Upload
kim-fajar-joong
View
149
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
j
Citation preview
OBAT ANTI-OBESITAS
Obat anti obesitas adalah obat-obat yang dapat menurunkan atau mengontrol berat badan.
Obat-obat ini bekerja dengan mengubah proses fundamental dalam tubuh dan regulasi berat
badan. Secara umum cara kerja obat anti-obesitas ini adalah melalui pengaturan keseimbangan
energi yang diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu pengendalian rasa
lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi dan regulasi sekresi hormon.
Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen
(yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan adipose,
usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta
menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia, meningkatkan
pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang.
Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor
distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK)
sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived
hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi.
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat
disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang
anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide –Y (NPY),
sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih
besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada
orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian
besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak
menyebabkan penurunan nafsu makan.
Tiga prinsip mekanisme kerja obat-obatan untuk menurunkan berat badan atau mencegah
peningkatan berat badan (obesitas) diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Menekan nafsu makan
Obat-obatan ini bekerja sebagai penekan nafsu makan, yang disebut juga preparat,
yang mempunyai efek neurotransmitter, seperti serotonin, yaitu suatu zat di otak yang
dapat mempengaruhi persepsi orang terhadap rasa lapar (appetite suppresant).
b) Mengurangi penyerapan makanan
Ditemukan obat-obatan yang menghambat kerja enzim di saluran cerna – salah
satunya adalah menghambat penyerapan lemak, sehingga total kalori yang diserap tubuh
dapat dikurangi.
c) Meningkatkan metabolisme tubuh
Metabolisme tubuh ditingkatkan melalui peningkatan pembakaran kalori menjadi
energy di dalam tubuh. Energi dapat dibakar dengan melakukan aktifitas fisik atau
merubah Tingkat Metabolik Basal (BMR) dengan melakukan perubahan pada sistem
saraf simpatik.
Jenis-Jenis Obat Anti-Obesitas
Obat-obat anti-obesitas yang beredar dipasaran dapat dibagi menjadi golongan-golongan berikut:
a) Golongan nonadrenergik
Contoh golongan obat nonadrnergik diantaranya yaitu amfetamin (tidak diijinkan,
fentermin (meningkatkan pelepasan NE saja), dietilpropion, dan mazindol
b) Golongan serotonergik
Obat ini bekerja meningkatkan pelepasan serotonin dan menginhibisi reuptake-nya dan
fluoksetin.
c) Campuran noradrenergic dan serotonergik
Contoh obat golongan noradrenergic dan serotonergik yaitu sibutramin, yang bekerja
dengan cara menghinhibisi reuptake serotonin dan NE.
d) Gastrointestinal lipase inhibitor
Contoh obat golongan Gastrointestinal lipase inhibitor yaitu orlistat yang bekerja dengan
cara menginhibisi lipase lambung dan pankreas.
Obat-obat anti-obesitas yang dapat digunakan dan disetujui oleh FDA hanyalah yang
memenuhi DEA schedule III dan IV. DEA schedule ialah pengggolongan obat berdasarkan
potensinya untuk menimbulkan ketergantungan. Semakin rendah nilainya semakin bahaya untuk
disalahgunakan.
Berikut ini merupakan obat-obat antiobesitas yang dapat digunakan dan disetujui oleh FDA
Nama Generik Nama Dagang DEA ScheduleLama
PenggunaanDisetujui
Orlistat Xenical Tidak ada Jangka panjang 1999
Sibutramin Meridia IV Jangka panjang 1997
Dietilpropion Tenuate IV Jangka pendek 1973
FenterminAdipex,
IonaminIV Jangka pendek 1973
Fendimetrazin Bontril, Prelu-2 III Jangka pendek 1961
Benzfetamin DIldrex III Jangka pendek 1960
Dari beberapa obat-obat obesitas diatas yang paling aman digunakan adalah orlistat
karena tidak bekerja pada SSP, sedangkan sibutramin, dietilpropion, dan fentermin termasuk
golongan IV yang berarti kemungkinan penyalahgunaannya lebih rendah. Sibutramin dapat
digunakan untuk jangka panjang (lebih dari 6 bulan) karena kecenderungan penyalahgunaannya
lebih kecil dan efek kerjanya akan hilang setelah 1 tahun.
