Click here to load reader
Upload
wan-suhiro
View
178
Download
87
Embed Size (px)
Citation preview
DIREKTORAT PENGAWASAN KESELAMATAN KERJA
DITJEN PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
DEP. TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI
1.MEMAHAMI KARAKTERISTIK BAHAYA LISTRIK DAN SAMBARAN PETIR
2.MEMAHAMI PERSYARATAN DASAR PROTEKSI UNTUK KESELAMATAN LISTRIK DAN KONSEP DESAIN SISTEM PROTEKSI PETIR.
3.MENGETAHUI LANDASAN PERATURAN K3 LISTRIK DAN PROTEKSI PETIR.
4.MENGETAHUI PERSYARATAN DAN PROSEDUR PENGAWASAN K3 LISTRIK & PETIR
I.PENDAHULUAN
Bahaya kejut listrik
LangsungTidak langsungt (detik)1,00,80,60,40,30,2
E (Volt)90100110125140200
I (mA)180200250280330400
N
I.PENDAHULUAN
Data kec. listrik (PLN) 95-99.
Jumlah kasus 1.458 kasus kecelakaan
N Korban tewas 818 orang
N karyawan 183 orang &
N masyarakat 635 orang
Luka serius 476 orang
$Kasus kebakaran 741 kasus
$Gangguan teknis 2720 kasus
$Kerugian Rp. 25.5 milyar
I.PENDAHULUAN
KASUS KEBAKARAN
Puslabfor Mabes Polri 1990-2001
1990-1996 : 2033 kasus
80% kasus ditempat kerja 20% kasus bukan tempat kerja1997-2001:1121 kasus
76,1 % terjadi di tempat kerja23,9 % bukan tempat kerja20% kasus habis total
Tempat kerja
Bukan tempat kerja
Pengusahaan Ketenagalistrikan
Pusat PembangkitanGardu Induk, Transmisi, Distribusi, Jaringan Transmisi & DistribusiPELANGGAN
TM/
TR
G
TT/
TET
M
Tujuan K3 Listrik
1. Menjamin kehandalan instalasi listrik sesuai tujuan penggunaannya.
2.Mencegah timbulnya bahaya akibat listrik
N bahaya sentuhan langsung
N bahaya sentuhan tidak langsung
N bahaya kebakaran
Sentuhan langsung
adalah bahaya sentuhan pada bagian konduktif yang secara normal bertegangan
Sentuhan tidak langsung
adalah bahaya sentuhan pada bagian konduktif yang secara normal tidak bertegangan, menjadi bertegangan karena terjadi kegagalan isolasi
TM/
TR
G
Tempat kerja
Bukan tempat kerja
TT/
TET
M
Kebijakan nasional
dalam hal penyediaan
tenaga listrik
(pengusahaan)
yang Andal, Aman dan
Akrap lingkungan
Kebijakan nasional
dalam hal upaya
menjamin
tempat kerja
yang Aman dan
lingkungan yang Sehat
o Perlin Normatif
o K3
o TKA / TKI
TANGGUNG JAWAB KEGIATAN PENGAWASAN ATAU
PEKERJAAN DAN PELAKSANAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN
Terhadap ditaainya
PERUNDANG UNDANGAN YG BERLAKU
USAHA
KETENAGALISTRIKAN
DEP. BID LISTRIKo Dep ESDM
DAN
DEP LAIN YANG TERKAITo Depnakertrans
o Depdagri/Otoda
o Kem Ling. Hidup
o Inst Lain sesuai bidangnya
Instansi
UU KELISTRIKANo Tupoksi LPE
UU Ling Hidup UU LainDasar hukum :
Undang undang No 1 tahun 1970
Keselamatan Kerja
Pasal 2 ayat (1) huruf q
(Ruang lingkup)
Setiap tempat dimana listrik
dibangkitkan, ditranmisikan,
dibagi-bagikan, disalurkan dan
digunakan
Dasar hukum :
Undang undang No 1 tahun 1970
Keselamatan Kerja
Pasal 3 ayat (1) huruf q
(Objective)
Dengan peraturan perundangan
ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja untuk:
q.mencegah terkena aliran listrik
berbahaya
Keputusan
Menteri Tenaga Kerja RI
No Kep 75/Men/2002
Pemberlakuan
PUIL 2000
Dasar hukum :
Undang undang No 1 tahun 1970
Keselamatan Kerja
PUIL 2000
SNI 04-0225-2000
UU 1/70
STANDAR K3 LISTRIK
DI INDONESIA
Peraturan
04/78
Peraturan
KHUSUS B
Peraturan
Khusus B
Peraturan
04/88
Ditetapkan
Sebagai Standar Wajib
Kep Menteri Energi & Sumber Daya Mineral
No. : 2046 K/40/MEN/2001
Tanggal 28 Agustus 2001
Batas waktu penyesuaian 3 tahun
Persyaratan Umum Instalasi Listrik
Peluncuran perdana 24-10-2001
PENGERTIAN
Tegangan sentuh yang berbahaya:
N > 50 V a.b. di ruang normal,
N > 25 V a.b. di ruangan lembab
Bagian 1 :Pendahuluan(Ruang lingkup & acuan)
Bagian 2 :Persyaratan Dasar
Bagian 3 :Proteksi untuk K3/ Sentuh langsung,
sentuh tidak langsung, & kebakaran
Bagian 4 :Perancangan instalasi listrik
Bagian 5 :Perlengkapan listrik
Bagian 6 :PHB & Komponennya
Bagian 7 :Penghantar dan pemasangannya
Bagian 8 :Ruangan khusus
Bagian 9 :Pengusahaan instalasi listrik
Lampiran-lampiran
Bagian 1. PENDAHULUAN
Tujuan
Terselenggaranya instalasi listrik yang baik dan menjamin keselamatan , keaman instalasi, gedung dan isinya.
Ruang lingkup
Perancangan, Pemasangan, pemeriksaan, pengujian, pelayanan, pemeliharaan dan pengawasannya instalasi listrik Teg > 25 V dan dayanya > 100 W
Bagian 1. PENDAHULUAN (Lanjutan)
Sumber acuan
PUIL 1987 --> disempurnakan
International Electric Code dan stand international lainya
Undang-undang No 1 tahun 1970
Undang-undang No 20 tahun 2002
Bagian 1. PENDAHULUAN (Lanjutan)
Penafsiran
Instansi yang berwenang --> yang memberlakukan PUIL 2000
Ketentuan teknis
- Pola preventif
- Syarat syarat pengamanan
- Batas pembebanan, hantaran
- dst
Bagian 2. PERSYARATAN DASAR
Proteksi untuk keselamatan
- Proteksi sentuh langsung
- Proteksi sentuh tidak langsung
- Proteksi efek termal
- Proteksi arus lebih
- Proteksi arus gangguan
- Proteksi tegangan lebih
- Proteksi perlengkapan dan instalasi listrik
Bagian 2. PERSYARATAN DASAR (Lanjutan)
Perancangan
- Aspek keselamatan
- Asapek kehandalan
- Aspek Akrap lingkungan
Pemilihan peralatan listrik
Karakteristik beban, arus, tegangan, prekuensi, daya
Bagian 3. SISTEM PROTEKSI
Proteksi sentuhan langsung
- Proteksi isolasi bagian aktif
- Proteksi penghalang atau selungkup
- Proteksi penempatan di luar jangkauan
- Proteksi isolasi lantai kerja
Bagian 3. SISTEM PROTEKSI (Lanjutan)
Proteksi sentuhan tidak langsung
Prinsip :Pemutusan secara otomatik
Metoda :
- Sistem Pembumian
- Sistem Hantaran pengaman
- Sistem Hantaran Netral Pengaman
Bag. 9.
Bagian 9.5.3.2 :Orang yang mengawasi pemasangan instalasi listrik
Bagian 9.5.3.1 :Orang yang diberi tanggung jawab, perancangan, pemasangan, pemeriksaan, dan pengujian inst. Listrik, harus memahami K3 dan memiliki ijin kerja.
