Upload
m-dawud-arif-khan
View
32
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 1/30
BAB I
PENDAHULUAN
“dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu
mengingat kebesaran Allah”1.
Ayat di atas menegaskan bahwa semua jenis makhluk hidup memiliki kodrat
berpasang-pasangan. Dalam kehidupan umat manusia, Islam hanya mengakui
"penikahan” sebagai satu-satunya bentuk berpasangan yang benar 2. Tidak ada bentuk
berpasangan yang lain seperti pacaran, kumpul kebo dll.
Arti Nikah Menurut bahasa: berkumpul atau menindas. Adapun menurut istilah
Ahli Ushul, Nikah menurut arti aslinya ialah aqad , yang dengannya menjadi halal
hubungan kelamin antara lelaki dan perempuan, sedangkan menurut arti majasi ialah
setubuh. Demikian menurut Ahli Ushul golongan Syafi’iyah. Adapun menurut Ulama
Fiqih, Nikah ialah aqad yang di atur oleh Islam untuk memberikan kepada lelaki hak
memiliki penggunaan terhadap faraj (kemaluan) dan seluruh tubuhnya untuk
penikmatan sebagai tujuan utama.
Konsep pernikahan dalam Islam anehnya seringkali tidak dipahami secara utuh
oleh para pemeluknya sendiri. Masih banyak muslim yang belum memahami konsep
mengenai wali, mahar (maskawin), saksi, Kufu, dan hal-hal lain yang merupakan
bagian dari konsep pernikahan menurut Islam. Kami pernah menemukan ada orang
yang menyebut penghulu sebagai wali, padahal keduanya merupakan konsep yang
sangat berbeda.1
Al-Qur’an Surat Adz-Dzaariyaat ayat 492 Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, Cetakan IX (Jakarta: Penebar Salam.
2001), hal. 237
1
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 2/30
Karena itu di tulisan ini kami ingin mencoba menjelaskan tentang konsep
pernikahan dalam Islam. Untuk kesesuaian dengan tugas yang diberikan kepada kami,
maka kami hanya membatasi pembahasan hanya pada beberapa hal yang ada dalam
konsep pernikahan menurut Islam yaitu, tentang syarat, rukun, dan hukum menikah
dalam Islam (termasuk di dalamnya tentang wali, mahar, dan saksi), tetang bagaimana
cara memilih jodoh dan meminangnya dan beberapa hal yang terkait dengan apa yang
sudah kami sebutkan.
Dalam penulisan ini, kami menggunkan teknik studi pustaka baik dari buku,
artikel, internet dan literatur lainnya.
Pastinya akan ada kekurangan dan mungkin kesalahan dalam tulisan kami,
tentunya itu bukanlah faktor kesengajaan dari kami dan mohon untuk dimaklumi dan
dimaafkan. Kritik dan saran untuk penyempurnaan tulisan ini tentunya akan kami
sambut dengan baik.
2
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 3/30
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Hukum Nikah dalam Islam
Ada berbagai pendapat tentang bagaimana hukum menikah dalam agama Islam.
Namun, hukum-hukum tersebut tidak lepas dari konsep ahkamul khomsah yang ada
dalam ajaran Islam, yaitu Wajib, Sunnah, Mubah, Makruh dan Haram. Hal ini berkaitan
dengan menikah dalam konteks sebuah ibadah. Meskipun ada pendapat yang
menyatakan bahwa menikah bukanlah suatu ibadah melainkan kebutuhan manusia,
namun tak dapat dipungkiri bahwa dalam pernikahan banyak sekali ibadah yang terkait,
seperti memberi nafkah keluarga bagi suami, berhubungan badan di malam jum’at dan
lain-lain. Jadi meskipun menikah bukanlah suatu ibadah, tetapi sangat erat kaitannya
dengan ibadah
3
.
II.1.A. Wajib
Imam Al-qurtubi berkata bahwa para ulama tidak berbeda pendapat tentang
wajibnya seorang untuk menikah bila dia adalah orang yang mampu dan takut tertimpa
resiko zina pada dirinya4. Jadi menikah hukumnya wajib jika orang tersebut telah cukup
umur (baligh), memiliki kemampuan finansial untuk membayar maskawin dan
menafkahi keluarga dan beresiko melakukan zina. Hal ini didasarkan pada menghindari
perbuatan zina adalah hukumnya wajib jadi menikah untuk menghindari zina adalah
3 Lihat Musthafa Helmy, Catatan-catatan Pernikahan, ( Jakarta : Timer Publising. 2010 )
halaman 5-84 Lihat _____,”Hukum Pernikahan dalam Islam” artikel diakses 20 Juli 2011 dari
http://elfadhi.wordpress.com/2007/03/29/hukum-pernikahan-dalam-islam/ 29 Maret 2007
3
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 4/30
wajib juga hukumnya. Menurut Prof. Dr. Wahbah Azzuhaily “Sesuatu yang mengarah
pada wajib maka hukumnya juga wajib”5
Rasulullah SAW pernah bersabda :
“Wahai para pemuda, siapa di antara kalian yang mampu menikah (jima’ dan
biayanya) maka nikahlah, karena ia lebih dapat membuatmu menahan pandangan dan
memelihara kemaluan. Barangsiapa tidak mampu menikah maka berpuasalah, karena
hal itu baginya adalah pelemah syahwat.” (HR. Bukhari dan Muslim)6
Dari hadist di atas secara jelas Rasulullah SAW memerintahkan umatnya yang
sudah mampu untuk segera menikah. Perintah tersebut ditujukan sebagai upaya untuk
menahan nafsu (dalam hal ini nafsu birahi) dan agar umatnya tidak terjerumus ke dalam
jurang perzinahan.
Hadist lain yang mendukung pendapat bahwa seorang muslim sebaiknya segera
menikah jika sudah mampu secara fisik dan ekonomi adalah Hadist yang diriwayatkan
oleh Imam Ahman bin Hanbal, Ibnu Abi Syabah, dan Ibnu Abdil Barr yang menyatakan
bahwa suatu hari Ahkaf bin Wada’ah bertemu Rasulullah SAW dan ditanya : “ Apakah
engkau sudah punya istri wahai Ahkaf?” ; Ahkaf menjawab: “Tidak” ; Rasulullah
SAW kemudian bertanya lagi: “Apakah engkau mempunyai Jariyah (hamba sahaya)?”
; Ahkaf Menjawab: “Tidak”. Rasulullah SAW bertanya lagi: “Adakah engkau sehat
dan berkecukupan?” ; Ahkaf Menjawab: “Iya, Alhamdulillah” ; Rasulullah Lantas
5 Dr. Syaikh Wahbah Azzuhaily, Al-Fiqhul Islam wa Adilklatahu, cetakan ke-3, jilid I (USA :
Darul Fikr 1983) hal. 1576 Lihat Abu Hamzah Ibnu Qomari, “Hikmah dan Hukum Nikah”, artikel diakses 20 Juli 2011
dari http://abuzubair.wordpress.com/2007/09/01/hikmah-dan-hukum-nikah/ 1 September 2007
4
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 5/30
bersabda: “Jika demikian maka engkau adalah teman setan. Jika engkau termasuk
pendeta (yang selibat/tidak kawin) maka bergabunglah dengan mereka. Jika engkau
termasuk golongan kami maka lakukan seperti yang kami lakukan (menikah). Dan
sesungguhnya termasuk dari sunnah-sunnah kami adalah menikah. Seburuk kalian
adalah pelajang dari kalian. Sesungguhnya yang paling hina dari kematian kalian
adalah kematian dalam keadaan melajang.”7 (H.R.Ahmad)
Hadist di atas memang tidak secara langsung menyatakan bahwa menikah
adalah wajib hukumnya bagi umat Islam, tetapi di akhir hadist Rasulullah SAW sampai
menanyakan apakah Ahkaf termasuk golongan pendeta yang tidak kawin menunjukkan
bahwa orang Islam yang sudah mampu secara fisik dan ekonomi dan tetapi tidak mau
menikah bukanlah golongan umat yang mengikuti Sunnah Rasulullah SAW.
II.1.B. Sunnah
Menikah hukumnya Sunnah bagi muslim yang telah mampu secara fisik dan
ekonomi untuk menikah tetapi dia tidak beresiko terjerumus ke dalam perbuatan zina8.
Ukuran tidak beresiko disini bisa karena banyak hal, karena memang orang tersebut
punya keimanan dan ketaqwaan yang kuat, kondisi lingkungan yang kondusif dan tidak
membuka celah terhadap perbuatan zina atau sebab lain. Rasulullah SAW bersabda9 :
7 Lihat Musthafa Helmy, Catatan-catatan Pernikahan, ………………….. halaman 4-58
Lihat Musthafa Helmy, Catatan-catatan Pernikahan, …………………...halaman 7-8
9 Lihat Abu Hamzah Ibnu Qomari, “Hikmah dan Hukum Nikah”, …………………………..
5
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 6/30
“ Dalam kemaluanmu ada sedekah.” Mereka bertanya:”Ya Rasulullah , apakah
salah seorang kami melampiaskan syahwatnya lalu di dalamnya ada pahala?” Beliau
bersabda:”Bagaimana menurut kalian, jika ia meletakkannya pada yang haram
apakah ia menanggung dosa? Begitu pula jika ia meletakkannya pada yang halal maka
ia mendapatkan pahala.” (HR. Muslim, Ibnu Hibban)
Artinya menurut hadist di atas menikah itu hal yang halal dan jika dikerjakan
maka ia mendapat pahala, sementara Rasulullah SAW tidak pernah secara eksplisit
menyatakan bahwa menikah adalah wajib, jadi orang yang tidak menikah selama ia
tidak terjebak dalam jurang zina ia tidak berdosa tetapi tidak mendapatkan pahala.
Yang termasuk menikah yang berhukum sunah adalah menikah dengan niat
ingin menolong wanita atau ingin beribadah dengan infaqnya10. Menikah juga dianggap
sunnah jika untuk mendapatkan keturunan karena ia berarti telah menjalankan ajaran
Rasulullah SAW dalam hal memperbanyak umat beliau sebagaimana hadist:
Dari Abi Umamah bahwa Rasulullah SAW bersabda, ” Menikahlah, karena aku
berlomba dengan umat lain dalam jumlah umat. Dan janganlah kalian menjadi seperti
para rahib nasrani.” (HR. Al-Baihaqi 7/78)11
10 Lihat Abu Hamzah Ibnu Qomari, “Hikmah dan Hukum Nikah”, ……………………………11Lihat _____,”Hukum Pernikahan dalam Islam” ………………………………………...
6
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 7/30
III.1.C. Mubah
menikah hukumnya mubah atau boleh bagi muslim yang mampu dan aman darifitnah, tetapi tidak membutuhkannya atau tidak memiliki syahwat sama sekali seperti
orang yang impotent atau lanjut usia, atau yang tidak mampu menafkahi, sedangkan
wanitanya rela dengan syarat wanita tersebut harus rasyidah (berakal), meskipun dalam
beberapa pendapat seperti pendapat imam Syafi’i nikahnya orang yang impoten
dihukumi makruh
Juga mubah bagi yang mampu menikah dengan tujuan hanya sekedar untuk memenuhi
hajatnya atau bersenang-senang, tanpa ada niat ingin keturunan atau melindungi diri
dari yang haram12. Secara umum,
III.1.D. Makruh
Orang yang punya penghasilan kecil yang dikhawatirkan akan kesulitan dalam
menafkahi keluarganya dan tidak sempurna kemampuan untuk berhubungan seksual,
hukumnya makruh bila menikah. Namun bila calon istrinya rela dan punya harta yang
bisa mencukupi hidup mereka, maka masih dibolehkan bagi mereka untuk menikah
meski dengan karahiyah. Sebab idealnya bukan wanita yang menanggung beban dan
nafkah suami, melainkan menjadi tanggung jawab pihak suami. Maka pernikahan itu
makruh hukumnya sebab berdampak dharar (buruk/berbahaya) bagi pihak wanita.
Apalagi bila kondisi demikian berpengaruh kepada ketaatan dan ketundukan istri
kepada suami, seperti istri menjadi semena-mena dan mau menangnya sendiri karena
12 Lihat Abu Hamzah Ibnu Qomari, “Hikmah dan Hukum Nikah”, ……………………………
7
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 8/30
merasa sebagai yang berpenghasilan lebih dalam keluarga dan menjadi tulang
punggung dalam keluarga, maka tingkat kemakruhannya menjadi jauh lebih besar 13.
Menurut Madzhab Syafi’i, makruh juga hukum menikahnya orang yang punya
penyakit yang tak bisa disembuhkan, berusia sangat tua, impoten, menikahi perempuan
yang sudah dipinang oleh orang lain, juga nikah sebagai muhallil (penengah pernikahan
wanita yang sudah ditalak tiga oleh mantan suaminya agar bisa dinikahi lagi oleh
mantan suaminya tadi). Termasuk makruh juga jika dalam pernikahan tersebut salah
satu pasangan memanipulasi data diri sebgai upaya yang sengaja, seperti status sosial,
keturunan, status kemerdekaannya atau kebudakannya14.
III.1.E. Haram
Menikah dapat menjadi haram hukumnya secara normal dikarenakan karena ia
tidak akan mampu untuk menafkahi keluarganya baik secara ekonomi maupun secara
biologis (dalam hubungan dengan istri) kecuali dia sudah berterus terang sebelumnya
kepada calon istrinya dan sang calon istri bisa menerimanya dengan penuh kerelaan.
Termasuk yang diharamkan juga adalah pernikahan orang yang berpenyakit menular
yang berbahaya seperti AIDS, Syphilis, Gonorhae dan lain-lain yang dapat
membahayakan kesehatan dan bahkan nyawa calon pasangannya, kecuali dia
menjelaskannya terlebih dahulu pada sang calon pasangan, inipun dengan catatan
bahwa pernikahan tersebut hukumnya masih makruh atau dengan kata lain sangat tidak
dianjurkan.
Selain itu menurut Madzhab Syafi’i, secara khusus ada Sembilan perkawinan
yang dilarang atau di haramkan15 yaitu :
13
Lihat _____,”Hukum Pernikahan dalam Islam” ……………………………………….14 Lihat Musthafa Helmy, Catatan-catatan Pernikahan, …………………………….hal 715 Lihat Musthafa Helmy, Catatan-catatan Pernikahan, ……………………. ……..hal 31-34
8
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 9/30
1. Pernikahan Syighar . Yang dimaksud dengan pernikahan Syighar adalah
pernikahan barter, dimana seorang wali menikahkan anak atau kerabatnya
dengan maskawin mengawini anak atau kerabat dari pihak laki-laki. Dalam hal
ini yang menjadi maskawin adalah keperawanan masing-masing. Dasar
pendapat ini adalah hadist Muslim dari ibnu Umar “Tiada bentuk Syighar dalam
islam”.
2. Nikah Mut’ah, yaitu pernikahan yang menggunakan batas waktu atau istilah
umumnya adalah nikah kontrak. Cacat nikah ini adalah digunakannya batas
waktu, yang mana hal ini bertentangan dengan ajaran islam yang mengajarkan
bahwa pernikahan itu untuk selamanya dan membina keluarga.
3. Perikahan yang dilakukan oleh orang yang sedang melalakukan Ihram baik
untuk haji maupun umroh. Hal ini karena orang yang dalam keadaan Ihram
memang diharamkan untuk menikah.
4. Pernikahan yang dilakukan oleh para wali seorang perempuan dengan beberapa
orang yang berbeda. Contohnya sang ayah perempuan menikahkan anaknya
dengan si A sementara sang kakek perempuan tersebut menikahkannya dengan
si B dimana tidak diketahui mana yang lebih dahulu. Jika diketahui maka yang
terakhir dianggap tidak sah.
5. Menikahi wanita yang sedang dalam masa iddah (masa menunggu setelah
diceraikan atau ditinggal mati suaminya).
6. Menikahi wanita yang diragukan apakah ia hamil atau tidak.
9
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 10/30
7. Pernikahan seorang muslim dengan perempuan non-muslim16 termasuk
perempuan Islam yang murtad (keluar dari agama Islam).
8. Pernikahan seorang muslimah dengan laki-laki non-muslim termasuk laki-laki
yang murtad.
9. Menikahi wanita yang suka berganti agama.
Ada banyak perbedaan pendapat tentang hukum menikah ini sebagai contoh, Imam
Syafi’i menganggap pernikahan sebagai muhallil makruh sementara Imam Hanbali
menganggap hal itu haram karena pernikahan itu tidak karena Allah melainkan karena
orang, dalam hal ini adalah mantan suami dari perempuan yang akan dinikahi oleh
muhallil. Juga menurut Imam Syafi’i menikahi perempuan yang sudah dipinang orang
lain dihukumi makruh sementara Imam Maliki menilai hal itu haram17.
Adapun pernikahan yang dianggap haram oleh semua ulama islam adalah
menikahi wanita yang masih menjadi muhrimnya. Perempuan-perempuan yang
tergolong muhrim ada 14 macam yang terbagi dalam empat golongan18 yaitu :
1. 7 (tujuh) orang dari sebab nasab (keturunan) :
a. Ibu, ibunya ibu, dan ibu dari bapak sampai garis keturunan ke atas dst.
b. Anak, cucu, dan keturunan ke bawah dst.
c. Saudara perempuan kandung atau yang seayah atau yang seibu.
d. Saudara perempuan bapak.
e. Saudara perempuan Ibu.
16 Dalil untuk masalah ini jelas dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 22117
Lihat Musthafa Helmy, Catatan-catatan Pernikahan, ………………… ……..hal 3518 Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, …………………………...., hal. 238
10
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 11/30
f. Anak perempuan dari saudara laki-laki, dan terus ke bawah.
g. Anak perempuan dari saudara perempuan, dan terus ke bawah.