Sedangkan dietilpropanolamin yang digunakan oleh wanita obesitas dalam dosis besar
(lebih dari 75 mg sehari) ternyata dapat menyebabkan peningkatang kejadian stroke. Karena itu
indikasi obat ini untuk obesitas telah ditarik, dan hanya boleh digunakan dalam dosis maksimal
75 mg sehari sebagai dekongestan. Selain itu, untuk fentermine telah ditarik sebagai obat anti-
obesitas karena diperkirakan menyebabkan hipertensi pulmonal dan kerusakan katup jantung.
Obat obesitas yang diijinkan untuk digunakan di Indonesia ialah campuran golongan
noradrenergic dan golongan serotonergik yaitu sibutramin, dan golongan gastrointestinal lipase
inhibitor, yaitu orlistat. Sehingga dalam makalah ini hanya akan disajikan obat-obat yang
diijinkan untuk digunakan di Indonesia yaitu Orlistat dan Sibutramin.
1. Orlistat (Xenical)
Orlistat merupakan obat anti-obesitas golongan Gastrointestinal lipase inhibitor
yang digunakan dalam pengobatan kelebihan berat badan (BMI ≥ 28). Obat ini
merupakan oba anti obesitas pertama yang tidak bekerja sebagai penekan nafsu makan,
tetapi bekerja secara lokal dengan cara menghambat enzim lipase saluran cerna. Dengan
cara kerja sebagai ‘penghambat lemak’ tersebut, maka 30% dari lemak yang dikonsumsi
tidak dapat diserap dan diekskresikan dalam tinja. Dengan demikian, terjadi pengurangan
penyerapan kalori yang akan menghasilkan penurunan berat badan secara signifikan.
a) Stukutur dari Orlistat
Orlistat termasuk dalam turunan hidrogenasi dari lipstatin yang diproduksi
oleh bakteri Streptococcus toxytricini. Senyawa ini bersifat sangat lipofilik dan
merupakan penghambat potensial untuk sebagian besar enzim lipase mamalia.
Lipase dibutuhkan untuk menghidrolisis trigliserida dari makanan menjadi asam
lemak bebas yang bisa diserap. Dalam intestinal, orlistat secara ireversibel
menghambat enzim lipase melalui ikatan kovalen dengan residu serine pada sisi
aktif.
Struktur dari orlistat dan lipstatin adalah sebagai berikut:
b) Mekanisme kerja Orlistat
Lemak diserap dalam bentuk trigleserida yang mengandung satu molekul
monogliserida dan 2 molekul asam lemak bebas. Sebagian besar proses pencernaan
lemak terjadi pada bagian pertama usus kecil, duodenum – yang benyak mengandung
cairan pankreatik – dimana reaksi ezimatik akan berlangsung. Di sini, lemak akan
diemulsifikasi (dipecah menjadi butiran-butiran kecil) membentuk ‘tiny fat globules’
yang berdiameter 200 nm sampai 5000 nm.
Enzim lipase yang berperan pada emulsifikasi ini, akan memecah trigliserida
menjadi asam lemak bebas dan monogliserida. Untuk dapat menembus dinding usus,
monogliserida dan asam lemak bebas ini harus berikatan terlebih dahulu dengan garam
empedu untuk membentuk micelle. Bagian dalam usus kecil diselimuti dengan apa yang
disebut villi yang berfungsi memperluas permukaan, guna mempercepat penyerapan
hasil-hasil pencernaan. Saat lemak diabsorpsi, akan melewati small lymph vessels , yang
disebut lacteal, untuk kemundian didisstribusikan ke dalam sistem limpa dan masuk ke
dalam sistem sirkulasi.
Orlistat bekerja secara lokal di saluran cerna dengan cara menghambat kerja
enzim lipase dan mencegah 30% penyerapan lemak. Orlistat mempunyai struktur
molekul unik yang akan mengikat bagian aktif dari enzim lipase dan menghambat
aktivitasnya. Dengan demikian, enzim ini tidak dapat memecah trigliserida menjadi
komponen penyusunnya – maka 30% lemak tidak dapat dicerna dan diserap. Sedangkan,
sebanyak proporsi yang signifikan dari sisa asupan lemak yang tidak tercerna dan tidak
terabsorpsi akan melewati saluran pencernaan dalam keadaan tidak berubah. Sedangkan
70% lemak tetap dapat mengalami penyerapan secara normal, hal ini penting guna
memastikan kelarutan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Dengan cara kerja yang
lokal (non sistemik) ini, orlistat tidak menimbulkan efek samping terhadap sistem saraf
pusat dan kardiovaskular seperti pada golongan appetite supresant.
Dengan rata-rata 40% asupan lemak dari asupan total energi per hari, walaupun
angka yang direkomendasikan adalah 30% per hari. Orlistat – dosis 120 mg tiga kali
sehari – dapat mengurangi penyerapan lemak sebesar kurang lebih 30%. Dengan
menghambat penyerapan lemak tersebut, akan terjadi defisit kalori secara nyata, namun
demikian, zat-zat gizi lain yang larut dalam lemak tetap akan diserap - guna memastikan
kecukupan zat-zat gizi tersebut bagi tubuh.
Berkurangnya jumlah lemak yang diserap, secara efektif dapat mengurangi
masukan energi, sehingga penurunan berat badan secara nyata dapat dicapai.
c) Dosis
Dosis umum penggunan orlistat adalah 27 mg 3 kali sehari, 60 mg atau 120 mg.
Orlistat yang berbentuk kapsul atau tablet kunyah ini baik digunakan segera sebelum,
selama atau setelah 1 jam setelah makan. Namun, penggunaan orlistat ini dapat dikurangi
apabila makanan yang dikonsumsi tidak mengandung lemak. Pemberian dosis ini
bersamaan dengan makanan yang mengandung sekitar 15 gram lemak.
d) Efek samping
Dengan menggunakan orlistat, hingga 30% lemak yang dimakan tidak akan
diserap oleh tubuh, hal ini lah yang kemudian dapat menyebabkan beberapa efek samping
dari pemberian orlistat sebagai berikut :
a. Efek merugikan biasanya muncul pada saat awal pengobatan paling sering
terjadi selama 1-2 bulan pertama dengan derajat ringan sampai sedang dan
membaik seiring berlanjutnya penggunaan.
b. Mengkonsumsi orlistat dalam waktu yang terlalu lama dapat
mengakibatkan kurang gizi dan kolesterol rendah. Oleh sebab itu, bila berat
badan telah tercapai ideal, hentikan mengkonsumsi Orlistat secara rutin.
Sehingga penggunaan Orlistat ini digunakan bila perlu saja, yaitu ketika
sudah tidak mengkonsumsi makanan berlemak. Gunakan Xenical bila perlu
saja, yakni tatkala mengkonsumsi makanan berlemak.
c. Efek samping yang seringkali dialami adalah: sakit perut/ketidaknyamanan,
kembung, feses cair atau lunak, nyeri rektum/tidak nyaman, gangguan gigi
atau gusi.
d. Kejadian lain yang amat jarang ditemukan adalah: infeksi saluran napas
atas, infeksi saluran napas bawah, influenza, nyeri kepala, iregularitasi
menstruasi, cemas, keletihan, infeksi saluran kemih, dan gangguan hati.
e) Interaksi
Pada studi farmakokinetik tidak didapatkan interaksi dengan alkohol, digoksin,
metformin, nifedipin, kontraseptif oral, fenitoin, statin ataupun warfarin. Bagimanapun,
orlistat meningkatkan bioavailabilitas (konsentrasi plasma meningkat sekitar 30%) dan
khasiat menurunkan lipid dari Pravastatin.
Penurunan absorpsi vitamin D, E dan beta karoten telah diamati pada pemberian
bersama Xenical. Jika pemberian suplemen multivitamin dianjurkan, maka sebaiknya
diberikan sedikitnya dua jam setelah pemberian Xenical atau pada saat menjelang tidur.
