22
MODUL 5 LBM 1 STEP 1 Pemukiman Kumuh : Kawasan padat penduduk yang kotor dan tidak sehat,dan tidak kondusif untuk ditempati,umumnya dihun oleh masyarakat yang kurang mampu,bangunannya tidak layak dihuni,biasanya terletak dilokasi strategis pusat kota Industri : Bangunan yang digunakan untuk mengolah bahan mentah menjadi bahan yang berguna. Kepadatan Penduduk : Banyaknya warga yang menghuni disuatu wilayah, melebihi batas luasnya. STEP 2 1. Sebutkan masalah yang timbul akbat Pemukiman Kumuh? Secara umum permasalahan yang sering terjadi di daerah permukiman kumuh adalah: 1. ukuran bangunan yang sangat sempit, tidak memenuhi standard untuk bangunan layak huni 2. rumah yang berhimpitan satu sama lain membuat wilayah permukiman rawan akan bahaya kebakaran 3. sarana jalan yang sempit dan tidak memadai 4. tidak tersedianya jaringan drainase 5. kurangnya suplai air bersih 6. jaringan listrik yang semrawut 7. fasilitas MCK yang tidak memadai http://fisip.uns.ac.id/blog/diah/2011/01/03/bab-ii-pemukiman- kumuh/ 2. Ciri-ciri daerah kumuh? Ciri-ciri pemukiman kumuh, seperti yang diungkapkan oleh Suparlan (1984) adalah: 1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai. 2. Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan ruangannya mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin. 3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam penggunaan ruang-ruang yang ada di pemukiman kumuh sehingga mencerminkan adanya kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan

MODUL 5 LBM 1 ghea

Embed Size (px)

DESCRIPTION

;oylh

Citation preview

MODUL 5 LBM 1STEP 1 Pemukiman Kumuh: Kawasan padat penduduk yang kotor dan tidak sehat,dan tidak kondusif untuk ditempati,umumnya dihun oleh masyarakat yang kurang mampu,bangunannya tidak layak dihuni,biasanya terletak dilokasi strategis pusat kota Industri: Bangunan yang digunakan untuk mengolah bahan mentah menjadi bahan yang berguna. Kepadatan Penduduk: Banyaknya warga yang menghuni disuatu wilayah, melebihi batas luasnya.

STEP 21. Sebutkan masalah yang timbul akbat Pemukiman Kumuh?

Secara umum permasalahan yang sering terjadi di daerah permukiman kumuh adalah:1. ukuran bangunan yang sangat sempit, tidak memenuhi standard untuk bangunan layak huni2. rumah yang berhimpitan satu sama lain membuat wilayah permukiman rawan akan bahaya kebakaran3. sarana jalan yang sempit dan tidak memadai4. tidak tersedianya jaringan drainase5. kurangnya suplai air bersih6. jaringan listrik yang semrawut7. fasilitas MCK yang tidak memadaihttp://fisip.uns.ac.id/blog/diah/2011/01/03/bab-ii-pemukiman-kumuh/ 2. Ciri-ciri daerah kumuh?Ciri-ciri pemukiman kumuh, seperti yang diungkapkan oleh Suparlan (1984) adalah: 1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai. 2. Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan ruangannya mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin. 3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam penggunaan ruang-ruang yang ada di pemukiman kumuh sehingga mencerminkan adanya kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan ekonomi penghuninya. 4. Pemukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas, yaitu terwujud sebagai: a. Sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik negara, dan karena itu dapat digolongkan sebagai hunian liar. b. Satuan komuniti tunggal yang merupakan bagian dari sebuah Rukun Tetangga, atau sebuah Rukun Warga. c. Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah Rukun Tetangga atau Rukun Warga atau bahkan terwujud sebagai sebuah Kelurahan, dan bukan hunian liar. 5. Penghuni pemukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak homogen, warganya mempunyai mata pencaharian dan tingkat kepadatan yang beranekaragam, begitu juga asal muasalnya. Dalam masyarakat pemukiman kumuh juga dikenal adanya pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan ekonomi mereka yang berbeda-beda tersebut. 6. Sebagian besar penghuni pemukiman kumuh adalah mereka yang bekerja di sektor informal atau mempunyai mata pencaharian tambahan di sektor informil (Kurniasih, 2007).