Bagian 9.10.4.:Pengusahaan listrik > 200 kVA harus memiliki organisasi yang bertanggjawab secara khusus
SYARAT K3
KOMPETENSI SDM BIDANG K3 LISTRIK
Keputusan Menaker No. : Kep. 311/BW/2002
AHLI K3 LISTRIK :PERANCANGAN;
RIKSA UJI
PENYELIA K3 LISTRI :PENGAWAS PEKERJAAN PEMASANGAN, PEMELIHARAAN, PERBAIKAN
TEKNISI LISTRIK:PELAKSANA PELAYANAN, PEMELIHARAAN
GENERATOR
Ref. PUIL 2000 (5.5.1.1.)
a.nama pabbrik pembuat
b.tegangan pengenal
c.arus beban pengenal
d.daya pengenal
e.freq, Jumlah fase,
f.rpm
g.suhu lingkungan > kenaikan suhu
h.klas isolasi
I.teg. kerja dan arus beban penuh
j.lilitan
k.daur kerja
Tanda Pengenal (Plat nama)
GENERATOR (PEMBANGKIT LISTRIK)
Ref. PUIL 2000 (5.5.1.1.)
a.Pada saat beban dimasukan, teg turun mak 25% dan pulih 0,5 detik
b.Kapasitas bahan bakar untuk 8 jam
c.Pipa saluran bahan bakar harus terlindung dari panas dan mekanis
d.Pipa saluran gas buang harus disalut shg suhu mak 70o C
e.Pelepasan gas buang pada sebelah sisih udara masuk
f.Sistem pendinginan harus terjamin
g.Pondasi harus dirancang dengan perdam getaran mesin
h.Harus dipasang tanda peringatan
PENGGERAK
MULA
G
BEBAN
GENERATOR
Ref. PUIL 2000 (5.6)
1.Harus diproteksi thd arus lebih
2.Mak 150 % > I beban penuh
3.Penghantar 115% > I beban penuh
G
Instalasi listrik Ketel Uap
Alat penerangan dan alat listrik lainya tidak diijinkan menggunakan tegangan lebih dari 50 Volt
Jika digunakan kabel fleksibel harus berselubung karet atau berperisai logam fleksibel.
Bila diperlukan tegangan lebih dari 50 V, maka bagian logam dari ketel uap harus dibumikan
Jenis kabel yang digunakan harus berselubung karet dan berperisai logam
PUIL 2000
Psl. 8.12
L1
L2
L3
N
PE
L1
L2
L3
N
L1
L2
L3
N
L1
L2
L3
N
PE
Klasifikasi :
Kelompok 1:Instalasi untuk Utilitas bangunan, bila terputus tidak berpengruh langsung terhadap pasien
Kelompok 1 E:Instalasi listrik untuk intalasi medik, yang berfungsi langsung dengan penderita, bila terputus dari dalam tempo kurang 10 detik harus segera mendapat catu daya pengganti khusus (CDPK)
Kelompok 2 E:Instalasi listrik untuk intalasi medik berfungsi langsung dengan penderita, bila terputus harus langsung mendapat catu daya pengganti khusus (CDPK)
REF. K3 LISTRIK DI RUMAH SAKIT
PUIL-2000
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Sumber Normal
Sumber
Emergency
Baterai atau
Motor Generator
RUANG KELOMPOK 1
RUANG KELOMPOK 1E
RUANG KELOMPOK 2E
< 0,5 dt
Sistem distribusi listrik di rumah sakit
G
< 10 dt
1HYDRANT
2SPRINGKLER
3LIFT
4PRESSURIZED FAN
5EMERGENCY
6MDB
G
MDB
1
2
3
4
5
6. Spare
Suplai daya listrik untuk
sarana keselamatan
tidak beleh terganggu
pada kondisi apapun
INSTALASI LISTRIK SEDERHANA
(Sistem pasa satu 3 kawat)
M
PENGAMAN
1. PEMBATAS ARUS
2. PEMUTUS
3. GROUNDING
4. SEKERING
5. KOTAK KONTAK
6 TUSUK KONTAK
7. POLARITAS
1
3
4
5
6
7
2
4
MOTOR SANGKAR
In.1 = 42 A
MOTOR SEREMPAK
In.2 = 54 A
MOTOR ROTOR LILIT
In.3 = 68 A
MOTOR ROTOR LILIT
In.4 = 68 A
SETELAN MAK
2,5 In 1
= 105A
1,5 In 3
= 102A
2 In2
= 108A
1,5 In
= 102A
KHA. MIN.
