37
MOTIVASI REMAJA PRIA TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI KELURAHAN CELLU KECAMATAN TANETE RIATTANG TIMUR KABUPATEN BONE 2012 OLEH ASRUL SANI NIM:0914 201 009 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PUANG RIMAGLATUNG WATAMPONE 2012/2013

Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya

MOTIVASI REMAJA PRIA TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI

KELURAHAN CELLU KECAMATAN TANETE RIATTANG TIMUR

KABUPATEN BONE 2012

OLEH

ASRUL SANI

NIM:0914 201 009

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PUANG RIMAGLATUNG

WATAMPONE

2012/2013

Page 2: Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja adalah masa dimana terjadinya kelabilan jiwa karena telah

memasuki fase dari anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan generasi

penerus bangsa. Remaja yang merokok dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain jenis kelamin, umur dan lingkungan, banyak juga remaja yang merokok

dipengaruhi oleh teman mereka karena apabila tidak merokok dikatakan tidak

gaul oleh teman-temannya. WHO memperkirakan bahwa 2020 penyakit berkaitan

dengan rokok akan menjadi masalah kesehatan utama banyak Negara, bahkan

merokok dianggap menjadi entry point pada penyalahgunaan narkotika.

Sekitar 4,9 juta orang di Negara berkembang meninggal dunia karena

rokok pada tahun 2003. Bahkan diseluruh dunia, tingkat kematian akibat rokok

justru lebih besar ketimbang kematian malaria, kematian maternal, penyakit-

penyakit yang sering menyerang anak dan tuberculosis.

Di Indonesia prevalensi merokok pada orang dewasa (usia 15 tahun keatas)

yakni pria 63,1 % (naik 1,4 % dibandingkan tahun 2001) dan wanita 4,5 % (tiga

kali lipat dibandingkan tahun 2001). Sementara prevalensi merokok pada anak-

anak (usia 13 – 15 tahun) perinciannya pada anak laki-laki 24,5 % dan anak

perempuan 2,3 %. Sebanyak 30,9 % dari anak-anak yang merokok telah mulai

merokok sebelum umur 10 tahun. Menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah

perokok pemula (usia 5 – 9 tahun) naik secara signifikan. Hanya dalam kurun

waktu 3 tahun (2001 – 2004) persentase perokok pemula naik dari 0,4 menjadi

2,8 % ( www.ghozan.blogsome.com).

Dalam survey WHO yang diselenggarakan di seluruh dunia pada remaja

pria didapatkan 55 % dari mereka yang termotivasi terhadap perilaku merokok

dipengaruhi oleh iklan dan lingkungan. Anak yang memiliki teman perokok

Page 3: Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya

sembilan kali lebih rentan untuk mencoba rokok. Begitu mencoba mereka jadi

kecanduan, seperti di informasikan di kemasan rokok atau setiap iklan rokok

bahwa merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi,

gangguan kehamilan dan janin. Akan tetapi, mengapa peringatan itu bisa

menjungkal akal sehat sehingga mereka tetap tak mau lepas dari rokok. Hal ini

dapat terjadi karena menurut para remaja dengan mereka mengisap rokok terasa

bahwa pikiran mereka menjadi tenang dan jika ada masalah mereka merasa

masalahnya hilang bahkan dengan merokok mereka merasa bisa membuka jalan

pikiran untuk mencegah masalah yang dihadapi.

Indonesia adalah Negara iklan, promosi dan sponsor rokoknya paling masif

di Asia Tenggara. Indonesia juga adalah satu-satunya negara yang tidak memiliki

larangan iklan, promosi dan sponsor rokok. Menurut Seto Mulyadi dari Komnas

Perlindungan Anak semua kegiatan pemasaran rokok merupakan rangkaian

sistematis yang bertujuan menjerat remaja menjadi perokok. Materi iklan rokok

menunjukkan segmentasi pasar yang ditujukan pada anak dan remaja, apalagi

materi iklan rokok mengasosiasikan merokok dengan citra keren, gaul, percaya

diri, macho dan sebagainya (www.hertline.co.id/parenting.htm).

Merokok merupakan kebiasaan yang sering kita jumpai setiap hari dan

sudah menjadi masalah yang kompleks secara sosial. Penelitian telah banyak

dilakukan dan disadari bahwa merokok dapat mengurangi kemampuan system

kekebalan tubuh untuk melawan infeksi dan mengganggu kesehatan tubuh.

Sebanyak 90 % dari asap rokok mengandung berbagai gas seperti N2, O2, CO2

dan sisanya 10 % mengandung partikel-partikel tertentu seperti Tar, Nikotin dan

lain-lain. Bahkan sebagaimana dilansir oleh Enviroment Protection Association

(EPA) atau Badan Proteksi Lingkungan memastikan bahwa asap rokok memuat

4000 senyawa kimia, 200 diantaranya toksik (beracun), 43 diantaranya pemicu

kanker dan secara global konsumsi rokok membunuh 1 orang setiap detik

(www.sinarharapan.co.id).

Page 4: Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya

Peningkatan drastis konsumsi tembakau para remaja terjadi pada tahun

2001 yang telah mencapai 24,2 % dari semula 13,7 % pada tahun 1995.

Persentase peningkatan itu terjadi pada remaja laki-laki umur 15 – 19 tahun yang

kemudian menjadi perokok tetap.

Di Indonesia disinyalir sekitar 44 % perokok aktif merupakan kelompok

muda yang berusia 10 – 19 tahun dan 37 % diantara mereka berusia 20 – 29

tahun. Diperkirakan sekitar 85 juta penduduk Indonesia usia remaja saat ini

menjadi perokok berat dan 12 – 13 juta diantaranya akan tutup usia setengah baya

(www.astaqauliyah.orangbiasa.com).

Berdasarkan informasi dari masyarakat di Kelurahan tempat penelitian ini

dilaksanakan, jumlah remaja di cellu adalah 80 orang dimana didapatkan 35 orang

remaja sudah mulai merokok. Diperkirakan hampir semua remaja yang berusia 11

– 21 tahun pernah merokok. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian

tentang “ Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok di Kelurahan

Cellu Kecamatan Tanete Riattang Timur’’

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Pernyataan Masalah

Remaja pria yang mempunyai kebiasaan merokok sudah seringkali

terlihat dimana-mana mulai dari umur 11 – 21 tahun dan didapatkan

perokok aktif 10 – 19 tahun. Kebanyakan mereka mulai merokok karena

terpengaruh oleh teman-temannya, lingkungan serta iklan rokok dan

apabila mereka tidak merokok dikatakan tidak gaul, tidak keren, tidak

percaya diri dan tidak macho, dan dengan merokok pula dapat mengatasi

stress yang dihadapi para remaja pria serta membuat pikiran menjadi

tenang. Hal ini disebabkan oleh faktor coba-coba sehingga mereka menjadi

kecanduan.

Page 5: Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya

1.2.2 Pertanyaan Penelitian

Dari pernyataan diatas dapat dibuat pertanyaan penelitian sebagai berikut :

Bagaimana gambaran motivasi remaja pria terhadap perilaku merokok di

Kelurahan Cellu Kecamatan Tanete Riatang Timur

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran tentang motivasi remaja pria terhadap

perilaku merokok di Kelurahan Cellu Kecamatan Tanete Riatang Timur

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk memperoleh gambaran motivasi remaja pria terhadap perilaku

merokok.

2. Untuk mengidentifikasi remaja pria dalam merokok.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Institusi

Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan (Stikes Prima Bone) dan

Kelurahan tempat penelitian ini dilaksanakan dalam menentukan arah kebijakan

terutama yang berhubungan dengan perilaku merokok remaja pria.

2. Manfaat Ilmiah

Page 6: Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan bahan bagi

pengembangan ilmu keperawatan kesehatan masyarakat serta penelitian

berikutnya.

3. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menambah dan memperluas pengetahuan tentang riset

keperawatan khususnya yang berhubungan dengan tobacco/nikotin.

Page 7: Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Tinjauan Tentang Motivasi

2.2.1 Pengertian

Motivasi itu mempunyai arti dorongan, berasal dari bahasa latin

Movere yang berarti mendorong/menggerakkan. Motivasi inilah yang

mendorong seseorang untuk berperilaku dan beraktivitas dalam pencapaian

tujuan (Widayatun, 1999).

Suardirman Partini dalam buku psikologi sosial mendefinisikan

pengertian motivasi sebagai berikut : “Motivasi adalah sesuatu yang ada pada

diri individu yang menggerakkan atau membangkitkan sehingga individu itu

barbuat sesuatu”.

Menurut Indrawijaya. (2002) dalam Sunaryo (2004), motivasi

merupakan fungsi dari berbagai macam variabel yang saling mempengaruhi.

Ia merupakan suatu proses psikologis yang mana terjadi interaksi antara sikap,

kebutuhan, persepsi proses belajar dan pemecahan persoalan. Hal inilah antara

lain yang menyebabkan M.R. Jones (ed) dalam Nebraska symposium of

motivation, hal 14 merumuskan : “Motivation is concerned with how behavior

is activated, maintained directed and stopped”. Ducan mengatakan bahwa

“from manageria perspective, motivation refers to any conscious attempt to

influence behanor toward the accamplistment of organization goals”.

Menurut Vroom (Donovan, 2001), motivasi mengacu kepada suatu

proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam

bentuk kegiatan yang dikehendaki. Kemudian John P. Campbell dan kawan-

Page 8: Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya

kawan menambahkan rincian dalam definisi tersebut dengan mengemukakan

bahwa motivasi dalam definisi tersebut dengan mengemukakan bahwa

motivasi dalam definisi tersebut mencakup di dalamnya arah atau tujuan

tingkah laku, kekuatan respon dan kegigihan tingkah laku.

Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung 3 komponen pokok,

yaitu :

1. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpi

seseorang untuk bertindak cara tertentu.

2. Mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian, ia

menyediakan suatu onertasi tujuan tingkah laku terhadap sesuatu.

3. Menjaga dan menopang tingkah laku. Lingkungan sekitar harus

meningkatkan (reinforce) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan

kekuatan-kekuatan individu.

2.2.3 Teori Motivasi

a. Teori hedonisme yaitu motivasi yang berhubungan dengan senang atau

gembira.

b. Teori naluri yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri manusia.

c. Teori kebudayaan yaitu motivasi yang akan menimbulkan perilaku

berbudaya.

d. Teori kebutuhan berdasarkan Abraham Maslow, yaitu motivasi merupakan

motor perilaku seseorang/individu. Semakin kuat motivasi seseorang maka

semakin cepat dalam memperoleh tujuan kepuasaan.

2.2.4 Bentuk-Bentuk Motivasi

Page 9: Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya

a. Motivasi intrinsik atau motivasi yang datang dari dalam individu itu sendiri.

b. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu.

c. Motivasi terdesak yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit atau

munculnya serentak serta menghentak dan cepat sekali munculnya pada

perilaku aktivitas seseorang.

d. Motivasi yang berhubungan dengan ideology politik, ekonomi, sosial

budaya dan hankam yang sering menonjol adalah motivasi sosial karena

individu itu memang makhluk sosial.

2.2.5 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Motivasi

a. Faktor fisik dan proses mental

b. Faktor hereditas lingkungan dan kematangan/usia

c. Faktor intrinsic seseorang

d. Fasilitas (sarana.prasarana)

e. Situasi dan kondisi

f. Program dan aktivitas

g. Audio asul cud (Media)

2.2.6 Cara Meningkatkan Motivasi

a. Dengan tehnik verbal

- Berbicara untuk meningkatkan semangat

Page 10: Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya

- Pendekatan pribadi

- Diskusi, dan sebagainya

b. Tehnik tingkah laku (meniru, mencoba, menerapkan)

c. Tehnik insentif dengan cara mengambil kaidah yang ada.

d.Supertisi (kepercayaan akan sesuatu serta logis namun membawa

keberuntungan)

e. Citra/image yaitu daya khayal yang tinggi sehingga individu termotivasi

2.2 Tinjauan Tentang Remaja

2.2.1 Pengertian

Remaja merupakan suatu periode yang ditandai dengan pertumbuhan

dan perkembangan yang cepat dari fisik, emosi, kognitif dan sosial yang

menjembatani masa kanak dan dewasa (Merestein Geraid, 2001).

Batasan remaja menurut WHO (Muangman 1980, dalam Sunaryo 2004),

remaja suatu masa dimana :

a. Individu berkembang dari saat pertama kali dan menunjukkan tanda-tanda

sexual sekundernya sampai saat mencapai kematangan sexual.

b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari

kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh ke

keadaan yang relative lebih mandiri.

Page 11: Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya

Berdasarkan definisi konseptikal yang diberikan oleh WHO, salah satu

ciri remaja adalah perkembangan psikolosikanya. Dalam hubungan ini

menurut Esikszentimiha dan Larsen (1984) dalam Sunaryo (2004)

menyatakan bahwa remaja adalah restrukturisasi kesadaran yang mana puncak

pengembangan jiwa itu ditandai dengan adanya proses perubahan dari kondisi

entropy ke kondisi negentropy.

WHO menetapkan batas usia 10 – 20 tahun sebagai batasan remaja

sedangkan PBB menetapkan usia 15 – 24 tahun sebagai usia pemuda

(Senderowit dan Paxman (1985) dalam Hanifah (2000).

Di Indonesia, batasan remaja mendekati batasan PBB tentang pemuda

yaitu kurun usia 11 – 24 tahun dan belum menikah dengan pertimbangan-

pertimbangan sebagai berikut :

a. Usia 11 tahun adalah usia pada umumnya tanda-tanda sexual sekunder

mulai tampak (kriteria sosial).

b. Berbanyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap dewasa

aqli baliq menurut adapt maupun agama sehingga masyarakat tidak lagi

memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial).

c. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan jiwa seperti

tercapainya identitas diri (ego identiry cribk erikson), tercapainya fase

genetal dari perkembangan psikoseksual (Murt Freud) dan tercapainya

puncak perkembangan cognitif (Piaget) maupun moral (Murt

Kohlberg), (kriteria psikologis).

Page 12: Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya

d. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal yaitu memberi peluang lagi

mereka yang sampai batas usia tersebut masih mengantungakan diri pada

Orangtua.

e. Status perkawinan masih sangat penting di masyarakat Indonesia secara

menyeluruh. Oleh karena itu, definisi remaja dibatasi khusus yang

belum menikah.

2.2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

2.2.2.1 Pertumbuhan Fisik

Pertumbuhan pubertas dan perkembangan fisik merupakan

hasil dari aktivitas aksis hypothalamus-hipofisis-gonad pada masa

kanak-kanak akhir. Dengan mulainya pubertas inhibisi pada GnRH di

hypothalamus menjadi hilang sehingga memungkinkan produksi dan

pembebasan pulsatil dari gonadotropin, LH dan FSH. Pada awal

sampai pertengahan dari masa remaja terdapat kenaikan dari frekuensi

dan amplitude denyut sekresi dari LH dan FSH yang menstimulasi

gonad untuk menghasilkan steroid sex (estrogen dan testosterone).

Pada perempuan LH berperan penting pada ovulasi dari ovum

yang mati dan juga terlibat dalam pembentukan karpus luteum dan

sekresi progesteron sedangkan FSH berfungsi untuk menstimulasi

maturasi dari ovarium, fungsi sel granulosa dan sekresi estradiol yang

memungkinkan terjadinya maturasi traktus genetalia wanita dan

perkembangan payudara.

Pada laki-laki, LH akan menstimulasi sel-sel interstitial testis

yang mengahasilkan testoteron dan FSH merangsang spermatosit

Page 13: Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya

dengan adanya testosterone. Secara lengkap (Muss, 1968 dalam

Sunaryo 2004) memuat urutan perubahan-perubahan fisik, tersebut

sebagai berikut :

1. Pada anak perempuan

a. Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota

badan menjadi panjang)

b. Pertumbuhan payudara

c. Tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan

d. Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap

tahunnya

e. Bulu kemaluan menjadi keriting

f. Haid

g. Tumbuh bulu-bulu pada ketiak

2. Pada anak laki-laki

a. Pertumbuhan tulang-tulang

b. Testis membesar

c. Tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus dan berwarna gelap

d. Awal perubahan suara

e. Ejakulasi

Page 14: Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya

f. Bulu kemaluan menjadi keriting

g. Pertumbuhan tinggi badan mencapai maksimal setiap tahunnya

h. Tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot)

i. Tumbuh bulu ketiak

j. Akhir perubahan suara

k. Rambut-rambut di wajah bertambah

l. Tumbuh bulu di dada

2.1.2.2 Perkembangan Psikoseksual

Masa remaja yang merupakan suatu periode individualisasi

progresif dan perpisahan dari keluarga karena pertumbuhan yang cepat

dan fisik, emosional, kognitif dan sosial maka perkembangan

psikososial remaja dibagi menjadi 3 periode yaitu :

1. Masa remaja awal (11 – 13 tahun)

Dicirikan oleh pertumbuhan cepat dan perkembangan karakteristik

seks sekunder. Karena perubahan yang cepat, kesan tubuh, konsep

pribadi, harga diri berfluktasi secara drasmatis terutama bagaimana

pertumbuhan dan perkembangan mereka menyimpang dari teman-

teman mereka merupakan hal yang sangat menghawatirkan. Ketika

remaja muda mulai menjadi lebih indenpenden dan ikatan keluarga

melonggar, kesetiaan bergesar dari orangtua ke teman sebaya yang

menjadi jauh lebih penting. Remaja muda masih berpikir secara

Page 15: Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya

konkrit dan mempunyai tujuan professional yang samara-samar

dan tidak reslistis.

2. Masa remaja pertengahan (14 – 16 tahun)

Bersamaan dengan berkurangnya pertumbuhan pubertas yang

cepat pada masa remaja awal, remaja mulai menyesuaikan diri dan

merasa lebih nyaman dengan tubuh mereka yang baru. Emosi yang

kuat dan perubahan suasana hati yang cepat adalah khas. Secara

kognitif, ketika remaja berubah dari berpikir konkrit menjadi

berpikir formal, terbentuklah kemampuan untuk berpikir secara

abstrak. Dalam usaha membangun identitas mereka sendiri,

hubungan dengan orang lain utamanya teman sebaya menentukan

standar dalam hal identifikasi, perilaku, mencari dukungan

emosional dan lain-lain.

3. Masa remaja akhir (17 – 24 tahun)

Remaja mulai kurang mementingkan diri sendiri dan mulai

memperhatikan orang lain. Hubungan sosial bergeser dari

kelompok teman sebaya kearah hubungan individual, kencan

menjadi lebih intim. Kemampuan dalam berpikir abstrak

memungkinkan remaja untuk berpikir lebih realistis dalam hal

rencana masa depan, tindakan dan karir. Secara moral, remaja yang

lebih tua mempunyai konsep yang sangat kaku dalam hal benar

atau salah. Masa remaja akhir merupakan periode idealisme.

Menurut Petro Blos (1962), proses penyesuaian diri menuju

kedewasaan, ada 3 tahap perkembangan remaja :

1. Early adolescence

Pada tahap ini remaja masih terheran-heran akan perubahan-

perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan dorongan-dorongan

yang menyertai perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-

Page 16: Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya

pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan udah terangsang

secara erotis dan berkurangnya kendali terhadap ego.

2. Middle adolescence

Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan kawan-kawan.

Terdapat kecenderungan narcistik yaitu mencintai diri sendiri

dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat sama

dengan dirinya. Selain itu, remaja berada dalam kondisi

kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana peka

atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis

dan sebagainya.

3. Late adolescence

Pada tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan

ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu :

a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-funsi intelek

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain

dan dalam pengalaman-pengalaman baru

c. Egosentrisme diganti dengan keseimbangan antara kepentingan

diri sendiri dan orang lain

d. Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya (private self)

dan masyarakat umum (the public)

2.2.3 Faktor Penyebab Masalah Psikososial Remaja Pria

Timbulnya masalah pada remaja dikarenakan oleh berbagai faktor

yang sangat kompleks yang terjadi pada masa remaja. Secara garis besar,

faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Adanya perubahan-perubahan biologis dan psikologis yang sangat pesat

akan memberikan dorongan tertentu yang sifatnya sangat kompleks.

Page 17: Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya

b. Orang tua dan pendidik kurang siap untuk memberikan informasi yang

benar dan tepat waktu karena ketidaktahuannya.

c. Membaiknya sarana komunikasi dan transportasi kemajuan teknologi

menyebabkan membanjirnya arus informasi luar yang sulit diseleksi.

d. Pembangunan ke arah industrilisasi menyebabkan terjadinya perubahan

tata nilai sehingga remaja bisa menderita frustasi dan depresi yang

menyebabkan mereka mengambil jalan pintas yang bersifat negative. (Buku

Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja ed.i.Narendra.B,dkk; 2002).

2.3 Tinjauan Tentang Perilaku

2.3.1 Pengertian

Perilaku adalah suatu respon organisme atau seseorang terhadap

rangsangan dari luar subyek tersebut (Soekidjo,N, 1993).

Dalam Ensiklopedia Amerika, perilaku dapat diartikan sebagai suatu

aksi-reaksi organisme terhadap lingkungan. Perilaku baru terjadi apabila

ada sesuatu yang dibutuhkan untuk menimbulkan reaksi yakni yang

disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menimbulkan

reaksi atau perilaku tertentu (Notoatmodjo S, 1997).

