MP MKPD

Embed Size (px)

Citation preview

BAB III METODE PENELITIAN KUANTITATIF

3.1. Definisi Metode Kuantitatif Menurut Sugiono (2008), metode kuantitatif adalah pendekatan ilmiah yang memandang suatu realitas itu dapat diklasifikasikan,konkrit,teramati dan terukur,hubungan variabelnya bersifat sebab akibat dimana data penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik. 3.2. Pendekatan Analisis Kuantitatif Pendekatan analisis kuantitatif terdiri atas perumusan masatah, menyusun model, mendapatkan data, mencari solusi, menguji solusi, menganalisis hasil, dan menginterprestasikan hasil 3.3. Pemilihan Metode Kuantitatif Metode dipilih sesuai dengan tujuan penelitian, setiap peneliti perlu mengidenitifikasi apakah data yang dimiliki memenuhi asumsi dasar yang harus dipenuhi setiap teknik, tahapan awal adalah metakukan seleksi (screening) data, yakni mengenali prilaku data,ada atau tidaknya nilai ekstrem (outliers), lengkap tidaknya data, dan desknpsi secara statistik dari data yang dimiliki.Format penelitian kuantitatif dalam ilmu sosial tergantung pada permasalahan dan tujuan penelitian itu sendiri. Ada dua format penelitian kuantitatif berdasarkan paradigma dominan dalam metodologi penelitian kuantitatif yaitu format deskriptif dan format eksplanasi. Kedua format ini dijelaskan sebagai berikut

Gambar; Format Penelitian Kuantitatif Sumber; Bungin (2008)

3.3.1..Metode Survei Metode ini digunakan pada populasi yang luas dan menyebar,memungkinakan dilakukannya generalisasi suatu gejala sosial tertentu kepada gejala sosial dengan populasi yang lebih besar.Analisis yang muncul bukan kasus per kasus tetapi keseluruhan populasi. 3.3.2.Metode Kasus Metode kasus memusatkan diri pada suatu unit tertentu dari berbagai variabel dan hanya menggunakan kasus tertentu sebagai object penelitian,bersifat mendalam,dan bersifat kasuistik terhadap object pebelitian tersebut. 3.3.3. Metode Eksplanasi Metode yang menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap populasinya ,dimana menggunakan sampel dan hipotesis dan untuk menguji hipotesisnya menggunakan statistik inferensial.

3.4. Proses Penelitian Kuantitatif Substansi proses penelitian kuantitatif menutut Bungin (2008) terdiri dari aktivitas yang berurutan sebagai berikut ;1. 2. 3. 4. 5. 6.

Mengeksplorasi, perumusan, dan penentuan masatah yang akan diteliti Mendesain model penelitian dan parameter penelitian Mendesain instrumen pengumpulan data penelitian Melakukan pengumpulan data penelitian Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian Mendesain laporan hasil penelitian

Proses penelitian kuantitatif dimulai dengan kegiatan mengeksplorasi untuk melihat permasaiahan yang akan menjadi masalah yang hendak diteliti. Kemudian merumuskan masaiah penetitian dengan jelas sehingga terarah. masatah dalam penetitian kuatitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada dilapangan.berdasarkan rumusan masalah tersebut,dikumpulkan teori dan penelitian yang relevan untuk digunakan membuat disain model penelitian dan parameter penelitian sekaligus sebagai dasar pembuatan hiptesis.Agar suatu penelitian itu tepat sasaran dan mengarah ke tujuan maka didisainlah instrumen untuk pengumpulan data penelitian yang sebelumnya telah diuji bahwa instrumen tersebut valid dan reliabel untuk dijadikan sebagai alat pengumpulan data. Setelah data terkumpul maka diolah dan dianalisis yang mengarah pada hipotesis yang telah diajukan.Analisis data menggunakan statistik baik berupa statistik diskriptif maupun statistik infirensial

tergantung pada metode yang digunakan.Hasil penelitian diuraikan dalam bentuk pembahasan yang kemudian disimpulkan dan dibuat saran.Setelah itu didisain laporan hasil penelitian yang mudah untuk dipahami oleh orang lain.

. 3.5. Pengertian Teori Menurut Sugiyono (2008 ), teori merupakan suatu kumpulan konsep (concept), definisi, proposisi dan variabel yang keterkaitan antara satu sama lain secara sistematis dan telah digeneralisasikan, sehingga dapat menjelaskan dan mempredeksi fenomena (fakta-fakta) tertentu. Peneliti bekerja atas dasar teori yang relevan. Sejauh teori yang digunakan adalah baik dan sesuai dengan keadaan, maka peneliti akan berhasil menjelaskan fenomena yang dimaksud. Suatu teori berguna untuk mendefinisikan suatu masalah yang didalamnya ada variabel-variabel tertentu,untuk mengartikan data dan fenomena-fenomena yang ditemukan. Sugiyono (2008), Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjetaskan dan meramalkan fenomena.suatu teori akan memperoleh arti penting, bifa ia lebih banyak dapat melukiskan, dan meramalkan gejala yang ada. Mark 1963, dalam (Sugioyono, 2008), membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga macam teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris, dan dibedakan sebagai berikut ; 1. Teori deduktif; memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data yang akan diterangkan. 2. Teori induktif, cara menerangkan adatah dari data ke arah teori.. 3. Teori fungsional; datam hal ini tampak suatu interaksi pengaruh antar data dan perkiraan teoritis, data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data.

Selanjutnya Hoy & Miskel (2001) dalam Huda (2007), mengemukakan bahwa komponen teori itu meliputi konsep dan asumsi. Konsep merupakan istilah yang bersifat abstrak dan bermakna generalisasi. Sedangkan asumsi merupakan pernyataan diterima kebenarannya tanpa pembuktian. Setiap teori akan mengalami perkembangan, dan perkembangan itu terjadi apabila teori sudah tidak relevan dan kurang berfungsi lagi untuk mengatasi masalah. Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif teori yang digunakan harus sudah jelas, karena teori disini akan berfungsi untuk memperjelas masatah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyususn instrumen penelitian. Oleh karena itu landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai. Agar teori dapat dipahami dengan lebih baik, maka perlu dipaparkan masing-masing komponen teori sebagai berikut ; 3.5.1. Konsep Konsep merupakan sejumlah ciri yang berkaitan dengan suatu obyek atau standar yang umum atas obyek tersebut. Menurut Bungin (2008), konsep adatah generalisasi dari sekelompok fenomena yang sama. Konsep dibangun dari teori-teori yang digunakan untuk menjetaskan variabet-variabet yang akan diteliti dan memiliki tingkat generalisasi yang berbeda satu dengan lainnya. Konsep harus merupakan atribut berbagai kesamaan dari fenomena yang berbeda. Setiap penelitian kuantitatif dimulai dengan menjelaskan konsep penelitian yang digunakan, karena konsep penelitian ini merupakan kerangka acuan peneliti didalam mendesain penelitian. Konsep juga dibangun agar masyarakat akademik atau masyarakat ilmiah maupun konsumen atau pembaca laporan penelitian memahami apa yang dimaksud

dengan pengertian variabel, indikator, parameter, maupun skala pengukuran yang dimaksud peneliti didalam penelitiannya. Dalam mendesaian konsep penelitian, yang terpenting juga bagi peneliti harus mendesain konsep interaksi antar variabel-variabel penelitiannya. Karena itu peneliti harus menentukan pilihan sebenamya dari interaksi antar variabelvariabel itu. Disamping mengonsepsi interaksi antar variabel-variabel penelitian, perlu pula sebuah variabel didesain menurut apa yang diinginkan oleh peneliti dalam penelitiannya. Selain mendesain variabel serta interaksi variabel-variabel penelitian, maka berikutnya pene(iti juga harus mendesain konsep penelitian dan konsep operasional. Konsep penelitian didesain untuk memberi batasan pemahaman terhadap variabel penelitian, sedangkan konsep operasional dimuat untuk membatasi parameter atau indikator yang diinginkan peneliti dalam penelitian,sehingga apapun variabel penelitian, semuanya hanya muncul dari konsep tersebut. 3.5.2. Variabel Burhan Bungin ( 2008), mendefinisikan bahwa variabel berasal dari bahasa Inggris variable yang berarti faktor tidak tetap atau berubah-ubah. Namun bahasa Indonesia kontemporer telah terbiasa menggunakan kata variabel ini dengan pengertian yang lebih tepat disebut bervariasi. Dengan demikian variabel adalah fenomena yang bervariasi dalam bentuk, kualitas, kuantitas, mutu standar dan sebagainya. Penjelasan-penjetasan mengenai variabel sangat bervariasi sebagaitnana bervariasinya variabel itu sendiri. Dalam pengertian yang lebih konkret variabel itu sendiri adalah konsep dalam bentuk konret atau konsep operasionai, penjelasan semacam ini adalah tergantung pula pada jenis penetitian yang dilakukan. Dalam penelitian kebijakan sosial, konsep dan variabel dibedakan dari sifat kompleksnya. Konsep biasanya digunakan dalam mendeskripsikan segala

variabel yang abstrak dan kompleks, sedangkan variabel diartikan sebagai konsep yang lebih konkret dan acuan-acuannya lebih nyata. Fungsi variabel dapat dibedakan menurut jenis dan macamnya, variabel dapat dibedakan menjadi 7 (Solimun, 2003), yaitu : (1) . Dependent variable (variabel tergantung) Suatu variabel yang menjadi pusat perhatian penefiti (tercakup dalam hipotesis penelitian), yang keragamannya ditentukan / tergantung ! dipengacuhi oleh variabel lainnya. (2). Independent variable (variabel bebas) Suatu variabel yang menjadi pusat perttatian peneliti, yang keragamanrrya mempakan kondisi yang ingin diselidiki 1 diteliti I dikaji dan mempengaruhi variabel tergantung. (3). Intervene variable (variabel antara) Adalah variabel yang bersifat menjadi perantara (sarana) dari hubungan variable bebas ke variabel tergantung. Sifatnya dapat memperlemah atau memperkuat pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung. (4). Moderator variable Adalah variabel yang bersifat memperkuat atau memperlemah pengaruh variable bebas terhadap variabel tergantung. (5). Confounding variabel ( variabet pembaur ) Variabel yang tidak menjadi pusat perhatian peneliti (tidak tercakup dalam hipotesis penelitian), tetapi muncul dalam penelitian dan berpengaruh .terhadap variabel tergantung dan pengaruh tersebut mencampuri atau berbaur dengan variable bebas. (6). Control vuriable (Variabel kendali)

Adalah variabel pembaur yang dapat dikendalikan pada saat riset desain. Pengendalian ini biasanya ditakukan dengan cara eblusi (mengeluarkan obyek yang tidak memenuhi kriteria) dan inklusi (menjadikan obyek yang memenuhi kriteria untuk diikutkan dalam sample penelitian), atau dengan blocking yaitu mengelompokkan obyek penelitian menjadi kelompokkelompok yang reiatif homogen. (7). Concomitunt variable (variable penyerta) Adatah variabel pembaur yang tidak dapat dikendalikan pada saat riset desain. Variabel ini tidak dapat dikendalikan sehingga tetap menyertai (terikut) daiam proses penelitian, dengan konsekuensi data haruss diamati dan pengaruh baumya harus dieliminir. 3.5.3. Proposisi Proposisi, menurut Emory dan Cooper (1996) dalam Huda (2007), merupakan suatu peryataan mengenai konsep-konsep yang dapat dinilai benar atau salah melalui suatu fenomena yang diamati. Misalnya, makin siang mahasis;wa belajar, maka makin kecil kemampuan mereka dalam menyerap isi pelajaran. Pemyataan ini adalah sebuah proposisi. Bilamana suatu proposisi dirumuskan untuk diuji secara empiris , maka proposisi tersebut disebut hipotetis, hipotetis bersifat sementara atau dugaan sementara. 3.5.4. Hipotesis Sugiyono (2002),Hipotesis merupakan pernyataan sementara dari rumusan masalah yang perlu dibuktikan benar atau tidak. Jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan belum didasarkan pada fakta empiris dalam kenyataannya (empirical verivication). Menurut Nazir ( 2005 ; 151), mendefinisikan hiprAesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa yang kita cari atau yang ingin kita pelajari. Hipotesis adalah

pemyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenai dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks,. Dalam penelitian kuantitatif, ada pembagian jenis hipotesis (Bungin;2008) meliputi; (1 ). Hipotesis nol (Ho) Hipotesis nol disebut dengan hipotesis statistik yaitu hipotesis yang diuji dengan statistik. (2) Hipotesis altematif (H1) Hipotesis alternative juga disebutt sebagai hipotesis kerja atau hipotesis penelitian. Untuk menguji hipotesis pilihlah uji statistik yang modelnya paling mendekati asumsi atau persyaratan yang memperbotehkan penggunaan uji tersebut dengan mempertmbangkan jenis data dan skala pengukuran data yang dipergunakan.selanjutnya tentukan taraf signifikansi dan besar sampel penelitian,hitunglah harga uji statistiknya dengan menggunakan sampel-sampelnya. .Ambil keputusaan dan kesimpulan : apakah Ho diterima atau ditolak, berdasarkan taraf signifikansi tertentu. 3.6. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang menjadi sumber data

penelitian.Dalam peneiitian yang biasa dilakukan, seringkali peneliti dihadapkan kepada keterbatasan waktu, biaya dan tenaga untuk mengumpulkan informasi dari obyek yang diamati. Oleh karena itu sering sekali peneliti hanya mengambil sebagian saja dari obyek telitian. Kelompok induk besar tersebtrt disebut populasi dan sub kelompok dari anggota populasi disebut dengan sampel (Bungin;2008). Pada umumnya penelitian yang dilakukan oleh para peneliti hanya berdasarkan kepada sampel. Penelitian yang berdasarkan kepada sampel ini mempunyai keuntugan-keuntungan

seperti : dapat menghemat biaya (reduced cost), menghemat waktu (time save), menghemat tenaga (energy suve), infomasi yang diperoleh lebih teliti (greater accuracy) karena elemen yang diamati lebih sedikit. Oleh karena hasil penelitian bertujuan untuk digeneralisasikan bagai populasinya, maka penarikan sampel harus dilakukan dengan metoda yang benar, seperti: (1) memberikan gambaran yang dapat dipercaya terhadap populasi yang diteliti, (2) mempunyai tingkat presisi tertentu / standar penyimpangan, (3) sederhana sehingga mudah dilaksanak.an, (4) dapat memberikan keterangan yang sebanyak mungkin dengan waktu dan biaya yang serendah mungkin (Djarwanto,dalam Huda 2007). Sampel berasal dari kata Inggris sample, yang artinya contoh, comotan atau mencomot, yaitu mengambii sebagian saja dari yang banyak. Setanjutnya dalam pembicaraan ini kata sample dalam bahasa Inggris di-Indonesiakan menjadi sampel, dan sampling menjadi sampling. 3.6.1. Menetapkan Popalasi Sebelum menetapkan besar sampel (atau banyaknya data subyek yang di sampel), terlebih dahulu harus ditetapkan populasinya, yaitu kelompok apa yang diminati dalam penelitian itu, atau kelompok yang akan dikenakan atau diterapi hasil dari penelitihannya. Populasi yang diminati untuk . dijadikan fokus atau perhatian penelitian (yang hanya diambil sampelnya saja) disebut populasi sasaran atau populasi target (target population). Menemukan populasi sasaran ini kadang-kadang sukar, sedangkan yang diperoleh bukan sasarannya tetapi apa adanya yang dapat ditemukan, atau yang dapat dihitung, yang hasil dari penelitiannya akan diterapkan pada poputasi yang ditemukan itu. Populasi ini disebut populasi yang dapat diambil (accessible population) atau populasi yang dapat diakses.

Semakin diperkecil atau dipersempit populasinya, maka penelitian yang dilakukan semakin menghemat waktu, tenaga, dan mungkin juga biaya -biaya lainnya, tetapi memperkecil populasi berarti membatasi penggeneralisasiannya (generalizability). Populasi dalam penelitian Pengaruh Orientasi wirausaha dan Orientasi pasar terhadap Keunggulan bersaing berkelanjutan dan Kinerja pemasaran, yang menjadi unit analisis adalah usaha kecil sektor perdagangan di kota Surabaya yang menurut sensus ekonomi 2006 berjumlah 46.437 unit. 3.6.2. Penyampelan (Sampling) Secara garis besar ada dua kelompok cara penyampelan (sampling), ialah random sampling (mencomot secara acak) clan non-random sampling (mencomot secara tidak acak). Dikatakan random sampling, jika dari populasi itu peneliti mengambil siapa saja diantaranya tanpa menentukan kriteria dari subyek yang diambil, karena tiap orang anggota dalam populasi itu derajat dan kualifikasinya sama atau setara, atau tiada bedanya, dengan kata lain "homogin". Jadi, jika tiap anggota atau subyek-subyek atau elemen elemen dalam populasi itu memiliki kesamaan sifat, maka mereka masing-masing memiliki peluang atau kesempatan yang sama untuk disampel. Mana saja atau siapa saja diambil, adalah sama. Dikatakan non-random sampling, jika dari populasi itu peneliti mengambil subyek subyek atau siapa-siapa yang memenuhi ciri-ciri yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Jadi meskipun jadi anggota populasi, tetapi tidak memenuhi ciri atau ciri-ciri yang ditentukan, maka tidak dapat disampel. Mengapa demikian, hal ini didasarkan atas ketentuan, bahwa yang disampel itulah yang dianggap dapat mewakili atau representative bagi populasinya. Jadi, tidak semua anggota mempunyai kesempatan untuk dicomot seperti dalam random sampling. Random sampling dibedakan menurut metodenya, ke dalam :

1) Simple random sampling (sampling acak sederhana) 2) Stratified random sampling (sampling acak disetratakan) 3) Cluster random sampling (sampling acak kelompok) 4) Area Sampling (sampling area) 5) Two-stage random sampling (sampling acak dua tahap) Non-random sampling dapat dibedakan menurut metodenya, ke dalam : 1) Systematic sampling (sampling sistematik) 2) Convenience sampling (sampling pekoleh) 3) Purpose sampling (sampling sengaja, sampling bertujuan) 4) Quota sampliflg (sampling jatan, sampling kuota)

3.6.2.1. Random Sampling Random sampling secara rinci dibedakan menurut metode-metodenya adalah sebagai berikut : 1) Simple Random Sampling (sampling acak sederhana) Kita arnbil sebagai contoh terlebih dahulu. kita akan meneliti Pengaruh Orientasi wirausaha dan Orientasi pasar terhadap Keunggulan bersaing berkelanjutan dan Kinerja pemasaran, yang menjadi unit analisis adalah usaha kecil sektor perdagangan di kota Surabaya yang menurut sensus ekonomi 2006 berjumlah 46.437 unit. Jika simple random sampling akan dilakukan, maka seluruh usaha kecil itu harus memiliki kesamaan karakteristik, misalnya pekerjaan yang dilakukan sama, semuanya berumur antara 40-50 tahun, pendapatannya setara,sehingga tiap usaha kecil itu memiliki kesempatan yang sama dan berhak untuk disampel. Bagaimana cara memilih 464 dari 46.437 usaha kecil itu? Ada bermacam macam cara : yang paling mudah ialah secara acak, mana saja

dapat dipilih, seperti menggulung kertas berisi nama-nama (atau nomer), atau menggunakan dadu untuk menentukan nomer, cara permainan rolet,undi (fishbowl draw), menggunakan angka acak lewat bantuan komputer, clan sebagainya. Namun, ada baiknya jika cara memilih itu berdasar aturan. Misalnya, menggunakan tabel nomer acak yang biasanya terdapat dalam bukubuku statistik, yang memuat angka-angka demikian banyak, tetapi tidak teratur atau tidak ada pola susunannya, artinya angka-angka itu tersebar sedemikian rupa dan hanya dimuat dalam kolom-kolom saja. Sampel acak sederhana tidak dapat digunakan, jika peneliti ingin memastikan bahwa dalam populasi itu ada sub-group yang perlu diwakili dalam sampel yang besarnya seimbang dengan yang terdapat dalam populasinya. Jika demikian, maka harus digunakan stratified random sampling yang dibicarakan berikut ini. 2) Strata Random Sampling (sampel acak berstrata) Misalnya, Pengaruh Orientasi wirausaha dan Orientasi pasar terhadap Keunggulan bersaing berkelanjutan dan Kinerja pemasaran, yang menjadi unit analisis adalah usaha kecil sektor

perdagangan di kota Surabaya yang menurut sensus ekonomi 2006 berjumlah 46.437 uni. Di dalam usaha kecil itu ada 10.000 orang pegawai negeri terdiri atas tiga golongan, ialah gol. I, gol. II, dan gol. III. Go1 I sebanyak 50 orang (5O%), gol. II sebanyak 30 orang (30%), dan gol. III sebanyak 20 orang (20%). Jika sampelnya ditetapkan sebanyak 20 dari 100 orang pegawai negeri di lembaga itu, maka dalam sampel itu banyaknya masing -masing golongan harus seimbang sama dengan dalam populasi Gol. 1 sebanyak 10 orang (50%), gol. II sebanyak 6 orang (30%), dan gol. III sebanyak 4 orang (20%). Cara rnenentukan siapa-siapa yang disampel dari masingmasing strata golongan dilakukan secara acak (random) seperti yang dibicarakan dalam simple random sampling.

3) Cluster Random Sampling (Sampling Acak Kelompok) Metode cluster random sampling digunakan, jika dalam poputasi sutit untuk diidentiifikasi secara individual, melainkan hanya dapat diidentifikasi secara kelompok (cluster). Satuan-satuan dalam populasi itu, yang disetaut unit of analysis atau element of the population, memang merupakan kelompok. Jadi, subyek-subyek atau elemen-elemen dalam populasi terdiri atas kelompok-kelompok. Misalnya kefompok petani, kelompok studi, kelompok seniman, kelompok klompencapir, dan sebagainya. Misatnya di Jawa Timur ada 500 klompencapir. Dari 500 klompencdpir ini akan diteliti pendapatannya tentang alam Jawa Timur. Setelah mempertimbangtcan berbagai faktor, maka diterapican besar sampal (atau ukuran sampel, sample size) yang representative ialah sebanyak 25 unit k:ompencapir. Menetapkan besar sample 25 kelompok klompencapir inilah yang disebut metode cluster random sampling. Yang disampel bukan individu anggota ktompencapir, tetapi unit klompencapir-nya. 4) Area Sampling (Sampling area, atau sampling gugus) Cara ini sarna dengan cluster sampling, tetapi diterapkan pada daerah geografi yang terdiri atas sub-area (area-area). Misalnya kabupaten Kuneng yang terdiri atas 50 kecarnatan akan diteliti karakteristik petaninya. Peneliti dapat mengambil 10 kecamatan sebagai sampel. Metode pengambilan 10 daerah kecamatan dad 50 daerah-daerah kecamatan ini tidak disebut cluster sampling, melainkan area sampling. 5) Two stage random sampling (Sampling acak dua tahap) Sample acak dua lahap dilakukan sama seperti sampel acak kelompak (klompencapir) atau sampel area tersebut diatas ini, tetapi masih diteruskan. Sesudah ketompok atau area yang disampel ditemukan, misalnya swerti yang tersebut diatas itu, yaitu sebanyak 25 klompencapir, maka dari masinqmasing klompencapir yang sebanyak 25 itu,

masih disampel lagi siapa-siapa secara individual yang mewakili kelompoknya. Jadi, dari 500 klompencapir diambil 25 saja, dan dari 25 klompencapir itu masing-masing diambil beberapa individu untuk mewakili klompencapimya menurut proporsinya, misalnya ditentukan 30%, maka yang klompencapimya beranggota sebanyal; 30 diarnbil 8 orang, yang sebanyak 40 diambil 12 orang, clan yang hanya sebanyak 15 diambil 3 orang. Jika dari yang sudah mewakili masingmasing klompeacapir masih akan diseleksi lagi beberapa orang untuk mewakilinya, ini nar-lanya sudah multi-stage sampling (sampling tahap berganda). 3.6.2.2. Non Random Sampling 1) Systematic Sampling (Sampling Sistematik) Dalam non-random sampling anggota atau elemen-elemen populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dicomot. Populasi yang demikian itu . heterogen dan seharusnya diketahui oleh peneliti, sehingga peneliti tidak menggunakan sampel secara random (acak). Cara non-random sistematik dilakukan dengan terlebih dahulu peneliti mendata dengan memberi nomer pada anggota populasi, kemudian secara sistematik menetapkan interval, dan nomer berapa yang akan diambil ke dalam sampel. Misalnya ada 1000 orang anggota populasi. Masing-masing orang diberi nomer dalam daftar. ,lika akan diambil 100 dari 1000 orang itu, dengan kata lain diambil I dari 10, atau 1/10. Secar'd sistematik ambillah angkaangka yang berjarak 10. Misalnya pertama kali diambii dengan mata tertutup kebetulan kena angka 7. Maka sekarang ambillah angkaangka yang berjarak 10 dengan angka 7 dan seterusnya, yaitu angka-angka 7,17,27,37,47,57,67,77,87,97. Jika secara kebetulan yang terambil ialah angka 2, maka 'i 0 orang yang disampel itu iaiah orang-orang yang nomemya

2,12,22,32,42,52,62,72,82, dan 92.

