dalam
ringkasan.
2.2. Menyadur
Mencoba menyalin sebuah tulisan menjadi ringkas juga dapat dilakukan
dengan cara menyadur. Bentuk saduran banyak kita lihat dalam karya fiksi.
Penyaduran biasanya dilakukan pada karya-karya yang berasal dari bahasa asing.
Menyadur adalah menyusun kembali cerita secara bebas tanpa merusak garis besar
cerita. Menyadur juga diartikan sebagai mengolah (hasil penelitian, laporan, dsb.)
atau mengikhtisarkan (KBBI, 2002: 976). Dengan demikian, menyadur mengandung
konsep menerjemahkan secara bebas dengan meringkas, menyederhanakan, atau
mengembangkan tulisan tanpa mengubah pokok pikiran asal. Hal penting yang harus
kita ketahui, bahwa dalam menyadur sebuah tulisan kita diperkenankan untuk
69
memperbaiki bentuk maupun bahasa karangan orang lain, misalnya dalam kasus
karangan terjemahan.
Dalam sebuah proses penyaduran karya orang lain, kita masih tetap
berpegang untuk tidak mengubah pokok pikiran asal dari penulis aslinya. Sebagai
contoh, ketika kita akan membuat saduran sebuah cerita, konsistensi yang perlu kita
perhatikan adalah tetap berpegang pada alur cerita, ide cerita, maupun tema yang
ada di dalam cerita tersebut. Jangan justru menambahi ide ke dalam cerita tersebut.
Suatu hal yang tidak boleh kita lupakan dalam menyadur adalah dengan meminta
izin, mencantumkan sumber tulisan, berikut nama penulisnya.
2.3. Mentranskrip
Saat kita mendengar kata transkrip, pemahaman kita tentu akan mengacu
pada penyalinan sebuah tuturan lisan ke dalam bentuk tulisan. Transkripsi menurut
definisi Harimukti Kridalaksana adalah pengubahan wicara menjadi bentuk tertulis;
biasanya dengan menggambarkan tiap bunyi atau fonem dengan satu lambang
(2001: 219). Hal ini sesuai dengan pandangan J.S. Badudu bahwa terjadi sebuah
penyalinan teks dengan huruf lain untuk menunjukkan lafal, fonem-fonem bahasa
yang bersangkutan (2005: 351). Transkrip dalam hal ini sangat berguna, khususnya
sewaktu kita akan membuat salinan, catatan dari sebuah pembicaraan ke dalam
bentuk tertulis.
Secara garis besar, bentuk transkripsi merupakan bentuk tertulis dari ucapan.
Beberapa contoh bentuk transkrip, misalnya transkrip pidato, wawancara, atau
keterangan pers. Proses tersebut, sebagaimana disebutkan Shaddily dan Echols, sama
halnya dengan mencatat atau menuliskan hasil pembicaraan. Cara yang bisa
dilakukan adalah dengan menuliskan kata demi kata dari suatu sumber untuk
keperluan tertentu (biasanya direkam) pada radio perekam dan disalin dalam bentuk
tulisan atau ketik.
Cara penulisan dengan meringkas, menyadur, dan mentranskrip, di dalamnya
mencakup cara menyajikan sebuah tulisan. Mentranskrip merupakan pengubahan
pembicaraan ke dalam bentuk tulisan. Sebuah bentuk ringkasan dari sebuah tulisan
hendaknya tetap menekankan sisi konsistensi urutan sesuai dengan ide atau gagasan
70
pengarang. Demikian pula, ketika kita menyadur, hal tersebut juga berlaku, yakni
tetap mempertahankan ide dari naskah asli. Sementara mentranskrip lebih kepada
upaya menyajikan sebuah bentuk lisan ke dalam tulisan. Penyajian hasil tulisan
dengan ketiga bentuk tersebut ternyata dapat menjadi latihan yang baik bagi kita.
Terutama untuk mempertajam pemahaman kita tentang karya asli. Lebih dari itu,
memalui ketiga aktivitas tersebut, kita akan menjadi lebih cermat terhadap apa yang
kita baca maupun dengar (Keraf, 1984:262).