Robert Kwick (1974) sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (1997),

perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat

diamati atau bahkan dapat dipelajari.

Secara umum, menurut Sri Kusmiyati dan Desminiarti, (1990) dikutip

oleh Sunaryo (2004) perilaku manusia pada hakekatnya proses interaksi

Page 18: Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya

individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia

adalah makhluk hidup.

2.3.2 Ciri Perilaku Manusia

a. Kepekaan sosial

b. Kelangsungan perilaku

c. Orientasi pada tugas

d. Usaha dan perjuangan

e. Tiap-tiap individu adalah unik

2.3.3 Proses Pembentukkan Perilaku

Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Dalam memenuhi

kebutuhan yang tersusun dalam hirarki kebutuhan menurut Abraham

Maslow, tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu dan yang lain karena

perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan adalah secara simultan.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka diperlukan suatu

penggerak/pendorong yang disebut motivasi. Kemudian pada akhirnya

sikap dan kepercayaan sangatlah mempengaruhi arah perilaku

seseorang, akankah berperilaku positif atau sebaliknya.

2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang

a. Faktor genetik/faktor endogen, meliputi :

- Jenis ras

Page 19: Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya

- Jenis kelamin

- Sifat fisik

- Sifat kepribadian

- Bakat pembawaan

- Intelegensi

b. Faktor eksogen/faktor dari luar individu, meliputi :

- Faktor lingkungan

- Pendidikan

- Agama

- Sosial ekonomi

- Kebudayaan

- Faktor-faktor lain seperti persepsi, emosi dan lain-lain

2.3.5 Bentuk Perilaku

a. Perilaku Pasif

Perilaku pasif atau respon internal adalah perilaku yang sifatnya

masih tertutup, hanya terjadi dalam diri individu yang bersangkutan

dan tidak diamati secara langsung perilaku ini sebatas sikap dan

belum ada tindakan yang nyata.

Page 20: Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya

Misalnya : berpikir, berangan-angan.

b. Perilaku Aktif

Perilaku aktif atau respon eksternal adalah perilaku yang sifatnya

terbuka, dapat diamati secara langsung dan berupa tindakan nyata.

Misalnya : merokok.

2.3.6 Perilaku Penyalahgunaan Zat

Walaupun terdapat suatu rentang dari penggunaan zat hingga

penggunaan berlebihan atau penyalahgunaan zat tetapi tidak semua

orang yang menggunakan zat akan menjadi penyalahgunaan zat. Oleh

karenanya, terdapat suatu rentang respon koping terhadap penggunaan

zat yang disebut Rentang Respon Koping Kimiawi.

Gambar 2.3 Rentang Respon Koping Kimiawi.

Respon adaptif Respon maladaptif

Mabuk alamiah Penggunaan jarang Penggunaan sering

Ketergantungan

Aktivitas fisik dari tembakau, dari tembakau, Penyalahgunaan

Meditasi kafein, alkohol, kafein, alkohol Gejala putus zat obat yang

obat yang toleransi

diresepkan, obat diresepkan, obat terlarang terlarang

Page 21: Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya

2.4 Tinjauan Tentang Rokok

Merokok sudah dianggap hal biasa dalam kehidupan sehari-hari

padahal dalam asap rokok terdapat 4.000 zat kimia berbahya untuk kesehatan, 2

diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan Tar yang bersifat

karsinogenik (Asril Bahar, Harian Umum Republika, Selasa 26 Maret 2002).

Racun karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat memicu

terjadinya kanker. Sebenarnya, penanggulangan merokok di Indonesia telah

berjalan lama ditandai dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah No. 18

Tahun 1999 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan dari peraturan

pemerintah No. 19 Tahun 1993 tentang larangan pembagian produk contoh

rokok secara gratis. Namun hingga kini jumlah perokok tidak berkurang bahkan

remaja dan anak-anak dibangku sekolahpun turut merokok pula.