1.25 In
KHA. MIN.
1.25 (68) + 42 + 54 =
170,8A
SETELAN MAK
108 + 42 + 68 = 218A
SETELAN MAK
218 + 68 = 286 A
PENGAMAN HUBUNG SINGKAT
PUIL 2000 Ayat 556
1
2
3
M
PENGAMAN HUBUNG PENDEK
KELENGKAPAN SIRKIT MOTOR
PUIL 2000 Ayat 5.5.1.3
SARANA PEMUTUS
PENGAMAN BEBAN LEBIH
KENDALI
PENGAMAN HUBUNG PENDEK
KARAKTERISTIK PENGAMAN
HUBUNG PENDEK, TERBUKA
BILA MERASAKAN 600% In
DALAM WAKTU 20 - 50 DETIK
KELENGKAPAN SIRKIT MOTOR
POMPA KEBAKARAN
BILA SUPLAI LISTRIK
TERPUTUS HARUS ADA
INDIKASI ALARM
TIDAK PERLU
PENGAMAN BEBAN LEBIH
KENDALI
JENIS KABEL FRCDARI SISI IN COMING SEBELUM SAKELAR UTAMASISTEM PROTEKSI UNTUK KESELAMATAN
(BAB III)
PROTEKSI BAHAYA
SENTUHAN LANGSUNG
Metoda :
1.Isolasi bagian aktif
2.Penghalang atau Selungkup
3.Rintangan;
4.Jarak aman atau diluar jangkauan
5.Gawai proteksi arus sisa
6.Isolasi lantai kerja.
PROTEKSI BAHAYA
JARAK AMAN
Jarak aman atau diluar jangkauan
Tegangan kVJarak cm
150
1260
2075
70100
150125
220160
500300
TANAH
SISTEM PENGAMANAN
ISOLASI LANTAI KERJA
ISOLASI LANTAI KERJA (R1)
Kayu
75 kg
Kain basah 27 x 27 Cm
R1 = Rd ( V1/V2 -1) Ohm
R1 min. 50 kilo Ohm
Pelat logam
25 x 25 x 0,2 Cm
V
V2
V1
Rd 3000
Proteksi bahaya
N Sentuhan tidak langsung
1.Sistem TT atau
Pembumian Pengaman (PP)
2.Sistem IT atau
Hantaran pengaman (HP)
3.Sistem TN atau
Pembumian Netral Pengaman (PNP)
1.Sistem TT atau Pembumian Pengaman (PP)
Tujuan pembumian :
Bila terjadi arus bocor atau hubung singkat, arus akan tersalur ke bumi yang akan menyebabkan meningkatnya arus sehingga pengaman akan terputus secara otomatik
Fasa tunggal 2 kawat
Aktif
Nol/Netral
L1
L2
L3
N
PE
Bila terjadi kegagalan isolasi, teganan suplai akan terputus karena alat proteksi bekerja otomatik
Sistem TT atau Pembumian Pengaman (PP)
Membumikan titik netral di sumbernya dan membumikan pada BKT instalasi dan BKT perlengkapan listrik.