71
MEMBUAT ABSTRAK
TUJUAN PEMBELAJARAN
etelah selesai mempelajari kegiatan belajar ketiga, mahasiswa diharapkan
mampu membuat abstrak dan bagan teori dengan benar.
MATERI POKOK:
• Cara membuat abstrak
Teknik Membuat Abstrak
Abstrak dari suatu penelitian merupakan ringkasan yang disarikan dari tulisan
utuh setelah proses penulisan selesai. Sebaliknya abstrak juga ada yang ditulis
sebelum tulisan yang utuh selesai, biasanya ini berkaitan dengan abstrak dari suatu
makalah. Walaupun demikian, cara penulisan dan unsur yang harus ada adalah sama.
Teknik penulisan abstrak dapat dikemukakan sebagai berikut. Kata abstrak
ditulis di tengah halaman dengan huruf kapital, simetris di batas atas bidang
pengetikan dan tanpa tanda titik. Nama penulis diketik dengan jarak dua spasi dari
kata abstrak, ditepi kiri dengan urutan: nama akhir, nama awal, dan nama tengah.
Tahun lulus ditulis setelah nama, diakhiri dengan titik. Judul dicetak miring dan
diketik dengan huruf kecil (kecuali huruf pertama dari setiap kata) dan diakhiri
dengan titik. Kata skripsi, tesis, atau disertasi ditulis setelah judul dan diakhiri
dengan koma, diikuti nama jurusan, nama fakultas, nama universitas, dan dikahiri
dengan titik. Kemudian dicantumkan nama dosen pembimbing secara berurutan
lengkap dengan gelar akademiknya.
Kegiatan Belajar
3
S
72
Dalam abstrak dicantumkan kata kunci yang ditempatkan di bawah nama
pembimbing. Jumlah kata kunci berkisar antara tiga sampai lima kata. Kata kunci
diperlukan untuk komputerisasi sistem informasi ilmiah. Dengan kata kunci dapat
ditemukan judul-judul skripsi, tesis, disertasi, atau laporan penelitian beserta
abstraknya dengan mudah.
Dalam abstrak disajikan inti sari tulisan secara padat yang mencakup latar
belakang, masalah penelitian, metode penelitian yang digunakan, hasil yang
diperoleh, simpulan yang ditarik, dan saran yang diajukan (jika ada).
Teks dalam abstrak diketik dengan spasi tunggal dengan panjang tulisan tidak
lebih dari dua halaman kertas kuarto. Contoh abstrak dapat dilihat sebagai berikut:
ABSTRAK Catur, Sunu. 2009. Konstruksi Identitas Etnik dalam Masyarakat Multietnik di Banyuwangi. Disertasi, Program Studi Ilmu Sosial, Pasca Sarjana, Universitas Airlangga. Kata Kunci: Identitas, etnik, konstruksi, negosiasi, dan dramaturgi
Disertasi ini merupakan hasil studi mengenai konstruksi identitas etnik dalam masyarakat multietnik di kabupaten Banyuwangi. Dalam penelitian ini ingin ditunjukkan bahwa aktor-aktor sosial dalam mengonstruksi, mempresentasikan, dan menegosiasikan identitasnya tidak secara pasif menjalankan skrip yang tersedia, akan tetapi mereka secara kreatif mengonstruksi, memproduksi, mereproduksi, mempresentasi, dan menegosiasikan identitas etniknya. Berdasarkan perspektif teoritis dan fenomena sosial yang terdapat di Banyuwangi maka secara umum penelitian ini mengkaji tentang identitas etnik dalam masyarakat multietnik. Fokus utamanya adalah bagaimana identitas etnik dikonstruksi dalam masyarakat multietnik. (1) Bagaimanakah identitas etnik dikonstruksikan secara sosial dalam masyarakat multi-etnik? (2) Bagaimanakah komunitas etnik menegosiasikan identitasnya dalam masyarakat multietnik melalui tindakan sosial baik secara individu maupun kolektif? (3) Bagaimanakah elemen-elemen agama, bahasa, budaya, sumberdaya, kekuasaan, etnik, mitologi, dan primordial berpengaruh terhadap pembentukan identitas etnik dalam masyarakat multi-etnik?