2. 2 (dua) orang sebab radla’ah (susuan) :
a. Perempuan yang menyusui kita sekalipun itu bukan ibu kandung kita.
b. Saudara perempuan satu susuan.
3. 4 (empat) orang dari sebab mushaharah (perkawinan) :
a. Ibu dari isteri (ibu mertua).
b. Anak tiri, apabila sudah pernah menggauli ibunya.
c. Isteri dari anak (menantu).
d. Isteri dari bapak (ibu tiri).
4. 1 (satu) orang dari sebab jama’ (berkumpul) yaitu saudara perempuan dari isteri.
Dasar tentang perempuan yang menjadi muhrim ini adalah firman Allah SWT. :
11
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 12/30
12
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 13/30
19
22. “dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu,
terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu Amat keji dan
dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).”
23. “diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan20;
saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan;
saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-
saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang
perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu
isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang
telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah
kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu)
isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua
perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau;
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
24. “dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-
budak yang kamu miliki21 (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya
atas kamu. dan Dihalalkan bagi kamu selain yang demikian22 (yaitu) mencari isteri-
isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang
19 Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 22-2420 Maksud ibu di sini ialah ibu, nenek dan seterusnya ke atas. dan yang dimaksud dengan anak
perempuan ialah anak perempuan, cucu perempuan dan seterusnya ke bawah, demikian juga yang lain-lainnya. sedang yang dimaksud dengan anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu, menurut jumhur ulama Termasuk juga anak tiri yang tidak dalam pemeliharaannya.
21 Maksudnya: budak-budak yang dimiliki yang suaminya tidak ikut tertawan bersama-
samanya.22 Ialah: selain dari macam-macam wanita yang tersebut dalam surat An Nisaa' ayat 23 dan
24.
13
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 14/30
telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya
(dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan Tiadalah mengapa bagi kamu
terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar
itu23. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
II.2. Memilih Jodoh
Dalam agama Islam, ada empat kriteria yang bisa digunakan oleh seorang laki-
laki dalam upaya mencari jodoh yang baik untuk dirinya. Keempat kriteria tersebut
disebutkan oleh Rasulullah dalam hadist beliau :
ن د ع ي ن س ح يى ب ا ث د م كي ن ح يى ب ا ث د
ه بي ن أ د ع ي ن أ ب س د ب ي ن س ر ع ن ع ل ب د ي ع
م س ه و ي ع ل ى ص ل
س رة أ ر ب أ ن ع
ا ا ج و ا ح و ا ا ب ء ا ك ت قا
د ر ب ن ت د ذ ر ب ظ ف ا ا د و
Artinya: “Wanita dinikahi karena empat faktor. Karena hartanya, nasabnya,
kecantikannya, dan karena agamanya. Maka, menangkanlah wanita yang mempunyai
agama, engkau akan beruntung.” ( H.R.Ibnu Majah)24
Jadi dalam memilih jodoh, Islam mengajarkan untuk memilihnya berdasarkan
apakah si calon isteri berharta banyak (kaya), nasab atau keturunnya dari keluarga yang
baik dan alim, kecantikannya, dan terakhir karena ilmu agamanya. Jika calon isteri
23 Ialah: menambah, mengurangi atau tidak membayar sama sekali maskawin yang telahditetapkan.
24 Lihat Annisa Hidayat, “Konsep memilih pasangan hidup dalam perspektif hadist”, artikeldiakses 21 Juli 2011 dari http://annisahidayat.wordpress.com/2010/04/22/konsep-memilih-pasangan-hidup-dalam-perspektif-hadis/ 22 April 2010
14
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 15/30
kaya, maka sang suami tidak perlu khawatir keluarganya akan kekurangan dan dia bisa
banyak beramal dengan harta isterinya seperti bersedekah, infaq dll. Jika si isteri dari
keturunan yang status sosialnya tinggi maka secara tidak langsung hal ini akan
mengangkat status sosial si suami itu sendiri. Jika si isteri punya wajah yang cantik,
maka si suami tidak akan tertarik pada wanita lain dan bisa menghindari terjadinya
perselingkuhan dan zina. Namun yang paling utama adalah jika si calon isteri punya
dasar agama yang kuat karena akan membuat si suami tenang dan bisa ikut
meningkatkan keimanannya juga.
Mengenai keutamaan menikahi perempuan karena faktor agamanya dan
bukannya faktor lain dapat dilihat dari hadist Rasulullah SAW yang artinya25 :
“ Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin kecantikan itu akan
membawa kerusakan bagi mereka sendiri. Dan janganlah kamu menikahi wanita
karena mengharap hartanya, mungkin hartanya itu akan menyebabkannya sombong.
Tetapi nikahilah mereka dengan dasar agama dan sesungguhnya budak yang hitam
lebih baik asal ia takwa kepada Allah SWT .” (H.R.Baihaqi). Juga ada hadist lain yang
menyarankan agar para muslim tidak menikahi seorang wanita karena faktor keturunan
sebagaimana sabda Rasulullah SAW26. : “ Barang siapa menikahi seorang wanita
karena kebangsawanannya, niscaya Allah tidak akan menambah kecuali kehinaan”.
Jadi sekali lagi jelas bahwa dalam konsep memilih jodoh, yang paling baika adalahmemilih dengan dasar dan alasan agama dan bukan yang lain.
Dalam ajaran islam juga dikenal istilah Kufu (keserasian) dalam arti mempelai
pria dan mempelai wanita setara dalam agama, nasab, dan fisik (tidak ada cacat
permanen baik fisik maupun psikologis). Hal ini didasarkan pada hadist Rasululah
25 Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, ……………………………… hal. 24026 Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, ………………………….. hal. 239-240
15
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 16/30
SAW. : “Tiga hal jangan ditunda. Sholat jika telah masuk waktunya, (merawat)
jenazah jika sudah tiba, dan (menikahkan) gadis yang sudah mendapatkan jodoh yang
sepadan (kufu)”27. Dalam hal ini kufu adalah hak dari mempelai wanita dan walinya.
Artinya mereka bisa saja membatalkan pernikahan jika mereka merasa mempelai pria
tidak kufu dengan mempelai wanita meskipun hal ini bukan termasuk dalam syarat atau
rukun pernikahan.
II.3. Meminang ( Khitbah)
Pengertian meminang adalah pernyataan seorang laki-laki yang meminta
kesedian seorang wanita untuk menjadi isterinya28. Peminangan atau biasa juga disebut
lamaran ini sangat penting terutama berkaitan dengan syarat nikah bahwa harus ada
kesediaan dari kedua belah pihak 29, dan berkaitan dengan agar tidak terjadi seorang
wanita yang sudah dilamar oleh seorang muslim di pinang juga oleh orang lain
sebagimana sabda Rasulullah SAW : “Orang mukmin adalah saudara orang mukmin,
maka tidak halal bagi seorang mukmin meminang seorang wanita yang sedang
dipinang oleh saudaranya. Sampai nyata-nyata sudah ditinggalkannya.” (H.R. Ahmad
dan Muslim)30.
Dalam tata caranya, meminang bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
langsung datang sendiri kepada orang tua wanita yang akan dipinang dan mengajukan
lamaran, bisa dengan meminta tolong orang lain dan bisa juga dengan sindiran jika
wanita tersebut dalam keadaan iddah ba’in (masa menunggu pasca ditinggal mati
suaminya atau sudah di talak tiga sebagaimana firman Allah31 :
27 Lihat Musthafa Helmy, Catatan-catatan Pernikahan, ……………………………...hal 1028 Lihat Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, …………………...……. hal. 23829
Tentang syarat nikah akan dijelaskan dalam sub bab tersendiri30 Lihat Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, …………………….…. hal. 23931 Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 235
16
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 17/30
……
“ dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu32 dengan sindiran
atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu…….”
Dalam hal meminang, Islam juga mengajarkan agar kedua calon bisa bertemu
muka dan saling mengenali serta saling menilai sebelum menentukan apakah pinangan
itu diterima atau tidak sebagaimana hadist Rasulullah SAW : ”apabila salah seorang
diantara kamu meminang seorang wanita, maka tidak berhalangan atasnya untuk
melihat wanita itu dengan sengaja, semata-mata untuk mencari perjodohan, baik
diketahui oleh wanita itu atau tidak ” (H.R. Ahmad) 33. Hal ini supaya tidak terjadi
membeli kucing dalam karung yang beresiko menimbulkan penyesalan dikemudianhari.
II.4. Syarat dan Rukun Nikah
Secara umum, syarat pernikahan dalam agama Islam adalah adanya persetujuan
dari kedua belah pihak yang akan menikah dan bahwa pernikahan itu tidak dilarang
karena sebab-sebab tertentu dan tidak melanggar larangan-larangan dalam agama Islam.
Sedangkan secara khusus, syarat-syarat perkawinan berkaitan dengan tiap-tiap unsur
dalam rukun nikah itu sendiri. Adapun rukun nikah ada lima34 yaitu :
32 Wanita yang boleh dipinang secara sindiran ialah wanita yang dalam 'iddah karenameninggal suaminya, atau karena Talak bain, sedang wanita yang dalam 'iddah Talak raji'i tidak bolehdipinang walaupun dengan sindiran.
33
Lihat Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, …………………………… hal. 23934 Lihat Nabawi, “Hukum Pernikahan dalam Islam”, artikel diakses tanggal 21 Juli 2011 dari
http://blog.bukukita.com/users/nabawi/?postId=5333 2 September 2008
17
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 18/30
1. Adanya calon mempelai pria
2. Adanya calon mempelai wanita
3. Adanya Wali
4. Adanya saksi-saksi
5. Adanya Ijab dan Qabul (Aqad Nikah)
Sedangkan syarat-syarat untuk masing-masing unsur rukun adalah sebagai berikut35 :
1. Untuk calon mempelai pria :
a. Beragama Islam
b. Tidak dalam keadaan terpaksa (atas inisiatif sendiri dan ada kerelaan)
c. Baligh dan berakal dalam arti tidak gila dan cakap hukum serta layak
berumah tangga
d. Jelas orangnya
e. Tidak ada hal yang menghalangi pernikahan seperti tidak dalam keadaan
ihram, bukan muhrim, sudah punya empat orang isteri dsb, yang mana hal-
hal tersebut dapat membuat pernikahannya tidak sah
2. Untuk calon mempelai wanita :
a. Beragama Islam
b. Jelas orangnya
35 Lihat Eko Marwanto, “Syarat dan Rukun Nikah dalam Islam”, artikel diakses tanggal 21
Juli 2011 dari http://www.ekomarwanto.com/2011/06/syarat-dan-rukun-nikah-dalam-islam.html 1 Juni2011. Lihat juga Sapto Sardiyanto, “Rukun dan Syarat Pernikahan”, artikel diakses tanggal 21 Juli2011 dari http://www.wonosari.com/t2240-rukun-dan-syarat-perkawinan, 9 Agustus 2008
18
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 19/30
c. Tidak ada hal yang mengahalangi pernikahan, seperti tidak sedang ihram,
tidak dalam masa iddah dan tidak sedang menjadi isteri laki-laki lain. Dsb
yang dapat membuat pernikahannya tidak sah
3. Untuk wali :
a. Beragama Islam
b. Baligh dan berakal serta adil
c. Punya hak atas perwalian baik secara langsung atau sebagai wakil
d. Tidak ada halangan untuk menjadi wali
4. Untuk saksi-saksi :
a. Laki-laki
b. Beragama Islam
c. Baligh dan berakal
d. Hadir dalam majelis aqad pernikahan
e. Mengerti hukum khususnya tentang aqad nikah
5. Untuk Ijab dan Qobul (Aqad Nikah) :
a. Adanya Ijab (penyerahan dari wali)
b. Adanya Qobul (penerimaan dari mempelai pria)
c. Ijab harus menggunakan kata-kata nikah atau yang searti dengannya
19
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 20/30
d. Antara Ijab dan Qobul harus jelas dan berkaitan dan masih dalam satu
majelis
Selain syarat-syarat di atas ada juga satu syarat sahnya nikah yang lain yaitu
adanya mahar atau maskawin36 sesuai dengan firman Allah SWT37 :
“ Dan berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai
pemberian dengan penuh kerelaan. kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu
sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian
itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya”.
Juga dalam hadist Rasulullah SAW : Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Ali ra. Ketika
sudah menikah dengan Fatimah dan bermaksud akan campur, Rasulullah melarangnya
sebelum ia member sesuatu. Ali menjawab : “Saya tidak punya apa-apa”. Rasulullah
bersabda : “Berikanlah baju perangmu itu”. Kemudian Ali menyerahkan baju
perangnya kepada Fatimah, setelah itu didekatinya Fatimah sebagaimana suami
mendekati isterinya. (H.R. Abu Daud)38.
Ayat Al-Qur’an dan hadist di atas menjadi dasar tentang perlunya mahar dalam
prosesi pernikahan. Mahar disini adalah pemberian dari calon suami pada calon
isterinya sebagai syarat halalnya isteri untuk dicampuri sebagaimana firman Allah SWT
36 Mahar disini juga kadang dimasukkan dalam rukun nikah oleh sebagian ulama, tetapikebanyakan ulama (jumhur ulama) hanya menempatkannya sebagai syarat saja. Artinya pernikahan
yang dalam prosesi aqadnya maharnya tidak langsung dibayar tetap sah.37 Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 438 Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, …………………………………..hal. 245
20
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 21/30
dalam surat An-Nisa ayat 2439. Sedangkan besaran mahar tidak ditentukan ukurannya
tetapi harus ada nilainya baik dalam bentuk barang atau jasa. Yang terpenting adalah
adanya keikhlasan dari calon isteri atas mahar yang dibayarkan untuknya.
Mahar ada dua macam menurut penentuan besarnya40, yaitu : mahar mitsil ,
mahar yang ketentuan besarnya mahar didasarkan pada saudara perempuan yang sudah
menikah sebelumnya atau berdasar adat yang berlaku di lingkungan tersebut. Penentuan
mahar ini dilakukan jika pada waktu aqad nikah tidak disebutkan jumlah besarnya
mahar. Jenis mahar yang kedua adalah mahar musamma yang mana penentuannya
didasarkan oleh permintaan calon isteri atau walinya dan disebutkan dalam akad nikah.
Hikmah mahar adalah sebagai latihan bagi calon suami yang akan punya
kewajiban untuk menfkahi keluarhganya. Mahar disini dianggap sebagai pemberian dan
kewajiban pertama seorang suami terhadap isterinya yang menjadi awal dari
pemberian-pembarian lain yang menjadi kewajiban suami di masa yang akan dating
setelah mereka hidup berumahtangga.
Dalam hal hak, mahar adalah hak calon isteri dan bukan wali atau orang tuanya
sebagimana dijelaskan dalam surat An-Nisa’ ayat 4 di atas. Karena itu tidak seorangpun
termasuk wali yang boleh mengambil mahar yang diberikan calon suami kecuali atas
izin si calon isteri.
Dalam rukun nikah ini yang seringkali menjadi pertanyaan adalah mengenai
wali nikah. Dasar tentang wali ini adalah hadist Rasulullah SAW : “Tidak sah menikah
melainkan dengan wali, dan dua orang saksi yang adil ”. (H.R. Ahmad). Hal ini
39
Ayat ini bisa dilihat di sub bab sebelumnya di bagian “hukum nikah dalam Islam”40 Lihat _____, “Pernikahan Menurut Hukum Islam”, artikel diakses 22 Juli 2011 dari
http://denchiel78.blogspot.com/2010/04/perkawinan-menurut-hukum-islam.html
21
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 22/30
menjelaskan bahwa posisi wali harus ada dalam pernikahan, karena itu wali termasuk
rukun nikah.
Jenis wali secara umum ada empat yaitu41
:
1. Wali Mubjir : Wali dari bapa sendiri atau datuk sebelah bapa (bapa kepada
bapa) mempunyai kuasa mewalikan perkahwinan anak perempuannya atau
cucu perempuannya dengan persetujuannya atau tidak (sebaiknya perlu
mendapatkan kerelaan calon isteri yang hendak dikahwinkan).
2. Wali aqrab : Wali terdekat mengikut susunan yang layak dan berhak
menjadi wali seperti saudara laki-laki dari mempelai perempuan.
3. Wali ab’ad: Wali yang jauh sedikit mengikut susunan yang layak menjadi
wali, jika ketiadaan wali aqrab berkenaan. Wali ab’ad ini akan berpindah
kepada wali ab’ad lain seterusnya mengikut susuna tersebut jika tiada yang
terdekat lagi.
4. Wali raja/hakim: Wali yang diberi kuasa atau ditauliahkan oleh pemerintah
atau pihak berkuasa negeri kepada orang yang telah dilantik menjalankan
tugas ini dengan sebab-sebab tertentu.
Pertanyaan tentang wali yang paling mendasar adalah mengapa perempuan
harus memakai wali dan laki-laki tidak? Jawaban yang sedikit ekstrim adalah bahwa
pernikahan diibaratkan seperti perdagangan, dimana wali dalam hal ini adalah adalah
penjual dan mempelai perempuan sebagai dagangannya. Sementara mempelai pria
adalah pembelinya yang membayar dengan memberikan mahar 42. Analogi ini punya
beberapa kelemahan antara lain bahwa mahar adalah milik isteri, sedangkan dalam
41
Lihat _____, “Pernikahan Menurut Hukum Islam”, artikel diakses 22 Juli 2011 darihttp://denchiel78.blogspot.com/2010/04/perkawinan-menurut-hukum-islam.html
42 Lihat Musthafa Helmy, Catatan-catatan Pernikahan, ……………………………..... hal 91
22
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 23/30
proses jual beli, uang yang dibayarkan bukan menjadi milik barang tetapi menjadi milik
penjual (dalam hal ini adalah wali). Jadi ada cacat dalam analogi tersebut.
Jawaban menurut penulis adalah bahwa hal ini berkaitan dengan posisi
perempuan dalam rumah tangga Islam. Tak bisa dipungkiri bahwa Islam memang lebih
meninggikan posisi laki-laki dari perempuan dalam hierarki rumah tangga. Yang
menjadi kepala keluarga adalah suami bukan isteri. Apakah ini berarti Islam
merendahkan derajat perempuan? Jawabannya adalah tidak. Karena seiring dengan
statusnya yang lebih tinggi, tanggung jawab dan kewajiban seorang suami juga jauh
lebih besar dibanding isteri. Suami berkewajiban menafkahi keluarga sementara isteri
tidak. Bahkan kewajiban member ASI kepada anak secara hukum adalah tanggung
jawab suami dan bukan isteri. Dari sini saja bisa dilihat bahwa isteri punya bargaining
power yang sangat besar terhadap suami, misalnya si isteri meminta bayaran untuk ASI
yang ia keluarkan, maka suami berkewajiban membayar. Jadi posisi suami dalam
rumah tangga memang lebih tinggi tetapi hal ini tidak mengurangi keadilan terhadap
kaum perempuan yang menjadi isteri, sebagaimana firman Allah SWT43 :
.…………
“…….Dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut
cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada
isterinya44. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
43
Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 22844Hal ini disebabkan karena suami bertanggung jawab terhadap keselamatan dan
Kesejahteraan rumah tangga (Lihat juga surat An Nisaa' ayat 34).
23
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 24/30
Jadi mengapa perempuan harus menggunkan wali sedangkan laki-laki tidak
karena perempuan disumsikan sebagai seorang yang akan menyerahkan sebagian
kedaulatan pribadinya kepada laki-laki yang akan menjadi suaminya. Sebelumnya
kedaulatan tersebut adalah milik orang tuanya, jadi bisa dikatakan bahwa penggunaan
wali untuk perempuan disebabkan karena orang tua adalah pemegang sebagian
kedaulatan pribadi anak perempuannya dan dalam proses akad nikah, dia menyerahkan
sebagian kedaulatan tersebut kepada laki-laki yang akan menjadi suaminya.
II.5. Tujuan dan Hikmah Nikah
Kawin (hubungan intim) adalah hal yang kondrati pada diri manusia sebagai
makhluk yang diciptakan saling berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Dalam
Islam kawin ini diatur dalam konsep pernikahan. Pengaturan ini perlu dilakukan
sebagai upaya untuk mencegah agar tidak terjadi kekacauan dalam masyarakat akibat
tak terkendali nafsu manusia yang pada dasarnya tidak suka dibatasi, terutama dalam
hal yang menyenangkan seperti kawin. Fungsi pernikahan tidak terbatas pada
pengaturan saja, melainkan banyak tujuan dan hikmah yang bisa diambil dari padanya.
Beberapa tujuan dan hikmah pernikahan antara lain adalah45 :
1. Cara yang halal untuk menyalurkan nafsu birahi. Dalam hal ini pernikahan
adalah satu-satunya cara agar seorang perempuan halal digauli oleh seorang
laki-laki. Manfaat yang lain adalah tidak bebasnya manusia untuk bergonta-
ganti pasangan tidur yang mana hal itu hanya dilakukan oleh hewan yang tidak
punya akal. Jadi pernikahan juga menganggkat derajat manusia agar tidak sama
dengan hewan.
45 Lihat _____, “Pernikahan Menurut Hukum Islam”, ………………………………..
24
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 25/30
2. Untuk memperoleh ketenangan hidup, kasih sayang dan ketenteraman
sebagaimana difirmankan Allah SWT46 :
“ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir ”.
3. Untuk menjalankan syariat dan meningkatkan ibadah kepada Allah SWT
sebagaimana hadist Rasulullah SAW yang artinya : “Jika kalian bersetubuh
dengan istri-istri kalian termasuk sedekah !. Mendengar sabda Rasulullah para
shahabat keheranan dan bertanya : “Wahai Rasulullah, seorang suami yang
memuaskan nafsu birahinya terhadap istrinya akan mendapat pahala ?” Nabi
shallallahu alaihi wa sallam menjawab : “Bagaimana menurut kalian jika
mereka (para suami) bersetubuh dengan selain istrinya, bukankah mereka
berdosa .? Jawab para shahabat :”Ya, benar”. Beliau bersabda lagi : “Begitu
pula kalau mereka bersetubuh dengan istrinya (di tempat yang halal), mereka
akan memperoleh pahala !” (H.R.Muslim)
46 Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 21
25
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 26/30
4. Untuk memperoleh keturunan yang sholeh dan memperbanyak umat Islam
Karena ada hadist dari Anas bin Malik ra. Yang menyatakan bahwa Rasulullah
SAW bersabda : “Nikahilah perempuan yang banyak anak dan penyayang.
Karena aku akan berbangga dengan banyaknya umatku dihadapan para Nabi
kelak di hari kiamat.” (H.R.Ahmad)
5. Sebagai penyempurna iman sebagaimana hadirt Rasulullah SAW47 :
“ Barangsiapa menikah maka ia telah menyempurnakan separuh iman,
hendaklah ia menyempurnakan sisanya.” (HR. ath Thabrani, dihasankan oleh
Al Albani)
6. Dapat mengeratkan tali silaturahmi antara dua keluarga muslim yaitu keluarga
suami dan isteri
Selain tujuan dan hikmah di atas, tentunya masih banyak lagi yang lain yang tak
bisa kami sebutkan satu-persatu karena sangat banyaknya. Tetapi apa yang kami
jelaskan di atas kami rasa cukup mewakili secara garis besar tentang apa keuntungan
menikah bagi seorang muslim. Yang pasti adalah bahwa menikah sangat dianjurkan
dalam Islam karena menikah adalah sunnah Rasulullah. Bahkan beliau sampai punya
total 9 (sembilan) isteri! Hal in menunjukkan bahwa menikah, selama itu dilakukan
dengan cara dan dasar yang benar, insyaAllah akan bermanfaat bagi yang
melakukannya.
47 Lihat Abu Hamzah Ibnu Qomari, “Hikmah dan Hukum Nikah”, …………………........
26
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 27/30
BAB III
PENUTUP
Pernikahan adalah jalur resmi dan satu-satunya yang diakui dalam agama Islam
dalam rangka menyalurkan hasrat seksual manusia. Tujuannya adalah utuk mengatur
agar hubungan antara laki-laki dan perempuan tidak kacau dan semrawut. Pernikahan
dapat menghindari sex bebas yang sering menimbulkan masalah dibelakangnya seperti
anak yang tidak diakui ayahnya, menjangkitnya penyakit kelamin dll.
Pernikahan dalam Islam hukumnya bersifat relatif tergantung kondisi dan
situasi. Hukum nikah bisa wajib,sunah, mubah, makruh atau haram tergantung faktor
yang melatarbelakangi pernikahan itu dan pelakunya. Hal ini menunjukkan bahwa
hukum Islam dalam bidang muamalah bersifat dinamis. Adanya perbedaan pandangan
dalam menentukan hukum suatu pernikahan juga mengajarkan umat muslim agar mampu menghargai dan bertoleransi dalam hal perbedaan pendapat, karena umumnya
pendapat para ulama tentang suatu hukum tidak diambil secara serampangan tetapi
memalui proses ijtihad yang ketat dan kaidah-kaidah yang ketat pula sehingga
kemungkinan kesalahan bisa diminimalisir.
Islam bukan hanya mengajarkan tentang hukum dan tata cara pernikahan saja.Islam sebagai agama yang sempurna48 juga memberikan petunjuk tentang hal-hal yang
berkaitan dengan pernikahan seperti bagimana cara memilih jodoh yang baik,
bagaimana cara meminang calon istri yang baik, dan bagaimana membina hubungan
rumah tangga yang baik yang akan membawa manusia yang mengikutinya ke jalan
48 Lihat Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 3
27
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 28/30
yang benar dan selamat dunia dan akhirat. Ini menunjukkan betapa luar biasanya agama
Allah SWT yang dibawa oleh Rasul terbaiknya Muhammad SAW.
Pernikahan juga dianggap penting karena didalamnya terdapat banyak hikmah.
Hikmah yang paling besar adalah tercapainya ketenangan dan ketentraman hidup yang
penuh dengan kasih sayang atau dalam bahasa arabnya adalah mawaddah wa rahma,
sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 21. Dalam kehidupan
rumah tangga mawaddah wa rahma tercakup banyak hal termasuk ibadah yang banyak
pahalanya dan rezeki yang dijamin oleh Allah SWA sebagaimana firmanNya49 :
“dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian50 diantara kamu, dan orang-
orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-
hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan
mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha
mengetahui”.
Jadi menikah sangat dianjurkan dalam Islam khususnya bagi yang mempu. Bagi
yang belum mampu maka berusahalah untuk mampu karena banyak sekali hikmah dan
ibadah dalam pernikahan.
DAFTAR PUSTAKA
49
Al-Qur’an surat An-Nur ayat 3250 Maksudnya: hendaklah laki-laki yang belum kawin atau wanita- wanita yang tidak
bersuami, dibantu agar mereka dapat kawin.
28
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 29/30
_____, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an
Departemen Agama RI, 1986.
Hamid, Syamsul Rijal, Buku Pintar Agama Islam, Cetakan IX, Jakarta: Penebar Salam,
2001.
Helmy, Musthafa, Catatan-catatan Pernikahan, Jakarta : Timer Publising, 2010
_____,”Hukum Pernikahan dalam Islam” artikel diakses 20 Juli 2011 dari
http://elfadhi.wordpress.com/2007/03/29/hukum-pernikahan-dalam-islam/ 29
Maret 2007
Azzuhaily, Syaikh Wahbah, Al-Fiqhul Islam wa Adilklatahu, cetakan ke-3, jilid I,
USA : Darul Fikr 1983
Qomari, Abu Hamzah Ibnu, “Hikmah dan Hukum Nikah”, artikel diakses 20 Juli 2011
dari http://abuzubair.wordpress.com/2007/09/01/hikmah-dan-hukum-nikah/ 1
September 2007
Hidayat, Annisa, “Konsep memilih pasangan hidup dalam perspektif hadist”, artikel
diakses 21 Juli 2011 dari
http://annisahidayat.wordpress.com/2010/04/22/konsep-memilih-pasangan-
hidup-dalam-perspektif-hadis/ 22 April 2010
Nabawi, “Hukum Pernikahan dalam Islam”, artikel diakses tanggal 21 Juli 2011 dari
http://blog.bukukita.com/users/nabawi/?postId=5333 2 September 2008
Marwanto, Eko, “Syarat dan Rukun Nikah dalam Islam”, artikel diakses tanggal 21 Juli
2011 dari http://www.ekomarwanto.com/2011/06/syarat-dan-rukun-nikah-
dalam-islam.html 1 Juni 2011.
29
5/14/2018 Munakahah Al Islam II 2003 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/munakahah-al-islam-ii-2003 30/30
Sardiyanto, Sapto, “Rukun dan Syarat Pernikahan”, artikel diakses tanggal 21 Juli 2011
dari http://www.wonosari.com/t2240-rukun-dan-syarat-perkawinan, 9 Agustus
2008
_____, “Pernikahan Menurut Hukum Islam”, artikel diakses 22 Juli 2011 darihttp://denchiel78.blogspot.com/2010/04/perkawinan-menurut-hukum-islam.html
30