30
 BAB I PENDAHULUAN         dan seg ala ses uat u Kami cip tak an ber pas ang -pa san gan sup aya kamu menging at kebesaran Allah 1 . Ayat di atas menegaskan bahwa semua jenis makhluk hidup memiliki kodrat  berpasa ng -pa sangan. Da lam ke hid up an umat ma nu si a, Islam ha ny a me ng akui "penikahan” sebagai satu-satunya bentuk berpasangan yang benar 2 . Tidak ada bentuk  berpasangan yang lain seperti pacaran, kumpul kebo dll. Arti Nikah Menurut bahasa: berkumpul atau menindas. Adapun menurut istilah Ahli Ushul, Nikah menurut arti aslinya ialah aqad , yang dengannya menjadi halal hubungan kelamin antara lelaki dan perempuan, sedangkan menurut arti majasi ialah setubuh. Demikian menurut Ahli Ushul golongan Syafi’iyah. Adapun menurut Ulama Fiqih, Nikah ialah aqad yang di atur oleh Islam untuk memberikan kepada lelaki hak memiliki pe ng gu naa n te rha da p far aj (k emal uan ) da n se lur uh tu bu hn ya un tu k  penikmatan sebagai tujuan utama. Konsep pernikahan dalam Islam anehnya seringkali tidak dipahami secara utuh oleh para pemeluknya sendiri. Masih banyak muslim yang belum memahami konsep mengenai wali, mahar (maskawin), saksi, Kufu, dan hal-hal lain yang merupakan  bagian dari konsep pernikahan menurut Islam. Kami pernah menemukan ada orang yang menyebut penghulu sebagai wali, padahal keduanya merupakan konsep yang sangat berbeda. 1 Al-Qur’an Surat Adz-Dzaariyaat ayat 49 2 Syamsul Rijal Hamid,  Buku Pintar Agama Islam , Cetakan IX (Jakarta: Penebar Salam. 2001), hal. 237 1

Munakahah Al Islam II 2003

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 1/30

BAB I

PENDAHULUAN

     

   

“dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu

mengingat kebesaran Allah”1.

Ayat di atas menegaskan bahwa semua jenis makhluk hidup memiliki kodrat

  berpasang-pasangan. Dalam kehidupan umat manusia, Islam hanya mengakui

"penikahan” sebagai satu-satunya bentuk berpasangan yang benar 2. Tidak ada bentuk 

 berpasangan yang lain seperti pacaran, kumpul kebo dll.

Arti Nikah Menurut bahasa: berkumpul atau menindas. Adapun menurut istilah

Ahli Ushul, Nikah menurut arti aslinya ialah aqad , yang dengannya menjadi halal

hubungan kelamin antara lelaki dan perempuan, sedangkan menurut arti majasi ialah

setubuh. Demikian menurut Ahli Ushul golongan Syafi’iyah. Adapun menurut Ulama

Fiqih, Nikah ialah aqad yang di atur oleh Islam untuk memberikan kepada lelaki hak 

memiliki penggunaan terhadap faraj (kemaluan) dan seluruh tubuhnya untuk 

 penikmatan sebagai tujuan utama.

Konsep pernikahan dalam Islam anehnya seringkali tidak dipahami secara utuh

oleh para pemeluknya sendiri. Masih banyak muslim yang belum memahami konsep

mengenai wali, mahar (maskawin), saksi, Kufu, dan hal-hal lain yang merupakan

 bagian dari konsep pernikahan menurut Islam. Kami pernah menemukan ada orang

yang menyebut penghulu sebagai wali, padahal keduanya merupakan konsep yang

sangat berbeda.1

Al-Qur’an Surat Adz-Dzaariyaat ayat 492 Syamsul Rijal Hamid,   Buku Pintar Agama Islam, Cetakan IX (Jakarta: Penebar Salam.

2001), hal. 237

1

Page 2: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 2/30

Karena itu di tulisan ini kami ingin mencoba menjelaskan tentang konsep

 pernikahan dalam Islam. Untuk kesesuaian dengan tugas yang diberikan kepada kami,

maka kami hanya membatasi pembahasan hanya pada beberapa hal yang ada dalam

konsep pernikahan menurut Islam yaitu, tentang syarat, rukun, dan hukum menikah

dalam Islam (termasuk di dalamnya tentang wali, mahar, dan saksi), tetang bagaimana

cara memilih jodoh dan meminangnya dan beberapa hal yang terkait dengan apa yang

sudah kami sebutkan.

Dalam penulisan ini, kami menggunkan teknik studi pustaka baik dari buku,

artikel, internet dan literatur lainnya.

Pastinya akan ada kekurangan dan mungkin kesalahan dalam tulisan kami,

tentunya itu bukanlah faktor kesengajaan dari kami dan mohon untuk dimaklumi dan

dimaafkan. Kritik dan saran untuk penyempurnaan tulisan ini tentunya akan kami

sambut dengan baik.

2

Page 3: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 3/30

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Hukum Nikah dalam Islam

Ada berbagai pendapat tentang bagaimana hukum menikah dalam agama Islam.

 Namun, hukum-hukum tersebut tidak lepas dari konsep ahkamul khomsah yang ada

dalam ajaran Islam, yaitu Wajib, Sunnah, Mubah, Makruh dan Haram. Hal ini berkaitan

dengan menikah dalam konteks sebuah ibadah. Meskipun ada pendapat yang

menyatakan bahwa menikah bukanlah suatu ibadah melainkan kebutuhan manusia,

namun tak dapat dipungkiri bahwa dalam pernikahan banyak sekali ibadah yang terkait,

seperti memberi nafkah keluarga bagi suami, berhubungan badan di malam jum’at dan

lain-lain. Jadi meskipun menikah bukanlah suatu ibadah, tetapi sangat erat kaitannya

dengan ibadah

3

.

II.1.A. Wajib

Imam Al-qurtubi berkata bahwa para ulama tidak berbeda pendapat tentang

wajibnya seorang untuk menikah bila dia adalah orang yang mampu dan takut tertimpa

resiko zina pada dirinya4. Jadi menikah hukumnya wajib jika orang tersebut telah cukup

umur (baligh), memiliki kemampuan finansial untuk membayar maskawin dan

menafkahi keluarga dan beresiko melakukan zina. Hal ini didasarkan pada menghindari

 perbuatan zina adalah hukumnya wajib jadi menikah untuk menghindari zina adalah

3 Lihat Musthafa Helmy, Catatan-catatan Pernikahan, ( Jakarta : Timer Publising. 2010 )

halaman 5-84 Lihat _____,”Hukum Pernikahan dalam Islam” artikel diakses 20 Juli 2011 dari

http://elfadhi.wordpress.com/2007/03/29/hukum-pernikahan-dalam-islam/ 29 Maret 2007

3

Page 4: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 4/30

wajib juga hukumnya. Menurut Prof. Dr. Wahbah Azzuhaily “Sesuatu yang mengarah

 pada wajib maka hukumnya juga wajib”5

Rasulullah SAW pernah bersabda :

“Wahai para pemuda, siapa di antara kalian yang mampu menikah (jima’ dan

biayanya) maka nikahlah, karena ia lebih dapat membuatmu menahan pandangan dan

memelihara kemaluan.  Barangsiapa tidak mampu menikah maka berpuasalah, karena

hal itu baginya adalah pelemah syahwat.” (HR. Bukhari dan Muslim)6

Dari hadist di atas secara jelas Rasulullah SAW memerintahkan umatnya yang

sudah mampu untuk segera menikah. Perintah tersebut ditujukan sebagai upaya untuk 

menahan nafsu (dalam hal ini nafsu birahi) dan agar umatnya tidak terjerumus ke dalam

 jurang perzinahan.

Hadist lain yang mendukung pendapat bahwa seorang muslim sebaiknya segera

menikah jika sudah mampu secara fisik dan ekonomi adalah Hadist yang diriwayatkan

oleh Imam Ahman bin Hanbal, Ibnu Abi Syabah, dan Ibnu Abdil Barr yang menyatakan

 bahwa suatu hari Ahkaf bin Wada’ah bertemu Rasulullah SAW dan ditanya : “ Apakah

engkau sudah punya istri wahai Ahkaf?” ; Ahkaf menjawab: “Tidak” ; Rasulullah

SAW kemudian bertanya lagi: “Apakah engkau mempunyai Jariyah (hamba sahaya)?”

; Ahkaf Menjawab: “Tidak”. Rasulullah SAW bertanya lagi: “Adakah engkau sehat 

dan berkecukupan?” ; Ahkaf Menjawab: “Iya, Alhamdulillah” ; Rasulullah Lantas

5 Dr. Syaikh Wahbah Azzuhaily,  Al-Fiqhul Islam wa Adilklatahu, cetakan ke-3, jilid I (USA :

Darul Fikr 1983) hal. 1576 Lihat Abu Hamzah Ibnu Qomari, “Hikmah dan Hukum Nikah”, artikel diakses 20 Juli 2011

dari http://abuzubair.wordpress.com/2007/09/01/hikmah-dan-hukum-nikah/ 1 September 2007

4

Page 5: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 5/30

bersabda: “Jika demikian maka engkau adalah teman setan. Jika engkau termasuk 

 pendeta (yang selibat/tidak kawin) maka bergabunglah dengan mereka. Jika engkau

termasuk golongan kami maka lakukan seperti yang kami lakukan (menikah). Dan

 sesungguhnya termasuk dari sunnah-sunnah kami adalah menikah. Seburuk kalian

adalah pelajang dari kalian. Sesungguhnya yang paling hina dari kematian kalian

adalah kematian dalam keadaan melajang.”7 (H.R.Ahmad)

Hadist di atas memang tidak secara langsung menyatakan bahwa menikah

adalah wajib hukumnya bagi umat Islam, tetapi di akhir hadist Rasulullah SAW sampai

menanyakan apakah Ahkaf termasuk golongan pendeta yang tidak kawin menunjukkan

 bahwa orang Islam yang sudah mampu secara fisik dan ekonomi dan tetapi tidak mau

menikah bukanlah golongan umat yang mengikuti Sunnah Rasulullah SAW.

II.1.B. Sunnah

Menikah hukumnya Sunnah bagi muslim yang telah mampu secara fisik dan

ekonomi untuk menikah tetapi dia tidak beresiko terjerumus ke dalam perbuatan zina8.

Ukuran tidak beresiko disini bisa karena banyak hal, karena memang orang tersebut

 punya keimanan dan ketaqwaan yang kuat, kondisi lingkungan yang kondusif dan tidak 

membuka celah terhadap perbuatan zina atau sebab lain. Rasulullah SAW bersabda9  :

7 Lihat Musthafa Helmy, Catatan-catatan Pernikahan, ………………….. halaman 4-58

Lihat Musthafa Helmy, Catatan-catatan Pernikahan, …………………...halaman 7-8

9 Lihat Abu Hamzah Ibnu Qomari, “Hikmah dan Hukum Nikah”, …………………………..

5

Page 6: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 6/30

“ Dalam kemaluanmu ada sedekah.” Mereka bertanya:”Ya Rasulullah , apakah

 salah seorang kami melampiaskan syahwatnya lalu di dalamnya ada pahala?” Beliau

bersabda:”Bagaimana menurut kalian, jika ia meletakkannya pada yang haram

apakah ia menanggung dosa? Begitu pula jika ia meletakkannya pada yang halal maka

ia mendapatkan pahala.” (HR. Muslim, Ibnu Hibban) 

Artinya menurut hadist di atas menikah itu hal yang halal dan jika dikerjakan

maka ia mendapat pahala, sementara Rasulullah SAW tidak pernah secara eksplisit

menyatakan bahwa menikah adalah wajib, jadi orang yang tidak menikah selama ia

tidak terjebak dalam jurang zina ia tidak berdosa tetapi tidak mendapatkan pahala.

Yang termasuk menikah yang berhukum sunah adalah menikah dengan niat

ingin menolong wanita atau ingin beribadah dengan infaqnya10. Menikah juga dianggap

sunnah jika untuk mendapatkan keturunan karena ia berarti telah menjalankan ajaran

Rasulullah SAW dalam hal memperbanyak umat beliau sebagaimana hadist:

Dari Abi Umamah bahwa Rasulullah SAW bersabda, ” Menikahlah, karena aku

berlomba dengan umat lain dalam jumlah umat. Dan janganlah kalian menjadi seperti

 para rahib nasrani.” (HR. Al-Baihaqi 7/78)11

10 Lihat Abu Hamzah Ibnu Qomari, “Hikmah dan Hukum Nikah”, ……………………………11Lihat _____,”Hukum Pernikahan dalam Islam” ………………………………………...

6

Page 7: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 7/30

III.1.C. Mubah

menikah hukumnya mubah atau boleh bagi muslim yang mampu dan aman darifitnah, tetapi tidak membutuhkannya atau tidak memiliki syahwat sama sekali seperti

orang yang impotent atau lanjut usia, atau yang tidak mampu menafkahi, sedangkan

wanitanya rela dengan syarat wanita tersebut harus rasyidah (berakal), meskipun dalam

  beberapa pendapat seperti pendapat imam Syafi’i nikahnya orang yang impoten

dihukumi makruh

Juga mubah bagi yang mampu menikah dengan tujuan hanya sekedar untuk memenuhi

hajatnya atau bersenang-senang, tanpa ada niat ingin keturunan atau melindungi diri

dari yang haram12. Secara umum,

III.1.D. Makruh

Orang yang punya penghasilan kecil yang dikhawatirkan akan kesulitan dalam

menafkahi keluarganya dan tidak sempurna kemampuan untuk berhubungan seksual,

hukumnya makruh bila menikah. Namun bila calon istrinya rela dan punya harta yang

 bisa mencukupi hidup mereka, maka masih dibolehkan bagi mereka untuk menikah

meski dengan karahiyah. Sebab idealnya bukan wanita yang menanggung beban dan

nafkah suami, melainkan menjadi tanggung jawab pihak suami. Maka pernikahan itu

makruh hukumnya sebab berdampak dharar (buruk/berbahaya) bagi pihak wanita.

Apalagi bila kondisi demikian berpengaruh kepada ketaatan dan ketundukan istri

kepada suami, seperti istri menjadi semena-mena dan mau menangnya sendiri karena

12 Lihat Abu Hamzah Ibnu Qomari, “Hikmah dan Hukum Nikah”, ……………………………

7

Page 8: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 8/30

merasa sebagai yang berpenghasilan lebih dalam keluarga dan menjadi tulang

 punggung dalam keluarga, maka tingkat kemakruhannya menjadi jauh lebih besar 13.

Menurut Madzhab Syafi’i, makruh juga hukum menikahnya orang yang punya

 penyakit yang tak bisa disembuhkan, berusia sangat tua, impoten, menikahi perempuan

yang sudah dipinang oleh orang lain, juga nikah sebagai muhallil (penengah pernikahan

wanita yang sudah ditalak tiga oleh mantan suaminya agar bisa dinikahi lagi oleh

mantan suaminya tadi). Termasuk makruh juga jika dalam pernikahan tersebut salah

satu pasangan memanipulasi data diri sebgai upaya yang sengaja, seperti status sosial,

keturunan, status kemerdekaannya atau kebudakannya14.

III.1.E. Haram

Menikah dapat menjadi haram hukumnya secara normal dikarenakan karena ia

tidak akan mampu untuk menafkahi keluarganya baik secara ekonomi maupun secara

 biologis (dalam hubungan dengan istri) kecuali dia sudah berterus terang sebelumnya

kepada calon istrinya dan sang calon istri bisa menerimanya dengan penuh kerelaan.

Termasuk yang diharamkan juga adalah pernikahan orang yang berpenyakit menular 

yang berbahaya seperti AIDS, Syphilis, Gonorhae dan lain-lain yang dapat

membahayakan kesehatan dan bahkan nyawa calon pasangannya, kecuali dia

menjelaskannya terlebih dahulu pada sang calon pasangan, inipun dengan catatan

 bahwa pernikahan tersebut hukumnya masih makruh atau dengan kata lain sangat tidak 

dianjurkan.

Selain itu menurut Madzhab Syafi’i, secara khusus ada Sembilan perkawinan

yang dilarang atau di haramkan15 yaitu :

13

Lihat _____,”Hukum Pernikahan dalam Islam” ……………………………………….14 Lihat Musthafa Helmy, Catatan-catatan Pernikahan, …………………………….hal 715 Lihat Musthafa Helmy, Catatan-catatan Pernikahan, ……………………. ……..hal 31-34

8

Page 9: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 9/30

1. Pernikahan Syighar . Yang dimaksud dengan pernikahan Syighar  adalah

  pernikahan barter, dimana seorang wali menikahkan anak atau kerabatnya

dengan maskawin mengawini anak atau kerabat dari pihak laki-laki. Dalam hal

ini yang menjadi maskawin adalah keperawanan masing-masing. Dasar 

 pendapat ini adalah hadist Muslim dari ibnu Umar “Tiada bentuk Syighar dalam

islam”.

2.  Nikah Mut’ah, yaitu pernikahan yang menggunakan batas waktu atau istilah

umumnya adalah nikah kontrak. Cacat nikah ini adalah digunakannya batas

waktu, yang mana hal ini bertentangan dengan ajaran islam yang mengajarkan

 bahwa pernikahan itu untuk selamanya dan membina keluarga.

3. Perikahan yang dilakukan oleh orang yang sedang melalakukan Ihram baik 

untuk haji maupun umroh. Hal ini karena orang yang dalam keadaan Ihram

memang diharamkan untuk menikah.

4. Pernikahan yang dilakukan oleh para wali seorang perempuan dengan beberapa

orang yang berbeda. Contohnya sang ayah perempuan menikahkan anaknya

dengan si A sementara sang kakek perempuan tersebut menikahkannya dengan

si B dimana tidak diketahui mana yang lebih dahulu. Jika diketahui maka yang

terakhir dianggap tidak sah.

5. Menikahi wanita yang sedang dalam masa iddah (masa menunggu setelah

diceraikan atau ditinggal mati suaminya).

6. Menikahi wanita yang diragukan apakah ia hamil atau tidak.

9

Page 10: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 10/30

7. Pernikahan seorang muslim dengan perempuan non-muslim16 termasuk 

 perempuan Islam yang murtad (keluar dari agama Islam).

8. Pernikahan seorang muslimah dengan laki-laki non-muslim termasuk laki-laki

yang murtad.

9. Menikahi wanita yang suka berganti agama.

Ada banyak perbedaan pendapat tentang hukum menikah ini sebagai contoh, Imam

Syafi’i menganggap pernikahan sebagai muhallil makruh sementara Imam Hanbali

menganggap hal itu haram karena pernikahan itu tidak karena Allah melainkan karena

orang, dalam hal ini adalah mantan suami dari perempuan yang akan dinikahi oleh

muhallil. Juga menurut Imam Syafi’i menikahi perempuan yang sudah dipinang orang

lain dihukumi makruh sementara Imam Maliki menilai hal itu haram17.

Adapun pernikahan yang dianggap haram oleh semua ulama islam adalah

menikahi wanita yang masih menjadi muhrimnya. Perempuan-perempuan yang

tergolong muhrim ada 14 macam yang terbagi dalam empat golongan18 yaitu :

1. 7 (tujuh) orang dari sebab nasab (keturunan) :

a. Ibu, ibunya ibu, dan ibu dari bapak sampai garis keturunan ke atas dst.

 b. Anak, cucu, dan keturunan ke bawah dst.

c. Saudara perempuan kandung atau yang seayah atau yang seibu.

d. Saudara perempuan bapak.

e. Saudara perempuan Ibu.

16 Dalil untuk masalah ini jelas dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 22117

Lihat Musthafa Helmy, Catatan-catatan Pernikahan, ………………… ……..hal 3518 Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, …………………………...., hal. 238

10

Page 11: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 11/30

f. Anak perempuan dari saudara laki-laki, dan terus ke bawah.

g. Anak perempuan dari saudara perempuan, dan terus ke bawah.

2. 2 (dua) orang sebab radla’ah (susuan) :

a. Perempuan yang menyusui kita sekalipun itu bukan ibu kandung kita.

 b. Saudara perempuan satu susuan.

3. 4 (empat) orang dari sebab mushaharah (perkawinan) :

a. Ibu dari isteri (ibu mertua).

 b. Anak tiri, apabila sudah pernah menggauli ibunya.

c. Isteri dari anak (menantu).

d. Isteri dari bapak (ibu tiri).

4. 1 (satu) orang dari sebab jama’ (berkumpul) yaitu saudara perempuan dari isteri.

Dasar tentang perempuan yang menjadi muhrim ini adalah firman Allah SWT. :

     

     

         

     

   

 

 

   

11

Page 12: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 12/30

   

 

   

 

   

   

       

     

   

   

   

       

         

     

       

     

       

     

   

     

   

       

     

12

Page 13: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 13/30

         

    19 

22. “dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu,

terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu Amat keji dan

dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).”

23. “diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan20;

 saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan;

  saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-

  saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang 

 perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu

isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang 

telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah

kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu)

isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua

  perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau;

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

24. “dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-

budak yang kamu miliki21 (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya

atas kamu. dan Dihalalkan bagi kamu selain yang demikian22 (yaitu) mencari isteri-

isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang 

19 Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 22-2420 Maksud ibu di sini ialah ibu, nenek dan seterusnya ke atas. dan yang dimaksud dengan anak 

 perempuan ialah anak perempuan, cucu perempuan dan seterusnya ke bawah, demikian juga yang lain-lainnya. sedang yang dimaksud dengan anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu, menurut jumhur ulama Termasuk juga anak tiri yang tidak dalam pemeliharaannya.

21 Maksudnya: budak-budak yang dimiliki yang suaminya tidak ikut tertawan bersama-

samanya.22 Ialah: selain dari macam-macam wanita yang tersebut dalam surat An Nisaa' ayat 23 dan

24.

13

Page 14: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 14/30

telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya

(dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan Tiadalah mengapa bagi kamu

terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar 

itu23. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

II.2. Memilih Jodoh

Dalam agama Islam, ada empat kriteria yang bisa digunakan oleh seorang laki-

laki dalam upaya mencari jodoh yang baik untuk dirinya. Keempat kriteria tersebut

disebutkan oleh Rasulullah dalam hadist beliau :

 ن  د ع  ي  ن  س  ح يى  ب   ا ث د    م   كي   ن   ح يى  ب   ا ث د   

 ه  بي  ن أ  د ع  ي  ن أ ب  س  د  ب  ي  ن  س  ر ع    ن ع ل  ب د   ي  ع

 م  س   ه  و  ي  ع ل ى  ص  ل

  س       رة أ  ر  ب أ ن  ع

 ا  ا   ج  و  ا      ح  و  ا   ا        ب ء  ا      ك      ت  قا

  د       ر ب  ن  ت د    ذ   ر  ب  ظ ف  ا  ا  د   و 

Artinya: “Wanita dinikahi karena empat faktor. Karena hartanya, nasabnya,

kecantikannya, dan karena agamanya. Maka, menangkanlah wanita yang mempunyai

agama, engkau akan beruntung.” ( H.R.Ibnu Majah)24

Jadi dalam memilih jodoh, Islam mengajarkan untuk memilihnya berdasarkan

apakah si calon isteri berharta banyak (kaya), nasab atau keturunnya dari keluarga yang

 baik dan alim, kecantikannya, dan terakhir karena ilmu agamanya. Jika calon isteri

23 Ialah: menambah, mengurangi atau tidak membayar sama sekali maskawin yang telahditetapkan.

24 Lihat Annisa Hidayat, “Konsep memilih pasangan hidup dalam perspektif hadist”, artikeldiakses 21 Juli 2011 dari  http://annisahidayat.wordpress.com/2010/04/22/konsep-memilih-pasangan-hidup-dalam-perspektif-hadis/ 22 April 2010

14

Page 15: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 15/30

kaya, maka sang suami tidak perlu khawatir keluarganya akan kekurangan dan dia bisa

 banyak beramal dengan harta isterinya seperti bersedekah, infaq dll. Jika si isteri dari

keturunan yang status sosialnya tinggi maka secara tidak langsung hal ini akan

mengangkat status sosial si suami itu sendiri. Jika si isteri punya wajah yang cantik,

maka si suami tidak akan tertarik pada wanita lain dan bisa menghindari terjadinya

 perselingkuhan dan zina. Namun yang paling utama adalah jika si calon isteri punya

dasar agama yang kuat karena akan membuat si suami tenang dan bisa ikut

meningkatkan keimanannya juga.

Mengenai keutamaan menikahi perempuan karena faktor agamanya dan

  bukannya faktor lain dapat dilihat dari hadist Rasulullah SAW yang artinya25 :

“ Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin kecantikan itu akan

membawa kerusakan bagi mereka sendiri. Dan janganlah kamu menikahi wanita

karena mengharap hartanya, mungkin hartanya itu akan menyebabkannya sombong.

Tetapi nikahilah mereka dengan dasar agama dan sesungguhnya budak yang hitam

lebih baik asal ia takwa kepada Allah SWT .” (H.R.Baihaqi). Juga ada hadist lain yang

menyarankan agar para muslim tidak menikahi seorang wanita karena faktor keturunan

sebagaimana sabda Rasulullah SAW26. : “  Barang siapa menikahi seorang wanita

karena kebangsawanannya, niscaya Allah tidak akan menambah kecuali kehinaan”.

Jadi sekali lagi jelas bahwa dalam konsep memilih jodoh, yang paling baika adalahmemilih dengan dasar dan alasan agama dan bukan yang lain.

Dalam ajaran islam juga dikenal istilah Kufu (keserasian) dalam arti mempelai

 pria dan mempelai wanita setara dalam agama, nasab, dan fisik (tidak ada cacat

  permanen baik fisik maupun psikologis). Hal ini didasarkan pada hadist Rasululah

25 Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, ……………………………… hal. 24026 Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, ………………………….. hal. 239-240

15

Page 16: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 16/30

SAW. : “Tiga hal jangan ditunda. Sholat jika telah masuk waktunya, (merawat)

 jenazah jika sudah tiba, dan (menikahkan) gadis yang sudah mendapatkan jodoh yang 

 sepadan (kufu)”27. Dalam hal ini kufu adalah hak dari mempelai wanita dan walinya.

Artinya mereka bisa saja membatalkan pernikahan jika mereka merasa mempelai pria

tidak kufu dengan mempelai wanita meskipun hal ini bukan termasuk dalam syarat atau

rukun pernikahan.

II.3. Meminang ( Khitbah)

Pengertian meminang adalah pernyataan seorang laki-laki yang meminta

kesedian seorang wanita untuk menjadi isterinya28. Peminangan atau biasa juga disebut

lamaran ini sangat penting terutama berkaitan dengan syarat nikah bahwa harus ada

kesediaan dari kedua belah pihak 29, dan berkaitan dengan agar tidak terjadi seorang

wanita yang sudah dilamar oleh seorang muslim di pinang juga oleh orang lain

sebagimana sabda Rasulullah SAW : “Orang mukmin adalah saudara orang mukmin,

maka tidak halal bagi seorang mukmin meminang seorang wanita yang sedang 

dipinang oleh saudaranya. Sampai nyata-nyata sudah ditinggalkannya.” (H.R. Ahmad

dan Muslim)30.

Dalam tata caranya, meminang bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain

langsung datang sendiri kepada orang tua wanita yang akan dipinang dan mengajukan

lamaran, bisa dengan meminta tolong orang lain dan bisa juga dengan sindiran jika

wanita tersebut dalam keadaan iddah ba’in (masa menunggu pasca ditinggal mati

suaminya atau sudah di talak tiga sebagaimana firman Allah31 :

27 Lihat Musthafa Helmy, Catatan-catatan Pernikahan, ……………………………...hal 1028 Lihat Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, …………………...……. hal. 23829

Tentang syarat nikah akan dijelaskan dalam sub bab tersendiri30 Lihat Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, …………………….…. hal. 23931 Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 235

16

Page 17: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 17/30

     

     

     

 ……

“ dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu32 dengan sindiran

atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu…….”

Dalam hal meminang, Islam juga mengajarkan agar kedua calon bisa bertemu

muka dan saling mengenali serta saling menilai sebelum menentukan apakah pinangan

itu diterima atau tidak sebagaimana hadist Rasulullah SAW : ”apabila salah seorang 

diantara kamu meminang seorang wanita, maka tidak berhalangan atasnya untuk 

melihat wanita itu dengan sengaja, semata-mata untuk mencari perjodohan, baik 

diketahui oleh wanita itu atau tidak ” (H.R. Ahmad)  33. Hal ini supaya tidak terjadi

membeli kucing dalam karung yang beresiko menimbulkan penyesalan dikemudianhari.

II.4. Syarat dan Rukun Nikah

Secara umum, syarat pernikahan dalam agama Islam adalah adanya persetujuan

dari kedua belah pihak yang akan menikah dan bahwa pernikahan itu tidak dilarang

karena sebab-sebab tertentu dan tidak melanggar larangan-larangan dalam agama Islam.

Sedangkan secara khusus, syarat-syarat perkawinan berkaitan dengan tiap-tiap unsur 

dalam rukun nikah itu sendiri. Adapun rukun nikah ada lima34 yaitu :

32 Wanita yang boleh dipinang secara sindiran ialah wanita yang dalam 'iddah karenameninggal suaminya, atau karena Talak bain, sedang wanita yang dalam 'iddah Talak raji'i tidak bolehdipinang walaupun dengan sindiran.

33

Lihat Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, …………………………… hal. 23934 Lihat Nabawi, “Hukum Pernikahan dalam Islam”, artikel diakses tanggal 21 Juli 2011 dari

http://blog.bukukita.com/users/nabawi/?postId=5333 2 September 2008

17

Page 18: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 18/30

1. Adanya calon mempelai pria

2. Adanya calon mempelai wanita

3. Adanya Wali

4. Adanya saksi-saksi

5. Adanya Ijab dan Qabul (Aqad Nikah)

Sedangkan syarat-syarat untuk masing-masing unsur rukun adalah sebagai berikut35 :

1. Untuk calon mempelai pria :

a. Beragama Islam

 b. Tidak dalam keadaan terpaksa (atas inisiatif sendiri dan ada kerelaan)

c. Baligh dan berakal dalam arti tidak gila dan cakap hukum serta layak 

 berumah tangga

d. Jelas orangnya

e. Tidak ada hal yang menghalangi pernikahan seperti tidak dalam keadaan

ihram, bukan muhrim, sudah punya empat orang isteri dsb, yang mana hal-

hal tersebut dapat membuat pernikahannya tidak sah

2. Untuk calon mempelai wanita :

a. Beragama Islam

 b. Jelas orangnya

35 Lihat Eko Marwanto, “Syarat dan Rukun Nikah dalam Islam”, artikel diakses tanggal 21

Juli 2011 dari http://www.ekomarwanto.com/2011/06/syarat-dan-rukun-nikah-dalam-islam.html 1 Juni2011. Lihat juga Sapto Sardiyanto, “Rukun dan Syarat Pernikahan”, artikel diakses tanggal 21 Juli2011 dari http://www.wonosari.com/t2240-rukun-dan-syarat-perkawinan, 9 Agustus 2008

18

Page 19: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 19/30

c. Tidak ada hal yang mengahalangi pernikahan, seperti tidak sedang ihram,

tidak dalam masa iddah dan tidak sedang menjadi isteri laki-laki lain. Dsb

yang dapat membuat pernikahannya tidak sah

3. Untuk wali :

a. Beragama Islam

b. Baligh dan berakal serta adil

c. Punya hak atas perwalian baik secara langsung atau sebagai wakil

d. Tidak ada halangan untuk menjadi wali

4. Untuk saksi-saksi :

a. Laki-laki

 b. Beragama Islam

c. Baligh dan berakal

d. Hadir dalam majelis aqad pernikahan

e. Mengerti hukum khususnya tentang aqad nikah

5. Untuk  Ijab dan Qobul (Aqad Nikah) :

a. Adanya Ijab (penyerahan dari wali)

 b. Adanya Qobul (penerimaan dari mempelai pria)

c. Ijab harus menggunakan kata-kata nikah atau yang searti dengannya

19

Page 20: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 20/30

d. Antara Ijab dan Qobul harus jelas dan berkaitan dan masih dalam satu

majelis

Selain syarat-syarat di atas ada juga satu syarat sahnya nikah yang lain yaitu

adanya mahar atau maskawin36 sesuai dengan firman Allah SWT37 :

 

    

       

   

“  Dan berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai

 pemberian dengan penuh kerelaan. kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu

 sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian

itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya”.

Juga dalam hadist Rasulullah SAW :  Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Ali ra. Ketika

 sudah menikah dengan Fatimah dan bermaksud akan campur, Rasulullah melarangnya

 sebelum ia member sesuatu. Ali menjawab : “Saya tidak punya apa-apa”. Rasulullah

bersabda : “Berikanlah baju perangmu itu”. Kemudian Ali menyerahkan baju

  perangnya kepada Fatimah, setelah itu didekatinya Fatimah sebagaimana suami

mendekati isterinya. (H.R. Abu Daud)38.

Ayat Al-Qur’an dan hadist di atas menjadi dasar tentang perlunya mahar dalam

  prosesi pernikahan. Mahar disini adalah pemberian dari calon suami pada calon

isterinya sebagai syarat halalnya isteri untuk dicampuri sebagaimana firman Allah SWT

36 Mahar disini juga kadang dimasukkan dalam rukun nikah oleh sebagian ulama, tetapikebanyakan ulama (jumhur ulama) hanya menempatkannya sebagai syarat saja. Artinya pernikahan

yang dalam prosesi aqadnya maharnya tidak langsung dibayar tetap sah.37 Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 438 Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, …………………………………..hal. 245

20

Page 21: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 21/30

dalam surat An-Nisa ayat 2439. Sedangkan besaran mahar tidak ditentukan ukurannya

tetapi harus ada nilainya baik dalam bentuk barang atau jasa. Yang terpenting adalah

adanya keikhlasan dari calon isteri atas mahar yang dibayarkan untuknya.

Mahar ada dua macam menurut penentuan besarnya40, yaitu : mahar mitsil ,

mahar yang ketentuan besarnya mahar didasarkan pada saudara perempuan yang sudah

menikah sebelumnya atau berdasar adat yang berlaku di lingkungan tersebut. Penentuan

mahar ini dilakukan jika pada waktu aqad nikah tidak disebutkan jumlah besarnya

mahar. Jenis mahar yang kedua adalah mahar musamma yang mana penentuannya

didasarkan oleh permintaan calon isteri atau walinya dan disebutkan dalam akad nikah.

Hikmah mahar adalah sebagai latihan bagi calon suami yang akan punya

kewajiban untuk menfkahi keluarhganya. Mahar disini dianggap sebagai pemberian dan

kewajiban pertama seorang suami terhadap isterinya yang menjadi awal dari

 pemberian-pembarian lain yang menjadi kewajiban suami di masa yang akan dating

setelah mereka hidup berumahtangga.

Dalam hal hak, mahar adalah hak calon isteri dan bukan wali atau orang tuanya

sebagimana dijelaskan dalam surat An-Nisa’ ayat 4 di atas. Karena itu tidak seorangpun

termasuk wali yang boleh mengambil mahar yang diberikan calon suami kecuali atas

izin si calon isteri.

Dalam rukun nikah ini yang seringkali menjadi pertanyaan adalah mengenai

wali nikah. Dasar tentang wali ini adalah hadist Rasulullah SAW : “Tidak sah menikah

melainkan dengan wali, dan dua orang saksi yang adil ”. (H.R. Ahmad). Hal ini

39

Ayat ini bisa dilihat di sub bab sebelumnya di bagian “hukum nikah dalam Islam”40 Lihat _____, “Pernikahan Menurut Hukum Islam”, artikel diakses 22 Juli 2011 dari

http://denchiel78.blogspot.com/2010/04/perkawinan-menurut-hukum-islam.html

21

Page 22: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 22/30

menjelaskan bahwa posisi wali harus ada dalam pernikahan, karena itu wali termasuk 

rukun nikah.

Jenis wali secara umum ada empat yaitu41

 :

1. Wali Mubjir : Wali dari bapa sendiri atau datuk sebelah bapa (bapa kepada

 bapa) mempunyai kuasa mewalikan perkahwinan anak perempuannya atau

cucu perempuannya dengan persetujuannya atau tidak (sebaiknya perlu

mendapatkan kerelaan calon isteri yang hendak dikahwinkan).

2. Wali aqrab : Wali terdekat mengikut susunan yang layak dan berhak 

menjadi wali seperti saudara laki-laki dari mempelai perempuan.

3. Wali ab’ad: Wali yang jauh sedikit mengikut susunan yang layak menjadi

wali, jika ketiadaan wali aqrab berkenaan. Wali ab’ad ini akan berpindah

kepada wali ab’ad lain seterusnya mengikut susuna tersebut jika tiada yang

terdekat lagi.

4. Wali raja/hakim: Wali yang diberi kuasa atau ditauliahkan oleh pemerintah

atau pihak berkuasa negeri kepada orang yang telah dilantik menjalankan

tugas ini dengan sebab-sebab tertentu.

Pertanyaan tentang wali yang paling mendasar adalah mengapa perempuan

harus memakai wali dan laki-laki tidak? Jawaban yang sedikit ekstrim adalah bahwa

 pernikahan diibaratkan seperti perdagangan, dimana wali dalam hal ini adalah adalah

 penjual dan mempelai perempuan sebagai dagangannya. Sementara mempelai pria

adalah pembelinya yang membayar dengan memberikan mahar 42. Analogi ini punya

 beberapa kelemahan antara lain bahwa mahar adalah milik isteri, sedangkan dalam

41

  Lihat _____, “Pernikahan Menurut Hukum Islam”, artikel diakses 22 Juli 2011 darihttp://denchiel78.blogspot.com/2010/04/perkawinan-menurut-hukum-islam.html

42 Lihat Musthafa Helmy, Catatan-catatan Pernikahan, ……………………………..... hal 91

22

Page 23: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 23/30

 proses jual beli, uang yang dibayarkan bukan menjadi milik barang tetapi menjadi milik 

 penjual (dalam hal ini adalah wali). Jadi ada cacat dalam analogi tersebut.

Jawaban menurut penulis adalah bahwa hal ini berkaitan dengan posisi

 perempuan dalam rumah tangga Islam. Tak bisa dipungkiri bahwa Islam memang lebih

meninggikan posisi laki-laki dari perempuan dalam hierarki rumah tangga. Yang

menjadi kepala keluarga adalah suami bukan isteri. Apakah ini berarti Islam

merendahkan derajat perempuan? Jawabannya adalah tidak. Karena seiring dengan

statusnya yang lebih tinggi, tanggung jawab dan kewajiban seorang suami juga jauh

lebih besar dibanding isteri. Suami berkewajiban menafkahi keluarga sementara isteri

tidak. Bahkan kewajiban member ASI kepada anak secara hukum adalah tanggung

 jawab suami dan bukan isteri. Dari sini saja bisa dilihat bahwa isteri punya bargaining

 power yang sangat besar terhadap suami, misalnya si isteri meminta bayaran untuk ASI

yang ia keluarkan, maka suami berkewajiban membayar. Jadi posisi suami dalam

rumah tangga memang lebih tinggi tetapi hal ini tidak mengurangi keadilan terhadap

kaum perempuan yang menjadi isteri, sebagaimana firman Allah SWT43 :

.…………   

   

       

“…….Dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut

cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada

isterinya44. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” 

43

Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 22844Hal ini disebabkan karena suami bertanggung jawab terhadap keselamatan dan

Kesejahteraan rumah tangga (Lihat juga surat An Nisaa' ayat 34).

23

Page 24: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 24/30

Jadi mengapa perempuan harus menggunkan wali sedangkan laki-laki tidak 

karena perempuan disumsikan sebagai seorang yang akan menyerahkan sebagian

kedaulatan pribadinya kepada laki-laki yang akan menjadi suaminya. Sebelumnya

kedaulatan tersebut adalah milik orang tuanya, jadi bisa dikatakan bahwa penggunaan

wali untuk perempuan disebabkan karena orang tua adalah pemegang sebagian

kedaulatan pribadi anak perempuannya dan dalam proses akad nikah, dia menyerahkan

sebagian kedaulatan tersebut kepada laki-laki yang akan menjadi suaminya.

II.5. Tujuan dan Hikmah Nikah

Kawin (hubungan intim) adalah hal yang kondrati pada diri manusia sebagai

makhluk yang diciptakan saling berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Dalam

Islam kawin ini diatur dalam konsep pernikahan. Pengaturan ini perlu dilakukan

sebagai upaya untuk mencegah agar tidak terjadi kekacauan dalam masyarakat akibat

tak terkendali nafsu manusia yang pada dasarnya tidak suka dibatasi, terutama dalam

hal yang menyenangkan seperti kawin. Fungsi pernikahan tidak terbatas pada

 pengaturan saja, melainkan banyak tujuan dan hikmah yang bisa diambil dari padanya.

Beberapa tujuan dan hikmah pernikahan antara lain adalah45 :

1. Cara yang halal untuk menyalurkan nafsu birahi. Dalam hal ini pernikahan

adalah satu-satunya cara agar seorang perempuan halal digauli oleh seorang

laki-laki. Manfaat yang lain adalah tidak bebasnya manusia untuk bergonta-

ganti pasangan tidur yang mana hal itu hanya dilakukan oleh hewan yang tidak 

 punya akal. Jadi pernikahan juga menganggkat derajat manusia agar tidak sama

dengan hewan.

45 Lihat _____, “Pernikahan Menurut Hukum Islam”, ………………………………..

24

Page 25: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 25/30

2. Untuk memperoleh ketenangan hidup, kasih sayang dan ketenteraman

sebagaimana difirmankan Allah SWT46 :

    

   

   

       

     

“ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu

isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram

kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi

kaum yang berfikir ”.

3. Untuk menjalankan syariat dan meningkatkan ibadah kepada Allah SWT

sebagaimana hadist Rasulullah SAW yang artinya : “Jika kalian bersetubuh

dengan istri-istri kalian termasuk sedekah !. Mendengar sabda Rasulullah para

 shahabat keheranan dan bertanya : “Wahai Rasulullah, seorang suami yang 

memuaskan nafsu birahinya terhadap istrinya akan mendapat pahala ?” Nabi

  shallallahu alaihi wa sallam menjawab : “Bagaimana menurut kalian jika

mereka (para suami) bersetubuh dengan selain istrinya, bukankah mereka

berdosa .? Jawab para shahabat :”Ya, benar”. Beliau bersabda lagi : “Begitu

 pula kalau mereka bersetubuh dengan istrinya (di tempat yang halal), mereka

akan memperoleh pahala !” (H.R.Muslim)

46 Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 21

25

Page 26: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 26/30

4. Untuk memperoleh keturunan yang sholeh dan memperbanyak umat Islam

Karena ada hadist dari Anas bin Malik ra. Yang menyatakan bahwa Rasulullah

SAW bersabda : “Nikahilah perempuan yang banyak anak dan penyayang.

 Karena aku akan berbangga dengan banyaknya umatku dihadapan para Nabi

kelak di hari kiamat.” (H.R.Ahmad)

5. Sebagai penyempurna iman sebagaimana hadirt Rasulullah SAW47 :

“  Barangsiapa menikah maka ia telah menyempurnakan separuh iman,

hendaklah ia menyempurnakan sisanya.” (HR. ath Thabrani, dihasankan oleh

Al Albani)

6. Dapat mengeratkan tali silaturahmi antara dua keluarga muslim yaitu keluarga

suami dan isteri

Selain tujuan dan hikmah di atas, tentunya masih banyak lagi yang lain yang tak 

  bisa kami sebutkan satu-persatu karena sangat banyaknya. Tetapi apa yang kami

 jelaskan di atas kami rasa cukup mewakili secara garis besar tentang apa keuntungan

menikah bagi seorang muslim. Yang pasti adalah bahwa menikah sangat dianjurkan

dalam Islam karena menikah adalah sunnah Rasulullah. Bahkan beliau sampai punya

total 9 (sembilan) isteri! Hal in menunjukkan bahwa menikah, selama itu dilakukan

dengan cara dan dasar yang benar, insyaAllah akan bermanfaat bagi yang

melakukannya.

47 Lihat Abu Hamzah Ibnu Qomari, “Hikmah dan Hukum Nikah”, …………………........

26

Page 27: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 27/30

BAB III

PENUTUP

Pernikahan adalah jalur resmi dan satu-satunya yang diakui dalam agama Islam

dalam rangka menyalurkan hasrat seksual manusia. Tujuannya adalah utuk mengatur 

agar hubungan antara laki-laki dan perempuan tidak kacau dan semrawut. Pernikahan

dapat menghindari sex bebas yang sering menimbulkan masalah dibelakangnya seperti

anak yang tidak diakui ayahnya, menjangkitnya penyakit kelamin dll.

Pernikahan dalam Islam hukumnya bersifat relatif tergantung kondisi dan

situasi. Hukum nikah bisa wajib,sunah, mubah, makruh atau haram tergantung faktor 

yang melatarbelakangi pernikahan itu dan pelakunya. Hal ini menunjukkan bahwa

hukum Islam dalam bidang muamalah bersifat dinamis. Adanya perbedaan pandangan

dalam menentukan hukum suatu pernikahan juga mengajarkan umat muslim agar mampu menghargai dan bertoleransi dalam hal perbedaan pendapat, karena umumnya

  pendapat para ulama tentang suatu hukum tidak diambil secara serampangan tetapi

memalui proses ijtihad yang ketat dan kaidah-kaidah yang ketat pula sehingga

kemungkinan kesalahan bisa diminimalisir.

Islam bukan hanya mengajarkan tentang hukum dan tata cara pernikahan saja.Islam sebagai agama yang sempurna48 juga memberikan petunjuk tentang hal-hal yang

  berkaitan dengan pernikahan seperti bagimana cara memilih jodoh yang baik,

 bagaimana cara meminang calon istri yang baik, dan bagaimana membina hubungan

rumah tangga yang baik yang akan membawa manusia yang mengikutinya ke jalan

48 Lihat Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 3

27

Page 28: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 28/30

yang benar dan selamat dunia dan akhirat. Ini menunjukkan betapa luar biasanya agama

Allah SWT yang dibawa oleh Rasul terbaiknya Muhammad SAW.

Pernikahan juga dianggap penting karena didalamnya terdapat banyak hikmah.

Hikmah yang paling besar adalah tercapainya ketenangan dan ketentraman hidup yang

 penuh dengan kasih sayang atau dalam bahasa arabnya adalah mawaddah wa rahma,

sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 21. Dalam kehidupan

rumah tangga mawaddah wa rahma tercakup banyak hal termasuk ibadah yang banyak 

 pahalanya dan rezeki yang dijamin oleh Allah SWA sebagaimana firmanNya49 :

   

   

     

     

    

“dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian50 diantara kamu, dan orang-

orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-

hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan

mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha

mengetahui”.

Jadi menikah sangat dianjurkan dalam Islam khususnya bagi yang mempu. Bagi

yang belum mampu maka berusahalah untuk mampu karena banyak sekali hikmah dan

ibadah dalam pernikahan.

DAFTAR PUSTAKA

49

Al-Qur’an surat An-Nur ayat 3250 Maksudnya: hendaklah laki-laki yang belum kawin atau wanita- wanita yang tidak 

 bersuami, dibantu agar mereka dapat kawin.

28

Page 29: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 29/30

 _____,   Al-Qur’an dan Terjemahnya. Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an

Departemen Agama RI, 1986.

Hamid, Syamsul Rijal, Buku Pintar Agama Islam, Cetakan IX, Jakarta: Penebar Salam,

2001.

Helmy, Musthafa, Catatan-catatan Pernikahan, Jakarta : Timer Publising, 2010

  _____,”Hukum Pernikahan dalam Islam” artikel diakses 20 Juli 2011 dari

http://elfadhi.wordpress.com/2007/03/29/hukum-pernikahan-dalam-islam/ 29

Maret 2007

Azzuhaily, Syaikh Wahbah,  Al-Fiqhul Islam wa Adilklatahu, cetakan ke-3, jilid I,

USA : Darul Fikr 1983

Qomari, Abu Hamzah Ibnu, “Hikmah dan Hukum Nikah”, artikel diakses 20 Juli 2011

dari  http://abuzubair.wordpress.com/2007/09/01/hikmah-dan-hukum-nikah/ 1

September 2007

Hidayat, Annisa, “Konsep memilih pasangan hidup dalam perspektif hadist”, artikel

diakses 21 Juli 2011 dari

http://annisahidayat.wordpress.com/2010/04/22/konsep-memilih-pasangan-

hidup-dalam-perspektif-hadis/ 22 April 2010

 Nabawi, “Hukum Pernikahan dalam Islam”, artikel diakses tanggal 21 Juli 2011 dari

http://blog.bukukita.com/users/nabawi/?postId=5333 2 September 2008

Marwanto, Eko, “Syarat dan Rukun Nikah dalam Islam”, artikel diakses tanggal 21 Juli

2011 dari  http://www.ekomarwanto.com/2011/06/syarat-dan-rukun-nikah-

dalam-islam.html 1 Juni 2011.

29

Page 30: Munakahah Al Islam II 2003

5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 30/30

Sardiyanto, Sapto, “Rukun dan Syarat Pernikahan”, artikel diakses tanggal 21 Juli 2011

dari http://www.wonosari.com/t2240-rukun-dan-syarat-perkawinan, 9 Agustus

2008

  _____, “Pernikahan Menurut Hukum Islam”, artikel diakses 22 Juli 2011 darihttp://denchiel78.blogspot.com/2010/04/perkawinan-menurut-hukum-islam.html

30