54
Odontologi forensik Oleh : Arista widyaningrum 10612050

Odontologi forensik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Odontologi forensik

Odontologi forensik

Oleh :Arista widyaningrum

10612050

Page 2: Odontologi forensik

Forensik kedokteran

Ilmu kedokteran forensik adalah salah satu cabang spesialistik ilmu kedokteran yang memanfaatkan ilmu kedokteran untuk membantu penegakan hukum, keadilan dan memecahkan masalah-masalah di bidang hukum (Sampurna, 2003).

Page 3: Odontologi forensik

Dasar hukum kedokteran forensik • Pasal 133 KUHAP menyebutkan:

(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukanpermintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

(Afandi, 2009).

Page 4: Odontologi forensik

Sanksi bila dokter menolak permintaan penyidikan :

• Pasal 216 KUHP:

Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah (Afandi, 2009).

Page 5: Odontologi forensik

Sarana identifikasi forensik :

• Sarana identifikasi konvensional- Pemeriksaan secara visual dan fotografi - Pemeriksaan benda-benda milik pribadi - Pemeriksaan kartu-kartu pengenal - Pemeriksaan sidik jari dan lain-lain

(Julianti dkk, 2008).

Page 6: Odontologi forensik

• Sarana identifikasi medisPemeriksaan ciri-ciri tubuh yang spesifik maupun yang non-spesifik Pemeriksaan ciri-ciri gigi melalui pemeriksaan odontologis. Pemeriksaan ciri-ciri badan atau rangka melalui pemeriksaan antropologis, antroposkopi dan antropometri Pemeriksaan golongan darah Pemeriksaan ciri-ciri biologi molekuler sidik DNA

(Julianti dkk, 2008).

Page 7: Odontologi forensik

Jenis metode identifikasi :

• Primer - sidik jari- komparatif gigi- analisis DNA

• Sekunder - deskripsi personal, - temuan medis serta bukti dan pakaian yang ditemukan pada tubuh

(Julianti dkk, 2008).

Page 8: Odontologi forensik

Macam macam identifikasi forensik :

• Identifikasi Komparatifyaitu apabila bersedia data post-mortem (pemeriksaan jenazah) dan ante-mortem (data sebelum meninggal mengenai ciri-ciri fisik, pakaian, identitas khusus berupa tahi lalat, bekas luka/operasi, dll), dalam komunitas yang terbatas. Post-Mortem atau otopsi adalah prosedur bedah yang sangat khusus yang terdiri dari pemeriksaan menyeluruh terhadap mayat untuk menentukan penyebab dan cara kematian dan untuk mengevaluasi setiap penyakit atau cedera yang mungkin ada. Ante-Mortem adalah data-data pribadi dari korban

Lukman, 2006

Page 9: Odontologi forensik

• Identifikasi RekronstrktifIdentifikasi rekonstruktif, yaitu identifikasi yang dilakukan apabila tidak tersedia data ante-mortem pada korban (contoh: penemuan jasad tanpa identitas) dan dalam komunitas yang tidak terbatas.

Lukman, 2006

Page 10: Odontologi forensik

Odontologi forensik

suatu cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari cara penanganan dan pemeriksaan benda bukti gigi serta cara evaluasi dan presentasi temuan gigi tersebut untuk kepentingan peradilan

(Julianti dkk, 2008).

Page 11: Odontologi forensik

Ruang lingkup forensik odontologi

1. Bidang perdata non kriminal malpraktek (malpractice) kelalaian (neglect) penipuan (fraud)

2. Bidang pidana (kriminal) identifikasi gigi geligi baik orang hidup maupun mati bekas gigitan (bitemark)

(harmaini, 2001)

Page 12: Odontologi forensik

3. Riset identifikasi orang hidup yang hilang atau terganggu ingatannya identifikasi tubuh manusia yang kematiannya mencurigakan identifikasi pada kecelakaan massal

(harmaini, 2001)

Page 13: Odontologi forensik

Ilmu yang berhubungan dengan odontologi forensik

• Kedokteran forensik cabang ilmu kedokteran yang bertujuan untuk membantu hukum dan peradilan

• Antropologi suatu rangka tubuh manusia dengan tengkorak dan giginya ras dan garis garis sutura tengkorak, tulang, dan giginya

(Julianti dkk, 2008).