2.Sistem IT atau Hantaran pengaman (HP) Tujuan pembumian :
Bila terjadi arus bacor atau hubung singkat, arus akan tersalur ke bumi melalui penghantar pengaman sehingga arus meningkat dan pengaman akan terputus secara otomatik
Fasa tunggal 3 kawat
Penghantar Aktif
Penghantar Nol/Netral
Hantaran pengaman
WAKTU PEMUTUSAN
SISTEM IT
TEGANGAN
(volt)
WAKTU PEMUTUSAN
(detik)
120-240
0,8
230/400
0,4
400/690
0,2
5801000
0,1
5
0,8
0,4
0,2
N tdk terdistribusi
N terdistribusi
3.Sistem TN atau
Pembumian Netral Pengaman (PNP)
Fasa tunggal 3 kawat
Nol &
Ground
dihubungkan
SISTEM HANTARAN PENGAMAN
L1/R
L2/S
L3/T
N
PE
WAKTU PEMUTUSAN
SISTEM TN
TEGANGAN
(volt)
WAKTU PEMUTUSAN
(detik)
120
0,8
230
0,4
277
0,4
400
0,2
> 400
0,1
SISTEM PEMBUMIAN PENGAMAN
L1
L2
L3
N
SATU FASE
TIGA FASE
SISTEM HANTARAN NETRAL PENGAMAN
L1
L2
L3
N/PE
HASIL PENGUKURAN RESISTAN ISOLASI
PANELR-SR-TT-SR-NR-GS-NS-GT-NT-GN-G
P1- P1.1
p1-P1.2
P1-P1.3
P1.P1.4
P1.P1.5
P1-P1.6
KEMAMPUAN HANTAR ARUS
KHA kabel listrik ditentukan oleh jenis bahan konduktornya dan ukuran penampangnya
(Periksa tabel PUIL)
SYARAT K3
KHA : MIN 1,1 X I nominal
RESISTANS ISOLASI
1000 Ohm /Volt (diruang normal)
100 Ohm / Volt (diruang lembab)
PENGHANTARR STBEBAN kW
1NYY 4 x 153P.25 kW
2NYY 4 x 153P.20 kW
3NYY 4 x 15 3P.15 kW
4NYY 3 x 4 - -1P. 25 kW
5NYY 3 x 4 --IP. 20 kW
6NYY 3 x 4 --1P. 15 kW
120 kW
M1
M2
M3
M4
M5
M6
W1
W1: 5 A,
W2 : 3A:
W3: 6 A
KK 3 : 250V- 10 A
KK1 : 250 V- 15 A
MCB: 25 A
KHA kabel 1,5 mm2 : 19 A
2,5 mm2 : 25 A
W3
W2
KK 3
KK 1
25 A
2 x 2,5 mm2
2 x 1,5 mm2
2 x 1,5 mm2
1). Motor Listrik 1 P. 220 V/450 W
I=W / E
=450/220 Amper
=~ 2 Ampere
2).Motor listrik 3 P, 220/380 V, 1,5 kW, Cos 0,9
1500 W= 1,76 x 380 x I x 0.9
I=1500/1,76 x 380 x 0,9 Amper
=.. Ampere
W= 3 x E x I x Cos
W=E x I
W1
W3
W2
KK 3
KK 1
25 A
2 x 2,5 mm2
2 x 1,5 mm2
2 x 1,5 mm2
W tot.= 5 A + 6A + 6 A
= 17 A
KK 3 : 250V- 10 A (terbakar)
KK1 : 250 V- 15 A (terbakar)
MCB: tidak menjamin sbg pengaman (kabel panas MCB belum bekerja melebihi KHA kabel)
Ref
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 02/Men/1989
tentang instalasi penyalur petir
Berlaku untuk sistem proteksi eksternal / proteksi
bahaya sambaran langsung
2. SNI 04- 0225 2000 (PUIL 2000)
Sebagai rujukan untuk sistem proteksi internal / proteksi
bahaya sambaran tidak langsunglangsung
Instalasi penyalur petir yang tidak
memenuhi syarat dapat mengundang bahaya
+ + + + + +
+ + + + +
+ + + + + +
- - - - - - -
- - - - - - -
- - - - - -
+ + + + + +
+ + + + +
+ + + + + +
- - - - - - -
- - - - - - -
- - - - - -
PELEPASAN MUATAN LISTRIK
-DARI AWAN KE AWAN
-DARI AWAN KE BUMI
- - - - -
- - - - -
- - - - -
- - - - -
- - - - -
- - - - -
- - - - -
- - - - -
- - - - -
+ + + +
+ + + + + + + BUMI+ + +
+ + + + + + + + +
Sasaran
OBYEK YANG TERTINGGI
Arus : 5.000 ~ 200.000 A
Panas: 30.000 oC
AWAN KE AWAN
AWAN KE BUMI
KERUSAKAN
THERMIS, ELEKTRIS, MEKANIS,BAHAYA SAMBARAN PETIR
SAMBARAN LANGSUNGSAMBARAN TIDAKLANGSUNG
KERUSAKAN
PADA ALAT ELEKTRONIK
Instalasi penyalur petir yang tidak
memenuhi syarat dapat mengundang bahaya
Grounding tidak sempurna
Berbahaya
++++++++
++++++++
++++++++
------------
-------------
------------
- - - - - - - -
- - - - - - - -
- - - - - - - -
+++++++
+++++++
+++++
+++++++
+++++++++
+++++++
- - - - - - -
- - - - - -
- - - - -
DARI AWAN
KE AWAN
DARI AWAN
KE BUMI
MENYAMBAR
JARINGAN LISTRIK
KONSEP PROTEKSI BAHAYA SAMBARAN PETIR
PERLINDUNGAN SAMBARAN LANGSUNG
Dengan memasang instalasi penyalur petir pada
bangunan
Jenis instalasi :
-Sistem Franklin
-Sistem Sangkar Faraday
-Sistem Elektro statik
PERLINDUNGAN SAMBARAN TIDAK LANGSUNG
Dengan melengkapi peralatan penyama tegangan
pada jaringan instalasi listrik (Arrester)
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR
A : Peruntukan bangunan(-100123515)
B : Struktur konstruksi ( 0123 )
C : Tinggi bangunan( 02345-10)
D : Lokasi bangunan( 012)
E : Hari guruh( 01234-7)
R= A + B + C + D + E
< 11ABAIKAN
= 11KECIL
= 12SEDANG
= 13 AGAK BESAR
= 14BESAR
> 14 SANGAT BESAR
PERTIMBANGAN PEMASANGAN
INSTALASI PENYALUR PETIR
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR
A :Peruntukan bangunan
Rumah tinggal:1
Bangunan umum:2
Banyak orang:3
Instalasi gas,minyak, rumah sakit:5
Gudang handak:15
B : Struktur konstruksi
Steel structure:0
Beton bertulang, kerangka baja atap logam:1
Beton bertulang, atap bukan logam:2
Kerangka kayu atap bukan logam:3
C : Tinggi bangunan
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR
C : Tinggi bangunan
s/d 6 m:0
12 m:2
17 m:3
25 m:4
35 m:5
50 m:6
70 m:7
100 m:8
140 m:9
200 m:10
D : Lokasi bangunan
Tanah datar:0
Lereng bukit:1
Puncak bukit:2
E : Hari guruh per tahun
2:0
4:1
8:2
16:3
32:4
64:5
128:6
156:7
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR
KONSEPSI PROTEKSI BAHAYA SAMBARAN PETIR
PERLINDUNGAN SAMBARAN LANGSUNG
Dengan memasang instalasi penyalur petir pada
bangunan
Jenis instalasi :
-Sistem Franklin
-Sistem Sangkar Faraday
-Sistem Elektro statik
PERLINDUNGAN SAMBARAN TIDAK LANGSUNG
Dengan melengkapi peralatan penyama tegangan
pada jaringan instalasi listrik (Arrester)
INSTALASI PENYALUR PETIR
PERMENAKER PER-02 MEN/1989
SISTEM FRANKLIN
BAGIAN BAGIAN PENTING
Sudut perlindungan
112 o
Resistan pembumian
mak 5 ohm
PENERIMA
(AIR TERMINAL)
HANTARAN PEMBUMIAN
(GROUNDING)
HANTARAN PENURUNAN
(DOWN CONDUCTOR)
Harus dipasang instalasi
PROTEKSI PETIR
(Sistem internal protection)
Ruangan berpotensi bahaya ledakan gas/uap/debu/serat
SNI 225 - 1987
PUIL-1987
(820 - B.16 dan - C.4)
PROTEKSI PETIR SYSTEM INTERNAL
Semua bagian konduktif dibonding
Semua fasa jaringan RSTNG dipasang Arrester
Bila terjadi sambaran petir pada jaringan instalasi listrik semua kawat RSTN
tegangannya sama tidak ada beda potensial
GROUNDING
ARRESTER
RSTN
RSTN
Pengawasan K3 Instalasi Penyalur Petir
PERMENAKER
No. PER 02/MEN/1989
Tentang
Instalasi Penyalur Petir
Ruang lingkup :
Sistem eksternal
Jenis :
konvensi onal &
elektrostatik
+++++++
+++++++++
+++++++
- - - - - - -
- - - - - -
- - - - -
Proses pengesahan gambar ins. listrik
Dokumen perencanaan listrik
1. Peta lokasi
2 Gambar instalasi
- Lay out perlengkapan dan
peralatan listrik
- Rangkaian peralatan dan
pengendalinya
3. Diagram garis tunggal
4. Gambar rinci
5. Perhitungan beban
6. Tabel bahan
7. Ukuran teknis
- Sepesifikasi & cara pasang
- Cara menguji
- Jadwal waktu
Berkas
perencanaan.