Menurut Sinulingga (2005) ciri kampung/pemukiman kumuh terdiri dari: a. Penduduk sangat padat antara 250-400 jiwa/ha. Pendapat para ahli perkotaan (MMUDP,90) menyatakan bahwa apabila kepadatan suatu kawasan telah mencapai 80 jiwa/ha maka timbul masalah akibat kepadatan ini, antara perumahan yang dibangun tidak mungkin lagi memiliki persyaratan fisiologis, psikologis dan perlindungan terhadap penyakit. b. Jalan-jalan sempit tidak dapat dilalui oleh kendaraan roda empat, karena sempitnya, kadang-kadang jalan ini sudah tersembunyi dibalik atap-atap rumah yang sudah bersinggungan satu sama lain. c. Fasilitas drainase sangat tidak memadai, dan malahan biasa terdapat jalanjalan tanpa drainase, sehingga apabila hujan kawasan ini dengan mudah akan tergenang oleh air. d. Fasilitas pembuangan air kotor/tinja sangat minim sekali. Ada diantaranya yang langsung membuang tinjanya ke saluran yang dekat dengan rumah, ataupun ada juga yang membuangnya ke sungai yang terdekat. e. Fasilitas penyediaan air bersih sangat minim, memanfaatkan air sumur dangkal, air hujan atau membeli secara kalengan.f. Tata bangunan sangat tidak teratur dan bangunan-bangunan pada umumnya tidak permanen dan malahan banyak yang darurat. g. Kondisi a sampai f membuat kawasan ini sangat rawan terhadap penularan penyakit. h. Pemilikan hak atas lahan sering tidak legal, artinya status tanahnya masih merupakan tanah negara dan para pemilik tidak memiliki status apa-apa.

Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22314/3/Chapter%20II.pdf

3. Apa penyebab Pemukiman kumuh?

1.Faktor Urbanisasi Dan Migrasi PendudukRumusan beberapa faktor secara umum yang dapat mempengaruhi terjadinya proses keurbanan, antara lain :

1.Ketimpangan tingkat pertumbuhan ekonomi antara desa dengan perkotaan2.Peluang dan kesempatan kerja yang lebih terbuka di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah perdesaan3.Terjadinya pola perubahan minat tentang lapangan pekerjaan dari pertanian ke industri, utamanya bagi penduduk usia kerja di perdesaan4.Lebih majunya teknologi dan infrastruktur prasarana transportasi, sehingga memudahkan terjadinya mobilitas penduduk baik yang permanen atau yang ulang alik.5.Keberadaan fasilitas perkotaan yang lebih menjanjikan, utamanya aspek pendidikan, kesehatan, pariwisata dan aspek sosial lainnya

Lee dalam Lisna Yoeliani P (1966) mendekati migrasi dengan formula yang lebih terarah. faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan untuk bermigrasi dapat dibedakan atas kelompok sebagai berikut :a.Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat asal migran.b.Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat tujuan migran (destination)c.Faktor-faktor penghalang atau pengganggu (intervening factors)d.Faktor-faktor yang berhubungan dengan individu migran.

2.Faktor Lahan di Perkotaan3. Faktor Prasarana dan Sarana Dasar4. Faktor Sosial Ekonomi5.Faktor Sosial BudayaKaum migran desa-kota cenderung berharap mereka akan mampu memperbaiki posisi sosial ekonomi mereka ketika melakukan migrasi kekota. Mereka dipenuhi pikiran untuk memapankan hubungan pekerjaan dan nilai finansial yang akan didapatkannya ketika berada dikota. Namun perlu diketahui bahwa persaingan dikota jauh lebih besar dibandingkan dengan di desa. (darsono Wisadirana : 2004)6.Faktor Tata Ruang7. Faktor Aksesibilitas8. Faktor Pendidikan

Sumber : Laode MAsrun, ST, M.Si Pendidikan (S1). Perencanaan WIlayah dan Kota (S2). Manajemen Perkotaan

4. Solusi menangani Pemukiman kumuh?

Pemerintah membuat program rumah susun Perbaikan sistem tata kampung Pengolahan limbah Penyediaan air bersih Menggalakkan program transmigrasi Program KB Program kerja bakti/kebersihan lingkungan Sosialisasi pentingnya sanitasi Pemerataan pembangunan daerah evaluasiSumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22314/3/Chapter%20II.pdf

5. Dampak yang timbul dari segi kesehatan akibat pemukiman kumuh?

(1) kondisi perumahan yang buruk, (2) penduduk yang terlalu padat, (3) fasilitas lingkungan yang kurang memadai, (4) tingkah laku menyimpang, (5) budaya kumuh, (6) apati dan isolasi (Kurniasih, 2007).

Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22314/3/Chapter%20II.pdf6. Bagaimana penyelesaian pemerintah akibat pemukiman kumuh?

7. Syarat-syarat pemukiman yang sehat?

Menurut American Public Health Association (APHA) rumah dikatakan sehat apabila : (1) Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah dari udara di luar rumah, penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman, dan kebisingan 45-55 dB.A.;(2) Memenuhi kebutuhan kejiwaan; (3) Melindungi penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu memiliki penyediaan air bersih, sarana pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah yang saniter dan memenuhi syarat kesehatan; serta (4) Melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran, seperti fondasi rumah yang kokoh, tangga yang tidak curam, bahaya kebakaran karena arus pendek listrik, keracunan, bahkan dari ancaman kecelakaan lalu lintas (Sanropie, 1992; Azwar, 1996)

Komponen yang harus dimiliki rumah sehat (Ditjen Cipta Karya, 1997) adalah : (1) Fondasi yang kuat untuk meneruskan beban bangunan ke tanah dasar, memberi kestabilan bangunan , dan merupakan konstruksi penghubung antara bagunan dengan tanah; (2) Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari pekarangan dan 25 cm dari badan jalan, bahan kedap air, untuk rumah panggung dapat terbuat dari papan atau anyaman bambu;(3) Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan masuknya sinar matahari dengan luas minimum 10% luas lantai; (4) Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau menyangga atap, menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan debu dari luar, serta menjaga kerahasiaan ( privacy) penghuninya; (5) Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari, minimum 2,4 m dari lantai, bisa dari bahan papan, anyaman bambu, tripleks atau gipsum; serta(6) Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari serta melindungi masuknya debu, angin dan air hujan

Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai berikut :1. Lokasia. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya;b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas tambang;c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan2. Kualitas udaraKualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :a. Gas H2S dan NH3secara biologis tidak terdeteksi;b. Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3;c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm;d. Debu maksimum 350 mm3 /m2 per hari3. Kebisingan dan getarana. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik4. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukimana. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kgb. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kgc. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kgd. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg5. Prasarana dan sarana lingkungana. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan;b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit;c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak mengganggu kesehatan, onstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata;d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan esehatan;e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi persyaratan kesehatan;f. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan;g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya;h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya;i. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan6. Vektor penyakita. Indeks lalat harus memenuhi syarat;b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.7. PenghijauanPepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam

Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :1. Bahan bangunana. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain : debu total kurang dari 150 g/m2 , asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan;b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen2. Komponen dan penataan ruangana. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;b. Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan mudah dibersihkan;c. Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;d. Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;e. Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;f. Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.3. PencahayaanPencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.4. Kualitas udaraa. Suhu udara nyaman antara 18 30oC;b. Kelembaban udara 40 70 %;c. Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam;d. Pertukaran udara 5 kaki3/menit/penghuni;e. Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam;f. Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3.5. VentilasiLuas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.6. Vektor penyakitTidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.7. Penyediaan aira. Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/ orang/hari;b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.8. Sarana penyimpanan makananTersedia sarana penyimpanan makanan yang aman .9. Pembuangan Limbaha. Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;b. Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah.10. Kepadatan hunianLuas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur.Persyaratan tersebut diatas berlaku juga terhadap kondominium, rumah susun (rusun), rumah toko (ruko), rumah kantor (rukan) pada zona pemukiman. Pelaksanaan ketentuan mengenai persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman Menjadi tanggung jawab pengembang atau penyelenggara pembangunan perumahan, dan pemilik atau penghuni rumah tinggal untuk rumah.Penyelenggara pembangunan perumahan (pengembang) yang tidak memenuhi ketentuan tentang persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman dapat dikenai sanksi pidana dan/atau sanksi administrasi sesuai dengan UU No. 4 /1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, dan UU No. 23 /1992 tentang Kesehatan, serta peraturan pelaksanaannya. Bagi pemilik rumah yang belum memenuhi ketentuan tersebut diatas tidak dapat dikenai sanksi, tetapi dibina agar segera dapat memenuhi persyaratan kesehatan rumah.