Jika dari 100 orang itu ditetapkan sampelnya sebesar 25 orang, dengan kata lain %, maka ambillah dari tiap empat orang itu 1, atau a;nbillah dari nomernomer itu berurutan berjarak 4. Misalnya untuk menentukan angka yang pertama secara random dengan mata tertutup, anda mengambil angka 9, maka yang diarnbil ialah angka-angka : 09, 13, 17,21,25,29,33,37, 41, 45, 49, 53, 57,61,65,69,73,77,81 ,F5,89,93,97,017 dan 05 (karena tidak ada nomerl orang diatas 100 maka turun lagi ke angka paling bawah). Jadi yang disampel sebesar 25% atau sebanyak 25 orang itu ialah mereka yang diidentifikasi dengan nomer- nomer itu. Cara seperti ini disebut non-random sampling sistematik -dengatt awalan acak. Cara sampel sistematik juga dapat dilakukan dalam menyampel penghlltli rumahrumah yang sudah berurutan lokasinya. Misalnya diambil yang dari rumah ke rumah bersela 3 rumah, begitu seterusnya. Jadi, nisalnya ada penghuni 100 rumah akan diambil 25% dari rumah yang berpenghuni itu, jika tetak rumahnya sudah teratur, maka dapat diambil untuk sampel dari tiap empat rumah satu saja, selanjutnya dengan satu demi satu yang bersela tiga rumah. 2) Convenience Sampling (Sampling pekoleh) Dalam hal ini sama saja dengan yang sudah disebutkan diatas, bahwa peneliti sudah mengetahui bahwa populasinya sedemikian rupa sehingga dengan random sampling tidak mungkin dilakukan. Meskipun demikian, juga karena untuk mengidentifikasi satu per satu anggota populasi menghadapi kesulitan, maka yang paling enak (convenience, pekoleh) ialah individul anggota populasi yang mudah ditemukan saja. Memang dalam sampel yang non random ketepatan (accuracy) untuk mencerminkan populasinya kurang akurat atau dapat menimbulkan bias. Tetapi apa boleh buat, itulah yang dapat dilakukan karena populasinya tidak homogin dan sulit untuk diidentifikasi. Metode convenience sampling ini sama dengan yang disebut accidental sampling atau incidental Sampling.

3) Purposive Sampling (Sampling sengaja, sampling bertujuan) Purposive sampling digunakan, jika peneliti mempunyai judgment pribadi dalam memilih individu-individu yang disampel. la memandang bahwa individu-individu tertentu saja yang dapat mewakili (representive), karena menurut pendapat peneliti merekalah-yaitu individu-individu yang dipilih itu yang mengerti tentang populasinya. Purposive sampling ini juga disebut judgmental sampling, karena peneliti menggunakan pertimbangan pertimbangan dengan memasukkan unsur-unsur tertentu yang dianggap (judged) bahwa dengan cara demikian dapat memperoleh informasi yang benar atau individu-individu yang disampel itu yang mencerminkan populasinya. 4) Quota Sampling (Sampling jatah, sampling kuota) Sampling kuota dilakukan, jika populasinya tidak diketahui secara pasti, baik mengenai banyaknya maupun berbagai karakteristik yang membuat homogin, maka ditetapkanlah sejumlah individu yang dianggap mewakilinys. Tentu saja cara demikian menimbulkan bias-bias, tetapi apa boleh buat, karena keadaan populasi yang tidak mungkin dapat diketahui secara pasti. 3.6.2.3. Menetapkan Besar (Ukuran) Sampel Dalam bahasa Inggris sering dikatakan sumple size yang dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan "besar sampel" ataU "ukuran sampel," yaitu banyaknya individu, subyek atau elemen dari papulasi yang diambil sebagai sampel. Istilah "besar sampel," atau "ukuran sampel", bukan "banyaknya sampel" sebagaimana sering digunakan oleh kalangan tertentu. Penggunaan kata banyaknya sampel sebagai terjemahan "sample size" tidak tepat, karena banyaknya sampel dapat diartikan lebih dari satu sampel yang diiakukan. Hampir seluruh praktek proyek penelitian sangat sukar memenuhi sampling yang ideal. Seringkali peneliti melakukan hal yang berbeda dari aturan yang ada, karena terpaksa oleh

adanya berbagai keterbatasan, antara lain data, dana, waktu, dan tenaga. Besar sampel yang umum ialah 1/10. Namun 1/10 dapat juga terlalu besar atau terlalu kecil, tergantung pada keadaan populasinya. Jika dapat mengestimasi karakteristik rata-rata atau parameter dari populasi sebesar 1.000.000 yang dilakukan dengan menyampel sebesar 10.000 sudah sama hasilnya dengan menyampel 100.000, mengapa harus sebesar 100.000 (Slack & Champion, 992:271)? Menjawab pertanyaan berapa seharusnya besar sampel yang paling baik, Ftaenkel 8 Wallen (1993:90) menjawab: "sebesar-besar peneliti dapat memperolehnya dengan pengorbanan waktu dan energi yang wajar". Jawaban itSi tidak banyak menolong, hanya menyarankan kepada peneliti supaya mencoba memperoleh sempel sebesar-besarnya secara wajar, dalam arti mengingat keterbatasan waktu, tenaga, biaya dan lainnya. Menurut Gay & Diehl (1992:146) sampel harus sebesar-besarnya, dan pada umumnya semakin besar sampel, rnaka kecenderungan semakin representatif, dan hasil dari penelitiannya dapat lebih digeneralisasikan. Selanjutnya mereka mengatakan bahwa ukuran (size) sampel yang dapat diterima tergantung pada jenis penelitian, minimum ialah : a. Penelitian deskriptif -1 0% dari populasi b. Penelitian korelasional- 30 subyek c. Penelitian kausal-perbandingan - 30 subyek per group . d. Penelitian eksperimental- 15 subyek per grup. Frankel & Wallen (1 993:92) menyarankan, besar sampel minimum untuk a. Penelitian deskriptif, sebanyak 100 b. Penelitian korelasional, sebanyak 50

c. Penelitian kausal-perbandingan, sebanyak 30 per grup d. Penelitian ekspcrimentai-15 subyek per grup meskipun dengan 15 per group dapat dilakukan, asal kontrolnya ketat. Menurut Kinnear & Taylor (1983:234) ada cara untuk menetapkan besarnya sampel secara statistik, lerutarna bagi sample random sampling atas dasar probabilitas normal. Namun, menetapkan besar sampel tidak semata-mata atas dasar statistik, melainkan harus atas dasar barbagai pertimbangan, yaitu untung rugi diantara: (1) kesalahan sampling (sampling error); (2) kesalahan non samyling (non-sampling error); (3) tujuan study (study objectives); (4) kendala waktu (time constraints); (5) kendala biaya (cost contrainsts); dan (6) rencana analisisnya (analysis plans). Jadi, diantara para pakar sendiri belum ada kesamaan pendapat dalarn menciptakan besar sampel, tetapi pendapat Kinner & Taylor ini praktis, masuk akal, dan realistis. MerirZi-iktm und (1997:173) inlhrmasi statistik sangat diperlukan untuk menentukan ukuran simple random samplz. Untuk maksud ini yang perlu diketahui pertama-tama adalah : 1) Seberapa besar variance atau heterogenitas populasi. 2) Besarnya error yang dapat diterima 3) Confidence level (derajat keyakinan) 57 Aturan kebiasaan dalam mengestimas i standard deviation ialah sebesar seperenam (1/6) dari range (dari batas paling bawah ke batas paling atas dad karakteristik populasi). Katakan bahwa range dari karakteristik populasinya ialah dari 1.000 sampai 7.000, maka rangenya iaiah 6.000 dan standar deviasinya ialah 1.000. Besar sampcl yang kita hitung berdasar formula :n

- n(ZS )z E Yang artinya

n = Ukuran/besar sampel Z = Nilai standar yang menunjukkan confidence level S = Standar deviasi sampel atau estimasi standar deviasi terhadap populasi E = Besar error yang dapat diterima, plus atau minus Fuatu faktor kesalahan (daerahnya ialah setengah dari confidence interval). Katakanlah misalnya, anda akan meneliti pengeluaran yarg dilakukan oleh penduduk dari suatu daerah dalam membeli sepatu, anda mcnentukan confidence level (Z) 95%, daerah kesalahan (E) kurang dad Rp. 2,- dan standar deviasinya Rp. 29,- maka : n = n(ZS) 2 - [(1,96X29, Of - [56,84] z -- (28,84) - 808 E 2,00 2,00

Jika daerah kesalahan (range of error), yaitu E katakanlah tidak Rp 2,- melainkan , Rp 4,- (sebesar dua kali lipat), maka n akan menjadi seperempatnya, yaitu bukan 808 melainkan 202, karena angka pembagi 2,03 (lihat perrnmaan diatas) sebenarnya dalam persamaan iu 2' (atau 4) dan jika diganti dengan angka 4 sebenarnya menjadi 42 (atau 16), jadi besar sampel yang semula dibagi 4 sekarang dibagi 16. Maka menjadi seperempat dari 808. (bagaimana menghitung secara rinci masing-masing standard deviation, E, dan confidence level, periksa dalam pelajaran statistik inferensial tersendiri. 58 3.7. Skala Pengukuran clan Instrumen Penelitian Yang dimaksud dengan skala ialah mengenai tingkatan besar-kecil, banyak-sedikit, baikburuk, jauh-dekat, bodoh-pandai, clan sehagainya yang menunjukkan perbedaan derajat dalam kualitas atau kuantitas, sehingga dapat diketahui mana yang lebih besar atau ada diatasnya, mana ymg lebih kecil atau .

ada dibawahnya, mana yang kurang atau dibawahnya, clan mana yang lebih atau diatasnya. Yang diukur ialah data di lapangan atas dasar variabel yang termuat dl dalam masalah dan atau hipotesis Sebelum pengumpulan data, skala ini harus ditetapkan lebih dahulu, baru kemudian dimasukkan ke dalam instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan (dan mengukur) data. Ada empat jenis skala pengukuran, ialah rasio, skala ordinal clan skala nominal. Masing-masing diuraikan berikut ini. 3.7.1. Skala Rasio Skala rasio digunakan untuk menghitung kuantitas yang benar-benar ada barangnya, visual, dapat dihitung, dapat ditambahkan clan dikurangi, dapat dibagi clan dilipatkan. Contoh : banyaknya kelereng yang dibawa oleh murid-murid. Sewaktu guru bertanya kepada muridnya : "Berapakah kelereng yang kau bawa?" Murid itu menjawab : "Lima"! Angka lima adalah angka rasio. Jika kelereng yang dibawa itu diberi nilai (skor) 5, maka angka 5 ini adalah nilai rasio. Demikian juga kelereng yang dibawa oleh teman-teman murid lainnya. Angka rasio biasanya digunakan untuk menilai karakteristik subyek yang tampak, dapat dihitung, nyata clan faktual. Skala rasio dapat diterapkan pada apa saja yang banyaknya dapat dihitung, seperti uang saku, pendapatan dalam rupiah, produktivitas voiume produksi, rentabilitas, clan sebagainya. Namun angka rasio ini ala batasnya, yaitu nol. Untuk mereka yang menjawab "Nol" berarti tidak ada 59 barangnya atau tidak ada karakteristiknya. Hal ini dapat digambarkan dengan satuan-satuan yang dapat dihitung kuantitas unitnya. 3.7.2. Skala Interval