Analisis:
Berdasarkan SNI -225 1987
oleh pegawai pengawas
Memenuhi syarat
Ya
PENGESAHAN GAMBAR
Setuju dipasang.
Tidak
Commissioning.
Rekomendasi.
Rekomendasi.
LIFT
Pesawat lift sebagai sarana transportasi vertikal yang dirancang dengan perangkat pengendali otomatik dari dalam kereta dan pada setiap lantai pemberhentian.
Pengguna/penumpang lift hanya dengan tekan tombol dapat mengendalikannya menuju lantai yang dikehendaki;
JUMLAH LIFT
Th.1979 SD AGUSTUS 2003
DKI JAKARTA6707
B A N T E N28
JAWA BARAT316
JAWA TENGAH 179
YOGYAKARTA 113
JAWA TIMUR 621
B A L I192
A C E H 15
SUMATERA UTARA260
SAMATERA BARAT30
SUMATERA SELATAN59
R I A U72
J A M B I 18
BENGKULU 9
LAMPUNG 26
KALIMANTAN TENGAN 2
KALIMANTAN TIMUR 86
KALIMANTAN BARAT 20
KALIMANTAN SELATAN 21
SULAWESI UTARA 44
SULAWESI SELATAN 125
SULAWESI TENGGARA 1
SULAWESI TENGAH -
A M B O N 19
IRIAN JAYA 19
NUSA TENGGARA BARAT 3
NUSA TENGGARA TIMUR 2
Apabila terjadi sesuatu hal yang membahayakan, penumpang tidak dapat berbuat apa apa,
Aspek kehandalan dan keselamatan penumpang merupakan faktor dasar dalam pertimbangan perancangan pesawat lift.
LIFT
K3 LIFT
Untuk menjamin kehandalan dan keamanan pesawat lift, telah ditetapkan syarat-syarat K3,
Dasar :
Undang undang No 1 th 1970;
Peraturan Menaker No Per. 03/Men/1999
Kepmenaker No. : Kep 407/M/BW/1999
UNDANG UNDANG NO. 1 TH 1970 (Psl 4) Upaya pengendalian kecelakaan
Perencanaan
Pemeliharaan
Pemakaian
Pemasangan
Pembuatan
Dasar pertimbangan
Pertimbangan teknis penetapan Peraturan K3 Lift (Perat. Menteri Tenaga Kerja No Per 03/Men/1999) adalah bahwa Pesawat lift dinilai mempunyai potensi bahaya tinggi,
Pasal 25
Pengurus yang membuat, memasang, memakai pesawat lift dan perubahan teknis maupun administrasi harus mendapat ijin dari Menteri atau pejabat yang ditunjuknya.
