1
S EBUAH meteorit yang terdampar di bagian utara Sudan ternyata mengandung asam amino yang merupakan fondasi kehidupan di Bumi. Penemuan ini menjadi bukti tambahan bahwa bahan-bahan penyusun kehidupan mung- kin terbentuk di luar angkasa dan dikirimkan ke Bumi sejak dahulu kala oleh tumbukan meteor. Menurut Daniel Glavin dari Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard milik NASA di Greenbelt, Md, meteorit ini terbentuk saat dua asteroid bertumbukan. Penemuan ini tidak diduga sebelumnya, karena tumbukan asteroid akan menghasilkan panas yang dapat memusnahkan bahan-bahan tersebut. “Tumbukan menyebabkan kenaikan tem- peratur sampai lebih dari 2.000 derajat fahrenheit (1.093 derajat celsius). Ukuran panas yang cukup untuk menghancurkan molekul kompleks seperti asam amino, tetapi kami menemukannya (asam amino),” ungkap Glavin. Asam amino adalah molekul yang digunakan untuk membangun protein yang penting untuk kehidupan. Dengan penemuan tersebut ilmuwan menyim- pulkan ada lebih dari satu cara untuk membuat asam amino dari luar angkasa sekaligus mem- buka peluang untuk menemukan kehidupan di tempat lain di alam semesta ini. Protein yang dibentuk dari asam amino di- gunakan dalam segala bentuk kehidupan dari struktur seperti rambut, sampai enzim, katalisator yang mempercepat atau mengatur reaksi kimia. Seperti diketahui, kehidupan menggunakan 20 bentuk berbeda asam amino dalam berbagai variasi susunan untuk membangun jutaan pro- tein berbeda. Dalam misi sebelumnya, peneliti menemukan asam amino dari sampel Comet Wild 2 dan dalam berbagai meteorit yang kaya akan kar- bon. Ditemukannya asam amino dalam objek ini berarti mendukung teori bahwa asal-usul kehidupan yang juga dipengaruhi faktor dari luar angkasa. Namun, Peter Jenniskens dari SETI Institute dari Mountain View, dan Pusat Penelitian Ames di Moffett Field, California menyarankan NASA untuk mencari asam amino pada sisa asteroid yang kaya karbon dari asteroid 2008 TC3. Tetapi, kebanyakan peneliti menilai sebagai usaha yang sia-sia. Karena tabrakan melibatkan energi yang sangat besar, asam amino pada astero- id ini menjadi hancur dan kebanyakan terbentuk menjadi grat. (space.com/Litbang MI/M-1) P ERLUASAN unsur far- masi pada tanaman bisa dilakukan dengan me- tode rekayasa genetik. Pene- muan metode di bidang farmasi tersebut dicetuskan para ahli kimia dari Massachusetts Insti- tute of Technology (MIT), AS, baru-baru ini. Para peneliti, yang dipimpin Sarah O’Connor, menambahkan gen bakteri pada tanaman peri- winkle sehingga pada tanaman tersebut dapat menempelkan halogen seperti klorin atau brom hingga senyawa sekelas alkaloid yang biasanya dihasil- kan oleh tanaman. Sejumlah jenis alkaloid kaya akan unsur halogen, yang biasanya ditambahkan pada antibiotik dan obat lainnya, dapat membuat pengobatan lebih efektif atau lebih tahan lama dalam tubuh. Tim peneliti mengincar se- jenis alkaloid yang disebut vin- blastin. Alkaloid itu umumnya digunakan untuk mengobati penyakit kanker. Untuk membuat alkaloid, pertama tanaman mengubah asam amino triptofan menjadi triptamin. Setelah langkah pen- dahuluan itu, sekitar selusin reaksi dibutuhkan, baru ke- mudian tanaman dapat mem- produksi ratusan produk akhir berbeda. O’Connor menemukan vin- blastin yang dihasilkan tana- man seperti scaffold yang ia modikasi dalam berbagai cara untuk meningkatkan efektivi- tasnya. “Kami mencoba menggu- nakan mekanisme biosintesis makanan agar lebih mudah,” jelasnya. “Jadi jika Anda meng- ubah struktur alami produk, sering kali aktivitas biologi dan farmakologi produk tersebut menjadi berbeda atau bahkan meningkat.” Penelitian yang didanai Na- tional Institutes of Health and the American Cancer Society ini kuncinya adalah merekayasa gen ke dalam tanaman pernah dilakukan sebelumnya. Pada 1990-an, peneliti mengem- bangkan jagung yang dapat memproduksi insektisida yang disebut Bt. Pendekatan O’Connor, yang dikenal sebagai rekayasa me- tabolik, dilakukan hanya de- ngan menambahkan gen yang mengode protein. Ia menga- takan jalur sintetik tanaman belum sepenuhnya terungkap. (Science Daily/*/Ghp/M-1) Laba-Laba Ibu yang Baik LABA-LABA umum- nya bersifat soliter, agresif, dan bahkan kanibal, tetapi beberapa spesies belajar untuk hidup bersama. Laba- laba kaki sisir (Anelo- simus studiosus), seba- gai contoh, beberapa betina membagi tugas misalnya ada yang bertugas memelihara jaring, dan membesarkan anak-anak. Ibu yang sosial ini lebih jinak daripada laba-laba lainnya, mereka tidak terlalu responsif terhadap mangsa dalam jaring mereka dan lebih takut pada simulasi serangan predator. Pada penelitian yang dipublikasikan pada bulan ini di Ecological Entomology, ahli biologi mengambil betina dari jenis yang soliter dan sosial, lalu memindahkan mereka ke jaring baru, dan memaksa mereka untuk hidup sendiri. Paus Pembunuh Tiru Suara BAGAIKAN manusia, paus pembunuh Orci- nus orca juga memiliki bahasa. Sekelompok paus pembunuh mem- punyai dialek tersen- diri, tapi mereka juga dapat meniru suara satu sama lain. Peneli- tian terbaru pada orca liar di dekat Kepulauan Vancouver di Kanada menunjukkan bahwa mereka meniru panggilan dari kelompok lain. Ada beberapa kegunaan dari peniruan ini, yaitu mereka dapat dengan mudah menandai individu di luar kelompok mereka, atau mengetahui posisi lokasi mereka. Berdasarkan penelitian itu pula diketahui orca memiliki sifat meniru. Ini masuk akal mengingat hasil penelitian dari sepupu terdekat mereka, lumba-lumba hidung botol, juga meniru panggilan satu sama lain dalam penangkaran. Paparan pada Kandungan HAI para ibu, bila ingin anak-anak Anda mau mengonsumsi sayuran, kalian harus memakan- nya juga, paling tidak pada saat mengandung. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada tikus putih ditemukan pada bayi tikus dari ibu yang diberi makan yang mengandung cherry dan mint saat dalam kandungan, tetap memilih rasa makanan ini sampai dewasa. Sementara itu, tikus dari ibu yang diberi makanan yang tidak ada rasa khasnya, tidak mempunyai preferensi makanan. Tikus dengan kegemaran memakan mint-cherry mengembangkan glomerulus yang lebih besar. Glomerulus adalah bagian otak yang bertanggung jawab untuk memproses aroma. Ini menjelaskan paparan aroma pada kandungan mengubah perkembangan otak. Testosteron Simpanse SEPERTI kebanyakan primata jantan, sim- panse jantan berkom- petisi untuk menda- patkan posisi dominan dan memutuskan siapa yang mendapatkan ak- ses terhadap betina. Simpanse dalam posisi tinggi memiliki lebih banyak testosteron, yang diasosiasi- kan dengan agresi. Namun, testosteron tidaklah terlalu sehat. Sebagai contoh, mereka menekan sistem imun. Pe- neliti mengamati 22 simpanse jantan di Taman Nasional Kibale di Uganda, mereka mengambil sampel fecal segar, diekstraksi, seberapa besar testosteron dan seberapa ba- nyak parasit pada ususnya. Jantan dengan posisi tinggi memiliki lebih banyak testosteron dan lebih banyak parasit pada usus mereka, mungkin karena testosteron menekan sistem imun mereka. (Sciencemag/*/Ghp/M-1) K EBERADAAN harimau jawa hingga kini masih menjadi kontroversi. Sebagian ilmuwan meyakini hewan itu telah punah. Di be- berapa tempat, seperti di Taman Nasional Meru Betiri, beberapa tahun lalu masyarakat mengaku melihat harimau jawa, meski kemudian tidak terbukti. Hal yang sama juga terjadi di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat, warga setempat melaporkan mereka melihat harimau jawa berkeliaran di kawasan itu. Beranjak dari informasi itu, sejumlah mahasiswa Fakultas Biologi, Universitas Nasional Jakarta, melakukan ekspedisi ke kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai beberapa waktu lalu. Ekspedisi yang bermarkas di Desa Linggajati, Kuningan, Jawa Barat, itu tidak hanya untuk mencari bukti ke- beradaan harimau jawa tetapi sekaligus mendata berbagai potensi keanekaragaman hayati Ciremai. Pembuktian keberadaan ha- rimau jawa difokuskan pada pencarian jejaknya. Karena, harimau merupakan salah satu satwa liar yang sulit terdeteksi secara langsung mengingat si- fatnya yang suka bersembunyi. Bahkan gerakannya saat ber- pindah/berjalan di hutan pun sangat perlahan dan teratur. Selama seminggu pencarian, ditemukan berbagai jejak satwa liar, baik tapak, kotoran, sarang, maupun bekas makanan di ber- bagai lokasi. Dari sekian banyak jejak yang ditemukan, diidentikasi se- jumlah satwa liar dan dua jenis di antaranya adalah dari famili (suku) Felidae (kucing-kucing- an) bangsa (ordo) Carnivora (pemakan daging); yaitu kucing hutan (Prionailurus sp) dan ma- can tutul (Panthera pardus). Meski penduduk-–termasuk pemandu--masih meyakini ke- beradaan harimau jawa, tidak satu tanda pun yang meyakin- kan bahwa pemilik nama Latin Panthera tigris sondaica ini masih ada di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai. Informasi adanya masyarakat yang pernah mendengar suara aumannya, dapat saja merupa- kan auman macan tutul. Infor- masi anggota masyarakat yang pernah melihat jejaknya (bekas tapak), dapat saja merupakan jejak macan tutul, karena je- jak macan tutul dan harimau sangat susah dibedakan tanpa melihat secara detail bentuk dan proporsi ukuran telapak dan jarinya. Dengan demikian, informasi harimau jawa yang masih hidup di Ciremai merupakan mitos be- laka. (Fakultas Biologi Unas/*/ Desi/Ghp/M-1) DO YOU KNOW NATURE Harimau Jawa di Gunung Ciremai Punah EKSPEDISI BIOTEK SPACE.COM FAKULTAS BIOLOGI UNAS 22 | Eksplorasi MINGGU, 19 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA SCIENCEMAG SCIENCEMAG SCIENCEMAG SCIENCEMAG SCIENCEDAILY Rekayasa Genetik Perluas Farmasi Meteorit Mengandung Kehidupan

NATURE Harimau Jawa di Gunung Ciremai Punah K · penelitian dari sepupu terdekat mereka, lumba-lumba hidung botol, juga meniru panggilan satu sama lain dalam penangkaran. Paparan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: NATURE Harimau Jawa di Gunung Ciremai Punah K · penelitian dari sepupu terdekat mereka, lumba-lumba hidung botol, juga meniru panggilan satu sama lain dalam penangkaran. Paparan

SEBUAH meteorit yang terdampar di bagian utara Sudan ternyata mengandung asam amino yang merupakan fondasi kehidupan

di Bumi. Penemuan ini menjadi bukti tambahan bahwa bahan-bahan penyusun kehidupan mung-kin terbentuk di luar angkasa dan dikirimkan ke Bumi sejak dahulu kala oleh tumbukan meteor.

Menurut Daniel Glavin dari Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard milik NASA di Greenbelt,

Md, meteorit ini terbentuk saat dua asteroid bertumbukan.

Penemuan ini tidak diduga sebelumnya, karena tumbukan asteroid akan menghasilkan panas yang dapat memusnahkan bahan-bahan tersebut.

“Tumbukan menyebabkan kenaikan tem-peratur sampai lebih dari 2.000 derajat fahrenheit (1.093 derajat celsius). Ukuran panas yang cukup untuk menghancurkan molekul kompleks seperti

asam amino, tetapi kami menemukannya (asam amino),” ungkap Glavin.

Asam amino adalah molekul yang digunakan untuk membangun protein yang penting untuk kehidupan.

Dengan penemuan tersebut ilmuwan menyim-pulkan ada lebih dari satu cara untuk membuat asam amino dari luar angkasa sekaligus mem-buka peluang untuk menemukan kehidupan di tempat lain di alam semesta ini.

Protein yang dibentuk dari asam amino di-gunakan dalam segala bentuk kehidupan dari struktur seperti rambut, sampai enzim, katalisator yang mempercepat atau mengatur reaksi kimia. Seperti diketahui, kehidupan menggunakan 20 bentuk berbeda asam amino dalam berbagai variasi susunan untuk membangun jutaan pro-tein berbeda.

Dalam misi sebelumnya, peneliti menemukan asam amino dari sampel Comet Wild 2 dan dalam berbagai meteorit yang kaya akan kar-bon. Ditemukannya asam amino dalam objek ini berarti mendukung teori bahwa asal-usul kehidupan yang juga dipengaruhi faktor dari luar angkasa.

Namun, Peter Jenniskens dari SETI Institute dari Mountain View, dan Pusat Penelitian Ames di Moffett Field, California menyarankan NASA untuk mencari asam amino pada sisa asteroid yang kaya karbon dari asteroid 2008 TC3.

Tetapi, kebanyakan peneliti menilai sebagai usaha yang sia-sia. Karena tabrakan melibatkan energi yang sangat besar, asam amino pada astero-id ini menjadi hancur dan kebanyakan terbentuk menjadi grafi t. (space.com/Litbang MI/M-1)

PERLUASAN unsur far-masi pada tanaman bisa dilakukan dengan me-

tode rekayasa genetik. Pene-muan metode di bidang farmasi tersebut dicetuskan para ahli kimia dari Massachusetts Insti-tute of Technology (MIT), AS, baru-baru ini.

Para peneliti, yang dipimpin Sarah O’Connor, menambahkan gen bakteri pada tanaman peri-winkle sehingga pada tanaman tersebut dapat menempelkan halogen seperti klorin atau brom hingga senyawa sekelas alkaloid yang biasanya dihasil-kan oleh tanaman.

Sejumlah jenis alkaloid kaya

akan unsur halogen, yang bia sanya ditambahkan pada an tibiotik dan obat lainnya, da pat membuat pengobatan le bih efektif atau lebih tahan la ma dalam tubuh.

Tim peneliti mengincar se-jenis alkaloid yang disebut vin-blastin. Alkaloid itu umumnya digunakan untuk mengobati penyakit kanker.

Untuk membuat alkaloid, pertama tanaman mengubah asam amino triptofan menjadi triptamin. Setelah langkah pen-dahuluan itu, sekitar selusin reaksi dibutuhkan, baru ke-mudian tanaman dapat mem-produksi ratusan produk akhir

berbeda. O’Connor menemukan vin-

blastin yang dihasilkan tana-man seperti scaffold yang ia modifi kasi dalam berbagai cara untuk meningkatkan efektivi-tasnya.

“Kami mencoba menggu-nakan mekanisme biosintesis makanan agar lebih mudah,” jelasnya. “Jadi jika Anda meng-ubah struktur alami produk, sering kali aktivitas biologi dan farmakologi produk tersebut menjadi berbeda atau bahkan meningkat.”

Penelitian yang didanai Na-tional Institutes of Health and the American Cancer Society ini kuncinya adalah merekayasa gen ke dalam tanaman pernah dilakukan sebelumnya. Pada 1990-an, peneliti mengem-bangkan jagung yang dapat memproduksi insektisida yang disebut Bt.

Pendekatan O’Connor, yang dikenal sebagai rekayasa me-tabolik, dilakukan hanya de-ngan menambahkan gen yang mengode protein. Ia menga-takan jalur sintetik tanaman belum sepenuhnya terungkap. (Science Daily/*/Ghp/M-1)

Laba-Laba Ibu yang BaikLABA-LABA umum-nya bersifat soliter, agresif, dan bahkan kanibal, tetapi beberapa spesies belajar untuk hidup bersama. Laba-laba kaki sisir (Anelo-simus studiosus), seba-gai contoh, beberapa betina membagi tugas

misalnya ada yang bertugas memelihara jaring, dan membesarkan anak-anak. Ibu yang sosial ini lebih jinak daripada laba-laba lainnya, mereka tidak terlalu responsif terhadap mangsa dalam jaring mereka dan lebih takut pada simulasi serangan predator. Pada penelitian yang dipublikasikan pada bulan ini di Ecological Entomology, ahli biologi mengambil betina dari jenis yang soliter dan sosial, lalu memindahkan mereka ke jaring baru, dan memaksa mereka untuk hidup sendiri.

Paus Pembunuh Tiru SuaraBAGAIKAN manusia, paus pembunuh Orci-nus orca juga memiliki bahasa. Sekelompok paus pembunuh mem-punyai dialek tersen-diri, tapi mereka juga dapat meniru suara satu sama lain. Peneli-

tian terbaru pada orca liar di dekat Kepulauan Vancouver di Kanada menunjukkan bahwa mereka meniru panggilan dari kelompok lain. Ada beberapa kegunaan dari peniruan ini, yaitu mereka dapat dengan mudah menandai individu di luar kelompok mereka, atau mengetahui posisi lokasi mereka. Berdasarkan penelitian itu pula diketahui orca memiliki sifat meniru. Ini masuk akal mengingat hasil penelitian dari sepupu terdekat mereka, lumba-lumba hidung botol, juga meniru panggilan satu sama lain dalam penangkaran.

Paparan pada KandunganHAI para ibu, bila ingin anak-anak Anda mau mengonsumsi sayuran, kalian harus memakan-nya juga, paling tidak pada saat mengandung. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada tikus putih ditemukan pada bayi tikus dari ibu

yang diberi makan yang mengandung cherry dan mint saat dalam kandungan, tetap memilih rasa makanan ini sampai dewasa. Sementara itu, tikus dari ibu yang diberi makanan yang tidak ada rasa khasnya, tidak mempunyai preferensi makanan. Tikus dengan kegemaran memakan mint-cherry mengembangkan glomerulus yang lebih besar. Glomerulus adalah bagian otak yang bertanggung jawab untuk memproses aroma. Ini menjelaskan paparan aroma pada kandungan mengubah perkembangan otak.

Testosteron SimpanseSEPERTI kebanyakan primata jantan, sim-panse jantan berkom-petisi untuk menda-patkan posisi dominan dan memutuskan siapa yang mendapatkan ak-ses terhadap betina. Sim panse dalam posisi

tinggi memiliki lebih banyak testosteron, yang diasosiasi-kan dengan agresi. Namun, testosteron tidaklah terlalu sehat. Sebagai contoh, mereka menekan sistem imun. Pe-neliti mengamati 22 simpanse jantan di Taman Nasional Kibale di Uganda, mereka mengambil sampel fecal segar, diekstraksi, seberapa besar testosteron dan seberapa ba-nyak parasit pada ususnya. Jantan dengan posisi tinggi memiliki lebih banyak testosteron dan lebih banyak parasit pada usus mereka, mungkin karena testosteron menekan sistem imun mereka. (Sciencemag/*/Ghp/M-1)

KEBERADAAN harimau jawa hingga kini masih menjadi kontroversi.

Sebagian ilmuwan meyakini hewan itu telah punah. Di be-berapa tempat, seperti di Taman Nasional Meru Betiri, beberapa tahun lalu masyarakat mengaku melihat harimau jawa, meski kemudian tidak terbukti.

Hal yang sama juga terjadi di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat, warga setempat melaporkan mereka melihat harimau jawa berkeliaran di kawasan itu.

Beranjak dari informasi itu, sejumlah mahasiswa Fakultas Biologi, Universitas Nasional Jakarta, melakukan ekspedisi ke kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai beberapa wak tu lalu. Ekspedisi yang ber markas di Desa Linggajati, Kuningan, Jawa Barat, itu tidak hanya untuk mencari bukti ke-beradaan harimau jawa tetapi sekaligus mendata berbagai potensi keanekaragaman hayati Ciremai.

Pembuktian keberadaan ha-rimau jawa difokuskan pada

pencarian jejaknya. Karena, ha rimau merupakan salah satu satwa liar yang sulit terdeteksi secara langsung mengingat si-fatnya yang suka bersembunyi. Bahkan gerakannya saat ber-pindah/berjalan di hutan pun sangat perlahan dan teratur.

Selama seminggu pencarian, ditemukan berbagai jejak satwa liar, baik tapak, kotoran, sarang, maupun bekas makanan di ber-bagai lokasi.

Dari sekian banyak jejak yang ditemukan, diidentifi kasi se-jumlah satwa liar dan dua jenis

di antaranya adalah dari famili (suku) Felidae (kucing-kucing-an) bangsa (ordo) Carnivora (pe makan daging); yaitu kucing hutan (Prionailurus sp) dan ma-can tutul (Panthera pardus).

Meski penduduk-–termasuk pemandu--masih meyakini ke-beradaan harimau jawa, tidak satu tanda pun yang meyakin-kan bahwa pemilik nama Latin Panthera tigris sondaica ini masih ada di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai.

Informasi adanya masyarakat yang pernah mendengar suara

aumannya, dapat saja merupa-kan auman macan tutul. Infor-masi anggota masyarakat yang pernah melihat jejaknya (bekas tapak), dapat saja merupakan jejak macan tutul, karena je-jak macan tutul dan harimau sangat susah dibedakan tanpa melihat secara detail bentuk dan proporsi ukuran telapak dan jarinya.

Dengan demikian, informasi harimau jawa yang masih hidup di Ciremai merupakan mitos be-laka. (Fakultas Biologi Unas/*/Desi/Ghp/M-1)

DO YOU KNOW

NATURE

Harimau Jawa di Gunung Ciremai Punah

EKSPEDISI

BIOTEK

SPACE.COM

FAKULTAS BIOLOGI UNAS

22 | Eksplorasi MINGGU, 19 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

SCIENCEMAGSCIENCEMAG

SCIENCEMAGSCIENCEMAG

SCIENCEDAILY

Rekayasa Genetik Perluas Farmasi

Meteorit Mengandung Kehidupan