Remaja adalah golongan yang suka mencoba-coba. Oleh karena

merokok adalah sesuatu yang baru pada mereka. Hati mereka bertanya-tanya

apa nikmatnya sehingga mereka tetap tak mau lepas dari rokok. Karena didalam

rokok terdapat nikotin yang menyebabkan kecanduan layaknya putauw (heroin),

ganja, dan sabu-sabu. Nikotin dikenal sebagai salah satu faktor resiko penyakit

jantung koroner. Penyempitan pembuluh darah jantung terjadi lebih dini pada

remaja yang merokok. Tembakau merusak jaringan paru-paru dan mengurangi

kandungan oksigen darah yang dibutuhkan seseorang saat beraktivitas. Selain

itu upaya pemasaran rokok baik secara langsung melalui iklan rokok ataupun

secara tidak langsung melalui kegiatan mensponsori acara konser musik

sembari memberikan sampel rokok secara gratis, olahraga, film layar lebar

hingga keagamaan. Hal ini akan menarik minat remaja untuk merokok,

sementara pemberian sampel rokok secara gratis justru akan mendorong remaja

untuk mencoba-coba merokok tanpa menyadari sepenuhnya dampak

ketergantungan terhadap rokok.

Page 22: Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya

Hal yang menyebabkan remaja sangat sulit meninggalkan rokok

karena sudah ketergantungan pada nikotin. Ketika ia berhenti merokok rasa

nikmat yang diperolehnya akan berkurang. Efek dari rokok/tembakau memberi

stimulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran,

tingkah laku dan fungsi psikomotor. Jika dibandingkan zat-zat adiktif lainnya

rokok sangatlah rendah pengaruhnya, maka ketergantungan pada rokok tidak

begitu dianggap gawat (Roan, Ilmu Kedokteran Jiwa, Psikiatri, 1999).

Dalam upaya prevalensi, motivasi untuk menghentikan perilaku

merokok penting untuk dipertimbangkan dan dikembangkan. Dengan

menumbuhkan motivasi dalam diri remaja berhenti atau tidak mencoba

merokok, akan membuat mereka mampu untuk tidak terpengaruh godaan

merokok yang datang dari teman, media massa atau kebiasaan keluarga/orang

tua (www.e-psikologi.com).

Anang Sari Atmanta, relawan pusat studi seksualitas, mengelompokkan

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi remaja untuk merokok, yaitu :

a. Pengaruh Orang Tua

Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda

yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak

begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang

keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibandingkan anak-anak muda

yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia.

b. Pengaruh Teman

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok

maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga

Page 23: Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya

dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada 2 kemungkinan yang

terjadi adalah remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan

teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang

akhirnya mereka semua menjadi perokok.

c. Faktor Kepribadian

Orang mencoba merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan

diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun

satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan

(termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi

pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna

dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor rendah.

d. Pengaruh Iklan

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran

bahwa merokok adalah lambing atau glamour, membuat remaja sering kali

terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut.

Menurut Silvan Tomkins ada 4 tipe perilaku rokok berdasarkan Management of

Offect Theory, yaitu :

1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok

seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Green (dalam

Psichological Faktor in Smoking, 1978) menambahkan ada 3 sub tipe ini

a. Pleasure Relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau

meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok

setelah minum kopi atau makan.

Page 24: Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya

b. Stimulation ti pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan

sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.

c. Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dengan

memengang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa

akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau

sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa

menit saja atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan

rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.

2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasan negatif. Banyak orang

menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia

marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka

menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari

perasaan yang lebih tidak enak.

3. Perilaku merokok yang adiktif. Oleh Green disebut sebagai Psychological

Addiction. Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang

digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.

Mereka umumnya akan pergi keluar rumah untuk membeli rokok, walau

tengah malam sekalipun karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap

saat ia mengingkannya.

4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasan. Mereka menggunakan rokok

sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi

karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan rutin. Dapat dikatakan pada

orang-orang tipe ini merokok sudah merupakan perilaku yang bersifat

otomatis, sering kali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia menghidupkan

api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis.

Page 25: Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1    Desain Penelitian Dan Kerangka Konsep

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Wirjoadmodjo dan

Wahyono (1991) Thamrin Hasbullah (1993) dan Sitorus (2006), maka konsep

penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

3.1.2

Kerangka Konsep Penelitian

MOTIVASI REMAJA PRIA TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI

KELURAHAN CELLU KECAMATAN TANETE RIATTANG TIMUR

KABUPATEN BONE 2012

Indevenden Devenden

variabel kontrol

MOTIVASI PERILAKU MEROKOK

PENGARUH ORANG TUA

PENGARUH TEMAN

PENGARUH IKLAN

KEPRIBADIAN

Page 26: Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok Asrul Sanjaya