23
1 ETIKA LINGKUNGAN MASYARAKAT DI LOKASI BEKAS TAMBANG BAUKSIT DI KELURAHAN KAMPUNG BUGIS KOTA TANJUNGPINANG NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana OLEH : DIAN WAHYUNI NIM : 100569201064 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2015

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

1

ETIKA LINGKUNGAN MASYARAKAT DI LOKASI BEKAS

TAMBANG BAUKSIT DI KELURAHAN KAMPUNG BUGIS

KOTA TANJUNGPINANG

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

OLEH :

DIAN WAHYUNI

NIM : 100569201064

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2015

Page 2: NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

2

ETIKA LINGKUNGAN MASYARAKAT DI LOKASI BEKAS

TAMBANG BAUKSIT DI KELURAHAN KAMPUNG BUGIS

KOTA TANJUNGPINANG

DIAN WAHYUNI

Mahasiswa Sosiologi, FISIP UMRAH, [email protected]

Padang Rihim Siregar, M.A

Dosen Sosiologi, FISIP UMRAH

Siti Arieta, M.A

Dosen Sosiologi, FISI UMRAH

ABSTRAK

Pengertian etika lingkungan ini merupakan manusia harus bertindak atau bagaimana

perilaku manusia yang seharusnya terhadap lingkungan hidup. Etika lingkungan disini dipahami

sebagai disiplin ilmu yang berbicara mengenai norma dan kaidah moral yang mengatur perilaku

manusia dalam berhubungan dengan alam serta nilai dan moral yang menjiwai perilaku manusia

dalam berhubungan dengan alam. Kehadiran aktivitas tambang bauksit telah menyebabkan

pencemaran lingkungan baik di darat maupun di laut seperti pencemaran air dan udara (polusi).

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui etika lingkungan masyarakat di lokasi bekas tambang

bauksit di Kelurahan Kampung Bugis Kota Tanjungpinang. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif

kualitatif. Informan dalam penelitian ini berjumlah 8 orang. Lokasi penelitian ini berada di

Kelurahan Kampung Bugis tepatnya di RW 004, dikarenakan aktivitas tambang bauksit berada

sangat dekat dengan tempat tinggal masyarakat.

Penelitian ini menggunakan teori paradigm fakta sosial Emile Durkheim mengenai nilai,

norma, hukum, bahasa, agama, dan tatanan kehidupan lainnya. Dengan demikian fakta sosial juga

dapat dikaji melalui teori etika lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat dan

juga teori etika lingkungan yang sering dikenal dengan cara pandang terhadap alam dan hubungan

manusia dengan alam sebagai antroposentrisme dan biosentrisme. Hasil penelitian ini berkaitan

dengan etika lingkungan masyarakat yang lebih bersifat antroposentrisme yaitu mengaggap alam

sebagai alat untuk menunjang kebutuhan finansial semata. Hal ini karena nilai dan norma yang

belum tercipta dan perilaku mengharapkan upah ganti rugi terhadap alam sering dilakukan.

Kerusakan lingkungan yang terjadi berasal dari perilaku sosial masyarakat yang lebih

mementingkan upah ganti rugi yang diberikan oleh pengusaha pertambangan tersebut tanpa

mementingkan keadaan terhadap berkurangnya sumber daya alam. Etika lingkungan masyarakat

lebih diharapkan bersifat biosentrisme yang menganggap alam harus dihargai untuk kebutuhan

hidup dari generasi ke generasi.

Kata Kunci : Etika lingkungan, tambang bauksit

Page 3: NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

3

ETHICAL SOCIETY ENVIRONMENT LOCATION

IN BAUXITE MINE USED IN KAMPUNG BUGIS

TANJUNGPINANG CITY

DIAN WAHYUNI

Mahasiswa Sosiologi, FISIP UMRAH, [email protected]

Padang Rihim Siregar, M.A

Dosen Sosiologi, FISIP UMRAH

Siti Arieta, M.A

Dosen Sosiologi, FISI UMRAH

ABSTRACT

Definition of environmental ethics according to this understanding, how people should

act or how human behavior is supposed to environment. Environmental ethics here understood as

a discipline that talk about moral norms and rules that govern human behavior in touch with

nature and the values and morals that animates human behavior in touch with nature. The

presence of bauxite mining activities have caused environmental pollution both on land and at sea

as water and air pollution (pollution). The purpose of this study to determine the environmental

ethics of society in the former location of a bauxite mine in Kampung Bugis village in

Tanjungpinang city. This type of research is descriptive qualitative. Informants in this study were

8 people. The location of this research is in Kampung Bugis precisely in RW 004, due to bauxite

mining activities are very close to people's homes.

This study uses the theory of Emile Durkheim paradigm of social facts about values,

norms, laws, language, religion, and other life order. Thus the social fact can also be analyzed

through the theory of environmental ethics that affect people's lives. Theory of environmental

ethics is often known as the perception of nature and man's relationship with nature as

anthropocentrism and biocentrism. Results of this research related to environmental ethics

anthropocentrism communities that are more natural assume as a tool to support the financial

needs only. This is because the values and norms that have not been created and the behavior

expected wage compensation for nature often done. Environmental damage comes from the social

behavior of people who are more concerned with wage compensation provided by the mining

entrepreneur without the concerned state against the depletion of natural resources.

Environmental ethics is expected to be biocentrism people who consider nature to be cherished for

the necessities of life from generation to generation.

Keywords: environmental ethics, bauxite mine

Page 4: NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehadiran perusahaan tambang

dapat membantu masyarakat dalam segi

pekerjaan seperti sebagai supir-supir lori yang

megangkut bijih bauksit tersebut. Lapangan

pekerjaan yang diberikan oleh perusahaan

tambang bauksit tersebut mampu

meningkatkan kebutuhan kehidupan

masyarakat sehari-hari. Kondisi masyarakat

yang tinggal di dekat sekitar tambang yakni

berjarak lebih kurang satu kilometer dari

kegiatan pertambangan bauksit yang terkena

dampak lebih besar seperti tercemarnya air

sumur yang tidak layak untuk dikonsumsi

masyarakat sehari-hari. Kerusakan tanah pada

bekas galian tambang disaat hujan menjadi

merah dan berlumpur yang juga

meninggalkan genangan air, kini menjadi

kolam dalam ukuran yang cukup besar.

Kondisi ini tentu saja sangat membahayakan

keselamatan dan menganggu aktivitas

masyarakat.

Perilaku masyarakat yang kurang

memperhatikan keseimbangan sumber daya

alam akan menimbulkan berbagai macam

bencana seperti banjir, tanah longsor, global

warming dan lain sebagainya yang

bersumber dari perilaku sosial masyarakat.

Perilaku sosial masyarakat ini hendaknya

harus sesuai dengan etika lingkungan yang

mengimbangi hak dan kewajiban terhadap

lingkungan serta membatasi tingkah laku

dan upaya mengendalikan kegiatan agar

tetap berada dalam batas yang ditentukan

oleh sistem nilainya dan toleransinya di

dalam lingkungan hidup.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas,

maka dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian ini adalah Bagaimana etika

lingkungan masyarakat di lokasi bekas

tambang bauksit di Kelurahan Kampung

Bugis Kota Tanjungpinang?

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan

Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui etika lingkungan

masyarakat di lokasi bekas tambang bauksit

di Kelurahan Kampung Bugis Kota

Tanjungpinang.

Page 5: NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

2

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara praktis

Dilihat dari kegunaan penelitian secara

praktis penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan ilmu pengetahuan

dan pemikiran serta dapat membantu sebagai

bahan informasi mengenai permasalahan

yang berkaitan dengan etika lingkungan

masyarakat di lokasi bekas tambang bauksit

di Kelurahan Kampung Bugis agar lebih lagi

untuk menjaga alam lingkungan serta dapat

menanamkan pelestarian alam lingkungan

demi kepentingan bersama dalam kehidupan

bermasyarakat.

b. Secara teoritis

Penelitian ini juga diharapkan dapat

menjadi acuan informasi dalam penelitian-

penelitian berikutnya dengan permasalahan

penelitian yang sama serta menjadi referensi

pustaka bagi pemenuhuan kebutuhan

penelitian lanjutan.

D. Konsep Operasional

Dalam sebuah penelitian, konsep

operasional sangat diperlukan untuk

mempermudah dan memfokuskan

penelitian. Konsep operasional juga

berfungsi sebagai panduan bagi peneliti

untuk menindak lanjuti kasus tersebut serta

menghindari timbulnya kekacauan akibat

kesalahan penafsiran dalam penelitian.

Untuk melihat bagaimana etika lingkungan

masyarakat di Kelurahan Kampung Bugis

maka digunakan konsep operasional yaitu

sebagai berikut :

1. Masyarakat

Masyarakat dalam penelitian ini

merupakan masyarakat asli yang tinggal

di sekitar lokasi bekas tambang bauksit

dan yang menerima ganti rugi dari

perusahan pertambangan bauksit. Serta

masyarakat pendatang yang tinggal di

sekitar lokasi bekas tambang bauksit

dan yang menerima ganti rugi dari

perusahaan pertambangan bauksit di

Kelurahan Kampung Bugis.

2. Etika lingkungan

Etika lingkungan yang dimaksud adalah

perilaku yang sesuai dengan norma atau

aturan terhadap lingkungan alam.

Dalam penelitian ini peneliti melihat

perilaku masyarakat terhadap alam

lingkungan sesuai atau tidaknya dengan

norma yang telah berlaku pada

Page 6: NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

3

masyarakat di sekitar lokasi bekas

tambang bauksit di Kelurahan Kampung

Bugis. Sehingga etika lingkungan ini

dikategorikan menjadi dua yaitu :

a. Antroposentrisme

Rusaknya ekosistem di darat maupun

di laut akibat adanya aktivitas tambang

bauksit, terlihat bahwa lingkungan

alam dan isinya hanya sebagai alat

semata untuk kepentingan pribadi yang

bertujuan untuk mendapatkan

keuntungan sebesar-besarnya tanpa

mengembalikan fungsi alam

sebagaimana mestinya.

b. Biosentrisme

Adanya sumber daya alam yang harus

dijaga maka lingkungan alam dan isinya

harus dilindungi dan diperjuangkan

untuk kehidupan mendatang. Dalam hal

ini biosentrisme yang dimaksud peneliti

adalah sifat dan perilaku masyarakat

yang menjaga dan menghargai

lingkungan alam yang berada di sekitar

lokasi bekas tambang bauksit di

Kelurahan Kampung Bugis yang

memiliki pengaruh terhadap lingkungan

masyarakat.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif,

yaitu berusaha memahami dan

menafsirkan makna suatu peristiwa

interaksi tingkah laku manusia dalam

situasi tertentu menurut perspektif

peneliti, dengan kata lain peneliti bukan

mencari jawaban atas pertanyaan “apa”

tetapi “mengapa”. Dengan pendekatan

kualitatif, penelitian ini diharapkan

mampu menggambarkan keadaan yang

sebenarnya (naturalistik) di lapangan.

(Prasetya Irawan, 2006: 49 dan 64).

2. Lokasi penelitian

Masyarakat yang peneliti kaji dalam

penelitian mengenai etika lingkungan

masyarakat di lokasi bekas tambang

bauksit yaitu masyarakat yang berlokasi

di RW 004, Kelurahan Kampung Bugis,

Kecamatan Tanjungpinang Kota,

Provinsi Kepulauan Riau. Penentuan

lokasi ini dilakukan dengan

pertimbangan lokasi penelitian yang

Page 7: NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

4

merupakan salah satu tempat tinggal

masyarakat yang sangat berdekatan

dengan lokasi bekas pertambangan

bauksit yang berada di Kelurahan

Kampung Bugis.

3. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam

melakukan penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang

diperoleh langsung dari objek yang

akan diteliti. Objek atau informan

yang dimaksud adalah masyarakat

yang bertempat tinggal di sekitar

lokasi bekas pertambangan bauksit

di Kelurahan Kampung Bugis yang

telah ditetapkan sebagai informan

penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang

diperoleh secara tidak langsung dari

objek penelitian. Pengumpulan data

sekunder dalam penelitian ini

dengan cara penelitian kepustakaan

dan pencatatan dokumen, yaitu

dengan mengumpulkan data dan

mengambil informasi dari buku-

buku referensi serta dokumen-

dokumen dari instansi yang terkait

dengan topik penelitian.

4. Populasi Dan Sampel

Teknik penentuan informan

yang digunakan dalam penelitian

ini menggunakan purposive

sampling yaitu sampel yang “secara

sengaja” dipilih oleh peneliti,

karena sampel ini dianggap

memiliki ciri-ciri tertentu, yang

dapat memperkaya data penelitian

(Prasetya Irawan, 2006:15).

Adapun karakteristik informan

penelitian ini yaitu :

a. masyarakat asli yang tinggal

di sekitar lokasi bekas

tambang bauksit dan yang

menerima ganti rugi dari

perusahan pertambangan

bauksit.

b. masyarakat pendatang yang

tinggal di sekitar lokasi bekas

tambang bauksit dan yang

menerima ganti rugi dari

perusahaan pertambangan

bauksit.

Page 8: NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

5

Dengan demikian, informan

dalam penelitian ini adalah

masyarakat, tokoh masyarakat dan

masyarakat nelayan yang terkena

dampak dari aktivitas pertambangan

bauksit serta mendapatkan ganti rugi,

dan informan dalam penelitian ini

berjumlah 8 informan yang telah

ditetapkan oleh peneliti.

5. Teknik Dan Alat Pengumpulan

Data

Adapun teknik dan alat pengumpul

data yaitu berupa wawancara, observasi

dan dokumentasi. (Prasetya Irawan,

2006:67).

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan

pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang akan diteliti.

observasi dilakukan langsung oleh

peneliti di lokasi penelitian. Obyek

yang diobservasikan bersifat nyata

(tangible) seperti benda-benda,

gerakan, perilaku. Obyek juga bisa

bersifat seperti suasana atau situasi.

(Prasetya Irawan, 2006:69).

b. Wawancara

Wawancara ialah tanya jawab

lisan antara dua orang atau lebih secara

langsung. Wawancara bisa dilakukan

dengan format tidak terstruktrur, semi

terstruktur atau terstruktur.

Wawancara akan mampu memberikan

data yang sangat kaya. (Prasetya

Irawan, 2006:68).

c. Dokumentasi

Selain itu dokumentasi juga

digunakan untuk mengumpulkan data-

data yang berbentuk catatan berupa

hasil-hasil wawancara, foto-foto, serta

dokumen-dokumen yang menunjang

penelitian. selain itu dokumentasi lain

yang digunakan oleh peneliti ialah

literatur-literatur, internet atau jurnal,

serta yang berkaitan dengan

kepustakan untuk menunjang

penelitian.

6. Teknik Analisa Data

Menurut Miles dan Huberman

(Husaini Usman dan Purnomo Setiady

Akbar, 2009:84), mengemukakan

bahwa aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif

dan berlangsung terus menerus sampai

Page 9: NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

6

tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Aktivitas dalam analisis data, yaitu

data reduction, data display, dan

conclusion drawing/verification.

F. Sistematika Penulisan

Dalam memberikan gambaran

umum mengenai isi penelitian yang

akan dilakukan ini, perlu dikemukakan

garis besar pembahasan melalui

sistematika penulisan. Sistematika

penulisan ini sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pendahuluan berisi latar belakang,

perumusan masalah, tujuan penelitian

dan kegunaan penelitian, metode

penelitian yang berisi jenis penelitian,

lokasi penelitian, jenis data, populasi

dan sampel, teknik dan alat

pengumpulan data, teknik analisis data

dan sistematika penulisan.

BAB II : KERANGKA TEORI

Pada bab ini peneliti meninjau

permasalahan dari aspek teori dalam

mengkaji tinjauan mengenai etika

lingkungan masyarakat di lokasi bekas

tambang bauksit.

BAB III : GAMBARAN UMUM

LOKASI PENELITIAN

Pada bab ini peneliti memberikan

gambaran tentang gambaran umum

lokasi penelitian yang meliputi

kondisi geografis, keadan sosial

dan ekonomi, pendidikan, sarana

dan prasarana, serta gambaran

tentang pertambangan bauksit.

BAB IV : HASIL PENELITIAN

DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasan.

Bab ini berisi tentang uraian hasil

penelitian dan pembahasan

mengenai objek yang akan diteliti

yakni etika lingkungan masyarakat

di lokasi bekas tambang bauksit.

BAB V : PENUTUP

Penutup berisi kesimpulan dari

keseluruhan objek penelitian yang

diteliti serta saran dari hasil

penelitian. Peneliti menguraikan

mengenai kesimpulan dan saran

yang diperoleh dari keseluruhan

hasil penelitian yang telah

dilakukan.

Page 10: NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

7

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Paradigma Fakta Sosial

Kata fakta sosial pertama kali

diperkenalkan pada abad ke-19 oleh sosiolog

Perancis yang bernama Emile Durkheim.

Emile Durkheim menyatakan bahwa

sosiologi harus menjadi ilmu dari fakta

sosial yaitu membicarakan sesuatu yang

umum yang mencakup keseluruhan

masyarakat dan berdiri sendiri serta terpisah

dari manifestasi individu. Fakta sosial ini

diartikan sebagai gejala sosial yang abstrak,

misalnya hukum, struktur sosial, adat

kebiasan, nilai, norma, bahasa, agama, dan

tatanan kehidupan lainnya yang memiliki

kekuasaan tertentu untuk memaksa bahwa

kekuasaan itu terwujud dalam kehidupan

masyarakat di luar kemampuan individu

sehingga individu menjadi tidak tampak.

(Kamanto Sunarto, 2014:12).

Dalam buku Rules of Sociological

Method, Durkheim menulis: "Fakta sosial

adalah setiap cara bertindak, baik tetap

maupun tidak, yang bisa menjadi pengaruh

atau hambatan eksternal bagi seorang

individu." Dan dapat diartikan bahwa fakta

sosial adalah cara bertindak, berfikir, dan

merasa yang ada diluar individu dan sifatnya

memaksa serta terbentuk karena adanya pola

di dalam masyarakat. Artinya, sejak manusia

dilahirkan secara tidak langsung

ia diharuskan untuk bertindak sesuai dengan

lingkungan sosial dimana ia dididik dan

sangat sukar baginya untuk melepaskan diri

dari aturan tersebut. (Kamanto Sunarto,

2004:12).

Menurut John J. Machionis

(Rachmad Susilo, 2008:20-21) menyatakan

para ilmuan sosiologi bisa menjelaskan

hubungan antara masyarakat dan lingkungan

karena masalah lingkungan muncul tidak

dengan sendirinya, melainkan sebagai akibat

tindakan khusus yang diperbuat manusia

dalam konteks ini ilmuan sosiologi

diharapkan menafsir bukti-bukti ilmiah

mengenai hubungan manusia dan

lingkungan itu. Terkait dengan ini beberapa

peran bisa dilakukan oleh para sosiolog.

Pertama sosiolog dapat menggali

makna lingkungan bagi orang-orang yang

memiliki latarbelakang atau background

sosial beragam sebab latarbelakang sosial

yang berbeda-beda sangat menentukan

Page 11: NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

8

makna sosial masing-masing yang tentunya

juga berlainan. Kedua, sosiolog dapat

menginventarisasi bentuk-bentuk parasaan

(sentimen) maasyarakat ada persoalan-

persoalan lingkungan, baik yang tergambar

dalam pikiran, harapan-harapan, dan

ketakutan-ketakutan mereka. Ketiga

sosiolog harus bisa menunjukkan bagaimana

pola-pola kehidupan sosial menyusun

tekanan pada lingkungan. Sosiolog juga

menjelaskan bagaimana pola-pola budaya

dan susunan ekonomi politik yang

mempengaruhi lingkungan alam. Hubungan-

hubungan sosial jelas akan menentukan

corak interaksi antar satu individu dengan

individu lain. Tidak jarang juga

kesepakatan-kesepakatan lokal dibuat untuk

menjaga keberlangsungan lingkungan.

B. Teori Etika Lingkungan

Perhatian sosiologi terhadap

masalah-maslah lingkungan sebenarnya

muncul jauh sebelum apa yang dinamakan

sosiologi lingkungan dicanangkan

keberadaannya oleh Riley Dunlap dan

William Catton di tahun 1978. Di tahun

tersebut, mereka menuliskan dua artikel,

disusun oleh sebuah artikel lagi setahun

setelahnya yang menandai upaya mendirikan

suatu cabang sosiologi yang mengkaji

masalah lingkungan dan kemudian mereka

beri nama Environment Sociology.

Riley Dunlap dan William Catton

(Rachmad Susilo, 2008:10). mengubah

pandangan ini dengan mengakui

kemampuan lingkungan fisik memengaruhi

kehidupan manusia atau dengan kata lain,

ada beberapa keterbatasan manusia ketika

berhadapan dengan lingkungan biofisik.

Sosiologi lingkungan menerima lingkungan

fisik sebagai sesuatu yang berpengaruh

langsung maupun tidak terhadap kehidupan

sosial.

Menurut Bertens (Elly Setiadi,

2006:110) menyebutkan ada tiga jenis

makna etika yaitu : Pertama, kata etika bisa

dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-

norma yang menjadi pegangan bagi

seseorang atau suatu kelompok dalam

mengatur tingkah lakunya. Kedua, etika

berarti juga kumpulan asas atau nilai moral.

Ketiga, etika mempunyai arti lagi ilmu

tentang yang baik dan buruk.

Etika lingkungan atau yang disebut juga

dengan etika ekologi ini menjadi suatu hal

Page 12: NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

9

yang sangat penting yang perlu diperhatikan

oleh kaum manusia saat ini. Penerapan etika

lingkungan saat ini harus diwajibkan sebagai

halnya etika berkendaraan oleh para

manusia. Peranan lembaga-lembaga

pemerhati alam yang ada tentu sangat

penting terhadap hal ini, karena prinsip

tentang etika harus dikampanyekan agar bisa

menjadi budaya khususnya para pelaku

bisnis yang berefek kepada lingkungan.

Pengertian etika lingkungan menurut

pengertian ini, bagaimana manusia harus

bertindak atau bagaimana perilaku manusia

yang seharusnya terhadap lingkungan hidup.

Etika lingkungan disini dipahami sebagai

disiplin ilmu yang berbicara mengenai

norma dan kaidah moral yang mengatur

perilaku manusia dalam berhubungan

dengan alam serta nilai dan moral yang

menjiwai perilaku manusia dalam

berhubungan dengan alam tersebut. (Sonny

Keraf, 2010:40).

Kaidah (mores) dan norma atau aturan

ini sesungguhnya ingin mengungkapkan,

menjaga dan melestarikan nilai tertentu,

yaitu apa yang dianggap baik dan penting

oleh masyarakat tersebut untuk dikejar

dalam hidup ini. Dengan demikian juga

berisikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip

moral yang harus dilakukan dan tentang

tindakan dan keputusan dinilai sebagai baik

atau buruk secara moal. Kriteria ini yang

dianggap sebagai nilai dan prinsip moral.

Etika lingkungan dan moralitas terhadap

alam mempunyai arti yang sama berarti adat

kebiasaan yang dibakukan dalam bentuk

aturan (baik perintah atau larangan terhadap

lingkungan hidup) serta tentang bagaimana

manusia harus hidup baik sebagai manusia.

(Sonny Keraf, 2010:16).

Menurut Sonny Keraf (2010: 45-46)

mengatakan, ada beberapa model dari teori

etika lingkungan yang menentukan pola

perilaku manusia dalam kaitannya dengan

lingkungan yaitu yang dikenal sebagai

antroposentrisme dan biosentrisme yang

mempunyai cara pandang manusia, alam,

dan hubungan manusia dengan alam yaitu :

1. Antroposentrisme

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari

hubungan timbal balik antara manusia

dengan lingkungannya, maka kita dapat

mengambil sudut pandang ekologi untuk

membahas kajian manusia dan lingkungan

Page 13: NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

10

dengan disokong oleh segi kepentingan

manusia, yaitu oleh manusia untuk manusia.

Pendekatan ini disebut pendekatan

antroposentris, bahasa Yunani antrophos

berarti manusia. (Elly Setiadi, 2006:180).

Antroposentrisme adalah teori etika

lingkungan yang memandang manusia

sebagai pusat dari sistem alam semesta.

Manusia dan kepentingannya dianggap yang

paling menentukan dalam tatanan ekosistem

dan dalam kebijakan yang diambil dalam

kaitan dengan alam, baik secara langsung

atau tidak langung. Nilai tertinggi adalah

manusia dan kepentingannya. Hanya

manusia yang mempunyai nilai dan

mendapat perhatian. Segala sesuatu yang

lain di alam semesta ini hanya akan

mendapat nilai dan perhatian sejauh

menunjang dan demi kepentingan manusia.

Oleh karenanya alam pun hanya dilihat

sebagai obyek, alat dan sarana bagi

pemenuhan kebutuhan dan kepentingan

manusia. Alam hanya alat bagi pencapaian

tujuan manusia. Alam tidak mempunyai

nilai pada dirinya sendiri.

Bagi teori antroposentrisme, etika hanya

berlaku bagi manusia. Maka, segala tuntutan

mengenai perlunya kewajiban dan tanggung

jawab moral manusia terhadap lingkungan

hidup dianggap sebagai tuntutan yang

berlebihan, tidak relevan dan tidak pada

tempatnya. Kalaupun tuntutan seperi itu

masuk akal, itu hanya dalam pengertian

tidak langsung, yaitu sebagai pemenuhan

kewajiban dan tanggung jawab moral

manusia terhadap sesama. Maksudnya,

kewajiban dan tanggung jawab moral

manusia terhadap lingkungan demi

memenuhi kepentingan sesama manusia.

Selain bersifat antroposentrisme, etika

ini sangat intrumentalistik, dalam pola

hubungan manusia dan alam dilihat hanya

relasi instrumental. Alam dinilai sebagai alat

bagi kepentingan manusia. Kalaupun

manusia mempunyai sikap peduli terhadap

alam, itu semata-mata dilakukan demi

menjamin kebutuhan hidup manusia, bukan

karena pertimbangan bahwa alam

mempunyai nilai pada diri sendiri sehingga

pantas untuk dilindungi. Sebaliknya, kalau

alam itu sendiri tidak berguna bagi

kepentingan manusia, alam akan diabaikan

begitu saja. (Sonny Keraf, 2010:47-48).

Page 14: NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

11

Cara pandang antrposentrisme ini

menyebabkan manusia mengeksploitasi dan

menguras alam semesta demi memenuh

kepentingan dan kebuthan hidupnya, tanpa

cukup member perhatian kepada kelestarian

alam. Pola perilaku yang eksploitatif dan

tidak peduli terhadap alam tersebut dianggap

berakar pada cara pandang yang hanya

mementingkan kepentingan manusia. Cara

pandang ini melahirkan sikap dan perilaku

rakus dan tamak yang menyebabkan

manusia mengambil semua kebutuhannya

dari alam tanpa mempertimbangkan

kelestariannya. Apa saja boleh dilakukan

sejauh tidak merugikan kepentingan

manusia, sejauh tidak mempunyai dampak

yang merugikan kepentingan manusia.

(Sonny Keraf, 2010:49-50).

2. Biosentrisme

Paham biosentrisme menyatakan bahwa

bukan hanya manusia dan komunitasnya

yang pantas mendapatkan pertimbangan

moral, melainkan juga dunia binatang.

Akibat pertimbangan moral hanya ditujukan

pada kepentingan manusia saja, hewan-

hewan langka di sekitar kita gagal dilindungi

dan diselamatkan. Punahnya spesies maupun

habitat binatang merupakan akibat dari

kepentingan manusia yang ingin

mendapatkan keuntungan ekonomi. Oleh

karena itu, biosentrisme mendasarkan

perhatian dan perlindungan pada seluruh

spesies, baik mamalia, melata, biota laut,

maupun unggas. (Rachmad Susilo, 2008:99-

100). Paham biosentrisme memiliki pokok-

pokok pandangan sebagai berikut :

1. Alam memiliki nilai pada dirinya

sendiri (intrinsik) lepas dari

kepentingan manusia.

2. Alam diperlakukan sebagai moral,

terlepas bagi manusia ia bermanfaat

atau tidak, sebab alam adalah

komunitas moral. Dalam kaitan ini,

biosentrisme menganjurkan bahwa

kehidupan di alam semesta ini akan

dihormati seperti manusia

menghormati sistem sosial yang

terdapat dalam kehidupan mereka.

Bagi biosentrisme, tidak benar bahwa

hanya manusia yang mempunyai nilai. Alam

juga mempunyai nilai pada dirinya sendiri

lepas dari kepentingan manusia. Ciri utama

etika ini adalah biocentric, karena teori ini

mengenggap serius setiap kehidupan dan

makhluk hidup mempunyai nilai dan

berharga pada dirinya sendiri. Teori ini

menganggap serius setiap kehidupan dan

makhluk hidup di alam semesta. Alam perlu

diperlakukan secara moral. (Sonny Keraf,

2010:65).

Page 15: NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

12

Menurut Paul Taylor (Sonny Keraf,

2010:68), bahwa etika biosentrisme

didasarkan pada hubungan yang khas antara

manusia dan alam, dan nilai yang ada pada

alam itu sendiri. Alam dan seluruh isinya

mempunyai harkat dan nilai di tengah dan

dalam komunitas kehidupan di bumi. Alam

mempunyai nilai justru karena ada

kehidupan di dalamnya, terlepas dari apapun

kewajiban dan tanggung jawab moral yang

kita miliki terhadap sesama manusia.

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI

PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi

Kelurahan Kampung Bugis merupakan

salah satu lokasi yang terdapat di Kecamatan

Tanjungpinang Kota, Provinsi Kepulauan

Riau. Khusus lokasi pada penelitian ini

terdiri dari 1 (satu) Rukun Warga (RW) dan

3 Rukun Tetangga (RT).

1. Kondisi Geografis

Kelurahan Kampung Bugis merupakan

salah satu pusat pertambangan bauksit.

Mengingat bahwa hutan masih sangat lebat

sebelum masuknya pertambangan bauksit.

Hal ini menunjukkan bahwa pada saat itu

masyarakat setempat sangat menjaga alam.

2. Kondisi Sosial dan Ekonomi Penduduk

Jumlah penduduk kelurahan Kampung

Bugis adalah 9.362 jiwa yang terdiri dari

2.547 Kepala keluarga (KK) terdiri atas

penduduk laki-laki 5.009 jiwa dan

penduduk perempuan 4.353 jiwa.

3. Sarana dan Prasarana Penduduk

Sarana dan prasarana pendidikan yang

ada di Kelurahan Kampung Bugis ini, jarak

antara lokasi pertambangan bauksit berada

tidak jauh dari gedung sekolah, khususnya

gedung Sekolah Dasar (SD), hal ini tentunya

dapat mengganggu proses belajar mengajar

yang sedang berlangsung dikarenakan

adanya debu yang diakibatkan adanya

aktivitas tambang bauksit yang saat itu

masih beroperasi. Sedangkan untuk

kesehatan masyarakat sekarang dapat

memanfaatkan tenaga medis dengan adanya

beberapa fasilitas kesehatan.

Sarana kesehatan bahwa masyarakat

terbantu akan adanya fasilitas-fasilitas yang

Page 16: NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

13

diberikan oleh pemerintah setempat.

Sedangkan untuk air bersih, masyarakat di

Kelurahan Kampung Bugis ini berasal dari

air sumur yang terdapat di rumah masing-

masing penduduk maupun sumur umum.

B. Gambaran Umum Pertambangan

Bauksit

Perusahaan bauksit yang diberikan

izin operasi produksi oleh pemerintah di

Kelurahan Kampung Bugis. Izin operasi

produksi tidak semua luas digunakan

untuk penambangan, hal ini dikarenakan

tidak ekonomisnya bahan galian bauksit,

lahan digunakan untuk prasarana jalan

transportasi, sarana pengelolahan dan

pencucian, serta sarana perkantoran.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

A. Karakteristik informan

Informan dalam penelitian ini adalah

tokoh masyarakat, masyarakat seta

masyarakat nelayan dan petani. Informan

dalam penelitian ini berjumlah 8 orang.

B. Etika Lingkungan Masyarakat Di

Lokasi Bekas Tambang Bauksit Di

Kelurahan Kampung Bugis Kota

Tanjungpinang

Etika lingkungan disini dimaksudkan

untuk menjelaskan tentang perilaku

masyarakat terhadap lingkungan, yang di

dalamnya berbicara tentang baik-buruknya

perilaku masyarakat tersebut yang sesuai

atau tidaknya dengan aturan atau norma

yang berlaku di dalam kehidupan

masyarakat, sehingga menjadi suatu perilaku

pada kebiasaan, kaidah atau tata kelakuan

(mores) terhadap lingkungan.

1. Nilai dan Norma

Perilaku yang sesuai dengan norma

atau aturan lingkungan yang berlaku di

dalam masyarakat, aturan atau norma yang

diciptakan masyarakat sebaiknya dilakukan

dan diterapkan sebagaimana mestinya agar

sumber daya alam yang dirasakan tetap

terjaga dengan baik. Namun sayangnya,

masyarakat yang berada di Kelurahan

Kampung Bugis masih sangat minim dalam

kesadaran untuk menjaga lingkungan di

bekas lokasi tambang bauksit ini. Hal ini

dikarenakan belum adanya aturan atau

norma tertulis serta sanksi yang mengikat

Page 17: NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

14

masyarakat agar dapat menjauhkan

pertambangan bauksit dari lingkungan

tempat tinggal serta alam mereka yang telah

rusak.

Etika masyarakat terhadap alam masih

dapat dilihat dari sikap dan sifat masyarakat

terhadap lingkungannya di sungai tempat

mereka mencari sumber kehidupan. Alat

tangkap yang masih traadisional juga

mendukung alam untuk tetap dilesatrikan

serta terjaga demi kehidupan generasi

mendatang. Tata cara dalam penggunaan

alat-alat traisional terlihat pada masyarakat

yang mengajarkan anak-anak mereka untuk

tidak menggunakan alat-alat modern seperti

pengeboman ikan dan lain sebagainya, akan

membuat mereka kehilangan sumber utama

kehidupan mereka.

