14
1. Lulusan perawat yang bekerja di luar negeri  Pesatnya kemajuan ilmu dan teknologi sangat mempengaruhi dunia keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri. Dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi tersebut, berkembang pula institusi pendidikan khususnya dibidang keperawatan. Terbukti dengan semakin banyaknya jumlah lulusan perawat yang ada di Indonesia. Tapi dibalik itu,di negeri kita tercinta terdapat ketimpangan antara lulusan perawat dengan jumlah lapangan yang tersedia. Banyak dari lulusan perawat kita yang set elah lulus masih menganggur sampai lebih dari 2 tahun,bahkan karena kurangnya lapangan kerja yang sesuai mereka ada yang beralih profesi seperti menjadi sales representatif,bisnis MLM dan sebagainya. Sebagian dari para lulusan ada yang bisa bekerja di rumahsakit-rumah sakit pemerintah dengan status sebagai honorer dan upah yang diterima pun upah honorer,yang hanya cukup untuk membayar transportasi dari dan ketempat kerja. Sedikit beruntung bagi mereka yang bisa bekerja sebagai PNS atau bekerja di rumahsakit-rumahsakit swasta,lagi-lagi upah yang diterima pun hanya cukup untuk bayar kost dan makan. Padahal kalau menilik upah perawat di Indonesia sangatlah tidak sesuai jika dibanding dengan beratnya tugas dan resiko yang mereka hadapi. Karena perawat merupakan ujung tombak dalam pelayanan perawatan dirumahsakit. Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas, dengan semakin sulitnya kondisi perekonomian di tanah air,ada solusi yang mungkin bisa dilakukan oleh para lulusan perawat kita di tanah air. Menjadi perawat overseas adalah jalan terbaik. Dengan bekerja diluar negeri sebagai perawat akan banyak menghasilkan keuntungan-keuntungan. Dari segi  financial , kesejahteraan sudah pasti akan terjamin.Bekerja sebagai perawat di luar negeri bisa dihargai jauh lebih tinggi daripada di dalam negeri. Untuk di Timur tengah saja,perawat kita dihargai minimal US$800,apalagi di negara-negara yang berbahasa Inggris,bisa mencapai minimal tiga kali lipat dari Timur tengah. Keuntungan yang lain, nursing science and skill kita pasti akan berkembang,kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris pun pasti bisa diandalkan .Last but not least adalah bertambahnya wawasan dalam segala hal,khususnya dunia keperawatan, kita bisa memandang tanah air kita tercinta dari sisi luar,kita bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia dari berbagai latar budaya, bahasa dan bangsa dari seluruh dunia.  Untuk itu perlu dilakukan hal-hal yang mungkin dipersiapkan. Yang paling mendasar adalah keyakinan dalam diri perawat itu sendiri,bahwa mereka berniat,yakin dan mampu untuk survive,untuk berkompetisi dengan bangsa lain demi kemajuan dunia keperawatan ditanah air dan demi kesejahteraan perawat.Peranan pemerintah dan organisasi keperawatan di I ndonesia sangatlah mendukung demi tercapainya cita-cita mulia para perawat yang ingin bekerja diluar negeri. 2. Undang-Undang keperawatan Pentingnya Undang-Undang keperawatan Keperawatan merupakan salah satu profesi dalam dunia kesehatan. Sebagai profesi, tentunya pelayanan yang diberikan harus profesional, sehingga para perawat/ ners harus memilki kompetensi dan memenuhi standar praktik keperawatan, serta memperhatikan kode etik dan moral profesi agar masyarakat menerima pelayanan dan asuhan keperawatan yang bermutu.

nurs fenomene

Embed Size (px)

Citation preview

5/16/2018 nurs fenomene - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurs-fenomene 1/14

 

1.  Lulusan perawat yang bekerja di luar negeri 

Pesatnya kemajuan ilmu dan teknologi sangat mempengaruhi dunia keperawatan baik di dalam maupundi luar negeri. Dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi tersebut, berkembang pula institusipendidikan khususnya dibidang keperawatan. Terbukti dengan semakin banyaknya jumlah lulusanperawat yang ada di Indonesia. Tapi dibalik itu,di negeri kita tercinta terdapat ketimpangan antara

lulusan perawat dengan jumlah lapangan yang tersedia.Banyak dari lulusan perawat kita yang setelah lulus masih menganggur sampai lebih dari 2tahun,bahkan karena kurangnya lapangan kerja yang sesuai mereka ada yang beralih profesi sepertimenjadi sales representatif,bisnis MLM dan sebagainya. Sebagian dari para lulusan ada yang bisabekerja di rumahsakit-rumah sakit pemerintah dengan status sebagai honorer dan upah yang diterimapun upah honorer,yang hanya cukup untuk membayar transportasi dari dan ketempat kerja. Sedikitberuntung bagi mereka yang bisa bekerja sebagai PNS atau bekerja di rumahsakit-rumahsakitswasta,lagi-lagi upah yang diterima pun hanya cukup untuk bayar kost dan makan. Padahal kalaumenilik upah perawat di Indonesia sangatlah tidak sesuai jika dibanding dengan beratnya tugas danresiko yang mereka hadapi. Karena perawat merupakan ujung tombak dalam pelayanan perawatandirumahsakit. 

Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas, dengan semakin sulitnya kondisi perekonomian di tanahair,ada solusi yang mungkin bisa dilakukan oleh para lulusan perawat kita di tanah air. Menjadi perawatoverseas adalah jalan terbaik. Dengan bekerja diluar negeri sebagai perawat akan banyak menghasilkankeuntungan-keuntungan. Dari segi  financial, kesejahteraan sudah pasti akan terjamin.Bekerja sebagaiperawat di luar negeri bisa dihargai jauh lebih tinggi daripada di dalam negeri. Untuk di Timur tengahsaja,perawat kita dihargai minimal US$800,apalagi di negara-negara yang berbahasa Inggris,bisamencapai minimal tiga kali lipat dari Timur tengah. Keuntungan yang lain, nursing science and skill kitapasti akan berkembang,kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris pun pasti bisa diandalkan .Last but not least adalah bertambahnya wawasan dalam segala hal,khususnya dunia keperawatan, kita bisamemandang tanah air kita tercinta dari sisi luar,kita bisa berinteraksi dan berkomunikasi denganmanusia dari berbagai latar budaya, bahasa dan bangsa dari seluruh dunia. Untuk itu perlu dilakukan hal-hal yang mungkin dipersiapkan. Yang paling mendasar adalah keyakinan

dalam diri perawat itu sendiri,bahwa mereka berniat,yakin dan mampu untuk survive,untuk

berkompetisi dengan bangsa lain demi kemajuan dunia keperawatan ditanah air dan demikesejahteraan perawat.Peranan pemerintah dan organisasi keperawatan di Indonesia sangatlah

mendukung demi tercapainya cita-cita mulia para perawat yang ingin bekerja diluar negeri.