Skala interval digunakan untuk mengukur tingkat atau derajat panasdingin, suhu udara, clan jarak. Untuk tingkat panas dingin misalnya sekian derajat Celcius atau Fahrenheit. Untuk panjang-pendek digunakan ukuran km, m, dm, atau rnm. Dapat juga digunakan untuk mengukur usia, misalnya berapa usia masing subyek yang diteliti sejak tgl. 17 Agustusl945? Untuk mengukur waktu, misalnya berapa lama kamu menunggu sejak jam 06.00 tadi? Dengan rnenggunakan skala ini selisih angka 4 dan 5, yaitu 1, akan sama jaraknya dengan angka manapun yang diperbandingkan asal selisihnya 1. jarak antara 10 m clan 20 m akan sama dengan jarak antara 1 100 m dengan 1 1 10 m. selisih atau jarak satu unit ke atas akan sama dengan satu unit ke bawah. 3.7.3. Skala Ordinal Skala ordinal digunakan untuk mengukur perbedaan kualitas atau kuantitas yang tidak dapat diketahui berapa unit selisihnya, tetapi diketahui perbedaannya bahwa yang satu lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lainnya dalam ha1 kualit& atau kuantitas. Angka yang digunakan dalam skala ordinal itu hanya menunjukkan perbedaan tingkat, perbedaan derajat, perbehi jenjang, atau selisihnya dalam kuantitas (dalam satuan), mana yang lebih tinggi clan mana yang lebih rendah. Skala ordinal biasanya digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan keija, tingkat motivasi, tingkat keinginan, tingkat sikap, tingkat haus, tingkat lapar, tingkat cinta, tingkat perasaan, clan sebagainya yang tidak kasatmata (tidak tampak). Misalnya kita bertanya kepada 5eberapa onng "Seberapa besar cintamu kepada tanah-air?" Ada lima jawaban yang berbeda secara 60 kualitatif, tetapi tidak dapat diketahui berapa jarak perbedaan atau selisih jika dinyatakan dalam satuan : (1) sama sekali tidak cinta. (2) tidak cinta, (3) nctral, (4) cinta, dan (5) cinta sekali. juga pertanyaan, misalnya "Seberapa sering engkau berkunjung ke orangtuamu tahun in-1 ?Tang

dapat dijawab dengan perbedaan kualitatif jawaban : (1) tidak jarang, (4)

pemah, (2) jarang sekali, (3)

kadang-kadang, (5) agak sering, (6) sering, (7) seringkali, (8) selalu. Dari contotl ini jika angkaangkz 1, 2, 3,4, 5, 6, 7 dan 8 itu digunakan sebagai skor (nilai), maka perbedaan satu unit ke atas dan ke bawah tidak dapat diketahui seberapa besar selisihnya dalam satuan kuantitas. Skala ordinal digunakan untuk menilai perbedaan dalam jenjang, tingkat, atau derajat seperti halnya seorang guru SLTA yang menilai sesuatu mata pelajaran yang termuat dalam raport muridnyn. Jika digunakan dengan garis kontinum skala (nilai) ordinal itu dapat digambarkan lebih kurang dalam bentuk berikut. 3.7.4. Skala Nominal Skala nominal pada dasarnya bukan untuk mengukur, melainkan untuk membedakan secara kategori. Angka ini digunakan untuk mewakili kategori, kelompok atau subyek sebagai pengganti sebukn atau nama kategorinya, kelompoknya, golongannya, keyakinannya dan sebagainya. Misalnya "Apa agama yang anda anut?" Jawablah : angka 1 = Islam, angka 2 Katolik, angka 3 = Protestan, angka 4 = Hindu, dan angka 5 = Buda". "Pria atau wanita?" Jawablah : angka 1 = Wanita, dan angka 2 = Pria. Jika angka-angka ini dijumlahkan tidak ada artinya sama sekali. misalnya 1 + 2 = 3, apakah Islam ditambah Katolik menjadi Protestan? Tidak. Anda suka makan nasi apa ? 1 = nasi goreng, 2 = nasi gudeg, 3 = nasi uduk, 4 = nasi langgi, clan 5 = nasi liwet. Jika 1 + 2 = 3 tidak akan menjadi nasi uduk. Angka-angka itu hanya mewakili 61 nama semata-mata. Jika digunakan angka nol, maka angka no[-pun ada artinya, yaitu ada kategori yang diwakili.

Misalnya 0 = pria, sedangkan 1 = wanita. Penggunaan skala yang mana yang akan diterapkan dalam mengukur variabel itu perlu cliketahui clan dipertimbangkan masak-masak, karena akan menentukan instrumen pengumpulan data dan alat analisisnya. Berbeda skala ukur yang digunakan akan berbeda pula instrumen pengumpulan data Jan alat analisis yang digunakan. Disamping itu hams diingat bahwa psneliti juga tidak mungkin menentukan sendiri skala yang hams digunakan jika datanya sudah 'given' harus seperti itu. Misalnya jenis kelamin, mau tidak mau skala ymg digunakan adalah skala nominal. Demikian juga untuk agama, ras, golongan, kebangsaan, clan sebagainya, yang sifatnya kategori. Untuk mengukur variabel motivasi, sikap, tingkat lapar, cinta dan yang sejenisnya ini peneliti juga tidak dapat menggunakan skala rasio atau iiiterval, melainkan hanya dapat menggunakan skala ordinal atau nominal. Untuk panas atau jarak, peneliti hanya dapat menggunakan tiga pilihan skala, skala interval, skala ordinal, atau skala nominal. Yang luas pilihannya ialah jika variabelnya itu dapat diukur dengan skala rasio. 3.8. Data clan teknik Pengumpulan Data 3.8.1. Jenis Data clan Pengukuran Data adalah bentuk jamak dari kata datum (bahasa latin) yang berarti karunia atau pemberian. Secara definitif data dapat diartikan sebagai kumpulan angka, fakta, fenomena atau keadaan yang merupakan hasil pengamatan, pengukuran atau pencacahan terhadap karakteristik atau sifat obyek, yang dapat berfungsi untuk membedakan obyek yang satu dengan lainnya pada sifat yang sama. (Sukesi, 2002: 2). Data yang dapat dipergunakan datam penelitian hanyalah data yang b2ik, yaitu yang memenuhi syarat : validitas clan reliabilitas. 62

3.8.1.1 Berdasarkan sifat kekontinyuitasannya Berdasar sifat kekontinyuitasannya data dapat dibagi menjadi dua (Solimun, 2003: 5), yaitu : data diskrit clan data kontinyu. 1) Data diskrit adalah data yang hanya dapat menempati titik-titik tertentu pada sebuah garis bilangan. Misal : jumlah anak = 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 Fi +..........+.........+..........+..........+..........+..........+..........+......... +.......+ 2) Data kontinyu adalah data yang dapat menempati seluruh titik pada sebuah garis bilangan. Misal : data pendapatan = mulai Rp 100 sarnpai dengan Rp 2.000.000 100 2.000.000

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ 3.8.1.2. Berdasarkan skala ukurannya Data dapat dibagi menjadi empat, yaitu : data nominal, data ordinal, data interval clan data rasio. ( 1 ) Data nominal Adalah data yang hanya rnengandung unsur penamaan ( bahasa laitin nomos = nama ). Statistika adalah pendekatan kwantitatif, sehingga data nominal yang bersifat kwalitatif harus dirubah menjadi bentuk nurnerik dengan cara pemberian skor. Perhatikan : pemberian skor pada dat nominal bersifat sembarang, yaitu hanya sekedar untuk dapat membedakan (penamaan saja) sehingga dapat dibolak-balik. 63 Tabel 3.1. Variabel dalam Skala Ordinal Variabel Skor yang mungkin

PT CV Perorangan (2) Data Ordinal

1 2 3

32 21 13

Adalah data yang selain mengandung unsure penamaan, juga mengandung unsure urutan (order = urutan). Tabel 3.2. Variabel Sikap dalam Skala Ordinal Variabel Sikap Skor yang mungkin Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju

Perhatikan : pada data nominal skor tersebut dapat dibuat sembarang, hanya sekedar untuk membedakan. Tetapi pada data ordinal, urutan angka . .

dalam skor menunjukkan arah tingkatan. Pada data ordinal, urutan angka dalam skor menunjukkan arah tingkatan. Pada ordinal intervalnya tidak bermakna. Missal : selisih antara skor 4 dan 2 adalah 2, clan selisih antara skor 3 clan 1 juga 2; dimana nilai 2 dan 2 tersebut mempunyai makna yang tidak sama. 64 (3) Data interval

Selain mengandung unsur penamaan clan urutan, juga memiliki sifat interval (selang) nya bermakna. Disamping itu data ini memiliki ciri-ciri angka nolo-nya tidak mutlak. Tabel 3.3. Variabel Indeks Prestasi clan Suhu dalam Skala Interval Variabel Indeks Prestasi 0 1 2 3 4 Variabel Suhu (C) 0 10 20 30 40

Perhatikan : Nilai nol pada skala ini tidak mempunyai nilai yang mutlak. Misal saseorang yang Variabel Indeks Prestasi yang mempunyai I P = 4 tidak berarti bahwa kepandaiannya = 2 X fP 2. (4) Data rasio Data yang memiliki unsure penamaan, urutan, intervalnya bermakna clan angka nol nya mutlak; sehingga rasionya mempunyai makna Tabel 3.4 Variabel Pendapatan & Panjang Jalan Skala Rasio Variabel Pendapatan (Rp) 21 45 70 65 Variabel Panjang Man (Km) 120 140 160

Disebutnya No1 nya mutlak, karena pendapatan no1 = tidak mempunyai pendapatan. Rasionya bermakna, sebab jarak 120 Km = 2 X jarak 60 Krn. 3.8.1.3. Berdasarkan Sumberya Berdasarkan sumbernya clan mana data tersebut diperoleh, data dibedaka menjadi (Djanwanto, 200 1 : 2 1 0) : 1) Data Intern Yaitu data yang dikumpulkan dari dalam lembaga itu sendiri clan digunakan untuk kepentingan internal lembaga tersebut. (2) Data extern Yaitu data yang dikurnpulkan dari luar lembaga tersebut, misal : dari pelanggan, para supplier, jurnal-jurnal atau dari lembaga lain yang tersedia. 3.8.1.4. Berdasarkan cara memperolehnya Berdasarkan dari cara memperolehnya, data dapat dibedakan menjadi : (1 ) Data prrmer Yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh suatu lembaga 1 orang yang melakukan kegiatan penelitian. (2) Data sekunder Yaitu data yang diperoleh dari pihak lain yang telah mengumpulkan terlebih dahulu clan menerbitkamya. 3.8.1.5. Berdasarkansi Sifatnya (1 ) Data quantitative Yaitu data yang dapat dinyatakan dengan angka-angka. r 66 (2) Data qualitative

Yaitu data yang didapat dari suatu observasi yang bukan merupakan angkaangka tetapi dinyatakan dalam suatu kategori-kategori. 3.8.1.6. Berdasarkan waktu memperolehnya (1) Data cross section Yaitu data yang dikurnpulkan dalam satu periode saja terhadap satu atau beberapa obyek penelitian. (2) Dala trme serres Yaitu data yang dikumpulkan selama beberapa periode dengan tujuan untuk mengetahui arah perubahannya. (3) Data Pooling Gabungan dari data crosssectron dan data time series. 3.8.2. Cara Pengumpulan Data Setelah peneliti menetapkan populasi dan sarnpel yang akan digunakan dalam proses penelitian, maka langkah berikutnya adalah mengumpulkan data dari orang-orang (responden) atau obyek (ingat bahwa sampel tidak mesti orang) yang telah ditetapkan sebagai sampel tersebut. Data dalam pengertian disini adalah sejumlah informasi-informasi mengenai karakterlstik dari suatu obyek (orang atau benda) untuk keperluan penelitian. Walaupun terdapat sejumlah klasifikasi data yang dilakukan oleh para ahli, namun secara umum data yang tersedia bagi seorang peneliti menjadi dua sumber, yaitu: data primer (primary data) dan data sekunder (secondary data). Data primer adalah data yang secara khusus dikumpulkan untuk kebutuhan riset yang sedang berjalrtn. Data ini dikumpulkan sccara langsung maupun tidak langsung dari peneliti. Sedangkan data sekunder merupakan data yang 67

dikumpulkan secara langsung maupun tidak langsung oleh peneliti. Sedangkan data sekunder merupakan data yang dikumpulkan tidak hanya untuk keperluan suatu riset tertentu saja. Data ini telah diku, npulkan oleh pihak lain clan peneliti merupakan pihak kedua yang menggunakan data tersebut. Data primer clan data sekunder memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan antara kedua jenis data tersebut, dapat ditinjau berdasarkan pada empat kriteria, yGitu: (1) tujuan pengumpulan data; (2) proses pengumpulan; (3) biaya yang dibutuhkan, dan (4) waktu. Tujuan utama dari pengumpulan data primer adalah untuk keperluan riset yang sedang berlangsung, sementara data sekunder oleh karena yang mengumpulkan data bukan pihak yang terkait langsung dengan penelitian yang sedang berjalan maka kegunaan data tersebut biasanya tidak hanya untuk satu penelitian saja. Dalam proses pengumpulannya, data primer relatif lebih sulit dilakukan dibanding data sekunder yang prosesnya cepat clan mudah. Untuk memperoleh data primer, peneliti perlu menyediakan biaya clan waktu yang banyak dibandingkan dengan apabila peneliti mencoba memperoleh data sekunder. Kedua jenis data itu memiliki keunggulan clan kelemahan yang harus di pertimbangkan oleh perieliti. 3.8.2.1. Metode Pengumpulan Data Sekunder Seperti telah dijelaskan di atas bahwa data sekunder mempunyai beberapa keuntungan dibandiagkan dengan data primer. Data sekunder relatif mudah, murah sekalipun ini sangat subyektif clan cepat diperoleh. Walaupun terdapat keunggulan-keunggulan dalam data sekunder, peneliti juga harus dapat menentukan apakah data sekunder itu cukup akurat untuk sasaran proyek riset yang sedang dilakukan. Keterbatasan utama dari data sekunder adalah bagaimana mengevaluasi akurasi data. Faktor-faktor yaug ikut menipengan-hi akurasi data itu sendiri

68 dapat berupa kesalahan dalam penarikan sampel, pengumpulan data, analisis dan pelaporan hasil riset. Kesalahan-kesaiahan tersebut akan bisa dievaluasi apabila penelitian langsung berpartisipasi secara aktif. Sumber utarna dari sekunder dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu 1) data internal sekunder, dan 2) data eksternal sekunder. Data internal sekunder merupakan data yang tersedia di dalam organisasi di mana penelitian dilakukan. Sedangkan, data eksternal sekunder merupakan data yang tersedia di luar organisasi. 1) Data Internal Sekunder Di atas telah disinggung bahwa data internal diperoleh dari dalam organisasi itu sendiri. Mengumpulkan data internal merupakan kegiatan yang biasa d;lakukan oleh berbagai organisasi. Seperti data biaya penjualan, laporan penjualan bulanan clan harian, kegiatan promosi clan periklanan, laporan pengembangan riszt produk baru. Semua ini merupakan sebagian dari sumber data yang biasa digunakan dalam suatu penelitian. 2) Data Eksternal Sekunder Data eksternal sekunder dapat diperoleh dari tiga sumber, yaitu : a. Publikusi. Informasi-informasi yang diperoleh melalui media masa clan publikasi pemerintah seperti data statistik, hasil sensus, laporan biro riset, clan lain-lain. b. Dulabcrse (coniputerized clarabme). tnformasi ini dapat diperoleh melalui on - line maupun o f line. On-line database terdiri dari pusat bank data yang dihubungkan dengan suatu komputer (dumb terminal) melalui jaringan telekomunikasi. Perkembangan pemakaian jaringan internet dewasa ini membantu para peneliti untuk mempecoleh data secara mudah clan cepat. Sementara off-line data base membuat informasi tersedia dalam diskette clan CD Rome. Off-line data ini dapat

69 dihubungkan ke tempat pemakai tanpa menggunakan jaringan telekomunikasi eksternal. c. Jma pelayanan informasi. Pelayanan irlformasi ditawarkan oleh organisasi penelitian (research organization), dimana mereka niengumpulkan dan menjual data publikasi yang dirancang khusus untuk m--layani kebutuhan informasi yang diminati oleh perusahaan (klien). 3.8.2.2. Metode Pengumpulan Data Primer Untuk menguji apakah hipotesis itu diterima atau ditolak, maka perlu dibuktikan kebenarannya dengan data-data yang ada di lapangan. Data-data tersebut dikumpulkan dengan metode tertentu yang disebut dengan teknik pengumpulan data. Selanjutnya data-data itu dianalisis dan disimpulkan secara induktif. Bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka metode dapat dilakukan dengan observasi (pangamatan), survey Masing-masing metode pengumpulan (wawancara), kuesioner (angket). dijelaskan sebagai berikut : '!) Observasi (pengamatan) Dalam pengertian yang sederhana, pencatatan pola perilaku orang, objek dan cara sistematis untuk mendapatkan informasi yang diminati. Observasi tidak mengaiukan berkomunikasi dengan yang diobservasi. berdasarkan kejadiankejadian yang terjadi atau dari lalu. Metode obsemasi dapat dilakukan secara terstruktur, tersembunyi atau terang-terangan. tersebut dapat obsemasi meliputi kegiatan kejadian-kejadian dalam suatu tentang fenomena-fencmena pertanyaan-pertanyaan atau Informasi hanya dicatat catatsn kejadian masa terstruktur atau tidak 70

a.

Observasi terstruktur clan tidak terstruktur

Observasi terstruktur, peneliti menetapkan secara rinci apa yang akan observ,isi dan bagaimana pengukuran akan dicatat, seperti jika seorang audit melakukan analisa persediaan barang disebuah toko. Observasi terstruktur sangat tepat jika permasalahan dalam penelitian telah didefinisikan dengan jelas dan informasi yang dibutuhkan telnh ditetapkan. Dalarn keadaan ini, rincian fenomena-fenomena yang diobservasi dapat diidentifikasi dengan jelas. Observasi terstruktur tepat digunakan untuk riset konklusif. b. Observasi tersetnbunyi clan terang-terangan

Dalam observasi tersembunyi, responden tidak sadar bahwa rilereka sedang diamati. Dengan observasi jenis ini memungkinkan responden berkelakuan secara wajar, sebab orang cenderung untuk berkelakuan berbeda jika mereka mengetahui sedang di observasi. Sebagai contoh, observasi mengamati kelompok ibu rumah tangga berbelanja di supermarket. Untuk mengetahui bagaimana perilaku mereka berbelanja, makaresponden tidak diberitahu kalau mereka akan diamati. c. Complete Partisipation

Selain dengan menggunakan cara diatas, peneliti juga bisa melakukan obsPrvasi dcngan terlibat langsung dalam "kehidupan fenomena yang diamati" penelitiannya. Misalkan dalarn penelitian perilaku pembelian disebuah pasar tradisional. Untuk mendapatkan data perilaku dari orang yang belanja di pasar tersebut, peneliti ikut berkecimpung di pasar clan ikut dalarn proses belanja bersama-sama dengan orang lain yang diobservasi. 71 Disamping pengelompokan jenis observasi seperti yang dijelaskan di atas, metode observasi juga dapat diklasifikasikan secara administrasi, yang meliputi :

a. Observasi personal. Observasi ini merupakan sebuah strategi riset observasi dimana manusia sebagai observer mencatat fenomena yang diobservasi pada saat kejadian. Observer tidak berusaha atau memanipulasi fenomena yang diobservasi tetapi mencatat kejadian yang sedang berlangsung. Seperti, peneliti mencatat alur uang dan lalu lintas dalarn suatu toko. Informasi ini dapat memberikan suatu rancangar, lay out dalam suatu toko. b. Observasi mekanikal. Suatu strategi observasi dengan menggunakan alatalat mekanik, lebih dari sekedar manusia sebagai observer. Pencatatan fenomena dilakukan dengan bantuan alat mekanik, seperti robot atau mesin otomatis. c. Audit. Data riset dikumpulkan dengan pencatatan secara fisik atau melakukan analisis inventory. Audit dibedakan dalarn dua keistimewaan. Pertama, data dikumpulkan secara pribadi oleh peneliti. Kedua, data didasarkan pada perhitungan yang sedang berlangsung, biasanya obyek fisik. d. Analisis content. Merupakan sebuah metode yang sangat tepat jika fenomena-fenomena yang diobservmi adalah lomunikasi, lebih dari sekedar perilaku atau obyek fisik. Analisis content didefinisikan sebagai sasaran, sistematis dan garnbaran kuantitatif dari daftar komunikasi. Unitunit yang dianalisis seperti kata-kata (perbedaan kata-kata atau tipe kata dalarn sebuah pesan), karakter (individu atau obyek), ruang dan waktu pengukuran (lama durasi pesan), dan topik (subyek pesan). Misalkan, peneliti ingin melakukan penelitian berkenaan dengan isi Man 72 yang ada pada media cetak. Maka peneliti bisa mendapatkan data dengan membaca setiap Man dari suatu produk atau perusahaan yang telah dipilih pada media cetak. e. Analisis trace. Dalam analisis trace, pengumpulan data didasarkan pada jejak fisik atau pada fakta-fakta perilaku masa lalu. Pendekatan ini . dilakukan jika pendekatan lain tidak dapat digunakan. Misalkan peneliti ingin mengetahui pola konsumsi masyarakat atas minuman dalam

kaleng. Peneliti bisa meminta tolong pemulung atau mengumpullcan sendiri di tong-tong sampah di depan rumah penduduk dan mencatatnya berapa jumlah minuman kaleng perhari. Menggunakan observasi sebagai salah satu metode mengumpulkan data, tidak terlepas dari adanya kelebihan dan kekurangannya. Mengingat metode atau teknik ini menuntut adanya kemampuan observer dalam ha1 mernahami dan sekaligus terampil dalam mencatat setiap fenomena yang terjadi (obyek). 2) Wawancara Metode wawancara merupakan metode yang memberi pertanyaan tersiruh kepada sampel dari populasi clan dirancang untuk memperoleh informasi (data) dari responden. Beberapa keunggulan dari matode wawancara dapat dirangkum sebagai berikut : a. pertanyaan yang dibuat mudah dikelola b. data yang didapatkan reliabel, karena tanggapan dibatasi pada alternatif pertanyaan. c. dengan menggunakan tanggapan pertanyaan, maka akan menurunkan variabilitas dalam hasil, yang disebabkan oleh perbedan pewawancara. d. Coding, analisis dan interpretasi data relatif sederhana. 73 Untuk melakukan proses wawancara, peneliti dapat menggunakan tiga kernungkinan berikut sesuai dengan kondisi yang dihadapi clan jenis data yang diinginkan : a. Wawancara melalui telepon Setelah sarnpel ditetapkan, maka pewawancara menelpon sampel kepada mereka. Pewawancara menggunakan kertas pertanyaan dan mencatat tanggapan-tanggapan yang diberikan oleh responden tersebut (traditional telephone) b. Wawancara personal

Wawancara personal ini dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu di rumah, mallintercept atau dibantu komputer. Wawancara di rumah dilakukan langsung clan bertatap muka di rumah tempat responden berada. Pewawancara menghubungi responden, mengaju'.;an pertanyaan, dan mencatat tanggapan mereka. Dalam cam kedua, pewawancara mencegat responden di Mall atau toko sambil mereka berbelanja. Pewawancara kemudian di rumah. Keunggulan wawancara ini adalah lebih efisien, karena responden datang sendiri ke mall atau toko dan kemudian pewawancara mendatangi responden. Wawancara ini khusus sangat tepat jika responden dibutuhkan untuk dilihat, ditangani atau mengkonsumsi produk sebelum mereka memberi informasi yang berarti. 3) Daftar Pertanyaan Tertulis (questionaire) Questionaire merupakan kumpulan dari pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk mendapatkan informasi dari para responden. Dalam istilah lain, kuesioner adalah daftar pernyataan atau pertanyaan yang dikirimkan kepada responden baik secara langsung atau tidak langsung (melalui pos, internet atau perantara) untuk memperoleh informasi yang aibutuhkan. Dua alasan utama mengapa metode kuesioner ini digunakan adalah : 74 a) memberi motivasi yang tinggi kepada responden untuk memberikan jawaban yang jlljur dan menghindarkan kejenuhan, kebosanan, serta ketidakpekaan dari responden, dan b) memperkecil kesalahan tanggapan, seperti jawaban tidak akurat, jawaban salah dicatat dan juga salah analisa. 4) Diskusi Kelompok Fokus (Focus Group Discus) Focus Group Discus (FGD) merupakan salah satu teknik mengambil atau mengumpulkan data yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif. Peneliti yang mer.ggunakan FGD sebagai

teknik mengumpulkan data, sebelumnya telah melakukan seleksi beberapa orang (8 sampai 12 orang) dengan pertimbangan tertentu mengenai kualitas orangnya, pemahaman terhadap masalah yang akan diteliti Jan karakteristik personal lainnya. Kemudian orang-orang yang telah terpilih diajak diskusi mengenai topik yang diteliti secara santai tapi serius, tidak formal dan diupayakan pada kondisi yang alami, tidak tegang dan nyarnan. Peneliti bisa menggunakan moderator satu atau dua orang. Tujuan penggunaan mederator ini adalah untuk menggali atau memancing respon anggota FGD. Moderator dalam FGD tidak harus murni sebagai moderator. Modzrator bisa sekaligus menjadi anggota kelompok diskusi. Untuk menghasilkan data yang lebih valid, kiasanya FGD direkam dengan alat elektronik. Kemudian remakan tersebut ditayangkan kembali dan dikaji ulang dikemudian hari. Dari kajian FGD ini menghasilkan data dan digunakan untuk menarik kesimpulan penelitian. 3.9. Analisis Data. 3.9.1. Klasifikasi Statistika Sesuai dengan batasan pengertian statitistil:a, berdasarkan tugas tugasnya : statistika dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu : statistik deskriptif dan statistic inferensial (Djarulanto, 2001: 6,43,64, 89) 75 (1). Statistik deskriptif Bidang atau bagian ilmu statistik yang bertugas mempelajari tatacara : pengumpulan, pencatatan, penyusunan dan penyajian data penelitian dalam bentuk : tabel fiekwensi atau grafik dan selanjutnya dilakukan pengukuran nilainilai statistiknya, seperti : mean, median, modus, deviasi standard an sebagainya. (2). Statistik inferensial