Page 14: Odontologi forensik

Keunggulan identifikasi dengan pemeriksaan gigi

• Gigi merupakan jaringan keras yang resisten terhadap pembusukan dan pengaruh lingkungan yang ekstrim.

• Karakteristik individual yang unik dalam hal susunan gigi geligi dan restorasi gigi menyebabkan identifikasi dengan ketepatan yang tinggi.

• Kemungkinan tersedianya data antemortem gigi dalam bentuk catatan medis gigi (dental record) dan data radiologis.

(lukman, 2006)

Page 15: Odontologi forensik

• mempunyai letak yang terlindung dari otot-otot bibir dan pipi, sehingga apabila terjadi trauma akan mengenai otot-otot tersebut terlebih dahulu.

• Bentuk gigi geligi di dunia ini tidak sama, karena berdasarkan penelitian bahwa gigi manusia kemungkinan sama adalah satu banding dua miliar.

• Gigi geligi tahan panas sampai suhu kira-kira 400ºC. • Gigi geligi tahan terhadap asam keras, terbukti pada

peristiwa Haigh yang terbunuh dan direndam dalam asam pekat, jaringan ikatnya hancur, sedangkan giginya masih utuh

(lukman, 2006)

Page 16: Odontologi forensik

Kelemahan identifikasi dengan pemeriksaan gigi

• Masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk berobat gigi kedokter gigi

• Belum memasyarakatnya pembuatan rekam data gigi atau odontogram oleh dokter gigi

(lukman, 2006)

Page 17: Odontologi forensik

Peranan dokter gigi dalam ilmu forensik

• Identifikasi korban meninggal massal melalui gigi-geligi mempunyai kontribusi yang tinggi dalam menentukan identitas seseorang.

• Dokter gigi berperan penting dalam melakukan identifikasi korban bencana karena korban yang hangus terbakar dan mengalami pembusukan tingkat lanjut sulit untuk dikenali dan sudah tidak dapat dilakukan identifikasi melalui pemeriksaan visual

(djojodiepero, 1998).

Page 18: Odontologi forensik

Peranan gigi dalam identifikasi forensik:

• Identifikasi ras korban maupun pelaku dari gigi geligi dan antropologi ragawi.

• Identifikasi seks atau jenis kelamin korban melalui gigi geligi dan tulang rahang serta antropologi ragawi.

• Identifikasi umur korban ( janin ) melalui benih gigi.• Identifikasi umur melalui gigi sementara (decidui).• Identifikasi umur korban melalui gigi campuran.• Identifikasi umur korban melalui gigi tetap.• Identifikasi korban melalui kebiasaan menggunakan gigi.• Identifikasi korban dari pekerjaan menggunakan gigi• Identifikasi golongan darah korban melalui air liur.

(Lukman, 2006)

Page 19: Odontologi forensik

• Identifikasi golongan darah korban melalui pulpa gigi.• Identifikasi DNA korban dari analisa air liur dan jaringan dari sel

dalam rongga mulut.• Identifikasi korban melalui gigi palsu yang dipakainya.• Identifikasi wajah korban dari rekrontruksi tulang rahang dan

tulang facial.• Identifikasi wajah korban.• Identifikasi korban melalui gigitan pelaku.• Identifikasi korban melalui eksklusi pada korban masal.• Radiologi ilmu kedokteran gigi forensik.• Fotografi ilmu kedokteran gigi forensik.• Victim Identification form

(Lukman, 2006)

Page 20: Odontologi forensik

Struktur gigi

Page 21: Odontologi forensik

• Emailmerupakan jaringan keras yang mengelilingi mahkota gigi dan berfungsi membentuk struktur luar mahkota gigi dan membuat gigi tahan terhadap tekanan dan abrasi. Email tersusun dari mineral anorganik terutama kalsium dan fosfor, zat organic dan air.

(itjiningsih, 2012)

Page 22: Odontologi forensik

• Dentinmerupakan bagian dalam struktur gigi yang terbanyak dan berwarna kekuningan. Dentin bersifat lebih keras dari pada tulang tetapi lebih lunak 11dari email. Dentin terdiri dari 70 % bahan organic, terutama Kalsium dan fosfor serta 30 % bahan organic dan air.

(itjiningsih, 2012)

Page 23: Odontologi forensik

• Sementummerupakan jaringan gigi yang mengalami kalsifikasi dan menutup akar gigi. Sementum berfungsi sebagai tempat melekatnya jaringan ikat yang memperkuat akar gigi pada alveolus. Sementum lebih lunak dari dentin dan terdiri dari 50% bahan organic berupa Kalsium dan Fosfor dan 50% bahan organic.

(itjiningsih, 2012)

Page 24: Odontologi forensik

• Pulpa merupakan jaringan ikat longgar yang menempati bagian ruang tengah pulpa dan akar gigi. Pada pulpa terkandung pembuluh darah, syaraf, dan sel pembentuk dentin. Pulpa berisi nutrisi dan berfungsi sebagai sensorik.

(itjiningsih, 2012)

Page 25: Odontologi forensik

Morfologi gigi

I1 kanan rahang atas

I2 kanan rahang atas (itjiningsih, 2012)

Page 26: Odontologi forensik

Insisivus pertama RB

1. Akar tunggal, mendatar mesio-distal dan cenderung bengkok ke distal.

2. Tepi insisal tegak lurus terhadap garis yang membagi dua mahkota labio lingual.

3. Panjang akar 12 mm.4. Alur longitudinal distal akar lebih jelas daripada

mesial.5. Gigi terkecil pada gigi-geligi tetap

(itjiningsih, 2012)

Page 27: Odontologi forensik

Insisivus kedua RB

• Ia sedikit lebih kecil daripada incisivus pertama bawah; mahkota berbentuk kipas dan tepi insisal lebih lebar mesiodistal

• Sisi insisal: tepi insisal tidak tegak lurus terhadap garis yang membelah dua akar, tetapi terpuntir ke distal, dalam arah lingual, mengikuti garis lengkung gigi.

• Panjang akar 14 mm.• Permukaan mesial mahkota sedikit lebih panjang daripada distal,

sehingga tepi insisal sedikit miring• Marginal ridge’ mesial dan distal samar-samar, tetapi lebih

menonjol daripada incisivus pertama bawah (itjiningsih, 2012)

Page 28: Odontologi forensik

Caninus

(itjiningsih, 2012)

Page 29: Odontologi forensik

Premolar pertama RA

• Akar dua (bukal dan palatal) dan inklinasi ke distal.• Cusp dua buah (bukal dan palatal), cusp bukal

lebih besar dari palatal.• Lereng mesial cusp bucal lebih panjang dari distal.• Cusp palatal sedikit miring ke mesial.• Bagian oklusal lebih angular dari Premolar kedua.

(itjiningsih, 2012)

Page 30: Odontologi forensik

Premolar kedua RA

• Akar tunggal, mesiodistal datar dan lebih panjang dari premolar pertama atas.

• Cusp bukal dan palatal lebih kecil dan lebih rendah dari premolar pertama atas.

• Lereng mesial bukal cusp lebih pendek dari distal.

• Bagian oklusal oval.(itjiningsih, 2012)

Page 31: Odontologi forensik

Premolar pertama RA

• Fossa oklusal distal lebih besar dari mesial.• Cusp bukal besar dan runcing, cusp lingual kecil.• Mahkota inklinasi ke palatalPermukaan bukal

mahkota cembung, permukaan lingual hampir lurus.

• Bagian oklusal sirkular, menndatar pada mesiolingual.

• Akar tunggal, bulat dan inklinasi ke distal(itjiningsih, 2012)

Page 32: Odontologi forensik

Molar pertama RA

• Gigi molar paling besar.• Mempunyai 4 cusp dengan mesiopalatal paling besar dan

distopalatal paling kecil.• Cusp bukal lebih runcing dari cusp palatal.• Bukolingual mahkota lebih besar dari mesiodistal.• Terdapat tuberculum carabelli pada cusp mesiopalatal.• Akar tiga, dan terpisah, akar palatal paling panjang dan

mengembang, akar bukal berinklinasi ke distal.• Bagian oklusal berbentuk jajaran genjang

(itjiningsih, 2012)

Page 33: Odontologi forensik

Molar pertama RB

• Gigi terbesar pada rahang bawah.• Mempunyai 5 cusp, 3 bukal dan 2 lingual.• Permukaan bukal berinklinasi ke lingual.• Mesiodistal mahkota lebih besar dari

bukolingual.• Bagian oklusal berbentuk segi empat.• Mempunyai 2 akar, akar mesial lebih panjang,

akar distal lebih bulat.(itjiningsih, 2012)

Page 34: Odontologi forensik

Perbedaan gigi sulung dan gigi permanen

Gigi permanen

Page 35: Odontologi forensik

• Pada gigi susu tidak ada gigi premolar atau gigi yang menyerupai premolar.