Pada studi klinis selama 2 tahun, kadar vitamin-vitamin pada kebanyak pasien
tersebut tetap berada dalam batas normal. Karena ketiadaan data mengenai interaksi
farmakokinetik, pemberian olistat bersamaan dengan Fibrates, Acarbose, Biguanides,
atau obat-obatan anoreksia tidak dianjurkan. Bila Warfarin atau antikoagulan lain
diberikan bersama-sama dengan orlistat (dosis tinggi dan penggunaan jangka panjang),
maka nilai INR harus dimonitor.
f) Indikasi
Orlistat diindikasikan untuk pengobatan obesitas, termasuk. mengurangi dan
mempertahankan tubuh massa. Orlistat juga diindikasikan untuk mengurangi risiko
kenaikan berulang indeks massa tubuh setelah kerugian. Orlistat menunjukkan pasien
dengan obesitas ketika tubuh indeks massa BMI ≥ 30 kg/m2 atau ≥ 27 kg/m2 dengan
faktor resiko lain seperti diabetes, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi atau
triglycerides.
g) Kontra-indikasi
Kontra-indikasi dari pemberian orlistat antara lain:
a. Sindrom malabsoprsi kronik
b. Kolestatis
c. Ibu yang hamil dn menyusui
2. Sibutramin (Meridia, Reductil)
Obat ini bekerja secara sentral menekan nafsu makan, dengan mengatur ketersediaan
neurotransmiter di otak, yaitu menghambat re-uptake serotonin dan norepinefrin. Namun obat ini
harus digunakan secara hati-hati karena dapat meningkatkan tekanan darah, menyebabkan mulut
kering, konstipasi, sakit kepala dan insomnia.
Sibutramin inilah yang sering ditambahkan oleh produsen nakal jamu pelangsing, sehingga
beberapa waktu lalu pernah dilakukan penarikan 6 merk jamu pelangsing oleh Badan POM
karena dicampur dengan sibutramin. Sungguh, pencampuran jamu pelangsing dengan sibutramin
ini merupakan tindakan kriminal yang sama sekali tidak memikirkan keselamatan penggunanya.
Buat mereka yang memiliki gangguan penyakit kardiovaskuler tentu sangat riskan menggunakan
jamu ini karena dapat meningkatkan tekanan darah dan mungkin risiko terjadinya stroke.
Cara kerjanya hampir mirip seperti obat-obat golongan katekolamin dan turunannya. Ini
mengingatkan pada salah satu obat yang cukup terkenal dan menghebohkan,
yaitu fenilpropanolamin (PPA), yang juga banyak dijumpai pada komposisi obat flu. Sudah
pernah aku tuliskan somewhere di blog ini bahwa di Amerika, PPA banyak dipakai sebagai
pelangsing dengan dosis jauh lebih tinggi dari dosis yang dipakai untuk efek pelega hidung
tersumbat. Dan ternyata, PPA ini meningkatkan risiko kejadian stroke hemoragik. Saat ini PPA
tidak lagi dipakai sebagai obat pelangsing di sana.
Sibutramine Hydrochloride
Sibutramine hydrochloride merupakan golongan OBAT KERAS yang digunakan dalam
pengobatan obesitas, dimana obat ini hanya dapat diperoleh dan digunakan berdasarkan resep
dokter. Namun kenyataannya, obat ini banyak ditemukan dijual bebas di pasaran.
Sibutramine direkomendasikan untuk pasien obesitas dengan index massa tubuh ≥ 30 kg/m2,
atau ≥ 27 kg/m2 untuk pasien dengan resiko diabetes, dislipidemia, dan hipertensi.
Mekanisme Aksi
Sibutramin hydrochloride menghambat reuptake noradrenaline dan serotonin oleh sel saraf
setelah kedua neurotransmiter ini menyampaikan pesan diantara sel saraf yang ada di otak.
dihambatnya reuptake membuat kedua neurotransmitter ini bebas menjelajah di otak. saat itulah
keduanya menghasilkan perasaan penuh (kenyang) pada pasien sehingga mengurangi keinginan
untuk makan.
Obat ini terbukti menurunkan asupan makanan dan meningkatkan thermogenesis. Secara invivo,
sibutramine bekerja melalui 2 metabolit aktif yaitu M1 dan M2. Efikasinya untuk menurunkan
dan mempertahankan berat badan telah ditunjukkan pada beberapa penelitian klinis.