Bidang atau bagian ilmu statistik yang bertugas mempelajari tatacara penarikan kesimpulan mengenai suatu populasi berdasarkan data dad sampel per+.elitian. Didalamnya berisi bagaimana cam membuat estimasi harga parameter, bagaimana cara menguji hipotesis, bagaimana membUat prediksi hubungan / pengaruh antar variabel dan perhitungan derajat asosiasi antar variabel-variabel tersebut. Apabila suatu penelitian dapat menjangkau selUruin elemen populasinya, maka tidak ada lagi permasalahan tentang bagaimana memperkirakan harga parameter populasi dan bagaimana menguji hipotesis tentany parameter popuiasi. Tetapi urnurnnya suatu penelitian dihadapkan kepaaa kendala : biaya, waktu dan tenaga sehingga penelitian tersebut hanya menempuh cara survey melalui penarikan sampel yang diambil dari populasinya. Tujuan dilakukan statistic inferensial adalah untuk menarik kesimpulan (prediksi) terhadap populasinya, berdasarkan informasi yang diperoleh dari sample penelitiar. ( Mendenhall, J. Beaver & M. Beaver, 1996: 6). ,Jadi statistic iferesia! diperlukan karena peneliti tidak menyelidiki seluruh elemen populasinya, melainkan hanya mendasarkan penelitian pada sebagian elemen populasi yang disebut dengan sampel. Oleh karena tujuan dan hakekat penelitian adalah untuk membuat generalisasi tentang populasi, maka penarikan sampel harus dilakukan dengan be iar guna memperoleh sampe! yang 76 representatif. Selanjutnya karena suatu penelitian hanya didasarkan pada pengamatan sampel, maka peneliti tidak dapat menduga harga parameter populasi dengan pasti clan tidak dapat mengambil kesimpulan apakah hipotesis tersebut benar atau salah secara mutlak. Pendugaan harga parameter dan pengujian hiptesis tersebut diiakukan berdasarkan teori-teori probabilitas yaitu berdasarkan pada taraf kepercayaan (confidence level) atau taraf signifikansi tertentu.

Agar penarikan kesimpulan tentang parameter populasi yang menggunakan data sarnpel dapat mempunyai tingkat akurasi yang tinggi, maka diperlukan suatu asumsi / persyaratan / kondisi-kondisi terte,itu, yaitu : bentuk penyebaran populasinya menyebar secara normal. Statistik inferensial, berdasarkan distribusi populasinya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu statistic parametrik dan non parametrik. (a). Statistik parametrik Apabila distribusi populasinya diketahui menyebar secara normal. Penelitian yang dilakukan dengan metoda ini adalah penelitian yang datanya dapat diukur (measureable), yaitu yang mempunyai skala interval dan skala rasio. Syarat lainnya adalah jurnlah sampel penelitian cukup besar. (b). Statistik non parametrik Apabila distribusi populasinya tidak dil-etahui / mempunyai bebas sebaran / sembarang ( fee distribution ). Biasanya berlaku dalam penelitian yang menggunakan data pecacahan (enumeration data) dengan skala nominal dan skala ordinal atau jumlah sampel penelitiannya kecil. 3.9.2. Ragam Uji Statistik Melanjutkan pembahasan pada sub-bab sebelumnya tentang klasifikasi statistika berdasarkan tugasnya, berikut akan akan diberikan beberapa contoh 77 ragam uji statistika yang biasa dipakan pada statistika pararnetrik clan non parametrik ( Djarwanto, 2001: 128,205) : (1). Beberapa uii mda statistika -arametrik 1. Uji hipotesis tentang mean populasi - sampel besar ( n 1 30 ). 2. Uji hipotesis tentang mean populasi - sampel kecil ( n < 30 ).

3. Uji hipotesis beda dua mean populasi - sarnpel besar independent (n1 Z 30 dan n2 >_ 30 ) 4. Uji hpotesis beda dua mean populasi - ~-arnpel kecil independent ( n1 < 30 dan n2 < 30 ) 5. Uji hipotesis beda dua mean untuk observasi berpasangan. 6. Uji hipotesis tentang variance 7. Uji hipotesis beda dua variance 8. Uji hipotesis beda banyak mean (analisis variance satu arah) 9. Uji hipotesis beda banyak mean (analisis variance dua arah) 10. Analisis regresi sederhana 1 1. Analisis korelasi sederhana 12. Analisis regresi berganda 13. Analisis regresi berganda dengan variabel dummy 14. Analisis korelasi berganda (2) Beberapa uji pada statistika non pararnetrik 1. Uji binomial (termasuk uji tentang proporsi populasi) 2. Uji jenjang bertanda Wilcoxon (untuk dua sampel berpasangan) 3. Uji Walsh 4. Uji Chi-square untuk dua sarnpel independen (uji beda dua proporsi) 5. Uji U dari Mann Whitney 6. Uji Kolmogorov - Smimov untuk dua sampel independent 7. Analisis variance dua arah clan Friedman

BAB IV ANALISIS MULTIVARIAT 4.1. Pengertian Multivariat Zikmund (2000; 464-465), mengatakan bahwa analisis dapat dibagi menjadi tiga tingkatan berdasarkan variable yang dilibatkan. Apabila hanya ada satu variabel yang dilibatkan disebut analisis univariat. Kalau dua variabe! disebut analisis bivariat. Kalau lebih dari dua variabel, analisis yang dilakukan dinamakan analisis multivariat. Contoh analisis multivariat ; analisis pengaruh jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga, clan rata-rata usia anak terhadap pilihan tempat berlibur. Menurut Heir, et, al., (1998 ; 6) menyatakan bahwa analisis multivariat tidak sesederhana itu. Untuk memudahkan pemahaman, secara umum mereka mengartikan bahwa analisis multivariat adalah metode-metode statistik yang mengelola beberapa pengukuran menyangkut individu atau obyek sekaligus (simultaneously). Dengan pengertian ini, analisis multivariat merupakan perluasan dari analisis univariat clan bivariat. Dalam regresi (yang merupakan contoh analisis bivariat) kalau variabel independen (yaitu X) hanya ada satu, analisis yang kita lakukan disebut regresi sederhana (simple regression). Begitu kita tambahkan satu lagi variabel independen, variabel yang dianalisis sekaranq menjadi tiga, yaitu variabel dependen clan dua variabel independen. Secara otomatis, analisis yang kita lakukan berubah katagon menjadi analisis multivanat. Dalam regresi memang dapat diterima bahwa analisis multivariat merupakan perluasan analisis bivariat. Namun, beberapa teknik muftivariat sama sekali bukan perluasan analisis bivariat. Contohnya adalah analisis faktor. Analisis ini aslinya adalah teknik analisis multivariat. Kalau misalnya, kita libatkan tujuh variabel, kita tidak bisa mengurangi jumlah variabel menjadi enam, lima

80 sampai satu, sebagaimana dalam stepwise regression. Artinya, analisis faktor yang sejatinya adalah analisis multivariat tidak dapat diubah menjadi analisis bivariat, apalagi menjadi analisis univariat. Dalam regresi, memang kita dapat mengurangi jumlah variabel sampai diperoleh persamaan yang paling baik. Oleh karena itu analisis yang awalnya multivariat bisa saja menjadi bivariat. Tentang apa itu analisis multivariat, belum ada kesepakatan yang pasti diantara para ahli. Beberapa ahli menyederhanakan pengerfiian analisis multivariat sebagai hubungan antara (between) atau diantara (among) lebih dari dua variabel. Para ahli yan lain menggunakan isitilah itu kalau berbagai variabel (multiple variables) yang digunakan memiliki distribusi multivariat normal. Sebetulnya, agar benar-benar multivariat, semua variabel harus diacak (random), terdapat interelasi sesamanya, dan efek masing-masing variabel secara sendirisendiri sulit dier.terpretasi. Beberapa ahli lain mengatakan bahwa tujuan analisis multivariat adalah mengukur, menerangkan, dan memprediksi tingkat relasi (the degree of relationship) diantara variat-variat. Jadi, karakter multivariat tidak sekedar berada pada jumlah variabel atau observasi yang dilibatkan dalam analisis, tetapi juga pada kombinasi berganda (multiple combination) antarvariat. Mengambil ide dari Hair, et.al., pengertian multivariat tidak kaku. Apa saja bentukbentuk analisis yang menggunakan banyak variabel dan variat dimasukkan sebagai analsis multivariat. Kuntoro (2003; 1), menyatakan bahwa para pengguna metode statistik dari berbagai disiplin ilmu masih cukup banyak yang menggunakan metode statistik univariat dengan alasan

selain mudah dalam pengoperasian karena cukup dengan bantuan kalkulator sederhana juga mudah dalam penafsiran hasil analisisnya. Sebagai contoh adalah analisis statistik dengan menggunakan uji t untuk data yang berpasangan, uji t untuk dua sampel yang bebas ataupun anatisis varians sederhana. Dalam perkembangan penafsiran statistik lebitl lanjut temyata penafsiran hasit anafisis dengan menggunakan metode statistik univariat kurang memuaskan pengguna di mana suatu terminologi tidak hisa lagi dinyatakart dengan satu variabel. Sebagai contoh, seorang ahli ilmu perilaku hanya bisa membandingkan ada tidak adanya perbedaan rata-rata skor pengetahuan atau sikap atau prak4ek yang terkait dengan UU Pendidikan Nasional dari kelompok dosen di Jawa - Bali clan kelompok dosen di Luar Jawa : Bali dengan cukup merggunakan uji t untuk dua sampel bebas bila persyaratan terpenuhi. Namun ia tidak bisa membandingkan ada / tidak adanya perbedaan perilaku dengan anatisis yang sama. Yang pertama menggunakan analisis univariat karena hanya melibatkan satu variabel yaitu skor pengetahun atau skor sikap atau skor praklek, sedangkan yang kedua menggunakan analisis multivariat karena terminology perilaku mengandung makna muttivariabel tidak hanya menyangkut pengetahuan, sikap atau praktek secara terpisah tetapi lebih dari itu. Sudah tenttt yang lebih memahami ada}ah ahli ilmu perifaku sendiri. Pada umumnya anafisis univariat menggunakan asumsi bahwa sampei berasal dari populasi yang mempunyai distribusi normal univariat tertttarrta bita data sampel tersebut

mempunyai skata interval atau ratio. Setanjutnya menggunakan mode! kurva normal univariat sebagai berikut_ f (x l P.0-') _ 1 I 1 exp (2;r) z (T x - fc)2 luntuk - oo < x < o0

Sedangkan analisis univariat pada umumnya dianggap etcstensi dad anatisis univariat menggunakan asumsi bahwa sample berasa! dari populasi $3 Sum of Squares and Sum Product + Residual Sum of Squares -and Sum Product.. Dalam perkembangan lebih lanjut metode statistik multivariate tidak hanya terbatas pada contoh di atas_ Dillon (1984) mengatakan baMKa anafisis multivariat berkenaan dengan hubungan yang serentak di antara variabei (simultaneous relationship among variables). 4.2. Pembagian Analisis Multivariat 4.2.1. Mode! Dependen

Model ini berkenaan dengan hubungan antara variable dependen dan variabel independen, bisa keduanya multivariabel, atau salah satu mukivariabel. (1) Satu variabel dependen dan lebih dari satu variable Independen. (a) Bila variabel dependen mempunyai skala ukuran interval atau ratio demikian juga variabel independen yang multivariabel dan masing-masing mempunyai skala interval atau ratio, maka analisis yang sesuai adalah " Analisis Regresi Ganda (Multiple Regression Analysis). (b). Bila variabel dependen mcmpunyai skala ukurar, nominal yang terdiri dari dua kategori (sukses-gagal dls.) maka anafisis yang sesuai adalah " Analisis Regresi Logistik (Logistic Regression Analysis). Di sini variabel independen yang multivariabel bisa semuanya mempunyai skala in;erval, ratio, ordinal ataupun nominal, ataupun campuran di antara empat skala ukuran.

(c) Ada jenis analisis yang dikenal dengan analisis diskriminan (Discriminant Analysis) yang nampaknya ada kemiripan dengan model analisis regresi di tnana variable dependen dinyatakan dengan skor diskriman, (d) sedangkan pada model analisis regresi, variabel dependen dinyatakan dengan simbol y sebagai hasil prediksi dad sejumlah variable independen. Hal ini berbeda dengan model analisis diskrminan yang lebih menitik beratkan ke teknik pengelompokan yaitu dengan mencari kombi nas i Ji .P+ er variable independen (variabel diskriminator) mana saja yang b'tsa mengelompokkan individu menjadi dua kelompok, tiga kelompok dan lain sebagainya.

pupyai skala . interval atau ratio sedangkan variabel independen hanya satu dengan skala ukuran nominal. (a). Yang bisa terdiri dari dua kategori (dua kelompok) atau lebih dari dua kategori (lebih dari dua kefompok).Dalam kondisi demikian analisis yang sesuai adalah Malisis Varian Muttivariat (Multivariate Ana'ysis of Variance = MANOVA), (b). Bila variabel independen terdiri dari dua kategori (dua kelompok), anatisis statistik yang sesuai adalah " Hotelling's T ", bila lebih dari dua kategori (kelompok), analisis statistic yang sesuai adalali " Wilks' lambda ". (c). Bila variabel dependen mempunyai skala nominal sedangkati variabet independen mempunyai skaia interval atau ratio selanjutnya kita mencari kombinasi linier di antara sejumlah variabel independen yang mempunyai korelasi yang kuat dengan kombinasi linier dari sejumlah variabet dependen maka analisis yang sesuai adalah Analisis Korelasi Kanonikat (Canonical Correlation Analysis). 4.2.2. Model lnterdependen

Dalam model ini tidak dibedakan mana yang variabel dependen dan mana yang variabel independen, keduanya saling interdependensi. Bila kesemua variabel mempunyai skala interval atau ratio maka ada empat jenis analt.4is yang bisa digunakan. E5 a. Analisis Komponen utama (Principal Component Analysis) merupakari teknik untuk mereduksi variabel dengan menyusun kombinasi linier variabel asai sehingga jumlahnya lebih sedikit yang satu sama lainnya menjadi orthogonal (independent). Ini salah satu cara untuk mengatasi adanya kolinientas antara variable independen pada anatisis regresi, b. Analisis Faktor (Factor Analysis) juga merupakan teknik untuk mereduksi variabel menjadi faktor yang merupakan kumpulan variabel. c. Penskalaan Muttidimensi Metrik (Metric Multidimension Scating) adalah teknik matematik yang memungkinkan seseorang untuk menyajikan kedekatan atau kemiripan (proximity or similarity) antara obyek secara meruang (spatia!) sebagaimana dalam suatu peta. Jadi intii;ya adalah memetakan obyek dalam ruang muftidimensi sedemikian rupa sehingga posisi relatif di suatu ruang mencerminkan derajad kemiripan antara obyek. d. Analisis Rumpun (Cluster Analysis) merupakan teknik untuk mernduksi data sehingga menjadi kelompok yang lebih kecil sedemikian rupa sehingga elemen yang berada di dalam satu rumpun mempunyai kemiripan yang tinggi dibandingkan dengan elemen lain yang berada di rumpun lain. Penggunaannya sering dikacaukan dengan analisis diskriminan. Pada analisis diskriminan penentuan jumlah kelompok (dua atau lebih dari dua ) dilakukan dari awal, sedangkan pada analisis rumpun hasi! akhir adalah memperoleh sejumlah rumpun atas dasar kemiripan (similarity),

e. Bila kesemua variabel mempunyai skala nominal maka anatisis yang sesuai adaiah model log linier (Loglinear Moden. Dengan model ini bisa dipelajari antar hubungan muttivariabel yang mempuyai skala nominal yang membentuk tabel kontigensi multidimensional

(Multidimensional Contigency Table). Model log linier menyatakan probabilitas se! dari tabel kontigensi 86 multidimensional dalam bentuk efek utama (main effect) dan efek interraksi (interaction effect). Datam hal model, model log linier ada kemiripan dengan analisis varian dua arah. Ada jenis analisis multivariat yaitu tidak masufc sketika yang dkemukakan oleh Dillon. Sebagai contoh adalah (1) Analisis Regresi Ordinal (Ordinal Regression Analysis) dimana variabel dependen maupun variabel independen mempunyai skala ukuran ordinal. (2) Analisis Regresi Polikhotomus (Potychotomous Regression Analysis), kalau pada regresi logistik, respon pada variable dependen adalah dikhotomus (sukses atau gagal), namun pada regresi ini responden pada variabe! dependen adalah polikhotomus (amat berat, berat, ringan, amat ringan dls.) (3) Analisis Regresi Poisson (Poisson Regression Analysis) dimana variabet dependen y mengikuti distribusi Poisson dengan mean N sedernikian rupa sehmgga : fli' exp-PI ~y (.v~ ~ ~~ ) -riitnarta i = 1,2,3 ........... n (4) Anaiisis Jalur (Path analysis) semula dikembangkan oleh Sewatf Wr4ght (1934) di mana ia mengembangkan suatu metode untuk membantu dalam mempefajari efek langsung dan tak langsung dari variabef, di mana beberapa variable dipandang sebagai penyebab dari variabel yang

lain yang dipandang sebagai akibat. Analisis ini akan diuraikan lebih luas dalam topik khusus Analisis Jalur beserta penerapan dengan menggunakan program LISREL Gambar 9.1. Skema Metode Statistik Mul6variat Metode Multivariat

a isis kanonikal Gambar 4.1. Skema Metode Statistik Multivariat Sumber : Dasar-Dasar Analisis Multivariat (Kuntora, 2003 ; 8) 4.3. Analisis Faktor Confirmatory 4.3.1. Analisis Faktor (Eksploratori) Wibowo ( 2003; 1) menyatakan bawa analisis Faktor merupakan salah satu tehnik analisis statistik Muftivariat, dengan titik berat yang diminati adalah hubungan secara bersama pada semua variabel tanpa membedakan variabel tergantung dan variabel bebas atau disebut sebagai metoda antar ketergantungan (lntedependence Methods). Analisis faktor merupakan suatu tehnik untuk mereduksi data. Proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan antar variabel yang saling

independen tersebut, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. 88 Sebagai contoh, jika semula ada 10 variabel (X) yang saling indepeildo, dengan analisis faktor mungkin bisa diringkas hanya menjadi 3 kumpulan variabel baru yang selanjutnya kumpulan variabel baru tersebut dikenal sebagai faktor. Pada analisis faktor ini menitik beratkan pada bagian variasi total dimarra variabel tertentu berkontribusi dengan variabel lain yang membentuk suatu himpunan atau faktor. Pada analisis faktor yang selanjutnya di beberapa twku diistifahkan dengan analisis faktor exploratory, peneliti tidak mempunyai pengetahuan teori atau suatu hipotesis yang menyusun struktur faktor-faktomya, dengan demikian pada analisis faktor exploratory merupakan tehnik untuk membantu membangun teori. Faktor merupakan variabel baru yang bersifat unobservable atau variabel latent atau variabel konstnrks atau ada yang menyebut variabel non visible, karena sifatnya yaitu variabei tersebut tidak (dapat) diukur atau diamati secara langsung oleh penetiti, tetapi merupakan hasi! kumpulan dari beberapa ukuran atau beberapa pengamatan atau beberapa indikator, sedangkan variabel X merupakan variabel yang dapat diukur atau diamati, sehingga disebut sebagai Observable vanable atau variabef manifest atau indikator. Tahapan-tahapan yang digunakan pada Analisis Faktor adalah menilai apakah semua variabel tersebut layak untuk dianalisis atau tidak, apabila tidak layak maka variabel ini tidak diikutkan pada analisis selanjutnya, apabita variabet - variabel tersebut layak maka akan dilakukan analisis selanjutnya. Pada tahap ke dua ini variabel - variabel yang layak ini dilakukan faktoring atau reduksi data dengan jalan variabel yang ada diekstraksi sehingga terbentuk satu atau beberapa kumpulan variabel baru atau

dikenal sebagai faktor yang dapat mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut. Pada langkah selanjutriya setelah faktomya terbentuk diiakukan validasi data. Salaft satu tujuare Oa5 va9idasi tersebut adalah apakah hasit analisis fa4ctor tersebut dapat digennraRwi 89 ke populasi. Sehingga setelah terbentuk faktor tersebut, maka penetiti 3h. mempunyai

suatu hipotesis baru berdasarican analisis factor confirmatory, analisis factor ini dapat di analisis dengan bantuan komputer, diantaranya SAS ataupun SPSS. Untuk proses validasi tersebut ada beberapa macam cara, misalnya dengan metode Analisis Faktor Confinnatory dengan cara Sfivctural Equation Modeling yang bisa dibantu dengan software LISREL. 4.3.2. Analisis Faktor Konfirmatori Pada Analisis Faktor confirmatory, peneliti secara apriori telah dapat membuat atau membangun suatu hipotesis berdasarkan konsep l teori dengart faktor struktumya. Sebagai contoh faktor stnrktur digambarkan di bawah ini

Gambar 4.2. Model Confirmatory Untuk Faktor Eksetens Sumber ; Pengantar Analysis Faktor Confirmatory (Wibowo, 2003 ; 2) Eksetens dihipotesiskan sebagai faktor umum (merupakan variabel latent l unobservable) dengan delapan subdimensi atau subfaktor. Masing-masing subdimensi diukur

oteh masing-masing indikator merupakan variabet manifes atau variabel observable atau variabel pang dapat diukur atau diamati secara langsung oleh peneliti). Variabel Ekselens tersebut bersifat unobsLhiable, sehingga perlu dikembangkan indikator sebagai pengukumya. Untuk mengukur Variabel Ekselens tersebut dikembangkan 8 indikator S1 s/d. Sa. Satu indikator hanya mengukur untuk satu faktor saja, sedangkan satu faktor bisa terdiri dari beberapa indikator. Variabel sub dimensi atau sub Faktor (S) bisa disebut sebagai variable laten tingkat pertama, dan variabet Ekselens merupakan variabel laten tingkat ke dua. Disebutkan seluruh faktor yang lengkap dengan masing-masing indikatomya dan the nature of the pattern loading adalah a priori yang spesifik. Perm asalahannya. apakah benar indicator Si sld. Ss merupakan alat pengukur faktor Ekselens yang valid dan reliable. Untuk itu periu konfirmasi lebih lanju#, yaitu memeriksa validitas dan relibilitasnya. Hal ini dapat dilakukan dengan analisis faktor sehinyga dinamakan Analisis Faktor Konfirmatori. Jadi pada prinsipnya hanya melakukan konfirmasi berdasarkan teori atau konsep. Pada Analisis Factor exploratory pada umumnya menagunakan matriks korelasi untuk estimasi faktor struktumya sebab anatisis factor dikembangkan untuk menjelaskan korelasi diantara variable. Pada model analisis factor confirmatory, adafah skala invariant, dan koretasi diantara variable. Pada model analisis factor confirmatory, adalah skala invariant, dan korelasi atau matriks kovarians bisa digunakan, tetapi secara teori pada umumnya menggunakan prosedur maksimum Likelihood, maka direkomendasikan model Analisis Faktor confirmatory menggunakan matriks ko-varians. 4.3.3. Model Satu Faktor