• Akar gigi susu mengalami responsi.• Pada gigi susu tidak terbentuk sekunder dentin.• Permukaan fasial gigi susu lebih licin dari pada gigi

permanen.• Gigi geligi susu lebih putih dari pada gigi geligi permanen.• Permukaan bukal dan lingual dari gigi molar susu lebih

datar dari pada gigi molar permanen.(itjiningsih, 2012)

Page 36: Odontologi forensik

• Ukuran mesio distal lebih lebar dari pada ukuran serviko insisalnya dibandingkan dengan gigi permanen.

• Ukuran mesio distal akar – akar gigi susu anterior sempit.• Bentuknya menyerupai bentuk elemen yang bersangkutan

pada gigi geligi permanen tetapi lebih kecil.• Servikal ridge pada pandangan bukal dan lingual dari gigi

molar susu lebih tegas dari pada molar tetap.• Ruang pulpa gigi susu lebih besar daripada rung pulpa gigi

permanen.• Secara keseluruhan ukuran gigi susu lebih kecil daripada

gigi permanen (itjiningsih, 2012)

Page 37: Odontologi forensik

Nomenklatur

Zsigmondy

Gigi tetap : 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

Contoh : P2 atas kanan : 5

Gigig susu : V IV III II I I II III IV V

V IV III II I I II III IV V

Contoh : c bawah kanan : III

(Itjingningsih,2012)

Page 38: Odontologi forensik

Palmer’s

Gigi tetap : 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

Contoh : P2 atas kanan = 5

Gigi susu : E D C B A A B C D E

E D C B A A B C D E

Contoh : c bawah kanan = C

(Itjingningsih, 2012)

Page 39: Odontologi forensik

Amerika

Gigi tetap : 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32

Contoh : P2 atas kanan = 13

Gigi suhu : X IX . . VI V IV . . I

XI XII . . XV XVI XVIII . . XX

Contoh : c bawah kanan = XIII

(Itjingningsih,2012)

Page 40: Odontologi forensik

Applegate

Gigi tetap : 1 2 3 . . . . 8 9 . . . . . . 16

32 . . . . . . 25 24 . . . . . 17

Contoh : P2 atas kanan = 4

Gigi susu : I . . . V VI . . . X

XX . . . X VI XV . . . XI

(Itjingningsih,2012)

Page 41: Odontologi forensik

Haderup

Gigi tetap : ( + + )

( - - )

Contoh : P2 atas kanan = 5 +

I1 bawah kiri = - 1

Gigi susu : c bawah kanan = 03 –

m2 atas kiri = +05

(Itjingningsih, 2012)

Page 42: Odontologi forensik

Sistem Scandinavian

+ = untuk gigi geligi atas - = untuk gigi geligi bawahContoh : P2 atas kanan = + 5

I2 bawah kiri = 2 –

(Itjingningsih, 2012)

Page 43: Odontologi forensik

G. B. Denton

Gigi tetap : 2 1

3 4

Contoh : P2 atas kanan = 2.5

Gigi susu : b a

c d

Contoh : c bawah kanan = c.3

(Itjingningsih, 2012)

Page 44: Odontologi forensik

FDI / WHO

Gigi tetap :18 . . . . . . 11 21 . . . . . . 28

48 . . . . . . 41 31 . . . . . . 38

Contoh : I2 kedua kiri atas = 22

Gigi sulung : 55 . . . 51 61 . . . 65

85 . . . 81 71 . . . 75

Contoh : c atas kiri = 63

(Itjingningsih, 2012)

Page 45: Odontologi forensik

Utrech / Belanda

Dengan menggunakan tanda-tanda :

S = Superior/atas

I = Inferior/bawah

d= dexter/kanan

s = sinister/kiri• Gigi tetap pakai huruf besar

Contoh : P2 atas kanan = P2Sd• Gigi susu pakai huruf kecil

Contoh : c bawah kanan = cId

(itjiningsih, 2012)

Page 46: Odontologi forensik

Identifikasi jenis kelamin• Ukuran & bentuk gigi juga digunakan untuk penentuan

jenis kelamin.• Gigi geligi menunjukkan jenis kelamin berdasarkan

kaninus mandibulanya. Anderson mencatat bahwa pada 75% kasus, mesio distal pada wanita berdiameter kurang dari 6,7 mm, sedangkan pada pria lebih dari 7 mm.

