32
i NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS DENGAN PROACTIVE COPING PADA SURVIVOR BENCANA GEMPA BUMI DI BANTUL Oleh: ARDIMAN ADAMI RR INDAH RIA SULISTYORINI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2006

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

i

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS

DENGAN PROACTIVE COPING PADA SURVIVOR

BENCANA GEMPA BUMI DI BANTUL

Oleh:

ARDIMAN ADAMI

RR INDAH RIA SULISTYORINI

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2006

Page 2: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

ii

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS

DENGAN PROACTIVE COPING PADA SURVIVOR

BENCANA GEMPA BUMI DI BANTUL

Telah Disetujui pada Tanggal

Dosen Pembimbing Utama

(Rr. Indah Ria Sulistyorini, S.Psi., Psi.)

Page 3: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

iii

Syair

Sabtu, 27 Mei Siang dan malam semuanya menatap utara siapa yang pernah menyangka selatan justru mengguncangkan bencana Sekian ribu nyawa melayang dalam cekam rumah-rumah dan gedung berdebam desa dan kota tinggallah puing reruntuhan Duhai jiwa yang pagi-pagi tersentak derita masihkah cermin tak retak untuk berkaca bagi langkah yang limbung tak lagi gempa AM Azzet

Page 4: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

iv

HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS DENGAN PROACTIVE COPING

PADA SURVIVOR BENCANA GEMPA BUMI DI BANTUL

Ardiman Adami Rr. Indah Ria Sulistyorini

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas dengan proactive coping pada survivor bencana gempa bumi di Bantul. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara spiritualitas dengan proactive coping pada survivor bencana gempa bumi di Bantul. Semakin tinggi tingkat spiritualitas survivor gempa, semakin baik proactive coping yang dilakukannya. Sebaliknya, semakin rendah tingkat spiritualitas survivor gempa, semakin buruk proactive coping yang dilakukannya.

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 92 orang adalah warga Bantul yang menjadi survivor bencana gempa bumi pada 27 Mei 2006 lalu. Adapun skala yang digunakan adalah Skala Proactive Coping pada Survivor Gempa yang mengacu pada Proactive Coping Inventory (Greeanglass, 2002). Skala ini terdiri atas enam aspek, yaitu proactive coping, reflective coping, strategic planning, preventive coping, instrumental support seeking, dan emotional support seeking yang dikemukakan oleh Greenglass (2001). Koefisien reliabilitas (a) skala proactive coping sebesar 0,909 dan memiliki korelasi item-total bergerak dari 0,253-0,772. Sementara Skala Spiritualitas yang digunakan mengacu pada Spiritual Transendence Scale (Piedmont, 1999). Skala ini terdiri atas tiga aspek, yaitu prayer fulfillment (pengamalan ibadah), universality (universalitas), dan connectedness (keterkaitan) yang dikemukakan oleh Piedmont (2001). Koefisien reliabilitas (a) skala spiritualitas sebesar 0,933 dan memiliki korelasi item-total bergerak dari 0,268-0,789.

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi product moment Pearson melalui prosedur bivariate correlation dari komputer program SPSS 12.0 for Windows untuk menguji apakah terdapat hubungan antara kedua variabel. Analisis data menunjukkan adanya korelasi yang sangat signifikan sebesar 0,741 (p = 0,000 atau p < 0,01), dengan sumbangan efektif sebesar 54,9 %. Hal ini berarti, baik atau buruknya proactive coping pada survivor gempa dipengaruhi oleh tingkat spiritualitas individu, di mana spiritualitas memiliki peranan sebesar 54,9 % terhadap proactive coping pada survivor bencana gempa bumi di Bantul. Kata Kunci: Spiritualitas, Proactive Coping, Survivor Gempa

Page 5: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

1

PENGANTAR

Latar Belakang Masalah

Bencana gempa tektonik berkekuatan 5,9 skala Richter telah

mengguncang Yogyakarta dan sekitarnya, Sabtu (27/05/2006) pukul 05:53 WIB.

Bencana ini merupakan peristiwa katastropik dan traumatis terburuk yang pernah

terjadi di Indonesia, setelah bencana gempa dan gelombang tsunami yang

melanda Provinsi Aceh dan Sumatrera Utara di penghujung Desember 2004

yang menewaskan sekitar 170.000 jiwa (Kompas, 28/05/2006).

Gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta kali ini telah menewaskan lebih

dari 6.000 jiwa serta meluluhlantakkan ribuan bangunan, infrastruktur, dan

memutuskan jaringan telekomunikasi di Yogyakarta dan Bantul. Khusus wilayah

Bantul, sebanyak 4.143 korban tewas dan 779.287 jiwa lainnya harus tinggal di

tenda-tenda pengungsian. Adapun kerusakan rumah warga yang ditimbulkan

oleh gempa adalah sebanyak 71.763 unit roboh, 71.372 unit rusak berat/sedang,

serta 73.669 unit rusak ringan (http://www.portalinfaq.org).

Masyarakat yang menjadi survivor dari suatu bencana cenderung

memiliki masalah penyesuaian perilaku dan emosional. Perubahan mendadak

sering membawa dampak psikologis yang cukup berat. Beban yang dihadapi

oleh survivor tersebut dapat mengubah pandangan mereka tentang kehidupan

dan menyebabkan tekanan pada jiwa mereka. Kejadian gempa di Yogyakarta

menjadi beban dan tekanan tersendiri bagi para survivor karena musibah ini baru

pertama kali dialami dan merupakan kejadian yang tidak terduga sama sekali.

Bagi sebagian orang yang luput dari maut, menerima kenyataan bahwa

dirinya telah kehilangan banyak hal akibat gempa adalah hal yang menyakitkan

Page 6: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

2

dan sulit dilakukan. Meski terasa lebih ringan karena bencana ini melanda

banyak orang, namun perubahan yang begitu mendadak dan dianggap bernilai

karena mencakup penghidupan selanjutnya, cukup sulit untuk diterima. Hal ini

terlihat pada beberapa survivor gempa yang belum bisa menerima kenyataan

bahwa dirinya telah kehilangan rumah dan sanak keluarga. Mereka masih

merasa bahwa segalanya baik-baik saja, sikap mudah tersinggung bila orang

bertanya mengenai gempa atau kondisi dirinya setelah gempa terjadi, menjadi

mudah marah akan hal-hal kecil, kehilangan semangat untuk hidup, dan menjadi

terlalu pasrah akan kehidupan (fatalistik).