Norma sebagai ukuran untuk

menentukan sesuatu, peraturan atau

ketentuan yang akan dipatuhi oleh setiap

anggota masyarakat. Bagi masyarakat yang

tidak mengikuti norma yang telah ditetapkan

maka akan dianggap menyeleweng dan akan

dikenakan sanksi. Demikian dengan etika

lingkungan yang berusaha memberikan

sumbangan dengan beberapa nilai dan

norma yang diwariskan untuk mencegah

terjadinya kerusakan lingkungan akibat dari

aktivitas pertambangan bauksit. Maka nilai

dan norma terhadap lingkungan harus

mencakup kemandirian dan tanggung jawab,

kejujuran dan amanah, diplomatis, hormat

dan santun, dermawan, suka tolong-

menolong, gotong royong dan kerjasama

dalam menjaga dan melestarikan

lingkungan.

2. Kebiasaan

Masyarakat yang tinggal di sekitar

lokasi bekas pertambangan bauksit sangat

berpengaruh terhadap alam seperti

mempengaruhi mata pencaharian

masyarakat. mayoritas kehidupan

masyarakat di Kelurahan Kampung Bugis

ini ialah sebagai nelayan. Hal ini

dikarenakan kehidupan masyarakat yang

juga berada di pesisir laut. Tidak hanya

sebagai nelayan tetapi juga terdapat

masyarakat yang bekerja sebagai petani.

Kebiasaaan masyarakat yang hidup

bergantung terhadap alam semestinya dapat

menjaga dan melindungi lingkungan hidup.

Hal ini dikarenakan merupakan satu-satunya

sumber kehidupan masyarakat. Apabila

Page 18: NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

15

masyarakat mengabaikan kondisi

lingkungan yang rusak seperti saat ini, itu

sama saja masyarakat membiarkan sumber

mata pencaharian mereka semakin sedikit

bahkan hilang. Masyarakat yang tinggal di

sekitar lokasi bekas tambang bauksit sudah

sangat terbiasa dengan lingkungan yang

mereka rasakan saat ini dari pasca aktivitas

pertambangan bauksit. Sesungguhnya dapat

dilakukan masyarakat untuk mengurangi

kerusakan lingkugan dengan cara menanami

pohon agar hutan menjadi hijau kembali.

Bagi masyarakat lingkungan alam

sangat penting. Namun sayangnya, semua

yang telah terjadi atas dasar masyarakat

telah mendapatkan keuntungan ganti rugi

dari perusahaan pertambangan bauksit.

Tidak hanya masyarakat yang mengalami

kerugian, tetapi juga lingkungan itu sendiri

mengalami kerugian ekologis. Hal ini

dikarenakan kepentingan manusia yang

membutuhkan sisi ekonomis. Tentunya,

kepentingan manusia juga harus bergantung

dari kelestarian alam, manusia dihimbau,

bahkan terdorong, untuk bertindak secara

arif menjaga dan melestarikan lingkungan

hidup. Kerugian lain yang dikarenakan

kerusakan sumber daya alam sangat

dirasakan masyarakat yang berada di

Kelurahan Kampung Bugis, seperti sulitnya

mencari ikan di sungai yang saat ini sudah

tercemar akibat longsornya tanah bekas

galian tambang bauksit yang mencemari

sungai masyarakat, sehingga berkurangnya

tangkapan nelayan membuat mereka

terutama pada masyarakat nelayan hanya

pasrah dengan keadaan.

3. Tata Kelakuan (Mores)

Pengelolaan sumber daya alam haruslah

didasarkan pada perilaku masyarakat yang

perlu dilakukan secara moral, tidak hanya

memandang nilai dan harga alam. Sumber

daya alam yang semakin berkurang

membuat masyarakat yang tinggal di lokasi

bekas tambang bauksit tidak bisa mencegah

masuknya pertambangan bauksit, hal ini

dikarenakan dengan adanya kompensasi atau

upah ganti rugi yang diberikan oleh

pengusaha tambang kepada mayarakat,

sehingga masyarakat tidak mempunyai

wewenang dalam menghentikan aktivitas

tersebut. Keadaan lingkungan setelah

hadirnya tambang bauksit tidak baik untuk

kehidupan masyarakat.

Page 19: NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

16

Kesadaran terhadap lingkungan hidup

itu didasarkan pada sikap mental, sebagai

rangkaian hubungan, sebab akibat yang

saling bergantungan secara utuh. Melalui

pengembangan batin yang berdasarkan

kebijaksanaan, perilaku moral, konsentrasi,

dan belas kasih. Menyadari betapa

pentingnya keterkaitan antara manusia

dengan lingkungan secara luas, sehingga

manusia tidak dapat hidup sendiri.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Eksploitasi sumber daya alam haruslah

sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan,

Karena alam dapat membantu masyarakat

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

yang tinggal di Kelurahan Kampung Bugis.

Masyarakat yang terkena dampak dari

pertambangan harus dapat bertahan hidup

untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Hal ini dibutuhkan kesadaran pengusaha

tambang bauksit dan pemerintah untuk

mengembalikan fungsi alam sebagaimana

yang telah ditetapkan dalam peraturan.

Masyarakat harus memiliki sikap

biosentrisme, karena sifat biosentrisme

adalah memandang alam sebagai kehidupan

yang berkelanjutan, bukan hanya mencari

keuntungan tetapi juga mempertimbangkan

moral, norma, nilai-nilai sosial yang

memang sudah ada dalam diri manusia itu

sendiri.

B. Saran

1. Diharapkan kepada pemerintah khususnya

yang menaungi pertambangan agar dapat

mengontrol revegetasi lahan untuk dapat

dikelola kembali oleh perusahaan

pertambangan bauksit yang berada di lokasi

Kelurahan Kampung Bugis. Sehingga dapat

membantu masyarakat untuk tidak

kehilangan mata pencaharian terutama

masyarakat yang bergantung pada alam,

serta membantu masyarakat untuk dapat

bersama-sama menjaga alam dan isinya agar

dapat dinikmati bersama untk kehidupan

bersama dari generasi ke generasi.

2. Perusahaan pertambangan bauksit sebaiknya

melakukan revegetasi lahan secara maksimal

sesuai dengan Undang-Undang yang telah

berlaku bukan hanya untuk memanfaatkan

sumber daya alam yang ada dan lahan

masyarakat, serta dapat melakukan

pemulihan terhadap alam dengan melihat

kondisi alam yang berdampak panjang dan

Page 20: NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

17

langsung dirasakan oleh masyarakat,

terutama masyarakat yang tinggal di

Kelurahan Kampung Bugis. Karena

masyarakat yang berada di lokasi ini tinggal

di bekas Pertambangan Bauksit.

3. Diharapkan peran aktif masyarakat, pada

masyarakat pertanian untuk dapat

memanfaatkan lahan pertanian setelah

dilakukannya aktivitas pertambangan

bauksit dan terus melakukan penanaman

tanpa henti, juga diharapkan bagi mayarakat

yang ada dipesisir khusunya masyarakat

nelayan, agar terus melakukan budidaya ikan

maupun makhluk hidup lainnya di laut, agar

tidak habis karena adanya pencemaran

akibat aktivitas pertambangan bauksit di

lokasi bekas tambang bauksit yang berada di

Kelurahan Kampung Bugis. Sehingga tetap

terjaga fungsi sumber daya alam di dalam

kehidupan bermasyarakat demi generasi

bangsa selanjutnya.

Page 21: NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

18

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Abdulsyani. 2007. Sosiologi Sistematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arya Wardhana, Wisnu. 2004, Dampak Pncemaran Lingkungan. Yogyakarta : Andi Offset.

Attfield, Robin. 2010. Etika Lingkungan Global. Bantul : Kreasi Wacana Offset.

Daljoeni. N, dan A. Suyitno. 2004. Pedesaan, Lingkungan Dan Pembangunan. Bandung: P.T

Alumni

Effendy, Tenas. 2005. Tegak Menjaga Tuah, Duduk Memelihara Marwah, Yogyakarta: BKPBM

Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta :

DIA FISIP UI.

Johnson, Doyle, Paul. tt. Teori Sosiologi Klasik Modern. Diindonesiakan oleh Robert M.Z

Lawang. Jakarta : PT. Gramedia.

Keraf, Sonny. 2010. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara.

Manik, Sontang dan Karden Eddy. 2009, Pengelolaan Lingkungan. Jakarta : Djambatan.

Narwoko, Dwi, dan Bagong Suyanto. 2010. Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan Edisi Ketiga.

Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Setiadi, Elly, dkk. 2009. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Edisi Kedua. Jakarta: Prenada Media

Group.

Soelaeman, Munandar. 2009. Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung : PT.

Refika Aditama.

Soemarwoto, Otto 2004. Ekologi Lingkungan Hidup Dan Pembangunan. Jakarta : Djambatan.

Sofyan, Mufid, Anwar, 2010, Ekologi Manusia Dalam Perspektif Sektor Kehidupan Dan Ajaran

Islam. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sujarwa. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Manusia Dan Fenomena Social Budaya.

Yogyakarta : Pustaka pelajar.

Susilo, Rachmad K, 2008. Sosiologi Lingkungan. Jakarta : PT. Raja Grafindo.

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar sosiologi edisi revisi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia.

Page 22: NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

19

Suyanto Bagong, dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan.

Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Usman, Husaini. Akbar, dan Setiady Purnomo. 2009. Metedologi Penelitian Sosial Edisi Kedua.

Jakarta : Bumi Aksara.

Winarno, Herimanto. 2010. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta : Bumi Aksara

Internet :

http://haluankepri.com/tanjungpinang/46614-eksploitasi-bauksit-ditanjungpinang-kian-

meresahkan-.html diakses 20 Oktober 2013, 15:45 Wib

http://jagoips.wordpress.com/2013/09/16/permasalahan-lingkungan-hidup/-html diakses 01

November 2013, 16:41 Wib

http://batam.tribunnews.com/2014/02/20/bekas-galian-tambang-bauksit-di-tanjungpinang-

memprihatinkan. diakses 25 April 2014, 17.03 Wib

http://batam.tribunnews.com/2014/01/01/pemilik-tambang-wajib-mereklamasi-lahan-bekas-galian

diakses 25 April 2014, 18.04 wib

http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/01/02/sukses-panen-jagung-di-lahan-eks-pertambangan

diakses pada 8 Mei 2015, 19.13 wib

http://www.kompasiana.com/tedi_syofyan/bouksit-masalah-utama-di-tanjungpinang diakses pada

8 Mei 2015, 20.00 wib

http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=4&dn=20090409154317 diakses pada 28 Oktober

2015, 20.15 wib

http://tanjungpinangpos.co.id/2014/99364/penemuan-dan-penambangan-bauksit-di-pulau-bintan-

1920-1947/ diakses pada 28 Oktober 2015, 21.00 wib

Jurnal :

Wibowo, Supriyanto. 2013. Bentuk Kegiatan Ekonmi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Blumang

Dukuh Penambangan Desa Kedawung Kabupaten Kebumen. Jurnal Sosiologi dan

Antropologi. (http://lib.unnes.ac.id, diakses tanggal 22 Agustus 2015, 16.09 wib).

Page 23: NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

20

Dokumen :

Dokumen Kelurahan Kampung Bugis Kecamatan Tanjungpinang Kota 2014.

Dokumen Dinas Kelautan Perikanan Pertanian Kehutanan dan Energi (KP2KE) Kota

Tanjungpinang 2013.

Berita Acara Pengawasan Pengawasan Penataan Peraturan LH Prov. KEPRI Tahun 2012.