Disertasi ini didasarkan pada perspektif kualitatif yang berpendekatan interpretif khususnya yang berasal dari tradisi interaksionisme simbolik yakni dramaturgi. Analisis data dalam penelitian ini didasarkan pada wawancara, participant observation, dan studi dokumentasi.
Identitas individu maupun sosial bukanlah sesuatu yang tetap, tetapi senantiasa berubah dikonstruksi, direkonstruksi, bahkan mungkin didekonstruksi sesuai dengan panggung dan waktu. Perubahan identitas tersebut senantiasa berada dalam relasi dengan yang lain (others), baik dalam relasi yang resiprokal maupun
73
searah. Proses tersebut tidak sepenuhnya bersifat cair dan tanpa kendala, karena di dalam ruang konstruksi identitas antara individu dan atau etnik dengan yang lain saling menyediakan dan menjadikan cermin sosial. Selain itu, antara individu atau etnik saling berebut dan menyuguhkan identitas mereka yang tidak hanya berupa sesuatu yang bersifat privat (khas), tetapi juga publik (umum) yang menjadi milik sejumlah etnik yang terlibat dalam interaksi tersebut. Konstruksi identitas yang dilakukan oleh etnik yang terdapat di Banyuwangi meliputi arena budaya, bahasa, politik, agama, ekonomi, seni, dan kekuasaan.
Negosiasi identitas dilakukan oleh aktor-aktor sosial melalui budaya simbolik, ekonomi, dan kekuasaan. Implikasinya bahwa negosiasi tersebut dapat mengubah identitas individu maupun kolektif melalui asimilasi, perubahan status, claiming, maupun hilangnya unsur-unsur historis dan atau pengaruh identitas nasional dan global.
Implikasi teoritis Teori Dramaturgi Goffman yang dibangun berdasarkan perspektif dramaturgi membayangkan bahwa kehidupan sepenuhnya adalah drama. Sebuah metafor kehidupan melalui teater. Akan tetapi, teori Goffman tersebut didasarkan pada suatu masyarakat “asylum” dalam konteks yang pasti, tertutup, dan terbatas. Dampaknya bahwa teori dramaturgi tidak memberikan ruang yang cukup pada berbagai events pada konteks dan panggung yang terbuka dan kompleks. Sementara itu, ruang dalam pandangan Goffman berarti sebuah panggung presentasi yang bersifat privat dan publik. Yang mana, dalam konteks kedua panggung tersebut interaksi dan interelasi berlangsung. SOAL-SOAL LATIHAN 1. Jelaskan perbedaan antara merangkum dan menyadur!
2. Buatlah rangkuman sepanjang satu halaman dari suatu artikel di jurnal ilmiah
(dikumpulkan bersama artikel aslinya).
3. Sadurlah sebuah cerpen yang Anda baca dengan memperhatikan kaidah
penyaduran (dikumpulkan bersama dengan cerita aslinya).
Daftar Referensi Badudu, JS. 2005. "Andas Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia".
Jakarta: Kompas. Djuharie, O dan Setiawan, Suherli. 2001. "Panduan Membuat Karya Tulis".
Bandung: Yrama Widya. Echols, M.John dan Shadily, Hassan. 1989. "Andas Indonesia-Inggris". Jakarta:
Gramedia.
74
Edukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=255&fname=hal4.htm. Ditranskripsikan, dalam http://ind.proz.com/kudoz/1644238#3789276
Harianto, GP. 2000. Teknik Penulisan Literatur. Bandung: Penerbit Agiamedia.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. "Andas Lingusitik". Jakarta: Gramedia. Keraf, Gorys. 1984. "Komposisi". Flores: Penerbit Nusa Indah. Soedarso. 2005. Speed Reading, Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. Wainwright, Gordon. 2006. Speed Reading Better Recalling. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. Widyamartaya, Al dan Sudiati, Veronica. 1997. "Dasar-Dasar Menulis Karya
Ilmiah". Jakarta: