Upload
didinburhanudin616
View
237
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan wilayah tropis, beriklim basah, serta berada
diwilayah katulistiwa. Karena itu, Indonesia merupakan wilayah yang
subur,sehingga memungkinkan tumbuhnya berbagai macam tumbuhan
dengan subur dan apabila dikelola dengan tepat dan benar, akan sangat
mendukung pembangunan sektor pertanian, meningkatkan pertumbuhan
ekonomi pertanian dan memberikan sumbangan yang berarti bagi
pendapatan masyarakat serta pertumbuhan ekonomi nasional .
Pertanian sebagai salah satu penggerak utama perekonomian,
setidaknya mampu memecahkan masalah sosial ekonomi yang
mendasar, permasalahan mendasar tersebut khususnya terkait dengan
memperluas lapangan kerja, memenuhi kebutuhan masyarakat,
pemerataan pendapatan dan mempercepat pengentesan kemiskinan.
Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang dapat
meningkatkan sumber pendapatan petani dan penggerak pemulihan
ekonomi pertanian. Fakta menunjukkan, ketika Indonesia mengalami krisis
ekonomi pada tahun 1998, subsektor hortikultura menjadi salah satu
penyumbang devisa negara dan memberikan kontribusi pada ketahanan
ekonomi nasional dalam melewati masa-masa sulit ketika itu, sampai
pada saatnya Indonesia mampu melakukan recovery ekonomi.
1
Kontribusi komoditas hortikultura secara nasional terhadap
pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) memperlihatkan
kecenderungan yang terus meningkat, selama tahun 2008 menunjukkan
peningkatan sebesar 4,55 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Jika
tahun 2007 kontribusinya terhadap PDB sebesar Rp 76,79 triliun, maka
pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp 80,29 triliun, atau peningkatannya
sebesar Rp 4,55 persen dalam waktu satu tahun. Peranan PDB menjadi
salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting, guna mengetahui
peranan dan kontribusi yang diberikan komoditas hortikultura, terhadap
pendapatan nasional (http:/www.deptan.go.id).
Peningkatan PDB sebesar itu tercapai karena terjadinya
peningkatan produksi di berbagai sentra produksi dan kawasan
hortikultura, di samping meningkatnya luas areal produksi dan areal panen
serta nilai ekonomi dan nilai tambah produk hortikultura yang cukup tinggi
dibandingkan komoditas lainnya, sehingga pengaruhnya positif pada
peningkatan PDB. Perkembangan nilai PDB hortikultura berdasarkan
harga yang berlaku, untuk komoditi buah-buahan tahun 2007 sebesar
42.362 miliar, tahun 2008 sebesar 42.660 miliar sehingga meningkat 4,02
persen. Untuk sayuran tahun 2007 sebesar 25.587 miliar, tahun 2008
sebesar 27.423 miliar, sehingga meningkat 7,18 persen. Selanjutnya,
untuk biofarmaka pada tahun 2007 sebesar 4.105 miliar, tahun 2008
sebesar 4.118 miliar, sehingga meningkat 0,32 persen. Untuk tanaman
hias tahun 2007 sebesar 4.741 miliar, tahun 2008 sebesar 6.091 miliar,
2
sehingga meningkat 28,48 persen. (Achmad Dimyati, Dirjen Hortikultura
diTabloid Sinar Tani, http://www.sinartani.com).
Buah-buahan tropis merupakan salah satu komoditas hortikultura
yang memiliki prospek yang sangat baik. Hal ini dikarenakan semakin
meningkatnya jumlah penduduk dan semakin banyaknya masyarakat
yang memiliki kepedulian akan pentingnya nilai gizi dari buah-buahan.
Buah-buahan termasuk kelompok hortikultura bersama sayur-
sayuran, tanaman hias dan tanaman obat-obatan (biofarmaka). Pada
tahun 2010, Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga yang berlaku
dari subsektor hortikultura diproyeksikan mencapai Rp 88,851 triliun,
dimana kontribusi dari produk buah-buahan sebesar Rp 46,721 triliun atau
sekitar 52,6% dari total PDB subsektor hortikultura. Pada tahun yang
sama, subsektor hortikultura diharapkan mampu mengekspor produk
sebanyak 717,45 juta ton dengan nilai ekspor sebesar US$411,51 juta
(http:www/deptan.go.id).
Pada tahun 2010 ini, Kementerian Pertanian menargetkan produksi
buah-buahan Indonesia mencapai 18.853.058 ton. Jumlah tersebut
berasal dari produksi buah pohon dan perdu sebanyak 9.549.879 ton,
produksi buah semusim dan merambat sebanyak 814.400 ton, dan
produksi buah jernis terna sebanyak 8.488.779 ton. Pada tahun yang
sama diproyeksikan produktivitas buah-buahan Indonesia mampu
mencapai rata-rata 23,20 ton per hektar. Berdasarkan data global
perdagangan dunia, Indonesia hanya membeli tidak lebih dari 0,6%
3
ekspor buah dunia. Negara-negara Asia Tenggara seluruhnya, juga hanya
membeli 2% dari ekspor buah dunia. Pengimpor buah terbesar adalah
negara-negara Uni Eropa (43%), Amerika Serikat (16%), negara-negara di
sekitar Uni Eropa (6%), Federasi Republik Rusia (5%), Jepang (4%), dan
negara-negara di Afrika, Asia Barat, Timur Tengah, Canada, China,
Amerika Latin, dan yang lain sebesar 24% (Achmad Dimyati, Dirjen
Hortikultura, http://mediadata.co.id).
Besarnya peluang pasar ekspor buah-buahan dunia telah
membangkitkan keinginan Pemerintah Indonesia untuk mendorong produk
buah-buahan tropika menjadi komoditas primadona dunia. Saat ini
produksi buah-buahan dunia mencapai sekitar 650 juta ton. Permintaan
pasar internasional terhadap produk buah-buah tropika pada tahun 2010
diperkirakan meningkat sebesar 87% atau 3,8 juta ton. Pasar Amerika
Serikat dan Uni Eropa mampu menyerap 70% dari impor buah tropika
secara global. Pasar internasional lainnya antara lain Jepang, Hongkong,
Rusia dan Kanada.
Dalam menghadapi era pasar bebas yang ditandai dengan
masuknya buah-buahan impor, Indonesia harus menyajikan produk buah-
buahan yang mampu bersaing dengan buah-buahan impor. Strategi yang
harus ditempuh adalah mempromosikan exotic fruit dengan
mengandalkan unggulan buah lokal spesifik Indonesia (Achmad Dimyati,
Dirjen Hortikultura, http://mediadata.co.id).
4
Salah satu kota yang terkenal akan komoditas buah-buahan adalah
kota Depok. Komoditas unggulan kota Depok untuk buah-buahan terdiri
atas, belimbing manis, jambu merah biji, pisang, pepaya, rambutan,
mangga, nangka, dan cempedak. Salah satu jenis buah-buahan paling
terkenal dari wilayah ini adalah belimbing manis varietas dewa-dewi,
bahkan belimbing manis tersebut telah menjadi icon kota Depok sejak
tahun 2006. Sentra produksi buah belimbing manis kota Depok tersebar di
enam kecamatan yaitu, Sawangan, Pancoran Mas, Sukmajaya,
Cimanggis, Limo, dan Beji. Sebagian besar atau pada umumnya petani
belimbing manis juga merupakan petani jambu merah biji.
Kota Depok mencanangkan sektor pertanian sebagai menjadi salah
satu sektor utama dalam pembangunan wilayahnya disamping sektor
perbankan, industri pengolahan, transportasi, dan komunikasi. Kota
Depok merupakan salah satu kota yang memiliki letak cukup strategis
untuk dijadikan sebagai salah satu sentra hortikultura.
Arahan strategi pembangunan pertanian perkotaan kota Depok
adalah pembanguan agribisnis perkotaan yang memiliki daya saing dan
memiliki nilai tambah yang didukung oleh sumberdaya daerah dan
pemanfaatan teknologi. Hal ini didukung oleh visi Dinas Pertanian kota
Depok tahun 2007-2011 yaitu, “mewujudkan pertanian perkotaan yang
mensejahterakan petani dan masyarakat”. Sebagai penjabaran visi
tersebut, telah ditetapkan misi Dinas Pertanian kota Depok yaitu,
“meningkatkan pelayanan bidang pertanian, mengembangkan agribisnis
5
perkotaan dan ketahanan pangan masyarakat serta meningkatkan
pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam”.Pembangunan pertanian
kota Depok juga diarahkan untuk memelihara dan mengupayakan
peningkatan ketersediaan dan keamanan pangan khususnya
mengantisipasi kompetisi dan diversifikasi permintaan pasar yang selalu
menuntut persyaratan mutu dan keamanan produk (Dinas Pertanian Kota
Depok, 2007). Langkah-langkah tersebut membuktikan bahwa
pemerintahan kota Depok cukup serius dalam pembangunan sektor
pertanian perkotaan.
Sebagai produk buah-buahan unggulan, pemerintah Kota Depok
memberikan perhatian serius terhadap perkembangan budidaya belimbing
manis dan jambu biji. Hal ini diperlukan karena petani buah-buahan
tentunya tidak dapat bekerja sendiri, tetapi perlu dukungan dari berbagai
pihak, khususnya pemerintah yang bertindak sebagai fasilitator, regulator
dan motivator yang bersifat mendukung dan memberikan akses
kemudahan bagi petani dalam memproduksi dan mengembangkan
komoditi buah-buahan dalam negeri.
Dari tahun ke tahun pertumbuhan produksi belimbing manis terus
meningkat. Tingginya tingkat pertumbuhan tersebut disebabkan oleh
beberapa hal: pertama, belimbing manis varietas dewa/dewi merupakan
salah satu tanaman yang mudah dibudidayakan; kedua, terjadinya alih
fungsi lahan yang sebelumnya merupakan usaha tani sawah dan sayuran,
berubah menjadi perkebunan belimbing manis; dan ketiga, adanya
6
dukungan pemerintah Kota Depok dengan keluarnya Keputusan Walikota
Depok No. 18 Tahun 2003 yang didalamnya memuat peningkatan
produktivitas pertanian, pengembangan kelembagaan petani, peningkatan
pelayanan sektor pertanian, dan pengembangan potensi unggulan
pertanian pada tingkat pencapaian target satu produk potensial
berkembang. Faktor yang terakhir adalah seiring dengan berjalannya
waktu semakin banyak jenis belimbing manis dan jambu merah olahan
yang tersedia di pasaran berupa dan produk dodol belimbing dan jambu
merah. Khusus untuk belimbing manis telah pergeseran pemahaman
konsumen yang menjadikan buah ini bukan saja sebagai buah meja
melainkan diminati karena khasiatnya sehingga dapat meningkatkan
perluasan pasar.