8. Sebutkan alasan berkembangnya pemukiman kumuh ?Kehadiran pemukiman kumuh pada dasarnya sebagai akibat perkembangan pemukiman di perkotaan tanpa adanya perencanaan tata ruang kota yang menyeluruh. Sebab utamanya, karena kemampuan pemerintahan kota yang terbatas untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan pembangunan di kotanya. Faktor lainnya, kemampuan dana pemerintah, harga tanah, pemilikan tanah, dan tingkat kemampuan masyarakat kotanya. Dari segi empiris, pembangunan pemukiman hanya terpola sebagai kelanjutan struktur kota lama atau usaha pembangunan secara partial, seperti program perbaikan kampung, peremajaan kota, atau pembangunan kawasan-kawasan perumahan. Kondisi ini rupanya berjalan terus, dan lagi pula ditambah cepatnya pertumbuhan penduduk kota, baik secara alamiah maupun karena migrasi, yakni perpindahan penduduk dari desa ke kota. Keadaan jumlah penduduk dengan pertumbuhan penduduk kota yang tidak diimbangi dengan pembangunan pemukiman dan jumlah rumah yang layak huni, menyebabkan banyak tumbuhnya hunian liar atau pemukiman kumuh, baik dilihat dari kualitas lingkungan, kualitas tata ruang, maupun kualitas manusia penghuninya. Sejalan dengan perkembangan waktu, persoalan pemukiman kumuh akan semakin kompleks, baik dilihat dari sudut sosial, ekonomi, maupun lingkungan fisik, seperti kenyamanan hidup, kesehatan, keamanan, dan kesempurnaan hidup. Pada hal dalam makna yang lebih luas, pemukiman harus mampu membuka jalan dan memberikan saluran bagi kecenderungan, kebutuhan, aspirasi, dan keinginan manusia secara penuh, menuju perbaikan taraf hidup dan kesejahteraan manusia. Bagi pendatang baru atau pencari kerja dari lapisan bawah, pemukiman kumuh mempunyai ciri lokalitas yang strategis. Artinya, pemukiman kumuh rata-rata harga sewa rumah biasanya murah, dan mereka peluang untuk menabung dan mengirim uang ke tempat asalnya.http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1997/02/21/0038.html 9. Bagaimana cara mengatasi kepadatan penduduk?

Program-program tersebut adalah :a. Transmigrasi atau program memindahkan penduduk dari tempat yng padat ke tempat yang lain yang jarang penduduknya baik dilakukan atas bantuan pemerintah maupun keinginan diri sendiri.b. Pemerataan lapangan kerja dengan mengembangkan industri, perikanan, pertanian, dan pertambangan di wilayah lain. c. Mengendalikan jumlah kelahiran penduduk setempat melalui program KB dan penundaan usia kawin. http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1997/02/21/0038.html 10. Faktor penyebab kepadatan penduduk?

Faktor-faktor yang menyebabkan kepadatan penduduk :a. Faktor iklim dan topografi, iklim yang nyaman topografi yang relative landai menyebabkan penduduk terkonsentrasi dan menjadi padat.b. Faktor ekonomi, yang termasuk faktor ekonomi adalah tersedianya sumber daya alam, tersedianya lapangan kerja. c. Faktor sosial budaya, yang termasuk factor sosial budaya adalah kesempatan untu meneruskan pendidikan, keterbukaan masyarakat. Selain itu daerah yang relative aman akan selalu jadi pemukiman yang padat. http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1997/02/21/0038.html

11. Dampak dari kepadatan penduduk?

Dampak Kepadatan Penduduk Yang Tidak MerataPemusatan penduduk pada daerah tertentu (terutama di kawasan perkotaan dan pusatpusat kegiatan) akan menimbulkan berbagai permasalahan kependudukan, antara lain: munculnya kawasan-kawasan kumuh kota dengan rumah-rumah yang tidak layak huni. sulitnya persaingan di dunia kerja, sehingga menyebabkan merebaknya sektor-sektor informal, seperti pedagang kaki lima, pengamen, dan sebagainya yang terkadang keberadaannya dapat mengganggu ketertiban turunnya kualitas lingkungan; serta terganggunya stabilitas keamanan http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1997/02/21/0038.html

12. Dasar hukum dalam pengaturan pemerintah tentang lahan pemukiman?

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 44 TAHUN 1994TENTANGPENGHUNIAN RUMAH OLEH BUKAN PEMILIK

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:a. bahwa penghunian rumah oleh bukan pemilik baik dengan cara sewa menyewa maupun bukan sewa menyewa merupakan suatu bentuk pemenuhan kebutuhan masyarakat akan rumah;b. bahwa untuk melindungi kepentingan pemilik, penyewa atau penghuni dalam penggunaan rumah perlu dilakukan upaya pengaturan yang dapat menjamin keadilan dan kepastian hukum;c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas dan dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 12 dan Pasal 13 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, dipandang perlu mengaturnya lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Mengingat:1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469).

MEMUTUSKAN:Menetapkan:PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGHUNIAN RUMAH OLEH BUKAN PEMILIK

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:1. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.2. Penghunian adalah penggunaan atau pemakaian suatu rumah oleh seseorang atau badan.3. Sewa menyewa rumah adalah keadaan di mana rumah dihuni oleh bukan pemilik berdasarkan perjanjian sewa menyewa.4. Harga sewa adalah jumlah ataupun nilai baik dalam bentuk uang maupun dalam bentuk lain yang telah disepakati oleh pemilik dan penyewa, dan oleh penyewa dibayarkan kepada pemilik sebagai pembayaran atas penghunian untuk jangka waktu tertentu.5. Pemilik adalah orang atau badan yang mempunyai hak atas rumah.6. Penyewa adalah setiap orang atau badan yang membayar harga sewa kepada pemilik berdasarkan perjanjian yang telah disepakati.7. Penghuni adalah seseorang atau badan yang menempati atau memanfaatkan rumah secara sah, baik untuk tempat tinggal maupun untuk keperluan lain dalam rangka pengembangan kehidupan dan penghidupan keluarga.8. Kepala Daerah adalah Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II, dan untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Pasal 2(1) Penghunian rumah oleh bukan pemilik hanya sah apabila ada persetujuan atau izin pemilik.(2) Penghunian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan dengan cara sewa menyewa atau dengan cara bukan sewa menyewa.

Pasal 3Penghunian rumah yang dilakukan tanpa persetujuan atau izin pemilik dinyatakan sebagai penghunian tanpa hak atau tidak sah.

BAB IIPENGHUNIAN RUMAH DENGAN CARA SEWA MENYEWA

Pasal 4(1) Penghunian rumah dengan cara sewa menyewa didasarkan kepada suatu perjanjian tertulis antara pemilik dan penyewa.(2) Perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya mencantumkan ketentuan mengenai hak dan kewajiban, jangka waktu sewa, dan besarnya harga sewa.(3) Rumah yang sedang dalam sengketa tidak dapat disewakan.

Pasal 5(1) Dalam hal rumah yang disewakan berada di atas tanah milik orang lain, maka sewa menyewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari pemilik hak atas tanah.(2) Persetujuan dari pemilik hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibuat secara tertulis.(3) Jangka waktu sewa menyewa rumah di atas tanah hak orang lain tidak boleh melebihi jangka waktu penggunaan tanah yang diizinkan oleh pemilik hak atas tanah.

Pasal 6(1) Pemilik berhak menerima uang sewa rumah dari penyewa sesuai dengan yang diperjanjikan.(2) Pemilik wajib menyerahkan rumah kepada penyewa dalam keadaan baik sesuai dengan yang diperjanjikan.

Pasal 7Penyewa berhak menempati atau menggunakan rumah sesuai dengan keadaan yang telah diperjanjikan.

Pasal 8(1) Penyewa wajib menggunakan dan memelihara rumah yang disewa dengan sebaik-baiknya.(2) Penyewa wajib memenuhi segala kewajiban yang berkaitan dengan penggunaan rumah sesuai dengan perjanjian.(3) Apabila jangka waktu sewa menyewa telah berakhir, penyewa wajib mengembalikan rumah kepada pemilik dalam keadaan baik dan kosong dari penghunian.

Pasal 9(1) Penyewa dengan cara apapun dilarang menyewakan kembali dan atau memindahkan hak penghunian atas rumah yang disewanya kepada pihak ketiga tanpa izin tertulis dari pemilik.(2) Penyewa dilarang mengubah bentuk bangunan rumah tanpa izin tertulis dari pemilik.

Pasal 10(1) Penyewa wajib mentaati berakhirnya batas waktu sewa sesuai dengan yang diperjanjikan.(2) Dalam hal penyewa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak bersedia meninggalkan dan mengosongkan rumah yang disewa sesuai dengan batas waktu yang disepakati dalam perjanjian, penghunian dinyatakan tidak sah atau tanpa hak dan pemilik dapat meminta bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk mengosongkannya.

