23
OBAT ANTI-OBESITAS Obat anti obesitas adalah obat-obat yang dapat menurunkan atau mengontrol berat badan. Obat-obat ini bekerja dengan mengubah proses fundamental dalam tubuh dan regulasi berat badan. Secara umum cara kerja obat anti-obesitas ini adalah melalui pengaturan keseimbangan energi yang diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi dan regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan adipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi. Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang

obat obesitas 3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

j

Citation preview

Page 1: obat obesitas 3

OBAT ANTI-OBESITAS

Obat anti obesitas adalah obat-obat yang dapat menurunkan atau mengontrol berat badan.

Obat-obat ini bekerja dengan mengubah proses fundamental dalam tubuh dan regulasi berat

badan. Secara umum cara kerja obat anti-obesitas ini adalah melalui pengaturan keseimbangan

energi yang diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis,  yaitu pengendalian rasa

lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi dan regulasi sekresi hormon.

Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen

(yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan adipose,

usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta

menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia, meningkatkan

pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. 

Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor

distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK)

sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived

hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan  energi.

Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat

disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang

anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide –Y (NPY),

sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih

besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada

orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian

besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak

menyebabkan penurunan nafsu makan.

Tiga prinsip mekanisme kerja obat-obatan untuk menurunkan berat badan atau mencegah

peningkatan berat badan (obesitas) diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Menekan nafsu makan

Page 2: obat obesitas 3

Obat-obatan ini bekerja sebagai penekan nafsu makan, yang disebut juga preparat,

yang mempunyai efek neurotransmitter, seperti serotonin, yaitu suatu zat di otak yang

dapat mempengaruhi persepsi orang terhadap rasa lapar (appetite suppresant).

b) Mengurangi  penyerapan     makanan

Ditemukan obat-obatan yang menghambat kerja enzim di saluran cerna – salah

satunya adalah menghambat penyerapan lemak, sehingga total kalori yang diserap tubuh

dapat dikurangi.

c) Meningkatkan metabolisme tubuh

Metabolisme tubuh ditingkatkan melalui peningkatan pembakaran kalori menjadi

energy di dalam tubuh. Energi dapat dibakar dengan melakukan aktifitas fisik atau

merubah Tingkat Metabolik Basal (BMR) dengan melakukan perubahan pada sistem

saraf simpatik.

Jenis-Jenis Obat Anti-Obesitas

Obat-obat anti-obesitas yang beredar dipasaran dapat dibagi menjadi golongan-golongan berikut:

a) Golongan nonadrenergik

Contoh golongan obat nonadrnergik diantaranya yaitu amfetamin (tidak diijinkan,

fentermin (meningkatkan pelepasan NE saja), dietilpropion, dan mazindol

b) Golongan serotonergik

Obat ini bekerja meningkatkan pelepasan serotonin dan menginhibisi reuptake-nya dan

fluoksetin.

c) Campuran noradrenergic dan serotonergik

Contoh obat golongan noradrenergic dan serotonergik yaitu sibutramin, yang bekerja

dengan cara menghinhibisi reuptake serotonin dan NE.

d) Gastrointestinal lipase inhibitor

Contoh obat golongan Gastrointestinal lipase inhibitor yaitu orlistat yang bekerja dengan

cara menginhibisi lipase lambung dan pankreas.

Page 3: obat obesitas 3

Obat-obat anti-obesitas yang dapat digunakan dan disetujui oleh FDA hanyalah yang

memenuhi DEA schedule III dan IV. DEA schedule ialah pengggolongan obat berdasarkan

potensinya untuk menimbulkan ketergantungan. Semakin rendah nilainya semakin bahaya untuk

disalahgunakan.

Berikut ini merupakan obat-obat antiobesitas yang dapat digunakan dan disetujui oleh FDA

Nama Generik Nama Dagang DEA ScheduleLama

PenggunaanDisetujui

Orlistat Xenical Tidak ada Jangka panjang 1999

Sibutramin Meridia IV Jangka panjang 1997

Dietilpropion Tenuate IV Jangka pendek 1973

FenterminAdipex,

IonaminIV Jangka pendek 1973

Fendimetrazin Bontril, Prelu-2 III Jangka pendek 1961

Benzfetamin DIldrex III Jangka pendek 1960

Dari beberapa obat-obat obesitas diatas yang paling aman digunakan adalah orlistat

karena tidak bekerja pada SSP, sedangkan sibutramin, dietilpropion, dan fentermin termasuk

golongan IV yang berarti kemungkinan penyalahgunaannya lebih rendah. Sibutramin dapat

digunakan untuk jangka panjang (lebih dari 6 bulan) karena kecenderungan penyalahgunaannya

lebih kecil dan efek kerjanya akan hilang setelah 1 tahun.

Sedangkan dietilpropanolamin yang digunakan oleh wanita obesitas dalam dosis besar

(lebih dari 75 mg sehari) ternyata dapat menyebabkan peningkatang kejadian stroke. Karena itu

indikasi obat ini untuk obesitas telah ditarik, dan hanya boleh digunakan dalam dosis maksimal

Page 4: obat obesitas 3

75 mg sehari sebagai dekongestan. Selain itu, untuk fentermine telah ditarik sebagai obat anti-

obesitas karena diperkirakan menyebabkan hipertensi pulmonal dan kerusakan katup jantung.

Obat obesitas yang diijinkan untuk digunakan di Indonesia ialah campuran golongan

noradrenergic dan golongan serotonergik yaitu sibutramin, dan golongan gastrointestinal lipase

inhibitor, yaitu orlistat. Sehingga dalam makalah ini hanya akan disajikan obat-obat yang

diijinkan untuk digunakan di Indonesia yaitu Orlistat dan Sibutramin.

1. Orlistat (Xenical)

Orlistat merupakan obat anti-obesitas golongan Gastrointestinal lipase inhibitor

yang digunakan dalam pengobatan kelebihan berat badan (BMI ≥ 28). Obat ini

merupakan oba anti obesitas pertama yang tidak bekerja sebagai penekan nafsu makan,

tetapi bekerja secara lokal dengan cara menghambat enzim lipase saluran cerna. Dengan

cara kerja sebagai ‘penghambat lemak’ tersebut, maka 30% dari lemak yang dikonsumsi

tidak dapat diserap dan diekskresikan dalam tinja. Dengan demikian, terjadi pengurangan

penyerapan kalori yang akan menghasilkan penurunan berat badan secara signifikan.

a) Stukutur dari Orlistat

Orlistat termasuk dalam turunan hidrogenasi dari lipstatin yang diproduksi

oleh bakteri Streptococcus toxytricini. Senyawa ini bersifat sangat lipofilik dan

merupakan penghambat potensial untuk sebagian besar enzim lipase mamalia.

Lipase dibutuhkan untuk menghidrolisis trigliserida dari makanan menjadi asam

lemak bebas yang bisa diserap. Dalam intestinal, orlistat secara ireversibel

menghambat enzim lipase melalui ikatan kovalen dengan residu serine pada sisi

aktif.

Struktur dari orlistat dan lipstatin adalah sebagai berikut:

Page 5: obat obesitas 3

b) Mekanisme kerja Orlistat

Lemak diserap dalam bentuk trigleserida yang mengandung satu molekul

monogliserida dan 2 molekul asam lemak bebas. Sebagian besar proses pencernaan

lemak terjadi pada bagian pertama usus kecil, duodenum – yang benyak mengandung

cairan pankreatik – dimana reaksi ezimatik akan berlangsung. Di sini, lemak akan

diemulsifikasi (dipecah menjadi butiran-butiran kecil) membentuk ‘tiny fat globules’

yang berdiameter 200 nm sampai 5000 nm.

Enzim lipase yang berperan pada emulsifikasi ini, akan memecah trigliserida

menjadi asam lemak bebas dan monogliserida. Untuk dapat menembus dinding usus,

Page 6: obat obesitas 3

monogliserida dan asam lemak bebas ini harus berikatan terlebih dahulu dengan garam

empedu untuk membentuk micelle. Bagian dalam usus kecil diselimuti dengan apa yang

disebut villi yang berfungsi  memperluas permukaan,  guna mempercepat penyerapan

hasil-hasil pencernaan. Saat lemak diabsorpsi, akan melewati small lymph vessels , yang

disebut lacteal, untuk kemundian didisstribusikan ke dalam sistem limpa dan masuk ke

dalam sistem sirkulasi.

Orlistat bekerja secara lokal di saluran cerna dengan cara menghambat kerja

enzim lipase dan mencegah 30% penyerapan lemak. Orlistat mempunyai struktur

molekul unik yang akan mengikat bagian aktif dari enzim lipase dan menghambat

aktivitasnya. Dengan demikian, enzim ini tidak dapat memecah trigliserida menjadi

komponen penyusunnya – maka 30% lemak tidak dapat dicerna dan diserap. Sedangkan,

sebanyak  proporsi yang signifikan dari sisa asupan lemak yang tidak tercerna dan tidak

terabsorpsi akan melewati saluran pencernaan dalam keadaan tidak berubah. Sedangkan

70% lemak tetap dapat mengalami penyerapan secara normal, hal ini penting guna

memastikan kelarutan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Dengan cara kerja yang

lokal (non sistemik) ini, orlistat tidak menimbulkan  efek  samping terhadap sistem saraf

pusat dan kardiovaskular seperti pada golongan appetite supresant.

Dengan rata-rata 40% asupan lemak dari asupan total energi per hari, walaupun

angka yang direkomendasikan adalah 30% per hari. Orlistat – dosis 120 mg tiga kali

sehari – dapat mengurangi penyerapan lemak sebesar kurang lebih 30%. Dengan

menghambat penyerapan lemak tersebut, akan terjadi defisit kalori secara nyata, namun

demikian, zat-zat gizi lain yang larut dalam lemak tetap akan  diserap -  guna memastikan

kecukupan zat-zat gizi tersebut bagi tubuh.

Berkurangnya jumlah lemak yang diserap, secara efektif dapat mengurangi

masukan energi, sehingga penurunan berat badan secara nyata dapat dicapai.

c) Dosis

Dosis umum penggunan orlistat adalah 27 mg 3 kali sehari, 60 mg atau 120 mg.

Orlistat yang berbentuk kapsul atau tablet kunyah ini baik digunakan segera sebelum,

selama atau setelah 1 jam setelah makan. Namun, penggunaan orlistat ini dapat dikurangi

Page 7: obat obesitas 3

apabila makanan yang dikonsumsi tidak mengandung lemak. Pemberian dosis ini

bersamaan dengan makanan yang mengandung sekitar 15 gram lemak.

d) Efek samping

Dengan menggunakan orlistat, hingga 30% lemak yang dimakan tidak akan

diserap oleh tubuh, hal ini lah yang kemudian dapat menyebabkan beberapa efek samping

dari pemberian orlistat sebagai berikut :

a. Efek merugikan biasanya muncul pada saat awal pengobatan paling sering

terjadi selama 1-2 bulan pertama dengan derajat ringan sampai sedang dan

membaik seiring berlanjutnya penggunaan.

b. Mengkonsumsi orlistat dalam waktu yang terlalu lama dapat

mengakibatkan kurang gizi dan kolesterol rendah. Oleh sebab itu, bila berat

badan telah tercapai ideal, hentikan mengkonsumsi Orlistat secara rutin.

Sehingga penggunaan Orlistat ini digunakan bila perlu saja, yaitu ketika

sudah tidak mengkonsumsi makanan berlemak. Gunakan Xenical bila perlu

saja, yakni tatkala mengkonsumsi makanan berlemak.

c. Efek samping yang seringkali dialami adalah: sakit perut/ketidaknyamanan,

kembung, feses cair atau lunak, nyeri rektum/tidak nyaman, gangguan gigi

atau gusi.

d. Kejadian lain yang amat jarang ditemukan adalah: infeksi saluran napas

atas, infeksi saluran napas bawah, influenza, nyeri kepala, iregularitasi

menstruasi, cemas, keletihan, infeksi saluran kemih, dan gangguan hati.

e) Interaksi

Pada studi farmakokinetik tidak didapatkan interaksi dengan alkohol, digoksin,

metformin, nifedipin, kontraseptif oral, fenitoin, statin ataupun warfarin. Bagimanapun,

orlistat meningkatkan bioavailabilitas (konsentrasi plasma meningkat sekitar 30%) dan

khasiat menurunkan lipid dari Pravastatin.

Penurunan absorpsi vitamin D, E dan beta karoten telah diamati pada pemberian

bersama Xenical. Jika pemberian suplemen multivitamin dianjurkan, maka sebaiknya

diberikan sedikitnya dua jam setelah pemberian Xenical atau pada saat menjelang tidur.

Page 8: obat obesitas 3

Pada studi klinis selama 2 tahun, kadar vitamin-vitamin pada kebanyak pasien

tersebut tetap berada dalam batas normal. Karena ketiadaan data mengenai interaksi

farmakokinetik, pemberian olistat bersamaan dengan Fibrates, Acarbose, Biguanides,

atau obat-obatan anoreksia tidak dianjurkan. Bila Warfarin atau antikoagulan lain

diberikan bersama-sama dengan orlistat (dosis tinggi dan penggunaan jangka panjang),

maka nilai INR harus dimonitor.

f) Indikasi

Orlistat diindikasikan untuk pengobatan obesitas, termasuk. mengurangi dan

mempertahankan tubuh massa. Orlistat juga diindikasikan untuk mengurangi risiko

kenaikan berulang indeks massa tubuh setelah kerugian. Orlistat menunjukkan pasien

dengan obesitas ketika tubuh indeks massa BMI ≥ 30 kg/m2 atau ≥ 27 kg/m2 dengan

faktor resiko lain seperti diabetes, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi atau

triglycerides.

g) Kontra-indikasi

Kontra-indikasi dari pemberian orlistat antara lain:

a. Sindrom malabsoprsi kronik

b. Kolestatis

c. Ibu yang hamil dn menyusui

Page 9: obat obesitas 3

 2. Sibutramin (Meridia, Reductil)

Obat ini bekerja secara sentral menekan nafsu makan, dengan mengatur ketersediaan

neurotransmiter di otak, yaitu menghambat re-uptake serotonin dan norepinefrin. Namun obat ini

harus digunakan secara hati-hati karena dapat meningkatkan tekanan darah, menyebabkan mulut

kering, konstipasi, sakit kepala dan insomnia.

Sibutramin inilah yang sering ditambahkan oleh produsen nakal jamu pelangsing, sehingga

beberapa waktu lalu pernah dilakukan penarikan 6 merk  jamu pelangsing oleh Badan POM

karena dicampur dengan sibutramin. Sungguh, pencampuran jamu pelangsing dengan sibutramin

ini merupakan tindakan kriminal yang sama sekali tidak memikirkan keselamatan penggunanya.

Buat mereka yang memiliki gangguan penyakit kardiovaskuler tentu sangat riskan menggunakan

jamu ini karena dapat meningkatkan tekanan darah dan mungkin risiko terjadinya stroke.

 Cara kerjanya hampir mirip seperti obat-obat golongan katekolamin dan turunannya. Ini

mengingatkan pada salah satu obat yang cukup terkenal dan menghebohkan,

yaitu fenilpropanolamin (PPA), yang juga banyak dijumpai pada komposisi obat flu. Sudah

Page 10: obat obesitas 3

pernah aku tuliskan somewhere di blog ini bahwa di Amerika, PPA banyak dipakai sebagai

pelangsing dengan dosis jauh lebih tinggi dari dosis yang dipakai untuk efek pelega hidung

tersumbat. Dan ternyata, PPA ini meningkatkan risiko kejadian stroke hemoragik. Saat ini PPA

tidak lagi dipakai sebagai obat pelangsing di sana.

Sibutramine Hydrochloride

Sibutramine hydrochloride merupakan golongan OBAT KERAS yang digunakan dalam

pengobatan obesitas, dimana obat ini hanya dapat diperoleh dan digunakan berdasarkan resep

dokter. Namun kenyataannya, obat ini banyak ditemukan dijual bebas di pasaran.

Sibutramine direkomendasikan untuk pasien obesitas dengan index massa tubuh ≥ 30 kg/m2,

atau ≥ 27 kg/m2 untuk pasien dengan resiko diabetes, dislipidemia, dan hipertensi.

Mekanisme Aksi

Page 11: obat obesitas 3

Sibutramin hydrochloride menghambat reuptake noradrenaline dan serotonin oleh sel saraf

setelah kedua neurotransmiter ini menyampaikan pesan diantara sel saraf yang ada di otak.

dihambatnya reuptake membuat kedua neurotransmitter ini bebas menjelajah di otak. saat itulah

keduanya menghasilkan perasaan penuh (kenyang) pada pasien sehingga mengurangi keinginan

untuk makan.

Obat ini terbukti menurunkan asupan makanan dan meningkatkan thermogenesis. Secara invivo,

sibutramine bekerja melalui 2 metabolit aktif yaitu M1 dan M2. Efikasinya untuk menurunkan

dan mempertahankan berat badan telah ditunjukkan pada beberapa penelitian klinis.