2.  Undang-Undang keperawatan

Pentingnya Undang-Undang keperawatanKeperawatan merupakan salah satu profesi dalam dunia kesehatan. Sebagai profesi, tentunya

pelayanan yang diberikan harus profesional, sehingga para perawat/ ners harus memilki

kompetensi dan memenuhi standar praktik keperawatan, serta memperhatikan kode etik danmoral profesi agar masyarakat menerima pelayanan dan asuhan keperawatan yang bermutu.

5/16/2018 nurs fenomene - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurs-fenomene 2/14

 

Saat ini 40% – 75% pelayanan di rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan (Swansburg,

1999). Hal ini dikarenakan telah terjadi pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanankesehatan dari model medikal yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan

pengobatan ke paradigma sehat yang lebih holistik yang melihat penyakit dan gejala sebagai

informasi, bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen, 1996). Berdasarkan hasil penelitian

Direktorat Keperawatan dan PPNI mengenai kegiatan perawat di Puskesmas, ternyata lebih dari75% dari seluruh kegiatan pelayanan adalah kegiatan pelayanan keperawatan (Depkes, 2005).

Dari sini kita dapat menyadari bahwa perawat berada pada posisi kunci dalam pemberian

pelayanan kesehatan kepada masayarakat, sehingga diperlukan suatu regulasi yang jelas dalammengatur pemberian asuhan keperawatan dan perlindungan hukum pun mutlak didapatkan oleh

perawat.

Tetapi bila kita lihat realita yang ada, dunia keperawatan di Indonesia masih memprihatinkan.

Fenomena “gray area” pada berbagai jenis dan jenjang keperawatan yang ada maupun dengan

profesi kesehatan lainnya masih sulit dihindari. Berdasarkan hasil kajian (Depkes & UI, 2005 )menunjukkan bahwa terdapat perawat yang menetapkan diagnosis penyakit (92,6%), membuat

resep obat (93,1%), melakukan tindakan pengobatan di dalam maupun di luar gedung Puskesmas(97,1%), melakukan pemeriksaan kehamilan (70,1%), melakukan pertolongan persalinan(57,7%), melaksanakan tugas petugas kebersihan (78,8%), dan melakukan tugas admisnistrasiseperti bendahara, dll (63,6%).

Pada keadaan darurat, “gray area” sering sulit dihindari. Dalam keadaan ini, perawat yangtugasnya berada di samping klien selama 24 jam sering mengalami kedaruratan klien sedangkan

tidak ada dokter yang bertugas. Hal ini membuat perawat terpaksa melakukan tindakan medis

yang bukan merupakan wewenangnya demi keselamatan klien. Tindakan yang dilakukan tanpaada delegasi dan petunjuk dari dokter, terutama di Puskesmas yang hanya memiliki satu dokter

yang berfungsi sebagai pengelola Puskesmas, sering menimbulkan situasi yang mengharuskan

perawat melakukan tindakan pengobatan. Fenomena ini tentunya sudah sering kita jumpai diberbagai Puskesmas terutama di daerah-daerah terpencil. Dengan pengalihan fungsi ini, maka

dapat dipastikan fungsi perawat akan terbengkalai, dan tentu saja hal ini tidak mendapatkan

perlindungan hukum karena tidak dapat dipertanggungjawabkan secara professional.

Kemudian fenomena melemahnya kepercayaan masyarakat dan maraknya tuntutan hukum

terhadap praktik tenaga kesehatan termasuk keperawatan, sering diidentikkan dengan kegagalanupaya pelayanan kesehatan. Padahal perawat hanya melakukan daya upaya sesuai disiplin ilmu

keperawatan.

Dari beberapa kenyataan di atas, jelas bahwa diperlukan suatu ketetapan hukum yang mengatur

praktik keperawatan dalam rangka menjamin perlindungan terhadap masyarakat penerimapelayanan asuhan keperawatan serta perawat sebagai pemberi pelayanan asuhan keperawatan.

Hanya perawat yang memenuhi persyaratan yang mendapatkan izin melakukan praktik keperawatan.

Untuk itu diperlukan Undang-undang Praktik keperawatan yang mengatur keberfungsian KonsilKeperawatan sebagai badan regulator untuk melindungi masyarakat. Fungsi Konsil keperawatan,

sebagai Badan Independen yang bertanggungjawab langsung kepada Presiden, yakni mengatur

5/16/2018 nurs fenomene - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurs-fenomene 3/14

 

sistem registrasi, lisensi, dan sertifikasi bagi praktik perawat (PPNI, 2006). Dengan adanya

Undang-undang Praktik Keperawatan maka akan terdapat jaminan terhadap mutu dan standarpraktik, di samping sebagai perlindungan hukum bagi pemberi dan penerima asuhan

keperawatan.

Saat ini desakan dari seluruh elemen keperawatan akan perlunya UU Keperawatan semakintinggi. Uraian di atas cukup menggambarkan betapa pentingnya UU Keperawatan tidak hanya

bagi perawat sendiri, melainkan juga bagi masyarakat selaku penerima asuhan keperawatan.Sejak dilaksanakannya Lokakarya Nasional Keperawatan tahun 1983 yang menetapkan bahwa

keperawatan merupakan profesi dan pendidikan keperawatan berada pada pendidikan tinggi,

berbagai cara telah dilakukan dalam memajukan profesi keperawatan.

Pada tahun 1989, PPNI sebagai organisasi profesi perawat di Indonesia mulai memperjuangkan

terbetuknya UU Keperawatan. Berbagai peristiwa penting terjadi dalam usaha mensukseskan UU

Keperawatan ini. Pada tahun 1992 disahkanlah UU Kesehatan yang di dalamnya mengakuibahwa keperawatan merupakan profesi ( UU Kesehatan No.23, 1992). Peristiwa ini penting

artinya, karena sebelumnya pengakuan bahwa keperawatan merupakan profesi hanya tertuangdalam Peraturan Pemerintah ( PP No.32, 1966). Dan usulan UU Keperawatan baru disahkanmenjadi Rancangan Undang-uandang ( RUU) Keperawatan pada tahun 2004.