Farmakokinetika :
Sibutramine diabsorpsi cepat di saluran gastroinestinal (77%). Sibutramin terdistribusi luas ke
jaringan terutama di hati dan ginjal. Metabolit M1 dan M2 terikat sebanyak 94% pada protein
plasma sedangkan sibutramine terikat 97% pada protein plasma. Hal ini menunjukkan bahwa
volume distribusi (Vd) sibutramin, metabolit M1 dan M2 kecil didalam tubuh. Sibutramin
mengalami first pass metabolisme di hati oleh sitokrom P450 isoenzim CYP3A4 mengahasilkan
dua metabolit aktif, M1 dan M2. Kedua metabolit ini selanjutnya mengalami konjugasi dan
hidroksilasi menjadi metabolit inaktif, yaitu M5 dan M6. T1/2 eliminasi sibutramin adalah 1
jam , Metabolite: M1 : 14 jam, M2 : 16 jam. Tmaks sibutramin 1,2 jam, Metabolit : M1dan M2 :
3-4 jam. Sibutramin dan metabolitnya dieksresikan terutama lewat urine (77%) dan feses.
Efek samping :
Sebagaimana obat lainnya,
penggunaan Sibutramin bukan
tanpa efek samping. Efek samping
yang dapat timbul dari penggunaan
sibutramin meliputi peningkatan
denyut jantung, palpitasi (jantung
berdebar), peningkatan tekanan
darah, sakit kepala, kegelisahan,
kehilangan nafsu makan,
konstipasi, mulut kering, gangguan
pada alat perasa, vasodilatasi,
insomnia, pusing, paraaesthesia,
berkeringat dan lain-lain.
Sakit kepala, isomnia, konstipasi, migrain, depresi, hipertensi, takikardia, mulut kering.
Kebanyakan terjadi selama 4 minggu pertama terapi, tingkat keparahan dan frekuensi
berkurang seiring waktu.
Hentikan pengobatan jika berat badan dapat kembali ≥3 kg.
Penggunaan Sibutramin Hidroklorida dalam dosis tinggi :
ð Berisiko meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung serta menyebabkan penggunanya
sulit tidur sehingga senyawa kimia itu tidak boleh dikonsumsi secara sembarangan oleh orang
yang mempunyai riwayat penyakit arteri koroner, gagal jantung kongestif, aritmia dan stroke.
Interaksi
ð Jika digunakan bersamaan dengan obat-obat yang mekanisme kerjanya menghambat oksidasi
monoamine (MAOIs, seperti selegiline), sibutramine hydrochloride secara klinis akan
menghasilkan interaksi yang bermakna karena meningkatkan resiko serotonin syndrome
ð Selain itu, penggunaan sibutramine bersamaan dengan obat-obat penghambat CYP3A4 seperti
ketokonazol dan eritromisin dapat meningkatkan kadar sibutramine dalam plasma.
Kontraindikasi
Pasien berumur dibawah 18 tahun
Pasien yang mengalami gangguan kejiwaan seperti : bulimia nervosa, anorexia nervosa, depresi
serius
Pasien dengan riwayat predisposition to drug atau alcohol abuse
hipersensitivitas
pengobatan bersamaan dengan MAO inhibitor, antidepressant
hipertensi yang tidak dikontrol, pulmonary hypertension
Mengalami kerusakan katup jantung, jantung koroner, gagal jantung kongestif, aritmia serius,
infark miokard
Stroke atau transient ischemic attack (TIA)
Hipertiroidisme., glaucoma, Seizure disorders , pembesaran kelenjar prostat dan retensi urin,
pheochromocytoma
Wanita hamil dan menyusui (Pregnancy Risk Factor C)
Dosis
10 mg 1 kali sehari tiap pagi, bila setelah 4 minggu berat badan menurun < 2 kg, dosis dapat
ditingkatkan sampai maksimal 15 mg per hari
Mengapa Perlu Pengawasan Dokter ???
Obat ini merupakan obat keras yang salah satunya kontraindikasi dengan penyakit
kardiovaskuler. Sedangkan orang yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas) memiliki
resiko yang sangat besar untuk menderita penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu sangat perlu
dilakukan konsultasi mengenai riwayat penyakit pasien dengan Dokter sebelum memilih
menggunakan sibutramine hydrochloride.
Sibutramine hydrochloride menghasilkan 2 metabolit aktif yang mekanisme kerjanya sama
dengan senyawa induknya yaitu sibutramine hydrochloride. Hal ini dapat meningkatkan
toksisitas dari obat tersebut jika dosis, frekuensi dan lama pemberian tidak dikontrol.