Farmakokinetika :

Sibutramine diabsorpsi cepat di saluran gastroinestinal (77%). Sibutramin terdistribusi luas ke

jaringan terutama di hati dan ginjal. Metabolit M1 dan M2 terikat sebanyak 94% pada protein

plasma sedangkan sibutramine terikat 97% pada protein plasma. Hal ini menunjukkan bahwa

volume distribusi (Vd) sibutramin, metabolit M1 dan M2 kecil didalam tubuh. Sibutramin

mengalami first pass metabolisme di hati oleh sitokrom P450 isoenzim CYP3A4 mengahasilkan

dua metabolit aktif, M1 dan M2. Kedua metabolit ini selanjutnya mengalami konjugasi dan

hidroksilasi menjadi metabolit inaktif, yaitu M5 dan M6. T1/2 eliminasi sibutramin adalah 1

jam , Metabolite: M1 : 14 jam, M2 : 16 jam. Tmaks sibutramin 1,2 jam, Metabolit : M1dan M2 :

3-4 jam. Sibutramin dan metabolitnya dieksresikan terutama lewat urine (77%) dan feses.

Efek samping :

Sebagaimana obat lainnya,

Page 12: obat obesitas 3

penggunaan Sibutramin bukan

tanpa efek samping. Efek samping

yang dapat timbul dari penggunaan

sibutramin meliputi peningkatan

denyut jantung, palpitasi (jantung

berdebar), peningkatan tekanan

darah, sakit kepala, kegelisahan,

kehilangan nafsu makan,

konstipasi, mulut kering, gangguan

pada alat perasa, vasodilatasi,

insomnia, pusing, paraaesthesia,

berkeringat dan lain-lain.

Sakit kepala, isomnia, konstipasi, migrain, depresi, hipertensi, takikardia, mulut kering.

Kebanyakan terjadi selama 4 minggu pertama terapi, tingkat keparahan dan frekuensi

berkurang seiring waktu.

Hentikan pengobatan jika berat badan dapat kembali ≥3 kg.

Penggunaan Sibutramin Hidroklorida dalam dosis tinggi :

ð Berisiko meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung serta menyebabkan penggunanya

sulit tidur sehingga senyawa kimia itu tidak boleh dikonsumsi secara sembarangan oleh orang

yang mempunyai riwayat penyakit arteri koroner, gagal jantung kongestif, aritmia dan stroke.

Page 13: obat obesitas 3

Interaksi

ð Jika digunakan bersamaan dengan obat-obat yang mekanisme kerjanya menghambat oksidasi

monoamine (MAOIs, seperti selegiline), sibutramine hydrochloride secara klinis akan

menghasilkan interaksi yang bermakna karena meningkatkan resiko serotonin syndrome

ð Selain itu, penggunaan sibutramine bersamaan dengan obat-obat penghambat CYP3A4 seperti

ketokonazol dan eritromisin dapat meningkatkan kadar sibutramine dalam plasma.

Kontraindikasi

Pasien berumur dibawah 18 tahun

Pasien yang mengalami gangguan kejiwaan seperti : bulimia nervosa, anorexia nervosa, depresi

serius

Pasien dengan riwayat predisposition to drug atau alcohol abuse

hipersensitivitas

pengobatan bersamaan dengan MAO inhibitor, antidepressant

hipertensi yang tidak dikontrol, pulmonary hypertension

Mengalami kerusakan katup jantung, jantung koroner, gagal jantung kongestif, aritmia serius,

infark miokard

Stroke atau transient ischemic attack (TIA)

Hipertiroidisme., glaucoma, Seizure disorders , pembesaran kelenjar prostat dan retensi urin,

pheochromocytoma

Wanita hamil dan menyusui (Pregnancy Risk Factor C)

Dosis

Page 14: obat obesitas 3

10 mg 1 kali sehari tiap pagi, bila setelah 4 minggu berat badan menurun < 2 kg, dosis dapat

ditingkatkan sampai maksimal 15 mg per hari

Mengapa Perlu Pengawasan Dokter ???

Obat ini merupakan obat keras yang salah satunya kontraindikasi dengan penyakit

kardiovaskuler. Sedangkan orang yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas) memiliki

resiko yang sangat besar untuk menderita penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu sangat perlu

dilakukan konsultasi mengenai riwayat penyakit pasien dengan Dokter sebelum memilih

menggunakan sibutramine hydrochloride.

Sibutramine hydrochloride menghasilkan 2 metabolit aktif yang mekanisme kerjanya sama

dengan senyawa induknya yaitu sibutramine hydrochloride. Hal ini dapat meningkatkan

toksisitas dari obat tersebut jika dosis, frekuensi dan lama pemberian tidak dikontrol.

Sibutramine hydrochloride merupakan obat golongan anoreksansia yang berdaya menekan nafsu

makan secara efektif selama 4 sampai 6 minggu namun setelah digunakan 3 sampai 6 bulan

efeknya akan sangat berkurang akibat terjadinya toleransi. Jika terjadi toleransi, maka ketika

dilakukan peningkatan dosis (menjadi 15 mg , maksimal selama 1 tahun) perlu pengawasan ketat

dari dokter untuk menghindari efek samping obat.

Efek samping sibutramine hydrochloride antara lain : meningkatkan debar jantung dan

hipertensi, maka frekuensi jantung dan tensi darah perlu dimonitor selama 3 bulan pertama.

Resiko lain mengkonsumsi obat-obat diet tanpa pengawasan dokter adalah : membuat tubuh

lemas dan sistem kekebalan tubuh menurun karena jarang makan (tetapi tidak merasa lapar),

jantung berdebar-debar, dehidrasi, sulit tidur, diare, penurunan tekanan darah, nyeri kepala, dan

Page 15: obat obesitas 3

gula darah menurun drastis. Namun, resiko yang timbul pada setiap orang tidak sama, karena itu

konsumsi obat-obat diet harus di bawah pengawasan dokter.

Sibutramine hydrochloride sebenarnya direkomendasikan oleh Food Drug Association (FDA)

sebagai obat pilihan dalam terapi obesitas, namun penggunaannya harus diawasi dan dikontrol

serta diikuti dengan olahraga teratur dan diet….OK!!!

 3. Obat-obat laksatif

Selain obat-obat di atas, obat-obat lain yang sering dipakai untuk mengurangi berat badan adalah

golongan laksatif atau pencahar. Dengan melancarkan BAB (buang air besar) diharapkan berat

badan juga relatif terkontrol. Banyak sediaan suplemen yang mengandung high-fiber yang

”diindikasikan” untuk melangsingkan tubuh dan dapat diperoleh secara bebas. Serat tinggi tadi

diharapkan mengembang di saluran cerna dan memicu gerakan peristaltik usus sehingga akan

memudahkan BAB. Walaupun mungkin berhasil, tetapi efeknya umumnya tidak terlalu

signifikan. Selain sejenis fiber ini, beberapa pencahar lain juga sering dipakai sebagai

pelangsing. Penggunaan pencahar sebagai pelangsing dalam waktu lama tidak disarankan karena

usus akan menjadi “malas”, akan bekerja jika ada pemicunya, dan hal ini akan menjadikan

semacam “ketergantungan”.

 4. Diuretik

Obat-obat diuretik (pelancar air seni) juga sering dipakai sebagai obat pelangsing. Tapi

sebenarnya efeknya tidaklah signifikan dalam mengurangi berat badan. Justru penggunaannya

harus diperhatikan karena dapat mengganggu keseimbangan elektrolit dalam tubuh karena

banyak ion-ion tubuh yang mungkin akan terbawa melalui urin. Jika berat badannya disebabkan

karena timbunan cairan, maka diuretik memang pilihan yang tepat, tetapi jika karena timbunan

Page 16: obat obesitas 3

lemak, tentu diuretik tidak akan berefek signifikan. Umumnya teh-teh pelangsing mengandung

senyawa alam yang bersifat diuretik sehingga memberikan efek kesan melangsingkan.

 5. Obat-obat herbal pelangsing

Sekarang banyak sekali ditawarkan berbagai produk herbal yang diklaim memiliki efek

pelangsing. Ada yang dikatakan bekerja melarutkan lemak, atau mengurangi penyerapan lemak

di usus. Salah satu herbal yang terkenal sebagai pelangsing adalah Jati Belanda. Senyawa tanin

yang banyak terkandung di bagian daun, mampu mengurangi penyerapan makanan dengan cara

mengendapkan mukosa protein yang ada dalam permukaan usus. Sementara itu, musilago yang

berbentuk lendir bersifat sebagai pelicin. Dengan adanya musilago, absorbsi usus terhadap

makanan dapat dikurangi. Hal ini yang yang menjadi alasan banyaknya daun jati belanda yang

dimanfaatkan sebagai obat susut perut dan pelangsing.

Obat-obat herbal pelangsing memang lebih aman, tetapi efikasinya tentu perlu bukti-bukti

penelitian lebih lanjut. Mungkin ada yang berhasil, mungkin pula tidak.