Perlu kita ketahui bahwa untuk membuat suatu undang-undang dapat ditempuh dengan dua carayakni melalui Pemerintah (UUD 1945 Pasal 5 ayat 1) dan melalui DPR (Badan Legislatif 

Negara). Selama hampir 20 tahun ini PPNI memperjuangkan RUU Keperawatan melalui

Pemerintah, dalam hal ini Depkes RI. Dana yang dikeluarkan pun tidak sedikit. Tapikenyataannya hingga saat ini RUU keperawatan berada pada urutan 250-an pada Program

Legislasi Nasional (Prolegnas), yang pada tahun 2007 berada pada urutan 160 ( PPNI, 2008).

Tentunya, pengetahuan masyarakat akan pentingnya UU Keperawatan mutlak diperlukan. Hal initerkait status DPR yang merupakan lembaga perwakilan rakyat, sehingga pembahasan-

pembahasan yang dilakukan merupakan masalah yang sedang terjadi di masyarakat. Oleh karena

itu, pencerdasan kepada masyarakat akan pentingnya UU Keperawatn harus dilakukan agarmasyarakat merasa butuh dan usulan UU Keperawatan pun masuk dalam agenda DPR RI.

Pentingnya Keikutsertaan Mahasiswa

Perlu kita cermati bahwa aksi nasional yang akan dilakukan bukan sekedar aksi yang

mengatasnamakan perawat seja, tetapi juga nama baik profesi keperawatan keseluruhan.Keberhasilan pelaksanaan aksi tidak hanya menjadi presiden yang baik untuk profesi ini tetapi

 juga memperlancar terbentuknya UU Keperawatan, demikian pula sebaliknya.

Belajar dari pengalaman tahun lalu, saat memperingati Hari Keperawatan Sedunia di manamahasiswa berjalan sendiri dengan aksi demonstrasinya di HI dan PPNI sibuk dengan konferensi

pers-nya padahal kenyataannya dua kegiatan tersebut memiliki tujuan yang sama yakni

Pencerdasan public tentan UU Keperawatan, yang berujung pada kurang ter-blow up-nya isu kemasyarakat, dapat menjadi pelajaran untuk kita semua bahwa pentingnya kesatuan gerak seluruh

elemen keperawatan dalam mensukseskan UU Keperawatan. Mahasiswa keperawatan dengan

kuantitas massa dan intelektualitasnya yang besar dapat menjadi salah satu kekuatan utama

5/16/2018 nurs fenomene - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurs-fenomene 4/14

 

dalam pelaksanaan aksi nasional ini. Dan mengingat bahwa aksi ini merupakan awal perjuangan

baru dalam mensukseskan UU Keperawatan, peranan mahasiswa sebagai social control mutlak diperlukan terutama setelah pelaksanaan aksi dalam menjaga kontinuitas usaha PPNI dalam

memperjuangkan terciptanya UU Keperawatan.

ILMIKI dalam mengawal pengesahan RUU Keperawatan

Berdasarkan hasil laporan komisi A dalam sidang tahunan ILMIKI di Palembang menyatakan

bahwa:

” …..Dan merujuk pada amanah kongres IV ILMIKI tentang rekomendasi kepada kepengurusanILMIKI 2007-2009 pada poin 1 tentang legislasi keperawatan menuju keperawatan profesional

terkait dengan rancangan Undang-Undang Keperawatan, maka komisi A sidang tahunan IV

ILMIKI menganggap perlunya diadakan pengawalan RUU keperawatan di tiap institusi yangakan dilanjutkan dengan pengkajian nasional yang nantinya akan menghasilkan rekomendsi-

rekomendasi yang selanjutnya difollow up, hal ini terkait dengan fungsi mahasiswa sebagai

sosial kontrol. ” 

Maka, ILMIKI memiliki peran dan tanggung jawab dalam mengawal pengesahan RUU

Keperawatan di Indonesia, selain itu, upaya mengawal pengawalan terhadap RUU keperawatantersebut akan mampu. Memperkuat pemahaman dan menyatukan suara mahasiswa Ilmu

Keperawatan se-Indonesia tentang Undang-undang Keperawatan Indonesia. Menetapkanlangkah-langkah dalam membantu disahkannya Undang-undang Keperawatan. Memberikanrekomendasi Undang-undang Keperawatan Indonesia

Langkah konkrit ILMIKI dalam pengkawalan RUU keperawatan antara lain adalah:1.Koordinasi ANSI nasional mahasiswa keperawatan tanggal 12 Mei 2007 dan press release

2.Bersuara dalam rakernas PPNI, 25 -27 Maret 20083.Press Release tanggal 10 Mei 2008 di Jakarta Convention Centre

4.Koordinasi aksi nasional mahasiswa keperawatan tanggal 12 Mei 20085.Audiensi dengan komisi 9 DPR RI, 12 Mei 2008

6.Gabung dalam tim gerakan nasional sukseskan UU keperawatan sampai Semarang

7.Bersuara dalam Workshop Nasional PPNI 30 Juli 2008 tentang amandemen draft 20 UUKeperawatan

8.Diskusi Publik Nasional Mahasiswa Keperawatan tanggal 22 November 2008 tentang UU

Keperawatanunya, pengetahuan masyarakat akan pentingnya UU Keperawatan mutlak diperlukan.

3.  Ketika Perawat Indonesia "Diekspor" ke Jepang

5/16/2018 nurs fenomene - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurs-fenomene 5/14

 

 

KOMPAS/HERU SRI KUMOROHari Perawat Sedunia diperingati perawat dari sejumlah daerah dengan berunjuk rasa di depan

Gedung DPR, Senin (12/5). Mereka menuntut agar DPR segera mengesahkan undang undang

tentang keperawatan.

TERKAIT: 

  Jepang Siap Terima 400 Perawat Asal Indonesia 

KUALITAS perawat Indonesia kini menjadi pembicaraan hangat di Jepang, menyusul rencana

kedatangan para tenaga medis itu di Negeri Matahari Terbit awal Agustus 2008.