Dalam hal ini, para survivor gempa dituntut untuk memiliki kemampuan

proactive coping yang efektif untuk keluar dari tekanan psikis yang dialami dan

menata kembali kehidupan mereka pasca-bencana berdasarkan tujuan hidup

yang hendak dicapai. Greenglass (2001) mengungkapkan bahwa secara teoritis,

proactive coping diarahkan oleh sikap yang proaktif. Sikap tersebut merupakan

kepercayaan yang relatif terus menerus ada pada setiap individu, di mana

apabila terjadi perubahan-perubahan yang berpotensi mengganggu

keseimbangan individu, maka sikap tersebut mampu memperbaiki diri dan

lingkungannya.

Ketika seseorang tertimpa suatu musibah, biasanya ia akan mendekat

kepada Tuhan dengan meningkatkan ibadah dan perbuatan baik lainnya. Hal ini

diperlihatkan oleh sebagian besar rakyat Bantul yang mengaku tawakal dengan

memasrahkan segalanya kepada Tuhan. Mereka bersyukur masih diberi

keselamatan, sehingga menjadikan mereka semakin dekat kepada Tuhan serta

menyadari berbagai dosa dan kesalahan yang telah diperbuat selama ini.

Page 7: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

3

Bencana gempa ditafsirkan sebagai peringatan keras Tuhan kepada manusia

yang telah lama berkubang dalam dosa dan dusta (Maarif, 2006).

Kenyataan tersebut mengingatkan bahwa manusia adalah satu kesatuan

utuh yang meliputi sisi psikologis, sosial, dan spiritual. Menurut Bastaman (1995),

untuk dapat memahami manusia seutuhnya, baik dalam keadaan sehat maupun

sakit, pendekatan yang digunakan mestinya tidak lagi memandang manusia

sebagai makhluk bio-psiko-sosial (jasmani, psikologis, dan sosial), melainkan

manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosio-spiritual (jasmani, psikologis, sosial,

dan spiritual). Dalam konteks ini, penting untuk diperhatikan bagaimana kondisi

spiritualitas para survivor bencana gempa bumi di Bantul.

Secara eksplisit, Piedmont (2001) memandang spiritualitas sebagai

rangkaian karakteristik motivasional (motivational trait); kekuatan emosional

umum yang mendorong, mengarahkan, dan memilih beragam tingkah laku

individu. Richards, dkk. (1999) mendefinisikan spiritualitas sebagai suatu bagian

dalam diri seseorang yang menghasilkan arti dan tujuan hidup, yang terungkap

dalam pengalaman-pengalaman transendental individu dan hubungannya

dengan ajaran-ajaran ketuhanan (universal order).

Menurut Nashir (2006), seorang muslim yang bertauhid akan memaknai

bencana sebagai sebuah musibah, bukan petaka atau azab. Meskipun boleh jadi

bencana tersebut terdapat dimensi azab (siksa) Tuhan di dalamnya, terutama

dalam menghukum perilaku manusia yang merusak (fasad) di alam semesta.

Sebuah musibah tentu selalu memerlukan kepasrahan iman dalam sabar dan

tawakal, juga hikmah bagi kehidupan. Oleh karena itu, sebagai sebuah musibah,

bencana bukan akhir segala-galanya. Bencana dapat diubah menjadi sesuatu

yang memiliki makna, bukan kesia-siaan apalagi keterkutukan.

Page 8: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

4

Pengertian Proactive Coping

Menurut Schwarzer (Greenglass, 2001), proactive coping adalah suatu

pencapaian tujuan menuju sikap mandiri dan perbaikan diri dengan berusaha

merealisasikan tujuan tersebut melalui proses pengaturan diri untuk mencapai

tujuan yang diinginkan dan menjelaskan apa yang memotivasi seseorang dalam

mencapai tujuan tersebut, serta berkomitmen terhadap diri sendiri untuk

memanajemen kualitas pribadi.

Sementara itu, Greenglass (2001) mendefinisikan proactive coping

sebagai strategi coping yang multidimensional dan lebih banyak melihat pada

pencapaian tujuan akhir. Proactive coping memfokuskan pada perbaikan kualitas

hidup (personal quality of life management) dengan menggabungkan elemen-

elemen psikologi positif. Lebih jauh menurut Greenglass, proactive coping

mengintegrasikan proses dari kualitas personal dalam memanajemen kehidupan

dengan pengaturan diri (self regulatory) untuk mencapai tujuan. Proactive coping

ditunjukkan dengan tiga hal utama, yaitu:

a. Kemampuan untuk mengintegrasikan rencana dan strategi-strategi preventif

dengan cara proaktif untuk pengaturan diri dalam rangka pencapaian tujuan.

b. Kemampuan untuk melakukan identifikasi dan menggunakan sumber-sumber

sosial (social resources) untuk mencapai tujuan secara proaktif.

c. Menggunakan penyelesaian masalah secara emosional dengan proaktif

untuk pengaturan diri dalam rangka mencapai tujuan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

proactive coping merupakan suatu cara atau usaha bagaimana individu mampu

mencapai tujuan yang hendak dicapai dengan mengintegrasikan kualitas

personal seseorang dalam hal perencanaan, penentuan strategi-strategi

Page 9: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

5

preventif, dan identifikasi masalah dengan dukungan sosial, sikap optimis, serta

kemampuan efikasi diri individu dalam melihat tesiko, di mana tuntutan dan

hambatan selama proses pencapaian tujuan sebagai sesuatu yang menantang

dan bukan sebagai ancaman.

