Upload
abdul
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
1/36
PENDAHULUAN
Penatalaksanaan anestesi obstetrik membutuhkan pemahaman tentang
perubahan fisiologis selama kehamilan dan persalinan, efek anestesi pada ibu, janin,
dan neonatus; dan manfaat dan risiko terkait dengan berbagai teknik. Selanjutnya,
peripartum analgesia dan anestesi menuntut pemahaman jalannya persalinan,
pengetahuan kondisi ibu berisiko tinggi, kemampuan untuk menyediakan berbagai
teknik neuraksial, dan persiapan untuk potensi gawat darurat obstetrik dan komplikasi
yang membutuhkan intervensi segera, seperti gawat janin dan perdarahan ibu.
1
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
2/36
PEMBAHASAN
PERDARAHAN ANTE PARTUM
PLASENTA PREVIA
Perdarahan antepartum adalah penyebab utama kematian Ibu pada pasien- pasien kebidanan. Perdarahan hebat pada periode antepartum umumnya disebabkan
karena plasenta praevia atau solutio plasenta. Kejadian plasenta praevia antara ,!-
!". Perdarahan ini disebabkan karena robeknya plasenta. Pada plasenta praevia
dengan perdarahan aktif, se#tio #aesarea dilakukan dengan anestesi umum. $erikan
kristaloid, koloid atau darah untuk mempertahankan volume intravaskuler yang
dilihat dari tekanan darah, frekuensi nadi, %&P dan diuresis. $ila plasenta praevia
sudah ada perdarahan, anestesi dilakukan dengan anestesi umum. $ila belum ada
perdarahan dapat dengan spinal atau epidural anestesia.
Induksi anestesi dengan dosis ke#il tiopental atau ketamin '!mg(kg) bila ada
hipotensi. *pabila operasinya bekas se#tio, maka penanganan plasenta praevia ini
harus lebih hati-hati karena mungkin ada plasenta a#reta, in#reta atau per#reta
2
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
3/36
sehingga diperlukan histerektomi setelah dilakukan se#tio #aesarea. Penanganan
anestesi pada se#tio #aesarea pada bekas se#tio harus dipasang jarum infus yang
besar, selimut penghangat dan darah. %lark dkk, mengamati hubungan antara jumlah
se#tio #aesarea sebelumnya dan kejadian plasenta praevia. Kejadian plasenta a#reta
pada plasenta praevia bila pasien pernah satu kali di se#tio adalah +", bila sudah
menjadi kali atau lebih se#tio #aesarea, kejadian plasenta a#reta men#apai ".
/eknik anestesi yang ideal untuk prosedur ini masih kontroversial, bisa
dengan regional atau anestesi umum dengan berbagai keuntungan dan kerugiannya
masing-masing.
SOLUTIO PLASENTAE
*dalah lepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal dari
de#idua basalis, kejadiannya ,+-+" dan mortaliti perinatal sekitar 0".
1iklasifikasikan sebagai ringan, sedang dan berat. Penyebabnya bisa karena trauma,
tali pusat yang pendek, yang tiba-tiba pada penekanan uterus, dan hipertensi.
Perdarahan mungkin tersembunyi dan berkumpul dibelakang plasenta. 2ejala klinis
awal berupa sakit perut hebat disertai dengan tanda-tanda foetal distress.
Pada solutio plasentae ada gangguan pembekuan darah maka harus diperiksa
3b, hematokrit, bleeding time, thrombosit, prothrombin time, fibrinogen dan partial
thromboplastin time. $ila tidak ada hipovolemia Ibu atau insufisiensi uteroplasenta
dan bila pemeriksaan pembekuan normal dapat digunakan epidural analgesia
kontinyu untuk persalinan pervaginam. Pada solutio plasenta berat, maka perlu
dilakukan se#tio #aerarea dengan anestesi umum dan mungkin diperlukan tranfusi
darah masif. $ila ketika dilahirkan bayinya masih hidup, maka perlu resusitasi aktif
sebab maternal hipovolemia akan menyebabkan terjadinya syok pada neonatus.
3
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
4/36
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
5/36
RUPTURA UTERI
8uptur uteri paling sering terjadi pada pasien yang telah mengalami operasi pada uterus misalnya se#tio #aesarea atau invasi throphoblast. Pada beberapa
keadaan harus dilakukan histerektomi. 9adi pasien-pasien yang melahirkan
pervaginam tetapi ada riwayat se#tio #aesarea atau operasi uterus harus diobservasi
dengan ketat, karena ada kemungkinan terjadi ruptur uteri karena adanya sikatrik
pada uterus merupakan masalah utama, sehingga epidural analgesi untuk persalinan
pada pasien-pasien tersebut menjadi kontra indikasi relatif karena hilangnya gejala
sakit dari ruptur uteri, karena rasa sakit diblokade oleh epidural analgesia.
$eberapa penelitian dengan memakai bupiva#ain ,+0-,:" menunjukkan
bahwa konsentrasi ini tidak menghilangkan sakit akibat ruptur uteri. 1emia#uk dkk.
menyokong adanya beberapa keuntungan dari epidural analgesi untuk persalinan pada
pasien dengan bekas se#tio. Kesimpulan akhir adalah epidural analgesia dapat
digunakan untuk persalinan per vaginam pasien-pasien bekas se#tio tetapi denyut
jantung bayi dan intensitas kontraksi uterus harus terus dimonitor.
5
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
6/36
PRE-EKLAMPSI DAN EKLAMPSI
Pre-eklampsi adalah suatu kelainan yang tidak manifest sebelum kehamilan+ minggu. Kejadian paling tinggi pada primi gravida, dan prevalensi terbesar pada
multi para. Pre-eklampsi khas dengan adanya /rias 4 3ypertensi, protein uria, dan
edema yang menyeluruh.
1isebut pre-eklampsi ringan bila pada wanita yang sebelumnya normotensi
ada kenaikan tekanan diastolik menjadi < = mm3g dengan protein uria > ,+0 gr(lt.
1isebut pre-eklampsi berat bila tekanan sistolik < !mm3g atau diastolik < !!
mm3g, peningkatan yang #epat dari protein uria, oliguria > ! ml(+ jam, adagangguan #erebral atau penglihatan, pulmonary edema atau sianosis. Pre-eklampsi
bisa menjadi ekslampsi pada setiap tingkatan bila terjadi kejang-kejang. Kejang-
kejang bisa terjadi sebelum persalinan, selama persalinan dan segera pada periode
post partum.