Sibutramine hydrochloride merupakan obat golongan anoreksansia yang berdaya menekan nafsu
makan secara efektif selama 4 sampai 6 minggu namun setelah digunakan 3 sampai 6 bulan
efeknya akan sangat berkurang akibat terjadinya toleransi. Jika terjadi toleransi, maka ketika
dilakukan peningkatan dosis (menjadi 15 mg , maksimal selama 1 tahun) perlu pengawasan ketat
dari dokter untuk menghindari efek samping obat.
Efek samping sibutramine hydrochloride antara lain : meningkatkan debar jantung dan
hipertensi, maka frekuensi jantung dan tensi darah perlu dimonitor selama 3 bulan pertama.
Resiko lain mengkonsumsi obat-obat diet tanpa pengawasan dokter adalah : membuat tubuh
lemas dan sistem kekebalan tubuh menurun karena jarang makan (tetapi tidak merasa lapar),
jantung berdebar-debar, dehidrasi, sulit tidur, diare, penurunan tekanan darah, nyeri kepala, dan
gula darah menurun drastis. Namun, resiko yang timbul pada setiap orang tidak sama, karena itu
konsumsi obat-obat diet harus di bawah pengawasan dokter.
Sibutramine hydrochloride sebenarnya direkomendasikan oleh Food Drug Association (FDA)
sebagai obat pilihan dalam terapi obesitas, namun penggunaannya harus diawasi dan dikontrol
serta diikuti dengan olahraga teratur dan diet….OK!!!
3. Obat-obat laksatif
Selain obat-obat di atas, obat-obat lain yang sering dipakai untuk mengurangi berat badan adalah
golongan laksatif atau pencahar. Dengan melancarkan BAB (buang air besar) diharapkan berat
badan juga relatif terkontrol. Banyak sediaan suplemen yang mengandung high-fiber yang
”diindikasikan” untuk melangsingkan tubuh dan dapat diperoleh secara bebas. Serat tinggi tadi
diharapkan mengembang di saluran cerna dan memicu gerakan peristaltik usus sehingga akan
memudahkan BAB. Walaupun mungkin berhasil, tetapi efeknya umumnya tidak terlalu
signifikan. Selain sejenis fiber ini, beberapa pencahar lain juga sering dipakai sebagai
pelangsing. Penggunaan pencahar sebagai pelangsing dalam waktu lama tidak disarankan karena
usus akan menjadi “malas”, akan bekerja jika ada pemicunya, dan hal ini akan menjadikan
semacam “ketergantungan”.
4. Diuretik
Obat-obat diuretik (pelancar air seni) juga sering dipakai sebagai obat pelangsing. Tapi
sebenarnya efeknya tidaklah signifikan dalam mengurangi berat badan. Justru penggunaannya
harus diperhatikan karena dapat mengganggu keseimbangan elektrolit dalam tubuh karena
banyak ion-ion tubuh yang mungkin akan terbawa melalui urin. Jika berat badannya disebabkan
karena timbunan cairan, maka diuretik memang pilihan yang tepat, tetapi jika karena timbunan
lemak, tentu diuretik tidak akan berefek signifikan. Umumnya teh-teh pelangsing mengandung
senyawa alam yang bersifat diuretik sehingga memberikan efek kesan melangsingkan.
5. Obat-obat herbal pelangsing
Sekarang banyak sekali ditawarkan berbagai produk herbal yang diklaim memiliki efek
pelangsing. Ada yang dikatakan bekerja melarutkan lemak, atau mengurangi penyerapan lemak
di usus. Salah satu herbal yang terkenal sebagai pelangsing adalah Jati Belanda. Senyawa tanin
yang banyak terkandung di bagian daun, mampu mengurangi penyerapan makanan dengan cara
mengendapkan mukosa protein yang ada dalam permukaan usus. Sementara itu, musilago yang
berbentuk lendir bersifat sebagai pelicin. Dengan adanya musilago, absorbsi usus terhadap
makanan dapat dikurangi. Hal ini yang yang menjadi alasan banyaknya daun jati belanda yang
dimanfaatkan sebagai obat susut perut dan pelangsing.
Obat-obat herbal pelangsing memang lebih aman, tetapi efikasinya tentu perlu bukti-bukti
penelitian lebih lanjut. Mungkin ada yang berhasil, mungkin pula tidak.