Diasumsikan bahwa p = 2 artinya, berdasarkan modal satu faktor dengan dua indicator, maka x. _ A, ~ + b, 9i ; x2 ~ A2 ~ + &z Matriks Ko-varians, 2; antar variable

U

2 1 07 2 2 J

diasumsikan varians dari faktor laten, ~ adalah satu, error term 8 dan latent construct adalah unorrelated, dan error term uncorrelated satu dengan lainnya, varians dan kovarians dari indikator adalah : cs1- _ A , . + V (81) ; 62- - Az, + V (8,) a,, = a21 =.i.,A2

Pada persamaan A,, A2, V (d,), dan V (,5z), adalah parameter model, vektor 8 berisi parameter model 6 = [A,, A2 V (S,), dan V (S2), dengan matriks kovarians + v(bi )~.,2 L. (~ A) ~, A 2 4 + V( ' 52 ) Mesiipakan vektor 6 , dengan catatan masing-masing vektor parameter akan disimpulkan dalam matriks kovarians unique. Serdasarkan persamaan diatas, bila indikator ada 3 dengan asumsi p=3 maka model persamaan parameter dari matriks kovarians adalah + V(tSt ); UZ = ~ -{- V( .52 ); 63 = r~ -f- V( 453 ) or, 2 = At A2or

., - " 1 " 3 ;

0'

23 - A2 " 3

Pada p=3 tersebut di atas didapatkan 6 persamaan dan 6 parameter yang dapat diestimasi. Pada persamaan dengan 4 indikator artinya p=4, maka persamaan matriks kovarians untuk parameter model adalah 0 11 _07

"12

+= ~ + V( S2 ); Q3+ V(v3 ); 64 = 4 + =~ V0S4 )

1

V( 61 ) ; ~z - ; 013

- a 27 A 3; 0 C - 2 " 3 ; 0'2 4 - " 7" ~4 14 ' h ' 4+ ~2 -

23

Ada 4 model indikator adalah overidentified sebagai 10 persamaan dan 8 parameter yang

dapat diestimasikan. Persamaan yang overidentifying adalah derajat bebas untuk hipotesis testing, pada kasus model 4 indikator mempunyai 2 92 derajat bebas. Pada model p-indikator, maka akan didapatkan, p(p=+9)12 - q derajat bebas, dengan q adalah jumlah parameter yang dapat diestimasikan. 4.3.4. Pada Model dua Faktor dengan Correlated Coizstrcrct Mengikuti persamaan sebelumnya, persamaan Model dua Faktor adalah x, _ ~, ~, + a, X3 = ).3 ~3 + 63 X4 = .14 ~4 + & x2 = )2 ~~2 + 62

Simbol pada model dua faktor x,, dan xz adalah indikator l; , , x3 dan x,, adalah indikator ~z. Mengikuti persamaan hubungan antara model parameter dan elemen matriks covarians adalah Or'z= A1z+ V (a1). (Fz z = A2 2( 62); ~ Q3 2 ` A3 2+V ( b3), (T14 - A1 M Y' Q42` M2 +V ( 64), Q34 - ),3 M Y' (Y'2- A1 A2 t 713 = Al A3 ~Uz3= Az

~3

924 = A2 114

adalah covarians antara dua construct latent Ada 10 persamaan dan 9 parameter yang dapat diestimasi. 4.3.5. Obyektif yang bisa didapat dari Analisis Faktor Confirmatory Menunjukkan matriks kovarians dari sampel untuk mengestimasikan parameter dari mode! faktor yang telah dihipotesiskan, dan menentukan mode) faktor yang paling fit, yaitu dengan estimasi yang paling dekat dari matriks kovarians E ke matriks kovarians sampel S, program ini bisa dianatisis menggunakan LISREL (Linear Structural Relations)_ Interpretasi pada output LISREL 1. 2. 3. 4. Informasi Model dan Parameter. Estimasi Awal. Evaluasi Model yang paling fit. Eva,'uasi Estimasi Paramater dan Estimasi Faktor Model.

5. Perubahan Model (Model Respecification). Ada beberapa uji statistik yang digunakan untuk menunjukkan model sudah fit atau tidak, di antaranya menggunakan XZ test dan Ukuran heuristic dari mode! yang fit. X2 test menggunakan hipotesis statistik Ho: E = E(9) dan H, : E # E (A) Ho ditotak bila p< a , artinya bila Ho ditolak adalah secara statistik faktor model tidak fit dengan data.

Beberapa ukuran lain yang dapat digunakan untuk ukuran model yang fit adalah Goodess of fit Indexs (GFl), dan Adjusted Goodness nf fit Index (AGFt). Berapa kriteria untuk ukuran bahwa model cukup fit dengan data, dikatakan ukuran kriteria GFI bahwa model cukup fit bila lebih dari 0,9, sedangkan ukuran AGFI bahwa model cukup fit dengan data bila lebih dari 0,8. Pada LISREL, ukuran untuk menunjukkan model fit dengan data ada beberapa selain di atas misalnya Root Mean Square Residual (RMSR) . Apabila Faktor modef tidak fit dengan data maka analisis akan berhenti, tetapi apabila faktor mode! cukup fit maka tahap selanjutnya adalah evatuasi dan interpretasi paramater estimasi dari model, tetapi bila model tidak cukup fit maka evaluasinya adalah mengapa data itu tidak fit. Untuk evaluasi parameter, tingkat signifikansi digunakan pendekatan ke distrusi t, parameter tersebut akan siginifikan artinya bahwa parameter tersebut bisa masuk ke dalam model, apabila p < a , artinya bila Ho ditolak adplah secara statistik parameter tesebut dapat masuk ke dalam model. 93 Apabila faktor model tidak fit dengan data, bagaimana se.tenjuthyt, apakah model tersebut dapat dimodifikasi ?. Pada LISREL dapat menunjukkan sejumlah ukuran yang membantu mengidentifikasi data yang tidak fit tersebut, dengan menggunakan teori dasar, maka model dapat diubah, hall ini disebut sebagai Model Respecijcation. Contoh hasil Oulput (LISREL) Faktor-faktor yang mcmpengaruiu penjualan 0.63 Layout -____ 0,03 F(engkap t 0,93 8ersih 1,00 Harga ~\ ,5s

mosi ----G.35 ~ - ; 0,78 Image 0,67

0,30 1,00 1,00

Gambar 4.3. Pendugaan Parameter F1 clan FIE Variabel Laten FI (Faktor Internal) terdiri dari Varizbel Layout (tata letak barang), Lengkap (kelengkapan barang yang dijual) clan Bersih (kebersihan toko). Variabel Laten FE (Faktor Ekstemal) terdiri dari variabel Harga (harga barang), Promosi, clan Image (persepsi pelanggan). Dari Faktor Internal nienunjukkan bahwa parameter yang menghubungkan FI dengan Layout clan Bersih relatif kecil yaitu 0,15 dan 0,3. (Nilai Parameternya lebih besar nilai parameter dari panah yang di sebelah kiri yaitu 0,63 dan 0.93). Artinya ada variabel lain yang tidak masuk mode! tetapi mempengaruhi variabel Layout clan variabel Bersih yang koefisien Parameter lebih besar dibandingkan koefisien Parameter untuk mendukung Faktor Intemal.

Apakah variabel Layout clan variabel Bersih secara signifikan bisa sebaga! tndikator FI ? Hal ini bisa dilihat apakah nilai parameter tersebut signifikan atau 95 tidak, apabila tidak signifikan artinya bahwa variabel Layout clan variabel Ber,-Ah tidak valid untuk mengukur Faktor Internal. Selanjutnya dilihat hasil tingkat signifikansi dengan menggunakan uji t seperti terlihat gambar 3. 3.03 Layout Fl 1.95 6,25 Bersih 5,52 5.09 4.13 _ _ FE Promosi - a~ _ _; 1,00 Lo.,o L--- 4,35 1,00 0,09 Lengkap --=

Gambar 4. 4 : Tingkat Signifikansi Parameter FI dan FE Hasil uji t untuk pendugaan parameter temyata benar bahwa hasil sigifikansi menunjukkan variabel Layout clan Bersih tidak signifikan (pada komputer akan terlihat warna merah atau bila dicocokkan dengan table t dengan a = 0,05 dengan derajat bebas n-1) sehingga variabel tersebut bisa dikatakan bahwa ke dua variabel bukan indikator untuk Faktor Internal. Untuk Faktor eksternal semua Parameternya Inenunjukkan hasil yang signifikan artinya variabel (Harga, Promosi dan Image) tersebut bisa sebagai indikator t=aktor Eksternal.

Bila dilihat dari Model menunjukkan Chi-Square > 0,05 artinya model tersebut sudah fit. 4.4. Analisis Jalur (Path Analysis) 4.4.1. Analisis Jalur Sebagai Alat Penguji Model Wibowo (2003;1) menyatakan bahwa analisis sebagai metode untuk mempelajari pengaruh (erek) secara langsung dan seeara tidak langsung dari variabel bebas terhadap variabel ter5antung. AnaCsis ini Jalur dikembangkan merupakan salah satu pitihan dalam rangka mempelajari keterganturg2M sejumlah variabel di dalam model. Analisis ini merupakan metade yang baik untuk menerangkan apabila terdapat seperangkat data yang besar untuk dianalisis dan mencari hubungan kausal. Analisis Jalur digunakan untuk menelaah hubungan antara model kausal yang telah dirumuskan peneliti atas dasar pertimbangan teoritis dan pengetahuan tertentu. Hubungan kausal selain didasarkan pada data, juga didasarkan pada pengetahuan, penrmusan hipotesis dan analisis togis, sehingga dapat dikatakan analisis jalur dapat digunakan untuk menguji seperangkat hipotesis kausal serta untuk menafsirkan hubungan tersebut. Analisis Jatur merupakan suatu analisis yang dikembangkan oleh Sewai Wright, seorang ahli Genetika pada tahun 1921, tetapi mulai dikenal setelah di perkenalkan oleh Duncan dalam literatur Sosiologi, dan banyak digunakan dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam bidang ilmu sosial tersebut. 4.4.1.1. Persyaratan pada Analisis Jalur Pada Analisis Jalur ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu : 1.1. Hubungan antar variabel di dalam model adalah linier artinya perubahan yang terjadi pada variabel adalah menrpakan furtgsi perubahan linier dari variabel lainnya yang bersifat kausal.

1.2. Variabel yang diamati mempunyai sifat aditif artinya variabel yang mempunyai sifat multiplikatif dan eksponensial tidak dapat dipergunakan. 1.3. Variabel sisa tidak berkorelasi dengan variabet yang sesudahnya (variaber regresi lainnya). 1.4. Variabel yarig diukur berskala interval atau rasio.

4.4.1.2. Diagram Jalur Sebagai Model Kausal Suatu diagram jalur akan sangat membantu di dalar-i menganalisis dan

menginterpretasikan hubungan yang dihipotesiskan. Oleh karena itu sebelum menganalisis jalur tersebut, peneliti sudah mempunyai teori atau hipotesis terlebih dahulu terhadap model atau diagram jalumya. Berpikir secara kausal dan menyusun suatu diagram berarah merupakan cerminan proses kausal yang akan mempermudah penafsiran dan penginterpretasian terhadap hipotesis yang diajukan. Di dalam menyusun model kausal masalah yang sering dihadapi adalah menetapkan variabel mana di dalam model yang merupakan variabel bebas dan variabel tergantungnya. Urutan dalam menyusun model tersebut harus disusun berdasarkan teori atau hipotesis yang benar. (Pendekatan tersebut bisa disebut pendekatan pada konsep Konfirmatori). Dalam model kausal dibedakan antara variabel eksogenus dan variabel endogenus. Variabel eksoge:ius adalah variabe! yang keragamannya tidak dipengaruhi oleh penyebab di dalam sistim. Variabel ini tidak dapat ditetapkan hubungan kausalnya. Variabel ini kita tetapkan sebagai variabet pemula yang memberi efek kepada variabel lain. Variabel ini tidak diperhitungkan jumlah sisanya (disturbance), meskipun sebenamya juga mempunyai sisa / error, sedangkan