Ihwal rencana kedatangan perawat itu disampaikan oleh Atase Perdagangan KBRI Tokyo Tulus

Budhianto kepada Antara di Tokyo, Sabtu (26/7). Kedatangan tersebut tidak saja menyangkuttenaga perawat, tetapi juga caregivers, yaitu perawat untuk orang lanjut usia.

"Sebanyak 220 perawat dan caregivers akan tiba di Tokyo pada 5 Agustus mendatang. Mereka

merupakan gelombang pertama dari seribu tenaga perawat yang diakui dalam perjanjian EPAantara Indonesia dan Jepang," ungkap Tulus Budhianto yang juga Koordinator EPA Indonesia di

Tokyo.

Perjanjian EPA (Economic Partnership Agreement) berlaku efektif 1 Juli 2008, setahun setelah

ditandatangani oleh masing-masing kepala pemerintahan di Jakarta Agutus 2007. Memang

pengiriman tenaga perawat ke luar negeri, bukanlah pertama kali dilakukan. Sejak 1980-an

pemerintah sudah "mengekspor" ribuan perawat ke luar negeri, terutama ke negara-negara dikawasan teluk, seperti Kuwait, Uni Emirat Arab, bahkan ke Taiwan.

Sejalan dengan perkembangan global, Indonesia juga mulai merambah ke negara-negara maju,termasuk Jepang. Saat ini perjanjian kerjasama juga terus diupayakan baik dengan Amerika

Serikat (AS), maupun negara negara Eropa lainnya.

Mengirim perawat tentu saja berbeda dengan mengirimkan tenaga kerja informal, sepertipembantu rumah tangga, ataupun "komoditas" lainnya. Tenaga perawat dan caregivers 

merupakan tenaga kerja yang terdidik, yang di Jepang harus memiliki standar kemampuan

5/16/2018 nurs fenomene - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurs-fenomene 6/14

 

profesi yang tinggi. Apalagi pasar kerja Jepang terkenal amat menuntut ketelitian dan hasil akhir

yang sempurna.

Simak saja undang-undang tenaga kerja dan persyaratan imigrasinya yang mengharuskan pekerja

di Jepang dan pekerja asing memiliki keahllian. Berbagai pihak memang menyebutkan perawat

Indonesia banyak disukai dan diminati rumah sakit-rumah sakit di luar negeri, karena merekarela mengerjakan tugas-tugas yang semestinya menjadi porsi dokter yang dilaksanakan dengan

baik.

Sekjen Depnakertrans Besar Setyoko dalam perbincangan dengan Antara di Tokyo, beberapa

waktu lalu mengemukakan bahwa negara-negara seperti AS dan Eropa menyatakan minatnya

merekrut perawat Indonesia.

Sejumlah kekhawatiranKendati demikian, sejumlah kekhawatiran masih membayangi pengiriman tenaga perawat

Indonesia ke Negeri Sakura, terutama dalam masalah bahasa dan kultur sosial masyarakatnya.

Masalah sosial yang cukup peka adalah soal kesan orang asing yang tidak begitu bagus di matasebagian warga Jepang. Pekerja asing dianggap mengambil lahan pekerjaan warga Jepang.

Soal bahasa tampak lebih krusial, seperti yang terungkap dalam dialog rutin yang

diselenggarakan Konsulat Jenderal (Konjen) RI di Osaka bersama warga Indonesia di Jepang

awal Juli lalu. Diskusi juga melibatkan kalangan akademisi Jepang, guna memperoleh perspektif yang lebih luas dalam mengkaji suatu fenomena persoalan yang menyangkut hubungan

Indonesia-Jepang.

Menurut Elsi Dwi Hapsari, mahasiswa program doktor bidang keperawatan di Universitas Kobe,sekedar berbahasa Jepang bisa saja dicapai dalam waktu singkat, namun untuk membahas suatu

penyakit yang sarat dengan istilah teknis memerlukan waktu yang lebih lama, minimal duatahun.

Pandangan Elsi juga diakui oleh "sensei"-nya Profesor Dr. Hiroya Matsuo. Keduanya

memandang perlu dilakukannya pemantauan serius terhadap program perawat Indonesia di

Jepang agar bisa berjalan lancar, meski diakui sebagian rumah sakit Jepang mengakuikompetensi perawat Indonesia.

Saran melakukan tindakan monitoring nampaknya menjadi penting mengingat hasil sebuahsurvai yang digelar tim riset dari Asia Center Universitas Kyushu, Fukuoka, Maret lalu,

sebagaimana diberitakan harian Asahi Shimbun.

Riset yang dipimpin Profesor Yoshichika Kawaguchi itu menyebutkan, belum seluruh rumahsakit di Jepang berkenan menerima perawat asing. Dari 1.600 rumah sakit yang disurvai (522 di

antaranya memberikan respon), dan hanya 46 persen saja yang bersedia menerima. Artinya

sebagian masih meragukan keahlian perawat asing.

Penelitian itu juga menyebutkan rumah sakit Jepang tampaknya "kecapaian" kalau diberikan

tugas tambahan memberikan pelatihan sesuai standar Jepang kepada para perawat asing. Namun

5/16/2018 nurs fenomene - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurs-fenomene 7/14

 

yang lainnya, sebanyak 38 persen, justru bersemangat untuk menyediakan fasilitas pelatihan.

Menurut Profesor Kawaguchi, masih enggannya sebagian rumah sakit di Jepang, karena kurang

lengkapnya informasi mengenai sistem penerimaan itu sendiri.

"Pemerintah Jepang harus memberikan informasi serinci mungkin dan sesegera mungkin, sertamelakukannya secara aktif," kata Kawaguchi lagi. Pelatihan itu penting agar masyarakat Jepang

 juga mengetahui bahwa tenaga terampil itu sudah berlinsensi Jepang, sesuai standar keahlian

Jepang.

Sebelum menjalankan pekerjaannya, perawat Indonesia nantinya harus belajar bahasa Jepang

selama enam bulan. Setelah itu diharuskan mengikuti ujian nasional untuk mendapatan lisensikeperawatan. Jika lulus, barulah mereka diperkenankan tinggal dan bekerja di Jepang.

Perawat Indonesia yang bekerja di Jepang akan mendapat gaji sedikitnya 200.000 yen, atau

sekitar Rp17,9 juta per bulan, dan dikontrak untuk tiga tahun. Sementara itu, gaji pengasuh

sedikitnya 175.000 yen, atau sekitar Rp 15,6 juta per bulan, dan dikontrak empat tahun.

