Upload
phungnguyet
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
NAFKAH DALAM AL-QUR’AN
(Kajian Tafsir Tematik)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Theologi Islam
Oleh:
AJI GEMA PERMANA
NIM. 12530055
JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2016
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama NIM Jurusan Fakultas Alamat rumah
Aji Gema Permana12530055Ilmu A1-Qur'an dan TafsirUshuluddin dan Pemikiran IslamJl. Hasanuddin Gg. Ciliwung No. 08 Kec. NgawiKab. Ngawi RW. 01 RT. 10 Jawa Timur
Alamat di Yogyakarta : Jl. Kusumanegara Gg. Tugiyo No. 1084 Muja-MujuUmbul Harjo Yogyakarta 55165
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:
1. Skripsi yang saya ajukan adalah benar asli karya ilmiah yang saya tulis sendiri.
2. Bilamana skripsi telah dimunaqasahkan dan diwajibkan revisi, maka saya bersedia dan sanggup merevisi dalam waktu 2 (dua) bulan terhitung dari tanggal munaqasah. Jika ternyata lebih dari 2 (dua) bulan revisi skripsi belum terselesaikan maka saya bersedia dinyatakan gugur dan bersedia munaqasah kembali dengan biaya sendiri.
3. Apabila di kemudian hari ternyata diketahui bahwa karya tersebut bukan karya ilmiah saya (plagiasi), maka saya bersedia menanggung sanksi dan dibatalkan gelar kesarjanaan saya.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Telp./Hp.Judul
0822 4281 6343NAFKAH DALAM AL-QUR’AN
Yogyakarta, 15 Maret 2016
Yane menyatakan,
Ail Gema PermanaNIM. 12530055
v
MOTTO
ى م ق اى إ م ى الن م اإى ى إ ى االم اإ إ ن
“Sesungguhnya pada harta itu terdapat kewajiban selain zakat.”
(HR. at-Tirmidzi)
vi
PERSEMBAHAN
Dengan rahmat Allah Swt., saya persembahkan karya tulis yang telah mencapai
penghabisan ini untuk: Bapak dan Ibuku.
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Penulisan Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini
merujuk pada Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, tertanggal 22 Januari 1988
Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987.
I. Konsonan tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
Alif ....... Tidak dilambangkan ا
Ba>’ B Be ب
Ta>’ T Te ت
S ث |a>’ S | Es titik atas
Jim J Je ج
H{a’ H{ Ha titik di bawah ح
Kha>’ Kh Ka dan Ha خ
Dal D De د
Z|al Z| Zet titik atas ذ
Ra>’ R Er ر
Zai Z Zet ز
Si@n S Es س
Syi@n Sy Es dan Ye ش
S ص {a>d S { Es titik di bawah
viii
D{a>d D{ De titik di bawah ض
T ط {a>’ T { Te titik di bawah
Z{a>’ Z{ Zet titik di bawah ظ
Ain ...’... Koma terbalik di atas‘ ع
Gain G Ge غ
Fa>’ F Ef ؼ
Qa>f Q Qi ؽ
Ka>f K Ka ؾ
La>m L El ؿ
Mi@m M Em ـ
Nu>n N En ف
Wau W We ك
Ha>’ H Ha ق
Hamzah ...’... Apostrof أ
Ya>’ Y Ye م
II. Konsonan rangkap karena tasydi @d, ditulis rangkap:
ditulis muta‘aqqidin متػعاقدين
ditulis ‘iddah عدة
ix
III. Ta>’ marbu>tah di akhir kata,
1. Bila dimatikan, ditulis h:
ditulis hibbah هبة
ditulis jizyah جزية
(ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah
terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti zakat, salat, dan sebagainya,
kecuali dikehendaki lafal aslinya).
2. Bila dihidupkan karena berangkaian dengan kata lain, ditulis t:
ditulis ni‘matulla>h نعمة اهلل
ditulis zaka ز اة اا >tul-fitri
IV. Vokal pendek
(fathah) ditulis a, contoh ب ditulis d {araba.
(kasrah) ditulis i, contoh ditulis fahima.
(dammah) ditulis u, contoh ت ditulis kutiba.
V. Vokal panjang
1. Fathah + alif, ditulis a> (garis di atas)
ditulis ja>hiliyyah جاهلية
2. Fathah + alif maqs}u>r, ditulis a > (garis di atas)
ditulis yas‘a يسعى >
x
3. Kasrah + ya >’ mati, ditulis i@ (garis di atas)
ditulis maji ميد @d
4. D{ammah + wau mati, ditulis u > (garis di atas)
ditulis furu>d ػ كض
VI. Vokal rangkap:
1. Fathah + ya >’ mati, ditulis ai:
ditulis bainakum ػيػ
2. Fathah + wau mati, ditulis au:
ditulis qaul قػوؿ
VII. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan
dengan apostrof:
ditulis a’antum أأنػت
VIII. Kata sandang alif + lam
1. Bila diikuti huruf qamariyah, ditulis al-
ditulis al-Qur'a ااق آف >n
ditulis al-qiya>s ااقياس
2. Bila diikuti huruf syamsiyah, sama dengan huruf qamariyah.
ditulis al-syams االم
’<ditulis al-sama ااسماا
xi
IX. Huruf besar
Huruf-huruf besar dalam tulisan latin digunakan sesuai dengan Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD).
X. Penulisan kata-kata
Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat dapat ditulis menurut
penulisannya:
ditulis z|awi al-furu>d ذكل اا ض
ditulis ahl al-sunnah أهل ااس ة
xii
ABSTRAK
Dalam al-Qur’an terdapat berbagai penjelasan mengenai penggunaan dan
pengelolaan harta. Adapun kata yang identik dengan hal ini adalah nafaqa, anfaqa, serta berbagai derivasi lainnya. Ayat-ayat yang meliputi kata tersebut menguraikan
tentang pengeluaran harta yang diwajibkan, maupun pengeluaran harta yang
dianjurkan, dari harta pribadi yang dimiliki orang beriman. Jika kata itu berdiri
sendiri, makna yang dikandung adalah makna luas: mencakup setiap pengeluaran
harta yang disyariatkan Islam.
Beberapa saja dari ayat terkait sering dibahas dalam wilayah hukum, yang
difokuskan pada permasalahan kewajiban suami kepada istri dalam kacamata hukum
keluarga (an-Nisa>’: 34). Dalam kacamata fiqih beberapa ayat digunakan untuk
membahas tema zakat (al-Baqarah: 267), yaitu, pengeluaran harta wajib dengan nis}a>b
dan jumlah tertentu. Di samping itu, terdapat kedekatan antara penggunaan kata
infa>q, zakat, dan sedekah dalam menerjemahkan ayat-ayat terkait. Atas dasar inilah
penulis tertarik untuk mengkajinya lebih lanjut secara intens mengenai, “Apa saja
ayat-ayat nafkah yang terdapat dalam al-Qur’an? Bagaimana makna nafkah yang
ditemukan dari penggunaannya dalam al-Qur’an? Apa orientasi nafkah dalam
prespektif al-Qur’an?
Pengertian kata nafkah dalam bahasa Indonesia belum meliputi makna
nafkah yang dikandung dalam bahasa arab maupun penggunaannya dalam al-Qur’an.
Karena nafkah pada keduanya memiliki makna lebih luas dari pada terjemahnya saja.
Secara konseptual nafkah diuraikan oleh kata nafaqa, anfaqa serta derivasinya.
Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk
mengetahui bagaimana makna nafkah di dalam al-Qur’an dari penggunaan maupun
teknik penguraiannya, dalam judul terkait.
