Upload
aditya-intan-bodiman-lukman
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ALIRAN PEMIKIRAN POSITIVISME
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak
mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.
Sesungguhnya aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk
memperoleh pengetahuan (seperti yang diusung oleh kaum idealisme khususnya idealisme
Jerman Klasik).
Positivisme merupakan empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada
kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam
satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan. Terdapat tiga tahap
dalam perkembangan positivisme, yaitu:
1. Tempat utama dalam positivisme pertama diberikan pada Sosiologi, walaupun
perhatiannya juga diberikan pada teori pengetahuan yang diungkapkan oleh Comte dan
tentang Logika yang dikemukakan oleh Mill. Tokoh-tokohnya Auguste Comte, E. Littre,
P. Laffitte, JS. Mill dan Spencer.
2. Munculnya tahap kedua dalam positivisme – empirio-positivisme – berawal pada tahun
1870-1890-an dan berpautan dengan Mach dan Avenarius. Keduanya meninggalkan
pengetahuan formal tentang obyek-obyek nyata obyektif, yang merupakan suatu ciri
positivisme awal. Dalam Machisme, masalah-masalah pengenalan ditafsirkan dari sudut
pandang psikologisme ekstrim, yang bergabung dengan subyektivisme.
3. Perkembangan positivisme tahap terakhir berkaitan dengan lingkaran Wina dengan
tokoh-tokohnya O.Neurath, Carnap, Schlick, Frank, dan lain-lain. Serta kelompok yang
turut berpengaruh pada perkembangan tahap ketiga ini adalah Masyarakat Filsafat Ilmiah
Berlin. Kedua kelompok ini menggabungkan sejumlah aliran seperti atomisme logis,
positivisme logis, serta semantika. Pokok bahasan positivisme tahap ketiga ini
diantaranya tentang bahasa, logika simbolis, struktur penyelidikan ilmiah dan lain-
lain.1.2 Tujuan dan Ruang lingkup
Sebagai tujuan dari paper ini adalah mengupas sedikit pro dan kontra Aliran pemikiran
Positivisme. Adapun yangmenjadi bahasan adalah sebagai berikut:
a. Sejarah Positivisme
b. Bagaimana paham Positivisme mampu diikuti oleh banyak ilmuan dan filsuf dunia?
c. Kritikan Para Post-Positivisme yang menganggap Positivisme tidaklah sempurna
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Aliran pemikiran Positivisme
Secara umum dapat dikatakan bahwa akar sejarah pemikiran Positivisme pada masa
Hume (1711-1776) dan Kunt (1724-1804). Hume berpendapat bahwa permasalahan-
permasalahan ilmiah haruslah diuji melalui percobaan. Kemudian Kant lah orang yang
melaksanakan pendapat Hume ini dengan menyusun Critique of pure reason (Kritik terhadap
pikiran murni). Kemudian muncullah Aguste Comte (1798-1857) yang mengikuti pemikiran
Hume dan Kant. Melalui tulisan dan pemikirannya, Comte bermaksud memberikan peringatan
kepada para ilmuan akan perkembangan penting yang terjadi pada perjalanan ilmu pengetahuan
ketika pemikiran manusia beralih dari fase teologis, menuju fase metafisis, yang akhirnya
menuju fase positif. Pada fase teologis diyakini adanya kuasa-kuasa adikodrati yang mengatur
semua gerak dan fungsi yang mengatur ala mini. Selanjutnya pada fase metafisis berganti pada
konsep-konsep abstrak, seperti ‘kodrat’ dan ‘penyebab’. Dan akhirnya pada fase positif manusia
telah membatasi diri pada fakta yang tersaji dan menetapkan hubungan antar fakta tersebut atas
dasar observasi dan rasio.
2.2 Perkembangan Positivisme
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak
mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris. Sesungguhnya aliran ini
menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk memperoleh pengetahuan (seperti
yang diusung oleh kaum idealisme khususnya idealisme Jerman Klasik).
Positivisme, sebagai salah satu aliran filsafat yang bebas nilai dikembangkan mulai abad
ke 19. Adapun perkembangan aliran pemikiran ini terbagi menjadi 3 bagian, diantaranya:
1. Positivisme sosial: Tokohnya Henry Sain Simon, Auguste Comte, John Stuart Mill,
Gioseppe Ferrari. Paham ini meyakini bahwa kehidupan sosial hanya dapat dicapai melalui
penerapan ilmu-ilmu positif.
2. Positivisme evolusioner: Tokohnya Charles Lyell, Charles Darwin, Herbert Spencer,
Wilhem Wundt, Ernst Hackel. Jika positivisme sosial percaya kemajuan dapat berlangsung
berdasarkan ilmu pengetahuan, sedang positivisme evolusioner meyakini interaksi manusia
dengan semesta sebagai penentu kemajuan.
3. Positivisme logis: Tokohnya Rudolph Carnapp, Alfred Ayer, Wittgenstein. Paham ini
lebih memfokuskan diri pada logika dan bahasa ilmiah. Prinsip yang diyakini paham ini adalah
adanya hubungan mutlak antara bahasa dan dunia nyata.
Dan Jhon Stuart Mill memberikan suatu dasar psikologis dan logis kepaada Positivisme.
Menurutnya, psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan dasar yang bertugas menyelidiki apa yang
disajikan oleh kesadaran manusia, yang mengarah kepada penginderaan manusia dan hubungan-
hubungannya. Oleh karena itu, induksi mewujudkan satu-satunya jalan yang dapat dipercaya,
yang munuju pada pengenalan.
Hubungan statika dan dinamika menjadi tahap akhir perkembangan.1 Dimana statika dan
dinamika yang dimaksud adalah kaitan yang organis antara gejala-gejala dengan urutan gejala-
gejala. Comte melihat masyarakat sebagai suatu keseluruhan organic ayang kenyataannya lebih
dari pada sekedar jumlah bagian-bagian yang saling bergantung, tetapi untuk mengerti kenyataan
ini, metode penelian empiris harus digunakan dengan keyakinan bahwa masyarakat merupakan
suatu bagian dari alam seperti halnya gejala fisik.
Tujuan utama yang ingin dicapai oleh Positivisme adalah membebaskan ilmu dari
kekangan filsafat (metafisika). Ilmu hendaknya dijauhkan dari tafsiran-tafsiran metafisis yang
merusak obyektifitas.2 Dengan menjauh kan tafsiran-tafsiran metafisis dari ilmu, para ilmuan
hanya akan menjadikan fakta yang dapat ditangkap dengan indera unutk menghukumi segala
sesuatu, hal itu sangat erat kaitannya dengan tugas filsafat. Menurut aliran Positivisme, tugas
filsafat bukanlah menafsirkan segala sesuatu yang ada di alam, tetapi member penjelasan logis
terhadap pemikiran.
2.3 Kritikan terhadap Aliran pemikiran Positivisme
Dari penjelasan tentang Positivisme oleh Comte, Ernst dan para penganutnya, seolah-olah
telah menyamakan objek kajian ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial, meskipun secara
empiris sangat berbeda. Dimana manusia yang sebagai objek ilmu-ilmu sosial selalu mengalami
perubahan yang cukup dinamis, dan sedangkan objeka ilmu-ilmu alam adalah benda yang mati
dalam artian tidak berkembang secara dinamis sebagajmana manusia.
Hal yang dikritik oleh Popper pada Positivisme Logis adalah tentang metode Induksi, ia
berpendapat bahwa Induksi tidak lain hanya khayalan belaka, dan mustahil dapat menghasilkan
pengetahuan ilmiah melalui induksi saja. Tujuan Ilmu Pengetahuan adalah mengembangkan
pengetahuan ilmiah yang berlaku dan benar, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan logika,
namun jenis penalaran yang dipakai oleh aliran pemikiran Positivisme logis adalah induksi
dirasakan tidak tepat sebab jenis penalaran ini tidak mungkin menghasilkan pengetahuan ilmiah
yang benar dan berlaku, karena kelemahan yang bisa terjadi adalah kesalahan dalam penarikan
kesimpulan, dimana dari premis-premis yang dikumpulkan kemungkinan tidak lengkap sehingga
kesimpulan atau generalisasi yang dihasilkan tidak mewakili fakta yang ada. Dan menurutnya
1 August Comte dalam buku Course of positive Philosoph.2 Menurut Ernst Mach (1838-1916), seorang filsuf Austria.
agar pengetahuan itu dapat berlaku dan bernilai benar maka penalaran yang harus dipakai adalah
penalaran deduktif.
Dan Lebih lanjut, dalam pandangan mereka seharusnya pengetahuan diorientasikan untuk
mengungkap pengetahuan tentang apa yang seharusnya ada (das Sollen) dan bukan mengungkap
pengetahuan tentang apa yang ada (das Sein) sebagaiman yang dilakukan oleh positivisme.
Dengan apa yang dilakukan oleh ilmuan positivisme, bagi mereka hanyalah menjadikan
pengetahuan tidak dapat mendorong perubahan, tapi hanya menyalin data sosial. Kemudian,
mereka menunjukkan bahwa pengetahuan semacam itu pada gilirannya juga dipakai untuk
membuat rekayasa sosial, menangani masyarakat sebagai perkara teknis seperti menangani alam
(Hardiman 2003; 24).
Dari pandangan-pandangan tokoh-tokoh post-positivisme di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa pada dasarnya post-positivis ingin membedah kesalahan-kesalahan yang
dilakukan positivisme. Di antara usaha post-positivisme adalah mendudukkan atau
mengembalikan ilmu-ilmu sosial pada posisi yang lebih humanism dalam artian memanusiakan
manusia yang memang seharusnya demikian, melalui pembentukan atau pembaharuan dalam
metodologi penelitian yang digunakan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
BAB III KESIMPULAN
Aliran pemikiran Positivisme yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber
pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik, juga aliran
pemikiran yang menjadikan Manusia sebagai benda ojebtivitas dianggap kurang sempurna sama
halnya dengan aliran-aliran pemikiran yang lainnya, Karena Menurut para Post-positivisme
Manusia cukup dinamis dan mudah berubah dari jaman ke jaman. Dan juga ilmu pengetahuan
tidak mungkin didapat dengan metode induksi saja, namun kita juga harus menggunkan logika.
Aliran pemikiran dapat tidak berlaku pada jaman yang mendatang. Oleh karenanya, maka
setiap jaman terdapat aliran-aliran pemikiran yang baru yang sesuai dengan konteks dan situasi
yang berlaku pada saat itu. Sesuai dengan hakikat kebenaran dan filsafat, bahwa ilmu
pengetahuaan adalah hal yang perlu terus di cari kebenarannya. Namun, kebenaran hari ini tidak
lah sama dengan ebenaran di hari esok. Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang perlu terus dicari
kebenarannya.
Daftar Pustaka
Atang, Abdul Hakim. 2008. Filsafat Umum . Pusataka Setia. Bandung.
Hardiman, F. Budi. 2003. Melampaui Positivisme dan Modernitas Diskursus Filosofis Tentang
Metode Ilmiah dan Problem Modernitas . Kanisius. Yogyakarta.
http://mizanis.wordpress.com/kajian/ke-arah-filsafat-ilmu-islam/positivisme-logis/
http://catatan-anakfikom.blogspot.com/2012/03/perspektif-positivisme-post-
positivisme.html
http://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2008/03/31/positivisme-dan-perkembangannya/