?tiologinya masih belum jelas, tapi semua peneliti setuju bahwa kelainan
yang esensial adalah adanya is#hemia utero plasental. *da : faktor 4
injury imunologis pada plasenta
is#hemia uterus
timbulnya koagulasi intravas#uler
@ekanisme dasarnya dihubungkan dengan faktor genetik, ketidakseimbangan
metabolisme prostaglandin, gangguanan defisiensi nutrisi atau kombinasi dari faktor-
faktor tadi. Aang menarik, penyakit ini mempunyai penyebaran geographi dan sosio
ekonomi, lebih banyak di negara berkembang, nyata menurun pada daerah yang lebih
berkembang. 9elas hal ini menyokong faktor nutrisi, genetik dan interaksi antara
kedua hal itu, tetapi walaupun hal ini terlihat pada beberapa penelitian, etiologi pasti
tetap belum jelas. Kemungkinan ketidakseimbangan produksi thrombo7an dan
prosta#y#line merupakan mekanisme dasar yang harus dipertimbangkan. Sering pada
6
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
7/36
primigravida, kejadian lebih tinggi bila ada pembesaran uterus yang #epat misalnya
kehamilan lebih dari satu 'kembar), diabetes mellitus, polyhydramnion, mola
hydatidosa.
Patofisiologi Pre-ela!"si # Ela!"si
Perubahan patofisiologi dari pre-eklampsi disebabkan karena perubahan-
perubahan vaskuler dalam plasenta selama trimester pertama kehamilan. Suatu reaksi
antigen antibodi antara jaringan Ibu dan foetal menimbulkan vas#ulitis plasenta. Pada
kehamilan lebih lanjut akan membawa kearah ano7ia jaringan dan pelepasan
7
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
8/36
thromboplastin-like substan#e ke sirkulasi Ibu, menyebabkan gejala pre-eklampsi.
Is#hemia uteroplasenta menyebabkan ekskresi renin-like substan#e, yang
menyebabkan peningkatan produksi angiotensin dan aldoeteron. 1iduga ada
penghambatan sistem substansi vasodilator, terutama prostaglandin. *kibat
vasokontriksi menimbulkan terjadinya 4
hipertensi
lesi pada glomerulus yang menyebabkan protein uria
penurunan glomerular filtration rate yang menimbulkan peningkatan
reabsorpsi sodium dan terjadi edema.
Penyebab kematian Ibu adalah edema paru dengan congestive heart failure,
hipertensive cerebral encephalopathy, perdarahan otak, abruptio plasentae, renal
failure, necorosis hypophyse.
a) Susunan Saraf Pusat 4
Komplikasi neurologis dari kehamilan, termasuk sakit kepala, gangguan
penglihatan, hiperrefleksia adalah tanda-tanda adanya an#aman terjadinya
#onvulsi, tapi #onvulsi dapat juga terjadi tanpa tanda-tanda sebelumnya. %onvulsi
sulit diatasi, dan bisa terjadi status epileptikus. $eberapa peneliti menyatakan
#erebral edema adalah faktor utama untuk terjadinya #onvulsi, tapi penelitian baru-
baru ini meragukan keterangan tadi. Sheehan dan Byn#h menemukan tidak ada
fakta bahwa ada pembengkakan otak dan menyatakan bahwa #erebral edema tidak
mungkin terjadi pada eklampsi. Penelitian dengan %/ s#an pada : wanita hamil
dengan eklampsi menemukan edema terjadi pada + penderita, dan beratnya
edema dihubungkan dengan lamanya kejang-kejang intermittent. Pada 0 penderita
menunjukkan adanya kenaikan sekilas dari tekanan intra kranial, dan perdarahan
intra kranial, yang bisa fatal, ditemukan pada penderita. 1aerah hipoksi#-
is#hemia merupakan lesi yang paling penting. Penelitian yang lain dengan %/-
S#an, @8I, dan #erebral angiography menyokong konsep bahwa prinsip dasar
8
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
9/36
patologi adalah vasospati# is#hemia injury dari pada edema yang menyeluruh. $ila
#onvulsi berat dan berlangsung lama, bisa terjadi edema otak yang menyeluruh,
jadi edema ini akibat #onvulsi bukan sebagai penyebab #onvulsi eklampsi.
%onvulsi eklampsi berbeda etiologinya dengan #onvulsi hipertensi en#ephalopathi.
Pada hipertensi en#ephalopathi, #onvulsi umumnya terjadinya bila kenaikan
tekanan darah melewati ambang autoregulasi otak. Pada keadaan tersebut, terjadi
vasodilatasi di fo#al area akibat rusaknya barier darah otak, dan terjadi e7travasasi.
b) Sistim Kardiovaskuler 4
/erjadi penurunan volume darah kira-kira !-!0" dibandingkan dengan
wanita hamil normal. Systemi# &as#ular 8esistan#e 'S&8) meningkat. Peneliti
lain, mendapatkan bahwa sampai +0" dari pasien menunjukkan fungsi myo#ardial
yang sub optimal, dan menyokong bahwa ada ketidak sesuai antara %&P dan
P%CP 'Pulmonary %apillary Cedge Pressure), walaupun keduanya umumnya
rendah.
1ibandingkan dengan kehamilan yang normal, pada pre eklampsi volume
intravaskuler menurun, #urah jantung menurun, dan sistemik vas#ular resisten
meningkat.
#) Koagulasi 4
2angguan koagulasi sering terjadi pada pasien pre eklampsi(eklampsi dengan
thrombo#ytopenia, terjadi pada !(: pasien pre-eklampsi. 9uga bisa terjadi
hemolisis, terutama dihubungkan dengan kelainan fungsi hepar dan disebut
3?BBP syndrome '3aemolysis, ?levated Biver enymes, Bow Platelets) dan 1I%terjadi kira-kira " kasus. Kelton dkk, menyokong bahwa defisit fungsi
thrombo#yt bisa terlihat tanpa dihubungkan dengan jumlah thrombo#ytnya.
9
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
10/36
8amanathan dkk., menyatakan bahwa wanita dengan pre-eklampsi berat
mempunyai bleeding time yang memanjang dengan jumlah thrombo#yt yang
adeDuat, hematokrit meningkat akibat hemokonsentrasi.
d) Sistim 8espirasi 4
$isa terjadi kesulitan intubasi karena gangguan lapangan penglihatan oleh
karena adanya edema saluran nafas bagian atas dan laryng.
e) Biver 4
1isfungsi hepar mungkin penyebab dari keluhan sakit epigastrium, dan telahdiketahuai bahwa disebabkan karena is#hemia hepati# ne#rosis, walaupun hal ini
juga bisa disebabkan karena perdarahan sub #apsula hepatis. 3ipotensi yang tiba-
tiba bisa disebabkan karena ruptur hepar spontan, walaupun jarang terjadi tetapi
dapat menyebabkan kematian. Penurunan fungsi liver dapat merubah #learan#e
obat yang dimetabolisme di hepar dan memerlukan penyesuaian dosis obat untuk
men#egah overdosis.
f) 2injal 4
Kerusakan ginjal dIbuktikan dengan adanya protein uria, walaupun oliguria
lebih sering disebabkan hipovolemia dan penurunan 8enal blood flow daripada
oleh kerusakan ginjal. /elah dibuktikan bahwa lesi primernya adalah renal
vasospasme dan peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap molekul yang
besar. 1apat terjadi *85 '*#ut 8enal 5ailure) yang memerlukan dialisis yang bisa
dipresipitasi oleh adanya hipotensive terapi yang berlebihan atau oleh 3b-uria
'adanya 3?BBP syndrome). /etapi prognosisnya baik, Sibai melaporkan dari !E pasien *85 akibat eklampsi, ! pasien baik tanpa seDuele. Sedangkan yang $ lagi,
meninggal akibat penyebab di luar ginjal.
10
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
11/36
Table : 1ifferential 1iagnosis of 3?BBP Syndrome, /hroboti# /hrobo#yti#
Purpura, 3emolyti#-6remi# Syndrome, and 5atty Biver of Pregnan#y
Disor%er HELLP TTP HUS &LP
@i#roangiopathi#
hemolyti# anemiaF F F
/hrombo#ytopeni#
bleedingF F F F
Geurologi#al
dysfun#tionF FF ± ±
8enal dysfun#tion ± F FFF F
5BP H 5atty Biver of Pregnan#y.
g) 5eto-plasental unit 4
/erjadinya disfungsi plasenta dengan gambaran morfologi yang abnormal dan
keabnormalan pertumbuhan plasenta merupakan penyebab utama dari terjadinya
preeklampsi. Sering terjadi penurunan perfusi plasenta dan solutio plasenta,
sehingga bisa menimbulkan retardasi pertumbuhan intra uterine dan terjadi
kematian foetus. 1engan pertimbangan keselamatan Ibu, sering bayi segera
dilahirkan, dan sebagai akibatnya kejadian respiratory distress lebih tinggi pada
neonatus yang lahir dari Ibu preeklampsi(eklampsi. Geonatus yang imature juga
11
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
12/36
menderita perkembangan sistim metabolisme yang jelek, jadi mempunyai resiko
yang lebih tinggi terhadap obat dari pada infant yang sehat dari Ibu yang gravida
aterm.
Pe'gelolaa' Pasie' Pre-ela!"si
Pengelolaan pasien eklampsi(pre-eklampsi idealnya dilakukan multi disiplin
dan anestetist ikut dalam pengelolaan pre-eklampsi berat pada stadium dini. $ila
diberikan @gS(, anestetist dapat menaksir fungsi neuromuskuler, sehingga dapat
memberikan advis dalam proteksi airway dan depresi nafas. /erapi terbaik untuk pre-
eklampsi adalah #epat-#epat melahirkan foetus dan gejala umumnya reda dalam E
jam setelah bayi dilahirkan. Pengelolaan adalah simptomatis, sasaran utama adalah
men#egah #onvulsi, memperbaiki perfusi organ dan utero plasental, penurunan
tekanan darah, koreksi gangguan pembekuan. Pada kasus yang berat, diperlukan
monitoring tekanan arteri, %&P dan tekanan arteri pulmonalis.
a) Pengendalian %onvulsi
/erapi untuk kejang-kejang terdiri dari oksigenasi, ventilasi, anti #onvulsant.Pengendalian #onvulsi pada pasien pre eklampsi masih dalam perdebatan, di ?ropa
( Inggris dengan obat-obat anti #onvulsant sedangkan di *merika dengan @gS(.
Sedangkan di negara-negara lain dengan memakai kedua obat tadi, anti #onvulsant
dan @gS(. Pemberian @gS( sendiri tidak bekerja sebagai anti #onvulsan karena
tidak menembus blood brain barier, tetapi memberikan gambaran palsu dengan
hilangnya kejang-kejang karena efek @gS( untuk blokade neuromuskuler, tapi
alasan ini tidak kena untuk pasien yang bangun dan bernafas spontan. Prinsip
adanya #erebral vasospasme menyokong pemberian @gS( karena magnesium
adalah suatu #erebral vasodilator kuat, maka rasional kalau bisa mengendalikan
komplikasi SSP.
12
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
13/36
1ibandingkan dengan diaepam, diaepam F pentao#ine, diphenylhydantoin atau
epinutum, @gS paling baik untuk terapi #onvulsi. @egnesium lebih unggul
daripada diaepam bila dilihat dari efeknya terhadap bayi, tapi pada penelitian
lain, yang terbaik untuk neonatus adalah diphenyl hydantoin.
Obat-obat A'ti)o'*+lsa't :
!) @agnesium Sulphate 4
@agnesium Sulphate adalah suatu SSP depresant dan vasodilator ringan.
1engan relaksasi myometrium, ia juga menyebabkan peningkatan utero
plasental blood flow. Setelah loading dose -E mg(kg se#ara i.v., diikuti infus
#ontinyu !-+ gr(jam, @agnesium Sulphate dipertahankan -E meD(lt. 8efleks
tendon yang dalam dikurangi pada kadar @agnesium Sulphate ! meD(lt, dan
bisa terjadi respiratoriparalisis dan heart blo#k bila kadar @agnesium Sulphate
di atas !+-!0 meD(lt. @agnesium potensiasi dengan non depolariing dan
polariing mus#le rela7ant. /ranfer melalui plasenta menyebabkan bayi jadi
lemah dan depresi nafas. %alsium intra vena bisa mengurangi kelemahan pada
post operative akibat magnesium. $ahaya terbesar dari @agnesium infus adalah
blokade neuromuskuler, juga menurunkan resistensi perifer, dan meningkatkan
#urah jantung. ?fek samping dan efek toksik @agnesium pada Ibu adalah 4
kelemahan otot Ibu
paralisis pernafasan
perubahan ?K2 4 interval P-J memanjang, J8S melebar, S* dan *&
blok
hilangnya refle7 tendon profunda
#ardia# arrest
13
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
14/36
?fek samping pada bayi 4
penurunan tonus otot
depresi nafas dan apnoe
*ntidotum magnesium ialah dengan pemberian #al#ium intra vena. 6mumnya
diberikan dengan dosis !gr %a.glu#onas atau %a.#hlorida intra vena.
@agnesium diekskresi melalui ginjal.
Table : ?ffets of In#reasing Plasma @agnesium BevelsObser*e% ,o'%itio' !E#L
Gormal plasma level
/herapeuti# range
?%2 ranges 'P-J interval prolonged, J8S
#omple7 widens)
Boss of deep tendon refle7es
Sinoatrial and atrioventri#ular blo#k
8espiratory paralysis
%ardia# arrest
!.0--+.
.--.
0.--!
!
!0
!0
+0
+) 1iaepam 4
1iaepam dengan dosis 0-!mg, bisa diberikan berulang-ulang sampai ada
efeknya. 1osis kontinyu ! mg(jam sering digunakan untuk profilaksis, tapi
bisa menimbulkan sedasi yang dalam dengan resiko gangguan airway. $isa
terjadi depresi foetal terutama pada bayi prematur karena obat ini menembus
14
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
15/36
barier plasenta sehingga bisa menyebabkan neonatal hipotonia, depresi nafas
dan hipotermia. Penggunaan flumaenil untuk mereverse efek sedasi pada Ibu
hamil, Ibu dan anak, belum dilaporkan. Karena itu tiopental 0-!mg i.v. lebih
disukai sebagai anti #onvulsant.
:) Phenytoin 4
Phenytoin lebih populer daripada diaepam karena kurangnya efek samping
sedasi dan level terapeutik -!mol(lt. Boading dose ! mg(kg dilarutkan
dalam ! ml Ga%l fisiologis, diberikan i.v. dengan ke#epatan 0 mg(menit.
1ua jam kemudian, diberikan bolus yang kedua, diberikan dengan #ara yang
sama dengan dosis 0 mg(kg. /erapi maintenan#e dimulai !+ jam setelah bolus
yang kedua dengan ke#epatan + mg(E jam se#ara oral atau intravena.
Penggunaan #ara ini sering menimbulkan komplikasi rasa terbakar pada tempat
infus, diikuti dengan pusing dan vertigo. Komplikasi hipotensi bisa terjadi, tapi
sangat jarang.
b) Pengelolaan Kardiovaskuler
!. @onitoring
/ekanan darah 'invasif, non invasif)
%&P
%&CP
@asih diperdebatkan tentang monitoring kardiovaskuler yang paling adekuat
untuk pasien dengan pre-eklampsi berat. 3arus diingat bahwa %&P tidak selalu
menunjukkan tekanan pengisian jantung kiri, dan konsekuensinya, ada resiko
terjadinya edema paru bila ada kelebihan volume pada pasien yang mempunyai
disfungsi ventrikel kiri. Karena volume loading sering diperlukan pada pasien-pasien
ini, maka %&P merupakan alat monitoring yang minimal pada pasien dengan pre-
eklampsi berat, walaupun diakui bahwa %&P tidak atau kurang menunjukkan tekanan
15
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
16/36
pengisian ventrikel kiri. $ila ada hipertensi yang berat, dan digunakan obat-obat
vasodilator kuat, mungkin sebaiknya dipasang alat monitor tekanan darah invasif
'arteri line). Penggunaan kateter arteri pulmonalis jarang dipakai, karena harganya
mahal, ke#uali pada pasien-pasien dengan kegagalan terapi hidralaine dosis normal
untuk menurunkan tekanan darah, edema paru, unresponsive oliguria. /etapi pada
pengalaman-pengalaman penggunaan monitor tekanan darah non invasif dan %&P
#ukup baik untuk mengelola pasien.
+. Pengendalian hipertensi 4
Pasien harus dirawat di 8umah Sakit dan istirahat. 3arus dipertimbangkan
efek postural, terutama untuk menghindari kompresi aorta#aval. Pasien pre-
eklampsi umumnya relatif hipovolemia, juga ada vasospasme, yang dapat
mengurangi perfusi jaringan, sehingga akan berefek buruk pada Ibu dan bayi.
Calaupun ada anjuran untuk terapi hipertensi se#ara agresif, kebanyakan penulis
setuju untuk menurunkan tekanan darah se#ara graduil sampai level di atas
tekanan normal, pada umumnya pada tekanan diastolik =mm3g. Perhatian
ditujukan pada perfusi plasenta dan fungsi ginjal Ibu, juga adanya #edera serebral bila tekanan darah diturunkan terlalu #epat. 1alam hal konsep adanya #erebral
vasospasme dan #erebral is#hemia, penurunan tekanan darah se#ara hati-hati
disertai dengan monitoring kardiovaskuler yang adeDuat sangat baik sekali.
3arus diingat bahwa, sebelum pemakaian vasodilator, harus dilakukan dulu
koreksi hipovolemia, kalau tidak, bisa terjadi penurunan tekanan darah yang hebat.
bat yang dipilih adalah yang menimbulkan arteriolar vasodilatasi daripada yang
venodilatasi yang akan men#egah kenaikkan #urah jantung. 1ihydralaine adalah
obat yang paling populer karena berefek dilatasi arterial dan onset of a#tion #epat.
16
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
17/36
a. 1ihydralaine
3ydralaine '*presoline) meningkatkan utero-plasental serta renal
blood flow dan merupakan obat vasodilator yang paling umum digunakan.
1osis 0-! mg i.v. berefek dalam waktu !0 menit dan berakhir sampai jam.
Penambahan dosis 0 mg se#ara i.v., diikuti dengan infus 0-+ mg(jam,
diberikan se#ara titrasi tergantung tekanan darah. ?fek obat bisa
menyebabkan hipotensi dan takikardi. nset of a#tion lambat, dan
pengulangan dosis tidak boleh diberikan dengan interval kurang dari +
menit, bila tidak, akan terjadi hipotensi yang hebat. @eninggikan renal blood
flow dan uterine blood flow, serta meningkatkan denyut jantung dan #urah
jantung. *danya takikardia dapat diterapi dengan $eta bloker misalnya
proponolol.
b. @ethyl dopa
bat ini umumnya untuk pasien dengan hipertensi kronis. 1ipakai
dalam dosis standar, tapi dapat menyebabkan ngantuk, depresi dan postural
hipotensi, tapi aman pada Ibu hamil pada dosis !-: g(hari dengan pembagian
dosis.
#. Gifedipine
/idak banyak penelitian dalam pemakaian nifedipine untuk
mengendalikan tekanan darah pada eklampsi ( pre-eklampsi. Prinsipnya
%al#ium antagonis merupakan terapi yang logis dan dosis nifedipine sub
lingual ! mg tiap + menit sampai maksimum : mg. *da laporan-laporan
yang menguntungkan dari fungsi ginjal, jumlah platelet.
17
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
18/36
d. /rimethaphan
Keuntungan obat ini adalah tidak adanya efek #erebral vasodilatasi.
bat dipe#ah oleh #holinesterase dan karena tidak menembus barier plasenta
dapat menyebabkan pemanjangan efek su7amethonium. $isa terjadi
takikardia dan menyebabkan penurunan venous return.
e. Gitroprusside dan Gitroglyserine
Gitrogliserin bekerja primer pada kapasitas vena dan terbukti kurang
efektif bila sebelumnya diberikan e7pansi volume. 1ianjurkan untuk
pengendalian tekanan darah pada waktu intubasi. Gitroprusside, sodium
nitroprusside 'Gipride) adalah suatu vasodilator dengan onset yang #epat dan
lama kerja yang pendek. bat ini ideal untuk men#egah peningkatan tekanan
darah yang sangat berbahaya waktu induksi anestesi atau untuk terapi krisis
hipertensi. /etapi pada pregnan#y hanya dipakai untuk mengendalikan
tekanan darah akibat intubasi, karena ketakutan akan adanya intoksikasi
sianida pada feotus. Kedua obat ini mempanyai tendensi untuk menaikkan
tekanan intra kranial Ibu.
f. $eta adrenergi# blo#king drugs
bat-obat ini jarang digunakan karena adanya fakta-fakta yang
menyokong efek beta bloker pada foetus. $aru-baru ini Babetalol telah
dipakai pada terapi eklampsi(pre-eklampsi dengan hasil yang baik, walaupun
ada laporan yang menganjurkan pemakaian se#ara hati-hati terutama bila
bayinya premature.
18
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
19/36
:. Pengendalian &olume Intravaskuler
@eskipun ada bukti-bukti yang nyata pada eklampsi( preeklampsi terdapat
penurunan volume intravaskuler, masih ada perdebatan tentang loading #airan, setiap
pasien harus dipertimbangkan tersendiri berdasarkan data kardiovas-kulernya. /etapi
prinsip dasar adalah loading #airan harus dilakukan sebelum terapi dengan
vasodilator. *pakah yang diberikan koloid atau kristaloid masih diperdebatkan,
terutama pada pasien yang mempunyai tekanan onkotik rendah dan kebo#oran
kapiler. $ila ada edema yang luas, berarti ada kebo#oran kapiler, maka volume
loading harus diberikan dengan hati-hati. Ini penting untuk dipikirkan bahwa
beberapa dari pasien-pasien ini mempunyai penurunan ventri#ular #omplian#e, dan
dapat terjadi peningkatan %PCP yang besar se#ara tidak diduga-duga setelah
pemberian sejumlah ke#il volume loading. Konsep lama tentang pemakaian diuretik
berdasarkan pada adanya edema, tidak disokong lagi dan kebanyakan klinisi per#aya
bahwa pemakaian diuretik ini akan memperhebat devisit volume, dan penggunaan
diuretik umumnya disalahkan.
. Pengelolaan 8espirasi
@asalah utama adalah pengelolaan jalan nafas, karena ada laporan tentang
adanya edema hebat pada jalan nafas bagian atas. $ila ada konvulsi, bisa terjadi
trauma pada lidah yang bisa menyebabkan obstruksi jalan nafas, dan intubasi menjadi
sangat sulit. *danya edema paru terutama disebabkan karena pemberian #airan yang
berlebihan. *81S jarang terjadi.
0. 5ungsi 2injal
Calaupun ada oliguria dan edema, tidak dianjurkan pemberian diuretik,
sebab penyebabnya adalah vasospasme dan penurunan volume sirkulasi darah.
19
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
20/36
Pemberian volume dan vasodilator akan meningkatkan renal blood flow dan #urah
jantung. Pemakaian dopamin dengan dosis . / 0g(kg(menit, #ukup menguntungkan,
walaupun ada peningkatan sensitivitas Ibu terhadap kathe#holamin disirkulasi dengan
akibat resiko terjadinya hipertensi. Pemakaian nifedipine juga di#oba untuk
memperbaiki renal output. 1iuretik jangan digunakan ke#uali bila ada hipertensi
berat, #ongestive heart failure, retensi air yang hebat, bila diperlukan efek potensiasi
dengan obat anti hipertensi.
. Koagulopathi
1I% bisa terjadi pada pre-eklampsi yang berat. Pemberian thrombo#yt, fresh
froen plasma, sel darah merah sering diperlukan. $ila ada 1I%, regional analgesia
merupakan kontra indikasi.
Te'i A'estesia
Pada keadaan emergensi yang betul-betul memerlukan operasi yang segera,
pengoptimalan keadaan pasien harus selalu dijalankan. Perbaikan volume darah,
pengendalian hipertensi, memperbaiki fungsi ginjal, anti #onvulsi terapi akanmempermudah pengelolaan anestesi. 8egional analgesia tidak boleh dilakukan bila
jumlah thrombo#yt . !.(mm:.
!.a. ?pidural *nestesia 4
$isa digunakan untuk Se#tio %aesarea pada pasien pre-eklampsi dengan volume
#airan dan pembekuan yang normal. 1engan regional anestesia terjadi
pengurangan endogenous epinephrin dan norepinephrin, jadi akan memperbaiki
uteroplasental blood flow. Penurunan rasa sakit dan an7ieti mengurangi gejolak
tekanan darah dan kebutuhan narkotik.
!.b. Spinal anestesia 4
20
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
21/36
1ihubungan dengan hipotensi yang berat dan tiba-tiba akibat blokade simpatis,
yang bisa menyebabkan penurunan perfusi uteroplasental dan foetal asfiksia.
+. *nestesi 6mum 4
@ungkin diperlukan untuk Se#tio %aesarea emergensi dengan foetal distress.
*danya edema jaringan lunak dapat menyebabkan kesulitan saat induksi karena
adanya pembengkakan peri glotti#. *danya hipertensi sistemik dan hipertensi
pulmonal meningkatkan resiko terjadinya stroke dan pulmonary edema. 1ihindari
pemakaian ketamin. $isa dipakai , @*% enfluran, halotan atau isofluran. Karena
ada sensitasi mus#le rela7ant dengan @agnesium, perlu dipakai monitor nerve
stimulator '/5 H /rain of 5our).
*nestesi umum indikasi untuk Se#tio %esarea emergensi karena induksi #epat dan
menghindari pelebaran ruangan intra vaskuler akibat blokade simfatis.
Indikasinya 4
3ypovolemia yang dihubungkan dengan hemorhagi. Pasien dengan plasenta
praevia atau solutio plasenta akan lebih buruk dengan regional daripada dengan
anestesi umum.
*#ut foetal distress 4 Pada keadaan ini diperlukan melahirkan bayi dengan segera.
1engan regional anestesi akan lebih lambat, karena menunggu bekerjanya obat
dan persiapannya.
bat-obat yang dipakai selama anestesi 6mum 4
!. G$
Sedikit sekali atau hampir tidak mendepresi bayi bila diberikan dengan minimal 0"
$ dan diberikan dalam periode . + menit. /idak ada depresi yang nyata pada
bayi, bila diberikan G$ 0" sebelum bayi lahir. 6ntuk se#tio #aesarea berikan
$ 0-".
21
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
22/36
!. 3alotan
Pada konsentrasi anestesi menyebabkan
atonia uteri dan pendarahan post partum
depresi respirasi pada infant
3alotan jarang sekali digunakan ke#uali untuk manipulasi uterus, supaya dinding
uterus menjadi rileks. Sehingga halotan sebaiknya tidak dipakai untuk Se#tio
%aesarea.
Indikasi pemakaian halotan hanya untuk rela7asi uterus, misalnya 4 kontraksi tetani#
uterus, versi luar atau versi dalam, pelepasan plasenta se#ara manual, inversi
uterus, $andls ring.
!. Pentotal
Pada dosis mg(kg tidak menyebabkan depresi pada infant.
!. @us#le 8ela7ant
6ntuk fasilitas intubasi bisa dipakai su##inyl #holin, #urare, vekuronium,
pan#uronium, atra#urium. bat-obat ini tidak menembus barier plasenta.
!. Pito#in
bat-obat o7yto#i#s yang paling sering digunakan adalah syntetik hormon pituitary
posterior yaitu o7yto#in 'Pito#in) dan ergot alkaloid ergonovine '?rgotrat) dan
methyl ergonovine 'methergin).
7yto#in bekerja pada otot polos uterus untuk menstimulasi frekuensi dan kekuatan
kontraksi. ?fek pada sistim kardio vaskuler adalah penurunan tekanan sistolik,
diastolik, takikardia, aritmia. Pada dosis tinggi, bisa bekerja sebagai anti diureti#,
yang bisa membawa kearah intoksikasi air, #erebral edema, #onvulsi bila
diberikan #airan i.v. yang berlebihan.
22
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
23/36
!. ?rgot alkaloids
1alam dosis ke#il meningkatkan kekuatan dan frekuensi kontraksi uterus,
dilanjutkan dengan rela7asi normal uterus. Pada dosis yang lebih tinggi, kontraksi
menjadi lebih kuat dan lama. /onus saat istirahat meningkat, dan terjadi kontaksi
tetani#. ?fek pada sistim kardio vaskuler adalah vasokontriksi dan hipertensi,
terutama dengan adanya obat-obatan vasopressor. $isa diberikan intramuskuler
atau per oral. Suntikan intra vena bisa menimbulkan terjadinya hipertensi,
#onvulsi, stroke, kerusakan retina, edema paru.
?kstubasi 4
Pada saat ?kstubasi bisa terjadi kenaikan tekanan darah. 6ntuk mengatasinya
bisa diberikan analgeti# 'fentanil), lidokain, @gS(, beta-bloker.
Post operative #are 4
Calaupun terapi untuk pre-eklampsi adalah #epat-#epat melahirkan bayi,
tetapi #onvulsi masih bisa terjadi ! hari sampai + minggu setelah melahirkan. /erapi
anti #onvulsi, anti hipertensi mungkin masih diteruskan bila ada indikasi. *nalgesi
paska bedah harus diberikan karena rasa sakit akan menaikkan tekanan darah.
23
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
24/36
DIABETES MELLITUS
24
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
25/36
@asalah utama pada wanita hamil yang menderita diabetes mellitus adalah 4
insufisiensi plasenta
diabeti# nephropathia
superimposed pree#lampsi
diabeti# ketoasidosis
1iabeti# ketoasidosis merupakan faktor utama peningkatan kejadian morbiditi dan
mortaliti perinatal. *da bukti bahwa ketone dapat menembus ple#enta dan
menurunkan Pa$ foetus.
Pemberian anestesia pada parturien yang diabetes berdasarkan pada perubahan-
perubahan patofisiologi yang terjadi, antara lain gangguan uteroplasental blood flow
dan gangguan transportasi oksigen. 6P$5 berkurang :0-0". @akin tinggi kadar
gula darahnya, 6P$5 makin terganggu.
Pe'gelolaa' a'estesi :
a. Persalinan pervaginam 4
1apat diberikan epidural analgesia. /elah diketahui bahwa foetus pada permulaan
kala II kurang asidotik bila Ibu menerima epidural anestesia dari pada foetus yang
tidak menerima analgesia.
*sidosis metabolik yang dihubungkan dengan tingginya konsentrasi laktat. Suatu
laporan penelitian mengatakan bahwa epidural analgesia akan mengurangi kadar
katekholamin endogen Ibu selama persalinan dan hal ini akan menguntungkan
perfusi plasenta.
Spinal anestesi juga dapat digunakan.
1ipasang infus yang tidak mengandung de7trose bila diperlukan untuk terapi
hipotensi. 9uga penting bahwa foetus pada Ibu yang diabetes lebih #enderung
hipoksia akibat hipotensi Ibu.
25
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
26/36
b. *nestesi untuk Se#tio %aesarea 4
Kejadian depresi kardiovaskuler lebih tinggi pada regional anestesi untuk se#tio
#aesarea dan dihubungkan dengan lebih tingginya blokade simfatis karena
penekanan vena #ava inferior dan aorta oleh uterus yang gravid.
Penelitian tahun != yang membandingkan spinal anestesi dan anestesi
umum untuk Se#tio %esarea sehat dan Ibu diabetes. /ernyata bahwa infant dari Ibu
diabetes yang menerima spinal anestesi lebih asidotik dari pada infant dari Ibu
diabetes yang menerima anestesi umum. *sidosis ini dihubungkan dengan Ibu
diabetes dan mengalami hipotensi. $ila dilakukan epidural analgesia, asidosis
neonatal sekitar " kejadian ini akibat hipotensi Ibu, sebab p3 selalu lebih dari ,+
bila bila tidak ada hipotensi Ibu.
5aktor-faktor yang menyebabkan bayi asidosis pada Ibu yang diabetes adalah 4
plasenta memproduksi laktat, terutama bila ada hipoksia atau peningkatan
penyimpangan glikogen.
fetal la#ti# a#idemia bisa terjadi akibat hipoksia 'sekunder terhadap hipotensi Ibu) pada keadaan hiperglikemia Ibu.
3iperinsulinisme dapat meningkatkan konsumsi oksigen. 3iperglikemia dan
hiperinsulinisme foetal bisa menyebabkan penurunan oksigenasi foetal.
Spinal anestesi aman digunakan untuk Se#tio %aesarea pada Ibu diabetes, asal 4
diabetes terkontrol
jangan berikan de7trose untuk mengisi volume sebelum dilakukan spinal
anestesi.
hindari hipotensi Ibu.
26
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
27/36
9adi berikan infus yang bebas de7trose dan terapi segera hipotensi dengan efedrin dan
posisi pasien miring kekiri.
ASTHMA BRONKHIALE
Progesteron mempunyai efek relaksasi bronkhus, sehingga ada perbaikan
penyakit asthma selama kehamilan, tetapi hal ini tidak selalu pasti. /erapi obat-obatan
untuk masalah respirasi sama antara wanita hamil dan wanita yang tidak hamil.
$ila diperlukan analgesia untuk persalinan biasanya epidural kontinyu. $ila akan
dilakukan Se#tio %esarea harus diingat kemungkinan interaksi obat karena penderita
asthma umumnya mendapat terapi 4
methyl7anthine, misalnya theophylin, aminophyllin
beta-mimetik, misalnya metaproterenol, albuterol 'salbutamol),
terbutaline, fenoterol.
kortikosteroid.
8egional anestesi mempunyai sedikit pengaruh pada respirasi, bisa dengan
spinal anestesi atau epidural anestesi. *da beberapa laporan tentang kejadian
bronkhospasme pada pasien asthma yang dilakukan spinal anestesi. Spinal anestesi
memblokade motoris sehingga dapat mempengaruhi otot abdomen sehingga
mempengaruhi fungsi ekspirasi.
27
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
28/36
Pada pasien dengan masalah respirasi ini sebaiknya dihindari pemberian
anestesi umum. /etapi bila diperlukan anestesi umum, maka harus diperhatikan hal-
hal sebagai berikut 4
hindari pemakaian 3+ re#eptors blo#kers seperti #imetidin, ranitidine.
pemberian premedikasi sulfas atropin dapat mengurangi sekresi dan bersifat
bronkhodilator.
berikan antasid kurang lebih : ml.
Induksi dengan ketamin 'berefek bronkhodilator karena pelepasan
kate#holamine sentral), intubasi dengan su##inyl#holin atau vekuronium. bat-obat
anetesi inhalasi halotan, enfluran dan isofluran berefek bronkhodilator. /etapi
pemakaian halotan dapat menyebabkan ventri#uler takikardia dan aritmia pada pasien
yang diberi aminophyllin atau obat beta-mimetik.
HAMIL KEMBAR
1apat dengan spinal anestesi, epidural anestesi atau anestesi umum.
@asalah pada hamil kembar adalah 4
kompresi aorto#aval lebih besar dan lebih tinggi angka kejadian hipotesi.
diapraghma tertekan keatas sehingga mudah terjadi hipoksia.
risiko aspirasi lebih besar.
bayinya sering prematur atau growth retardasi. Pengelolaam anestesinya 4 lebih
disukai epidural dari spinal analgesia, sebab dengan epidural kejadian hipotensi
lebih jarang, kemungkinanan ke#il terjadi penyebaran obat anestesi lokal yang
lebih tinggi. 1engan spinal anestesi kejadian hipotensi lebih besar dan besar
kemungkinan penyebaran obat anestesi yang lebih tinggi.
28
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
29/36
*nestesi umum juga dapat digunakan. Aang harus diperhatikan I1 dan 61
interval harus singkat sebab ada resiko pelepasan plasenta.
OBESITAS
besitas adalah gambaran klinis yang sering ditemukan di negara-negara
dimana malnutrisi dan kemelaratan jarang dijumpai.
*da beberapa #ara menghitung berat badan 4
!) $erat badan relatif
$$ relatif 0
$$ sebenarnya
'kg)
--------------------
-----
/$ '#m) - !
1 !2
Kriterianya 4 kurang =" 4 kurus
29
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
30/36
antara ="-
!!"
4 normal
lebih !!"-
!+"
4
overweight
lebih !+" 4 obesitas
+) 1engan $ody @ass Inde7 '$@I) 4
$$ 'kg)
$@I 0 --------------
/$ '#m)+
Kriterianya 4 $@I kurang +0 4 non obese
antara +0--+= 4 overweight
lebih atau sama
dengan :
4 obesitas
@orbid obesity adalah bila berat badannya + kali $$ ideal.
@orbid obesity dibagi $ golongan yaitu Simple besity 'S) dan besity
3ypoventilation Syndrome '3S) atau Pi#kwi#kian
syndrome. 3S adalah bila sudah ada hipoventilasi, hiperkapnia. Pasien 3S terlihat
somnolent, lethargi, plethora, sianosis, edema, pembesaran jantung kanan,
polisitemia, penurunan kapasitas vital, hipertensi pulmonal, hipervolemia.
30
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
31/36
@asalah utama pada Ibu obesitas adalah 4
adanya penyakit sertaan seperti hipertensi, insufisiensi respirasi, diabetes mellitus.
banyaknya volume isi lambung dengan p3 yang rendah.
sulit melakukan regional anestesi
komplikasi obstetrinya tinggi
laringoskopi-intubasi sulit
kejadian a##idental dural pun#ture tinggi
kegagalan epidural analgesi lebih tinggi '+" dibanding " pada pasien biasa).
EMBOLI ,AIRAN AMNION
?mboli #airan amnion terjadi ! 4 +. ( ! 4 :. persalinan dankebanyakan meninggal. Patogenesis kelainan ini adalah robekan amnion atau #horion,
terbukanya vena uterin dan endo#ervi#al dan tekanan mendorong #airan amnion
masuk ke sirkulasi vena. 2ejala-gejalanya adalah respiratory distress, syok,
pendarahan 'dari 1I%), #oma, edema paru, sianosis, perubahan mental, kejang-
31
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
32/36
kejang. $ila pasien bisa hidup, masalah yang lainnya adalah gagal ginjal, gagal nafas
dan koagulopati.
5aktor predisposisinya adalah pasien dengan pemberian 7yto#in, mu#onium
dalam #airan amnion, intra urine fetal death, solusio plasenta, umur tua, multipara,
manipulasi vagina, se#tio #aesarea.
/erapinya adalah resusitasi, segera lahirkan bayinya. Intubasi dan 5 i$ tinggi, P??P,
berikan furosemid, tranfusi komponen darah untuk mengoreksi edema paru dan
perubahan hematologi.
ANESTESIA # ANAL3ESIA UNTUK OPERASI NON-OBSTETRI PADA
KEHAMILAN 4NON-OBSTETRI,AL SUR3ER5 DURIN3 PRE3NAN,56
Sekitar !-0" wanita hamil mengalami masalah yang tidak berhubungan
se#ara langsung dengan kehamilannya, yang memerlukan tindakan operasi
'misalnya 4 trauma, appendiksitis, dsb).
@ortalitas(morbiditas maternal4 tidak berbeda signifikan dengan tindakan
anestesi ( operasi pada wanita yang tidak hamil.
@ortalitas ( morbiditas perinatal 4 B?$I3 /IG22I signifikan, antara 0-:0".
Pada kasus gawat darurat, mortalitas maternal dan perinatal S*G2*/ /IG22I
Pertimbangan tindakan anestesi untuk bedah non-obstetri pada masa kehamilan 4
!. Keselamatan ibu 'prioritas utama).
+. 6saha mempertahankan kehamilan.
:. 6saha mempertahankan fisiologi sirkulasi utero-plasenta yang optimal.
32
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
33/36
. Pen#egahan sedapat mungkin, pemakaian obat-obatan yang memiliki efek
depresi, efek hambatan pertumbuhan atau efek teratogen terhadap janin.
*njuran ( pertimbangan 4
!. perasi elektif sebaiknya ditunda sedapat mungkin sampai minggu
pas#apersalinan 'setelah masa nifas, di mana semua perubahan fisiologis
akibat kehamilan diharapkan telah kembali pada keadaan normal).
+. perasi semi-urgent sebaiknya ditunda sampai trimester kedua atau ketiga.
:. /eknik anestesia regional 'terutama spinal) lebih dianjurkan, karena paparan (
e7posure obat-obatan terhadap janin relatif paling minimal.
. Premedikasi minimal 4barbirat lebih dianjurkan dibandingkan benodiaepin;
narkotikdapatdigunakanuntuk analgesia.
0. 6ntuk pasien yang diren#anakan anesthesia dengan G+, berikan
suplementasi asam folat 'G+ dapat menghambat sintesis dan metabolismasamfolat).
. 9ika operasi dilakukan dalam masa kehamilan, lanjutkan pemeriksaan
antenatal dengan perhatian khusus pada fetal heart monitoring dan penilaian
aktifitas uterus, untuk deteksi kemungkinan persalinan preterm pas#aoperasi.
ANESTESIA # ANAL3ESIA UNTUK KASUS 3INEKOLO3I
KURETASE
33
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
34/36
6ntuk tindakan kuretase, digunakan obat yang diberikan melaui intravena4
!. *nalgetika 'pethidin !-+ mg(kgbb, dan(atau neuroleptika ketamine 3%l .0
mg(kgbb, dan(atau tramadol !-+ mg(kgbb)
+. Sedativa 'diaepam ! mg atau @idaolam + - 0 mg )
:. *tropinsulfat '.+0-.0 mg(ml)
6ntuk meningkatkan kontraksi uterus digunakan ergometrin maleat.
6ntuk operasi ginekologi dengan laparotomi, digunakan anesthesia umum.
LAPAROSKOPI
6ntuk tindakan laparoskopi, diperlukan keadaan khusus 4
!. Pengisian rongga abdomen dengan udara 'pneumoperitoneum)
+. Kadang diperlukan posisi /rendelenburg ekstrim.
:. Kadang digunakan elektrokoagulasi.
/ujuan anestesi pada laparoskopi adalah 4
!. @en#egah peningkatan tekanan parsial %+ dalam darah 'Pa%+) pada
insuflasi abdomen dengan gas %+.
+. @engurangi potensial kejadian aritimia akibat hiperkarbia dan asidosis.
:. @empertahankan stabilitas kardiovaskular pada keadaan peningkatan tekanan
intraabdominal yang besar akibat insuflasi %+ 'umumnya tekanan naik
sampai +-+0 #m3+, dapat sampai :- #m 3+).
34
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
35/36
. @en#iptakan relaksasi otot yang adekuat untuk membantu tindakan operasi.
Pengisianrongga peritoneum dengan %+ dapat menyebabkan peningkatan
Pa%+ jika pernapasan tidak dikendalikan. Kelebihan %+ dapat diatasi dengan
kendali frekuensi pernapasan !.0 kali di atas frekuensi basal.
Peningkatan tekanan intraabdominal akibat insuflasi gas dapat menyebabkan
muntah dan aspirasi, serta peningkatan tekanan vena sentral dan #urah jantung
sekunder akibat redistribusi sentral volume darah./ekanan intraabdominalsampai :-
#m 3+ sebaliknya dapat menyebabkan penurunan tekanan vena sentral dan #urah
jantung dengan #ara menurunkan pengisian jantung kanan.@etode yang dianjurkan adalah anestesi dengan G+-+ perbandingan 0"-
+0 inhalasi, denganan estetik narkotik dan mus#le rela7ant. 1apat juga digunakan
tambahan anestesi inhalasi dalam konsentrasi rendah, seperti .0-!." isofluran atau
enfluran. 9ika diperlukan, anesthesia lo#al blok region periumbilikal dapat dilakukan
dengan !-!0 ## bupiva#ain .0". Sedasi ringan dapatdiberikan.
5ertilisasi in vitro
6ntuk aspirasi oosit se#ara laparoskopi, digunakan anestesi yang sesuai.6ntuk
aspirasi oosit dengan panduan ultrasonografi, dapat digunakan anestesi lo#al region
suprapubik dengan bupiva#ain .0" ! - !0 ##, disertai tambahan analgesi dan sedasi
dengan benodiaepine kombinasi bersama fentanil, meperidin atau morfin dosis
rendah.
35
8/19/2019 Modul Obstetri 2 Isi RF
36/36
DA&TAR PUSTAKA
$arash P. %lini#al *nesthesia, th edition, Philadelphia 4 Bippin#ott Cilliams L Cilkins +!:
%hesnut 13. %hestnutMs bstetri# *nesthesia 4 Prin#iples and Pra#ti#e. 0th edition,
Philadelphia 4 ?lsevier Saunders +!.
1atta S. bstetri# *nesthesia 3andbook. th edition, $oston 4 Springer +
@organ 2?, @ikhail @S, @urray @9. %lini#al *nesthesiology. 0th edition, Gew Aork4 *
Bange @edi#al $ook(@#2raw-3ill +!:.
@iller 81. @illerMs *nesthesia. Eth edition, Philadelphia 4 ?lsevier Saunders +!0.
Stoelting, 8oberta 3B, Katherine @?. 3andbook for *nesthesia and %o-e7isting 1isease, th
edition. Philadelphia4 ?lsevier Saunders +!: