Upload
putri-fajar-handayani
View
43
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
perilaku organisasi
Citation preview
MODUL PERKULIAHAN
Perilaku OrganisasiModul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen S-1 03 MK AGUS ARIJANTO,SE,MM
Abstract KompetensiPerkembangan Teori Organisasidan teori-toeri para pakar organisasi dalam kaitannya dengan peran individu, kelompok dan organisasi itu sendiri.
Mahasiswa dapat memahami & menjelaskan ttg bagaimana Teori Organisasi terjadi di tahapan individu, kelompok & organisasi secara keseluruhan serta bagaimana tindakan manajemen dlm mendorong perilaku &
struktur dlm organisasi, bidang ilmu yg terkait dgn pembahasan ini & kerangka disiplin perilaku keorganisasian. Mampu menjelaskan bagaimana individu bwerperilaku dlm organisasi.
Kepribadian (Personality)Kepribadian
Dalam kehidupan kita sering kali ada orang yang bersifat pendiam dan pasif, sedangkan
yang lainnya ada yang bersifat ceria dan agresif. Pada saaat kita menggambarkan orang
dari segi karateristiknya, pendiam, pasif , ceria atau suka bergaul maka kita sedang
mengkategorikan mereka dari sifat-sifat kepribadian. Oleh karena itu kepribadian
(Personality) individu seseorang merupakan kombinasi sifat-sifat psikologis yang digunakan
untuk mengkalsifikasikanorang tersebut.
Indikator Tipe Myers-Briggs (MBTI)
Salah satu kerangka kepribadian yang paling sering digunakan adalah Indikator Tipe
Myers-Briggs (MBTI) . indikator ini pada dsarnya merupakan tes kepribadian dengan 100
pertanyaan yang menanyakan tentang bagaimana biasanya seseorang merasa atau
bertindak dalam situasi-situasi tertentu. Berdasarkan jawaban masing-masing individu maka
dikalsifikasikan dalam kelompok Ekstrovet dan Intgrovert ( E atau I ). Indrawi (Sensingzz)
atau Intuitif (Intuitif) (S atau N), pemikir (thingking) atau perasa (feeling) (T atau F) dan
pengertian (perceive) atau penilai (judging) (P atau J). Klasifikasi tersbut yang kemudian
dikombinasikan kepada 16 sifat kepribadian. Sebagai contoh : INTJ merupakan para visionaris. Mereka pada umumnya mempunyai pemikiran yang orisinil dan berusahan keras
untuk mewujudkan ide-ide dan tujuan mereka. Biasanya mereka memunyai ciri-ciri sebagi
orang yang skeptis, kritis, mandiri , tekun, dan sering keras kepala.
ESTJ adalah para organisator. Mereka adalah orang yang praktis, realistis, percaya
paa fakta dengan bakat alam untuk menjadi pebisnis atau mekanis. Mereka suka
mengorganisasikan dan menjalankan aktivitas-aktivitas. Type ENTP adalah seorang yang
konseptual, biasanya orang tersebut bergerak cepat, terus terang, dan handal dalam
menangai banyak hal.Orang tsb. Cenderung punya banyak ide dalam menghadapi masalah-
masalah yang menantang , tetapi lalai dalam menangani tugas rutin. Organisasi-organisasi
yang menggunakan MBTI adalah Apple Computer, AT&T, Citicorp, EXXON, GE , #M Co
‘13 2 Nama Mata Kuliah dari Modul
Pusat Bahan Ajar dan eLearningAgus Arijanto,SE,MM http://www.mercubuana.ac.id
dsb. Tidak ada bukti yang nyata bahwa MBTI merupakan suatupengukuran kepribadian
yang valid. Meskipun demikian hal ini tidak menghalangi organisasi-organisasi untuk
menggunakannya.
Setiap individu pun memiliki kemampuan yang berbeda, kemampuan secara langsung
mempengaruhi tingkat kinerja dan kepuasan karyawan melalui kesesuaian kemampuan –
pekerjaan. Dari sisi pembentukan perilaku dan sifat manusia, perilaku individu akan
berbeda di karenakan oleh kemampuan yang dimilikinya juga berbeda. Pembelajaran
merupakan bukti dari perubahan perilaku individu. Pembelajaran terjadi setiap saat dan
relatif permanen yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman.
Walaupun manusia dapat belajar dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan mereka, terlalu
sedikit perhatian yang diberikan dalam peran yang di mainkan pada evolusi pembentukan
perilaku manusia. Para psikologi evolusioner memberitahu kita bahwa manusia pada
dasarnya sudah terbentuk ketika dilahirkan. Kita lahir di dunia ini dengan sifat-sifat yang
sudah mendarah daging, diasah, dan diadaptasikan terus selama jutaan tahun, yang
membentuk dan membatasi perilaku kita. Psikologi evolusioner menentang pemahaman
yang menyatakan bahwa manusia bebas untuk mengubah perilaku jika dilatih atau
dimotivasi. Akibatnya, kita menemukan bahwa orang dalam tataran organisasi sering
berperilaku dengan cara yang tampaknya tidak bermanfaat bagi diri mereka sendiri atau
majikan mereka. Namun B.F. Skinner, dengan bangga menyatakan keyakinannya dalam
membentuk perilaku individu dalam lingkungan, “Berikan saya seorang anak pada saat
kelahirannya dan saya dapat berbuat seperti apa yang Anda inginkan”.
Berdasarkan pada teori kepribadian yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, memberikan
3 komponen dasar perilaku individu , diantaranya adalah :
Konsepsi Id : adalah subsistem dari kepribadian yang merupakan sumber dan menampung
semua kekuatan jiwa yang menyebabkan berfungsinya suatu sistem. Libido dan Agresi
‘13 3 Nama Mata Kuliah dari Modul
Pusat Bahan Ajar dan eLearningAgus Arijanto,SE,MM http://www.mercubuana.ac.id
adalah elemen kepribadian dari unsur Id yang berkenaan dengan kata hati, hasrat dan
keinginan untuk mengejar kesenangan & kepuasan.
Konsepsi Ego : mewakili logika yang dihubungkan dengan prinsip-rinsip realitas dan
merupakan subsistem yang berfungsi ganda yakni melayani sekaligus mengendalikan
(penengah) dua sisi lainnya (Id & Super Ego), dengan cara berinteraksi dengan dunia atau
lingkungan luar.
Konsepsi Super Ego : kekuatan moral dari personalitas yang merupakan sumber nilai,
norma dan etika yang dianut seseorang dan memungkinkan ego memutuskan apakah
sesuatu itu benar atau salah. Jika seseorang memiliki superego yang baik, maka orang
tersebut akan memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi.
Sebagai kesimpulannya, perilaku individu tidak hanya ditentukan oleh faktor keturunan atau
bawaan dari lahir, tetapi juga dipengaruhi oleh effort (usaha), ability (kompetensi) serta
situasi lingkungan. Perubahan perilaku merupakan hasil dari proses pembelajaran.
Model Lima BesarAda 5 (lima) dimensi kepribadian dasar yang mendasari semua dimensi lainnya. Faktor Lima
besar tersbut adalah :
1. Keekstrovertan : suka bergaul, banyak bicara, asertif
2. Keramah-tamahan : baik hati, kooperatif, dan dapat dipercaya
3. Kehati-hatian : bertanggung-jawab, dapat diandalkan, tekun, dan berorientasi pada
prestasi
4. Kestabilan emosional : Tenang, antusias, dan sanggup (positif) menghadapai
keteganggan, kegelisahan, kemurungan dan ketidaknyamanan (negatif)
5. Keterbukaan terhadap pengalaman : Imajinatif, sensitif secara artistik dan cerdas.
Dari lima besar ini ditemukan hubungan yang penting antara dimensi keperibadian
dengan prestasi kerja. Lima kategori pekerjaan yang diamati adalah: para profesor
( insinyur, arsitek akuntan, pengacara) polisi , manajer dan karyawan yang terampil. Prestasi
kerja dinilai berdasarkan pemberian rating kinerja seperti tinkat gaji.
‘13 4 Nama Mata Kuliah dari Modul
Pusat Bahan Ajar dan eLearningAgus Arijanto,SE,MM http://www.mercubuana.ac.id
Kemampuan dan Perbedaan Antar Individu dalam Perusahaan
Menurut Gibson, kinerja individual karyawan selain dipengaruhi oleh faktor motivasi,
juga oleh kemampuan karyawan. Karyawan dengan kemampuan teknis maupun operasional
yang tinggi untuk sebuah tugas akan meningkatkan motivasi kerjanya. Dalam hal
kemampuan karyawan, banyak yang bisa kita lihat bahwa seorang karyawan merasa
termotivasi dan memiliki kinerja yang baik, jika seorang karyawan memiliki pengetahuan
yang memadai terhadap bidang tugas dan tanggung jawabnya, kondisi fisik, adanya
dukungan faktor keluarga serta tidak adanya hambatan geographic.
Sehingga dengan demikian akan menjadi kewajiban bagi manajemen untuk
meningkatkan pengetahuan karyawan. Dari berbagai sumber, diketahui bahwa pengetahuan
itu dapat diperoleh dari pendidikan formal, pelatihan, akses informasi maupun pengalaman.
Untuk itu berbagai upaya yang dapat ditempuh adalah, penerapan program tugas belajar
dalam rangka meningkatkan level pendidikan karyawan. Cara yang digunakan dapat ‘paruh
waktu’ maupun penuh waktu. Banyak perusahaan mencarikan program tugas belajar
karyawanya dengan program week-end, agar tidak mengganggu waktu kerjanya di
perusahaan. Manfaat lainnya bahwa pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dalam
bangku kuliahnya dapat langsung diaplikasikan dalam pekerjaannya. Atau sebaliknya,
bahwa persoalan-persoalan yang mereka jumpai dalam pekerjaan, dapat menjadi bahan
diskusi dalam kegiatan kuliah. Terlepas dari apa jenis programnya, maupun sistem
pembayaran pendidikanya, menyediakan kesempatan bagi karyawan untuk meningkatkan
pendidikannya memberi jalan bagi peningkatan kinerjanya secara individual.
Dengan pendidikan formal, peningkatan pengetahuan dapat ditempuh melalui
penyelenggaraan pelatihan teknis bagi karyawan. Meningkatkan akses informasi seputar
topik pekerjaan karyawan dengan berbagai sarana dan teknologinya, serta memberikan
ruang gerak yang lebih luas dan kreatif yang memungkinkan karyawan memperoleh
‘13 5 Nama Mata Kuliah dari Modul
Pusat Bahan Ajar dan eLearningAgus Arijanto,SE,MM http://www.mercubuana.ac.id
pengalaman langsung dalam menjawab persoalan-persoalan pekerjaan sehari-hari. Banyak
kegiatan yang dapat memperkaya pengalaman karyawan, seperti onward out-bond, diskusi
mingguan, serta kegiatan-kegiatan rekreatif lainnya. Kesemuanya itu dapat menjadi sumber
dan meningkatkan pengetahuan. Yang pada akhirnya nanti dapat meningkatkan motivasi
kerja dan kinerja individual karyawan.
Disamping itu, kemampuan karyawan dipengaruhi kondisi tubuh. Sehingga berusaha
mengerti aspek-aspek yang mempengaruhi kondisi tubuh karyawan sangatlah penting.
Kondisi tubuh dalam satu waktu dapat berbeda antar karyawantergantung pada beberapa
hal, diantaranya: jenis kelamin laki-perempuan, umur tua-muda, kondisi sehat-sakit, hamil-
tidak hamil dan seterusnya.
Selain itu, bahwa karyawan dapat memiliki kemampuan yang baik jika ada faktor
dukungan keluarga dan tidak ada hambatan dalam faktor geografis. Dua hal terakhir ini,
hampir sering luput dari perhatian pimpinan. Selain persoalan tersebut sangatlah ’dalam’
tetapi tidak banyak juga karyawan bersedia berbagi. Tetapi dua hal inilah dari banyak
penelitian maupun fakta di lapangan sangat besar pengaruhnya bagi kemampuan karyawan
dalam menyelesaikan tugas yang menjadi bagian kinerjanya. Bagaimana tidak, jika seorang
karyawan dengan tingkat pengetahuan yang handal, dengan tingkat stamina yang prima
dapat bekerja dengan baik, jika masalah-masalah keluarganya yang ada di rumah, tidak
terselesaikan dan terbawa hingga ke kantor. Atau tiba-tiba dalam perjalanan menuju tempat
kerja, terhalang banjir atau halangan kerusakan mesin mobilnya. Pastilah terganggu
pelaksanaan tugas yang menjadi tanggungjawabnya.
Dari hal-hal tersebut di atas, ada beberapa sspek dalam meningkatkan kemampuan
karyawan, diantaranya meliputi:
a) Pengetahuan (Pendidikan, pelatihan, informasi, pengalaman) Kondisi Tubuh.
b) Faktor Keluarga (demographical factors)
c) Faktor alamiah (geographical factors)
‘13 6 Nama Mata Kuliah dari Modul
Pusat Bahan Ajar dan eLearningAgus Arijanto,SE,MM http://www.mercubuana.ac.id
Pendidikan dan Pelatihan sebagai salah satu sarana peningkatan kemampuan karyawan
Pendidikan diartikan sebagai proses persiapan individu–individu untuk memikul
tanggung jawab yang berbeda atau lebih tinggi didalam organisasi, biasanya berkaitan
dengan peningkatan kemampuan intelektual atau emosional yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan yang lebih baik.
Pelatihan adalah serangkaian aktivitas yang diprogram untuk meningkatkan keahlian-
keahlian, pengalaman, pengetahuan, atau pembahasan sikap individu. Di dalam pelatihan
ini juga merupakan penciptaan suatu lingkungan dimana karyawan dapat memperoleh dan
mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan dan prilaku spesifik yang berkaitan
dengan pekerjaan atau performasi kerja (A. Fikri Jshrir dan S. Hariyanto, 1999 ).
John Soeprihanto (1994: 85 – 86) mengemukakan bahwa latihan adalah kegiatan
untuk memperbaiki kemampuan karyawan dengan cara meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan operasional dalam menjalankan suatu pekerjaan. Sedangkan pendidikan
merupakan kegiatan untuk memperbaiki kemampuan karyawan dengan cara meningkatkan
pengetahuan dan pengertian tentang pengetahuan umumnya.
Pelatihan bukanlah kegiatan yang berdiri sendiri. Pelatihan berfungsi untuk mengisi
kekurangan pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk mampu malakukan
pekerjaan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Prinsip belajar meliputi lima hal, yaitu
partisipasi, repetisi, relevansi, simulasi dan umpan balik.
Program–program pelatihan dirancang untuk meningkatkan kinerja. Pelaksanaan
program pelatihan ini menurut Handoko (1994) dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai metode sejauh metode tersebut memenuhi faktor-faktor efektivitas biaya, isi
program yang dikehendaki, kelayakan fasilitas yang tersedia, preferensi dan kemampuan
peserta, prinsip-prinsip belajar.
Menurut Wether dan Davis (1995) metode-metode atau tehnik-tehnik dalam
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan meliputi metode on the job training, latihan intruksi
pekerjaan (job intruction training), magang (apprenticeship), coaching, rotasi jabatan (job
rotation), penugasan, metode off the job training (lecture and video presentation, vestibule
training, role playing, case study, simulation, self study and progemmed learning, laboratory
training).
‘13 7 Nama Mata Kuliah dari Modul
Pusat Bahan Ajar dan eLearningAgus Arijanto,SE,MM http://www.mercubuana.ac.id
Hubungan antara Pendidikan, Pelatihan dan Prestasi Kerja
Pendidikan merupakan sebuah proses yang dipergunakan untuk mempersiapkan
pegawai untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau lebih tinggi didalam organisasi.
Pendidikan yang dilakukan organisasi berkaitan dengan peningkatan kemampuan intelektual
untuk melaksanakan tanggung jawab yang berbeda dan lebih tinggi. Pegawai yang memiliki
tingkat pendidikan lebih tinggi akan memiliki kematangan secara emosional dan
kemampuan intelektual yang lebih baik dibanding pegawai yang memiliki lebih rendah.
Pegawai yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi akan bertindak lebih terarah karena
memiliki kemampuan koseptual yang lebih baik.
Dengan demikian maka pegawai akan mengemban tugas dengan penuh tanggung
jawab sehingga prestasi kerjanya juga semakin baik. Oleh karena itu diduga bahwa
pendidikan memiliki pengaruh positif terhadap prestasi kerja.
Pelatihan merupakan aktivitas yang diprogram untuk meningkatkan keahlian–keahlian,
pengalaman, pengetahuan, atau pembahasan sikap individu. Kegiatan pelatihan lebih
diarahkan pada pemenuhan jangka pendek untuk tugas-tugas operasional. Output yang
diharapkan dari pelatihan adalah terciptanya sumber daya manusia yang terlatih sehingga
mampu mengerjakan tugas operasional jangka pendek dengan lebih baik. Pegawai yang
tidak mendapatkan pelatihan akan belajar lebih panjang dalam mengerjakan tugas
operasional yang belum pernah diembannya. Demikian pula pegawai yang tidak
mendapatkan pelatihan akan relatif lebih sulit menyelesaikan tugas operasional dengan
lebih efektif karena tidak ada update terhadap kemampuan tehnik dalam menyelesaikan
pekerjaan. Oleh karena itu diduga bahwa pelatihan memiliki pengaruh positif terhadap
prestasi kerja.
Pada kerangka pengaruh sebelumnya yang mengaitkan pengaruh pendidikan
terhadap prestasi dan pengaruh pelatihan terhadap prestasi, terlihat bahwa masing-masing
variable bebas diduga memiliki pengaruh positif terhadap variable prestasi kerja. Namun
demikian, pengaruh pendidikan dan pelatihan secara bersama-sama terhadap prestasi kerja
masih dipertanyakan. Berkenaan dengan hal tersebut, maka perlu sinergisitas antar variable
bebas, yaitu pendidikan dan pelatihan secara bersama-sama diperlukan sebagai faktor yang
berpengaruh terhadap prestasi kerja. Hal ini berarti bahwa pendidikan tanpa diiringi dengan
pelatihan maka prestasi kerja tidak akan optimal karena kemampuan konseptual. Sebaliknya
‘13 8 Nama Mata Kuliah dari Modul
Pusat Bahan Ajar dan eLearningAgus Arijanto,SE,MM http://www.mercubuana.ac.id
pelatihan yang baik tanpa didukung pendidikan juga membuat prestasi kerja tidak optimal
karena kemampuan yang dimilki pegawai hanya terarah pada kemampuan operasional
jangka pendek
Aspek emosi pada Manusia
Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan,
serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi,
kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan
kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan
kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa,
untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan
konflik, serta untuk memimpin diri dan lingkungan sekitarnya. Ketrampilan ini dapat diajarkan
kepada anak-anak. Orang-orang yang dikuasai dorongan hati yang kurang memiliki kendali
diri, menderita kekurangmampuan pengendalian moral.
Menurut pendapat dari Goleman (1997), mengatakan bahwa koordinasi suasana hati
adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri
dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki
tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan
sosial serta lingkungannya. Lebih lanjut Goleman (1997) mengemukakan bahwa kecerdasan
emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri,
ketahanan dalam meghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan,
serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat
menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana
hati.
Menurut pendapat Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan bahwa kecerdasan
emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan
daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi.
Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai
perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara
efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.
‘13 9 Nama Mata Kuliah dari Modul
Pusat Bahan Ajar dan eLearningAgus Arijanto,SE,MM http://www.mercubuana.ac.id
Selanjutnya menurut Howes dan Herald (1999) mengatakan pada intinya,
kecerdasaan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar
menggunakan emosi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa emosi manusia berada diwilayah dari
perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila diakui dan
dihormati, kecerdasaan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan
lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain. Menurut Harmoko (2005) Kecerdasan emosi
dapat diartikan kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan dengan
tepat, termasuk untuk memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina
hubungan dengan orang lain.
Jelas bila seorang indiovidu mempunyai kecerdasan emosi tinggi, dapat hidup lebih
bahagia dan sukses karena percaya diri serta mampu menguasai emosi atau mempunyai
kesehatan mental yang baik.
Sedangkan menurut Dio (2003), dalam konteks pekerjaan, pengertian kecerdasan emosi
adalah kemampuan untuk mengetahui yang orang lain rasakan, termasuk cara tepat untuk
menangani masalah. Orang lain yang dimaksudkan disini bisa meliputi atasan, rekan
sejawat, bawahan atau juga pelanggan. Realitas menunjukkan seringkali individu tidak
mampu menangani masalah–masalah emosional di tempat kerja secara memuaskan. Bukan
saja tidak mampu memahami perasaan diri sendiri, melainkan juga perasaan orang lain
yang berinteraksi dengan kita. Akibatnya sering terjadi kesalahpahaman dan konflik antar
pribadi.
Berbeda dengan pemahaman negatif masyarakat tentang emosi yang lebih
mengarah pada emosionalitas sebaiknya pengertian emosi dalam lingkup kecerdasan emosi
lebih mengarah pada kemampuan yang bersifat positif. Didukung pendapat yang
dikemukakan oleh Cooper (1999) bahwa kecerdasan emosi memungkinkan individu untuk
dapat merasakan dan memahami dengan benar, selanjutnya mampu menggunakan daya
dan kepekaan emosinya sebagai energi informasi dan pengaruh yang manusiawi.
Sebaliknya bila individu tidak memiliki kematangan emosi maka akan sulit mengelola
‘13 10 Nama Mata Kuliah dari Modul
Pusat Bahan Ajar dan eLearningAgus Arijanto,SE,MM http://www.mercubuana.ac.id
emosinya secara baik dalam bekerja. Disamping itu individu akan menjadi pekerja yang
tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan, tidak mampu bersikap terbuka dalam
menerima perbedaan pendapat , kurang gigih dan sulit berkembang.
Dari beberapa pendapat diatas dikatakan bahwa kecerdasan emosional menuntut diri untuk
belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk
menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan
dan pekerjaan sehari-hari. 3 (tiga) unsur penting kecerdasan emosional terdiri dari :
kecakapan pribadi (mengelola diri sendiri); kecakapan sosial (menangani suatu hubungan)
dan keterampilan sosial (kepandaian menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang
lain).
‘13 11 Nama Mata Kuliah dari Modul
Pusat Bahan Ajar dan eLearningAgus Arijanto,SE,MM http://www.mercubuana.ac.id
Daftar PustakaJames L.Gibson, John M Ivancevich. H. Donelly, Jr, 2000, Organizational Behavior,
Structure and Process, Burr Ridge, H. Irwin
Greenberg, J & Baron RA, 2004, Behaviour in Organizations : Understanding and Managing
The Human Side of Work, 9th edition, Upper Saddie River, NJ , Prentice Hall.
Robbin Stephen P, 1996, Organizational behavior: Concepts, Controversies, Aplication, 7th
Prentice Hall.
Robbins, Stephen P. 1994, Teori Organisasi Struktur, Desain dan Aplikasi, Edisi 3.
‘13 12 Nama Mata Kuliah dari Modul
Pusat Bahan Ajar dan eLearningAgus Arijanto,SE,MM http://www.mercubuana.ac.id