Walaupun pertumbuhan produksi buah belimbing manis dan jambu
merah terus menunjukkan peningkatan positif, tetapi pemerintah Kota
Depok dituntut untuk terus memberikan dukungan optimal karena selain
secara kwantitatif, permintaan pasar belum dapat dipenuhi secara optimal
dan di sisi lain kemungkinan munculnya pesaing dari buah sejenis yang
lebih berkualitas juga harus diantisipasi sejak dini.
Saat ini penerapan teknologi dalam sektor pertanian termasuk
masih tergolong rendah, ini merupakan salah satu penyebab rendahnya
produktivitas serta kualitas komoditas pertanian termasuk buah-buahan.
Oleh karena itu pengembangan teknologi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari proses peningkatan daya saing sektor pertanian serta
7
nilai tambah produk yang dihasilkan sehingga akan menaikkan tingkat
produktivitas baik secara kuantitas maupun kualitas di sektor pertanian
yang pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Semua
itu hanya bisa terwujud, apabila pemerintah khususnya pemerintah
daerah berperan serta.
B. Identifikasi Permasalahan
Potensi produksi buah belimbing yang ditanam di kebun secara
permanen dan dipelihara intensif, dengan jarak tanam antara 5x5 m atau
6x6 m, bila populasi tanaman belimbing per hektar antara 250–400 pohon
dengan potensi produktivitas 150–300 buah/pohon/tahun, dan berat per
buah rata-rata 160 gram, maka dapat dihasilkan/tingkat produksi per
hektar mencapai 6–19 ton buah belimbing (http://www.lembahpinus.com).
Prospek pemasaran belimbing di dalam negeri diperkirakan makin
baik. Pada tahun 1993 Indonesia baru andil 0,4 % dari total nilai impor
dunia buah tropis. Bila pada tahun 1989 tingkat konsumsi buah-buahan
per kapita penduduk Indonesia hanya mencapai 22,92 kg/tahun, maka
untuk mencapai kecukupan gizi yang sesuai dengan anjuran FAO
menargetkan rata-rata 60 Kg per kapita per tahun. Salah satu jenis buah
potensial yang mudah dibudidayakan untuk mendukung pencapaian target
tersebut adalah belimbing. Perkiraan permintaan setiap tahun semakin
meningkat, peningkatan permintaan tersebut adalah sebesar 6,1 %/tahun
(1995–2000), 6,5 %/tahun (2000–2005), 6,8 %/tahun (2005–2010), dan
8
mencapai 8,9 %/tahun (2010 - 2015). Jelaslah bahwa prospek usahatani
(agribisnis) belimbing amat cerah bila dikelola secara intensif dan
komersial, baik dalam bentuk kultur perkebunan, pekarangan, maupun
tabulampot (http://www.lembahpinus.com). Potensi pasar luar negeri juga
masih sangat terbuka lebar, termasuk bagi produk olahan ikutannya.
Jambu merah biji telah lama disukai oleh masyarakat Indonesia.
Selain memiliki kandungan vitamin C yang tinggi dan banyak khasiat yang
berguna bagi kesehatan tubuh manusia jambu biji juga dapat dibuat
bermacam-macam produk olahan. Dengan demikian peluang
pengembangan agribisnis dan usaha tani Belimbing Dewa dan jambu
merah biji masih terbuka lebar.
Pengembangan produksi belimbing manis dan jambu merah biji di
wilayah Kota Depok, diperlukan peran pemerintah daerah setempat yang
lebih optimal dalam pemanfaatan teknologi pertanian tepat guna serta
perluasan pasar baik dalam memanfaatkan pasar dalam dan terutama
pasar luar negeri untuk ekspor.
Dilihat dari sudut pandang perekonomian Kota Depok, kontribusi
komoditas belimbing terhadap pendapatan asli daerah cukup bisa
diandalkan. Dengan potensi produksi berkisar 2.818 – 3.000 ton per
tahun, diperkirakan perputaran ekonomi dari komoditas belimbing ini
berkisar 17-18 Milyar rupiah pertahun.
9
C. Pembatasan Masalah
Dalam menghadapi era pasar bebas yang ditandai dengan
masuknya buah-buahan impor, Indonesia harus menyajikan produk buah-
buahan yang mampu bersaing dengan buah-buahan impor. Strategi yang
harus ditempuh adalah mempromosikan exotic fruit dengan
mengandalkan unggulan buah lokal spesifik Indonesia.
Masalah utama yang menjadi kendala bagi produk buah-buahan di
Indonesia adalah karakteristik alaminya yang mudah rusak dan busuk.
Dalam hal ini sangat dibutuhkan sentuhan pengetahuan dan teknologi
penanganan pascapanen buah sejak di tingkat petani. Selain itu, orientasi
pasar buah hendaknya tidak terfokus pada pemasaran buah segar.
Diperlukan pengembangan yang signifikan industri makanan dan
minuman olahan berbasis buah-buahan yang mampu menyerap produksi
buah lokal dalam jumlah besar. Untuk menjamin pasokan bahan baku
buah, para pelaku industri dapat membangun pola kemitraan dengan
kelompoktani buah-buahan.
Untuk mengatasinya, tidak cukup hanya dengan kerja keras dan
optimisme masyarakat petani semata-mata, tetapi lebih dari itu diperlukan
peran pemerintah secara optimal. Berbagai kendala akan menjadi lebih
mudah dan cepat apabila memperoleh dukungan optimal dari pemerintah
Pada intinya, permasalahan yang sama dialaminya juga oleh
masyarakat petani belimbing manis dan jambu merah biji di wilayah Kota
10
Depok. Diperlukan peran serta pemerintah dalam memberdayakan
masyarakat petani budidaya belimbing manis dan jambu merah biji.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan indentifikasi dan batasan permasalahan, penelitian ini
difokuskan pada:
1. Bagaimanakah Pemerintah Daerah Kota Depok berperan serta
dalam memberdayakan masyarakat petani belimbing manis dan
jambu merah di Kota Depok?
2. Apakah peran serta Pemerintah Daerah Kota Depok dalam
memberdayakan masyarakat petani belimbing manis dan jambu
merah di Kota Depok telah dilaksanakan secara optimal?
E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk,
1. Mengetahui tentang pelaksanaan tentang pemberdayakan
masyarakat petani belimbing manis dan jambu merah di Kota
Depok oleh Pemerintah Daerah Kota Depok.
2. Mengetahui tentang tingkat optimasi peran serta Pemerintah
Daerah Kota Depok dalam memberdayakan masyarakat petani
belimbing manis dan jambu merah di Kota Depok,
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,
11
1. Bagi penulis, dapat mengaplikasikan ilmu kemasyarakatan beserta
tehnik penelitiannya khususnya yang terkait dengan peran
pemerintah dalam memberdayakan masyarakat.
2. Bagi almamater dapat menambah pembendaharaan hasil
penelitian tentang peran pemerintah daerah dalam melakukan
pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat pengelola
pertanian perkotaan.
3. Bagi Pemerintah Daerah Kota Depok dapat menjadi masukkan
dalam rangka meningkatkan upayanya untuk mengoptimalkan
pemberdayaan masyarakat petani belimbing manis dan jambu
merah di wilayahnya.
4. Bagi kalangan akademisi dan masyarakat luas umumnya, dapat
menjadi salah satu acuan dalam melakukan penelitian terkait.
F. Sistematika Penulisan
Tesis akan disusun dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang,
identifikasi permasalahan, pembatasan permasalahan,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian dan
sistematika penelitian.
Bab II : Tinjauan Pustaka, menguraikan tentang hasil kajian
keputakaan terkait dengan teori-teori tentang optimalisasi,
pemberdayaan masyakat peran serta pemerintah,
12
pemerintahan daerah, belimbing dan jambu merah,
dilengkapi dengan kerangka pemikiran dan alur pikir.
Bab III : Metode Penelitian, menguraikan tentang jenis penelitian,
tehnik pemilihan informan, tehnik analisis data, keterbatasan
penelitian dan pedoman wawancara.
BAB IV: Gambaran Umum Hasil Penelitian. Mendeskripsikan
gambaran tentang wilayah, pemerintahan Kota Depok dan
Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok serta gambaran
tentang pertanian Belimbing dan Jambu Biji di Kota Depok
Bab V : Hasil Penelitian dan Pembahasan. Mendeskripsikan hasil
penelitian, temuan penelitian, hasil wawancara beserta
pembahasannya terkait dengan rumusan masalah.
Bab VI : Penutup. Merupakan kesimpulan sekaligus jawaban ringkas
atas permasalahan yang dirumuskan disertai dengan saran
dari penulis.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Optimalisasi dan Peran
A.1. Pengertian Optimalisasi
Dari segi bahasa, optimalisasi adalah suatu proses, cara atau
perbuatan untuk menjadikan sesuatu paling baik dan paling tinggi (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1996:705). Menurut Grahacendikia (2009: 23)
optimalisasi adalah proses pencapaian suatu pekerjaan dengan hasil dan
keuntungan yang besar tanpa harus mengurangi mutu dan kualitas dari
suatu pekerjaan.Oktavia (2010 : 25) merumuskan bahwa optimalisasi
adalah perencariaan nilai terbaik dari yang tersedia dari beberapa fungsi
yang diberikan pada suatu konteks.
Dari beberapa rumusan di atas, dapat disimpulkan bahwa
optimalisasi adalah suatu proses, cara atau perbuatan untuk mencapai
sesuatu dengan hasil paling baik atau keuntungan terbesar dari sesuatu
atau fungsi yang tersedia.
A.2. Pengertian Peran
Pengertian kata peran menurut Anton M. Mulyono adalah “Bagian
dari tugas utama yang harus dilaksanakan” (1990 : 667) Dalam Kamus
14
Besar Bahasa Indonesia memberi arti kata peran adalah (1) bagian yang
dimainkan oleh seorang pemain. (2) tindakan yang dilakukan oleh
seseorang di suatu peristiwa (2005 : 254).
Sedangkan menurut Onong Uchjana Effendi (2002; 226) kata peran
atau peranan berasal dari bahasa latin “partipacio” , kata kerjanya
“participare” yang berarti ambil bagian.
Definisi peran menurut Thantawi adalah “pola tingkah laku yang
dihargai dari seseorang sesuai dengan kedudukan atau posisi pada suatu
masyarakat, organisasi atau pekerjaan tertentu. (1993 : 72)
Dari beberapa pengertian di atas, penulis berkesimpulan bahwa
peran atau peranan adalah keikutsertaan seseorang atau lembaga yang
memiliki posisi serta turut ambil bagian dengan melakukan tugas utama
yang dilaksanakannya.
Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peran (Soeharto
2002; Soekamto 1984: 237). Analisis terhadap perilaku peranan dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu; ketentuan peranan, gambaran
peranan dan harapan peranan.
Ketentuan peranan adalah pernyataan formal dan terbuka tentang
perilaku yang harus ditampilkan oleh seseorang dalam membawa
perannya. Gambaran peranan adalah suatu gambaran tentang perilaku
yang secara aktual ditampilkan seseorang dalam membawakan perannya
15
sedangkan harapan peranan lebih memandang peran dari apa yang
diinginkan terjadi dalam melakukannya.
Dari berbagai pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan
mengenai pengertian peranan dalam hal ini peran pemerintah dalam
melaksanakan fungsi dan tujuannya dalam pelayanan, pembangunan,
pemberdaya, dan pengatur masyarakat. Seperti yang telah dikemukakan
oleh Sarjono Sukamto (1984) bahwa peranan adalah merupakan aspek
dinamis dari kedudukan apabila seseorang melaksanakan hal-hal serta
kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka ia telah melakukan sebuah
peranan.
Menilik dari beberapa pernyataan mengenai peranan diatas
tergambar bahwa peranan menyangkut pelaksanaan sebuah tanggung
jawab seseorang atau organisasi untuk berprakarsa dalam tugas dan
fungsinya.
Sudut pandang lain tentang peran digambarkan Horoepoetri, Arimbi
dan Santosa (2003), yang mengemukakan beberapa dimensi peran
sebagai berikut :
a. Peran sebagai suatu kebijakan. Penganut paham ini berpendapat
bahwa peran merupakan suatu kebijkasanaan yang tepat dan baik
untuk dilaksanakan.
b. Peran sebagai strategi. Penganut paham ini mendalilkan bahwa
peran merupakan strategi untuk mendapatkan dukungan dari
masyarakat (public supports). Pendapat ini didasarkan pada suatu
16
paham bahwa bilamana masyarakat merasa memiliki akses
terhadap pengambilan keputusan dan kepedulian masyarakat pada
tiap tingkatan keputusan didokumentasikan adalah Horoepoetri,
Arimbi dan Santosa (2003), yang mengemukakan beberapa
dimensi peran sebagai berikut :
c. Peran sebagai alat komunikasi. Peran didayagunakan sebagai
instrumen atau alat untuk mendapatkan masukan berupa informasi
dalam proses pengambilam keputusan. Persepsi ini dilandaskan
oleh suatu pemikiran bahwa pemerintahan dirancang untuk
melayani masyarakat, sehingga pandangan dan preferensi dari
masyarakat tersebut adalah masukan yang bernilai guna
mewujudkan keputusan yang responsif dan responsibel.
d. Peran sebagai alat penyelesaian sengketa, peran didayagunakan
sebagai suatu cara untuk mengurangi atau meredam konflik melalui
usaha pencapaian konsesus dari pendapat-pendapat yang ada.
Asumsi yang melandasi persepsi ini adalah bertukar pikiran dan
pandangan dapat meningkatkan pengertian dan toleransi serta
mengurangi rasa ketidakpercayaan (mistrust) dan kerancuan
(biasess)
e. Peran sebagai terapi. Menurut persepsi ini, peran diakukan sebagai
upaya ”mengobati” masalah-masalah psikologis masyarakat seperti
halnya perasaan ketidakberdayaan (sense of powerlessness), tidak
17
percaya diri dan perasaan bahwa diri mereka bukan komponen
penting dalam masyarakat.
Menurut Toha (1983 : 10) pengertian peranan dapat dijelaskan
bahwa “suatu peranan dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku
yang teratur yang ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu atau
karena adanya suatu kantor yang mudah dikenal.” Selanjutnya
menurut Thoha (1997 : 80) “Dalam bahasa organisasi peranan
diperoleh dari uraian jabatan. Uraian jabatan itu merupakan dokumen
tertulis yang memuat persyaratan-persyaratan dan tanggung jawab
atas suatu pekerjaan“. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa hak
dan kewajiban dalam suatu organisasi diwujudkan dalam bentuk uraian
jabatan atau uraian tugas. Oleh karena itu, maka dalam menjalankan
peranannya seseorang/lembaga, uraian tugas/uraian jabatan
merupakan pedomannya.
Ralph Linton dalam Soekanto (1969 : 14) membedakan
peranan dalam dua bagian yakni “peranan yang melekat pada diri
seseorang dan peranan yang melekat pada posisi tepatnya dalam
pergaulan masyarakat”. Soekanto (1990 : 268) memandang peranan
(role) sebagai suatu aspek dinamis kedudukan (statis), Ketika
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya maka ia menjalankan
suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dan peranan adalah
untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Dalam kenyataannya tidak
18
peranan kedudukan dan juga sebaliknya tidak ada kedudukan tanpa
peranan.
Menyimak pendapat tersebut dapat ditarik beberapa pokok
pikiran mengenai peranan yaitu adanya kedudukan yang bersifat
statis, adanya hak dan kewajiban serta adanya hubungan timbal-balik
antara peranan dan kedudukan. Dari beberapa pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa istilah peranan mengandung beberapa pengertian,
antara lain :
a. Peranan adalah suatu konsep perilaku,
b. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan
posisi/kedudukan seseorang dalam masyarakat, dan
c. Peranan dapat diartikan sebagai perilaku seseorang yang dapat
mendatangkan manfaat bagi masyarakat dan berkaitan dengan
hak dan kewajiban.
A.3. Optimalisasi Peran
Dari berbagai rumusan pengertian optimalisasi, penulis dapat
memahami bahwa optimalisasi peran dapat diartikan sebagai perilaku
atau tindakan yang dapat mendatangkan manfaat bagi masyarakat serta
norma-norma yang terkait dengan hak dan kewajiban dalam suatu posisi
atau kedudukan yang dilaksanakan atau diselenggarakan dengan cara-
19
cara yang dapat mencapai sesuatu dengan hasil paling baik atau
keuntungan terbesar dari sesuatu atau fungsi yang tersedia.
Dalam kaitannya dengan optimalisasi peran pemerintah daerah
dalam pemberdayaan masyarakat, dapat diartikan sebagai perilaku atau
tindakan para pejabat pemerintah daerah sesuai dengan kedudukan dan
kewenangannya yang dilakukan untuk memberdayakan masyarakat yang
berada pada wilayah tanggungjawabnya dengan cara-cara yang dapat
mencapai sesuatu dengan hasil paling baik atau keuntungan terbesar bagi
masyarakat dan daerahnya.
B. Pemerintah Daerah
B.1. Pemerintah
Secara etimologi kata pemerintah berasal dari kata ”perintah” yang
kemudian mendapat imbuhan ”pe” menjadi kata ”pemerintah” yang berarti
badan atau organ elit yang melakukan pekerjaan mengurus suatu negara.
Dalam kata dasar ”perintah” paling sedikit ada empat unsur penting yang
terkandung di dalamnya, yaitu sebagai berikut :
a. Ada dua pihak, yaitu yang memerintah disebut pemerintah dan
yang diperintah disebut rakyat atau masyarakat,
20
b. Pihak yang memerintah memkiliki kewenangan dan legitimasi untuk
mengatur dan mengurus rakyatnya,
c. Hak yang diperintah memiliki keharusan untuk taat kepada
pemerintah yang sah, serta
d. Antara pihak yang memerintah dengan yang diperintah terdapat
hubungan timbal balik secara vertikal maupun horizontal.
Pemerintah juga merupakan satu badan penyelenggaraan atas
nama rakyat untuk mencapai tujuan negara, sedangkan proses
kegiatannya disebut pemerintahan dan besar kecilnya kekuasaan
pemerintah berasal dari rakyat, dengan demikian pemerintah dalam
menjalankan proses kegiatan Negara harus berdasarkan kemauan rakyat,
karena rakyatlah yang menjadi jiwa bagi kehidupan dan proses
berjalannya suatu negara.
Menurut Taliziduhu Ndraha (2003 : 6) pemerintah adalah
Organ yang berwenang memproses pelayanan publik dan berkewajiban
memproses pelayanan civil bagi setiap orang melalui hubungan
pemerintahan, sehingga setiap anggota masyarakat yang bersangkutan
menerimanya pada saat yang diperlukan sesuai dengan tuntutan
(harapan) yang di perintah. Dalam hubungan itu sah ( legal ) dalam
wilayah Indonesia, berhak menerima layanan civil tertentu dan pemerintah
wajib melayaninya.
Sementara Samuel Edwird Finer (dalam Inu Kencana Syafi’ie,
2001:46), menjelaskan bahwa pemerintah harus mempunyai kegiatan
21
yang terus menerus (process), wilayah negara tempat kegiatan itu
berlangsung (state), pejabat yang memerintah (the duty), dan cara,
metode serta sistem (manner, method, and system), dari pemerintah
terhadap masyarakatnya.
Menurut Montesquieu (dalam Salam, 2004:35) pemerintah adalah
seluruh lembaga negara yang biasa dikenal dengan nama trias politika
baik itu legislatif (membuat undang-undang), eksekutif (melaksanakan
undang-undang), maupun yudikatif (mengawasi pelaksanaan undang-
undang).
B.2. Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Pengertian Pemerintah Daerah menurut Misdyanti dan
Kartasapoetra (1993 : 17), Pemerintah Daerah adalah penyelenggara
pemerintahan di daerah. Dengan kata lain, Pemerintah Daerah adalah
pemegang kemudi dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan daerah”
(Misdyanti dan Kartasapoetra, 1993:17).
Pengertian Pemerintah Daerah menurut UU No. 32 tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah adalah, “ Pemerintah Daerah adalah kepala
daerah beserta perangkat daerah otonomi yang lain sebagai badan
eksekutif daerah” (UU, 1999:3). Jadi Kepala Daerah beserta perangkatnya
merupakan badan eksekutif di daerah.
22
Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa Pemerintah
Daerah yang dimaksudkan adalah Pemerintah Daerah yang terdiri dari
Kepala Daerah, Sekretaris Daerah dan Dinas-dinas di daerah. Jadi
Pemerintah Daerah merupakan suatu sistem yang ada dalam wilayah
daerah kabupaten dan Bupati sebagai Kepala Daerah adalah unsur
pimpinan penyelenggara pemerintah di daerah.
Pengertian lain mengenai Pemerintah Daerah tercantum dalam
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Pemerintahan Desa dan
Kelurahan bahwa “Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau
Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah.