Momentum tepatFenomena masuknya perawat Indonesia ke Jepang dalam payung perjanjian kerjasama EPA

(Economic Partnership Agreement) menurut Dubes RI untuk Jepang Jusuf Anwar merupakan

momentum yang tepat.

Apalagi dalam kondisi Jepang yang sedang mengalami persoalan "aging society", yaitu

bertambahnya kelompok masyarakat lanjut usia. "Jepang membutuhkan tenaga kerja asing untuk 

tetap bisa menjaga agar mesin-mesin industri ekonominya tetap berproduksi," kata Jusuf Anwar.

Bertambahnya usia harapan hidup di Jepang (rata-rata mencapai 82 tahun, tertinggi di dunia)ternyata tidak dibarengi oleh bertambahnya angkatan produktif. Jumlah angka kelahiran di

Jepang justru menurun. Saat ini populasi Jepang sebanyak 127 juta orang, lebih dari 15 persenadalah kelompok lanjut usia.

Jepang memang mencoba mengatasinya dengan menggenjot produksi robot humanoid (yangberfungsi seperti manusia), namun tetap tidak bisa mengatasi ketergantungannya pada tenaga

manusia, khususnya di bidang pelayanan kesehatan. Kekurangan tenaga kesehatan bisa membuat

sistem pelayanan kesehatan Jepang lumpuh.

"Ekonomi yang mandeg, produktifitas yang turun, serta besarnya biaya layanan kesehatan bagi

lansia yang harus dikeluarkan pemerintah, membuat Jepang mau tidak mau harus mengubahkebijakan imigrasi dan ketenagakerjaaannya," kata Dubes lagi.

Bagi Indonesia, banyak hal yang bisa diperoleh dari pengiriman perawat dan caregivers ke

Jepang. Paling tidak membuat kualitas keperawatan Indonesia semakin diakui secarainternasional. Pengaruh lainnya adalah pembenahan dalam masalah kepastian hukum,

perlindungan tenaga kerja di luar negeri, dan standar upah yang layak.

5/16/2018 nurs fenomene - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurs-fenomene 8/14

 

"Pembenahan harus juga menyangkut lembaga-lembaga pendidikan keperawatan di Tanah Air,

yang merupakan mesin pencetak bagi tenaga perawat berkualitas," ujar Dubes.

4.  PROSPEK LULUSAN PERAWAT (DIPLOMA III KEPERAWATAN &

NERS) DI INDONESIA

Oleh: Nursalam*

Artikel pernah diterbitkan di Tabloid Lingua FK Unair

Profesi perawat di Indonesia pada 10 tahun terakhir ini menjadi profesi yang menarik untuk 

disimak. Fenomena pertama adalah semakin terbukanya kesempatan dan tawaran bekerja di Luarnegeri (negara Timur Tengah dan Eropa). Fenomena Kedua adalah semakin meningkatnya

animo masyarakat menyekolahkan anaknya di Akademi keperawatan (AKPER). Dan fenomenayang ketiga adalah semakin menjamurnya Pendidikan Keperawatan (setingkat Diploma III) diIndonesia, di Jawa Timur saja diperkirakan sudah lebih dari 50 AKPER. Pertanyaan yang timbul

adalah bagaimana prospek lulusannya, apakah mereka memang merupakan lulusan yang

berkualitas dan siap bersaing untuk bekerja di Luar negeri. Hal ini didasarkan sangat sedikitsekali kesempatan untuk menjadi PNS dan keterbatasan Institusi untuk menerima para lulusanPerawat tersebut. Memang kalau kita membahas siapa yang salah, tidak akan pernah ada

habisnya. Hal utama yang harus dipikirkan adalah bagaimana memberikan solusi terbaik, agar

para lulusan perawat tersebut mempunyai prospek yang jelas di hari esok.

Masyarakat terus-menerus berkembang atau mengalami perubahan. Dengan terjadinyaperubahan atau pergeseran dari berbagai faktor yang mempengaruhi keperawatan, maka akan

terjadi perubahan atau pergeseran dalam keperawatan, baik perubahan dalam pelayanan / asuhankeperawatan, perkembangan IPTEKKEP, maupun perubahan dalam masyarakat keperawatan,baik sebagai masyarakat ilmuwan maupun sebagai masyarakat profesional serta prospek perawat

di masa depan dalam mengembangkan karier dan memperoleh kesempatan untuk bekerja.

Prospek perawat profesional di masa depan sangat ditentukan oleh banyak faktor, mulai faktorkeadaan kestabilan sosial-ekonomi-politik di Indonesia dan faktor internal pada diri perawat

sendiri.

Perubahan ekonomi membawa dampak terhadap pengurangan berbagai anggaran untuk 

pelayanan kesehatan, sehingga berdampak terhadap orientasi pelayanan kesehatan / keperawatandari lembaga sosial ke orientasi “bisnis”. Pelayanan kesehatan dihadapkan pada suatu dilema, disatu sisi harus mengurangi beberapa alokasi anggaran di sisi yang lain mutu asuhan kesehatan / 

keperawatan harus ditingkatkan. Keadaan ini ditunjang dengan keadaan politik yang semakintidak menentu. Para elit politik, baik eksekutif maupun legislatif, lebih berperan sebagai seorangpenguasa yang selalu membenarkan semua tindakannya untuk kepentingan golongan / kelompok 

tertentu, sedikit sekali perduli dengan masalah yang dihadapi anak bangsa, khususnya masalah

kesehatan. Sedangkan perubahan kependudukan dengan bertambahnya jumlah penduduk diIndonesia dan bertambahnya umur harapan hidup, maka akan membawa dampak terhadap

lingkup dari praktek keperawatan. Penyakit HIV-AIDS akan menjadi maslah utama kesehatan

dan keperawatan di masa depan. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan / keperawatan. Era

5/16/2018 nurs fenomene - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurs-fenomene 9/14

 

kesejagatan identik dengan era komputerisasi, sehingga perawat dituntut untuk menguasai

teknologi komputer didalam melaksanakan MIS (Management Information System) baik ditatanan pelayanan maupun Pendidikan Keperawatan.