Dengan mengedepankan penelitian kepustakaan, yang menampung data
primer berupa al-Qur’an sebagai sumber utama, serta data sekunder berupa kitab-
kitab tafsir maupun referensi yang berkaitan, judul ini dibedah dengan metode
penafsiran tematik yang digagas Abdul al-Hayy al-Farmawi. Dari metode tersebut,
penulis menemukan beberapa kesimpulan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang dikemukakan di atas. Antara lain: Pertama, berbagai macam ayat-ayat nafkah
yang terdapat dalam al-Qur’an berjumlah 56 ayat, semuanya menunjuk penggunaan
harta kepemilikan, yang saling berkaitan dengan ayat-ayat di sekitarnya. Nafkah
secara bahasa memiliki definisi: pembelanjaan setiap harta yang dimiliki, yang
mencakup zakat ma>l dan sedekah ma>l, hampir selalu dan semestinya sebagai jalan
kebaikan, untuk setiap kebutuhan hidup; Kedua, nafkah dalam al-Qur’an merupakan
pengeluaran sebagian harta, sebagai ibadah sosial, tidak terlepas dengan prinsip
keimanan. Ketiga, nafkah hakikatnya bersumber dari rezeki Allah Swt., sebagian
manusia memiliki wewenang lebih untuk mengatur penggunaannya, sekaligus
memiliki kewajiban terhadap golongan tertentu.
xiii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرحمن الحيمSegala puji selalu kami haturkan kepada Allah Swt., berkat rahmat dan karunia Allah
Swt., kita dapat sampai pada titik atau jenjang kehidupan ini. Shalawat serta salam atas Nabi
Muhammad saw., teladan muslim sekalian.
Dalam kata pengantar ini penulis ingin menyampaikan bahwa skripsi ini telah selesai
dengan keyakinan: banyak kekurangan padanya lahir dari pengampunya sendiri. Barangkali hasil
yang sederhana ini pun dapat menjadi tolak ukur nilai pembalajarannya selama 4 tahun terakhir.
Tentu, tidak bisa dibangga-banggakan jika tidak ada dorongan dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh hal tersebutlah, faktor-faktor pembantu itu, penulis mendapat sedikit kepercayaan akan
hasil ini. Betapapun jauhnya dari standar memuaskan.
Penulis banyak berterima kasih kepada berbagai pihak yang berperan dalam masa belajar
penulis, terutama dalam penyelesaian karya tulis ini, baik bantuan tersebut berbentuk moral
maupun materi. Dengan ini, saya sampaikan beribu terima kasih kepada:
1. Prof Dr. Machasin M.A selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Dr. Alim Ruswantoro M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Dr. Abdul Mustaqim M.Ag selaku ketua jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
4. Afdawaiza M.Ag selaku sekretaris jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir UIN Sunan
Kalijaga.
5. Drs. Muhammad Yusron M.A selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) penulis yang
selalu memberikan dorongan dan motivasi selama penulis belajar di UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta
6. Dr. Mahfudz Masduki M.A selaku Dosen Pembimbing Skripsi (DPS) penulis yang penuh
sabar memberi bimbingan dan arahan sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.
7. Seluruh dosen Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
8. Staf Tata Usaha Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
xiv
9. Pimpinan dan karyawan Perpustakann UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
10. Teman-teman jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir angkatan 2012, dari semangat yang menggebu
anggota TH C, maupun suasana damai dari kelas-kelas berikutnya. Terima kasih atas banyak
kehangatan selama ini. Sukses selalu untuk kawan-kawan.
11. Teman-teman KKN Tematik Posdaya angkatan 86 Jurug, Panggang, Gunung Kidul.
Mereka adalah: Fiqi, Andi, Ahsin, Hasan, Ema, Fitri, Fala, Titis, Rika. Mereka sangat
baik kepada penulis selama menjalani KKN. Semoga dapat bertemu dalam suatu reuni,
kelak.
12. Keluarga Besar Nurul Haq. Terima kasih atas banyak pelajaran yang berharga, semenjak hari
pertama saya menetap di Yogyakarta, hingga beberapa tahun lalu. Sangat berkesan.
13. Teman-teman kos pak Hardi. Semoga tetap berbahagia dalam kejenakaannya. Semoga Tommy,
duo Ahmad, Mizan beserta Ummi Asya, Zamroni, Ammar, Hakim, dan mas Yudi segera
mencapai kesuksesan yang dicita-citakan. Untuk adek kecil Akifa yang manis, semoga semakin
bertambah manisnya, terutama dalam perkataan dan perilakumu nanti.
14. Keluarga besar di bumiku yang damai: simbah, nenek-kakek, paman, bulek, mas dan mbak, adek-
adek sekalian, terima kasih atas dukungan dan do’a-do’anya.
15. Lebih khusus kepada kedua orang tua yang tidak mengenal lelah dalam mendampingi
anak-anaknya. Allahumma igfir lana>…
Selebihnya, semoga skripsi ini bermanfaat untuk penulis maupun pembaca. Amin.
Yogyakarta, 15 Maret 2016
Penyusun Skripsi
Aji Gema Permana
NIM. 12530055
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………. . i
HALAMAN NOTA DINAS ………………………………………………….. ii
SURAT PERNYATAAN ASLI KARYA ILMIAH …………………………. iii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….... iv
MOTTO ………………………………………………………........................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………………. vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ………………………………………………. vii
ABSTRAK ………………………………………………………........................ xii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………..... xiii
DAFTAR ISI ………………………………………………………..................... xv
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah………………………………................... 1
B. Rumusan Masalah………………………………............................. 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………………………………....... 6
D. Tinjauan Pustaka………………………………. .............................. 7
E. Metode Penelitian………………………………............................... 12
F. Sistematika Pembahasan……………………………….................... 16
BAB II AYAT-AYAT NAFKAH DAN MAKNANYA ……………………. 18
A. Pengertian Nafkah …………….………………………………...... 18
B. Ayat-Ayat Nafkah (Analisis Makkiy-Madaniy) …………………… 24
xvi
C. Asba>bun Nuzu>l ……………………………….................................... 40
D. Munasabah ………………………………....................................... 45
BAB III MAKNA NAFKAH DALAM AL-QUR'AN ……………………… 54
A. Nafkah Sebagai Syari’at Islam …………………..………………… 54
B. Nafkah Sebagai Peran Sosial ………………………………............ 60
C. Nafkah Orang-Orang Kafir ………………………………............... 64
D. Kadar Nafkah ……………………………….................................... 68
E. Perumpamaan-Perumpamaan Untuk Nafkah Dalam Al-Qur’an ….. 71
BAB IV ORIENTASI DAN FUNGSI NAFKAH DALAM AL-QUR’AN … 80
A. Orientasi Nafkah……………………………….............................. 80
1. Sumber nafkah adalah rezeki Allah ……………………….. 81
2. Tujuan objek nafkah……………………………….............. 84
3. Nafkah timbul karena hubungan pernikahan………………. 85
4. Nafkah kepada non-muslim ……………………………….. 88
5. Nafkah di jalan Allah …………………………................... 89
B. Fungsi Nafkah …………..……………………………................... 92
1. Mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh doa …… 92
2. Kemenangan di dunia dan di akhirat ……………………… 93
3. Melebihkan suatu golongan ……………………………….. 95
4. Mendapatkan kebajikan yang sempurna ………................. 96
5. Mencari rida Allah dan meneguhkan jiwa ……………….... 97
xvii
6. Menghalangi jalan Allah ….……………............................... 98
BAB V PENUTUP ……………………………………………………………. 102
A. Kesimpulan ………………………………. ...................................... 102
B. Saran .………………………………. ............................................... 104
DAFTAR PUSTAKA ………………………………................................................ 106
CURRICULUM VITAE ………………………………......................................... 111
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an dalam pengertian bahasa berarti „bacaan sempurna‟ merupakan
pilihan nama yang sangat tepat.1 Ia hadir kepada manusia sebagai petunjuk.
Fungsi petunjuk tersebut adalah memecahkan berbagai persoalan dalam berbagai
aspek kehidupan dengan meletakkan dasar-dasar umum yang dapat dijadikan
landasan hidup, yang abadi, relevan untuk segala zaman, dan dengan sendirinya
membuat al-Qur‟an aktual pada setiap waktu maupun tempat.2 Prinsip „fungsi al-
Qur‟an sebagai petunjuk‟ merupakan titik tolak awal dalam penelitian ini. Hal
tersebut juga merupakan bentuk kegelisahan mendasar daripada dua hal, yaitu,
kegelisahan antara konsep ideal al-Qur‟an dan realitas kehidupan sosial.
Suatu perkembangan yang menarik jika manusia selalu mengembalikan
persoalan hidup pada kitab suci agama. Begitupun umat muslim modern: kembali
kepada al-Qur‟an, dan sunnah. Jika semangat ini dijunjung, tantangan utama
setidaknya datang dari kehidupan modern yang kian kompleks. Sedangkan
kehidupan modern itu telah melahirkan permasalahan hidup yang beranak-pinak
menuju detail-detail yang belum pernah terjadi pada masa sebelumnya. Namun
dapat dikatakan bahwa bermacam permasalahan yang hadir saat ini memiliki
1 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 3.
2 Manna al-Qat}t}an, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an terj. Aunur Rofiq El-Mazni (Jakarta
Timur: Pustaka al-Kautsar, 2010), hlm. 15.
2
poin-poin pokok yang juga terjadi pada masa-masa sebelumnya. Seperti
kesenjangan sosial yang hadir di tengah perbedaan kelas maupun status sosial.
Beberapa permasalahan mendasar ini sering berawal dari perbedaan kepemilikan
harta, bagaimana seseorang menafkahkannya, dan dengan sendirinya memberi
kekuasaan dalam mengendalikan kehidupan materi maupun sosial.
Sudut pandang di atas digunakan oleh penulis untuk mengkaji tema
kesenjangan sosial yang lahir dari kesenjangan kepemilikan harta dengan
mengedepankan uraian al-Qur‟an terkait masalah. Demi kajian yang sederhana,
ringkas, dan jelas, tema serta sudut pandang tersebut difokuskan dalam judul
„Nafkah dalam Al-Qur‟an‟. Hal ini dikarenakan uraian „Nafkah dalam Al-Qur‟an‟
telah mencakup pengelolaan harta yang luas, yang mencakup pergaulan sosial
dalam keluarga maupun masyarakat. Judul ini pun menjelaskan prespektif al-
Qur‟an dalam merespon fenomena kemiskinan, kekayaan, dan jembatan antara
keduanya.
Lebih jauh lagi, dalam judul ini, al-Qur‟an mengaitkannya dengan
beberapa permisalan, seperti: kebun yang kokoh dan kebun yang dihancurkan.3
Permisalan atau mas|al dalam al-Qur‟an sering digunakan untuk menjelaskan suatu
hakikat yang mendalam. Di samping itu mas|al mengajak pikiran pembaca
mengarunginya lebih luas.
3 Baca al-Qur’a>n surat al-Baqarah ayat 265 -266. Lihat juga Kementerian Agama RI, Al-
Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), hlm.55-56.
3
Penempatan kata kerja nafkah sendiri di satu ayat dihubungkan dengan
perintah wajib, di lain tempat ditujukan sebagai anjuran. Namun, bukanlah tujuan
penulis menekankan hukum fiqih terhadap ayat-ayat tersebut. Kajian tematik ini
lebih mengarah pada kompleksitas nafkah sendiri, perilaku-perilaku yang
disebutkan dalam al-Qur‟an, serta ayat maupun tema yang terkait konteks.
Judul „nafkah‟ untuk menerjemahkan term nafaqah4 dalam salah satu ayat
mencakup apa-apa yang diberikan kepada orang-tua, kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, dan ibnu sabi>l. Pemberian harta kepada mereka merupakan
kebaikan yang dicatat Allah swt. Hal ini terdapat dalam firman Allah swt. di
dalam surat al-Baqarah: 215.
Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa
saja harta yang kamu nafkahkan maka untuk ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” Dan
4 Secara umum, ayat –ayat nafkah dari akar kata nafaqa dalam bentuk ism maupun fi’il
terdapat 56 ayat (dalam 73 bentuk/s}i>gah). Ayat-ayat tersebut tersebar pada 25 surat. Jika
digolongkan berdasarkan kesamaan jumlah penyebutannya dalam setiap surat, surat-surat tersebut
akan terbagi menjadi 6 macam, yaitu: surat dengan 14 ayat nafkah (surat al-Baqarah/1 surat); surat
dengan 8 ayat (at-Taubah/1 surat); surat dengan 4 ayat (A>li-‘Imra>n/1surat); surat dengan 3 ayat
(an-Nisa>’ dan al-Anfa>l/2 surat); surat dengan 2 ayat (al-Hadi>d, al-Mumtah}anah, al-Muna>fiqu>n, at}-T}alaq/4 surat); surat dengan 1 ayat (al-Ma>’idah, ar-Ra’d, Ibra>him, dll/16 surat). Dalam prosentase
ditemukan 25 % ayat terdapat di surat al-Baqarah, 14,3 % terdapat di surat at-Taubah, 7,1 % pada
surat A>li-‘Imra>n, 53% lainnya tersebar di 22 surat.
Baca Muhammad Fu‟ad Abdul Baqiy, Mu’jam Mufahras Li Alfa>z Al-Qur’a>n Al-Kari>m
(Beirut: Dar Al Fikr, 1981), hlm. 715-716.
4
apa saja kebajikan yang kamu lakukan, maka sesungguhnya Allah maha
mengetahuinya.”5
Dalam menelusuri ayat-ayat nafkah penelitian difokuskan pada kata
nafaqah dan berbagai derivasinya yang mengacu pada ‘pembelanjaan’ maupun
‘kepemilikan harta’. Di samping itu, kata nafaqah (dalam bahasa arab) setidaknya
diserap bahasa Indonesia menjadi dua kata: nafkah dan infak. Kata nafkah
diartikan: belanja untuk hidup atau uang pendapatan.6 Penggunaan kata ini dalam
wilayah hukum sering berhenti pada pembahasan hukum keluarga, yaitu
kewajiban suami dalam membiayai kehidupan istrinya7. Adapun infak, diartikan
sebagai pemberian sumbangan selain zakat wajib untuk kebaikan. Infak juga
disinonimkan dengan sedekah dan nafkah.8 Dari pengertian ringkas ini, tampak
beberapa kata yang telah disebutkan memiliki sedikit banyak keterkaitan.
Pada dasarnya, bentuk kata nafaqah mencakup pembelanjaan harta yang
wajib maupun sunnah. Sebagaimana penafsiran Sayyid Quthb terhadap surat al-
Baqarah ayat 3.9
5 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Jilid 1
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 458.
6 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2005),
hlm. 770.
7Miftahul Munir, “Konsep Nafkah dalam Keluarga”, Skripsi Fakultas Syariah UIN Sunan
Kalijaga, Yogyakarta, 2007, hlm. 21.
8 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, hlm. 431.
9 Sayyid Qut}b, Tafsi>r Fi> Zila>lil Qur’a>n terj. As‟ad Yasin (dkk.) (Jakarta: Gema Insani
Press, 2000), hlm. 48.
5
Kegelisahan selanjutnya yang muncul dari pra-penelitian penulis, bahwa
ayat-ayat berkenaan dengan „nafkah‟ yang ditemukan dalam beberapa literatur,
dikaji dalam wilayah-wilayah terfokus (baca: sempit). Seperti wilayah hukum
maupun wilayah kajian bahasa saja. Di sisi lain, terdapat penyempitan makna,
bahwa penggunaan term infak untuk kata infa>q cenderung terfokus dalam bahasan
„nafkah yang dianjurkan‟. Penggunaan kata „infak‟ dengan huruf „k‟ sebagai kata
serapan dalam bahasa Indonesia tersebut selalu mengantar ayat-ayat terkait pada
penafsiran s}adaqah. Memang, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata infak
disinonimkan dengan sedekah.10
Namun kata infa>q (oleh bahasa arab maupun
penggunaannya dalam Al-Qur‟an) setidaknya diberi makna yang lebih luas
daripada sedekah. 11
Penemuan kedekatan dan perbedaan istilah bahasa di atas menjadi salah
satu prespektif yang digunakan penulis dalam memandang judul “Nafkah dalam
Al-Qur’an”. Dalam skripsi ini ditekankan wilayah kajian Ilmu Al-Qur‟an dan
Tafsir (IAT).12
Meskipun digunakan pendekatan linguistik dalam memahami kata,
wilayah tafsir tematik memberi ruang lebih luas dalam mengkaji tema. Wilayah
10
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat (PT. Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta, 2008), hlm.534. 11
Dalam bahasa arab nafaqah memiliki arti kebahasaan yang sama dengan kata infa>q.
Keduanya merupakan bentuk ism mas}dar. Nafaqah dari asal kata nafaqa-yanfuqu. Infa>q dari asal
kata anfaqa-yunfiqu. Munjid al-Abjadi menerangkan nafaqah sebagai ismun minal infa>q: nama
dari infa>q. Lihat Dar al-Mashriq, Munjid Al-Abjadi (Beirut: Dar al Mashriq, 1968), hlm. 828.
Lihat juga Ar-Ra>gib Al-As}faha>niy, al-Mufrada>t Fi Gari>bil Qur’a >n (Beirut: Dar al-Ma‟rifah, 2005), hlm. 504.
12 Moh. Soehadha (ed.), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi (Yogyakarta: Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam Uin Sunan Kalijaga, 2013), hlm. 5-6.
6
ini mendorong hasil penelitian untuk mecapai batas-batas yang belum dapat
dicapai wilayah kajian lain.13
Dengan latar belakang masalah di atas penulis hendak mengedepankan
langkah-langkah tematik al-Farmawi yang terdiri dari tujuh langkah, sebagaimana
metode ini telah dikutip oleh Samsul Bahri.14
Adapun rincian metode akan
diuraikan dalam sub-bab metode penelitian.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis menyusun beberapa pokok
permasalahan untuk memandu bahasan dalam skripsi ini. Antara lain:
1. Apa saja ayat-ayat nafkah dalam al-Qur’an?
2. Bagaimana makna nafkah di dalam al-Qur’an?
3. Bagaimana orientasi dan fungsi nafkah di dalam al-Qur‟an?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
13
Setidaknya, dari penelitian pendahuluan yang dilakukan, terdapat hubungan pergaulan
yang luas dalam tema nafkah. Antara lain: hubungan anak kepada orang-tua, orang tua kepada
anak, suami kepada istri, istri kepada suami, individu kepada kerabatnya, individu kepada anak-
anak yatim, individu kepada orang-orang miskin, ibnu sabi>l, non-muslim, serta masyarakat-sosial dalam kondisi genting seperti perang.
Hubungan tersebut saling berjalin dan bertimbal balik dengan menempatkan objek
maupun pelaku sesuai prioritas yang mesti didahulukan. Baca al-Qur’a>n su>rat al-Baqarah ayat 261
-274.
14 Alfatih Suryadilaga (dkk.), Metodologi Ilmu Tafsir, hlm. 47. Lihat juga Abd. Al-Hayy
Al-Farmawi, Metode Tafsir Mawdhu’iy: Suatu Pengantar, terj. Suryan A. Jamrah (Jakarta: PT
Raja Grafindo, 1994), hlm. 45-46.
7
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui ayat-ayat nafkah di dalam al-Qur‟an.
b. Menjelaskan makna nafkah di dalam al-Qur’an.
c. Menjelaskan orientasi dan fungsi nafkah dalam prespektif al-Qur’an.
2. Kegunaan Penelitian
a. Diharapkan, penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan al-
Qur’an terutama dalam bidang tafsir.
b. Diharapkan, penelitian ini dapat memberi kontribusi terhadap pelajar
maupun masyarakat, memberi tambahan pengetahuan terhadap
penafsiran nafkah, dan dapat menjadi salah satu rujukan sederhana
dalam tugas-tugas akademis maupun referensi kecil bacaan
masyarakat.
D. Telaah Pustaka
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu penulis mengkaji
penelitian-penelitian lain yang telah dilakukan berkaitan objek sejenis maupun
tema terkait untuk mendudukkan posisi penulis dalam kajian ini.
Kajian terhadap nafkah dan ayat-ayat yang berkaitan telah ditemukan.
Beberapa jenis kajian mengambil objek ayat yang sama namun terfokus pada
pemikiran tokoh. Beberapa kajian mengambil akar kata yang sama, namun
8
menggunakan sudut pandang atau pendekatan yang berbeda. Karya tersebut antara
lain:
Pertama, karya tulis berjudul Konsep Nafkah dalam Keluarga oleh
Miftahul Munir sebagai skripsi dari Fakultas Syariah. Dalam skripsi ini, Munir
mengkaji nafkah yang disarikan dari akar kata nafaqa dalam kajian hukum
keluarga. Sumber hukum yang digunakan adalah al-Qur‟an, al-hadis, dan
pendapat ulama. Salah satu ayat yang diambil adalah surat al-Qas}as} (28): 23.
Meskipun tidak terdapat akar kata nafaqa, ayat yang menceritakan tentang
perempuan Madyan yang menggembalakan ternak sebagai tulang punggung
kehidupan keluarga itu, dijadikan salah satu dasar diperbolehkannya wanita
bekerja. Begitu pun, setelah menguraikan macam-macam nafkah pembahasan
skripsi ini semakin terfokus dalam ranah hukum. Munir menguraikan perempuan
karir dan latar belakang serta motivasinya. Kemudian ia mengupas konteks
perempuan karir, nafkahnya, dan keluarganya dengan tinjauan hukum Islam.15
Jika dibandingkan dengan bahasan tematik „Nafkah dalam Al-Qur’an’,
skripsi ini mengkaji salah satu bagiannya, yaitu nafkah wajib, dalam sudut
pandang hukum dengan analisa induktif-deduktif sekaligus.
Kedua, skripsi dengan judul Penafsiran Ayat-Ayat Infaq Menurut
Muhammad Quraish Shihab karya Hadi Kuswanto dari Fakultas Ushuluddin dan
Pemikiran Islam. Dalam skripsi ini, Hadi memfokuskan kajiannya terhadap
pemikiran M. Quraish Shihab dalam karyanya: Tafsir al-Misba>h. Hadi membatasi
15 Miftahul Munir, “Konsep Nafkah dalam Keluarga”, hlm. 1-91.
9
kajian dalam empat pokok penafsiran yang menurutnya paling urgen. Pada
penelitian kata ia menguraikan definisi term infa>q, secara harfiah dan
terminologis, serta menekankan posisi infa>q dan perbedaannya dengan sedekah
maupun zakat. Perbedaan tersebut antara lain: zakat bersifat wajib, memiliki
nis}a>b. Sedangkan infa>q dan sedekah tidak wajib, tidak pula memiliki nis}a>b. Ia
berpendapat bahwa sedekah memiliki makna lebih luas daripada infa>q, dengan
argumen: sedekah mencakup pemberian non-materi, sedangkan infa>q tidak.16
Selanjutnya, Hadi menguraikan panjang lebar mengenai profil M. Quraish
Shihab, karya, dan kitab Tafsir al-Misba>h, serta pendapat beberapa tokoh.
Kemudian kajian term infa>q atas pemikiran tokoh tersebut dirangkum dalam
empat sub-judul: 1. menafkahkan harta di jalan Allah swt., 2. anjuran berinfak
serta derajat yang diperoleh, 3. pahala serta balasan yang berlipat ganda, 4.
ancaman bagi orang yang enggan berinfak. Kemudian disarikan pesan-pesan
moral dan sosial berkaitan ayat-ayat yang telah diuraikan, yaitu beberapa ayat
yang dipilih dari berbagai surat.17
Dapat diketahui bahwa Hadi menggunakan metode tematik tokoh18
,
dengan menekankan term infa>q dalam menerjemahkan ayat-ayat „pembelanjaan
harta‟, sekaligus membatasinya pada pemikiran satu tokoh. Meskipun begitu,
16 Hadi Kuswanto, “Penafsiran Ayat-Ayat Infaq Menurut M. Quraish Shihab”, Skripsi
Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2015, hlm. 46-48. 17 Hadi Kuswanto, “Penafsiran Ayat-Ayat Infaq Menurut M. Quraish Shihab”, hlm. 68-
98.
18
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir (Yogyakarta: Idea Press
Yogyakarta, 2014), hlm. 62-63.
10
terdapat setidaknya sepuluh catatan kaki yang diambil dari karya lain, yaitu Tafsir
Ibnu Katsir.19 Jika dibandingkan dengan tema yang diajukan penulis, terdapat
beberapa kesamaan: Pertama, Hadi menggunakan akar kata yang sama (nafaqa).
Kedua, Hadi mengambil beberapa objek ayat yang sama.
Adapun perbedaannya: Pertama, Hadi memfokuskan kajian pada
pemikiran M. Quraish-Shihab, sedangkan fokus kajian ini tertuju pada penafsiran
nafkah secara konseptual di dalam al-Qur’an, dan diambil dari kajian beberapa
kitab tafsir. Kedua, dalam pembahasannya, Hadi menekankan kajian pada „infa>q
yang dianjurkan‟, yang berarti sama dengan sedekah. Adapun penelitian ini
mengkaji nafkah yang diambil dari kata nafaqah dalam definisi maupun
bahasannya sebagai „pembelanjaan harta‟ yang mencakup nafkah anjuran (infak
atau sedekah) maupun nafkah wajib (kepada istri, keluarga, zakat harta, mahar,
dll), tanpa menekankan hukum pengamalannya. Ketiga, Hadi memfokuskan
kajian pada empat sub-tema, sedangkan penelitian ini menekankan uraian
konseptual nafkah.
Ketiga, skripsi dari Fakultas Adab dengan judul Mafhu>m Nafaqah fi>l
Qur’a>ni-l-Kari>m Dira>sah Dala>liyyah karya Muhammad Rifa‟i. Dalam skripsi ini,
Rifa‟i menggunakan pendekatan semantik/dira>sah dala>liyyah. Secara bahasa
semantik berarti: 1. Ilmu tentang makna kata dan kalimat; pengetahuan mengenai
19 Hadi Kuswanto, “Penafsiran Ayat-Ayat Infaq Menurut M. Quraish Shihab”, hlm. 69,
72, 74, 76, 78, 79, 84, 88, 94, 95.
11
seluk-beluk dan pergeseran arti kata; 2. Bagian struktur bahasa yang
berhubungan dengan makna ungkapan atau struktur makna suatu wicara.20
Rifa‟i menguraikan makna kalimat nafaqah secara bahasa maupun istilah,
penggunaannya dalam al-Qur’a >n al-Kari>m, bentuk-bentuk yang ditemukan,
sekaligus lafaz-lafaz yang berdekatan makna dengan nafaqah. Antara lain: al-ma>l,
ar-rizq, al-khair, at}-t}hayyiba>t, as}-s}adaqah.21
Jika diperbandingkan dengan penelitian ini, terdapat satu kesamaan: objek
kata sama. Adapun perbedaannya: Pertama, Rifa‟i menggunakan
pendekatan/kajian semantik, sedangkan penulis menggunakan kajian tematik.
Kedua, Rifa‟i mengkaji penggunaan kata nafaqah dalam al-Qur’a>n untuk
menyimpulkan makna nafaqah dengan olah teori kebahasaan, sedangkan
peneletitian ini mengkaji penggunaannya dalam al-Qur’a>n dengan olah teori
penelitian tafsir tematik. Adapun pendekatan bahasa/linguistik merupakan salah
satu alat dalam tafsir tematik, bukanlah tujuan utama. Ketiga, Rifa‟i mengkaji
lafaz-lafaz yang berdekatan dengan nafaqah, sedangkan penelitian ini mengkaji
muna>sabah ayat nafkah dengan ayat-ayat yang berdekatan serta tema-tema pokok
surat.
Keempat, skripsi Fakultas Dakwah dengan judul Strategi Pengumpulan
Zakat, Infaq dan Shadaqah di Lembaga Zakat Nasional Dompet Peduli Ummat
Daarut Tauhid Yogyakarta, karya Fitin Kurniawati jurusan Manajemen Dakwah.
20 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 1025.
21 Muhammad Rifa‟i, “Mafhu>m Nafaqah Fi>l Qur’a>ni-l-Kari>m Dira>sah Dala>liyyah”,
Skripsi Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2010, hlm. 47-52.
12
Skripsi ini sedikit mengulas kata infa>q sebagai definisi. Ia mendeskripsikan
perbedaan antara zaka>h, infa>q, s}adaqah. Penekanan yang dikemukakan terdapat
pada penguraian lembaga yang diteliti dan hubungannya dengan metode
pendekatan dakwah.22
Kelima, buku berjudul Agar Harta Berkah dan Bertambah, karya Didin
Hafidhuddin. Meskipun terdapat term zakat, infak, sedekah, buku ini hanya
menjabarkan perihal zakat (nafkah wajib).23
Berbagai macam kajian yang diuraikan di atas mewakili beberapa judul
lain yang dalam pendekatannya sama. Dari kajian pustaka ini, penulis belum
menemukan karya tulis yang mengkaji „pembelanjaan harta‟ dengan
mengedepankan term nafkah dalam metode tafsir tematik konseptual.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research), yaitu,
mengedepankan kajian pustaka dengan mengambil data-data tertulis
dari buku, jurnal, kamus, maupun berbagai literatur yang terdapat di
dalam perpustakaan.24
Lebih dari itu, penelitian ini merupakan
22 Fitin Kurniawati, “Strategi Pengumpulan Zakat, Infaq dan Shadaqah di Lembaga Zakat
Nasional Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid Yogyakarta”, Skripsi Fakultas Dakwah UIN
Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2014, hlm. 10, 31, 46.
23 Didin Hafidhuddin, Agar Harta Berkah dan Bertambah (Jakarta: Gema Insani Press,
2007), hlm. 67.
24 Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 4.
13
penelitian kualitatif, yaitu, penelitian yang mengedepankan data-data
kualitatif berupa: ayat-ayat al-Qur’an, penafsiran al-Qur’an, al-hadi>s|
dan sunnah nabi, as|ar sahabat, pendapat-pendapat para ulama, riwayat,
pengertian bahasa dan lafaz al-Qur’an, serta kaedah maupun teori ilmu
pengetahuan.25
2. Sumber Data
Dalam penulisan skripsi ini ayat-ayat al-Qur’an berkaitan nafkah
menjadi objek utama. Adapun sumber data yang digunakan dalam
penulisan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer adalah sumber pokok kajian, yaitu, al-Qur‟an. Adapun data
sekunder adalah data pendukung yang memudahkan kajian. Kata kunci
yang digunakan untuk data sekunder adalah: metode tafsir, penelitian
tematik, nafkah, nafaqah, infak, infa>q, ulu>mu-l-Qur’a>n, dll.
Antara lain: Tafsir at-Thabari karya Abu> Ja’far Muhammad bin
Jari>r at}-T}abari; Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir karya Syaikh Ahmad
Sya>kir; Tafsir al-Manar karya Sayyid Muhammad Rasyid Ridha>;
Tafsir al-Maraghiy karya Ahmad Must}afa> al-Mara>giy; Tafsir al-
Misba>h karya M. Quraish Shihab; Tafsir Jalalain karya Ima>m
Jala>luddi>n al-Mah}alliy dan Imam Jala>luddin as-Su>yu>t}i; Tafsir Surat
al-Baqarah karya Amir Abdul Aziz; Tafsir Surat-Surat Pilihan karya
25 Alfatih Suryadilaga (dkk.), Metodologi Ilmu Tafsir, hlm. 153.
14
Murtad}a> Mut}t}ahari; Tafsir Al-Qur’an Tematik oleh Kementrian
Agama Republik Indonesia; Asbabun Nuzul karya Jala>luddin as-
Su>yu>t}I; Metode Tafsir Mawdhu’iy karya Abdul al-H}ayy al-Farmawi;
Kaidah Tafsir karya M. Quraish Shihab; Pengantar Studi Al-Qur’an
karya Manna’ al-Qat}t}an; Wawasan Al-Qur’an karya M. Quraish
Shihab; Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an karya Muhammad Chirzin;
Metodologi Peneltian Al-Qur’an karya Fahruddin Baidan;
Epistemologi Tafsir Kontemporer karya Abdul Mustaqim; Metode
Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir karya Abdul Mustaqim; Al-Qur’a>n
dan Terjemahnya oleh Kementrian Agama Republik Indonesia; Al-
Mufrada>t Fi> Ghari>bil Qur’a>n karya Ar-Ra>gib Al-Asfaha>ni; Al-Munjid
al-Abjadi oleh Da>r al-Mas}riq; Mu’jam al-Maqa>yis Fil Lugah karya
Abi> Al-Husayn Ahmad Ibn Fa>ris Ibn Zakarya; Kamus Besar Bahasa
Indonesia oleh Depdikbud; Kamus Arab-Indonesia karya Mahmud
Yunus; Mu’jam Mufahras li Alfa >zil Al-Qura>n Al-Kari>m karya
Muhammad Abdul Baqiy; Panduan Zakat Infak Sedekah karya Didin
Hafidhuddin; dan berbagai sumber lain yang mendukung penulisan
skripsi ini.
.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam
menyelesaikann penelitian ini adalah teknik dokumentasi, yaitu
15
mengumpulkan data tertulis dari literatur-literatur yang ada dengan
menggunakan kata-kata kunci terkait26
, yakni: tafsir, nafkah, dan nafaqah.
4. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang digunakan adalah analisis-deskriptif
dengan mengedepankan metode induktif. Deskriptif diartikan, data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.
Karakteristik tersebut membuat penelitian ini diisi kutipan-kutipan data
yang digunakan untuk memberi gambaran penyajian laporan. Adapun
metode induktif diartikan, analisa yang dilakukan sejak awal pengumpulan
data sampai akhir untuk memecahkan masalah yang dihadapi.27
Secara
bahasa, induktif berarti bersifat induksi, yaitu: penarikan kesimpulan
berdasarkan keadaan yang khusus untuk diperlakukan secara umum.28
Langkah-langkah yang digunakan adalah, dengan mengedepankan
langkah penafsiran tematik yang dirumuskan oleh Abd. al-Hayy al-
Farmawi. Pertama, memilih atau menetapkan masalah al-Qur’an yang
akan dikaji secara tematik. Dalam hal ini penulis telah memilih tema
nafkah dalam al-Qur‟an. Kedua, melacak dan menghimpun ayat-ayat yang
berkaitan dengan masalah yang telah ditetapkan. Ketiga, menyusun ayat-
26 Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, hlm. 92.
27 Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, hlm. 71 28 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, hlm.533.
16
ayat tersebut secara runtut menurut kronologi masa turunnya, disertai
pengetahuan asba>bun nuzu>l. Keempat, mengetahui muna>sabah ayat-ayat
dalam masing-masing surat. Kelima, menyusun tema bahasan di dalam
kerangka yang pas, sistematis, sempurna, dan utuh (outline). Keenam,
melengkapi bahasan dengan al-hadi>s|, jika perlu. Ketujuh, mempelajari
ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh.29
F. Sistematika Pembahasan
Kajian skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab pertama menguraikan latar
belakang penelitian dan penulisan skripsi, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian, dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua, menguraikan ayat-ayat nafkah dan maknanya. Terdiri dari
beberapa sub-bab: 1. Pengertian nafkah secara umum, 2. Ayat-ayat nafkah
(analisis makkiy-madaniy), 3. Asba>bun nuzu>l. 4. Muna>sabah.
Sebelum menguraikan penafsiran tentang nafkah, penting menguraikan
ayat-ayat maupun makna yang terkandung, asba>bun nuzu>l, maupun muna>sabah-
nya. Hal ini sesuai dengan langkah-langkah tafsir tematik yang digagas Abd. Al-
Hayy Al-Farmawi.
29 Abd. Al-Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir Mawdhu’iy: Suatu Pengantar, hlm. 45-46.
17
Bab ketiga, menguraikan penafsiran ayat-ayat nafkah dalam al-Qur‟an
yang terdiri dari beberapa sub-bab, antara lain: nafkah sebagai syariat Islam,
nafkah sebagai peran sosial, nafkah orang-orang kafir dalam al-Qur‟an, kadar
nafkah, dan perumpamaan-perumpamaan nafkah dalam al-Qur‟an.
Bab keempat, menguraikan orientasi dan fungsi nafkah dalam al-Qur‟an.
Bab ini memaparkan sumber sekaligus objek pemberian nafkah, dan fungsi atau
kegunaan dari menafkahkan harta bagi pelaku maupun penerima.
Sebagaimana penelitian maupun skripsi lain, setelah pembahasan tema
selesai, kesimpulan dan saran pada bab kelima menjadi penutup.
102
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan telaah yang telah dilakukan dalam bab-bab
sebelumnya, maka, penulis mennghasilkan beberapa kesimpulan pokok yang
muncul dari pertanyaan-pertanyaan di rumusan masalah. Kesimpulan ini sekaligus
menjadi jawaban atas permasalahan yang telah diajukan pada sub-bab tersebut.
Antara lain:
1. Nafkah secara bahasa memiliki definisi: pembelanjaan setiap harta yang
dimiliki, yang mencakup zakat ma>l dan sedekah ma>l, hampir selalu dan
semestinya dalam jalan kebaikan, untuk setiap kebutuhan hidup.
Ayat-ayat nafkah dalam al-Qur’an terdapat 56 ayat yang meliputi
73 kata nafkah dalam 5 bentuk sigah: fi’il mud}ari’, fi’il ma>d}iy, fi’il amri,
ims mas}dar, dan ism fa>’il. 56 ayat tersebut tersebar dalam 25 surat: 11
surat di antaranya tergolong makkiyyah dan 14 lainnya madaniyyah.
Terdapat sejumlah sebab turun atas ayat-ayat nafkah. Namun
beberapa tidak memiliki sebab turun (asba>bun nu>zul). Salah satu yang
ditemukan seperti asba>bun nu>zul surat al-Mumtahanah ayat 10, yaitu,
riwayat Bukhari dan Muslim, yang bersumber dari al-Miswar dan Marwan
bin al-Hakam. Dikemukakan, setelah Rasulullah saw. membuat perjanjian
Hudaibiyyah dengan kaum kafir Quraisy, datanglah wanita-wanita
103
mukminat dari Mekah. Maka turunlah ayat ini yang memerintahkan untuk
menguji dahulu wanita-wanita yang hijrah itu, dan setelah jelas keimanan
mereka, tidak boleh dikembalikan ke Mekah.
Dalam pendekatan muna>sabah, setiap ayat yang menguraikan
nafkah saling berkaitan satu sama lain. Bahkan berhubungan erat dengan
tema-tema lain yang mengitari ayat maupun tema pokok surat. Dalam
surat al-Baqarah misalnya, nafkah berhubungan erat dengan pergolakan
Islam di Madinah, ditengah maraknya uraian tentang hukum-hukum Islam
yang mulai disyariatkan. Tema-tema besar lain yang terkait dengan nafkah
di antaranya adalah prinsip keimanan, perintah penegakkan ibadah shalat,
dan sifat takwa.
2. Nafkah dalam al-Qur’an merupakan pembelanjaan setiap harta yang
dimiliki dari harta yang halal, yang mencakup zakat ma>l dan sedekah ma>l,
yang disyariatkan sebagai jalan kebaikan guna mendekatkan diri kepada
Allah swt, ditujukan untuk setiap kebutuhan hidup yang dibenarkan al-
Qur’an dan sunnah.
3. Al-Qur’an banyak menjelaskan bahwa nafkah berasal atau bersumber dari
rezeki milik Allah swt. Prinsip ini menyindir, bahwa, meskipun setiap
orang memiliki harta benda, hakikatnya manusia tidak memiliki apa-apa.
Al-Qur’an, melalui ayat-ayat nafkah, mengingatkan bahwa apa-apa
yang dilakukan manusia di dunia ini sejatinya demi mengharap hasil di
104
akhirat nanti. Maka, hendaknya manusia selalu mengindahkan peringatan
Allah swt., lebih khusus, berkenaan penggunaan harta dan penyalurannya.
Tujuan penyaluran nafkah dalam al-Qur’an antara lain: kedua
orang-tua, istri dan anak, kerabat-kerabat, anak-anak yatim, fakir miskin,
ibnu sabi>l, perjuangan di jalan Allah swt., pembelaan perang, istri yang
diceraikan dalam masa hamil dan atau menyusui, termasuk objek zakat
yang terdiri dari: fakir, miskin, pengurus zakat, muallaf, memerdekakan
budak, orang-orang yang berhutang, orang yang berada dalam perjalanan.
B. Saran-Saran
Penelitian dengan judul “Nafkah dalam Al-Qur’an” merupakan usaha
dalam menemukan prespektif al-Qur’an akan objek nafkah. Dari usaha yang
sederhana ini penulis mengetahui bahwa kajian mengenai nafkah memilliki
wilayah yang cukup luas. Bahkan, dapat digali lebih jauh dari pada yang telah
dihasilkan di atas. Dengan demikian, penulis berharap kajian tematik al-Qur’an
dapat dikembangkan lagi oleh segenap pelajar. Lebih khusus dalam tema
pembelanjaan harta, atau dalam judul nafkah sekalipun. Bahkan dapat digunakan
pendekatan-pendekatan lain yang sekiranya dapat menghasilkan latar belakang
masalah serta kesimpulan yang berbeda.
Kajian mengenai nafkah memang sering dilihat dengan kacamata hukum
sehingga menghasilkan kesimpulan-kesimpulan berkenaan hukum. Dalam kajian
bahasa, nafkah masih dapat dikaji dengan alat lain seperti stilistika. Adapun
105
dalam kacamata Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) tema seperti ini dapat dikaji
dalam wilayah yang lebih khusus, pun dapat dibedah dengan lebih kompleks dan
menyeluruh. Penulis menemukan bahwa kajian berkenaan nafkah masih dapat
dikaji lebih lanjut, demi menyempurnakan segala kekurangan, juga demi
menambah khazanah keilmuan kita. Selebihnya, semoga semangat keilmuan ini
dapat memberi manfaat bagi masyarakat, seluas-luasnya.
106
DAFTAR PUSTAKA
SUMBER CETAK:
Amal, Taufik Adnan. Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an.pdf. Jakarta: Divisi Muslim
Demokratis, 2011.
Anwar, Rosihon. Ulumul Qur’an. Bandung: CV Pustaka Setia, 2013.
Asfahaniy, Ar-Raghib Al-. al-Mufrada>t fi Gari>bil Qur’a>n. Beirut: Dar al-Ma’rifah,
2005.
Athaillah. Sejarah Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Azra, Azyumardi (Ed.). Sejarah dan Ulumul Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus,
2001.
Baqiy, Muhammad Fu’ad Abdul. Mu’jam Mufahras Li Alfa>z al-Qur’a>n al-Kari>m. Beirut: Da>r al Fikr, 1981.
Cawidu, Harifuddin. Konsep Kufr Dalam Al-Qur’an. Jakarta: Bulan Bintang,
1991.
Dahlan, A.A. dkk. Asbabun Nuzul: Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat
Al-Qur’an Edisi Kedua. Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2011.
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka,
2005.
__________. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. PT Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta, 2008.
Farmawi, Abd. Al-Hayy Al-. Metode Tafsir Mawdhu’iy: Suatu Pengantar, terj.
Suryan A. Jamrah. Jakarta: PT Raja Grafindo, 1994.
Hafidhuddin, Didin. Agar Harta Berkah dan Bertambah. Jakarta: Gema Insani
Press, 2007.
Haritsi, Jaribah Al-. Fikih Ekonomi Umar bin Al-Khathab terj. Asmuni Solihan
Zamakhsyari. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar Grup, 2006.
Hasan, M. Ali. Zakat dan Infak: Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di
Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Gorup, 2006.
107
Izzan, Ahmad. Ulumul Qur’an Edisi Revisi: Telaah Tekstualitas dan
Kontekstualitas Al-Qur’an. Bandung: Tafakur, 2011.
Kurniawati, Fitin. “Strategi Pengumpulan Zakat, Infaq dan shadaqah di
Lembaga Zakat Nasional Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid
Yogyakarta”. Skripsi Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta,
2014.
Kuswanto, Hadi. “Penafsiran Ayat-Ayat Infaq Menurut Quraish Shihab”.
Skripsi Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta, 2015.
Manz}u>r, Ibnu. Lisanul ‘Arab. Beirut: Da>r S}a>dir, 1990.
Mara>giy, Ahmad Mus}t}afa> Al-. Tafsir Al-Mara>giy Juz III terj. Anshori Umar
Sitanggal dkk. Semarang: CV Toha Putra, 1989
__________. Tafsir Al-Maraghiy Juz V terj. Anshori Umar Sitanggal dkk.
Semarang: CV Toha Putra, 1989
__________. Tafsir Al-Maraghiy Juz X terj. Anshori Umar Sitanggal dkk.
Semarang: CV Toha Putra, 1989
__________. Tafsir Al-Maraghiy Juz XIII terj. Anshori Umar Sitanggal dkk.
Semarang: CV Toha Putra, 1989
__________. Tafsir Al-Maraghiy Juz XIX terj. Anshori Umar Sitanggal dkk.
Semarang: CV Toha Putra, 1989
__________. Tafsir Al-Maraghiy Juz XXIII terj. Anshori Umar Sitanggal dkk.
Semarang: CV Toha Putra, 1989
__________. Tafsir Al-Maraghiy Juz XXVIII terj. Anshori Umar Sitanggal dkk.
Semarang: CV Toha Putra, 1989.
Mas}riq, Da>r Al-. al-Munjid al-Abjadi. Beirut: Da>r al-Mas}riq, 1968.
Misrawi, Zuhairi. MADINAH: Kota Suci, Piagam Madinah, Dan Teladan
Muhammad SAW. Jakarta: Kompas Penerbit Buku, 2009.
Mudawam, Syafaul. Syariah-Fiqih-Hukum Islam: studi tentang kontruksi
pemikiran kontemporer.pdf. Jogjakarta: Asy-Syir’ah, Jurnal Syariah dan
hukum Vol. 45. No. II, edisi Juli-Desember, 2012.
Munir, Miftahul. “Konsep Nafkah dalam Keluarga”. Skripsi Fakultas Syariah UIN
Sunan Kalijaga. Yogyakarta, 2007.
108
Mustaqim, Abdul. Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir. Yogyakarta: Idea
Press Yogyakarta, 2014.
__________. Syariat Islam. Jogjakarta: eLSAQ Press, 2003.
Qardawi, Yusuf. Hukum Zakat terj. Salman Harun (dkk.). Jakarta: PT. Pustaka
Litera Antar Nusa, 1993.
Qat}t}an, Manna Al-. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an terj. Aunur Rofiq El-
Mazni. Jakarta Timur: Pustaka al-Kautsar, 2010.
Qut}b, Sayyid. Tafsi>r Fi> Zila>lil Qur’a>n Jilid 1 terj. As’ad Yasin (dkk.). Jakarta:
Gema Insani Press, 2000.
__________. Tafsi>r Fi> Zila>lil Qur’a>n Jilid 2 terj. As’ad Yasin (dkk.). Jakarta:
Gema Insani Press, 2000.
__________. Tafsi>r Fi> Zila>lil Qur’a>n Jilid 3 terj. As’ad Yasin (dkk.). Jakarta:
Gema Insani Press, 2000.
__________. Tafsi>r Fi> Zila>lil Qur’a>n Jilid 5 terj. As’ad Yasin (dkk.). Jakarta:
Gema Insani Press, 2000.
__________. Tafsi>r Fi> Zila>lil Qur’a>n Jilid 6 terj. As’ad Yasin (dkk.). Jakarta:
Gema Insani Press, 2000.
__________. Tafsi>r Fi> Zila>lil Qur’a>n Jilid 7 terj. As’ad Yasin (dkk.). Jakarta:
Gema Insani Press, 2000.
__________. Tafsi>r Fi> Zila>lil Qur’a>n 11 terj. As’ad Yasin (dkk.). Jakarta:
Gema Insani Press, 2000.
RI, Kementerian Agama. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: PT. Sinergi
Pustaka Indonesia, 2012.
Rifa’i, Muhammad. “Mafhu>m Nafaqah fi>l Qur’a>ni-l-Kari>m Dira>sah Dala>liyyah”.
Skripsi Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta, 2010.
Rifa’i, Muhammad Nasib. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1 terj. Syihabuddin.
Jakarta: Gema Insani, 2011.
__________. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3 terj. Syihabuddin. Jakarta:
Gema Insani, 2011.
Shihab, M. Quraish. Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan, dan Aturan yang Patut
Anda Ketahui dalam Memahami Ayat-Ayat Al-Qur’an. Tangerang: Lentera
109
Hati, 2013.
__________. Tafsir al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an Jilid 1.
Jakarta: Lentera Hati, 2002.
__________. Tafsir al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an Jilid 2.
Jakarta: Lentera Hati, 2002.
__________. Tafsir al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an Jilid 5.
Jakarta: Lentera Hati, 2002.
__________. Tafsir al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an Jilid 7.
Jakarta: Lentera Hati, 2002.
__________. Tafsir al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an Jilid 11.
Jakarta: Lentera Hati, 2002.
__________. Tafsir al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an Jilid 14.
Jakarta: Lentera Hati, 2002.
__________. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1996.
Soehadha, Moh. (ed.). Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi. Yogyakarta:
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Uin Sunan Kalijaga, 2013.
Suryadilaga, Alfatih (dkk.). Metodologi Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Teras, 2010.
Suyuthi, Jalaluddin As-. Sebab Turunnya Ayat AL-Qur’an terj. Tim Abdul
Hayyie. Jakarta: Gema Insani, 2008.
Syahrur, Muhammad. Rahasia Umur, Rizki, dan Amal: Sebuah Kajian
Epistemologi Islam terj. M. Firdaus. Bandung: Nuansa, 2007.
Shirazy, Habiburrahman El-. Api Tauhid. Jakarta: Republika Penerbit, 2014.
Tanzeh, Ahmad. Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras, 2011.
Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-. Tafsir Ath-Thabari terj. Misbah
(dkk.). Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.
Usman. Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Teras, 2009.
110
SUMBER INTERNET:
Anam. “Ketegasan Abu Bakar Soal Zakat” dalam www.nu.or.id. Diakses: 19
Februari 2016.
Danusiri. “Islam Sebagai Agama Sosial” dalam www.unimus.ac.id. Diakses: 1
Februari 2016.
Indonesia, Hizbut Tahrir. “Substansi Syariat Islam” dalam
www.hizbut-tahrir.or.id. Diakses: 22 Februari 2016.
Ma’a>niy, al-. ‚Ma’nal Infa>q Fi Mu’jamil Ma’a>nil Ja>mi’‛ dalam
www.almaaniy.com. Diakses: 31 Maret 2016.
Mans}ur, Ahmad S}abahi. ‚Tas}hihul Mafa>hi>m: az-za>kah, as-s}adaqah, al-Infa>q‛
dalam www.ahl-alquran.com. Diakses: 29 Maret 2016.
Prawira, Aditya Eka. “Orientasi Seksual Anak Bisa Diketahui Sejak 6 Tahun”
dalam www.liputan6.com. Diakses: 19 Februari 2016.
Rakhmatulloh. “LGBT, Penyimpangan Orientasi Seksual” dalam
www.sindonews.com. Diakses: 19 Februari 2016.
Statistik, Badan Pusat. "Presentase Penduduk Miskin Maret 2015 Mencapai 11,22
Persen” dalam Bps.go.id/brs/view/1158. Diakses: 20 Februari 2016.
Sudiaman, Maman. “Masa Orientasi Siswa” dalam www.republika.co.id. Diakses:
19 Februari 2016.
Tuasikal, Muhammad Abduh. “Sedekah Tidaklah Mesti Dengan Harta” dalam
www.rumaysho.com. Diakses: 16 Maret 2016.
Ket: Ayat maupun terjemah al-Qur’an diambil dari software Al-Qur’an in Word
111
Jl. Kusumanegara Gg. Tugiyo No.1084 Muja-Muju
Umbul Harjo Yogyakarta 55165
TK Aisiyah, Ngawi
SD N Margomulyo 1 Ngawi
KMI Pondok Modern Darussalam Gontor
CURRICULUM VITAE
Nama : Aji Gema Permana
NIM : 12530055
Fakultas : Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Prodi : Ilmu Al-Qu’ran dan Tafsir
TTL : Ngawi, 1 April 1992
No. Hp : 0822 4281 6343
Email : [email protected]
Alamat Asal : Ngawi, Jawa Timur
Alamat Jogja :
Pendidikan Formal :
Pengalaman Organisasi : Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM)
Warta Mingguan Darussalam Pos
Baitul Mal Madania PA. Nurul Haq Yogyakarta