Penyelenggaraan pemerintahan di daerah adalah selaras dengan
azas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan dapat
diwujudkan dalam fungsi-fungsi Pemerintah Daerah.
Pemerintah Daerah dapat mengupayakan peningkatan
sumberdaya yang dimiliki demi meningkatkan wilayahnya. Adapun upaya
Pemerintah Daerah mengenai pembinaan masyarakat adalah salah satu
upaya dari Pemerintah Daerah untuk meningkatkan sumber daya manusia
yang dalam suatu wilayah agar lebih mandiri dan berkualitas demi
kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
Fungsi pemerintah menurut Bintoro (dalam Syafiie) adalah:“
Pertama, filsafat hidup kemasyarakatan, negara yang memberikan
kebebasan cukup besar kepada anggota masyarakat untuk
23
menumbuhkan perkembangan masyarakat, sehingga pemerintah
diharapkan tidak terlalu banyak campur tangan dalam kegiatan
masyarakat itu sendiri. Kedua, filsafat politik masyarakat, pemerintah
sebagai pemegang mandat kepercayaan untuk mengusahakan
kepentingan masyarakat secara keseluruhan, harus mengusahakan pula
keadilan. Hal ini perlu dinyatakan dengan tetap memperhatikan
kepentingan golongan yang lemah (kedudukan ekonominya)” (Syafiie,
1992 : 15-16).
Fungsi pemerintah menurut Bintoro di atas dimaksudkan bahwa
pemerintah memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk
membangun dan mengembangkan minat serta bakat yang dimilikinya
tanpa campur tangan dari pemerintah itu tetapi dilain pihak pemerintah
juga sebagai pemegang mandat dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat serta perlindungan terhadap kepentingan golongan lemah.
C. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah strategi, sekarang
telah banyak diterima, bahkan telah berkembang dalam berbagai literatur
di dunia barat. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pembangunan Sosial di
Kopenhagen Tahun 1992 juga telah memuatnya dalam berbagai
kesepakatannya. Namun, upaya mewujudkannya dalam praktik
pembangunan tidak selalu berjalan mulus.Banyak pemikir dan praktisi
yang belum memahami dan mungkin tidak meyakini bahwa konsep
24
pemberdayaan merupakan alternatif pemecahan terhadap dilema-dilema
pembangunan yang dihadapi. Mereka yang berpegang pada teori-teori
pembangunan model lama juga tidak mudah untuk menyesuaikan diri
dengan pandangan-pandangan dan tuntutan-tuntutan keadilan. Mereka
yang tidak nyaman terhadap konsep partisipasi dan demokrasi dalam
pembangunan tidak akan merasa tentram dengan konsep pemberdayaan
ini. Lebih lanjut, disadari pula adanya berbagai bias terhadap
pemberdayaan masyarakat sebagai suatu paradigma baru pembangunan.
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan
ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan
paradigma baru pembangunan yakni yang bersifat people-centered,
participatory, empowering, and sustainable-orientasi peran serta
masyarakat, pemberdayaan dan dapat dicapai. Chambers (1995) dalam
Kartasasmita, (1996).
Konsep ini lebih luas dari hanya sekedar memenuhi kebutuhan
dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah
proses pemiskinan lebih lanjut (safety net), yang pemikirannya
belakangan ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari alternatif
terhadap konsep-konsep pertumbuhan dimasa yang lalu. Konsep ini
berkembang dari upaya banyak ahli dan praktisi untuk mencari apa yang
antara lain oleh Friedmann (1992) disebut alternatif pembangunan
(alternative development), yang menghendaki inclusive democracy,
appropriate economic growth, gender equality and intergenerational equity
25
(demokrasi inklusif, pertumbuhan ekonomi yang tepat, kesetaraan gender
dan hak kekayaan antar generasi).
Konsep pemberdayaan tidak mempertentangkan pertumbuhan
dengan pemerataan, karena seperti dikatakan oleh Donald Brown (1995),
keduanya tidak harus diasumsikan sebagai incompatible or antithetical
(tak tergantikan atau antitesa). Konsep ini mencoba melepaskan diri dari
perangkap zero-sum game (permainan kosong) dan trade off (jual lepas) .
Ia bertitik tolak dari pandangan bahwa dengan pemerataan tercipta
landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan dan yang akan menjamin
pertumbuhan yang berkelanjutan.
Oleh karena itu, seperti dikatakan oleh Kirdar dan Silk (1995), the
pattern of growth is just as important as the rate of growth (pola
pertumbuhan hanya diperlukan sebagai ukuran tingkat pertumbuhan.
Yang dicari adalah seperti dikatakan Ranis (1995), the right kind of growth
(bentuk pertumbuhan yang tepat, yakni bukan yang vertikal menghasilkan
trickle-down (kemerosotan), seperti yang terbukti tidak berhasil, tetapi
yang mengalir secara horisontal (horizontal flows), yakni broadly based,
employment intensive, and not compartmentalized (berbasis luas,
kesempatan kerja intensif dan tidak terkotak-kotak).
Hasil pengkajian berbagai proyek yang dilakukan oleh International
Fund for Agriculture Development (IFAD) menunjukkan bahwa dukungan
bagi produksi yang dihasilkan masyarakat di lapisan bawah telah
memberikan sumbangan pada pertumbuhan yang lebih besar
26
dibandingkan dengan investasi yang sama pada sektor-sektor yang
skalanya lebih besar. Pertumbuhan itu dihasilkan bukan hanya dengan
biaya lebih kecil, tetapi dengan devisa yang lebih kecil pula (Brown, 1995).
Hal terakhir ini besar artinya bagi negara-negara berkembang yang
mengalami kelangkaan devisa dan lemah posisi neraca pembayarannya.
Prijono dan Pranarka (1996). mengindentifikasi lahirnya
pembangunan yang kurang memihak pada rakyat mayoritas. Konsep ini
dibangun dari kerangka logik bahwa proses pemusatan kekuasaan
terbangun dari pemusatan kekuasaan faktor produksi; pemusatan
kekuasaan faktor produksi akan melahirkan masyarakat pekerja dan
masyarakat pengusaha pinggiran; kekuasaan akan membangun
bangunan atas atau sistem pengetahuan, sistem politik, sistem hukum
dan sistem ideologi yang manipulatif untuk memperkuat legitimasi; dan
pelaksanaan sistem pengetahuan, sistem politik, sistem hukum dan
ideologi secara sistematik akan menciptakan dua kelompok masyarakat,
yaitu masyarakat berdaya dan masyarakat tunadaya. Akhirnya yang
terjadi ialah dikotomi, yaitu masyarakat yang berkuasa dan manusia yang
dikuasai. Untuk membebaskan situasi menguasai dan dikuasai, maka
harus dilakukan pembebasan melalui proses pemberdayaan bagi yang
lemah (empowerment of the powerless).
Alur pikir di atas sejalan dengan terminologi pemberdayaan itu
sendiri atau yang dikenal dengan istilah empowerment yang berawal dari
kata daya (power). Daya dalam arti kekuatan yang berasal dari dalam
27
tetapi dapat diperkuat dengan unsur–unsur penguatan yang diserap dari
luar. Ia merupakan sebuah konsep untuk memotong lingkaran setan yang
menghubungkan power dengan pembagian kesejahteraan.
Keterbelakangan dan kemiskinan yang muncul dalam proses
pembangunan disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pemilikan atau
akses pada sumber–sumber power.
Proses historis yang panjang menyebabkan terjadinya power dis
powerment, yakni peniadaan power pada sebagian besar masyarakat,
akibatnya masyarakat tidak memiliki akses yang konsep pemberdayaan
sebagai antitesa terhadap keadaan memadai terhadap akses produktif
yang umumnya dikuasai oleh mereka yang memiliki power. Pada
gilirannya keterbelakangan secara ekonomi menyebabkan mereka makin
jauh dari kekuasaan. Begitulah lingkaran setan itu berputar terus. Oleh
karena itu, pemberdayaan bertujuan dua arah. Pertama, melepaskan
belenggu kemiskinan, dan keterbelakangan. Kedua, memperkuat posisi
lapisan masyrakat dalam struktur ekonomi dan kekuasaan.
Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam
kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan atau keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan
adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.
Dalam konsep pemberdayaan, manusia adalah subyek dari dirinya
sendiri. Proses pemberdayaan yang menekankan pada proses
28
memberikan kemampuan kepada masyarakat agar menjadi berdaya,
mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau
keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya. Lebih lanjut dikatakan
bahwa pemberdayaan harus ditujukan pada kelompok atau lapisan
masyarakat yang tertinggal (Prijono dan Pranarka, 1996).
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan
masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki.
Adapun pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua
kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang
diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang
memberdayakan (Sumodiningrat, 1999).
Mubyarto (1998) menekankan bahwa terkait erat dengan
pemberdayaan ekonomi rakyat. Dalam proses pemberdayaan masyarakat
diarahkan pada pengembangan sumberdaya manusia (di pedesaan),
penciptaan peluang berusaha yang sesuai dengan keinginan masyarakat.
Masyarakat menentukan jenis usaha, kondisi wilayah yang pada
gilirannya dapat menciptakan lembaga dan sistem pelayanan dari, oleh
dan untuk masyarakat setempat. Upaya pemberdayaan masyarakat ini
kemudian pada pemberdayaan ekonomi rakyat.
Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan
individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun
keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang
sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat,
29
tentunya memiliki keberdayaan yang tinggi. Keberdayaan masyarakat
merupakan unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan,
dan dalam pengertian yang dinamis mengembangkan diri dan mencapai
kemajuan.
Keberdayaan masyarakat itu sendiri menjadi sumber dari apa yang
di dalam wawasan politik disebut sebagai ketahanan nasional. Artinya
bahwa apabila masyarakat memiliki kemampuan ekonomi yang tinggi,
maka hal tersebut merupakan bagian dari ketahanan ekonomi nasional.
Dalam kerangka pikir inilah upaya memberdayakan masyarakat
pertama-tama harus dimulai dengan menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Di sini titik tolaknya
adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki
potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, bahwa tidak ada masyarakat
yang sama sekali tanpa daya, karena kalau demikian akan punah.
Menurut Kartasasmita (1996), pemberdayaan adalah upaya untuk
membangun daya itu sendiri, dengan mendorong, memotivasi dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya
untuk mengembangkannya. Selanjutnya, upaya tersebut diikuti dengan
memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.
Dalam konteks ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari
hanya menciptakan iklim dan suasana yang kondusif. Perkuatan ini
meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai
masukan (input), serta pembukaan akses kepada berbagai peluang
30
(opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya
(Kartasasmita, 1996).
Dengan demikian, pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan
individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya.
Menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat,
keterbukaan, keber-tanggungjawaban dan lain-lain yang merupakan
bagian pokok dari upaya pemberdayaan itu sendiri.
Pemberdayaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
pemberdayaan sektor pertanian perkotaan khususnya kelompok petani
belimbing manis dan jambu merah sebagai bagian dari masyarakat yang
membutuhkan penanganan/pengelolaan tersendiri dari pihak pemerintah
yang berkaitan dengan upaya peningkatan kuantitas dan kualitas hasil
budidaya kedua macam buah-buahan tersebut yang pada gilirannya akan
mendorong peningkatan pendapatan/profit usaha sehingga mampu
memberikan kontribusi terhadap penerimaan pendapatan daerah dari
sektor retribusi daerah.
D. Pertanian Perkotaan
Pengertian pertanian perkotaan atau Urban Agriculture menurut
Wikipedia – the free encyclopedia:
Urban agriculture is the practice of agriculture (include crops, livestock, fisheries, forestry activities) within or surrounding the boundaries of cities. The land used may be private residential land (use of private pieces of land, balconies, walls, or building roofs), public roadside land, or riverbanks. Urban farming is practiced for income-earning or food-producing activities. It contributes to food security and food safety in
31
two ways: first, it increases the amount of food available to people living in cities, and second, it allows fresh vegetables and fruits to be made available to urban consumers. Because it promotes energy-saving local food production, urban and peri-urban agriculture are sustainability practices.
Pertanian perkotaan adalah praktek pertanian yang meliputi
tanaman pangan, ternak, perikanan dan aktivitas kehutanan. Lahan yang
dipergunakan bisa berupa bagian tanah masyarakat, balkon, tembok atau
atap bangunan), tanah pinggir jalan umum atau pinggir sungai. Kebun
perkotaan dilakukan untuk berkegiatan dalam rangka menambah
penghasilan atau memproduksi makanan. Hal ini memberikan kontribusi
bagi ketahanan pangan dengan dua cara; pertama, menambah
persediaan bahan makanan bagi masyarakat kota, dan kedua kegiatan itu
dapat menyediaan daun-daunan dan buah-buahan segar bagi konsumen
kota. Karena pola demikian disosialisasikan untuk mengamankan produksi
pangan lokal, hal demikian cocok untuk pertanian kota dan wilayah
penunjangnya.
United Nations Development Program-UNDP (1996), merumuskan
pengertian pertanian perkotaan, yaitu:
Urban Agriculture (UA) is an activity that produces, processes, and markets food and other products, on land and water in urban and periurban areas, applying intensive production methods, and (re)using natural resources and urban wastes, to yield a diversity of crops and livestock.
Pertanian perkotaan adalah aktivitas memproduksi, memproses
dan memasarkan makanan atau pangan lainnya, di atas tanah atau dalam
32
air di wilayah kota dan penunjangnya dengan mempergunakan motede
intensif, dan menggunakan (kembali) sumber-sumber alami atau barang-
barang bekas/sisa untuk menghasilkan beragam hasil tanaman pangan
dan hewan ternak.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pertanian kota (urban agriculture) mengandung arti yaitu suatu aktivitas
pertanian yang dapat berupa kegiatan bertani, beternak, perikanan,
kehutanan, yang berlokasi di dalam kota atau di pinggiran suatu kota,
dengan melakukan proses pengolahan, menghasilkan, dan menjual serta
mendistribusikan berbagai macam hasil produk makanan dan non-
makanan dengan menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya
alam (tanah, air, unsur hara, udara dan sinar matahari) serta bertujuan
untuk menyediakan dan memenuhi konsumsi produk pangan bagi
masyarakat yang tinggal di suatu kota.
Selain itu, karakteristik dari pertanian kota diantaranya adalah
kedekatannya dengan pasar, kompetisi tinggi untuk lahan, lahan yang
sangat terbatas, menggunakan sumber daya kota seperti sampah organik
dan air buangan, rendahnya tingkat organisasi petani, mengandalkan
produk yang dapat terurai, dan memiliki tingkat spesialisasi yang tinggi.
Berdasarkan literatur, terdapat beberapa peranan dari pertanian
perkotan (urban agriculture) terhadap pertumbuhan dan perkembangan
kota, diantaranya adalah meningkatkan ekonomi lokal dengan
menciptakan lapangan pekerjaan baru, meningkatkan efisiensi biaya
33
transportasi, penyediaan kebutuhan pangan bagi penduduk kota dan
sekitarnya sehingga ketahanan pangan dapat berkelanjutan, peningkatan
taraf hidup masyarakat serta peningkatan pendapatan daerah kota
dengan adanya diversifikasi dari kegiatan pertanian, diantaranya kegiatan
wisata pertanian, kegiatan pengolahan hasil pertanian dan lain
sebagainya.
E. Budidaya Belimbing dan Jambu Biji
E.1. Budidaya Belimbing
Bersumber pada penjelasan tentang serba-serbi tentang
budidaya belimbing (http://www.lembahpinus.com), secara dapat
diuraian hal-ihwal tentang belimbing seperti berikut ini.
Belimbing merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal
dari kawasan Malaysia, kemudian menyebar luas ke berbagai negara
yang beriklim tropis lainnya di dunia termasuk Indonesia. Pada
umumnya belimbing ditanam dalam bentuk kultur pekarangan (home
yard gardening), yaitu diusahakan sebagai usaha sambilan sebagai
tanaman peneduh di halaman-halaman rumah. Di kawasan Amerika,
buah belimbing dikenal dengan nama /sebutan “star fruits”, dan jenis
belimbing yang populer dan digemari masyarakat adalah belimbing
“Florida”. Dalam taksonomi tumbuhan, belimbing diklasifikasikan
sebagai berikut: Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan).
34
Di Indonesia dikenal cukup banyak ragam varietas belimbing,
diantaranya varietas Sembiring, Siwalan, Dewi, Demak Kapur, Demak
Kunir, Demak Jingga, Pasar Minggu, Wijaya, Paris, Filipina, Taiwan,
Bangkok, dan varietas Malaysia. Tahun 1987 telah dilepas dua
varietas belimbing unggul nasional yaitu : Varietas Kunir dan Kapur.
Manfaat utama tanaman ini sebagai makan buah segar maupun
makanan buah olahan ataupun obat tadisional. Manfaat lainnya
sebagai stabilisator & pemeliharaan lingkungan, antara lain dapat
menyerap gas-gas beracun buangan kendaraan bermotor dan lainnya,
menyaring debu, meredam getaran suara, dan memelihara lingkungan
dari pencemaran karena berbagai kegiatan manusia. Sebagai wahana
pendidikan, penanaman belimbing di halaman rumah tidak terpisahkan
dari program pemerintah dalam usaha gerakan menanam sejuta
pohon.
Sentra/pusat penanaman tanaman belimbing sebagai usaha tani
secara intensif dan komersial adalah Malaysia. Pada tahun 1993
negara ini mampu mengekspor buah belimbing segar sebanyak 10.220
mt (metrik ton) senilai Rp. 2 miliar yang dipasok ke Hongkong,
Singapora, Taiwan, Timur Tengah, dan Eropa Barat.
Lahan yang tepat untuk pertumbuhan pohon belimbing antara
lain:
a. Angin yang tidak terlalu kencang, karena dapat
menyebabkan gugurnya bunga atau buah.
35
b. Curah hujan sedang, di daerah yang curah hujannya tinggi
seringkali menyebabkan gugurnya bunga dan buah, sehingga
produksinya akan rendah.
c. Tempat tanamnya terbuka dan mendapat sinar matahari
secara memadai dengan intensitas penyinaran 45–50 %, namun juga
toleran terhadap naungan (tempat terlindung).
d. Suhu dan kelembaban ataupun iklimnya termasuk tipe A
(amat basah), B (agak basah), C (basah), dengan 6–12 bulan basah
dan 0–6 bulan keing, namun paling baik di daerah yang mempunyai
7,5 bulan basah dan 4,5 bulan kering.
Hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian
cocok pula untuk tanaman belimbing. Tanahnya subur, gembur,
banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik.
Derajat keasaman tanah untuk tanaman belimbing yaitu memiliki pH
5,5–7,5., kandungan air dalam tanah atau kedalaman air tanah antara
50–200 cm dibawah permukaan tanah.
Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman belimbing yaitu di
dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl. Teknologi produksi bibit
unggul belimbing harus selalu menggunakan pohon induk unggul atau
pembiakan secara vegetatif (cangkok, okulasi, enten, dan susuan).
Pembiakan secara generatif dengan biji tidak dianjurkan, karena
hampir selalu memberikan keturunan berbeda dengan induknya
(segregasi genetis). Oleh karena itu, pembiakan generatif (biji) hanya
36
dimaksudkan untuk menghasilkan bibit batang bawah (onderstam)
yang kelak digunakan pada perbanyakan vegetatif.
Penyiapan bibit unggul belimbing dilakukan dengan cara
pembiakan vegetatif (cangkok, okulasi, susuan dan enten). Khusus
pada perbanyakan vegetatif dengan cara penyambungan (okulasi,
enten, susuan) diperlukan batang bawah atau bibit onderstam yang
berasal dari biji (pembiakan generatif).
Sebagai pencegahan terhadap hama dan penyakit tanaman
belimbing maka perlu dilakukan penyemprotan pestisida. Waktu
penyemprotan pestisida dilakukan 2 minggu sekali, misalnya dengan
‘Thamaron Super’ yang takarannya disesuaikan dengan dosis yang
tertera pada kemasan.
Umur panen (petik) buah belimbing sangat dipengaruhi oleh
letak geografi penanaman, yaitu faktor lingkungan dan iklim. Di dataran
rendah yang tipe iklimnya basah, umur petik buah belimbing sekitar
35–60 hari setelah pembungkusan buah atau 65–90 hari setelah
bunga mekar. Ciri buah belimbing yang sudah saatnya dipanen adalah
ukurannya besar (maksimal), telah matang dan warna buahnya
berubah dari hijau menjadi putih atau kuning atau merah atau variasi
warna lainnya. Hal ini tergantung dari varietas belimbing.
Cara panen buah belimbing dilakukan dengan cara memotong
tangkainya. Pemetikan buah berlangsung secara kontinyu dengan
memilih buah yang telah matang. Waktu panen yang paling baik
37
adalah pagi hari, saat buah masih segar dan sebelum cuaca terlalu
panas (terik). Periode panen buah belimbing, umumnya penen
perdana pada umur 3-4 tahun setelah tanam. Pembungaan dan
pembuahan belimbing dapat terus menerus sepanjang tahun, masa
panen paling lebat (banyak) biasanya terjadi tiga kali dalam setahun.
Potensi hasil/produksi buah belimbing varietas unggul yang
ditanam di kebun secara permanen dan dipelihara intensif dapat
mencapai antara 150 - 300 buah/pohon/tahun. Bila jarak tanam 5 x 5
m dengan populasi per hektar antara 250 - 400 pohon dengan
produktivitas 150–300 buah/pohon dan berat per buah rata-rata 160
gram, maka tingkat produksi per hektar mencapai 6 - 19 ton.
Potensi produksi buah belimbing yang ditanam di kebun secara
permanen dan dipelihara intensif, dengan jarak tanam antara 5x5 m
atau 6x6 m, bila populasi tanaman belimbing per hektar antara 250–
400 pohon dengan potensi produktivitas 150–300 buah/pohon/tahun,
dan berat per buah rata-rata 160 gram, maka dapat dihasilkan/tingkat
produksi per hektar mencapai 6–19 ton buah belimbing. Pada panen
raya belimbing, harga belimbing rata-rata mencapai Rp. 750,- sampai
Rp. 5.000,- per kg.
Prospek pemasaran belimbing di dalam negeri diperkirakan
makin baik. Hal ini antara lain disebabkan oleh pertambahan jumlah
penduduk dan semakin banyaknya konsumen menyadari pentingnya
kecukupan gizi dari buah-buahan. Pada tahun 1993 Indonesia baru
38
andil 0,4 % dari total nilai impor dunia buah tropis. Bila pada tahun
1989 tingkat konsumsi buah-buahan per kapita penduduk Indonesia
hanya mencapai 22,92 kg/tahun, maka untuk mencapai kecukupan gizi
yang sesuai dengan anjuran FAO menargetkan rata-rata 60 Kg per
kapita per tahun. Salah satu jenis buah potensial yang mudah
dibudidayakan untuk mendukung pencapaian target tersebut adalah
belimbing. Perkiraan permintaan setiap tahun semakin meningkat,
peningkatan permintaan tersebut adalah sebesar 6,1 %/tahun (1995–
2000), 6,5 %/tahun (2000–2005), 6,8 %/tahun (2005–2010), dan
mencapai 8,9 %/tahun (2010 - 2015). Jelaslah bahwa prospek
usahatani (agribisnis) belimbing amat cerah bila dikelola secara
intensif dan komersial, baik dalam bentuk kultur perkebunan,
pekarangan, maupun Tabulampot.
Buah belimbing dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang
sesuai dengan berat bersih maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan
diberi label yang bertuliskan antara lain : nama barang, golongan
ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih,
negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.
E.2. Jambu Biji
Jambu biji memiliki nama ilmilah Psidium guajava yang termasuk
ke dalam keluarga Myrtaceae. Psidium berasal dari bahasa Yunani,
yaitu “psidium” yang artinya delima. Sedangkan “guajava” berasal dari
39
nama yang diberikan oleh orang Spanyol. Di Indonesia, tanaman ini
dapat dijumpai di daerah dengan ketinggian sampai dengan 1200
mdpl. Jambu biji dapat berbuah sepanjang tahun, sedangkan musim
panen raya antara bulan Desember sampai Februari, dan bulan Juni
sampai Agustus (Parimin 2007).
Tanaman ini berasal dari Brazil, Amerika Tengah dan menyebar
ke Thailand kemudian ke negara-negara di Asia seperti Indonesia.
Jambu biji juga punya nama sebutan lain, misalnya di Aceh dikenal
dengan nama glima breueh, di Sumatera dikenal glimeu beru, galiman,
masiambu, biawas, jambu biawas, jambu biji, di Jawa dikenal jambu
klutuk, jambu krutuk, jambu bender, bayawas, tetokal, tokal, di Manado
dikenal dengan nama gojawas, di Kalimantan dikenal dengan nama
Libu atau Nyibu, di Nusa Tenggara dikenal kojabas, dan di Maluku
dikenal kayawese (Prihatman, 2000 http://www.verypdf.com.)
Jambu biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu
bercabang, dalam bahasa Inggris disebut Lambo guava. Tingginya
dapat mencapai 3-10 m dan umurnya hingga sekitar 30-40 tahun.
Tanaman ini sudah mampu berbuah saat berumur sekitar 2-3 bulan.
Tanaman jambu biji berbuah dan berbunga sepanjang tahun.
Batang jambu biji berkayu keras, liat, tidak mudah patah, kuat,
padat, dan memiliki warna cokelat atau cokelat keabu-abuan. Daun
jambu biji berbentuk bulat panjang, bulat langsing, atau bulat oval
dengan ujung tumpul atau lancip serta memiliki warna hijau tua, hijau
40
muda, merah tua, dan hijau berbelang kuning. Sedangkan buah jambu
biji berbentuk bulat atau bulat lonjong dengan kulit buah berwarna hijau
saat muda dan berubah menjadi kuning muda mengkilap setelah
matang. Pada setiap satu hektar tanaman jambu biji dapat
menghasilkan sebanyak 25-40 ton/tahun (Parimin,2007)
Menurut Parimin (2007), hingga saat ini terdapat lebih dari 97
varietas jambu biji yang tersebar di beberapa negara, termasuk di
Indonesia. Dari sejumlah jenis jambu biji, terdapat beberapa varietas
jambu biji yang digemari masyarakat Indonesia dan dibudidayakan
dengan memilih nilai ekonomisnya yang relatif lebih tinggi diantaranya:
a Jambu biji kecil
Jambu biji kecil atau jambu biji menir adalah salah satu jenis
jambu yang unik dan menarik dengan panjang buah 3 cm, lebar 3 cm,
dan bobot maksimal 12 gram/buah. Rasa buah manis sedikit asam dan
beraroma harum. Kulit buah berwarna hijau muda mengkilap dan
dagingnya putih dengan jumlah biji banyak.
b. Jambu biji sukun
Jambu biji sukun merupakan salah satu jambu tanpa biji yang
tumbuh secara partenokarpi dan bila tumbuh dekat dengan jambu biji
akan cenderung berbiji kembali. Ciri buah jambu sukun tanpa biji
adalah berbentuk bulat simetris atau persegi panjang. Rasa buah
manis, enak, dan segar. Warna kulit buah hijau muda dan mengkilap
41
setelah matang, daging buahnya berwarna putih, tebal, padat, serta
bertekstur keras.
c. Jambu biji bangkok
Jambu biji Bangkok memiliki ciri, antara lain buahnya berukuran
besar dengan bobot 500-1.200 gram, dagingnya tebal dan sedikit
bijinya, rasanya agak hambar. Jenis tanaman jambu biji bangkok
termasuk pendek dan berbuah sangat lebat. d Jambu biji merah
getas
Jambu merah getas merupakan jambu biji hasil persilangan
jambu biji pasar minggu yang berdaging merah dengan jambu biji
bangkok. Jambu biji merah getas memiliki keunggulan antara lain
daging buahnya merah menyala atau merah cerah, tebal, berasa
manis, harum, dan segar. Jambu biji ini tahan terhadap hama dan
penyakit. Produktivitas jambu biji merah getas cukup tinggi karena
mampu berbuah sepanjang tahun dan berbuah lebat.
d. Jambu biji susu
Jambu biji ini berasal dari Pasar minggu. Bentuk buahnya bulat
dan meruncing di bagian dekat tangkai buah. Daging buahnya
berwarna putih seperti susu. Rasa buahnya kurang manis
dibandingkan jambu merah getas atau jambu Bangkok dan
mengandung banyak biji.
e. Jambu pasar minggu
42
Jambu biji ini memiliki bentuk agak lonjong seperti alpukat
dengan daging buahnya merah, berasa manis, bertekstur lembut, dan
beraroma harum. Kulit buah tipis dan berwarna hijau kekuning-
kuningan dengan permukaan halus pada saat matang.
Kandungan nutrisi dalam 100 gram jambu biji terdapat energi
49,00 kal; protein 0.90 g; lemak 0,30 g; karbohidrat 12,30 g; kalsium
14,00 mg; fosfor 28,00 mg; besi 1,10 mg; vitamin A 25 SI; vitamin B1
0,02 mg; vitamin B2 0,04 mg; vitamin C 87,00 mg; niacin 1,10 mg; serat
5,60 mg; air 86 g; total kalori 49 kalori; dan bagian yang dapat dimakan
sebanyak 82%. Sebagian besar vitamin C jambu biji terkonsentrasi
pada kulit serta daging bagian luarnya yang lunak dan tebal.
Kandungan vitamin C jambu biji mencapai puncaknya menjelang
matang. Kandungan vitamin C per 100 gram jambu biji matang adalah
150,50 mg, matang optimal sebanyak 130,13 mg, dan lewat matang
sebanyak 132,24 mg.(http://www.verypdf.com). Sementara kandungan
gula atau kemanisan jambu biji matang sebanyak 3,36%, matang
optimal 3,71%, sedangkan lewat matang sebanyak 1,84%. Selain itu
jambu biji mengandung serat pektin (serat larut air), tanin, kalium, zat
karotenoid, dan likopen terutama jambu biji berwarna merah (Parimin
2007).
Sari buah jambu biji dapat membantu meningkatkan kadar
trombosit dalam tubuh penderita penyakit demam berdarah dengue
(DBD) secara tidak langsung. Hal ini disebabkan karena jambu biji
43
mengandung beberapa asam amino (Prabawati 2005). Menurut
Parimin (2007), jambu biji bermanfaat dalam menurunkan kolesterol
dengan cara mengikat kolesterol dan asam empedu dalam tubuh serta
membantu mengeluarkannya karena mengandung pektin (serat larut
air). Selain itu kandungan tanin dalam jambu biji bermanfaat dalam
memperlancar sistem percernaan dan sirkulasi darah serta menyerang
virus. Kalium dalam jambu biji berfungsi meningkatkan keteraturan
denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot, mengatur pengiriman zat-
zat gizi ke sel tubuh, serta menurunkan kadar kolesterol total dan
tekanan darah tinggi (hipertensi).
F. Kerangka Pemikiran
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan
ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan
paradigma baru pembangunan yakni yang berorientasi pada peran serta
masyarakat, pemberdayaan dan dapat dicapai.
Konsep pemberdayaan masyarakat lebih luas dari hanya sekedar
memenuhi kebutuhan dasar atau menyediakan mekanisme untuk
mencegah proses pemiskinan lebih lanjut, yang pemikirannya belakangan
ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari alternatif terhadap
konsep-konsep pertumbuhan dimasa yang lalu. Konsep ini berkembang
dari upaya banyak ahli dan praktisi untuk mencari apa yang antara lain
oleh disebut alternatif pembangunan yang menghendaki inklusif,
44
pertumbuhan ekonomi yang tepat, kesetaraan gender dan hak kekayaan
antar generasi dan diselenggarakan secara demokratis.
Pemerataan tercipta landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan
dan yang akan menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan. Oleh karena
itu, pola pertumbuhan hanya diperlukan sebagai ukuran tingkat
pertumbuhan. Yang dicari adalah bentuk pertumbuhan yang tepat, yakni
bukan yang vertikal dan kemudian menghasilkan kemorosotan pada
sebagian kelompok masyarakat lainnya, seperti yang terbukti tidak
berhasil, tetapi yang mengalir secara horisontal berbasis luas,
kesempatan kerja intensif dan tidak terkotak-kotak.
Peranan pemerintah daerah dalam memberdayakan
masyarakatnya secara formal telah terurai jelas baik dalam peraturan
perundang-undangan maupun dalam rancangan pembangunan nasional.
Masing-masing daerah menyusun rancangan pembangunan daerahnya
masing-masing.
Namun tidak jarang terjadi, rancangan pembangunan dan petunjuk
pelaksanan tersebut tidak sepenuhnya sejalan dengan apa yang sungguh-
sungguh diperlukan oleh masyarakat yang hendak diberdayakannya itu.
Hal ini dapat terjadi karena kurang kesungguhan dari aparat pemerintah
daerah dalam menyerap dan menganalisis kelebihan dan kelemahan yang
dimiliki oleh masyarakatnya.
45
Akibatnya program pemberdayaan masyarakat hanya sampai pada
sebatas lengkap dan rinci di atas kertas dan kegiatan seremonial dauh
jauh dari optimal.
Pertanian perkotaan memiliki kelebihan tertentu dibandingkan
dengan pertanian pedesaan. Kedekatan lokasi lahan pertanian pada
akses pasar merupakan keuntungan besar bagi para petani itu sendiri
yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi positif pada tingkat
pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan asli daerah. Wilayah yang
mudah dijangkau akan memperlancar proses dukungan dari pihak-pihak
yang memiliki kewenangan dan tanggungjawab khususnya aparat
pemerintahan di daerah dalam pemberdayaan masyarakat.
Penyelanggaran pemberdayaan masyarakat secara optimal
merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar apabila pemerintah daerah
menghendaki terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat yang
adil dan merata.
G. Alur pikir
Alur pikir yang dipergunakan penulis dalam penelitian ini
sebagaimana disajikan dalam skema 1 di halaman berikut.
46
Gambar 1
Optimalisasi Pemberdayaan
Petani Belimbing Manis dan Jambu Merah
47
Kekuatan- Pengaruh
lingkungan untuk berinovasi
- Akses informasi lebih mudah
- Lebih dekat pada akses pasar
Kelemahan- Pengaruh kondisi
lingkungan untuk meninggalkan sektor pertanian
- Keterbatasan lahan- Keterbatasan
teknologi tepat guna
Penggerak- Dinas Pertanian- LSM Pendamping.
Landasan - UU Pemerintahan
Daerah- RPJP- RPJM- Standar Operasional- Petunjuk Pelaksanaan
Tindakan Optimal- Penyuluhan dan
pendampingan- Dukungan bibit- Bantuan
pemberantasan hama- Informasi, bantuan
dan dukungan pemasaran
- Dukungan teknologi tepat guna.
Meminimalkan pengalihan lahan menjadi bukan pertanian
Semakin tingginya minat budidaya
Akses pasar semakin luas
Terciptanya teknologi sederhana dan tepat guna
Semakin berkembangnya produk olahan
Output
Pemberdayaan
Kondisi Masyarakat
Output
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
studi kasus. Merujuk pada pandangan Irawan (2007: 4) makna penelitian
kualitatif tidak terbatas pada urasan data, objek kajian, atau bahkan
prosedur penelitian. Makna penelitian kualitatif sungguh tidak mudah
didefinisikan, tetapi bisa dipahami ciri-ciri khasnya. Salah satu ciri khasnya
yang sangat penting adalah makna “ kebenaran” menurut penelitian
kualitatif. Lebih lanjut makna kebenaran menurut penelitian kualitatif
adalah kebenaran “intersubjektif”, bukan kebenaran “objektif”.
Pengertian kebenaran intersubjektif adalah kebenaran yang
dibangun dari jalinan berbagai faktor yang bekerja bersama-sama, seperti
budaya dan sifat-sifat unik dari individu manusia. Sedangkan pendekatan
48
studi kasus adalah penelitian yang mendalam terhadap satu unit tunggal,
yang lebih menekankan keunikan partisipan dan latar belakangnya
(Vredenbergt: 1983 :34).
Pendekatan kasus menurut Nisbet dan Watt (1994:4) adalah
“berusaha memberikan penjelasan yang jujur dan seksama tentang suatu
kasus tertentu sedemikian rupa, sehingga memungkinkan kita untuk
menembus apa yang tampak di permukaan dan juga untuk memeriksa
kebenaran tafsiran dengan meninjau sejumlah data objektif pilihan yang
sesuai”.
Pemilihan metode tersebut berdasarkan pada pendapat Robert K.
Yin (2006 : 1) yang menjelaskan bahwa secara umum, studi kasus
merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu
penelitian berkenaan dengan “Bagaimana” atau “Mengapa”, hal ini bila
peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-
peristiwa yang akan di selidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak
pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan
nyata.
Secara keseluruhan, desain studi kasus bisa dibenarkan dalam
kondisi-kondisi tertentu-(a) kasus tersebut mengetengahkan suatu uji
penting tentang teori yang ada, (b) merupakan suatu peristiwa yang
langka atau unik atau (c) berkaitan dengan tujuan penyingkapan (Robert
K. Yin, 2006 : 54).
49
Oleh karena itu, metode penelitian studi kasus tepat dipergunakan
dalam penelitian ini, karena fokus penelitian pada fenomema masa kini
yakni meneliti bagaimana peran Pemerintah Daerah Kota Depok
melaksanakan pemberdayaan para petani belimbing manis dan jambu biji
merah di wilayah tersebut, mengapa harus diberdayakan dan bagaimana
memberdayakannya.
B. Desain Penelitian
Menurut Robert K. Yin (2006 : 25) desain penelitian adalah “Logika
keterkaitan antara data yang harus dikumpulkan (dan kesimpulan-
kesimpulan yang akan dihasilkan) dan pertanyaan awal suatu penelitian.
Setiap penelitian empiris sekurang-kurangnya memiliki desain penelitian
yang implisit, jikalau tidak bisa eksplisit”.
Selanjutnya Robert K. Yin ( 2006 : 46) menjelaskan, ada empat
tipe desain penelitian dalam studi kasus, dengan menyatakan; “Untuk
strategi studi kasus keempat tipe desainnya adalah (1) Desain kasus
tunggal holistik, (2) Desain kasus tunggal terjalin, (3) Desain multi kasus
holistik (4) Desain multi kasus terjalin”.
Keempat tipe desain tersebut, di gambarkan dalam skema di
halaman berikut:
Desain-desain Desain-desainkasus tunggal multi kasus
Holistik
50
Tipe 1 Tipe 3
Tipe 2 Tipe 4
(Unit Analisis Tunggal)
Terjalin
(Unit Multi Analisis)
Berdasarkan skema di atas, penulis memahami bahwa ada empat
tipe dalam desain studi kasus yaitu:
a. Tipe 1, menunjukkan satu kasus dengan satu unit analisis.
b. Tipe 2, menunjukkan satu kasus dengan lebih dari satu unit
analisis.
c. Tipe 3, menunjukkan lebih dari satu kasus dengan satu unit
analisis.
d. Tipe 4, menunjukkan lebih dari satu kasus dengan lebih dari satu
unit analisis.
Kasus-kasus tunggal merupakan desain umum bagi penyelenggara
studi kasus dan terdapat kasus-kasus yang menggunakan unit analisis
holistik, dan kasus-kasus yang menggunakan unit analisis terjalin.
Secara keseluruhan, desain studi kasus bisa dibenarkan dalam
kondisi-kondisi tertentu-(a) kasus tersebut mengetengahkan suatu uji
penting tentang teori yang ada, (b) merupakan suatu peristiwa yang
langka atau unik atau (c) berkaitan dengan tujuan penyingkapan (Robert
K. Yin, 2006 : 54).
Mengenai desain studi kasus terjalin menurut Robert K. Yin (2006 :
51) menjelaskan bahwa sebuah studi kasus mungkin mencakup lebih dari
51
satu unit analisis. Hal ini terjadi bilamana di dalam kasus tunggal,
perhatian diberikan kepada satu atau beberapa sub unit analisis. Sebagai
contoh, meskipun sebuah studi kasus berkenaan dengan program publik
tunggal, analisisnya mencakup hasil proyek-proyek perorangan dalam
program tersebut. Desain semacam itu akan disebut desain studi kasus
terjalin.
Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
tipe -2 yaitu desain kasus tunggal dengan unit analisis terjalin karena
sesuai dengan penelitian ini yang akan membahas mengenai peran
Pemerintah Daerah Kota Depok dalam pemberdayaan petani belimbing
manis dan jambu biji merah di wilayah tersebut.
C. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan
pendekatan studi kasus. Riset deskriptif adalah riset yang bertujuan untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan suatu karakter / karakteristik atau
fungsi dari sesuatu hal.
Menurut Neuman (1997:19) bahwa “descriptive research presents a
picture of the specific details of a situation, sosial setting, or relationship
(penelitian deskriptif memberikan gambaran tentang suatu situasi, struktur
sosial atau suatu hubungan). Secara deskriptif penelitian ini bertujuan
menggambarkan perilaku atau tindakan unsur-unsur Pemerintah Daerah
Kota Depok yang dalam fungsinya memiliki wewenang dan
52
tanggungjawab dalam melakukan pemberdayaan para petani belimbing
manis dan jambu biji merah di wilayah tersebut.
Selain riset deskriptif, penelitian ini juga bersifat eksploratif dengan
penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang
permasalahan dan temuan yang menyebabkan program pemberdayaan
masyarakat belum bisa berjalan optimal. Lebih lanjut dapat memperoleh
gambaran tentang bagaimana Pemerintah Daerah Kota Depok dalam
mengkoordinasikan program pemberdayaan masyarakat petani belimbing
manis dan jambu biji merah serta apakah pelaksanaannya sudah berjalan
secara optimal.