Perubahan yang diharapkan terjadi pada diri perawat di masa depan adalah sebagai sosok 

perawat profesional, yang dapat dilihat dari perannya. Peran perawat yang utama di masa depan

adalah mempertahankan perawat sebagai profesi dengan menjaga citra perawat di hatimasyarakat dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan kesehatan baik tingkat kabupaten,

provinsi dan nasional dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan pada umumnya. Hal ini

berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan danperubahan memerlukan peran aktif secara profesional dengan mmperhatikan setiap perubahan

yang terjadi di Indonesia.

Potret perawat masa depan adalah perawat yang mempunyai 6 E (Environmental savvy;Excellence; Eclecticism; Enthusiasm; effort; Endurance). Perawat harus tanggap dan dinamis

dalam perubahan yang sudah dan akan terus terjadi di masa depan.

Ciri khas lain perawat masa depan adalah selalu melaksanakan perannya yang terbaik dan

berpandangan luas didalam menyelesaikan permasalahan. Diharapkan di masa depan perawat

mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi ditunjang dengan berbagai aktifitas / kegiatanyang dilaksanakan. Ciri khas yang terpenting, perawat harus mempunyai suatu daya tahan yang

tinggi dan tidak pantang menyerah dalam meraih tujuan profesionalisme.

APA DAMPAK PERUBAHAN?

Dampak Perubahan-perubahan yang terjadi di era global akan membawa dampak yang positif dan juga negatif.

Perubahan yang berdampak positif yang akan terjadi meliputi: (1) makin meningkatnya mutu

pelayanan kesehatan / keperawatan yang diselenggarakan; (2) makin sesuainya jenis dan

keahlian tenaga kesehatan / keperawatan yang tersedia sesua dengan tuntutan dan kebutuhanmasyarakat; (3) bertambahnya kesempatan kerja bagi tenaga kesehatan

Sedangkan dampak negatif yang perlu diperhatikan meliputi:: (1) terjadinya persaingan yangmakin ketat antar tenaga kesehatan / keperawatan bangsa sendiri dan asing; (2) berubahnyafilosofi pelayanan kesehatan/keperawatan, yang semula berorientasi sosial menjadi sepenuhnya

bersifat komersial; (3) makin sulit mewujudkan pemerataan pelayanan kesehatan/keperawatan.

Terjadinya ketimpangan pemerataan pelayanan ini erat kaitannya dengan tenaga ahli / tenagaasing untuk berkiprah di daerah-daerah terpencil; (4) tidak sesuainya pelayanan yang diberikan

sesuai dengan kebutuhan masyarakat

BAGAIMANA PROSPEK PENEMPATAN PERAWAT DI MASA DEPAN?

Perubahan sosial ekonomi dan politik, kependudukan, dan IPTEK akan berdampak terhadap

perubahan penempatan perawat, yang meliputi bentuk praktik keperawatan, pendidikankeperawatan dan perkembangan IPTEK keperawatan. Perawat pada abad mendatang akan

menghadapi suatu kesempatan dan tantangan yang sangat luas sekaligus suatu ancaman (Chitty,

1997: 470 )Tantangan terhadap praktek keperawatan dapat diidentifikasi sebagai pada gambar di bawah ini.

Keadaan tersebut harus dianggap sebagai tantangan, karena adanya (1) pengurangan anggaran

dalam system pelayanan kesehatan; (2) Otonomi dan akontabilitas; (3) PerkembanganTeknologi; (4) Perbedaan batas kewenangan praktek.

5/16/2018 nurs fenomene - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurs-fenomene 10/14

 

1. Tatanan Pelayanan Kesehatan

Tempat praktek keperawatan di masa depan meliputi pada tatanan klinik (RS); komunitas; danpraktek mandiri di rumah / berkelompok (sesuai SK MENKES R.I 1239/2001 tentang registrasi

dan praktik keperawatan). Gambaran tempat praktek dapat dilihat pada diagram di bawah ini: (1)

Pengurangan anggaran. Perawat Indonesia saat ini dihadapkan pada suatu delima, disatu sisi dia

harus terus mengupayakan peningkatan kualitas layanan kesehatan di lain pihak pemerintahmemotong alokasi anggaran untuk pelayanan keperawatan. Keadaan ini dipicu dengan

menjadikan RS sakit swadana, dimana juga berdampak juga terhadap kinerja perawat. Dalam

melaksanakan tugasnya sering perawat jarang mengadakan hubungan interpersonal yang baik karena mereka harus melayani pasien laiinya dan dikejar oleh waktu. Keadaan tersebut sebagai

suatu tantangan bagi perawat dalam berpegang terus dalam nilai-nilai moral dan etik.. (2)

Otonomi dan Akontabilitas. Dengan melibatkan perawat dalam pengambilan suatu keputusn diPemerintahan, merupakan hal yang sangat positif dalam meningkatkan otonomi dan akontabilitas

perawat Indonesia. Peran serta tersbut perlu ditingkatkan terus dan dipertahankan. Kemandirian

perawat dalam melaksanakan perannya sebagai suatu tantangan. Semakin meningkatnya otonomi

perawat semakin tingginya tuntutan kemampuan yang yang harus dipersiapkan. (3) Teknologi.

Penguasaan dan keterlibatan dalam Perkembangan IPTEK dalam praktek keperawatan bagiperawat Indonesia merupakan suatu keharusan. Penguasaan IPTEK juga akan berperan dalam

menapis dan menseleksi IPTEK yang sesuai dengan kebutuhan dan social budaya masyarakatIndonesia yang akan diadopsi. Apabila kita tetap tidak mampu menerapkan teknologi yang ada,

maka kita akan menjadi orang yang tertinggal dan ditinggalkan oleh konsumennya. (3)

Perbedaan Batas Kewenangan Praktek. Belum jelasnya batas kewenangan praktek keperawatanpada setiap jenjang pendidikan, sebagai suatu tantangan bagi profesi keperawatan. Berdasarkan

hasil kajian penulis, hal tersebut terjadi karena belum dipahaminya atau dikembangkannya “body

of knowledge” keperawatan. Selama menempuh pendidikan perawat mendapatkan ilmu dan pola

pikir yang hampir sama dengan profesi kedokteran. Sehingga bukan sesuatu yang aneh setelahpraktek melakukan hal yang sama seperti apa yang didapatkannya di sekolah. Perawat sering

dihadapkan pada suatu dilema karena tidak jelasnya batas kewenangan dalam pelasanaantindakan keperawatan. Keadaan ini jelas akan berdampak terhadap peran perawat dalam

peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.

