8
BULETIN BULANAN SURAU BAITUL AMIN DEPOK EDISI 11 2010 Seperti kita ketahui, rukun Islam lainnya adalah mengucap syahadat dan menerima bahwa Allah SWT itu tunggal dan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Rasul Allah. Rukun kedua adalah menunaikan shalat lima kali sehari. Berpuasa pada bulan Ramadhan sebagai rukun ketiga. Keempat, mengeluarkan zakat. Kelima adalah haji bagi yang mampu. Seperti ketika menjalankan rukun-rukun Islam ini, saat seorang muslim menunaikan ibadah haji yang diharapkannya adalah ridho Allah SWT dan meraih haji yang mabrur yang ganjarannya surga. Rasulullah SAW bersabda: Haji yang penuh kebaikan (haji mabrur) adalah lebih baik dari dunia dan apa yang ada di dalam dunia. Haji mabrur tak ada baginya balasan, selain dari surga.’’ (HR Bukhari dan Muslim). Kata mabrurdalam bahasa Arab berasal dari kata barra-yaburru- barrandan bermakna taat berbakti. Dalam kamus Al Munawwir Arab - Indonesia Terlengkap karangan Ahmad Warson Munawwir mabrurdijelaskan terkait dengan kata-kata albirruyang maknanya adalah ketaatan, kesalehan atau kebaikan. Namun, apakah haji yang mabrur itu dan apakah kiat-kiat untuk menggapainya? Haji yang mabrur adalah ketika pulang semakin baik akhlaknya,pesan putri pertama pendiri Yayasan Prof. Dr. Kadirun Yahya (YPDKY), Hj. Sri Hayati, SH, dalam tausyiahnya saat melepas jamaah calon haji, Minggu, 7 November 2010 lalu di Surau Baitul Amin (SBA), Bojongsari, Depok. Lebih lanjut, beliau menghimbau, Hendaknya dalam melaksanakan ibadah haji, berempatilah dan peduli pada orang lain. Pedulilah dengan jamaah yang lain. Insya Allah segala urusan akan berjalan dengan baik,lanjutnya. Dengan menekankan pada perilaku dan tindak tanduk dalam melaksanakan ibadah ini, Kak Yet, demikian sapaan akrab bagi beliau, mengatakan, Haji yang mabrur adalah yang saat kita pulang kita bisa berdamai dengan semua orang disekitar kita.Acara pelepasan para calon jamaah haji tadi dilaksanakan dengan kenduri bersama Pimpinan YPDKY, Pengurus Surau Baitul Amin dan segenap jamaah Surau Baitul Amin. Rencananya, akan digelar acara penyambutan saat jamaah kembali dari Tanah Suci, tanggal 5 Desember 2010 nanti. Terkait pentingnya akhlak dalam pelaksanaan ibadah haji, Allah SWT berfirman sebagaimana tercantum dalam Surat Al Baqarah ayat 197: (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, Mengapa ibadah haji menempati urutan ke lima dalam rukun Islam adalah hal yang menarik untuk dikaji. Dengan kedudukannya ini, ibadah haji menjadi rukun penyempurna dalam Islam. Sekaligus menegaskan bahwa dalam pelaksanaannya seorang muslim hendaklah menyempurnakan rukun-rukun lainnya. Hendaknya Islamnya ‘Kaffah’. Tgl. 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 Shubuh 4:05 4:05 4:06 4:06 4:07 4:08 4:08 4:09 4:10 4:11 4:12 4:13 4:14 4:15 4:16 Zhuhur 11:46 11:46 11:47 11:48 11:49 11:50 11:51 11:52 11:53 11:54 11:55 11:56 11:57 11:58 11:59 Ashar 15:08 15:09 15:10 15:11 15:13 15:14 15:15 15:16 15:17 15:18 15:19 15:20 15:21 15:22 15:23 Maghrib 17:56 17:57 17:58 17:59 18:00 18:01 18:02 18:03 18:04 18:05 18:06 18:07 18:08 18:09 18:10 Isya’ 19:11 19:13 19:14 19:15 19:16 19:17 19:18 19:19 19:20 19:21 19:22 19:23 19:24 19:25 19:26 Jadwal Sholat Desember 2010 Untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya Sumber: Lajnah Falakiyah NU Sayyidina Salman Al-Farisi, Pencetus Strategi Parit Buah dari Ketakwaan dan Amal Shaleh Idul Adha di Surau Baitul Amin, Doa Dalam Kurban Jenderal Berkoridor Akhlakul Karimah Pelatihan Sufi Thinking, Selalu ada Pengalaman Unik Festival Baitul Amin 2011, Silaturahim Awali Proses Berkarya 2 3 4 6 7 8 (Bersambung ke hal. 5 kol. 1) “Mau ikut makan gajah?” Halaman 8 Jamaah calon haji Surau Baitul Amin berkumpul sejenak sebelum pemberangkatan (8/11). Ibadah haji merupakan penyempurna rukun Islam yang diwajibkan bagi yang mampu melaksanakannnya. dok. BAMG dok. BAMG Menggapai Haji Mabrur

Mozaik 2010 11

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Mozaik Surau edisi 11/2010. Berisi artikel mengenai Ibadah Haji, Idul Adha dan Kurban, Sayyidina Salman Al Farisi RA, Profil Brigjen TNI (Mar) A. Faridz Washington, dan beberapa artikel menarik lainnya.

Citation preview

Page 1: Mozaik 2010 11

B U L E T I N B U L A N A NS U R A U B A I T U L A M I N D E P O K

E D I S I

112010

Seperti kita ketahui, rukun Islam lainnya adalah mengucap syahadat dan menerima bahwa Allah SWT itu tunggal dan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Rasul Allah. Rukun kedua adalah menunaikan shalat lima kali sehari. Berpuasa pada bulan Ramadhan sebagai rukun ketiga. Keempat, mengeluarkan zakat. Kelima adalah haji bagi yang mampu. Seperti ketika menjalankan rukun-rukun Islam ini, saat seorang muslim menunaikan ibadah haji yang diharapkannya adalah ridho Allah SWT

dan meraih haji yang mabrur yang ganjarannya surga. Rasulullah SAW bersabda: “Haji yang penuh kebaikan (haji mabrur) adalah lebih baik dari dunia dan apa yang ada di dalam dunia. Haji mabrur tak ada baginya balasan, selain dari surga.’’ (HR Bukhari dan Muslim).

Kata ‘mabrur’ dalam bahasa Arab berasal dari kata ‘barra-yaburru- barran’ dan bermakna ‘taat berbakti’. Dalam kamus Al Munawwir Arab - Indonesia Terlengkap karangan Ahmad

Warson Munawwir ‘mabrur’ dijelaskan terkait dengan kata-kata ‘albirru’ yang maknanya adalah ketaatan, kesalehan atau kebaikan. Namun, apakah haji yang mabrur itu dan apakah kiat-kiat untuk menggapainya?

“Haji yang mabrur adalah ketika pulang semakin baik akhlaknya,” pesan putri pertama pendiri Yayasan Prof. Dr. Kadirun Yahya (YPDKY), Hj. Sri Hayati, SH, dalam tausyiahnya saat melepas jamaah calon haji, Minggu, 7 November 2010 lalu di Surau Baitul Amin (SBA), Bojongsari, Depok. Lebih lanjut, beliau menghimbau, “Hendaknya dalam melaksanakan ibadah haji, berempatilah dan peduli pada orang lain. Pedulilah dengan jamaah yang lain. Insya Allah segala urusan akan berjalan dengan baik,” lanjutnya. Dengan menekankan pada perilaku dan tindak tanduk dalam melaksanakan ibadah ini, Kak Yet, demikian sapaan akrab bagi beliau, mengatakan, “Haji yang mabrur adalah yang saat kita pulang kita bisa berdamai dengan semua orang disekitar kita.”

Acara pelepasan para calon jamaah haji tadi dilaksanakan dengan kenduri bersama Pimpinan YPDKY, Pengurus Surau Baitul Amin dan segenap jamaah Surau Baitul Amin. Rencananya, akan digelar acara penyambutan saat jamaah kembali dari Tanah Suci, tanggal 5 Desember 2010 nanti.

Terkait pentingnya akhlak dalam pelaksanaan ibadah haji, Allah SWT berfirman sebagaimana tercantum dalam Surat Al Baqarah ayat 197: “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi,

Mengapa ibadah haji menempati urutan ke lima dalam rukun Islam adalah hal yang menarik untuk dikaji. Dengan kedudukannya ini, ibadah haji menjadi rukun penyempurna dalam Islam. Sekaligus menegaskan bahwa dalam pelaksanaannya seorang muslim hendaklah menyempurnakan rukun-rukun lainnya. Hendaknya Islamnya ‘Kaffah’.

Tgl.

1

3

5

7

9

11

13

15

17

19

21

23

25

27

29

Shubuh

4:05

4:05

4:06

4:06

4:07

4:08

4:08

4:09

4:10

4:11

4:12

4:13

4:14

4:15

4:16

Zhuhur

11:46

11:46

11:47

11:48

11:49

11:50

11:51

11:52

11:53

11:54

11:55

11:56

11:57

11:58

11:59

Ashar

15:08

15:09

15:10

15:11

15:13

15:14

15:15

15:16

15:17

15:18

15:19

15:20

15:21

15:22

15:23

Maghrib

17:56

17:57

17:58

17:59

18:00

18:01

18:02

18:03

18:04

18:05

18:06

18:07

18:08

18:09

18:10

Isya’

19:11

19:13

19:14

19:15

19:16

19:17

19:18

19:19

19:20

19:21

19:22

19:23

19:24

19:25

19:26

Jadwal Sholat Desember 2010Untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya

Sumber: Lajnah Falakiyah NU

Sayyidina Salman Al-Farisi, Pencetus Strategi Parit

Buah dari Ketakwaan dan Amal Shaleh

Idul Adha di Surau Baitul Amin, Doa Dalam Kurban

Jenderal Berkoridor Akhlakul Karimah

Pelatihan Sufi Thinking, Selalu ada Pengalaman Unik

Festival Baitul Amin 2011, Silaturahim Awali Proses Berkarya

2

3

4

6

7

8

(Bersambung ke hal. 5 kol. 1)

barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.”

Imam Al Ghazali dalam kitabnya, Ihya Ulumuddin, menjelaskan rafats adalah semua hal yang sia-sia, keji dan jijik dari

perkataan. Termasuk didalamnya bersenda gurau dan bermain-main dengan wanita dan perkataan tentang bersetubuh.

Mabrur dengan Islam KaffahNampaknya, dengan penekanan

pada menjaga perbuatan dan perkataan sebagaimana diperintahkan Allah SWT diatas, tak salah kiranya jika kita sebut bulan haji ini sebagai bulan akhlak. Pimpinan Yayasan, H. Abdul Khalik Fadjuani, SH, yang berkenan hadir dan memberikan sambutan, menyampaikan pesan yang sangat berharga tentang keutamaan akhlak, yakni bahwa

perjalanan haji adalah sebuah perjalanan ruhani yang menghidupkan akhlak. Pada kesempatan tersebut, beliau menyampaikan agar tidak bertengkar dan jangan mengucapkan hal-hal yang kotor.

“Betul betul kita bisa, jalani haji dengan Islam secara kaffah. Ciri haji Mabrur pulangnya menjadi orang yang rajin bersedekah, yang intinya akhlak, menjadi disayang Allah SWT adalah menjadi hatinya baik. Kita sudah tahu caranya,” demikian pesan beliau. Pimpinan Yayasan juga menghimbau untuk menjaga lisan kita, menyuarakan yang ada di hati kita.

Amarah adalah hal yang sulit dibendung. Namun, Pimpinan Yayasan mengatakan, “(Jika) Kesombongan dibuang semua (amarah) akan berhenti. Ketersinggungan adalah kesombongan yang tinggi, sehingga hendaknya yang dipelihara adalah sikap rendah hati. Selain rendah hati, sikap yang harus dipelihara adalah menyayangi alam semesta, selalu punya keinginan untuk memberi ke orang lain.”

Semoga para abang dan kakak kita para haji dan hajjah memperoleh kemabruran. Dan semoga kita semua dapat menyiapkan dan berbenah diri, melengkapi Islam kita sehingga kaffah, lengkap secara akidah, fiqih dan akhlak, serta menjadi pribadi-pribadi yang bertaqwa dan bermanfaat. Mengulang harapan Kak Yet dalam tausyiahnya, “Semoga tahun depan mendapat panggilan pula kita semua.” Amin yaa Robbal aalamiin. [RH]

“Mau ikut makan gajah?”

Halaman 8

Jamaah calon haji Surau Baitul Amin berkumpul sejenak sebelum pemberangkatan (8/11). Ibadah haji merupakan penyempurna rukun Islam yang diwajibkan bagi yang mampu melaksanakannnya.

dok

. BA

MG

dok

. BA

MG

Menggapai Haji Mabrur

Page 2: Mozaik 2010 11

2

selama di Aceh. Namun ada satu pengala-man berkesan yang selalu diingatnya. Jumat, 13 Februari 1999, ia harus melaku-kan perjalanan dari Lhokseumawe ke Langsa. Pada saat tersebut, ba’da sholat dhuha perasaan tidak tenang mulai meng-hampirinya. Kekhawatiran mulai muncul, hatinya pun bertanya-tanya. Untuk menenangkan diri ia mengambil wudhu dan sholat lagi. Kembali Bang Faridz melaksanakan sholat dan berdzikir lagi. Akhirnya dengan perasaan yakin ia berangkat juga ke Langsa sekitar jam 10 pagi. “Ternyata jam 11 kami diserang, namun syukur Alhamdulillah tidak ada peluru yang mengenai dan kami selamat. Kemudian, saya tersadar dan semakin meyakini dzikrullah,” ujar Bang Faridz.

Penerapan Akhlakul Karimah sebagai Komandan Pasmar-1

Berbagai jabatan strategis di Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL) telah diamanatkan kepada Bang Faridz. Saat ini, abangda kelahiran Sungai Gerong, 27 Desember 1959 tersebut menjabat sebagai Komandan Pasmar-1 yang ke tujuh menggantikan Brigadir Jenderal TNI (Mar) I Wayan Mendra. Ada sekitar 10.000 pasukan dibawah komand-onya yang tersebar di Surabaya, Makas-sar, Bitung, Kupang, Ambon dan Jayapura serta kawasan timur Indonesia lainnya. Seperti halnya jamaah lainnya di YPDKY, Bang Faridz berusaha untuk mengamal-kan budaya YPDKY yang sekarang dikenal dengan 7 Nilai Dasar Yayasan.

Sadar bahwa faktor leadership sangat menentukan dalam tugasnya, 7 Nilai Dasar Yayasan diupayakannya agar selalu menjadi pegangan. “Dulu saya dikenal temperamental, namun setelah mendalami tarekat perilaku saya berubah. Sepertinya ada yang mengingatkan agar tidak sombong,” ujarnya. Bagi sebagian besar anak buahnya, ia dikenal sebagai pimpinan yang ramah dengan mengede-pankan kerendahan hati.

“Kalau bisa disenyumin, kenapa harus dimarahin?”, tambahnya. Baginya pembinaan sumber daya manusia tidak hanya menyangkut aspek fisik saja. Aspek non-fisik juga sangat penting. Itulah mengapa ia lebih banyak mengandalkan sentuhan-sentuhan qolbu dalam memoti-vasi timnya.

Bang Faridz mengingatkan penting-nya bekerja dengan ikhlas dengan mengedepankan bersyukur, bersuka cita dan tidak mengeluh. “Dalam bekerja kita semua harus ikhlas dan mencintai apa yang kita kerjakan. Apapun yang ditugas-kan harus all out dan do the best”. Sebagai penutup ia menghimbau agar para ikhwan menjadikan Al Quran sebagai pedoman dan Rasul sebagai panutan dalam berperilaku serta jangan ragu-ragu berdzikir dan bertarekat. [JH]

Nabi SAW mengumpulkan sahabat-nya untuk menanyakan pandangan dan usulan tentang rencana terbaik yang akan mereka lakukan dalam menghadapi seran-gan musuh itu. Akhirnya, Salman RA yang berasal dari Persia berdiri dan mengajukan usul, “Wahai Rasulullah, di Persia, jika kami menghadapi serangan pasukan berkuda dalam jumlah yang besar, kami akan menggali parit mengelilingi rumah-rumah kami. Maka, mari kita gali parit untuk melindungi kita.”

Semua setuju dan menyambut penuh semangat atas usul itu, Mereka terus bekerja keras menggali parit, saling menyemangati dan saling mengingatkan bahwa waktu begitu singkatnya. Pasukan musuh dapat datang tiba-tiba, dan jika mereka berhasil menyerang, Nabi SAW adalah sasaran utama penghinaan mereka.

Salman menjadi obyek kebanggaan mereka, karena ini merupakan strategi pertahanan baru bagi bangsa Arab. Di samping itu Salman yang bertubuh sangat kuat dan kekar tidak hanya mengeluarkan ide semata, tapi ikut terjun menggali dan mengusung tanah. “Ia seperti sepuluh orang pekerja,” kata mereka.

Masing-masing kelompok memuji Salman dan membanggakannya sebagai kelompoknya. “Salman itu orang kami,” kata kaum Muhajirin, karena dipandang sama-sama pendatang. “Dia itu orang kami,” balas kaum Anshar. “Kami lebih berhak terhadap dia.” Dan Nabi SAW bersabda, “Salman anggota kami, dia adalah ahlulbaitku.”

Anas meriwayatkan, Rasulullah SAW pergi ke parit pada pagi hari yang amat dingin, sementara orang-orang Muhajirin

dan Anshar sedang menggali parit. Beliau tahu perut mereka kosong dan juga letih. Oleh karena itu Beliau bersabda, “Ya, Allah, sesungguhnya kehidupan yang lebih baik adalah kehidupan akhirat, maka ampunilah orang-orang Muhajirin dan Anshar.” Mereka menjawab, “Kamilah yang telah berbai’at kepada Muhammad, siap berjihad selagi kami hidup.”

Selama penggalian parit ini terjadi sejumlah keghaiban yang disaksikan langsung oleh kaum Muslim kala itu. Jabir bin Abdullah melihat Rasulullah SAW yang benar-benar tersiksa karena lapar. Lalu Jabir menyembelih seekor hewan dan istrinya menanak satu sha’ tepung gandum. Setelah masak, Jabir membisiki Rasulullah SAW secara pelan-pelan agar datang ke rumahnya bersama beberapa sahabat saja. Tetapi Beliau justru berdiri di hadapan semua orang yang sedang menggali parit yang jumlahnya ada seribu orang, lalu mereka melahap makanan yang tak seberapa banyak itu hingga mereka kenyang. Bahkan masih ada sisa

dagingnya, begitu pula adonan tepung untuk roti.

Saudara perempuan An-Nu’man bin Basyir datang ketempat penggalian parit sambil membawa kurma setangkup tangan untuk diberikan kepada ayah dan pamannya. Ketika itu pula Rasulullah SAW lewat didekatnya dan meminta kurma tersebut, lalu Beliau meletakkannya di atas selembar kain. Setelah itu Beliau memang-gil semua orang dan merekapun memak-annya. Setelah semua orang yang meng-gali parit memakannya, ternyata kurma yang hanya setangkup tangan itu masih tersisa dan bahkan jumlahnya lebih

banyak sehingga sebagian ada yang tercecer keluar dari hamparan kain.

Saat menggali parit ada sebongkah batu besar yang amat keras, mereka mendatangi Rasulullah SAW seraya berkata, “Ini ada batu besar yang keras teronggok di tengah parit,” jawab beliau, “Kalau begitu aku akan turun ke bawah.” Beliau kemudian mengam-bil pangkur dan memukul batu itu, dan keluar kilatan cahaya mengarah ke selatan. Nabi memukulnya lagi dan keluarlah cahaya

tapi mengarah ke Uhud dan melewatinya menuju ke utara. Dan pukulan yang ketiga menghancurkan batu itu hingga berkeping-keping, dan kali ini cahayanya mengarah ke timur.

Salman menyaksikan ketiga kilatan cahaya itu dan tahu bahwa semua itu mengandung makna. Maka ia bertanya kepada Nabi apa takwilnya, Nabi SAW menjawab, “Kau perhatikankah cahaya-cahaya itu, hai Salman? Dengan cahaya yang pertama, aku dapat menyaksikan kastil-kastil di Yaman, dengan cahaya yang kedua, aku menyaksikan kastil-kastil di Syria, dan dengan cahaya yang ketiga, aku menyaksikan istana Kisra di Mada’in. Melalui yang pertama, Allah membukakan pintu bagiku menuju Yaman, melalui yang kedua, menuju Syria dan dunia Barat, dan melalui yang ketiga, ke arah Timur.”

Referensi :- Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah

Nabawiyah, Pustaka Al-Kautsar – Jakarta (2009)- Martin Lings (Abu Bakr Siraj al-Din), Muhammad,

Serambi – Jakarta (2007)

http://facebook.com/mozaiksurau

D I K E L O L A O L E H :

http://twitter.com/baitulamin http://blog.baitulamin.org

Bagi Bang Faridz, panggilan akrab-nya, kisahnya menjadi pengamal Tarekat Naqsyabandiyah agak unik. Ia pernah berburu ilmu kanuragan sampai ke Banten, Sumedang dan kota lainnya. Beberapa tentara juga melakukannya. Tidak hanya berburu, ia juga dulu menga-malkan atau melakoni ilmu kejawen terse-but. Segalanya kemudian berubah ketika dirinya bertemu dengan jamaah SBA. Setelah diskusi mendalam, ia tersentak ketika ada beberapa pertanyaan yang mengusik pikirannya. Itulah yang kelak merubah mindset-nya.

“Ketika bersemedi, pikiran kan kosong, ada ruang hampa disana, tahu siapa yang masuk? Ketika menyebut nama Allah, apakah engkau dalam keadaan suci? Semua orang bisa menye-but nama Allah. Tapi apakah yakin kita bersama Allah?” Pertanyaan-pertanyaan tersebut membuatnya diam. Setelah direnungkan, Bang Faridz memutuskan untuk memohon petunjuk Allah SWT melalui sholat tahajud. Ia memohon jika yang dilakukannya tidak benar, maka sirnakanlah amalan-amalan itu. Setelah tahajud ia mencoba lagi hapalan-hapalan kejawen, namun semua hapalan hilang. Sirna sesuai doanya.

“Saya langsung berwudhu dan tahajud serta berdoa lagi, semoga diberi-kan kemudahan untuk mendalami Tarekat,” katanya lirih. Pada 25 Maret 1990, akhirnya ia berikrar untuk menjalani Tarekat Naqsyabandiyah pimpinan Sayyidi Syaikh Prof. DR. H. Kadirun Yahya di salah

satu surau YPDKY di Bandung. Ia kemu-dian mengikuti suluk (itikaf) pertamanya Mei 1990.

Sekolah di Amerika dan Bertugas ke Aceh

Kehidupannya pun terus bergulir. Dia menjadi sedikit dari perwira Angka-tan Laut yang berkesem-patan bersekolah di Amerika Serikat. Berang-

katlah dirinya ke Amerika dan baru pulang ke Indonesia tahun 1992. Seiring dengan kesibukannya, ia sempat “menghilang” dari kegiatan ibadah di surau. Pada tahun 1998, tiba-tiba Abangda In Malik

(almarhum) yang saat itu menja-bat sebagai Pengurus SBA mencarinya dengan menugaskan seorang jamaahnya, yang dipanggil Cak Mad. “Setelah sekian lama tidak bersurau, ada kekhawatiran akan dimarahin oleh Bang In, namun ternyata

malah disambut dengan senyuman. Beliau hanya bertanya kemana saja selama ini.” Itulah salah satu pertemuannya yang berkesan dengan Bang In. Setelah itu ia mulai rajin kembali bersurau di SBA.

Setelah beberapa kali ke SBA, tugas ke Aceh memanggilnya. Pada saat itu Aceh masih dalam situasi yang kurang kondusif dengan adanya perlawanan bersenjata di beberapa wilayah. Kemudian setelah memohon izin dan mendapatkan pengarahan dari pimpinan surau, ia berangkat ke Aceh. Selama bertugas di sana, Bang Faridz berupaya menerapkan ajaran-ajaran yang didapatkan di YPDKY dengan melaksanakan shalat, dzikir dan ketentuan syariat yang lain. Ia juga terus berusaha untuk tidak batal berwudhu.

Segudang pengalaman, didapatinya

Tasawuf Dalam Islam

Artikel dan informasi seputar kegiatan kesurauan, Islam dan Tasawuf berupa soft copy dapat dikirimkan disertai data diri pengirim ke Kontak Redaksi yang tertulis diatas. Redaksi berhak untuk mengedit isi artikel atau tidak menerbitkan artikel

yang telah dikirimkan. Untuk informasi selengkapnya, kunjungi situs web: http://media.baitulamin.org

Penanggung Jawab H. Akhmad Syukran Bestari | Pemimpin Umum H. Tugirin | Pemimpin Redaksi Reza Hoesin | Kontak Redaksi Kampus Baitul Amin, Jl. Curug Raya No. 35, Curug,

Bojongsari, Depok 16517, Email: [email protected] | Kontak Iklan dan Sirkulasi: 021-97707220, Email: [email protected]

w w w . b a i t u l a m i n . o r g

Pada akhir tahun kelima Hijriah atau dalam tahun 627, kaum muslim di Madinah yang berkekuatan tiga ribu pasukan dikepung oleh Quraisy dengan sekutu-sekutunya termasuk dari kaum Yahudi Bani Nadhir, yang apabila digabungkan kekuatannya berjumlah sepuluh ribu pasukan. Tentara Muslim hanya punya dua ratus kuda, sementara Quraisy diperkuat tiga ratus pasukan berkuda, ditambah kekuatan dari Bani Ghathafan yang bersedia membantu kaum Yahudi setelah dijanjikan sogokan separuh hasil panen kurma di Khaybar.

Masjid Salman Al Farisi RA yang berlokasi di dekat medan perang (parit) Khandaq. Salman Al Farisi RA, salah satu Ahli Silsilah dalam Tarekat Naqsyabandiyah, adalah Sahabat Nabi SAW yang dianggap sebagai ahlul bait (anggota keluarga) oleh Beliau.

dok

. htt

p:/

/ur.w

ikip

edia

.org

dok

. htt

p:/

/ur.w

ikip

edia

.org

Sayyidina Salman al-Farisi RA: Pencetus Strategi Parit

Page 3: Mozaik 2010 11

3

selama di Aceh. Namun ada satu pengala-man berkesan yang selalu diingatnya. Jumat, 13 Februari 1999, ia harus melaku-kan perjalanan dari Lhokseumawe ke Langsa. Pada saat tersebut, ba’da sholat dhuha perasaan tidak tenang mulai meng-hampirinya. Kekhawatiran mulai muncul, hatinya pun bertanya-tanya. Untuk menenangkan diri ia mengambil wudhu dan sholat lagi. Kembali Bang Faridz melaksanakan sholat dan berdzikir lagi. Akhirnya dengan perasaan yakin ia berangkat juga ke Langsa sekitar jam 10 pagi. “Ternyata jam 11 kami diserang, namun syukur Alhamdulillah tidak ada peluru yang mengenai dan kami selamat. Kemudian, saya tersadar dan semakin meyakini dzikrullah,” ujar Bang Faridz.

Penerapan Akhlakul Karimah sebagai Komandan Pasmar-1

Berbagai jabatan strategis di Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL) telah diamanatkan kepada Bang Faridz. Saat ini, abangda kelahiran Sungai Gerong, 27 Desember 1959 tersebut menjabat sebagai Komandan Pasmar-1 yang ke tujuh menggantikan Brigadir Jenderal TNI (Mar) I Wayan Mendra. Ada sekitar 10.000 pasukan dibawah komand-onya yang tersebar di Surabaya, Makas-sar, Bitung, Kupang, Ambon dan Jayapura serta kawasan timur Indonesia lainnya. Seperti halnya jamaah lainnya di YPDKY, Bang Faridz berusaha untuk mengamal-kan budaya YPDKY yang sekarang dikenal dengan 7 Nilai Dasar Yayasan.

Sadar bahwa faktor leadership sangat menentukan dalam tugasnya, 7 Nilai Dasar Yayasan diupayakannya agar selalu menjadi pegangan. “Dulu saya dikenal temperamental, namun setelah mendalami tarekat perilaku saya berubah. Sepertinya ada yang mengingatkan agar tidak sombong,” ujarnya. Bagi sebagian besar anak buahnya, ia dikenal sebagai pimpinan yang ramah dengan mengede-pankan kerendahan hati.

“Kalau bisa disenyumin, kenapa harus dimarahin?”, tambahnya. Baginya pembinaan sumber daya manusia tidak hanya menyangkut aspek fisik saja. Aspek non-fisik juga sangat penting. Itulah mengapa ia lebih banyak mengandalkan sentuhan-sentuhan qolbu dalam memoti-vasi timnya.

Bang Faridz mengingatkan penting-nya bekerja dengan ikhlas dengan mengedepankan bersyukur, bersuka cita dan tidak mengeluh. “Dalam bekerja kita semua harus ikhlas dan mencintai apa yang kita kerjakan. Apapun yang ditugas-kan harus all out dan do the best”. Sebagai penutup ia menghimbau agar para ikhwan menjadikan Al Quran sebagai pedoman dan Rasul sebagai panutan dalam berperilaku serta jangan ragu-ragu berdzikir dan bertarekat. [JH]

Bagi Bang Faridz, panggilan akrab-nya, kisahnya menjadi pengamal Tarekat Naqsyabandiyah agak unik. Ia pernah berburu ilmu kanuragan sampai ke Banten, Sumedang dan kota lainnya. Beberapa tentara juga melakukannya. Tidak hanya berburu, ia juga dulu menga-malkan atau melakoni ilmu kejawen terse-but. Segalanya kemudian berubah ketika dirinya bertemu dengan jamaah SBA. Setelah diskusi mendalam, ia tersentak ketika ada beberapa pertanyaan yang mengusik pikirannya. Itulah yang kelak merubah mindset-nya.

“Ketika bersemedi, pikiran kan kosong, ada ruang hampa disana, tahu siapa yang masuk? Ketika menyebut nama Allah, apakah engkau dalam keadaan suci? Semua orang bisa menye-but nama Allah. Tapi apakah yakin kita bersama Allah?” Pertanyaan-pertanyaan tersebut membuatnya diam. Setelah direnungkan, Bang Faridz memutuskan untuk memohon petunjuk Allah SWT melalui sholat tahajud. Ia memohon jika yang dilakukannya tidak benar, maka sirnakanlah amalan-amalan itu. Setelah tahajud ia mencoba lagi hapalan-hapalan kejawen, namun semua hapalan hilang. Sirna sesuai doanya.

“Saya langsung berwudhu dan tahajud serta berdoa lagi, semoga diberi-kan kemudahan untuk mendalami Tarekat,” katanya lirih. Pada 25 Maret 1990, akhirnya ia berikrar untuk menjalani Tarekat Naqsyabandiyah pimpinan Sayyidi Syaikh Prof. DR. H. Kadirun Yahya di salah

satu surau YPDKY di Bandung. Ia kemu-dian mengikuti suluk (itikaf) pertamanya Mei 1990.

Sekolah di Amerika dan Bertugas ke Aceh

Kehidupannya pun terus bergulir. Dia menjadi sedikit dari perwira Angka-tan Laut yang berkesem-patan bersekolah di Amerika Serikat. Berang-

katlah dirinya ke Amerika dan baru pulang ke Indonesia tahun 1992. Seiring dengan kesibukannya, ia sempat “menghilang” dari kegiatan ibadah di surau. Pada tahun 1998, tiba-tiba Abangda In Malik

(almarhum) yang saat itu menja-bat sebagai Pengurus SBA mencarinya dengan menugaskan seorang jamaahnya, yang dipanggil Cak Mad. “Setelah sekian lama tidak bersurau, ada kekhawatiran akan dimarahin oleh Bang In, namun ternyata

malah disambut dengan senyuman. Beliau hanya bertanya kemana saja selama ini.” Itulah salah satu pertemuannya yang berkesan dengan Bang In. Setelah itu ia mulai rajin kembali bersurau di SBA.

Setelah beberapa kali ke SBA, tugas ke Aceh memanggilnya. Pada saat itu Aceh masih dalam situasi yang kurang kondusif dengan adanya perlawanan bersenjata di beberapa wilayah. Kemudian setelah memohon izin dan mendapatkan pengarahan dari pimpinan surau, ia berangkat ke Aceh. Selama bertugas di sana, Bang Faridz berupaya menerapkan ajaran-ajaran yang didapatkan di YPDKY dengan melaksanakan shalat, dzikir dan ketentuan syariat yang lain. Ia juga terus berusaha untuk tidak batal berwudhu.

Segudang pengalaman, didapatinya

Salah seorang penguasa dan Qadhi (sebutan lain bagi hakim) wilayah Maru, sebuah kota di Turke-ministan, adalah seorang lelaki terhormat bernama Nuh bin Maryam. Ia kaya raya, sejahtera, dan mempu-nyai putri cantik, berpendidikan, shalehah dan anggun. Banyak orang kaya, pejabat dan bangsawan-bangsawan yang melamar putrinya ini, dengan menawarkan mas kawin yang besar. Tetapi, semua tawaran-tawaran itu ditolaknya. Nuh Bin Maryam bingung dan tidak tahu pada siapa dia akan menikahkan putrinya yang sudah dewasa itu. Sebab, kalau ia menikahkan putrinya dengan salah satu pelamar, ia khawatir akan menyakiti yang pelamar lainnya.

Nuh Bin Maryam mempunyai seorang budak yang taat beragama dan sangat takwa. Ia ditugaskan menjaga dan merawat kebun buah Nuh Bin Maryam. Sampai pada suatu hari, Nuh datang ke kebun dan berkata, “Mubarak, ambilkan setangkai anggur untukku.” Budak itu memetikkan anggur, tapi rasanya asam, maka Nuh minta dipetikkan yang lain. Setelah beberapa kali diganti ternyata yang dipetikkan rasanya asam. Nuh menjadi heran dan bertanya, “ Kenapa kau memetikkan anggur yang asam buatku ya Mubarak?” “Hamba tidak tahu pohon mana yang manis, dan mana yang asam tuan,” jawab budak itu. “Subhaanallah, sudah begini lama kau menjaga kebun ini, mengapa tak tahu yang manis dan mana yang asam?” “Kebun ini milikmu, Tuan. Engkau memerintahkan hamba menjaga dan merawatnya. Dan hamba tidak pernah memakan buahnya itu sebabnya hamba tidak tahu mana yang asam tuan!”

”Subhaanallah, Nuh mengeleng-gelengkan kepalanya. Ia amat takjub pada budaknya itu. ”Semoga Allah memelihara engkau akan sikap amanahmu itu.”

“Sesudah taat pada Allah, saya taat dan patuh pada tuan,” jawab budak itu. “Aku percaya padamu Mubarak, aku mempunyai satu masalah berat sekarang banyak orang yang melamar putriku, tapi aku tidak tahu mana yang harus kuterima lamarannya, bagaimana pendapatmu ya Mubarak?”

Budak itu menjawab, “Maaf Tuan, pada masa jahiliyah (orang) mendahulukan kedudukan dan keturunan; pada masa Yahudi dan Nasrani mendahulukan kecan-tikan atau ketampanan, dan pada masa Rasulullah SAW mereka mencari ketak-waan dan keshalehan beragama. Pada masa kita sekarang kita mengutamakan harta dan kedudukan. ‘Kan sudah mudah sekarang, Tuan tinggal memilih salah satu

dari keempat hal, Tuan akan mendapat-kan apa yang Tuan inginkan.”

Nuh bin Maryam mengangguk-angguk dan berpikir sebentar. Tak lama kemudian menepuk pundak budaknya dan berkata, “Aku memilih ketakwaan dan keshalehan beragama, dan engkau kukawinkan dengan putriku, karena aku telah menemukan ketakwaan dan kesale-han agama dalam sikap amanahmu!”

Budak itu terkejut mendengar kata-kata tuannya dan langsung menjelaskan, “Tuanku, hamba hanyalah seorang budak India dan Tuan telah membeli saya dengan uang Tuan. Bagaimana mungkin Tuan akan menikahkan hamba dengan Putri Tuan, dan apakah putri Tuan akan berse-dia menerima hamba?”

Nuh mengangguk-angguk terse-nyum, sambil mengelus-elus janggutnya sendiri. Ditepuk-tepuknya bahu pemuda itu dan mengajaknya berjalan kembali ke rumahnya. Sesampainya di rumah, ia

berbincang dengan istrinya, yang setelah mendengar penuturan suaminya setuju dan menyepakatinya. Setelah melirik Mubarak dari balik kamar, ia berkata kepada suaminya bahwa sebaiknya juga meminta persetujuan dari putri mereka.

Setelah bercerita pada putri mereka, sang anak hanya menyerahkan keputusan kedua orang tuanya, dan ia mengatakan tidak akan keluar dari aturan Allah dan tidak pula akan membantah keputusan kedua orangtuanya.

Lalu keduanya dinikahkan. Kedua orang tua itu membekali mereka dengan harta berlimpah. Buah dari perkawinan mereka adalah seorang putra bernama Abdullah Ibnu Al Mubarak, seorang ulama, ahli zuhud dan pewaris hadist kenamaan.

Sawangan Depok, 8 November 2010 (Kak Mer)

Kisah Hikmah

www.ibuzainab.tk

w w w . x a n t e n a v i c i . c o mContact Person: Jajang Hernandar 08161312333

“Sesudah taat pada Allah, saya taat dan patuh

pada tuan,” jawab budak itu.

Permohonan Maaf

Dalam Kisah Hikmah pada halaman 6 Mozaik Edisi 10-2010 yang lalu, terdapat kalimat: “…. dan dengan binatang-binatang mereka mendapat petunjuk.”

Kalimat yang mengutip Surat An-Nahl ayat 16 tersebut seharusnya tertulis, “Dan Dia ciptakan tanda-tanda petunjuk jalan yang benar dan dengan bintang-bintang mereka mendapat petunjuk.”

Atas kesalahan ini, Redaksi menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya terhadap penulis dan segenap pembaca Mozaik. Semoga pembelajaran ini bermanfaat bagi kami kedepannya.

TAMAN PUSPASARIHerbal Steam & Body Treatment

Jl. Harun Raya No. 12, RawabelongKebon Jeruk, Jakarta BaratTelp. (021) 5325394, 08158911292

bebe&kalB A T I K

BebeKal Batik [email protected]

Penampilan makin cantik dan menarik dengan busana ready stock & custom made koleksi Bebe&Kal Batik

CG

. MFH

CG

. MFH

Brigjen TNI (Mar) Achmad Faridz Washington:Jenderal Berkoridor Akhlakul Karimah

Buah dari Ketakwaan dan Amal Shaleh

Page 4: Mozaik 2010 11

4

dilaksanakan dengan total sekitar 800 kantong daging kurban dibagikan kepada warga sekitar SBA yang berhak. Selain warga sekitar, pada hari pertama Idul Adha kurban juga dibagikan kepada pemerin-tahan setempat mulai dari Kelurahan Curug, Kecamatan Bojongsari, Koramil, Polsek Sawangan, Kantor Pos, Pokdarka-mtibmas Sektor Sawangan dan sebagainya. [DA/RHY/JH/NAV]

berbagi dan mencari jalan agar proses pembagian dapat berjalan dengan baik. “Akhirnya kami parkir mobil bak, lalu berkeliling menggunakan sepeda motor sambil membawa 10 sampai 15 kantong daging sekali jalan. Terbukti, lebih tertib,” kenang Bang Hari, panitia bagian keamanan.

Menjelang pukul 9 malam, pemba-gian kurban hari pertama selesai

selama di Aceh. Namun ada satu pengala-man berkesan yang selalu diingatnya. Jumat, 13 Februari 1999, ia harus melaku-kan perjalanan dari Lhokseumawe ke Langsa. Pada saat tersebut, ba’da sholat dhuha perasaan tidak tenang mulai meng-hampirinya. Kekhawatiran mulai muncul, hatinya pun bertanya-tanya. Untuk menenangkan diri ia mengambil wudhu dan sholat lagi. Kembali Bang Faridz melaksanakan sholat dan berdzikir lagi. Akhirnya dengan perasaan yakin ia berangkat juga ke Langsa sekitar jam 10 pagi. “Ternyata jam 11 kami diserang, namun syukur Alhamdulillah tidak ada peluru yang mengenai dan kami selamat. Kemudian, saya tersadar dan semakin meyakini dzikrullah,” ujar Bang Faridz.

Penerapan Akhlakul Karimah sebagai Komandan Pasmar-1

Berbagai jabatan strategis di Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL) telah diamanatkan kepada Bang Faridz. Saat ini, abangda kelahiran Sungai Gerong, 27 Desember 1959 tersebut menjabat sebagai Komandan Pasmar-1 yang ke tujuh menggantikan Brigadir Jenderal TNI (Mar) I Wayan Mendra. Ada sekitar 10.000 pasukan dibawah komand-onya yang tersebar di Surabaya, Makas-sar, Bitung, Kupang, Ambon dan Jayapura serta kawasan timur Indonesia lainnya. Seperti halnya jamaah lainnya di YPDKY, Bang Faridz berusaha untuk mengamal-kan budaya YPDKY yang sekarang dikenal dengan 7 Nilai Dasar Yayasan.

Sadar bahwa faktor leadership sangat menentukan dalam tugasnya, 7 Nilai Dasar Yayasan diupayakannya agar selalu menjadi pegangan. “Dulu saya dikenal temperamental, namun setelah mendalami tarekat perilaku saya berubah. Sepertinya ada yang mengingatkan agar tidak sombong,” ujarnya. Bagi sebagian besar anak buahnya, ia dikenal sebagai pimpinan yang ramah dengan mengede-pankan kerendahan hati.

“Kalau bisa disenyumin, kenapa harus dimarahin?”, tambahnya. Baginya pembinaan sumber daya manusia tidak hanya menyangkut aspek fisik saja. Aspek non-fisik juga sangat penting. Itulah mengapa ia lebih banyak mengandalkan sentuhan-sentuhan qolbu dalam memoti-vasi timnya.

Bang Faridz mengingatkan penting-nya bekerja dengan ikhlas dengan mengedepankan bersyukur, bersuka cita dan tidak mengeluh. “Dalam bekerja kita semua harus ikhlas dan mencintai apa yang kita kerjakan. Apapun yang ditugas-kan harus all out dan do the best”. Sebagai penutup ia menghimbau agar para ikhwan menjadikan Al Quran sebagai pedoman dan Rasul sebagai panutan dalam berperilaku serta jangan ragu-ragu berdzikir dan bertarekat. [JH]

Pelaksanaan kurban di Surau Baitul Amin dimulai dari proses persiapan, yaitu pengadaan hewan kurban hingga penan-ganan pasca penyembelihan yang diakhiri dengan pendistribusian daging kurban. Pengadaan hewan kurban mengikuti yang disyaratkan dalam fikih serta himbauan dinas peternakan. Di samping cukup umur, tidak cacat, masalah kesehatan juga sangat diperhatikan. Saat penyembelihan, hewan kurban dibawa ke tempat pemoto-ngan setelah hewan kurban sebelumnya selesai disembelih. Sesudah dibaringkan, hewan disiram dengan air. Lalu doa dipan-jatkan, dan hewan kurban disembelih.

H. Akhmad Syukran Bestari, SE.MMSI, pengurus Surau Baitul Amin (SBA) dan DR.H. Akhmad Qadri Ramad-hany SH, MM, Ketua Badan Kerjasama Surau (BKS) DKI Jaya dan Banten yang melaksanakan penyembelihan pada Idul Adha tahun ini. Sebelum menyembelih masing-masing hewan, beliau memanjat-kan doa dan adzan. “Yang penting adalah proses pemotongan yang benar sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Insya Allah, perlakukan hewan kurban, sesuai tata cara Islam, kita ikuti,” papar Bang Arie, panggilan akrab H. Akhmad Syukran Bestari, SE, MMSI. Beliau meneruskan, “Kurban harus kita potong dengan benar.”

Saat pemotongan hewan kurban, kerjasama tim terlihat. Ada tim yang mem-baringkan hewan kurban, memegang hewan dan membersihkan darah dan kotoran. “Penyembelihan hewan kurban itu berawal dari masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Bagaimana perlakukan Nabi Ibrahim ke Ismail? Tentunya baik selay-

aknya seorang bapak kepada anaknya. Dengan baik pulalah hendaknya kita mem-perlakukan hewan kurban,” papar Bang Arie.

“Persiapan untuk kurban ini memakan waktu sekitar 8 hari,” ujar Bang Hanafi, anak surau (anshor) SBA yang tahun ini menjabat sebagai Koordinator Panitia Kurban. Ia menjelaskan, pada dasarnya seluruh anshor SBA adalah termasuk panitia kurban. Namun tiap tahunnya jabatan Koordinator panitia diberikan bergantian agar anshor dapat belajar. Banyak pengalaman dan pelaja-ran baru yang ia dapat pada gilirannya sebagai ketua panitia kurban tahun ini. Ia pun bersyukur pelaksanaan kurban tahun ini berjalan mulus tanpa hambatan dan kendala yang berarti.

Lebih lanjut ia menuturkan, bahwa tahun ini SBA memulai kerja sama dengan LM3 (Lembaga Mandiri Mengakar di Masyarakat) untuk pembelian hewan kurban. Total, ada 18 sapi yang dibeli SBA, dengan kriteria sapi bervariasi dari kelas 1 sampai kelas 3. Selain itu, SBA juga menerima sedekah kurban dari jamaah yang langsung berbentuk sapi sebanyak dua ekor. Secara total hewan kurban di Baitul Amin mencapai 25 ekor sapi. Tidak semua dari jamaah SBA – sebagian adalah kurban dari muslimin di dari lingkungan sekitar.

Sekitar sebulan sebelum Idul Adha dilakukan survey hewan kurban di beberapa titik di wilayah Bogor, Depok bahkan Jakarta untuk mendapatkan hewan kurban yang sehat dengan harga yang terjangkau. “Lihat saja sapinya

sehat-sehat. Ada dokter hewan yang ngecek. Saat belipun dua kali timbang, di tempat penjual dan di sini (SBA-red) diukur manual. Kalau tidak sesuai kita kemba-likan,” tandas Bang Arie. Kehatian-hatian menjadi poin penting dalam semua proses kurban di Surau Baitul Amin.

Perhatikan Faktor Kesehatan dan Ketertiban

Kondisi hewan kurban juga menjadi hal penting untuk diperhatikan. Pemerin-tah Kota Depok setiap tahunnya menyiap-kan dua atau tiga orang dokter hewan di tiap-tiap kelurahan untuk memeriksa kesehatan sapi dan kambing kurban sejak dua hari sebelum hari-H. Tugas para dokter hewan ini adalah untuk memberi-kan penyuluhan mengenai hewan yang layak untuk dikurban dan memberitahukan ciri-ciri hewan yang sakit. Di SBA, seorang dokter hewan datang untuk memeriksa kesehatan hewan kurban pada hari H–1, dan 2 orang anggota tim dokter hewan datang mengawasi saat pemotongan kurban.

Pembagian daging kurban bertepa-tan dengan dengan Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada Rabu 17 November 2010. Pembagiannya dilakukan melalui proses yang panjang, dilakukan oleh Pengurus dan segenap keluarga besar Surau Baitul Amin (SBA). Para anshor melakukan survey untuk memastikan penerima daging kurban dengan mengecek kembali data dari setiap RT yang ada di Desa Curug dan beberapa tempat di Depok. Hal ini dilakukan sekitar sebulan sebelumnya untuk memastikan mustahiq yang berhak menerima kurban dari SBA. Sekitar 5000 bungkus daging yang mempunyai berat satu setengah hingga dua kilogram dibagi-kan selama dua hari. Termasuk panti asuhan yang rutin menerima santunan dari SBA. "Panti asuhan yang kita bagi (daging kurban) termasuk yang berlokasi Jakarta," cerita Bang Arie lagi.

"Itu sudah menjadi kebiasaan kita, kita survey lalu kita kirim door to door. Umumnya karena paham, tidak ada penduduk yang mencoba mengantri di sini (surau-red) karena mereka yakin pasti mendapatkan," jelas beliau. Banyak sekali cerita yang didapatkan Mozaik saat mustahiq menerima kurban. Seseorang yang saking senangnya memeluk anshor yang tengah melaksanakan tugas mengirim daging.

Sore hari, pembagian daging kurban di lingkungan sekitar SBA mulai dilaksanakan. Beberapa orang anshor SBA berkeliling menggunakan sebuah mobil bak terbuka diikuti oleh anshor lainnya yang mengendarai sepeda motor. Para warga di RT 01, RW 03 menerima dengan antusias pembagian daging kurban yang diberikan langsung dari pintu ke pintu. Bapak Pendi, ketua RT 01 menceritakan, “Tahun-tahun sebelumnya pembagian kurban dari SBA tidak dengan

Setelah hari Idul Adha, pada tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah, atau hari tasyrik, pemotongan hewan kurban masih diperbolehkan dan diharamkan untuk puasa. Saat-saat itulah salah satu momen terbaik untuk memanjatkan doa.

cara langsung begini. Tapi diberikan kepada ketua RT untuk kemudian dibagi-kan kepada warganya. Namun dengan cara seperti ini, daging kurban dapat langsung diberikan kepada yang berhak.” Pak Pendi menambahkan, dengan pembagian kurban langsung kepada warga, juga semakin mengakrabkan tali silaturrahim antara SBA dengan warga sekitar yang terjalin dengan baik.

Wajah-wajah bahagia dan terharu tampak dari warga yang menerima santu-nan kurban. “Saya terkejut sekali menerima daging kurban ini. Syukur Alhamdulillah, tidak menyangka akan dapat bagian daging,” ujar Ibu Karni, salah seorang penerima kurban yang sehari-harinya berjualan gorengan dengan mata berbinar-binar. Kebahagiaan senada juga diungkapkan oleh Ibu Siti Rohani yang pernah datang ke acara pengajian di SBA. “Saya senang sekali menerima kurban ini. Besok akan saya masak bumbu semur,” ujarnya ketika ditanya hendak dimasak apa daging tersebut.

Di penghujung pembagian kurban, rombongan anshor yang berkeliling mulai kewalahan menghadapi antusiasme dari warga sekitar. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangat mereka dalam

Peristiwa

Bagi Bang Faridz, panggilan akrab-nya, kisahnya menjadi pengamal Tarekat Naqsyabandiyah agak unik. Ia pernah berburu ilmu kanuragan sampai ke Banten, Sumedang dan kota lainnya. Beberapa tentara juga melakukannya. Tidak hanya berburu, ia juga dulu menga-malkan atau melakoni ilmu kejawen terse-but. Segalanya kemudian berubah ketika dirinya bertemu dengan jamaah SBA. Setelah diskusi mendalam, ia tersentak ketika ada beberapa pertanyaan yang mengusik pikirannya. Itulah yang kelak merubah mindset-nya.

“Ketika bersemedi, pikiran kan kosong, ada ruang hampa disana, tahu siapa yang masuk? Ketika menyebut nama Allah, apakah engkau dalam keadaan suci? Semua orang bisa menye-but nama Allah. Tapi apakah yakin kita bersama Allah?” Pertanyaan-pertanyaan tersebut membuatnya diam. Setelah direnungkan, Bang Faridz memutuskan untuk memohon petunjuk Allah SWT melalui sholat tahajud. Ia memohon jika yang dilakukannya tidak benar, maka sirnakanlah amalan-amalan itu. Setelah tahajud ia mencoba lagi hapalan-hapalan kejawen, namun semua hapalan hilang. Sirna sesuai doanya.

“Saya langsung berwudhu dan tahajud serta berdoa lagi, semoga diberi-kan kemudahan untuk mendalami Tarekat,” katanya lirih. Pada 25 Maret 1990, akhirnya ia berikrar untuk menjalani Tarekat Naqsyabandiyah pimpinan Sayyidi Syaikh Prof. DR. H. Kadirun Yahya di salah

satu surau YPDKY di Bandung. Ia kemu-dian mengikuti suluk (itikaf) pertamanya Mei 1990.

Sekolah di Amerika dan Bertugas ke Aceh

Kehidupannya pun terus bergulir. Dia menjadi sedikit dari perwira Angka-tan Laut yang berkesem-patan bersekolah di Amerika Serikat. Berang-

katlah dirinya ke Amerika dan baru pulang ke Indonesia tahun 1992. Seiring dengan kesibukannya, ia sempat “menghilang” dari kegiatan ibadah di surau. Pada tahun 1998, tiba-tiba Abangda In Malik

(almarhum) yang saat itu menja-bat sebagai Pengurus SBA mencarinya dengan menugaskan seorang jamaahnya, yang dipanggil Cak Mad. “Setelah sekian lama tidak bersurau, ada kekhawatiran akan dimarahin oleh Bang In, namun ternyata

malah disambut dengan senyuman. Beliau hanya bertanya kemana saja selama ini.” Itulah salah satu pertemuannya yang berkesan dengan Bang In. Setelah itu ia mulai rajin kembali bersurau di SBA.

Setelah beberapa kali ke SBA, tugas ke Aceh memanggilnya. Pada saat itu Aceh masih dalam situasi yang kurang kondusif dengan adanya perlawanan bersenjata di beberapa wilayah. Kemudian setelah memohon izin dan mendapatkan pengarahan dari pimpinan surau, ia berangkat ke Aceh. Selama bertugas di sana, Bang Faridz berupaya menerapkan ajaran-ajaran yang didapatkan di YPDKY dengan melaksanakan shalat, dzikir dan ketentuan syariat yang lain. Ia juga terus berusaha untuk tidak batal berwudhu.

Segudang pengalaman, didapatinya

Proses penyembelihan hewan kurban di Surau Baitul Amin (SBA) pada Idul Adha lalu (17/11). Seluruh hewan kurban di SBA telah diperiksa kesehatannya sebelum hari Idul Adha.

dok.

BA

MG

dok.

BA

MG

Idul Adha di Surau Baitul Amin:Doa Dalam Kurban

Page 5: Mozaik 2010 11

5

dilaksanakan dengan total sekitar 800 kantong daging kurban dibagikan kepada warga sekitar SBA yang berhak. Selain warga sekitar, pada hari pertama Idul Adha kurban juga dibagikan kepada pemerin-tahan setempat mulai dari Kelurahan Curug, Kecamatan Bojongsari, Koramil, Polsek Sawangan, Kantor Pos, Pokdarka-mtibmas Sektor Sawangan dan sebagainya. [DA/RHY/JH/NAV]

berbagi dan mencari jalan agar proses pembagian dapat berjalan dengan baik. “Akhirnya kami parkir mobil bak, lalu berkeliling menggunakan sepeda motor sambil membawa 10 sampai 15 kantong daging sekali jalan. Terbukti, lebih tertib,” kenang Bang Hari, panitia bagian keamanan.

Menjelang pukul 9 malam, pemba-gian kurban hari pertama selesai

selama di Aceh. Namun ada satu pengala-man berkesan yang selalu diingatnya. Jumat, 13 Februari 1999, ia harus melaku-kan perjalanan dari Lhokseumawe ke Langsa. Pada saat tersebut, ba’da sholat dhuha perasaan tidak tenang mulai meng-hampirinya. Kekhawatiran mulai muncul, hatinya pun bertanya-tanya. Untuk menenangkan diri ia mengambil wudhu dan sholat lagi. Kembali Bang Faridz melaksanakan sholat dan berdzikir lagi. Akhirnya dengan perasaan yakin ia berangkat juga ke Langsa sekitar jam 10 pagi. “Ternyata jam 11 kami diserang, namun syukur Alhamdulillah tidak ada peluru yang mengenai dan kami selamat. Kemudian, saya tersadar dan semakin meyakini dzikrullah,” ujar Bang Faridz.

Penerapan Akhlakul Karimah sebagai Komandan Pasmar-1

Berbagai jabatan strategis di Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL) telah diamanatkan kepada Bang Faridz. Saat ini, abangda kelahiran Sungai Gerong, 27 Desember 1959 tersebut menjabat sebagai Komandan Pasmar-1 yang ke tujuh menggantikan Brigadir Jenderal TNI (Mar) I Wayan Mendra. Ada sekitar 10.000 pasukan dibawah komand-onya yang tersebar di Surabaya, Makas-sar, Bitung, Kupang, Ambon dan Jayapura serta kawasan timur Indonesia lainnya. Seperti halnya jamaah lainnya di YPDKY, Bang Faridz berusaha untuk mengamal-kan budaya YPDKY yang sekarang dikenal dengan 7 Nilai Dasar Yayasan.

Sadar bahwa faktor leadership sangat menentukan dalam tugasnya, 7 Nilai Dasar Yayasan diupayakannya agar selalu menjadi pegangan. “Dulu saya dikenal temperamental, namun setelah mendalami tarekat perilaku saya berubah. Sepertinya ada yang mengingatkan agar tidak sombong,” ujarnya. Bagi sebagian besar anak buahnya, ia dikenal sebagai pimpinan yang ramah dengan mengede-pankan kerendahan hati.

“Kalau bisa disenyumin, kenapa harus dimarahin?”, tambahnya. Baginya pembinaan sumber daya manusia tidak hanya menyangkut aspek fisik saja. Aspek non-fisik juga sangat penting. Itulah mengapa ia lebih banyak mengandalkan sentuhan-sentuhan qolbu dalam memoti-vasi timnya.

Bang Faridz mengingatkan penting-nya bekerja dengan ikhlas dengan mengedepankan bersyukur, bersuka cita dan tidak mengeluh. “Dalam bekerja kita semua harus ikhlas dan mencintai apa yang kita kerjakan. Apapun yang ditugas-kan harus all out dan do the best”. Sebagai penutup ia menghimbau agar para ikhwan menjadikan Al Quran sebagai pedoman dan Rasul sebagai panutan dalam berperilaku serta jangan ragu-ragu berdzikir dan bertarekat. [JH]

Seperti kita ketahui, rukun Islam lainnya adalah mengucap syahadat dan menerima bahwa Allah SWT itu tunggal dan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Rasul Allah. Rukun kedua adalah menunaikan shalat lima kali sehari. Berpuasa pada bulan Ramadhan sebagai rukun ketiga. Keempat, mengeluarkan zakat. Kelima adalah haji bagi yang mampu. Seperti ketika menjalankan rukun-rukun Islam ini, saat seorang muslim menunaikan ibadah haji yang diharapkannya adalah ridho Allah SWT

dan meraih haji yang mabrur yang ganjarannya surga. Rasulullah SAW bersabda: “Haji yang penuh kebaikan (haji mabrur) adalah lebih baik dari dunia dan apa yang ada di dalam dunia. Haji mabrur tak ada baginya balasan, selain dari surga.’’ (HR Bukhari dan Muslim).

Kata ‘mabrur’ dalam bahasa Arab berasal dari kata ‘barra-yaburru- barran’ dan bermakna ‘taat berbakti’. Dalam kamus Al Munawwir Arab - Indonesia Terlengkap karangan Ahmad

Warson Munawwir ‘mabrur’ dijelaskan terkait dengan kata-kata ‘albirru’ yang maknanya adalah ketaatan, kesalehan atau kebaikan. Namun, apakah haji yang mabrur itu dan apakah kiat-kiat untuk menggapainya?

“Haji yang mabrur adalah ketika pulang semakin baik akhlaknya,” pesan putri pertama pendiri Yayasan Prof. Dr. Kadirun Yahya (YPDKY), Hj. Sri Hayati, SH, dalam tausyiahnya saat melepas jamaah calon haji, Minggu, 7 November 2010 lalu di Surau Baitul Amin (SBA), Bojongsari, Depok. Lebih lanjut, beliau menghimbau, “Hendaknya dalam melaksanakan ibadah haji, berempatilah dan peduli pada orang lain. Pedulilah dengan jamaah yang lain. Insya Allah segala urusan akan berjalan dengan baik,” lanjutnya. Dengan menekankan pada perilaku dan tindak tanduk dalam melaksanakan ibadah ini, Kak Yet, demikian sapaan akrab bagi beliau, mengatakan, “Haji yang mabrur adalah yang saat kita pulang kita bisa berdamai dengan semua orang disekitar kita.”

Acara pelepasan para calon jamaah haji tadi dilaksanakan dengan kenduri bersama Pimpinan YPDKY, Pengurus Surau Baitul Amin dan segenap jamaah Surau Baitul Amin. Rencananya, akan digelar acara penyambutan saat jamaah kembali dari Tanah Suci, tanggal 5 Desember 2010 nanti.

Terkait pentingnya akhlak dalam pelaksanaan ibadah haji, Allah SWT berfirman sebagaimana tercantum dalam Surat Al Baqarah ayat 197: “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi,

Pelaksanaan kurban di Surau Baitul Amin dimulai dari proses persiapan, yaitu pengadaan hewan kurban hingga penan-ganan pasca penyembelihan yang diakhiri dengan pendistribusian daging kurban. Pengadaan hewan kurban mengikuti yang disyaratkan dalam fikih serta himbauan dinas peternakan. Di samping cukup umur, tidak cacat, masalah kesehatan juga sangat diperhatikan. Saat penyembelihan, hewan kurban dibawa ke tempat pemoto-ngan setelah hewan kurban sebelumnya selesai disembelih. Sesudah dibaringkan, hewan disiram dengan air. Lalu doa dipan-jatkan, dan hewan kurban disembelih.

H. Akhmad Syukran Bestari, SE.MMSI, pengurus Surau Baitul Amin (SBA) dan DR.H. Akhmad Qadri Ramad-hany SH, MM, Ketua Badan Kerjasama Surau (BKS) DKI Jaya dan Banten yang melaksanakan penyembelihan pada Idul Adha tahun ini. Sebelum menyembelih masing-masing hewan, beliau memanjat-kan doa dan adzan. “Yang penting adalah proses pemotongan yang benar sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Insya Allah, perlakukan hewan kurban, sesuai tata cara Islam, kita ikuti,” papar Bang Arie, panggilan akrab H. Akhmad Syukran Bestari, SE, MMSI. Beliau meneruskan, “Kurban harus kita potong dengan benar.”

Saat pemotongan hewan kurban, kerjasama tim terlihat. Ada tim yang mem-baringkan hewan kurban, memegang hewan dan membersihkan darah dan kotoran. “Penyembelihan hewan kurban itu berawal dari masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Bagaimana perlakukan Nabi Ibrahim ke Ismail? Tentunya baik selay-

aknya seorang bapak kepada anaknya. Dengan baik pulalah hendaknya kita mem-perlakukan hewan kurban,” papar Bang Arie.

“Persiapan untuk kurban ini memakan waktu sekitar 8 hari,” ujar Bang Hanafi, anak surau (anshor) SBA yang tahun ini menjabat sebagai Koordinator Panitia Kurban. Ia menjelaskan, pada dasarnya seluruh anshor SBA adalah termasuk panitia kurban. Namun tiap tahunnya jabatan Koordinator panitia diberikan bergantian agar anshor dapat belajar. Banyak pengalaman dan pelaja-ran baru yang ia dapat pada gilirannya sebagai ketua panitia kurban tahun ini. Ia pun bersyukur pelaksanaan kurban tahun ini berjalan mulus tanpa hambatan dan kendala yang berarti.

Lebih lanjut ia menuturkan, bahwa tahun ini SBA memulai kerja sama dengan LM3 (Lembaga Mandiri Mengakar di Masyarakat) untuk pembelian hewan kurban. Total, ada 18 sapi yang dibeli SBA, dengan kriteria sapi bervariasi dari kelas 1 sampai kelas 3. Selain itu, SBA juga menerima sedekah kurban dari jamaah yang langsung berbentuk sapi sebanyak dua ekor. Secara total hewan kurban di Baitul Amin mencapai 25 ekor sapi. Tidak semua dari jamaah SBA – sebagian adalah kurban dari muslimin di dari lingkungan sekitar.

Sekitar sebulan sebelum Idul Adha dilakukan survey hewan kurban di beberapa titik di wilayah Bogor, Depok bahkan Jakarta untuk mendapatkan hewan kurban yang sehat dengan harga yang terjangkau. “Lihat saja sapinya

sehat-sehat. Ada dokter hewan yang ngecek. Saat belipun dua kali timbang, di tempat penjual dan di sini (SBA-red) diukur manual. Kalau tidak sesuai kita kemba-likan,” tandas Bang Arie. Kehatian-hatian menjadi poin penting dalam semua proses kurban di Surau Baitul Amin.

Perhatikan Faktor Kesehatan dan Ketertiban

Kondisi hewan kurban juga menjadi hal penting untuk diperhatikan. Pemerin-tah Kota Depok setiap tahunnya menyiap-kan dua atau tiga orang dokter hewan di tiap-tiap kelurahan untuk memeriksa kesehatan sapi dan kambing kurban sejak dua hari sebelum hari-H. Tugas para dokter hewan ini adalah untuk memberi-kan penyuluhan mengenai hewan yang layak untuk dikurban dan memberitahukan ciri-ciri hewan yang sakit. Di SBA, seorang dokter hewan datang untuk memeriksa kesehatan hewan kurban pada hari H–1, dan 2 orang anggota tim dokter hewan datang mengawasi saat pemotongan kurban.

Pembagian daging kurban bertepa-tan dengan dengan Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada Rabu 17 November 2010. Pembagiannya dilakukan melalui proses yang panjang, dilakukan oleh Pengurus dan segenap keluarga besar Surau Baitul Amin (SBA). Para anshor melakukan survey untuk memastikan penerima daging kurban dengan mengecek kembali data dari setiap RT yang ada di Desa Curug dan beberapa tempat di Depok. Hal ini dilakukan sekitar sebulan sebelumnya untuk memastikan mustahiq yang berhak menerima kurban dari SBA. Sekitar 5000 bungkus daging yang mempunyai berat satu setengah hingga dua kilogram dibagi-kan selama dua hari. Termasuk panti asuhan yang rutin menerima santunan dari SBA. "Panti asuhan yang kita bagi (daging kurban) termasuk yang berlokasi Jakarta," cerita Bang Arie lagi.

"Itu sudah menjadi kebiasaan kita, kita survey lalu kita kirim door to door. Umumnya karena paham, tidak ada penduduk yang mencoba mengantri di sini (surau-red) karena mereka yakin pasti mendapatkan," jelas beliau. Banyak sekali cerita yang didapatkan Mozaik saat mustahiq menerima kurban. Seseorang yang saking senangnya memeluk anshor yang tengah melaksanakan tugas mengirim daging.

Sore hari, pembagian daging kurban di lingkungan sekitar SBA mulai dilaksanakan. Beberapa orang anshor SBA berkeliling menggunakan sebuah mobil bak terbuka diikuti oleh anshor lainnya yang mengendarai sepeda motor. Para warga di RT 01, RW 03 menerima dengan antusias pembagian daging kurban yang diberikan langsung dari pintu ke pintu. Bapak Pendi, ketua RT 01 menceritakan, “Tahun-tahun sebelumnya pembagian kurban dari SBA tidak dengan

cara langsung begini. Tapi diberikan kepada ketua RT untuk kemudian dibagi-kan kepada warganya. Namun dengan cara seperti ini, daging kurban dapat langsung diberikan kepada yang berhak.” Pak Pendi menambahkan, dengan pembagian kurban langsung kepada warga, juga semakin mengakrabkan tali silaturrahim antara SBA dengan warga sekitar yang terjalin dengan baik.

Wajah-wajah bahagia dan terharu tampak dari warga yang menerima santu-nan kurban. “Saya terkejut sekali menerima daging kurban ini. Syukur Alhamdulillah, tidak menyangka akan dapat bagian daging,” ujar Ibu Karni, salah seorang penerima kurban yang sehari-harinya berjualan gorengan dengan mata berbinar-binar. Kebahagiaan senada juga diungkapkan oleh Ibu Siti Rohani yang pernah datang ke acara pengajian di SBA. “Saya senang sekali menerima kurban ini. Besok akan saya masak bumbu semur,” ujarnya ketika ditanya hendak dimasak apa daging tersebut.

Di penghujung pembagian kurban, rombongan anshor yang berkeliling mulai kewalahan menghadapi antusiasme dari warga sekitar. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangat mereka dalam

Bagi Bang Faridz, panggilan akrab-nya, kisahnya menjadi pengamal Tarekat Naqsyabandiyah agak unik. Ia pernah berburu ilmu kanuragan sampai ke Banten, Sumedang dan kota lainnya. Beberapa tentara juga melakukannya. Tidak hanya berburu, ia juga dulu menga-malkan atau melakoni ilmu kejawen terse-but. Segalanya kemudian berubah ketika dirinya bertemu dengan jamaah SBA. Setelah diskusi mendalam, ia tersentak ketika ada beberapa pertanyaan yang mengusik pikirannya. Itulah yang kelak merubah mindset-nya.

“Ketika bersemedi, pikiran kan kosong, ada ruang hampa disana, tahu siapa yang masuk? Ketika menyebut nama Allah, apakah engkau dalam keadaan suci? Semua orang bisa menye-but nama Allah. Tapi apakah yakin kita bersama Allah?” Pertanyaan-pertanyaan tersebut membuatnya diam. Setelah direnungkan, Bang Faridz memutuskan untuk memohon petunjuk Allah SWT melalui sholat tahajud. Ia memohon jika yang dilakukannya tidak benar, maka sirnakanlah amalan-amalan itu. Setelah tahajud ia mencoba lagi hapalan-hapalan kejawen, namun semua hapalan hilang. Sirna sesuai doanya.

“Saya langsung berwudhu dan tahajud serta berdoa lagi, semoga diberi-kan kemudahan untuk mendalami Tarekat,” katanya lirih. Pada 25 Maret 1990, akhirnya ia berikrar untuk menjalani Tarekat Naqsyabandiyah pimpinan Sayyidi Syaikh Prof. DR. H. Kadirun Yahya di salah

satu surau YPDKY di Bandung. Ia kemu-dian mengikuti suluk (itikaf) pertamanya Mei 1990.

Sekolah di Amerika dan Bertugas ke Aceh

Kehidupannya pun terus bergulir. Dia menjadi sedikit dari perwira Angka-tan Laut yang berkesem-patan bersekolah di Amerika Serikat. Berang-

katlah dirinya ke Amerika dan baru pulang ke Indonesia tahun 1992. Seiring dengan kesibukannya, ia sempat “menghilang” dari kegiatan ibadah di surau. Pada tahun 1998, tiba-tiba Abangda In Malik

(almarhum) yang saat itu menja-bat sebagai Pengurus SBA mencarinya dengan menugaskan seorang jamaahnya, yang dipanggil Cak Mad. “Setelah sekian lama tidak bersurau, ada kekhawatiran akan dimarahin oleh Bang In, namun ternyata

malah disambut dengan senyuman. Beliau hanya bertanya kemana saja selama ini.” Itulah salah satu pertemuannya yang berkesan dengan Bang In. Setelah itu ia mulai rajin kembali bersurau di SBA.

Setelah beberapa kali ke SBA, tugas ke Aceh memanggilnya. Pada saat itu Aceh masih dalam situasi yang kurang kondusif dengan adanya perlawanan bersenjata di beberapa wilayah. Kemudian setelah memohon izin dan mendapatkan pengarahan dari pimpinan surau, ia berangkat ke Aceh. Selama bertugas di sana, Bang Faridz berupaya menerapkan ajaran-ajaran yang didapatkan di YPDKY dengan melaksanakan shalat, dzikir dan ketentuan syariat yang lain. Ia juga terus berusaha untuk tidak batal berwudhu.

Segudang pengalaman, didapatinya

barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.”

Imam Al Ghazali dalam kitabnya, Ihya Ulumuddin, menjelaskan rafats adalah semua hal yang sia-sia, keji dan jijik dari

perkataan. Termasuk didalamnya bersenda gurau dan bermain-main dengan wanita dan perkataan tentang bersetubuh.

Mabrur dengan Islam KaffahNampaknya, dengan penekanan

pada menjaga perbuatan dan perkataan sebagaimana diperintahkan Allah SWT diatas, tak salah kiranya jika kita sebut bulan haji ini sebagai bulan akhlak. Pimpinan Yayasan, H. Abdul Khalik Fadjuani, SH, yang berkenan hadir dan memberikan sambutan, menyampaikan pesan yang sangat berharga tentang keutamaan akhlak, yakni bahwa

perjalanan haji adalah sebuah perjalanan ruhani yang menghidupkan akhlak. Pada kesempatan tersebut, beliau menyampaikan agar tidak bertengkar dan jangan mengucapkan hal-hal yang kotor.

“Betul betul kita bisa, jalani haji dengan Islam secara kaffah. Ciri haji Mabrur pulangnya menjadi orang yang rajin bersedekah, yang intinya akhlak, menjadi disayang Allah SWT adalah menjadi hatinya baik. Kita sudah tahu caranya,” demikian pesan beliau. Pimpinan Yayasan juga menghimbau untuk menjaga lisan kita, menyuarakan yang ada di hati kita.

Amarah adalah hal yang sulit dibendung. Namun, Pimpinan Yayasan mengatakan, “(Jika) Kesombongan dibuang semua (amarah) akan berhenti. Ketersinggungan adalah kesombongan yang tinggi, sehingga hendaknya yang dipelihara adalah sikap rendah hati. Selain rendah hati, sikap yang harus dipelihara adalah menyayangi alam semesta, selalu punya keinginan untuk memberi ke orang lain.”

Semoga para abang dan kakak kita para haji dan hajjah memperoleh kemabruran. Dan semoga kita semua dapat menyiapkan dan berbenah diri, melengkapi Islam kita sehingga kaffah, lengkap secara akidah, fiqih dan akhlak, serta menjadi pribadi-pribadi yang bertaqwa dan bermanfaat. Mengulang harapan Kak Yet dalam tausyiahnya, “Semoga tahun depan mendapat panggilan pula kita semua.” Amin yaa Robbal aalamiin. [RH]

Menggapai Haji Mabrur(Sambungan dari hal. 1)

Tim anshor SBA sedang mengangkut daging kurban pada Idul Adha lalu (17/11) untuk diserahkan langsung ke rumah para mustahiq. Sistem pembagian kurban door to door ini semakin memperkuat tali silaturrahim antar jamaah dan warga sekitar SBA serta tidak menimbulkan antrian yang membahayakan keselamatan.

Kenduri bersama jamaah calon haji Surau Baitul Amin (8/11). Dalam acara ini Pimpinan YPDKY menegaskan pentingnya membuang sifat sombong agar semua perasaan amarah bisa terhenti.

dok

. BA

MG

dok

. BA

MG

dok.

BA

MG

dok.

BA

MG

Page 6: Mozaik 2010 11

6

selama di Aceh. Namun ada satu pengala-man berkesan yang selalu diingatnya. Jumat, 13 Februari 1999, ia harus melaku-kan perjalanan dari Lhokseumawe ke Langsa. Pada saat tersebut, ba’da sholat dhuha perasaan tidak tenang mulai meng-hampirinya. Kekhawatiran mulai muncul, hatinya pun bertanya-tanya. Untuk menenangkan diri ia mengambil wudhu dan sholat lagi. Kembali Bang Faridz melaksanakan sholat dan berdzikir lagi. Akhirnya dengan perasaan yakin ia berangkat juga ke Langsa sekitar jam 10 pagi. “Ternyata jam 11 kami diserang, namun syukur Alhamdulillah tidak ada peluru yang mengenai dan kami selamat. Kemudian, saya tersadar dan semakin meyakini dzikrullah,” ujar Bang Faridz.

Penerapan Akhlakul Karimah sebagai Komandan Pasmar-1

Berbagai jabatan strategis di Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL) telah diamanatkan kepada Bang Faridz. Saat ini, abangda kelahiran Sungai Gerong, 27 Desember 1959 tersebut menjabat sebagai Komandan Pasmar-1 yang ke tujuh menggantikan Brigadir Jenderal TNI (Mar) I Wayan Mendra. Ada sekitar 10.000 pasukan dibawah komand-onya yang tersebar di Surabaya, Makas-sar, Bitung, Kupang, Ambon dan Jayapura serta kawasan timur Indonesia lainnya. Seperti halnya jamaah lainnya di YPDKY, Bang Faridz berusaha untuk mengamal-kan budaya YPDKY yang sekarang dikenal dengan 7 Nilai Dasar Yayasan.

Sadar bahwa faktor leadership sangat menentukan dalam tugasnya, 7 Nilai Dasar Yayasan diupayakannya agar selalu menjadi pegangan. “Dulu saya dikenal temperamental, namun setelah mendalami tarekat perilaku saya berubah. Sepertinya ada yang mengingatkan agar tidak sombong,” ujarnya. Bagi sebagian besar anak buahnya, ia dikenal sebagai pimpinan yang ramah dengan mengede-pankan kerendahan hati.

“Kalau bisa disenyumin, kenapa harus dimarahin?”, tambahnya. Baginya pembinaan sumber daya manusia tidak hanya menyangkut aspek fisik saja. Aspek non-fisik juga sangat penting. Itulah mengapa ia lebih banyak mengandalkan sentuhan-sentuhan qolbu dalam memoti-vasi timnya.

Bang Faridz mengingatkan penting-nya bekerja dengan ikhlas dengan mengedepankan bersyukur, bersuka cita dan tidak mengeluh. “Dalam bekerja kita semua harus ikhlas dan mencintai apa yang kita kerjakan. Apapun yang ditugas-kan harus all out dan do the best”. Sebagai penutup ia menghimbau agar para ikhwan menjadikan Al Quran sebagai pedoman dan Rasul sebagai panutan dalam berperilaku serta jangan ragu-ragu berdzikir dan bertarekat. [JH]

Bagi Bang Faridz, panggilan akrab-nya, kisahnya menjadi pengamal Tarekat Naqsyabandiyah agak unik. Ia pernah berburu ilmu kanuragan sampai ke Banten, Sumedang dan kota lainnya. Beberapa tentara juga melakukannya. Tidak hanya berburu, ia juga dulu menga-malkan atau melakoni ilmu kejawen terse-but. Segalanya kemudian berubah ketika dirinya bertemu dengan jamaah SBA. Setelah diskusi mendalam, ia tersentak ketika ada beberapa pertanyaan yang mengusik pikirannya. Itulah yang kelak merubah mindset-nya.

“Ketika bersemedi, pikiran kan kosong, ada ruang hampa disana, tahu siapa yang masuk? Ketika menyebut nama Allah, apakah engkau dalam keadaan suci? Semua orang bisa menye-but nama Allah. Tapi apakah yakin kita bersama Allah?” Pertanyaan-pertanyaan tersebut membuatnya diam. Setelah direnungkan, Bang Faridz memutuskan untuk memohon petunjuk Allah SWT melalui sholat tahajud. Ia memohon jika yang dilakukannya tidak benar, maka sirnakanlah amalan-amalan itu. Setelah tahajud ia mencoba lagi hapalan-hapalan kejawen, namun semua hapalan hilang. Sirna sesuai doanya.

“Saya langsung berwudhu dan tahajud serta berdoa lagi, semoga diberi-kan kemudahan untuk mendalami Tarekat,” katanya lirih. Pada 25 Maret 1990, akhirnya ia berikrar untuk menjalani Tarekat Naqsyabandiyah pimpinan Sayyidi Syaikh Prof. DR. H. Kadirun Yahya di salah

satu surau YPDKY di Bandung. Ia kemu-dian mengikuti suluk (itikaf) pertamanya Mei 1990.

Sekolah di Amerika dan Bertugas ke Aceh

Kehidupannya pun terus bergulir. Dia menjadi sedikit dari perwira Angka-tan Laut yang berkesem-patan bersekolah di Amerika Serikat. Berang-

katlah dirinya ke Amerika dan baru pulang ke Indonesia tahun 1992. Seiring dengan kesibukannya, ia sempat “menghilang” dari kegiatan ibadah di surau. Pada tahun 1998, tiba-tiba Abangda In Malik

(almarhum) yang saat itu menja-bat sebagai Pengurus SBA mencarinya dengan menugaskan seorang jamaahnya, yang dipanggil Cak Mad. “Setelah sekian lama tidak bersurau, ada kekhawatiran akan dimarahin oleh Bang In, namun ternyata

malah disambut dengan senyuman. Beliau hanya bertanya kemana saja selama ini.” Itulah salah satu pertemuannya yang berkesan dengan Bang In. Setelah itu ia mulai rajin kembali bersurau di SBA.

Setelah beberapa kali ke SBA, tugas ke Aceh memanggilnya. Pada saat itu Aceh masih dalam situasi yang kurang kondusif dengan adanya perlawanan bersenjata di beberapa wilayah. Kemudian setelah memohon izin dan mendapatkan pengarahan dari pimpinan surau, ia berangkat ke Aceh. Selama bertugas di sana, Bang Faridz berupaya menerapkan ajaran-ajaran yang didapatkan di YPDKY dengan melaksanakan shalat, dzikir dan ketentuan syariat yang lain. Ia juga terus berusaha untuk tidak batal berwudhu.

Segudang pengalaman, didapatinya

Profil Jamaah

“Kalau bisa disenyumin,

kenapa harus dimarahin?”

Di penghujung Oktober lalu, rombongan Surau Baitul Amin (SBA) Bojongsari, Depok, yang dipimpin Abangda H. Akhmad Syukran Bestari SE, MMSI dan Abangda Dr. H.M. Isa Indrawan SE, MM bersilaturahim ke salah seorang ikhwan yang juga menjabat sebagai Komandan Pasukan Marinir (Danpasmar) yaitu Brigjen TNI (Mar) Achmad Faridz Washington. Di lantai 2 Bhumi Marinir Karangpilang Surabaya, Mozaik mendapat kesempatan untuk berbincang-bincang tentang perjalanannya dalam berkarir maupun bersurau.

Suatu ketika Muhammad SAW didatangi seorang Arab Badui, dengan serta merta ia berlaku kasar dengan menarik selendang Muhammad, sehingga leher Beliau membekas merah. Orang Badui itu

bersuara keras, “Wahai Muhammad, perintahkan sahabatmu memberikan harta dari Baitul Maal!” Muhammad SAW menoleh kepadanya seraya tersenyum. Kemudian Beliau menyuruh sahabatnya memberi harta dari baitul maal kepadanya.

Ketika Beliau memberi hukuman keras terhadap orang-orang yang terlambat dan tidak ikut serta dalam perang Tabuk, Beliau masih tersenyum mendengarkan alasan mereka. Ka’ab RA berkata setelah mengungkapkan alasan orang-orang munafik dan sumpah palsu mereka: “Saya mendatangi Muhammad SAW ketika saya mengucapkan salam kepadanya, Beliau tersenyum, senyuman orang yang marah. Kemudian Beliau berkata, Kemari. Maka saya mendekati Beliau dan duduk di depan Beliau.”

(Disadur dari materi pelatihan Sufi Thinking SBA, Akhlak Sebagai Koridor)

Pengurus SBA - H. Akhmad Syukran Bestari (kiri), Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi YPDKY Medan - H. M. Isa Indrawan (tengah) dan Brigjen TNI (Mar) Achmad Faridz Washington (kanan) di sela acara Sertijab Danpasmar-1, Surabaya (16/9). Faridz mengaku yakin bahwa sholat dan dzikrullah membuat ia dan pasukannya diselamatkan oleh Allah SWT dari serangan hujan peluru di wilayah konflik pada tahun 1999.

dok

. BA

MG

dok

. BA

MG

Brigjen TNI (Mar) Achmad Faridz Washington:Jenderal Berkoridor Akhlakul Karimah

Rasulullah SAW Mengajarkan Untuk Tersenyum

Page 7: Mozaik 2010 11

7

selama di Aceh. Namun ada satu pengala-man berkesan yang selalu diingatnya. Jumat, 13 Februari 1999, ia harus melaku-kan perjalanan dari Lhokseumawe ke Langsa. Pada saat tersebut, ba’da sholat dhuha perasaan tidak tenang mulai meng-hampirinya. Kekhawatiran mulai muncul, hatinya pun bertanya-tanya. Untuk menenangkan diri ia mengambil wudhu dan sholat lagi. Kembali Bang Faridz melaksanakan sholat dan berdzikir lagi. Akhirnya dengan perasaan yakin ia berangkat juga ke Langsa sekitar jam 10 pagi. “Ternyata jam 11 kami diserang, namun syukur Alhamdulillah tidak ada peluru yang mengenai dan kami selamat. Kemudian, saya tersadar dan semakin meyakini dzikrullah,” ujar Bang Faridz.

Penerapan Akhlakul Karimah sebagai Komandan Pasmar-1

Berbagai jabatan strategis di Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL) telah diamanatkan kepada Bang Faridz. Saat ini, abangda kelahiran Sungai Gerong, 27 Desember 1959 tersebut menjabat sebagai Komandan Pasmar-1 yang ke tujuh menggantikan Brigadir Jenderal TNI (Mar) I Wayan Mendra. Ada sekitar 10.000 pasukan dibawah komand-onya yang tersebar di Surabaya, Makas-sar, Bitung, Kupang, Ambon dan Jayapura serta kawasan timur Indonesia lainnya. Seperti halnya jamaah lainnya di YPDKY, Bang Faridz berusaha untuk mengamal-kan budaya YPDKY yang sekarang dikenal dengan 7 Nilai Dasar Yayasan.

Sadar bahwa faktor leadership sangat menentukan dalam tugasnya, 7 Nilai Dasar Yayasan diupayakannya agar selalu menjadi pegangan. “Dulu saya dikenal temperamental, namun setelah mendalami tarekat perilaku saya berubah. Sepertinya ada yang mengingatkan agar tidak sombong,” ujarnya. Bagi sebagian besar anak buahnya, ia dikenal sebagai pimpinan yang ramah dengan mengede-pankan kerendahan hati.

“Kalau bisa disenyumin, kenapa harus dimarahin?”, tambahnya. Baginya pembinaan sumber daya manusia tidak hanya menyangkut aspek fisik saja. Aspek non-fisik juga sangat penting. Itulah mengapa ia lebih banyak mengandalkan sentuhan-sentuhan qolbu dalam memoti-vasi timnya.

Bang Faridz mengingatkan penting-nya bekerja dengan ikhlas dengan mengedepankan bersyukur, bersuka cita dan tidak mengeluh. “Dalam bekerja kita semua harus ikhlas dan mencintai apa yang kita kerjakan. Apapun yang ditugas-kan harus all out dan do the best”. Sebagai penutup ia menghimbau agar para ikhwan menjadikan Al Quran sebagai pedoman dan Rasul sebagai panutan dalam berperilaku serta jangan ragu-ragu berdzikir dan bertarekat. [JH]

Demikian ungkap Bang Fendi sambil berurai air mata. Ia adalah seorang peserta pelatihan Sufi Thinking di Surau Baitul Amin, 20-21 November 2010 lalu. Dirinya berhasil mencapai visi dua jamnya.

Ir. Jusron Faizal, yang mem-bawakan materi Visi-Misi, meminta peserta pelatihan untuk masing-masing membuat visi dua jam untuk mem-bantu mereka memahami konsep visi dan misi, dan kemudian mengap-likasikannya. Visi dan misi itu kemudian diuji dengan hasil yang akan didapat-kan dua jam kemu-dian, setelah para peserta melakukan Tantangan Hijrah, game kelompok.

Visi dibahasakan Bang Uconk, nama panggilan Ir. Jusron Faizal, sebagai ‘tempat’ yang akan dituju. Sementara Misi adalah alasan ‘kenapa’ melakukan sesuatu, dan Aksi adalah ‘apa dan bagaimana’ sesuatu dilakukan untuk mencapai visi.

Materi Visi-Misi ini adalah satu dari rangkaian materi dalam pelatihan Sufi Thinking. Pelatihan dua hari yang sudah dilakukan sejak tiga tahun lalu ini adalah pelatihan pengem-bangan diri reguler untuk jamaah Surau Baitul Amin. Materi yang disampaikan

antara lain adalah Paradigma, Mindset dan Value dan Keteladanan Rasulullah.

Hingga saat ini pelatihan Sufi Think-ing telah ada 28 angkatan, dan masing-

masingnya selalu mempunyai cerita tersendiri. “Satu hal yang menonjol di pelatihan Sufi Thinking adalah banyaknya orang yang mudah berbuat baik dan bersuka cita. Peserta dengan wajah ceria melahap semua tantangan yang diberi-kan,” tutur Bang Budi Nugroho yang bertugas sebagai Lead pelatihan. [NAV]

Seperti kita ketahui, rukun Islam lainnya adalah mengucap syahadat dan menerima bahwa Allah SWT itu tunggal dan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Rasul Allah. Rukun kedua adalah menunaikan shalat lima kali sehari. Berpuasa pada bulan Ramadhan sebagai rukun ketiga. Keempat, mengeluarkan zakat. Kelima adalah haji bagi yang mampu. Seperti ketika menjalankan rukun-rukun Islam ini, saat seorang muslim menunaikan ibadah haji yang diharapkannya adalah ridho Allah SWT

dan meraih haji yang mabrur yang ganjarannya surga. Rasulullah SAW bersabda: “Haji yang penuh kebaikan (haji mabrur) adalah lebih baik dari dunia dan apa yang ada di dalam dunia. Haji mabrur tak ada baginya balasan, selain dari surga.’’ (HR Bukhari dan Muslim).

Kata ‘mabrur’ dalam bahasa Arab berasal dari kata ‘barra-yaburru- barran’ dan bermakna ‘taat berbakti’. Dalam kamus Al Munawwir Arab - Indonesia Terlengkap karangan Ahmad

Warson Munawwir ‘mabrur’ dijelaskan terkait dengan kata-kata ‘albirru’ yang maknanya adalah ketaatan, kesalehan atau kebaikan. Namun, apakah haji yang mabrur itu dan apakah kiat-kiat untuk menggapainya?

“Haji yang mabrur adalah ketika pulang semakin baik akhlaknya,” pesan putri pertama pendiri Yayasan Prof. Dr. Kadirun Yahya (YPDKY), Hj. Sri Hayati, SH, dalam tausyiahnya saat melepas jamaah calon haji, Minggu, 7 November 2010 lalu di Surau Baitul Amin (SBA), Bojongsari, Depok. Lebih lanjut, beliau menghimbau, “Hendaknya dalam melaksanakan ibadah haji, berempatilah dan peduli pada orang lain. Pedulilah dengan jamaah yang lain. Insya Allah segala urusan akan berjalan dengan baik,” lanjutnya. Dengan menekankan pada perilaku dan tindak tanduk dalam melaksanakan ibadah ini, Kak Yet, demikian sapaan akrab bagi beliau, mengatakan, “Haji yang mabrur adalah yang saat kita pulang kita bisa berdamai dengan semua orang disekitar kita.”

Acara pelepasan para calon jamaah haji tadi dilaksanakan dengan kenduri bersama Pimpinan YPDKY, Pengurus Surau Baitul Amin dan segenap jamaah Surau Baitul Amin. Rencananya, akan digelar acara penyambutan saat jamaah kembali dari Tanah Suci, tanggal 5 Desember 2010 nanti.

Terkait pentingnya akhlak dalam pelaksanaan ibadah haji, Allah SWT berfirman sebagaimana tercantum dalam Surat Al Baqarah ayat 197: “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi,

Bagi Bang Faridz, panggilan akrab-nya, kisahnya menjadi pengamal Tarekat Naqsyabandiyah agak unik. Ia pernah berburu ilmu kanuragan sampai ke Banten, Sumedang dan kota lainnya. Beberapa tentara juga melakukannya. Tidak hanya berburu, ia juga dulu menga-malkan atau melakoni ilmu kejawen terse-but. Segalanya kemudian berubah ketika dirinya bertemu dengan jamaah SBA. Setelah diskusi mendalam, ia tersentak ketika ada beberapa pertanyaan yang mengusik pikirannya. Itulah yang kelak merubah mindset-nya.

“Ketika bersemedi, pikiran kan kosong, ada ruang hampa disana, tahu siapa yang masuk? Ketika menyebut nama Allah, apakah engkau dalam keadaan suci? Semua orang bisa menye-but nama Allah. Tapi apakah yakin kita bersama Allah?” Pertanyaan-pertanyaan tersebut membuatnya diam. Setelah direnungkan, Bang Faridz memutuskan untuk memohon petunjuk Allah SWT melalui sholat tahajud. Ia memohon jika yang dilakukannya tidak benar, maka sirnakanlah amalan-amalan itu. Setelah tahajud ia mencoba lagi hapalan-hapalan kejawen, namun semua hapalan hilang. Sirna sesuai doanya.

“Saya langsung berwudhu dan tahajud serta berdoa lagi, semoga diberi-kan kemudahan untuk mendalami Tarekat,” katanya lirih. Pada 25 Maret 1990, akhirnya ia berikrar untuk menjalani Tarekat Naqsyabandiyah pimpinan Sayyidi Syaikh Prof. DR. H. Kadirun Yahya di salah

satu surau YPDKY di Bandung. Ia kemu-dian mengikuti suluk (itikaf) pertamanya Mei 1990.

Sekolah di Amerika dan Bertugas ke Aceh

Kehidupannya pun terus bergulir. Dia menjadi sedikit dari perwira Angka-tan Laut yang berkesem-patan bersekolah di Amerika Serikat. Berang-

katlah dirinya ke Amerika dan baru pulang ke Indonesia tahun 1992. Seiring dengan kesibukannya, ia sempat “menghilang” dari kegiatan ibadah di surau. Pada tahun 1998, tiba-tiba Abangda In Malik

(almarhum) yang saat itu menja-bat sebagai Pengurus SBA mencarinya dengan menugaskan seorang jamaahnya, yang dipanggil Cak Mad. “Setelah sekian lama tidak bersurau, ada kekhawatiran akan dimarahin oleh Bang In, namun ternyata

malah disambut dengan senyuman. Beliau hanya bertanya kemana saja selama ini.” Itulah salah satu pertemuannya yang berkesan dengan Bang In. Setelah itu ia mulai rajin kembali bersurau di SBA.

Setelah beberapa kali ke SBA, tugas ke Aceh memanggilnya. Pada saat itu Aceh masih dalam situasi yang kurang kondusif dengan adanya perlawanan bersenjata di beberapa wilayah. Kemudian setelah memohon izin dan mendapatkan pengarahan dari pimpinan surau, ia berangkat ke Aceh. Selama bertugas di sana, Bang Faridz berupaya menerapkan ajaran-ajaran yang didapatkan di YPDKY dengan melaksanakan shalat, dzikir dan ketentuan syariat yang lain. Ia juga terus berusaha untuk tidak batal berwudhu.

Segudang pengalaman, didapatinya

Peristiwa

"Saya dulu pernah kehilangan segalanya karena tidak jujur dalam bekerja. Tadi, sebelum tantangan hijrah, saya menulis visi dua jam saya adalah menjadi orang yang jujur. Pada permainan tantangan tadi, saat mata saya ditutup kain, saya sebetulnya masih bisa mengintip. Namun saya tetap menutup mata."

barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.”

Imam Al Ghazali dalam kitabnya, Ihya Ulumuddin, menjelaskan rafats adalah semua hal yang sia-sia, keji dan jijik dari

perkataan. Termasuk didalamnya bersenda gurau dan bermain-main dengan wanita dan perkataan tentang bersetubuh.

Mabrur dengan Islam KaffahNampaknya, dengan penekanan

pada menjaga perbuatan dan perkataan sebagaimana diperintahkan Allah SWT diatas, tak salah kiranya jika kita sebut bulan haji ini sebagai bulan akhlak. Pimpinan Yayasan, H. Abdul Khalik Fadjuani, SH, yang berkenan hadir dan memberikan sambutan, menyampaikan pesan yang sangat berharga tentang keutamaan akhlak, yakni bahwa

perjalanan haji adalah sebuah perjalanan ruhani yang menghidupkan akhlak. Pada kesempatan tersebut, beliau menyampaikan agar tidak bertengkar dan jangan mengucapkan hal-hal yang kotor.

“Betul betul kita bisa, jalani haji dengan Islam secara kaffah. Ciri haji Mabrur pulangnya menjadi orang yang rajin bersedekah, yang intinya akhlak, menjadi disayang Allah SWT adalah menjadi hatinya baik. Kita sudah tahu caranya,” demikian pesan beliau. Pimpinan Yayasan juga menghimbau untuk menjaga lisan kita, menyuarakan yang ada di hati kita.

Amarah adalah hal yang sulit dibendung. Namun, Pimpinan Yayasan mengatakan, “(Jika) Kesombongan dibuang semua (amarah) akan berhenti. Ketersinggungan adalah kesombongan yang tinggi, sehingga hendaknya yang dipelihara adalah sikap rendah hati. Selain rendah hati, sikap yang harus dipelihara adalah menyayangi alam semesta, selalu punya keinginan untuk memberi ke orang lain.”

Semoga para abang dan kakak kita para haji dan hajjah memperoleh kemabruran. Dan semoga kita semua dapat menyiapkan dan berbenah diri, melengkapi Islam kita sehingga kaffah, lengkap secara akidah, fiqih dan akhlak, serta menjadi pribadi-pribadi yang bertaqwa dan bermanfaat. Mengulang harapan Kak Yet dalam tausyiahnya, “Semoga tahun depan mendapat panggilan pula kita semua.” Amin yaa Robbal aalamiin. [RH]

Tikus, rayap, dan berbagai

serangga mengancam...

Melayani:General Pest ControlPengendalian nyamuk, kecoa, semut, lalat, laba laba, dan berbagai hama lainnya dengan Spraying System & Fogger (indoor) dan Fogging (outdoor).

Rodent ControlPengendalian tikur dengan rat poison (baiting system) tipe “Anticoagulant” yang ramah lingkungan dan aman bagi manusia.

Termite ControlPengendalian rayap dengan 2 cara yaitu Barrier & Baiting (Sentricon).

GRATIS Survey & KonsultasiHarga Terjangkau

Garansi Treatment

Para peserta pelatihan Sufi Thinking (21/11) sedang menyusun strategi penyelesaian game bersama kelompoknya. Walaupun disusun berdasarkan modul terencana, pelatihan Sufi Thinking selalu memberikan pengalaman yang berbeda bagi pesertanya dalam setiap penyelengaraannya.

dok

. BA

MG

dok

. BA

MG

Pelatihan Sufi Thinking:Selalu ada Pengalaman Unik

SUARA PERTANIAN KALIMANTAN

Sumber Referensi Investasi Agribisnis

di Kalimantan

Majalah Triwulan

Kontak Redaksi:Tel : (0561) 761 168Fax : (0561) 765 900Email : [email protected]

Page 8: Mozaik 2010 11

8

Jual Kelambu Suluk seharga Rp100.000 s/d Rp 200.000 sesuai pesanan. Hubungi Kak Itoh 081318006906--------------------------------------------Jual Macam-macam Handuk Hubungi: Kak Siti / Bang Eko telp. (021) 94602055, 081229113153--------------------------------------------Melayani pembuatan 3D Impression dari gambar draft bangunan. 085781336980 & 021-93895967, www.mitrakreatif.com.--------------------------------------------Ada yang ingin anda tanyakan kepada tim redaksi Mozaik Surau? Kirimkan email anda ke [email protected], atau kunjungi http://media.baitulamin.org dan http://facebook.com/mozaiksurau. Surat dapat dikirimkan ke alamat Surau Baitul Amin, Bojongsari, Depok.--------------------------------------------Pasang Iklan di Mozaik Surau. Iklan baris hanya Rp.10.000/baris. Iklan display mulai dari Rp.125.000/baris.--------------------------------------------

Ingin berlangganan Mozaik Surau? Cukup dengan donasi Rp. 10.000 ,-/tahun versi elektronik (PDF) Mozaik Surau akan langsung dikirimkan ke alamat email anda. Keterangan selengkapnya, hubungi: [email protected], atau kunjungi: http://media.baitulamin.org.

Siapa tahu ada diantara iklan baris ini yang bermanfaat untuk anda.

BACA INI JUGA

Suasana akrab diwarnai canda tawa di awal pertama November lalu menggulir-kan persiapan Festival Baitul Amin (Fesba) 2011. Sekitar 30 abang dan kakak para jamaah Surau Baitul Amin (SBA), Bojong-sari, Depok, membahas bersama hal-hal yang akan membentuk perencanaan ajang silaturahim yang akan digelar untuk menyambut tahun baru Islam, 1 Muharram 1433, di penghujung tahun 2011 nanti.

Saat membuka acara, Abang Fajar Setiarama, yang akan menjadi lead panitia menyampaikan pesan Pengurus II SBA, H. Akhmad Syukran Bestari, SE, MMSI, agar proses perencanaan Fesba dan persiapan acara yang akan berjalan setahun ke depan menjadi lahan berkarya dan bersila-turahim semua jamaah.

Kesempatan untuk ikut serta dalam persiapan Fesba 2011 ini terbuka luas

bagi semua ikhwan dan ukhti; anak surau (anshor, panggilan bagi jamaah yang menetap di Surau), tim fasilitator pelatihan SBA (FIFAS), tim As-Guard, abang dan kakak yang menjadi ‘cadangan’ anshor. Tak ketinggalan, para remaja anggota Youth Club Baitul Amin (YCBA).

“Abang dan Kakak dari surau atau tempat wirid lainnya juga dapat bergabung. Sebagai karya bersama, Insya Allah kita sukseskan Fesba 2011,” demikian ungkap Bang Fajar kepada Mozaik.

Sebelumnya Surau Baitul Amin telah menggelar Festival Baitul Amin 2010 pada Maret lalu. Dalam kegiatan tersebut disajikan Kompetisi Marawis FreeStyle, Khitanan Masal, Bazaar dan Pasar Rakyat, serta pertunjukan musik bernuansa tasawuf dari band DEBU. Acara yang dihadiri oleh ribuan pengunjung tersebut menjadi ajang silaturrahim jamaah surau-surau YPDKY dan masyarakat Jabodetabek.

Mau tahu info terbaru tentang Fesba 2011? Simak terus websitenya di: http://festival.baitulamin.org. [RH/MFH]

Awalnya hanyalah obrolan ringan antara tim BAMG dan anshor Surau Baitul Amin (SBA) yang mengelola Perpustakaan Baitul Amin (Perpusba) pada Selasa malam lalu (23/11). Dari situ muncul berbagai gagasan tentang bagaimana memberikan pelayanan terbaik dan kenya-manan lebih bagi anggota dan pengun-jung Perpusba.

Salah satu gagasan yang bisa segera diwujudkan adalah pembangunan situs web Perpusba. Dengan memanfaat fasilitas gratis Blogger.com dari Google, saat ini situs web tersebut telah menyaji-kan beberapa informasi buku koleksi Perpusba berupa sinopsis dan cuplikan elektronik (e-preview). Selain itu juga tersedia beberapa buku elektronik

(e-book) yang bisa diunduh gratis.

Situs web tersebut meru-pakan inisiatif dari tim anshor.

Sedangkan tim BAMG membantu dalam sisi teknis. Sedikit demi sedikit situs terse-but diharapkan akan semakin lengkap dengan berbagai artikel seputar Perpusba, bahkan informasi semua judul buku koleksi Perpusba. Bagaimana mungkin menyajikan informasi koleksi buku yang berjumlah lebih dari 3.000 judul?

“Seperti ‘makan gajah’. Kalau dimakan sendirian, pasti tidak akan pernah habis. Makannya harus bareng-bareng.”, ungkap Ir. Jusron Faizal selaku koordinator media online BAMG.

Ingin ikut ‘makan gajah’? Kunjungi http://pustaka.baitulamin.org, kemudian klik ‘Follow’ atau ‘Ikuti’ pada sidebar untuk mulai bergabung. [MFH]

Seperti ‘Makan Gajah’

Festival Baitul Amin 2011

Inisiasi Layanan Online Perpusba

Sebagian dari penggiat SBA bersilaturrahim pada awal November lalu (5/11) saling melemparkan gagasan untuk mempersiapkan Festival Baitul Amin 2011 mendatang.

by Email

http://media.baitulamin.org

dok.

BA

MG

dok.

BA

MG

Silaturahim Awali Proses Berkarya