Obat

Embed Size (px)

Citation preview

2

TINJAUAN PUSTAKAObat Obat Yang Bekerja Sebagai Agonis Reseptor Adrenergik EfedrinDosis :Dewasa pemberian IV injeksi 5 -25mgDosis maksimum 150 mg dalam 24 jam1Anak: 2-3 mg/kg atau 67-100 mg/m2Farmakologi: Absorpsi : secara cepat dan sempurna diserap setelah diminum, IM atau pemberian melalui injeksi. Bronchodilatasi terjadi dalam waktu 15-60 menit setelah pemberian oral obat dan nampak tetap ada selama 2-4 jam. Lamanya pressor dan reaksi jantung tehadap ephedrin adalah 1 jam setelah aturan 10-25 mg atau IM atau pemberian injeksi 25-50 mg dan sampai 4 jam setelah obat 15-50 mg diminum. Distribusi : ephedrin memasuki plasenta dan menyebar ke air susu. Eliminasi : jumlah kecil dimetabolisme lambat dalam hati oleh oxidative deamination, demethylation, aromatic hydroxylation dan konjugasi. Ephedrin dan metabolitnya disekresi dalam urin. tingkat eksresi urin dari obat dan metabolitnya tergantung pada pH urin.2Kontra Indikasi: Sangat sensitif terhadap efedrin atau komponen formulasi, aritmia, glaukoma, sudut tertutup penggunaan bersama dengan agen simpatomimetik.3Efek samping: Kardiovaskular : Aritmia, nyeri dada, depresi pada tekanan darah, hipertensi, palpitasi, takikardia, pucat yang tidak biasa. SSP : agitasi, kecemasan, efek menstimulasi SSP, pening, eksitasi ketakutan, hiperaktivitas, insomnia, irritabilitas, gugup, tidak bisa istirahat. Gastrointestinal : anoreksia, gangguan lambung, mual, muntah, xerostamia. Neuromaskular dan skletal: tremor, lemah. Pernapasan : dyspnea.3Interaksi Obat:Meningkatkan efektoksisitas : Meningkatkan toksisitas pada jantung dengan agen simpatomimetik, teofilin glikosida jantung, atau anastesi umum. Meningkatkan tekanan darah jika digunakan bersamaan dengan atropin atau penghambat MAO. Menurunkan efek pemblok dan adrenergik menurunkan efek vasopresor ephedrine.3 EpinefrinDosis: 1 mg iv dapat diulang setiap 35 menitFarmakologi: Farmakokonetik : Onset : Bronkodilatasi : SC : 5-10 menit; Inhalasi : 1 menit. Metabolisme : diambil oleh saraf adrenergik dan dimetabolisme oleh monoamine oxidase dan catechol-o-methyltransferase. Obat dalam sirkulasi mengalami metabolisme di hepar. Epinefrin menstimulasi reseptor alfa-, beta1-, dan beta2-adrenergik yang berefek relaksasi otot polos bronki, stimulasi jantung, dan dilatasi vaskulatur otot skelet, dosis kecil berefek vasodilatasi melalui reseptor beta2-vaskuler, dosis besar menyebabkan konstriksi otot polos vaskuler dan skelet. Ekskresi : Urin (sebagai metabolit inaktif metanefrin, dan sulfat dan derivat hidroksi asam mandelat, jumlah kecil dalam bentuk tidak berubah).2Efek samping: Kardiovaskuler : Angina, aritmia jantung, nyeri dada, flushing, hipertensi, peningkatan kebutuhan oksigen, pallor, palpitasi, kematian mendadak, takikardi (parenteral), vasokonstriksi, ektopi ventrikuler. SSP : Ansietas, pusing, sakit kepala, insomnia. Genitourinari : Retensi urin akut pada pasien dengan gangguan aliran kandung kemih. Gastrointestinal : tenggorokan kering, mual, muntah, xerostomia. 2Pengaruh Kehamilan:Klasifikasi kehamilan untuk epinefrin adalah kategori C. Epinefrin kontraindikasi mutlak sewaktu proses kelahiran karena merupakan agonis reseptor beta2, yang dapat menunda kelahiran.2 PhenylephrineDosis: 50-200 g intravenaFarmakologi:Menstimulasi terutama reseptor adrenergik secara langsung, hanya sebagian kecil bekerja secara tidak langsung melalui pelepasan norepinephrine. 4,5,6Efek Samping: vasokonstriksi perifer (tergantung dosis) dan peningkatan tekanan darahsistemik, disertai penurunan cardiac output. NorepinephrineDosis: 0,05-2 g/kg/menitEfek samping: Pemberian norepinephrine intravena menyebabkan vasokonstriksi hebat pada vaskularisasi skeletal muscle, hepar, kidney, dan kulit, kehilangan protein-free fluid ke ruangektraseluler. 5 DopamineDosis: 3-10/kg/menit intravenaFarmakokinetik: Dopamine meningkatkan tekanan arterial terutama dengan meningkatkan cardiac index, sebagai konsekuensi meningkatnya stroke volume dan heart rate, dengan efek tahanan vaskulersistemik yang minimal.4Efek samping: Stimulasi dopaminergik menyebabkan efek endokrin yang tidak diharapkan pada kelenjar hipotalamopituitari, sehingga terjadi efek imunosupressan akibat menurunnya pelepasan prolactin.1 DobutaminDosis: 2-10 /kg/menitFarmakokinetik: meningkatkan kontraktilitas miokard (reseptor 1)dan menyebabkan vasodilatasi periferderajatsedang(reseptor2).Efek samping: vasodilator arteri koroner. Redistribusi cardiac output akibat dobutamine menyebabkan peningkatan kehilangan panas tubuh melalui kutaneus, sehinggaterjadi penurunan suhu tubuh.5,6,7Obat Obat Premedikasi1. Antikolinergik AtropinDosis: 0,01 mg/KgBB iv (minimal 0,1 mg) dapat diulangi dengan dosis 2 kali maksimal 1mgMekanisme: menghambat asetilkolin pada bagian parasimpatik otot halus, kelenjar sekresi dan ssp, meningkatkan output jantung, mengurangi sekresim mengantagoniska histamine dan serotonin. Indikasi : asistole atau PEA lambat (kelas II B), bradikardi (kelas II A) selain AV blok derajat II tipe 2 atau derajat III (hati-hati pemberian atropine pada bradikardi dengan iskemi atau infark miokard), keracunan organopospat (atropinisasi)Kontra indikasi : bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II tipe 2 atau derajat III2. Hipnotik sedative BenzodiazepineDosis: 0,3-0,5 mg/Kg BB iv bolusMekanisme : benzodiazepine bekerja sebagai hipnotik, sedative, anxiolitik, amnestik, antikonvulsan, pelumpuh otot yang bekerja di sentral. Benzodiazepine bekerja di reseptor ikatan GABAA.Efek samping : Midazolam dapat menyebabkan depresi pernafasan jika digunakan sebagai sedasi. Lorazepam dan diazepam dapat menyebabkan iritasi pada vena dan trombophlebitis. Benzodiazepine turut memperpanjang waktu sedasi dan amnesia pada pasien. 3. Analgetik narkotik MorfinFarmakodinamik : Efek morfin pada system syaraf pusat mempunyai dua sifat yaitu depresi dan stimulasi. Digolongkan depresi yaitu analgesia, sedasi, perubahan emosi, hipoventilasi alveolar. Stimulasi termasuk stimulasi parasimpatis, miosis, mual muntah, hiper aktif reflek spinal, konvulsi dan sekresi hormone anti diuretika (ADH).8,9,10Farmakokinetik: Morfindapat menembus mukosa. Morfin dapat diabsorsi usus, tetapi efek analgesik setelah pemberian oral jauh lebih rendah daripada efek analgesik yang timbul setelah pemberian parenteral dengan dosis yang sama. Morfin dapat melewati sawar uri dan mempengaruhi janin. Ekresi morfin terutama melalui ginjal. Sebagian kecil morfin bebas ditemukan dalam tinja dan keringat. 8,9,10Indikasi : Morfin dan opioid lain terutama diidentifikasikan untuk meredakan atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan analgesik non-opioid..8Efek samping :Efek samping morfin (dan derivat opioid pada umumnya) meliputi depresi pernafasan, nausea, vomitus, dizzines, mental berkabut, disforia, pruritus, konstipasi kenaikkan tekanan pada traktus bilier, retensi urin, dan hipotensi. 8,9,10Dosis: Dosis anjuran untuk menghilangkan atau mengguranggi nyeri sedang adalah 0,1-0,2 mg/ kg BB. Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravena dan dapat diulang sesuai yamg diperlukan.8,9 PetidinFarmakodinamik : Meperidin (petidin) secara farmakologik bekerja sebagai agonis reseptor m (mu). Seperti halnya morfin, meperidin (petidin) menimbulkan efek analgesia, sedasi, euforia, depresi nafas dan efek sentral lainnya. Waktu paruh petidin adalah 5 jam. Durasi analgesinya pada penggunaan klinis 3-5 jam. Dibandingkan dengan morfin, meperidin lebih efektif terhadap nyeri neuropatik.8,10Farmakokinetik : Kadar puncak dalam plasma biasanya dicapai dalam 45 menit. Setelah pemberian meperidin IV, kadarnya dalam plasma menurun secara cepat dalam 1-2 jam pertama, kemudian penurunan berlangsung lebih lambat. Kurang lebih 60% meperidin dalam plasma terikat protein. Metabolisme meperidin terutama dalam hati. Meperidin dapat menurunkan aliran darah otak, kecepatan metabolik otak, dan tekanan intra kranial. Berbeda dengan morfin, petidin tidak menunda persalinan, akan tetapi dapat masuk kefetus dan menimbulkan depresi respirasi pada kelahiran.Indikasi : Meperidin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia. Dosis : 1-2 mg/kg BB IV 9Efek samping : Efek samping yang ringan berupa pusing, berkeringat, euforia, mulut kering, mual-muntah, perasaan lemah, gangguan penglihatan, palpitasi, disforia, sinkop dan sedasi. 8,9,10 FentanilFarmakodinamik Turunan fenilpiperidin ini merupakan agonis opioid poten. Fentanil meningkatkan aksi anestetik lokal pada blok saraf tepi. Keadaan itu sebagian disebabkan oleh sifat anestetsi lokal yang lemah (dosis yang tinggi menekan hantara saraf) dan efeknya terhadap reseptor opioid pada terminal saraf tepi. 9,10Farmakokinetik Fentanil dimetabolisir oleh hati dengan N-dealkilase dan hidrosilasidan, sedangkan sisa metabolismenya dikeluarkan lewat urin.10Indikasi : hanya dipergunakan untuk anastesia pembedahan. Dosis : 1-3 g/kg BB Efek samping Efek yang tidak disukai ialah kekakuan otot punggung yang sebenarnya dapat dicegah dengan pelumpuh otot. Dosis besar dapat mencegah peningkatan kadar gula, katekolamin plasma, ADH, renin, aldosteron dan kortisol.84. Antiemetik OndansetronFarmakodinamik : Ondansetron bekerja sebagai antagonis selektif dan bersifat kompetitif pada reseptor 5HT3, dengan cara menghambat aktivasi aferen-aferen vagal sehingga menekan terjadinya refleks muntah.Dosis : pre operatif 4 mg IV perlahan saat induksi anestesiPeringatan:Ondansetron sebaiknya tidak digunakan pada wanita hamil, khususnya pada trimester I, kecuali jika terdapat resiko yang lebih berat pada bayi akibat penurunan berat badan ibu. Ondansetron dieksresi pada air susu ibu, sehingga dianjurkan untuk tidak diberikan pada ibu menyusui.Efek Samping : Ondansetron pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Konstipasi merupakan efek samping yang paling sering ditemukan (11%). Kadang dapat dijumpai sakit kepala, wajah ke merahan (flushing), rasa panas atau hangat di kepala dan epigastrium yang bersifat sementara. Peningkatan aminotransferase tanpa disertai gejala-gejala, Kadang juga dapat dijumpai peningkatan serum transaminase (5%) dan ruam kulit (1%), sedasi dan diare, karena meningkatnya waktu transfer di usus besar.5. Antagonis Histamin Ranitidine Farmakologi : Ranitidine adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung.Pada pemberian i.m./i.v. kadar dalam serum yang diperlukan untuk menghambat 50% perangsangan sekresi asam lambung adalah 3694 mg/mL. Kadar tersebut bertahan selama 68 jam.Waktu paruh 23 jam pada pemberian oral, Ranitidine diekskresi melalui urin.Dosis : Intermittent bolus : 50 mg (2 mL) tiap 6 8 jam. Encerkan injeksi 50 mg dalam larutan NaCl 0,9% . Konsentrasi tidak lebih dari 2,5 mg/mL (total volume 20 mL). Kecepatan injeksi tidak lebih dari 4 mL/menit (dengan waktu 5 menit).Intermittent infusion : 50 mg (2 mL) tiap 6 8 jam. Encerkan injeksi 50 mg dalam larutan dekstrosa 5% atau larutan i.v. lain . Konsentrasi tidak lebih besar dari 0,5 mg/mL (total volume 100 mL). Kecepatan infus tidak lebih dari 5 7 mL/menit (dengan waktu 15 20 menit).Efek samping : Sakit kepala. Susunan saraf pusat, jarang terjadi : malaise, pusing, mengantuk, insomnia, vertigo, agitasi, depresi, halusinasi. Kardiovaskular : aritmia seperti takikardia, bradikardia, atrioventricular block, premature ventricular beats. Gastrointestinal : konstipasi, diare, mual, muntah, nyeri perut. Jarang dilaporkan : pankreatitis. Muskuloskeletal, jarang dilaporkan : artralgia dan mialgia. Hematologik : leukopenia, granulositopenia, pansitopenia, trombositopenia. Kasus jarang terjadi seperti agranulositopenia, trombositopenia, anemia aplastik pernah dilaporkan. Lain-lain, kasus hipersensitivitas yang jarang, anafilaksis, edema angioneurotik, sedikit peningkatan kadar dalam kreatinin serum.

1