Pasal 11(1) Apabila salah satu pihak tidak mentaati ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10, maka hubungan sewa menyewa dapat diputuskan sebelum berakhirnya jangka waktu sewa menyewa dengan ketentuan-ketentuan:a. jika yang dirugikan pihak penyewa maka pemilik berkewajiban mengembalikan uang sewa;b. jika yang dirugikan pihak pemilik, maka penyewa berkewajiban mengembalikan rumah dengan baik seperti keadaan semula, dan tidak dapat meminta kembali uang sewa yang telah dibayarkan.(2) Selain kewajiban untuk mengembalikan uang sewa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, dalam perjanjian sewa menyewa dapat pula diperjanjikan kewajiban-kewajiban lain yang harus dipenuhi oleh pemilik.

Pasal 12(1) Apabila rumah yang disewakan sama sekali musnah selama jangka waktu sewa menyewa, maka hubungan sewa menyewa dinyatakan berakhir.(2) Apabila rumah yang disewakan tersebut musnah akibat kesalahan pemilik, maka pemilik wajib mengembalikan uang sewa rumah kepada penyewa.(3) Dalam hal rumah yang disewa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) musnah dan tidak dapat dihuni lagi, penyewa dapat meminta pengembalian harga sewa sesuai dengan waktu yang tersisa, dan apabila yang musnah hanya sebagian dari rumah, hubungan sewa menyewa dapat dilanjutkan berdasarkan musyawarah.

Pasal 13Pemindahan hak milik atas rumah yang sedang dalam hubungan sewa menyewa tidak mengakibatkan hapusnya atau terputusnya hubungan sewa menyewa rumah.

BAB IIIPENGHUNIAN RUMAH DENGAN CARA BUKAN SEWA MENYEWA

Pasal 14(1) Penghunian rumah dengan cara bukan sewa menyewa didasarkan kepada suatu persetujuan antara pemilik dengan penghuni.(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis.(3) Persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya memuat jangka waktu penghunian.

Pasal 15Persetujuan penghunian rumah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), menimbulkan hak dan kewajiban serta larangan pemilik dan penghuni seperti hak dan kewajiban serta larangan pemilik dan penyewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10, kecuali yang berkaitan dengan harga sewa.

Pasal 16Penghunian rumah dengan cara bukan sewa menyewa berakhir sesuai dengan ketentuan yang dituangkan dalam perjanjian tertulis atau apabila tidak dituangkan dalam perjanjian tertulis penghunian berakhir sesuai dengan isi kesepakatan.

BAB IVHARGA SEWA

Pasal 17Besarnya harga sewa rumah ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara pemilik dengan penyewa.

Pasal 18Dalam hal pembayaran harga sewa menyewa rumah dilaksanakan setiap bulan sekali, maka besarnya uang sewa tersebut berlaku paling sedikit untuk jangka waktu 12 (dua belas) bulan, kecuali ditetapkan lain dalam perjanjian tertulis.

Pasal 19(1) Harga sewa bagi rumah sewa yang pembangunannya memperoleh kemudahan dari Pemerintah ditetapkan oleh Kepala Daerah berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Nasional.(2) Dalam menetapkan harga sewa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Kepala Daerah harus tetap memperhatikan tingkat pengembalian dana yang telah ditanamkan oleh pemilik serta kelangsungan usaha atau kegiatan sewa menyewa rumah dengan kondisi daerahnya.

Pasal 20Kemudahan dari Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dapat berupa baik kredit pembangunan perumahan dengan bunga yang ringan maupun bantuan pengadaan prasarana dan sarana lingkungan.

BAB VKETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 21(1) Sewa menyewa rumah baik dengan perjanjian tertulis maupun dengan perjanjian tidak tertulis yang tidak menetapkan batas waktu dan telah berlangsung sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992, dinyatakan berakhir dalam jangka waktu 3 tahun sejak berlakunya undang-undang tersebut.(2) Dengan berakhirnya sewa menyewa rumah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), penghuni rumah atau penyewa dapat memperbaharui sewa menyewa berdasarkan perjanjian sewa menyewa yang baru dengan pemilik.

Pasal 22Penyelesaian sengketa penghuni rumah oleh bukan pemilik dilakukan melalui Pengadilan Negeri.

