6
LEMBAR NOTULENSI DISKUSI KELOMPOK 2 Penerapan Sistem Perwakilan di Indonesia Disusun oleh: Ayi Lutfiah (110110140139) Ruth Tampubolon (110110140141) Triyaningsih (110110140151) Grace Monika (110110140153) Ernawati Nababan (110110140157) Rosi Komalasari (110110140160) Rosdiana Triayu (110110140165)

No Tulen

Embed Size (px)

DESCRIPTION

please

Citation preview

LEMBAR NOTULENSI DISKUSI

KELOMPOK 2

Penerapan Sistem Perwakilan di Indonesia

Disusun oleh:Ayi Lutfiah

(110110140139)

Ruth Tampubolon (110110140141)

Triyaningsih (110110140151)

Grace Monika(110110140153)

Ernawati Nababan (110110140157)

Rosi Komalasari (110110140160)

Rosdiana Triayu (110110140165)Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran

Tahun Ajaran 2014/2015

Pada hari Jumat, 31 Oktober 2014, kelompok kami melakukan diskusi berdasarkan paper yang telah dibuat bertema Penerapan Sistem Perwakilan di Indonesia. Setelah melakukan penyampaian materi selama kurang lebih 15 menit, kegiatan diskusi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Pada sesi tanya jawab, para peserta diskusi dipersilakan bertanya dan kemudian akan dijawab oleh para pemateri. Sesi tanya jawab dibatasi hanya untuk tiga pertanyaan dari peserta diskusi. Berikut pertanyaan yang ditanyakan pada saat kami berdiskusi.

1. Seperti yang kita lihat di kehidupan nyata, sering terjadi perbedaan kepentingan antara kepentingan rakyat dengan kepentingan partai politik (parpol), menurut kalian bagaimana mengatasi benturan antar kepentingan tersebut? (Wandi, 110110140128)

2. Jika melihat berdasarkan paper yang kelompok kalian buat, maka dijelaskan bahwa ada dua macam perwakilan, langsung dan tidak langsung. Apakah alasan suatu negara menjalankan perwakilan tidak langsung? (Suha Isnia P., 110110140175)

3. DPR yang berperan sebagai lembaga perwakilan rakyat sering menyalahgunakan wewenang yang dimilikinya untuk kepentingan pribadi, padahal seharusnya mereka mengabdi kepada rakyat dan mereka dipilih oleh rakyat. Menurut kalian bagaimana caranya agar DPR dapat menjalankan tugas sesuai perannya? (Alya Ashila, 110110140189)

Setelah kelompok kami melakukan diskusi singkat, berikut adalah penjabaran jawaban kami berkenaan dengan pertanyaan di atas.

1. Jawaban saat diskusi :

Untuk mengatasi benturan antara kepentingan partai politik, setiap anggota parpol yang menjadi wakil rakyat seharusnya menyadari tugasnya sebagai wakil rakyat yaitu menyalurkan aspirasi rakyat bukan kepentingan pribadi / parpol.

Penjawab : Grace dan Ruth (110110140153 dan 110110140143)

Jawaban revisi: Seorang anggota dewan yang berasal dari sebuah partai politik berkewajiban memenuhi kepentingan rakyat juga memenuhi kepentingan parpol yang mendukungnya. Sanit (1985) mengemukakan bahwa terdapat beberapa pihak yang terlibat dalam pembentukan sikap dan perilaku anggota dewan di Indonesia yaitu: pemilih, organisasi politik, eksekutif dan diri pribadi anggota dewan tersebut.

Apabila dirasa ada dorongan dari partai untuk mendukung suatu kebijakan atau pandangan yang hanya menguntungkan partai dan condong merugikan rakyat, maka anggota parlemen yang bijak harus menentukan sikap untuk menolak atau bernegosiasi dengan jalan damai, seperti yang kita tahu contoh baru-baru ini, Basuki Tjahja Purnama yang memutuskan untuk keluar dari partainya ketika tidak lagi menemui kesamaan pandangan dengan Gerindra. Seorang anggota parlemen harus menyadari bahwa ia bekerja untuk dan atas nama rakyat, bukan untuk golongan, sehingga mereka harusnya lebih tahu bagaimana mengatur skala prioritas.

Penjawab : Rosdiana (110110140165)

2. Jawaban saat diskusi: Alasan suatu negara menganut sistem demokrasi tidak langsung:a. Luasnya wilayah

b. Jumlah penduduk yang semakin bertambah

c. Masalah-masalah kenegaraan makin rumit dan pelik

Penjawab : Rosi (110110140160)

Jawaban revisi: Sedikit alasan mengapa demokrasi langsung (murni) sangat sulit diterapkan di beberapa negara khususnya Indonesia. Alasannya karena negara pada umumnya (seperti Indonesia) memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, disamping itu wilayahnya juga sangatlah luas. Sehingga untuk melakukan demokrasi secara langsung sangatlah sulit dan tidak memungkinkan. Demokrasi langsung lebih cocok untuk diterapkan di suatu kota (negara) kecil, yang memungkinkan untuk mereka berkumpul dalam suatu tempat dan bermusyawarah bersama dengan seluruh rakyatnya untuk menyelesaikan suatu permasalahan pemerintahan. Demokrasi langsung seperti ini berkembang di Roma dan Yunani kuno. Demokrasi langsung tidak dapat di terapkan dalam negara besar dan luas seperti Indonesia ini.

Penjawab : Rosi dan Ayi (110110140160 dan 11011040139)

3. Jawaban saat diskusi: Karena oknum dari DPR itu sendiri tidak memiliki sifat accountability atau sifat pertanggungjawaban terhadap profesi mereka sebagai perwakilan rakyat. Dalam mengatasi permasalahan yang kompleks seperti tidak mungkin diselesaikan dalam jangka waktu yang singkat, apalagi merombak pemerintahan negara kita. Yang kita bisa lakukan adalah memulai semuaya itu dari diri sendiri. Kita harus melatih dan mengembangkan sikap acccountability dan karakter yang baik dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Karena kita adalah generasi penerus yang akan menggantikan posisi mereka.

Penjawab : Ruth (110110140143)

Jawaban revisi : Semua tergantung kepada pribadi masing-masing anggota dewan, tujuan mereka menjadi anggota dewan perwakilan rakyat itu bekerja untuk rakyat atau untuk kepentingan diri sendiri. Sebagai mahasiswa yang dapat kami katakan adalah sebaiknya para anggota DPR mengingat sewaktu ia disumpah dan berusaha keras untuk mendapatkan satu kursi DPR ketika berencana akan melakukan kecurangan atau penyelewengan. Mungkin selain dari kesadaran sendiri, usul dari kami adalah sebelum disumpah perlu adanya kontrak tambahan selain perjanjian/penandatanganan yang biasa dilakukan setelah disumpah dengan Al Quran atau kitab suci lain. Kontrak yang kami maksud adalah berisi perjanjian tertulis di atas materai dimana tertera sanksi bertahap ketika dicurigai sedang melakukan penyelewengan. Sanksi ini misalnya berupa pengurangan gaji, diperiksa satu hari penuh oleh lembaga pengawas, penarikan fasilitas, dsb. Mungkin dengan kontrak seperti itu DPR akan dapat berpikir berkali-kali sebelum melakukan kecurangan.

Penjawab : Rosdiana dan Triyaningsih (110110140165 dan 110110140151)

Napitupulu, Paimin, Menuju Pemerintahan Perwakilan, Bandung: Alumni, 2007, hlm 128.

Dedi Setyawan, Bentuk-bentuk Demokrasi, 2013, [29/10/2014]