2. Pendidikan KeperawatanDalam menunjang perkembangan dan proses profesionalisasi keperawatan Indonesia, maka

diperlukan dukungan sumber daya manusia (perawat) yang berkualitas. Oleh karena itu institusi

pendidikan akan memberikan kesempatan kepada para lulusannya, khususnya yang mempunyai

kualifikasi baik, untuk bekerja sebagai staf pengajar. Bagi para lulusan yang masih mampumelanjutkan penddikan, dapat meneruskan ke Starta 1 (di Program Studi Ilmu Keperawatan)

sampai dengan tingkat doctoral.

3. Bekerja Di Luar Negeri Sebagai Tenaga Profesional

Sudah sejak 10 tahun yang lalu, kesempatan bagi para perawat untuk bekerja di Luar Negeri

sebagau tenaga profesional dibuka, akan tetapi sampai dengan saat ini, jumlah tenaga perawatyang bekerja sangat sedikit. Sedikitnya jumlah perawat yang dapat bekerja di Luar negeri lebih

disebabkan faktor (1) kurangnya kemampuan perawat dalam berbahasa Inggris, sehingga selalu

gagal setiap mengikuti seleksi; dan (2) kurangnya motivasi perawat untuk bekerja di luar negeri,karena faktor tidak ingin jauh dengan keluarga. Saya menyebutnya perawat seperti ini menganut

5/16/2018 nurs fenomene - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurs-fenomene 11/14

 

 paradigma “mangan nggak makan yang penting kumpul” dengan menganut madzab “takut

sengsara hidup di negeri orang”. Kesempatan ini kalau dibiarkan akan menjadikan suatuancaman dimana akan membawa dampak terhadap kecilnya peluang perawat Indonesia untuk 

bekerja di Luar Negeri.

4. Lain – Lain: Swasta Dan Atau Jalur Non Liner Lainnya (Bumn, Pabrik, Klinik Dll) DanLegislatif / Eksekutif (Pemerintahan)

Dari beberapa data yang ada, profesi perawat masih sangat diminati untuk bekerja sebagaikaryawan di swasta maupun BUMN (Pabrik Obat) baik sebagai tenaga praktisi di Klinik maupun

sebagai managerial. Di masa depan diharapkan perawat juga mampu berkiprah dalam kancah

pemerintahan dan atau legislatif. Hal ini akan sangat mendukung profesi perawat ikutberpartisipasi dalam menentukan suatu kebijakan-kebijakan pembangunan, yang tentunya akan

berdampak positif bagi perawat dalam memperoleh kesempatan.

* Dr. Nursalam, G.Dip.Med-Surg.M.Nurs (Honours)

5.  KETIKA PROFESIONALISME KEPERAWATAN TERANCAM

Keperawatan adalah sebuah profesi, di mana di dalamnya terdapat se buah “body of knowladge’

yang jelas. Profesi Keperawatan memiliki dasar pendidikan yang kuat, sehingga dapat

dikembangkan setinggi-tingginya. Hal ini menyebabkan Profesi Keperawatan selalu dituntutuntuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam Sistem Pelayanan Kesehatan di

Indonesia dalam upaya meningkatakan profesionalisme Keperawatan agar dapat memajukanpelayanan masyarakat akan kesehatan di negeri ini.1

Berdasarkan pemahaman tersebut dan untuk mencapainya, dibentuklah suatu Sistem Pendidikan

Tinggi Keperawatan, yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatakan pelayanan kesehatanyang berkualitas. Dalam melaksanakan hal ini tentunya dibutuhkan sumber daya pelaksana

kesehatan termasuk di dalamnya terdapat tenaga keperawatan yang baik, baik dalam kuantitas

maupun dalam kualitas.

Saat ini, di Indonesia pendidikan Keperawatan masih merupakan pendidikan yang bersifatvocational, yang merupakan pendidikan keterampilan, sedangkan idealnya pendidikanKeperawatan harus bersifat profesionalisme, yang menyeimbangkan antara teori dan praktik.

Oleh karena itu diperlukan adanya penerapan Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan, yaitu

dengan didirikannya lembaga-lembaga Pendikan Tinggi Keperawatan. Hal ini telah dilakukanoleh Indonesia dengan membentuk sebuah lembaga Pendidikan Tinggi Keperawatan yang

dimulai sejak tahun 1985, yang kemudian berjalan berdampingan dengan pendidikan-pendidikan

vocational.

5/16/2018 nurs fenomene - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurs-fenomene 12/14

 

 

Selanjutnya, dalam perjalanan perkembangan keprofesionalismeannya, ternyatakeprofesionalismean Keperawatan sulit tercapai bila pendidikan vocational lebih banyak dari

pada pendidikan yang bersifat profesionalisme, dalam hal ini pendidikan tinggi Keperawatan.

Oleh karena itu, diperlukan adanya standarisasi kebijakan tentang pendidikan Keperawatan yang

minimal berbasis S1 Keperawatan.

Terkait hal tersebut, Direktorat Pendidikan Tinggi mengeluarkan SK No 427/ dikti/ kep/ 1999,tentang landasan dibentuknya pendidikan Keperawatan di Indonesia berbasis S1 Keperawatan.

SK ini didasarkan karena Keperawatan yang memiliki “body of knowladge” yang jelas, dapat

dikembangkan setinggi-tingginya karena memilki dasar pendidikan yang kuat2. Selain itu, jikaditelaah lagi, penerbitan SK itu sendiri tentu ada pihak-pihak yang terkat yang

merekomendasikannya, dalam hal ini yakni Departemen Kesehatan ( DepKes) dan Persatuan

Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Jika dilihat dari hal ini, maka dapat disimpulkan adanya

kolaborasi yang baik antara Depkes dan PPNI dalam rangka memajukan dunia Keperawatan diIndonesia.

Namun dalam kenyataannya tidaklah demikian. Banyak sekali kebijakan-kebijakan yangdikeluarkan oleh Depkes yang sangat merugikan dunia keperawatan, termasuk kebijakan

mengenai dibentuknya pendidikan Keperawatan DIV di Politeknik-politeknik Kesehatan

(Poltekes), yang disetarakan dengan S1 Keperawatan, dan bisa langsung melanjutkan kependidikan strata dua (S2) dan juga. Padahal beberapa tahun lalu telah ada beberapa Program

Studi Ilmu Keperawatan di negeri ini seperti PSIK Univesitas Sumatera Utara dan PSIK

Universitas Diponegoro yang telah membubarkan dan menutup pendidikan DIV Keperawatan

karena sangat jelas menghambat perkembangan profesi keperawatan. Selain itu masihberaktivitasnya poltekes-poltekes yang ada di Indonesia sekarang ini sebetulnya melanggar

hukum Sistem Pendidikan Nasional yang ada tentang pendirian Poltekes, yakni Undang-undang

No. 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Kedinasan, di mana pendirian Poltekes yang langsungberada dalam wewenang Depkes bertujuan dalam rangka mendidik pegawai negeri atau calon

pegawai negeri di bidang kesehatan, sehingga setelah lulus, lulusan-lulusan Poltekes tersebut

akan langsung diangkat menjadi pegawai negeri. Sedangkan saat ini, Poltekes bukan lagi

merupakan Lembaga Pendidikan Kedinasan, sehingga para lulusannya tidak lagi mendapatikatan dinas menjadi pegawai negeri. Oleh karena itu seharusnya Poltekes-poltekes yang

sekarang ada ini tidak dapat lagi melakukan aktivitasnya memberikan pendidikan keperawatan.

Selain itu akhir-akhir ini Depkes telah membuat kebijakan yang mengghentikan utilisasi S1

Keperawatan, dan walaupun masih ada, mereka dijadikan perawat-perawat S1 yang siap dikirim

ke luar negeri. Hal ini bertujuan untuk ”menggoalkan” DIV Keperawatan. 

Sesungguhnya, sistem pelayanan kesehatan seperti apa yang akan diterapkan oleh Pemerintah

dalam hal ini Depkes di negeri ini ?

Apakah dibalik semua alasan sistematis yang disampaikan dalam membentuk pendidikan DIV

Keperawatan sebetulnya alasan utamanya adalah karena Depkes tidak mau mengalami kerugian jika sampai Poltekes-poltekes yang ada tidak dapat berfungsi lagi ?

5/16/2018 nurs fenomene - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurs-fenomene 13/14

 

Pendirian S1 Keperawatan merupakan rekomendasi dari Departemen Kesehatan, tapi mengapa

 justru dalam kenyataannya S1 keperawatan dimatikan utilisasinya ? Di mana letak kelogikaannya ?

Perawat-perawat S1 yang dihasilkan dimana tenaga-tenaga mereka sangat dibutuhkan di negeri

ini dikirim ke luar negeri, tetapi untuk perawat di negeri sendiri “cukup” dengan pendidikanvocational saja. Kebijakan seperti apa ini ? Akan dibawa ke mana dunia pelayanan kesehatan di

negara kita ini ?

Hal ini tentu saja sudah sangat keterlaluan. Profesi Keperawatan secara sedikit demi sedikit

melalui cara-cara yang sistematis dibawa pada jurang kehancuran. Tentunya kita sebagai calon-calon perawat profesional di masa depan tidak akan membiarkan profesi kita tidak dihargai di

masa depan dan pelayanan kesehatan yang diterapkan sangat jauh dari pelayanan kesehatan

standar yang seharusnya didapat oleh bangsa ini. Lalu langkah apa yang akan kita tempuh ?

Cyted from : alumnifikui.blogspot.com

1 Pers release Aksi Penolakan D IV Keperawatan di Semarang, 9 juni 2007

2 Bapak Hadi, S. Kp, M. Kp , Ketua Departemen Politik dan Hukum PPNI Pusat

Indonesian Nursing Bill Update

DPR Perlu Prioritaskan RUU Keperawatan

Tegal, Kompas – Persatuan Perawat Nasional Indonesia mendesak DPR memasukkan

Rancangan Undang-undang Keperawatan dalam Program Legislasi Nasional 2011 dan segeramengesahkannya menjadi UU. Hal itu karena UU tersebut dinilai sangat penting untuk mengatur

profesi perawat serta melindungi masyarakat dalam mendapatkan pelayanan perawat.

Desakan itu disampaikan dalam konferensi pers menjelang penutupan Musyawarah Provinsi VIIIPersatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah di Kota Tegal, Sabtu (4/12). Ketua

Umum PPNI Pusat Dewi Irawaty mengatakan, sebelumnya RUU Keperawatan dijanjikan masuk 

dalam Prolegnas 2010 dan diprioritaskan. Namun, dari informasi yang diperoleh, RUUKeperawatan tidak dimasukkan ke prolegnas. Bahkan ada indikasi urusan yang tercantum dalam

RUU Keperawatan akan dimasukkan dalam RUU Tenaga Kesehatan.

Padahal, menurut Dewi, perawat merupakan profesi yang perlu diatur dengan UU tersen- diri.

Dengan UU, perawat bisa tegak sebagai profesi serta masyarakat bisa mendapat layanan yang

 jelas.Dalam RUU Keperawatan, lanjutnya, diatur antara lain praktik keperawatan, orang- orang yang

bisa menjalankan praktik keperawatan, serta cara mendapat kewenangan menjadi perawat.

”Aturan ini mengacu pada aturan internasional,” katanya. Jumlah perawat di Indonesia sekitar 500.000 orang. Perawat merupakan profesi yang sangat

penting dalam melayani masyarakat karena mereka yang pertama kali menghadapi pasien yang

tiba di rumah sakit. Jika tuntutan itu tidak dikabulkan, itu menandakan DPR tidak memahamisubstansi RUU tersebut.

5/16/2018 nurs fenomene - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/nurs-fenomene 14/14

 

Ketua PPNI Jawa Tengah Edy Wuryanto menambahkan, semua perawat dan pengurus PPNI

Jateng melalui Musprov VIII 2010 menyatakan prihatin dan kecewa atas rendahnya komitmenDPR tersebut.

Menurut Edy, ”UU ini akan mengikat perawat agar memberikan pelayanan perawatan yang baik,

sesuai kaidah keperawatan,” ujarnya. Selain itu, UU Keperawatan juga diperlukan agar perawat

Indonesia bisa berkompetisi dengan perawat dari luar negeri. Selama ini mereka diperlakukansama dengan tenaga kerja Indonesia (TKI) pada umumnya sehingga gajinya lebih rendah.(WIE)

source :

http://cetak.kompas.com/read/2010/12/06/03090857/.dpr.perlu.prioritaskan.ruu.keperawatan  

http://indonesiannursing.com/2008/01/ketika-profesionalisme-keperawatan-terancam/