PENGENDALIAN K3 LIFT
PERMENAKER NO : PER 03/MEN/1999
PABRIKASI LIFT
DESAIN LIFT
IJIN K3
PEMASANGAN LIFT
DESAIN KONSTRUKSI PEMASANGAN LIFT
IJIN K3
PEMAKAIAN LIFT
AS BUILT DRAWING
TEST & Commissioning
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
IJIN K3
PERIJINAN K3 LIFT (PERMENAKER : PER 03/MEN/1999)
Pasal 24
Ayat (1)
Pembuatan dan atau pemasangan lift harus sesuai dengan gambar rencana yang disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk
Ayat 2
Dokumen perencanaan
Gambar konstruksi lengkapPerhitungan konstruksiSpesifikasi dan sertifikasi materialAyat 3
Proses pembuatannya harus memenuhi SNI atau Standar internasional yang diakui
PABRIKASI LIFT
DESAIN PEMBUATAN
Engineering design :
Konsep desain Standar desain Checking perhitungan konstruksiMemenuhi syarat
IJIN PEMBUATAN (PABRIKASI) LIFT
IJIN K3
Pasal 24 Ayat (4)
Gambar rencana pemasangan lift terdiri :
Denah ruang mesin dan peralatannyaKonstruksi mesin dan penguatannyaDiagram instalasi listrikDiagram pengendaliRem pengamanBangunan ruang luncur dan pintu-pintunyaRel pemandu dan penguatannyaKonstruksi keretaGovernor dan peralatannyaKapasitas angkut, kecepatan, tinggi vertikalPerhitungan tali bajaLAIK
KONSTRUKSI LIFT
IJIN K3
Perencanaan pemasangan lift
Doc.Lengkap
Analisis :
Evaluasi gambar dan sertifikat
Checking perhitungan kekuatan konstruksi
Memenuhi syarat
IJIN PEMASANGAN LIFT
IJIN PEMAKAIAN LIFT (PERMENAKER : PER 03/MEN/1999)
Pasal 30
Ayat (1)
Setiap lift sebelum dipakai harus diperiksa dan diuji sesuai standar uji yang ditentukan
Standar uji K3 lift :
SNI 1718 1989 E
Bentuk laporan :
-38 - L
-39 - L
LIFT LAIK OPEPASI
IJIN K3
AS BUILT DRAWING LIFT
TEST & COMMISSIONING
PEMERIKSAAN VISUAL/VERIFIKASI DATAPENGUJIAN PEMBEBANAN PENGUJIAN REM & SAFETY DEVISESMemenuhi syarat
1 tahun
Pola Pengawasan K3
Commissioning
Pengesahan
gambar rencana
Test &
Commissioning
Pengesahan
Pemakaian
Gambar
rencana
Pasang
Pemakaian
Test
Berkala
GAMBAR
RENCANA
PEMASANGAN
IJIN
PEMASANGAN
EVALUASI
RIKSA UJI
IJIN
PEMAKAIAN
OK
OK
RIKSA UJI
BERKALA
PEMAKAIAN
MEKANISME PENGAWASAN K3
Mengawasi pelaksanaan pekerjaan
Proyek pemasangan
TEKNISI (Ajustment)Melaksanakan Comissioning,
TEKNISI PEMELIHARAANMerawat dan memperbaiki lift
PENYELIA OPERASI LIFTMengawasi kelaikan operasi lift
KLASIFIKASI & KOMPETENSI TEKNISI LIFT
KEPUTUSAN MENTERI
No KEP-407/M/BW/99
(71 ORANG)
(67 ORANG)
KOMPETENSI
TEKNISI PEMELIHARAAN LIFT DAN ESCALATOR
SESUAI KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA RI
NO. : KEP. 407/M/BW/1999
Tugas dan tanggung jawab :
1.Merawat dan mengawasi kelaikan operasi lift dan eskalator;
2.Membantu pemeriksaan dan pengujian lift dan eskalator;
KOMPETENSI
TEKNISI PENYELIA OPERASI LIFT DAN ESCALATOR
SESUAI KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA RI
NO. : KEP. 407/M/BW/1999
Tugas dan tanggung jawab :
Mengawasi keselamatan operasi lift dan eskalator;Mengambil tindakan pengamanan keadaan darurat operasi lift dan eskalator;1.Pegawai pengawas K3 adalah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Depnakertrans, sebagai Pejabat Fungsional dan sebagai PPNS
2.Ahli K3
Adalah Tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Depnakertrans ditunjuk oleh MENAKERTRANS
-> Professional