9
ALIRAN PEMIKIRAN POSITIVISME BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris. Sesungguhnya aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk memperoleh pengetahuan (seperti yang diusung oleh kaum idealisme khususnya idealisme Jerman Klasik). Positivisme merupakan empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan. Terdapat tiga tahap dalam perkembangan positivisme, yaitu: 1. Tempat utama dalam positivisme pertama diberikan pada Sosiologi, walaupun perhatiannya juga diberikan pada teori pengetahuan yang diungkapkan oleh Comte dan tentang Logika

DocumentMy

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DocumentMy

ALIRAN PEMIKIRAN POSITIVISME

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya

sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak

mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.

Sesungguhnya aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk

memperoleh pengetahuan (seperti yang diusung oleh kaum idealisme khususnya idealisme

Jerman Klasik).

Positivisme merupakan empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada

kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam

satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan. Terdapat tiga tahap

dalam perkembangan positivisme, yaitu:

1. Tempat utama dalam positivisme pertama diberikan pada Sosiologi, walaupun

perhatiannya juga diberikan pada teori pengetahuan yang diungkapkan oleh Comte dan

tentang Logika yang dikemukakan oleh Mill. Tokoh-tokohnya Auguste Comte, E. Littre,

P. Laffitte, JS. Mill dan Spencer.

2. Munculnya tahap kedua dalam positivisme – empirio-positivisme – berawal pada tahun

1870-1890-an dan berpautan dengan Mach dan Avenarius. Keduanya meninggalkan

pengetahuan formal tentang obyek-obyek nyata obyektif, yang merupakan suatu ciri

positivisme awal. Dalam Machisme, masalah-masalah pengenalan ditafsirkan dari sudut

pandang psikologisme ekstrim, yang bergabung dengan subyektivisme.

Page 2: DocumentMy

3. Perkembangan positivisme tahap terakhir berkaitan dengan lingkaran Wina dengan

tokoh-tokohnya O.Neurath, Carnap, Schlick, Frank, dan lain-lain. Serta kelompok yang

turut berpengaruh pada perkembangan tahap ketiga ini adalah Masyarakat Filsafat Ilmiah

Berlin. Kedua kelompok ini menggabungkan sejumlah aliran seperti atomisme logis,

positivisme logis, serta semantika. Pokok bahasan positivisme tahap ketiga ini

diantaranya tentang bahasa, logika simbolis, struktur penyelidikan ilmiah dan lain-

lain.1.2 Tujuan dan Ruang lingkup

Sebagai tujuan dari paper ini adalah mengupas sedikit pro dan kontra Aliran pemikiran

Positivisme. Adapun yangmenjadi bahasan adalah sebagai berikut:

a. Sejarah Positivisme

b. Bagaimana paham Positivisme mampu diikuti oleh banyak ilmuan dan filsuf dunia?

c. Kritikan Para Post-Positivisme yang menganggap Positivisme tidaklah sempurna

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Aliran pemikiran Positivisme

Secara umum dapat dikatakan bahwa akar sejarah pemikiran Positivisme pada masa

Hume (1711-1776) dan Kunt (1724-1804). Hume berpendapat bahwa permasalahan-

permasalahan ilmiah haruslah diuji melalui percobaan. Kemudian Kant lah orang yang

melaksanakan pendapat Hume ini dengan menyusun Critique of pure reason (Kritik terhadap

pikiran murni). Kemudian muncullah Aguste Comte (1798-1857) yang mengikuti pemikiran

Hume dan Kant. Melalui tulisan dan pemikirannya, Comte bermaksud memberikan peringatan

kepada para ilmuan akan perkembangan penting yang terjadi pada perjalanan ilmu pengetahuan

ketika pemikiran manusia beralih dari fase teologis, menuju fase metafisis, yang akhirnya

menuju fase positif. Pada fase teologis diyakini adanya kuasa-kuasa adikodrati yang mengatur

semua gerak dan fungsi yang mengatur ala mini. Selanjutnya pada fase metafisis berganti pada

konsep-konsep abstrak, seperti ‘kodrat’ dan ‘penyebab’. Dan akhirnya pada fase positif manusia

Page 3: DocumentMy

telah membatasi diri pada fakta yang tersaji dan menetapkan hubungan antar fakta tersebut atas

dasar observasi dan rasio.

2.2 Perkembangan Positivisme

Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya

sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak

mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris. Sesungguhnya aliran ini

menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk memperoleh pengetahuan (seperti

yang diusung oleh kaum idealisme khususnya idealisme Jerman Klasik).

Positivisme, sebagai salah satu aliran filsafat yang bebas nilai dikembangkan mulai abad

ke 19. Adapun perkembangan aliran pemikiran ini terbagi menjadi 3 bagian, diantaranya:

1.       Positivisme sosial: Tokohnya Henry Sain Simon, Auguste Comte, John Stuart Mill,

Gioseppe Ferrari. Paham ini meyakini bahwa kehidupan sosial hanya dapat dicapai melalui

penerapan ilmu-ilmu positif.

2.       Positivisme evolusioner: Tokohnya Charles Lyell, Charles Darwin, Herbert Spencer,

Wilhem Wundt, Ernst Hackel. Jika positivisme sosial percaya kemajuan dapat berlangsung

berdasarkan ilmu pengetahuan, sedang positivisme evolusioner meyakini interaksi manusia

dengan semesta sebagai penentu kemajuan.

3.       Positivisme logis: Tokohnya Rudolph Carnapp, Alfred Ayer, Wittgenstein. Paham ini

lebih memfokuskan diri pada logika dan bahasa ilmiah. Prinsip yang diyakini paham ini adalah

adanya hubungan mutlak antara bahasa dan dunia nyata.

Dan Jhon Stuart Mill memberikan suatu dasar psikologis dan logis kepaada Positivisme.

Menurutnya, psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan dasar yang bertugas menyelidiki apa yang

disajikan oleh kesadaran manusia, yang mengarah kepada penginderaan manusia dan hubungan-

hubungannya. Oleh karena itu, induksi mewujudkan satu-satunya jalan yang dapat dipercaya,

yang munuju pada pengenalan.

Page 4: DocumentMy

Hubungan statika dan dinamika menjadi tahap akhir perkembangan.1 Dimana statika dan

dinamika yang dimaksud adalah kaitan yang organis antara gejala-gejala dengan urutan gejala-

gejala. Comte melihat masyarakat sebagai suatu keseluruhan organic ayang kenyataannya lebih

dari pada sekedar jumlah bagian-bagian yang saling bergantung, tetapi untuk mengerti kenyataan

ini, metode penelian empiris harus digunakan dengan keyakinan bahwa masyarakat merupakan

suatu bagian dari alam seperti halnya gejala fisik.

Tujuan utama yang ingin dicapai oleh Positivisme adalah membebaskan ilmu dari

kekangan filsafat (metafisika). Ilmu hendaknya dijauhkan dari tafsiran-tafsiran metafisis yang

merusak obyektifitas.2 Dengan menjauh kan tafsiran-tafsiran metafisis dari ilmu, para ilmuan

hanya akan menjadikan fakta yang dapat ditangkap dengan indera unutk menghukumi segala

sesuatu, hal itu sangat erat kaitannya dengan tugas filsafat. Menurut aliran Positivisme, tugas

filsafat bukanlah menafsirkan segala sesuatu yang ada di alam, tetapi member penjelasan logis

terhadap pemikiran.

2.3 Kritikan terhadap Aliran pemikiran Positivisme

Dari penjelasan tentang Positivisme oleh Comte, Ernst dan para penganutnya, seolah-olah

telah menyamakan objek kajian ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial, meskipun secara

empiris sangat berbeda. Dimana manusia yang sebagai objek ilmu-ilmu sosial selalu mengalami

perubahan yang cukup dinamis, dan sedangkan objeka ilmu-ilmu alam adalah benda yang mati

dalam artian tidak berkembang secara dinamis sebagajmana manusia.

Hal yang dikritik oleh Popper pada Positivisme Logis adalah tentang metode Induksi, ia

berpendapat bahwa Induksi tidak lain hanya khayalan belaka, dan mustahil dapat menghasilkan

pengetahuan ilmiah melalui induksi saja. Tujuan Ilmu Pengetahuan adalah mengembangkan

pengetahuan ilmiah yang berlaku dan benar, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan logika,

namun jenis penalaran yang dipakai oleh aliran pemikiran Positivisme logis adalah induksi

dirasakan tidak tepat sebab jenis penalaran ini tidak mungkin menghasilkan pengetahuan ilmiah

yang benar dan berlaku, karena kelemahan yang bisa terjadi adalah kesalahan dalam penarikan

kesimpulan, dimana dari premis-premis yang dikumpulkan kemungkinan tidak lengkap sehingga

kesimpulan atau generalisasi yang dihasilkan tidak mewakili fakta yang ada. Dan menurutnya

1 August Comte dalam buku Course of positive Philosoph.2 Menurut Ernst Mach (1838-1916), seorang filsuf Austria.

Page 5: DocumentMy

agar pengetahuan itu dapat berlaku dan bernilai benar maka penalaran yang harus dipakai adalah

penalaran deduktif.

Dan Lebih lanjut, dalam pandangan mereka seharusnya pengetahuan diorientasikan untuk

mengungkap pengetahuan tentang apa yang seharusnya ada (das Sollen) dan bukan mengungkap

pengetahuan tentang apa yang ada (das Sein) sebagaiman yang dilakukan oleh positivisme.

Dengan apa yang dilakukan oleh ilmuan positivisme, bagi mereka hanyalah menjadikan

pengetahuan tidak dapat mendorong perubahan, tapi hanya menyalin data sosial. Kemudian,

mereka menunjukkan bahwa pengetahuan semacam itu pada gilirannya juga dipakai untuk

membuat rekayasa sosial, menangani masyarakat sebagai perkara teknis seperti menangani alam

(Hardiman 2003; 24).

Dari pandangan-pandangan tokoh-tokoh post-positivisme di atas, dapat diambil

kesimpulan bahwa pada dasarnya post-positivis ingin membedah kesalahan-kesalahan yang

dilakukan positivisme. Di antara usaha post-positivisme adalah mendudukkan atau

mengembalikan ilmu-ilmu sosial pada posisi yang lebih humanism dalam artian memanusiakan

manusia yang memang seharusnya demikian, melalui pembentukan atau pembaharuan dalam

metodologi penelitian yang digunakan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.

BAB III KESIMPULAN

Aliran pemikiran Positivisme yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber

pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik, juga aliran

pemikiran yang menjadikan Manusia sebagai benda ojebtivitas dianggap kurang sempurna sama

halnya dengan aliran-aliran pemikiran yang lainnya, Karena Menurut para Post-positivisme

Manusia cukup dinamis dan mudah berubah dari jaman ke jaman. Dan juga ilmu pengetahuan

tidak mungkin didapat dengan metode induksi saja, namun kita juga harus menggunkan logika.

Aliran pemikiran dapat tidak berlaku pada jaman yang mendatang. Oleh karenanya, maka

setiap jaman terdapat aliran-aliran pemikiran yang baru yang sesuai dengan konteks dan situasi

yang berlaku pada saat itu. Sesuai dengan hakikat kebenaran dan filsafat, bahwa ilmu

pengetahuaan adalah hal yang perlu terus di cari kebenarannya. Namun, kebenaran hari ini tidak

Page 6: DocumentMy

lah sama dengan ebenaran di hari esok. Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang perlu terus dicari

kebenarannya.

Page 7: DocumentMy

Daftar Pustaka

Atang, Abdul Hakim. 2008. Filsafat Umum . Pusataka Setia. Bandung.

Hardiman, F. Budi. 2003. Melampaui Positivisme dan Modernitas Diskursus Filosofis Tentang

Metode Ilmiah dan Problem Modernitas . Kanisius. Yogyakarta.

http://mizanis.wordpress.com/kajian/ke-arah-filsafat-ilmu-islam/positivisme-logis/

http://catatan-anakfikom.blogspot.com/2012/03/perspektif-positivisme-post-

positivisme.html

http://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2008/03/31/positivisme-dan-perkembangannya/