Aspek-aspek Proactive Coping

Greeglass, Schwarzer, Jakubiec, Fiksenbaum, dan Taubert (Greenglass,

2001) mengungkapkan bahwa proactive coping terdiri dari enam aspek, yaitu:

a. Proactive Coping, yakni mekanisme pengatasan masalah yang

mengkombinasikan potensi kognitif dan perilaku individu untuk mencapai

tujuan (goal attainment) dengan cara mengatur diri.

b. Reflective Coping, yakni mekanisme penanganan masalah yang mengacu

pada ranah kognitif secara maksimal untuk berimajinasi ataupun melakukan

refleksi atas pengalaman yang telah lalu berkaitan dengan pencarian solusi.

c. Strategic Planning, yakni strategi pengatasan masalah yang memfokuskan

pada proses pencapaian tujuan yang berorientasi pada aksi yang telah

terjadwal dan telah disusun dengan cara memilah-milah masalah menjadi

beberapa bagian masalah yang lebih kecil.

d. Preventive Coping, yakni strategi pengatasan masalah yang sifatnya

mencegah segala bentuk kemungkinan buruk atau sumber stres yang

sewaktu-waktu dapat menekannya.

e. Instrumental Support Seeking, yakni strategi pengatasan masalah yang

memfokuskan pada masalah yang dihadapi dengan pencarian dukungan,

informasi-informasi yang ada, dan mendapatkan timbal balik dari orang lain

ketika dalam keadaan tertekan atau dalam menghadapi masalah.

Page 10: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

6

f. Emotional Support Seeking, yakni strategi pengatasan masalah yang berupa

pencarian dukungan emosional ketika dalam keadaan stres atau tertekan

dengan lebih fokus untuk membangkitkan empati, dan mencari dukungan

emosional dari orang-orang terdekat.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proactive Coping

Greenglass (2002) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi proactive

coping yang dilakukan oleh individu menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal meliputi self efficacy dan optimisme. Sedangkan

faktor eksternal meliputi dukungan sosial (social support) dalam bentuk informasi

yang diperoleh, pengalaman yang dialami oleh diri sendiri maupun orang lain,

serta dukungan emosional dari orang lain.

Pengertian Spiritualitas

Spiritualitas merupakan sebuah bentuk multidimensi dan dinamis.

Emmons (2000) mengatakan bahwa sangatlah terlalu sederhana untuk

menganggap spiritualitas sebagai tingkah laku yang pasif dan statis yang dimiliki

seseorang, atau perilaku yang terikat di dalamnya, seperti ritual-ritual. Dia

memandang spiritualitas sebagai sebuah rangkaian keahlian (skills), kekayaan

(resources), kekuatan (capacities), atau kemampuan-kemampuan (abilities) yang

memungkinkan seseorang untuk bisa memecahkan masalah serta mencapai

tujuan-tujuan di dalam kehidupan mereka sehari-hari. Berdasarkan alasan-alasan

tersebut, Emmons berpendapat bahwa spiritualitas dapat dipahami sebagai

sebuah bentuk dari kecerdasan.

Page 11: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

7

Secara eksplisit, Piedmont (2001) memandang spiritualitas sebagai

rangkaian karakteristik motivasional (motivational trait); kekuatan emosional

umum yang mendorong, mengarahkan, dan memilih beragam tingkah laku

individu. Lebih jauh, Piedmont (2001) mendefinisikan spiritualitas sebagai usaha

individu untuk memahami sebuah makna yang luas akan pemaknaan pribadi

dalam konteks kehidupan setelah mati (eschatological). Hal ini berarti bahwa

sebagai manusia, kita sepenuhnya sadar akan kematian (mortality). Dengan

demikian, kita akan mencoba sekuat tenaga untuk membangun beberapa

pemahaman akan tujuan dan pemaknaan akan hidup yang sedang kita jalani.

Aspek-aspek Spiritualitas

Piedmont (2001) membagi spiritualitas atas tiga aspek, yaitu:

a. Prayer Fulfillment (pengamalan ibadah), yakni sebuah perasaan gembira dan

bahagia yang disebabkan oleh keterlibatan diri dengan realitas transenden.

b. Universality (universalitas), yakni sebuah keyakinan akan kesatuan

kehidupan alam semesta (nature of life) dengan dirinya.

c. Connectedness (keterkaitan), yakni sebuah keyakinan bahwa seseorang

merupakan bagian dari realitas manusia yang lebih besar yang melampaui

generasi dan kelompok tertentu.

Spiritualitas dan Religiusitas

Pembahasan tentang spiritualitas sering kali membawa para ahli untuk

mencari konsep spiritualitas sebagai hal yang berbeda dengan religiusitas.

Elkins, dkk. (Smith, 1994) mengatakan bahwa spiritualitas memiliki makna yang

sangat luas karena mencakup keyakinan-keyakinan serta perwujudan-

Page 12: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

8

perwujudan, baik yang religius maupun yang bukan religius. Sementara

Richards, dkk. (1999) menekankan pentingnya membuat perbedaan antara

spritualitas dan religiusitas. Meskipun agama secara tradisi bersumber dari hal-

hal di mana spiritualitas berkembang, namun sudah jamak untuk mencapai

kesucian dalam hubungan seseorang melalui seni, puisi, atau alam.

Pendapat tentang perlunya membedakan spiritualitas dan religiusitas

didukung secara empiris oleh penelitian Woods dan Ironson (1999). Mereka

menemukan perbedaan antara orang spiritual dan orang yang religius. Subyek

yang menyatakan dirinya sebagai seorang religius cenderung melihat sisi

spiritualitasnya yang berhubungan dengan institusi, tradisi, dan tindakan-

tindakan. Sedangkan subyek yang menyatakan diri mereka sebagai seorang

spiritual memandang spiritualitas mereka sebagai alat untuk menjadi saling

berkaitan dengan makna transenden. Spiritualitas kemudian digambarkan

sebagai sebuah bentuk hubungan manusia dengan dimensi yang lebih tinggi

(The Higher Power) dan Tuhan di dalam dirinya. Agama lebih merupakan sebuah

sistem keyakinan dengan sekumpulan dogma religius.