• Saat ini sering dilakukan pemeriksaan DNA dari gigi untuk membedakan jenis kelamin

(Julianti dkk, 2008).

Page 47: Odontologi forensik

Identifikasi bite mark

Salah satu bagian odontologi forensik dengan melakukan analisa pada bekas gigitan yang ditemukan. Kasus seperti ini cukup langka. Bekas gigitan adalah bekas yang ditinggalkan pada korban berupa suatu jejak sampai suatu kehilangan oleh suatu susunan gigi geligi (gambar, letak, bentuk ujung, susunan gigi geligi).

(itjiningsih, 2012)

Page 48: Odontologi forensik

Klasifikasi bekas gigitan (bite mark)

Kelas IPola gigitan terdapat jarak dari gigi insisive dan kaninus.

Kelas II Pola gigitan kelas II seperti pola gigitan kelas I tetapi terlihat pola

gigitan cusp buccalis dan palatalis maupun cusp buccalis dan cusp lingualis tetapi derajata pola gigitannya masih sedikit.

Kelas III Pola gigitan kelas III derajat luka lebih parah dari kelas II yaitu permukaan gigit insisive telah menyatu akan tetapi dalamnya luka gigitan mempunyai derajat lebih parah dari pola gigitan kelas II.

(itjiningsih, 2012)

Page 49: Odontologi forensik

Kelas IV Pola gigitan kelas IV terdapat luka pada kulit dan otot di bawah kulit yang sedikit terlepas atau rupture sehingga terlihat pola gigitan irreguler.

Kelas VPola gigitan kelas V terlihat luka yang menyatu pola gigitan insisive, kaninus, dan premolar baik pada rahang atas maupun bawah.

(itjiningsih, 2012)

Page 50: Odontologi forensik

Identifikasi usia

• Metode Schour dan MasslerPertumbuhan gigi geligi dimulai dari lahir sampai dengan umur 21 tahun, yang banyak digunakan dalam ilmu kedokteran gigi klinis untuk merencanakan atau mengevaluasi perawatan gigi.

(stimson, 1997)

Page 51: Odontologi forensik

• Metode gusstavon 6 metode dari Gustaffson adalah sebagai berikut:

Atrisi Sekunder dentin Ginggiva attachment Pembentukan foramen apikalis Transparansi akar gigiSekunder sement

(stimson, 1997)

Page 52: Odontologi forensik

• Neonatal dan Von Ebner LinesGaris-garis incremental Von Ebner dan Neonatal, dapat dilihat pada gigi yang telah disiapkan dalam bentuk sediaan asahan dengan ketebalan 30-40 mikron.

(stimson, 1997)

Page 53: Odontologi forensik

• Metode Asam AspartatHapusan asam aspartat telah digunakan untuk menentukan usia berdasarkan pada terdapatnya bahan tersebut pada dentin manusia. Komponen protein terbanyak pada tubuh manusia berbentuk L-amino Acid, D-amino acid yang ditemukan pada tulang, gigi, otak dan lensa mata.

(stimson, 1997)

Page 54: Odontologi forensik

Daftar pustaka • Afandi D. 2009. Visum et repertum pada korban hidup. Jurnal Ilmu

Kedokteran.;3(2):79-84.• Sampurna, budi. 2003. kedokteran forensik dan ilmu profesi. www.ui.ac.id.

Diakses pada tanggal 25 maret 2014. pkl 20.00 WIB• Lukman D. 2006. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi Forensik. Jilid 1. CV Jakarta:

Sagung Seto• djojodiepero.1998. odontologi forensik-pembuktian kedokteran gigi dalam

tugas meikolegal. Majalah PDGI;17:47- 51 • Harmaini N. 2001. odontologi forensik dan identifikasi gigi. Medan : usu press• Stimson, P. G, Mertz, C. A, 1997. Forensic Dentistry, CNC Press Boca Raton,

New York.• Itjingningsih. 2012. Anatomi Gigi. Jakarta: EGC• Julianti,dkk. 2008. PERANAN FORENSIK ODONTOLOGI DALAM BENCANA

MASAL. www.usu.ac.id . pada tanggal 25 maret 2014. pkl 19.45 WIB