BAB VIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 23(1) Penghunian rumah terhadap rumah-rumah yang hingga saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini berlangsung atas dasar ketentuan Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1963 tentang Pokok-pokok Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Perumahan tetap berlangsung atas dasar perizinan tersebut.(2) Penyelesaian lebih lanjut penghunian rumah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan diatur dengan Peraturan Pemerintah tersendiri.

BAB VIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 24Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, seluruh ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1963 tentang Pokok-pokok Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Perumahan kecuali ketentuan Pasal 5 dan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 1963 tentang Hubungan Sewa Menyewa Perumahan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1981 serta segala peraturan pelaksanaannya, sepanjang yang mengatur sewa menyewa rumah, dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 25Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan Di Jakarta,Pada Tanggal 26 Desember 1994PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,Ttd.SOEHARTO

Diundangkan Di Jakarta,Pada Tanggal 26 Desember 1994MENTERI NEGARA/SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,Ttd.MOERDIONO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1994 NOMOR 73

STEP 31. Sebutkan masalah yang timbul akbat Pemukiman Kumuh? Tidak tersedianya MCK yg tdk memadai Terciptanya perilaku menyimpang Mudahnya penularan penyakit Biasanya menumpuknya sampah Banjir Tanah longsor Timbulnya lingkungan yang kotor Sarana jalan sempit2. Ciri-ciri daerah kumuh? Langkanya air bersih,listrik,fasilitas MCK Dihuni oleh masyarakat ekonomi menengah ke bawah Tingkat kriminalitas tinggi Tingkat kesejahterann hidupnya rendah Dihuni oleh penduduk yang padat Tata bangunannya tidak teratur Biasanya ditempati secara ilegal Ukurannya dibawah standar

3. Apa penyebab Pemukiman kumuh? Tingkat angka kelahiran yang tidak terkendali Urbanisasi Ledakan penduduk Penghasilan yang rendah Kurang efektifnya penggunaan lahan4. Solusi menangani Pemukiman kumuh? Membangun rumah susun Diberiakannya penyuluhan tentang dampak tinggal di pemukiman kumuh Transmigrasi Perbaikan sanitasi lingkungan Penertiban oleh pemerintah Menyediakan lapangan kerja dan meningkatkan ekonomi

5. Dampak yang timbul dari segi kesehatan akibat pemukiman kumuh? Meningkatnya vektor dan roden Terbatasnya sarana air bersih Semakin banyaknya penyakit menular Timbulnya perilaku menyimpang (kriminalitas,kesehatan jiwa,Pergaulan bebas) Meningkatnya angka kematian

6. Syarat-syarat pemukiman yang sehat? Sanitasi baik Satu orang menmpati lebih dari 6 m Ruang tamu,ruang keluarga,dapur tdk jd satu dlm satu ruangan yg sempit Jarak sumber air dan pembuangan sesuai ketentuan. Sirkulasi udara yang lancar

7. Sebutkan alasan berkembangnya pemukiman kumuh ? Meningkatnya pengangguran Urbanisasi

8. Bagaimana cara mengatasi kepadatan penduduk? Transmgrasi KB Pemerataan penduduk Pembangunannya dilakukan tdk terpusat pd kota Pemerataan Lapangan kerja Menekan angka nikah muda9. Faktor penyebab kepadatan penduduk? Angka kelahiran tinggi Faktor budaya (banyak anak banyak rejeki,) Adanya ledakan penduduk Nikah muda Kurangnya pengetahuan mengenai dampak kepadatan penduduk.10. Dampak dari kepadatan penduduk? Timbulnya pemukiman kumuh Banyaknya pengangguran Banyaknya sampah Kesehatan masyarakat terganggu Susah mengontrol tingkat kesehatan masyrakat 11. Dasar hukum dalam pengaturan pemerintah tentang lahan pemukiman?12. Dampak pemukiman kumuh bagi sosial? Ketidaktertiban masyarakat Timbulnya perilaku menyimpang (kriminalitas ) Kurangnya PHBS

STEP 4

MAPPING

Kawasan Industri

Akibat :-Ganggguan Kesehatan-Timbulnya peny.Menular-Kriminalitas tinggiFaktor penyebab -Pendidikan Rendah-Lahan padat-Kurangnya PHBS-Sosek-Sosbud Pemukiman KumuhKepadatan PendudukAktifitas manusia