Page 13: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

9

METODE PENELITIAN

Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah orang yang

berdomisili di Bantul dan mengalami peristiwa bencana gempa bumi. Pemilihan

subjek ini didasarkan atas petimbangan praktis.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan metode angket atau kuesioner untuk mendapat jenis data kuantitatif.

Metode ini digunakan dengan alasan kepraktisan. Menurut Hadi (2000), pada

penggunakan metode self report seperti ini, ada beberapa anggapan yang harus

dipegang oleh peneliti, yaitu subjek adalah orang yang paling tahu tentang

dirinya, apa yang dikatakan subjek adalah benar dan dapat dipercaya, dan

interpretasi subjek tentang pertanyaan atau pernyataan yang diajukan

kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebuah angket yang

terdiri atas dua skala pengukuran, yaitu:

1. Skala Spiritualitas

Skala ini digunakan untuk mengetahui tingkat spiritualitas subjek. Hampir

sebagian pernyataan yang terdapat dalam skala ini merupakan hasil modifikasi

dan atau adaptasi dari STS (Spiritual Transcendence Scale) yang dikembangkan

oleh Piedmont (1999).

Page 14: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

10

2. Skala Proactive Coping pada Survivor Gempa

Skala ini digunakan untuk mengetahui baik atau buruknya proactive

coping subjek. Hampir sebagian pernyataan yang terdapat dalam skala ini

merupakan hasil modifikasi dan atau adaptasi dari PCI (Proactive Coping

Inventory) yang dikembangkan oleh Greenglass (2002).

Metode Analisis Data

Alat ukur yang digunakan untuk mengambil data terlebih dahulu harus

dipastikan validitas dan reliabilitasnya sebagai dasar untuk mempercayai bahwa

alat ukut tersebut memang layak digunakan dalam suatu penelitian. Validitas

dapat diartikan sebagai sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur

dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2004).

Sementara itu, uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat

keajegan alat ukur yang pada dasarnya menunjukkan sejauhmana suatu

pengukuran dapat memberi hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan

pengukuran ulang pada subjek yang sama (Azwar, 2004). Pengujian reliabilitas

skala ini memakai teknik Alpha Cronbach dengan bantuan komputer program

SPSS 12.0 for Windows.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan teknik product moment dari

Pearson karena peneliti bertujuan mencari korelasi antara dua variabel

penelitian, yaitu proactive coping dan spiritualitas pada survivor bencana gempa

bumi di Bantul. Seluruh perhitungan dilakukan dengan menggunakan komputer

program SPPS 12.0 for Windows.

Page 15: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

11

HASIL PENELITIAN

Tabel 1: Deskripsi Data Penelitian

Hipotetik Empirik Variabel Min Max Mean SD Min Max Mean SD

Spiritualitas 43 172 107,5 21,5 99 164 131,5 10,83 Proactive Coping 32 128 80 16 70 114 92 7,33

Deskripsi di atas menunjukkan bahwa rerata empirik variabel spiritualitas

lebih besar daripada rerata hipotetiknya. Hal ini berarti bahwa tingkat spiritualitas

subjek cenderung tinggi. Sementara itu, rerata empirik variabel proactive coping

lebih besar daripada rerata hipotetiknya. Hal ini berarti bahwa tingkat proactive

coping subjek cenderung tinggi pula.

Tabel 2: Kategorisasi Subjek Berdasarkan Skor Spiritualitas

Kategori Skor Jumlah Subjek Prosentase Tinggi X > 129 60 65,22 %

Sedang 86 < X < 129 32 34,78 % Rendah X < 86 – –

Berdasarkan kategorisasi skor variabel di atas, maka dapat diketahui

bahwa 65,22 % (60 orang) memperoleh skor tinggi dan 34,78 % (32 orang)

memperoleh skor sedang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek

yang memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi.

Tabel 3: Kategorisasi Subjek Berdasarkan Skor Proactive Coping

Kategori Skor Jumlah Subjek Prosentase Tinggi X > 96 18 19,57 %

Sedang 64 < X < 96 74 80,43 % Rendah X < 64 – –

Berdasarkan kategorisasi skor variabel di atas, maka diketahui bahwa

hanya 19,57 % (18 orang) memperoleh skor tinggi dan 80,43 % (74 orang)

Page 16: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

12

memperoleh skor sedang. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil

subjek yang memiliki tingkat proactive coping yang tinggi.

Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas yang menggunakan teknik One Sample Kolmogorov-

Smirnov Test dari program SPSS 12.0 for Windows ini diperoleh sebaran skor

pada variabel spiritualitas juga normal (K-S Z = 1,174; p = 0,127) dan sebaran

skor pada variabel proactive coping pada survivor gempa adalah normal (K-S Z =

0,632; p = 820 atau p > 0,05). Hasil uji normalitas tersebut menunjukkan

menunjukkan bahwa kedua skala tersebut memiliki sebaran data yang normal.

Tabel 4: Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Spirituality Proactive Coping N 92 92 Normal Parameters(a,b) Mean 133,3804 87,8261 Std. Deviation 17,92220 8,64261 Most Extreme Differences

Absolute ,122 ,066

Positive ,122 ,063 Negative -,112 -,066 Kolmogorov-Smirnov Z 1,174 ,632 Asymp. Sig. (2-tailed) ,127 ,820

Test distribution is Normal.

b. Uji Linearitas

Hasil uji linearitas menunjukkan koefisien F = 108, 326 dengan p = 0,000

(p < 0,01). Hal ini berarti bahwa hubungan antara spiritualitas dan variabel

proactive coping pada survivor gempa memenuhi asumsi linearitas (membentuk

garis lurus) dan kecenderungan menyimpang dari garis linearnya sebesar p =

0,531 atau p > 0,05.

Page 17: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

13

Tabel 5: Uji Linearitas

ANOVA Table

Sum of

Squares df Mean Square (Combined) 5143.317 43 119.612 Linearity 3732.501 1 3732.501

Between Groups

Deviation from Linearity 1410.816 42 33.591

Within Groups 1653.900 48 34.456

Proactive Coping * Spirituality

Total 6797.217 91 Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared Proactive Coping * Spirituality .741 .549 .870 .757

Page 18: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

14

Uji Hipotesis

Hasil analisis data menunjukkan bahwa antara spiritualitas dan proactive

coping pada survivor gempa diperoleh koefisien korelasi rxy = 0,741 dengan p =

0,000 (p < 0,01). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif

yang sangat signifikan antara spiritualitas dan proactive coping pada survivor

bencana gempa bumi di Bantul. Semakin tinggi spiritualitas survivor gempa,

semakin baik proactive coping yang dilakukannya. Sebaliknya, semakin rendah

spiritualitas survivor gempa, semakin buruk proactive coping yang dilakukannya.

Tabel 6: Uji Hipotesis

Correlations

Spirituality Proactive Coping Spirituality Pearson

Correlation 1 ,741(**)

Sig. (1-tailed) . ,000 N 92 92 Proactive Coping Pearson

Correlation ,741(**) 1

Sig. (1-tailed) ,000 . N 92 92

** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Hal lain yang diperoleh dari hasil analisis data tersebut adalah nilai

koefisien determinasi (R squared) sebesar 0,549 yang berarti bahwa spiritualitas

memberikan sumbangan efektif sebesar 54,9 % terhadap proactive coping pada

survivor bencana gempa bumi di Bantul. Sedangkan sisanya 45,1 % dipengaruhi

oleh faktor-faktor lain.

Tabel 7: Koefisien determinasi

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared Proactive Coping * Spirituality .741 .549 .870 .757

Page 19: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

15

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari lapangan, terlihat

bahwa terdapat korelasi yang sangat signifikan antara variabel spiritualitas dan

proactive coping pada survivor gempa (rxy = 0,741). Hubungan positif ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi spiritualitas survivor gempa, semakin baik

proactive coping yang dilakukannya. Sebaliknya, semakin rendah spiritualitas

survivor gempa, semakin buruk proactive coping yang dilakukannya.

Dari hasil wawancara dan observasi lapangan, diperoleh data bahwa

dalam menghadapi situasi yang sulit setelah gempa terjadi, para korban memiliki

keinginan kuat untuk mendekat kepada Tuhan dengan meningkatkan ibadah dan

perbuatan baik lainnya. Hal ini diperlihatkan oleh sebagian besar rakyat Bantul

yang mengaku tawakal dengan memasrahkan segalanya kepada Tuhan. Mereka

bersyukur masih diberi keselamatan, sehingga menjadikan mereka semakin

dekat kepada Tuhan serta menyadari berbagai dosa dan kesalahan yang telah

diperbuat selama ini. Bencana gempa ditafsirkan sebagai peringatan keras

Tuhan kepada manusia yang telah lama berkubang dalam dosa dan dusta. Hal

ini sesuai dengan konsep prayer fulfillment (pengamalan ibadah), yaitu sebuah

perasaan gembira dan bahagia yang disebabkan oleh keterlibatan diri dengan

realitas transenden (Piedmont, 2001), di mana para korban berusaha mencari

rasa tenang dan tentram sebagai efek dari mengenal Tuhannya. Sikap tersebut

diikuti dengan kepasrahan dan tawakal kepada Tuhan. Kepasrahan inilah yang

akan mengarahkan individu kepada penerimaan akan kondisi kehidupannya,

sehingga individu mampu bangkit dari keterpurukan untuk memulai lagi

kehidupannya. Keyakinan ini akan mendorong individu untuk berusaha

Page 20: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

16

semaksimal mungkin dan membuat perencanaan strategis dengan harapan akan

memberikan kemungkinan hasil akhir yang terbaik.

Universality dapat dilihat dari interaksi positif antara individu dan alam

sekitarnya, terutama sebelum dan sesudah terjadinya musibah. Termasuk

meyakini kekuasaan Tuhan terhadap alam semesta. Tingkat universality yang

tinggi tampak pada perilaku individu dalam menjaga keseimbangan alam untuk

meminimalkan kemungkinan terjadi musibah. Selain itu, individu meyakini bahwa

bencana alam yang terjadi merupakan ketentuan dari Sang Pencipta. Individu

juga mampu membaca fenomena alam untuk mengantisipasi datangnya musibah

pada masa yang akan datang, sehingga tidak menimbulkan penderitaan dan

kerugian yang lebih besar.

Sedangkan connectedness tampak pada pola interaksi interpersonal

antara individu dengan orang lain, termasuk keluarga. Tingkat connectedness

yang tinggi ditunjukkan melalui sikap meringankan penderitaan orang lain dan

tidak mementingkan kepentingan diri sendiri (individualistik). Dalam suatu

musibah, transaksi interpersonal biasanya diwujudkan dalam bentuk dukungan

sosial berupa nasehat atau masukan, pemberian informasi, maupun dukungan

emosional untuk memelihara keadaan psikologis individu yang mengalami

tekanan. Apabila individu memperoleh dukungan sosial yang tinggi, maka ia

akan mengalami hal yang positif dalam hidupnya, mempunyai harga diri yang

lebih tinggi, dan mempunyai pandangan yang lebih optimistis terhadap

kehidupannya.

Tinggi-rendahnya spiritualitas dan baik-buruknya proactive coping pada

survivor gempa secara otomatis memperlihatkan korelasi antara keduanya. Hal

ini terlihat pada kondisi subjek yang rata-rata memiliki proactive coping yang

Page 21: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

17

sedang (80,43 %) dan tinggi (19,57), sementara mayoritas subjek memiliki

tingkat spiritualitas yang tinggi (62,22%).

Survivor gempa yang tingkat spiritualitasnya tinggi akan menjadikan

mereka senantiasa hidup dalam nuansa keimanan kepada Tuhan. Mereka akan

memaknai aktivitasnya dalam kehidupan ini sebagai ibadah kepada Tuhan.

Mereka pun akan semakin tegas dan konsisten dalam sikap dan langkah

hidupnya serta semakin terikat dengan aturan Sang Pencipta dengan perasaan

ridha dan tenteram. Perasaan itu akan menjadikan mereka kuat dalam

menghadapi segala persoalan hidup. Mereka dapat mengambil hikmah atas

musibah yang menimpanya, tidak putus asa, dan menjadikan hambatan-

hambatan yang ditemui pasca-bencana sebagai tantangan untuk memulai

kehidupan baru. Mereka menganggap bahwa bencana bukan akhir dari segala-

galanya. Bencana dapat diubah menjadi suatu pengalaman positif yang memiliki

makna bagi kehidupan yang akan datang.

Hal tersebut menguatkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Graham, dkk. (2001) yang menunjukkan bahwa semakin penting spiritualitas bagi

seseorang, maka semakin besar kemampuannya mengatasi masalah yang

dihadapi. Penelitian ini menyarankan bahwa spiritualitas bisa memiliki peran

yang sangat penting dalam mengatasi masalah. Spiritualitas bisa melibatkan

sesuatu di luar sumber-sumber yang nyata atau mencari terapi untuk mengatasi

situasi-situasi yang penuh tekanan di dalam hidup seseorang. Kesehatan

spiritual mencakup penemuan makna dan tujuan dalam hidup seseorang;

mengandalkan Tuhan atau suatu kekuatan yang lebih tinggi (The Higher Power),

merasakan kedamaian, atau merasakan hubungan dengan alam semesta.

Page 22: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

18

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sumbangan efektif yang

diberikan spiritualitas terhadap efektivitas proactive coping pada survivor gempa

adalah sebesar 54,9 %. Persentase tersebut menunjukkan bahwa pengaruh

spiritualitas terhadap proactive coping pada survivor gempa tergolong tinggi.

Sedangkan sisanya 45,1 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti optimisme,

kepercayaan terhadap kemampuan sendiri (self efficacy), dan dukungan sosial.

Bagi para survivor gempa, berbagai bentuk proactive coping ini akan

memberikan penerimaan yang tulus atas musibah yang dialami, mengurangi

kesedihan dan tekanan psikologis, membantu dalam menemukan makna positif

dari pengalaman dan kehidupannya pasca-bencana, serta meningkatkan

keimanan kepada kekuasaan Tuhan, di mana pada saat bersamaan dapat

meningkatkan spiritualitas dalam diri mereka. Makna yang diresapi dari usaha-

usaha proactive coping ini akan lebih memudahkan individu menerima apa yang

terjadi pada dirinya, sehingga akan mendorong individu untuk mencapai suatu

tujuan hidup yang lebih bermakna.

Page 23: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

19

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan positif yang sangat signifikan antara spiritualitas dengan proactive

coping pada survivor bencana gempa bumi di Bantul. Semakin tinggi tingkat

spiritualitas survivor gempa, maka semakin baik pula proactive coping yang

dilakukannya. Sebaliknya, semakin rendah tingkat spiritualitas survivor gempa,

maka semakin buruk pula proactive coping yang dilakukannya.

SARAN-SARAN

Berdasarkan kesimpulan tersebut, peneliti mencoba untuk memberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Survivor Bencana Gempa Bumi

Berdasarkan penelitian ini, terlihat bahwa subjek memiliki tingkat

spiritualitas yang tinggi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan para survivor

gempa tetap mempertahankan tingkat spiritualitas tersebut karena dapat

mempengaruhi baik atau buruknya proactive coping yang dilakukan, sehingga

mereka akan mampu mengatasi masalah yang dihadapi untuk mencapai

kehidupan yang lebih bermakna. Secara kongkrit, beberapa hal yang perlu

dipertahankan atau bahkan ditingkatkan, yaitu:

a. Mengamalkan ibadah dengan ikhlas untuk memperoleh kekuatan dan

ketenangan sebagai media pendekatkan diri kepada Tuhan.

b. Senantiasa berdoa dan tawakal kepada Tuhan dalam keadaan apapun.

c. Mengambil hikmah atas musibah yang dialami.

d. Meyakini takdir Tuhan atas setiap musibah yang terjadi.

e. Menjaga interaksi yang positif dengan orang lain dan alam sekitar.

Page 24: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

20

2. Bagi Para Relawan dan Konselor Survivor Gempa

Peran para relawan, pembimbing, dan konselor dirasa sangat penting

dalam menangani masalah-masalah psikologis yang dialami oleh para survivor

gempa dalam bentuk dukungan emosional. Dukungan tersebut berperan penting

dalam memelihara keadaan psikologis para survivor gempa yang mengalami

tekanan. Keberadaan mereka membuat para survivor gempa merasa lebih

diperhatikan, bernilai, dan dicintai.

Kehidupan masyarakat Bantul yang kental dengan nilai-nilai religius

mengharuskan para relawan dan konselor untuk membekali diri dengan

pengetahuan agama secara memadai, sehingga mereka tidak kaku dalam

mengarahkan para survivor gempa untuk lebih meningkatkan keimanan dan

ketakwaannya kepada Tuhan dalam menghadapi musibah yang terjadi. Bila

diperlukan, para relawan dan konselor dibekali kemampuan untuk melakukan

terapi psikospiritual (Adz-Dzakiey, 2004).

Terapi ini mencakup tiga tahapan, yaitu tahapan penyadaran diri (self

awareness), tahapan penyucian dan pengenalan citra diri (self identification), dan

tahapan pengembangan diri (self development). Terapi ini akan memberikan

penerimaan yang tulus atas musibah, mengurangi kesedihan dan tekanan

psikologis, serta membantu para survivor gempa dalam menemukan makna

positif dari pengalaman dan kehidupannya.

3. Bagi Pejabat Pemerintahan dan Tokoh Masyarakat Setempat

Hendaknya para pejabat pemerintahan mulai dari tingkat pedukuhan

sampai kabupaten bahkan provinsi, dan tokoh-tokoh masyarakat setempat untuk

dapat mempertahankan tradisi keagamaan dalam masyarakat yang sudah ada

selama ini, serta mendukung kegiatan keagamaan yang ada di masyarakat

Page 25: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

21

dalam rangka peningkatan nilai-nilai spiritualitas masyarakat setempat.

Internalisasi spiritualitas yang kuat pada masyarakat merupakan potensi besar

dan kuat yang telah dibuktikan secara empirik.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya, perlu lebih mencermati metode dan proses

pengambilan data. Peneliti perlu terlibat langsung mendampingi para subjek

dalam menjawab angket yang disediakan, sehingga jawaban yang mereka

berikan sesuai dengan keadaan mereka yang sesungguhnya. Penelitian ke

depan diharapkan mampu memahami konstruksi dalam mengembangkan alat

ukur yang telah ada, serta memfokuskan pada perluasan konsep pada masing-

masing variabel, sehingga alat ukur yang dibuat benar-benar mewakili aspek

untuk mengungkap hal yang akan diungkap.

Bagi peneliti lain yang tertarik untuk meneliti tema yang sama disarankan

untuk mempertimbangkan variabel lain yang berhubungan dengan proactive

coping pada survivor gempa, sehingga dapat ditentukan faktor-faktor lain yang

juga mempengaruhi proactive coping pada survivor gempa.

Page 26: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

22

DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzakiey, M. H. B. 2004. Konseling dan Psikoterapi Islam: Penerapan Metode Sufistik. Edisi Revisi. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.

Agus, D. 2005. Bencana Alam, Bencana Teknologi, Racun dan Polusi Udara: Sebuah Tinjauan Psikologi Lingkungan. Buletin Psikologi, 13 (1): 18-37.

Anonim. 2003. Awas Indonesia Sasaran Tsunami. Harian Kedaulatan Rakyat. Edisi 12 Maret 2003.

Anonim. 2003. Lindu Sesar Merambat Jauh. Majalah Berita Mingguan Gatra. Edisi 7 Juni 2006.

Anonim. 2003. Rumitnya Menanti Derma Bencana. Majalah Berita Mingguan Gatra. Edisi 13 September 2006.

Anonim. 2005. Panduan Bagi Petugas dan Relawan Kesehatan Mental. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Anonim. 2006. 12.000 Orang Butuh Penanganan Psikologis Jangka Waktu Lama. http://a11.ugm.ac.id/ (Diakses tanggal 20/06/2006).

Anonim. 2006. Apakah Gempa Bumi Itu? http://www.iagi.or.id/. (Diakses tanggal 16/09/2006).

Anonim. 2006. Apa Penyebab Gempa 27 Mei 2006? http://www.a11.ugm.ac.id/. (Diakses tanggal 24/07/2006).

Anonim. 2003. Gempa Bumi. http://www.pirba.ristek.go.id/. (Diakses tanggal 16/09/2006).

Anonim. 2006. Gempa Yogya Tewaskan 3.098 Orang. Harian Kompas. Edisi 28 Mei 2006.

Anonim. 2006. Kabar Jogja Hari Ini. http://www.portalinfaq.org/ (Diakses tanggal 20/06/2006).

Anonim. 2005. Membangun Kekuatan Spiritual. http://hizbut-tahrir.co.id/ (Diakses tanggal 20/06/2006).

Page 27: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

23

Anonim. 2006. Pasca Gempa Bumi di Yogyakarta dan Klaten. http://www.echoprojects.com/ (Diakses tanggal 25/06/2006).

Anonim. 2006. Sekilas Situasi-Kondisi Kabupaten Bantul. http://www.bantul.go.id/. (Diakses tanggal 17/09/2006).

Aspinwall, L. G. & Taylor, S. E. 1997. Self-Regulation and Proactive Coping. Psychological Bulletin, 121 (3): 417-436.

Atkinson, dkk. 1993. Pengantar Psikologi Jilid 2. Batam: Interaksara.

Azwar, S. 1999. Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 2004. Penyusunan Alat Ukur. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 2004. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bastaman, H. D. 1997. Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi Islami. Editor: Fuad Nashori. Yogyakarta: Pustaka Pelajar & Yayasan Insan Kamil.

Baron, R. A. & Byrne, D. 1991. Social Psychology Understanding Human Interaction. 6th ed. Boston: Allyn & Bacon.

Effendi, R. W. & Tjahjono, E. 1999. Hubungan antara Perilaku Coping dan Dukungan Sosial dengan Kecemasan pada Ibu Hamil Anak Pertama. Anima, 14 (54): 214-227.

Emmons, R. A. 2000. Is Spirituality an Intelligence? Motivation, Cognition, and the Psychology of Ultimate Concern. International Journal for The Psychology, 10 (1).

Kazdin, A. F. (Ed.). 2000. Encyclopedia of Psychology, Volume 7. American Psychological Assosiation: Oxford University Press.

Folkman, S. & Lazarus, R. S. 1988. Coping as Mediator of Emotion. Journal of Personality and Social Psychology, 54: 466-475.

Gardner, H. 2000. A Case Againts Spiritual Intelligence. International Journal for The Psychology, 10: 27-34.

Page 28: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

24

Garmezy, N. & Rutter, M. 1983. Stress, Coping and Development in Children. McGrawn Hill Book Co.

Graham, S., Furr, S., Flowers, C. &. Burke, M. T. 2001. Religion and Spirituality in Coping with Stress. Journal of Counseling and Values, 46.

Greenglass, E. R. 2001. Proactive Coping, Work Stress and Burnout. Stress News, 13 (2): 1-4.

Greenglass, E. R. 2002. Chapter 3: Proactive Coping. Dalam E. Frydenberg (Ed.), Beyond Coping: Meeting Goals, Visions and Challenges (hal. 37-62). London: Oxford University Press.

Hadi, S. 2000. Metodologi Research; Jilid 2. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.

Hadi, S. 2000. Statistik; Jilid 2. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.

Holt, C. L. dkk. 2003. Spirituality, Brents Cancer Beliefs and Mammography Utilization among Urban African american Woman. Journal of Health Psychology, 8: 383-396.

Lazarus, R. S. & Folkman, S. 1984. Stress, Appraisal and Coping. New York: Springer.

Maarif, S. 2006. Musibah. Majalah Berita Mingguan Gatra. Edisi 14 Juni 2006.

Mu’tadin, Z. 2002. Strategi Coping. http://www.e-psikologi.com/ (Diakses tanggal 25/06/2006).

Muluk, H. 2005. Aceh Pasca-Tsunami. Majalah Berita Mingguan Gatra. Edisi 15 Januari 2005

Nashir, H. 2006. Kosmologi Bencana. Harian Republika. Edisi 11 Juni 2006.

Nashori, F. & Ancok, D. 2004. Psikologi Islami: Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Naqiyah, N. 2005. Penanganan Trauma Pasca Tsunami. http://www.najlah.blogspot.com/. (Diakses tanggal 19/07/2006).

Nisa’, K. 2006. Proactive Coping Mahasiswa yang Sedang Mengerjakan Tugas Akhir Ditinjau dari Self Efficacy. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

Page 29: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

25

Keliat, B. A. 1998. Penatalaksanaan Stres. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGS.

Larson, B. L. & Larson, S. B. 2003. Spirituality is Potential Relevance to Physical and Emotional Health: A Brief Review of Quantitative Research. Journal of Psychology and Theology, 31: 37-49.

Nasr, S. H. 1994. Menjelajah Dunia Modern: Bimbingan untuk Kaum Muda Muslim. Bandung: Mizan.

O’Brien, K. M. 2003. Measuring Career Self-Efficacy Promoting Confidence and Happiness at Work. Dalam Lopez, S. J. & Snyder, C. R. (Ed.), Handbook of Positive Psychological Assessment (hal. 109 – 126). Washington, DC: American Psycological Association.

Ondeck, D. M. 2002. Religion and Spirituality. Home Health Care Management and Practice, 14 (3): 231-232.

Pandu, D. 2006. Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Proactive Coping pada Mahasiswa Berorganisasi. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

Parry, G. 1990. Coping With Stress. British: BPCC Wheatons Ltd.

Piedmont, R. L. 2001. Spiritual Transcendence and the Scientific Study of Spirituality. Journal of Rehabilitation, 67 (1): 4-14.

Richards, T. A. dkk. 1999. Spiritual Aspects of Loss Among Partners of Men with AIDS: Post Bereavement Follow-Up. Death Study, 23: 105-107.

Sarason, B. 1983. Assessing Social Support: The Social Support Questionaire. Journal of Personality and Social Psychology, 44.

Schwarzer, R. & Taubert, S. 2002. Tenacious Goal Pursuits and Striving Toward Personal Growth: Proactive Coping. Dalam E. Frydenberg (Ed.), Beyond Coping: Meeting Goals, Visions and Challenges (hal. 19-35). London: Oxford University Press.

Schwarzer, R. & Knoll, N. 2003. Positive Coping: Mastering Demands and Searching for Meaning. Dalam Lopez, S. J. & Snyder, C. R. (Ed.), Handbook of Positive Psychological Assessment (hal. 393-409). Washington, DC: American Psycological Association.

Page 30: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

26

Shin, M., Rosano, M., Morch, H. & Chestnut, D. E. 1984. Coping With Job Stress and Burnout in the Human Services. Journal of Personality and Social Psychology, 46 (4), 864-876.

Siegel, L. J. & Smith, K. E. 1991. Coping and Adaptation in Children’s Pain. Dalam Bush, J. P & Harkins, S. W. (Ed.), Children in Pain Research Issues from a Development Perspective (hal. 149-170). New York: Springer.

Smith, D. W. 1994. Theory of Spirituality. Journal of Holistic Nursing, 9.

Stein, S. J. & Book, H. E. 2004. Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses. Bandung: Kaifa.

Sundberg, L. L. 2005. The Relationship Between Proactive Coping Skill and Job Satisfaction, Absenteeism, Tardiness, and Performance. http://www.midwestacademy.org/Proceedings/2005/papers/Sundberg

Taubert, S. 1999. Development and Validation of a Psychometric Instrument for the Assessment of Proactive Coping. Diploma Thesis. Germany: School of Education and Psychology Free University of Berlin.

Taylor, S. 1995. Health Psychology. 3rd ed. New York: McGraw-Hill, Inc.

Tepper, L., Rogers, S. A., Coleman, E. M. & Maloney, H. N. 2001. The Prevalence of Religious Coping Among Persons with Persistent Mental Illness. Journal of Psychiatric Services, 52: 660-665.

Thoresen, C. E. 1999. Spirituality and Health: Is There a Relationship? Journal of Health Psychology, 4: 291-300.

Wikipedia, The Free Encyclopedia. Spirituality. http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Template:spirituality&action=edit (Diakses tanggal 25/06/2006).

Wong-McDonald, A. & Gorsuch, R. L. 2000. Surrender to God: An Additional Coping Style? Journal Psychology and Theology, 28: 149-161.

Woods, T. E. & Ironson, G. H. 1999. Religion and Spirituality in the Face of Illness: How Cancer, Cardias, and HIV Patients Describe Their Spirituality/Religiosity. Journal of Health Psychology, 4: 393-412.

Page 31: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

27

Young, J. S., Cashwell, C. S. & Shcherbakova, J. 2000. The Moderating Relationship of Spirituality on Negative Life Events and Psychological Adjustment. Journal of Counseling and Values, 45: 153-169.

Zohar, D. & Marshall, I. 2002. SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. Bandung: Mizan Media Utama.

Page 32: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SPIRITUALITAS … filePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara spiritualitas denganproactive coping padasurvivor bencana

IDENTITAS PENULIS

Nama Lengkap : ARDIMAN ADAMI

Kelahiran : Kendari, 11 Mei 1982

Jenis Kelamin : Laki-laki

Anak ke- : 4 dari 4 bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Bunga Seroja Gg. Bonzai No. 27

Kemaraya, Kendari 93121

Sulawesi Tenggara

Alamat Kost : Jl. Kaliurang Km. 14 Gg. Gudhel No. 10 D

Tegal Manding, Sleman 55584

Yogyakarta

Telepon : 0852 288 62 765

E-mail : [email protected]

Motto Hidup : Impossible is Nothing