D. Operasionalisasi Konsep
Untuk lebih memperjelas penggunaan suatu teori atau konsep,
maka penulis menjabarkan teori yang digunakan dalam mencari jawaban
dari tema permasalahan yang diangkat pada penelitian ini.
Peran atau peranan adalah keikutsertaan seseorang atau lembaga
yang memiliki posisi serta turut ambil bagian dari tugas utama yang
dilaksanakan. Lembaga yang memiliki posisi utama dan ambil bagian
dalam pemberdayaan masyarakat petani belimbing manis dan jambu biji
merah.
Pemerintah Daerah yang dimaksudkan adalah Pemerintah Daerah
yang terdiri dari Kepala Daerah, Sekretaris Daerah dan Dinas-dinas di
daerah. Jadi Pemerintah Daerah merupakan suatu sistem yang ada dalam
53
wilayah daerah kabupaten dan Bupati sebagai Kepala Daerah adalah
unsur pimpinan penyelenggara pemerintah di daerah.
Pemerintah Kota Depok yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
perangkat pemerintahan Kota Depok melalui Dinas Pertanian Kota Depok
dan para petugas kecamatan di wilayah ini yang memiliki kewenangan
dan tanggungnya terhadap pemberdayaan masyarakat petani serta
berbagai pihak yang dikoordinasi dan dikendalikan dalam rangka
mencapai tujuan pemberdayaan masyarakat petani belimbing manis dan
jambu biji merah di wilayah ini.
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu sendiri,
dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan
potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.
Selanjutnya, upaya tersebut diikuti dengan memperkuat potensi atau daya
yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Dalam konteks ini diperlukan
langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan
suasana yang kondusif. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan
menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan
akses kepada berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat
masyarakat menjadi makin berdaya.
Dalam operasionalnya, pemberdayaan masyarakat petani
belimbing manis dan jambu biji merah adalah adalah upaya untuk
membangun daya yang telah mereka miliki, dengan mendorong,
memotivasi dan membangkitkan kesadaran para petani tersebut akan
54
potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkan apa yang
mereka sudah lakukan sehingga dapat memperkuat potensi atau daya
yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri dan kemudian diikuti dengan
langkah-langkah nyata berupa penyediaan sarana dan prasarana yang
dapat meningkatkan kinerja mereka serta membuka akses kepada
berbagai peluang pemasaran yang lebih baik dari apa yang telah mereka
miliki sebelumnya.
Optimalisasi peran pemerintah daerah dalam pemberdayaan
masyarakat, adalah perilaku atau tindakan para pejabat pemerintah
daerah sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya yang dilakukan
untuk memberdayakan masyarakat yang berada pada wilayah
tanggungjawabnya dengan cara-cara yang dapat mencapai sesuatu
dengan hasil paling baik atau keuntungan terbesar bagi masyarakat dan
daerahnya.
Dalam operasionalnya, optimalisasi peran pemerintah daerah Kota
dalam pemberdayaan masyarakat petani belimbing manis dan jambu biji
merah, adalah perilaku atau tindakan para pejabat pemerintah daerah
sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya yang dilakukan untuk
memberdayakan masyarakat yang berada pada wilayah
tanggungjawabnya dengan cara-cara yang dapat mencapai sesuatu
dengan hasil paling baik atau keuntungan terbesar bagi masyarakat petani
belimbing manis dan jambu biji merah.
55
Pelaksanaan pemberdayaan tersebut dapat dikatakan optimal atau
kurang optimal setelah dilakukan perbandingan kesesuaian antara
petunjuk pelaksanaan program tersebut dengan RPJP dan RPJM
pertanian kota Depok serta kesesuaian antara pelaksanaan program
tersebut dengan kebutuhan nyata dari para petani belimbing dan jambu
biji merah di wilayah tersebut.
E. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi
merupakan sekumpulan unit-unit atau hal yang menjadi sumber
pengambilan sampel yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Penelitian populasi dilakukan untuk melihat semua keberadaan populasi
yang sesuai dengan tujuan penelitian sedangkan sampel adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel karena
hasil dari penelitian ini bermaksud untuk menggeneralisasi hasil penelitian
sampel untuk memperoleh kesimpulan penelitian sebagai suatu yang
berlaku bagi populasi. (Suharsimi Arikunto, 2002 : 108).
Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh warga masyarakat
petani belimbing manis dan jambu biji merah di wilayah Kota Depok.
Sampel terdiri dari orang yang diharapkan dapat memberikan keterangan
tentang objek yang diteliti, disebut Key Informan dan Informan.
Dalam menentukan Key Informan dan Informan penelitian ini,
penulis menggunakan metode purposive sampling. Pilihan tehnik
sampling tersebut berdasarkan kepada pendapat Jalaludin Rakhmat
56
(2004 : 81) yang menjelaskan: “Sampling purposive, yaitu memilih orang-
orang tertentu karena dianggap- berdasarkan penelitian tertentu-mewakili
statistik tingkat signifikansi, dan prosedur pengujian hipotesis, tidak
berlaku bagi rancangan sampling nonprobabilitas”.
Key Informan dalam penelitian ini adalah pejabat Dinas Pertanian
Kota Depok karena dianggap mengetahui dan dapat banyak memiliki
informasi dan dapat menjelaskan secara lengkap mengenai masalah
pokok penelitian yaitu pelaksanaan pemberdayaan masyarakat petani
belimbing dan jambu biji merah di Kota Depok. Informan lainnya adalah
LSM Pendamping dan petani belimbing manis dan jambu biji merah yang
dianggap dapat memberikan penjelasan mengenai pelaksanan
pemberdayaan masyarakat di lapangan.
F. Tehnik Penelitian
Sedangkan teknik penelitian berkenaan dengan bagaimana data
diperoleh berdasarkan sumbernya dapat dijelaskan sebagai berikut;
1. Data primer diperoleh melalui teknik wawancara. Dari wawancara
dengan informan akan diperdalam dengan penelusuran informasi
dengan pihak Pemerintah Kota Depok melalui Dinas Pertanian, Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan KB (Bapermas & KB), Lembaga
Swadaya Masyarakat pelaku pedampingan, serta unsur masyarakat
petani belimbing manis dan jambu biji merah. Alasannya pemilihan
informan ini adalah estimasi bahwa pihak-pihak tersebut akan
57
memberikan gambaran tentang perkembangan pertanian perkotaan
setempat khususnya budidaya belimbing dan jambu biji merah serta
pelaksanaan dan hasil pencapaian pemberdayaan masyarakat
tersebut.
2. Data sekunder diperoleh melalui teknik pengumpulan studi dokumen
berupa RPJP dan RPJM Kota Depok dengan fokus pada
perencanaan pembangunan pertanian, industri kecil dan perdagangan,
data tanaman dan produksi belimbing manis dan jambu biji merah
serta dokumen dan bahan lain yang terkait dengan penelitian, Program
Pemberdayaan Masyarakat terfokus pada permasalahan yang diteliti.
Dalam mencari, menemukan serta mengumpulkan bahan dan data
yang diperlukan untuk penelitian, maka teknik pengumpulan data yang
dipergunakan adalah;
a. Observasi, pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan
dan mencatat gejala yang tampak pada objek penelitian yang
dilakukan secara langsung pada tempat kejadian. Pengamatan
dilakukan secara langsung dan sistemik terhadap gejala yang
terlihat selama proses penelitian, baik segi aktivitas dalam suatu
kegiatan maupun proses pengambilan keputusan terhadap suatu
hal.
b. Wawancara, berkaitan dengan data primer melalui kontak langsung
secara lisan atau tatap muka dengan key informan atau sumber
data yang berguna mengungkap data lain yang belum terungkap.
58
Guna melengkapi hasil kajian, peneliti juga menggunakan teknik
wawancara terstruktur yaitu wawancara yang disusun terlebih
dahulu guna memperoleh informasi yang diperlukan dalam
penelitian.
c. Studi dokumen, berkaitan dengan data sekunder berupa
pengumpulan data, dokumen, arsip yang berhubungan dengan
penelitian.
d. Kajian kepustakaan, yaitu dengan cara mengumpulkan dan
menganalisa literatur kepustakaan yang berhubungan dengan
perbandingan anggaran yang berasal dari berbagai sumber
informasi termasuk bahan cetak, artikel, tulisan ilmiah, jurnal yang
terkait dengan penelitian.
G. Tehnik Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan
deskriptif analisis. Pilihan tehnik analisis tersebut berdasarkan pada
penjelasan Jalaluddin Rakhmat (2006 : 24) yang menyatakan bahwa.
“Penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa.
Penellitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji
hipotesis atau membuat prediksi”. Lexi J. Moleong (2006 : 6),
menjelaskan bahwa deskriptif adalah : “data yang dikumpulkan berupa
kata-kata, gambaran dan bukan angka-angka. Selain itu dikumpulkan
berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.
59
Mengenai metode kualitatif Bagdan dan Taylor dalam Lexi J.
Moleong (2006 : 4) mendefinisikannya sebagai; “prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskripif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan
pada latar belakang dan individu tersebut secara utuh (holistic). Jadi,
dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu/organisasi ke dalam
variabel/hipotesis tetapi perlu memandangnya sebagai bagian suatu
keutuhan.
Pendekatan analisis yang dipergunakan adalah success
approximation, yaitu pendekatan analisis yang mengaitkan data dengan
teori untuk menjelaskan kesenjangan yang terjadi hingga merumuskan
suatu generalisasi mengacu pada proposisi teoritis dan bertalian yang
merefleksikan realitas sosial (Neuman:2003;451).
H. Keterbatasan Penelitian
Disadari bahwa kehendak untuk melakukan penelitian untuk tesis ini
dapat dilakukan sebaik mungkin terhambat oleh sejumlah keterbatasan
antara lain:
1. Keterbatasan waktu
Kondisi penulis yang karena berbagai alasan tidak dapat
mencurahkan waktu sepenuhnya bagi pelaksanaan penelitian ini.
2. Keterbatasan data
60
Data yang tersedia di kantor wali kota Depok tidak selalu up
to date sehingga sejumlah data diambil dari dokumen tahun 2009
dan sebagiannya dari tahun-tahun-tahun sebelumnya.
3. Keterbatasan Informasi
Key informan dalam penelitian ini memiliki tingkat kesibukan
yang tinggi sehingga kesempatan untuk memperoleh informasi
menjadi sangat terbatas. Di sisi lain, keterbatasan daya nalar
informan dari kalangan petani belimbing manis dan jambu biji merah
akan mempengaruhi akurasi informasi. Walaupun demikian, penulis
berusaha semampunya untuk mendapatkan hasil penelitian ini
seoptimal mungkin.
61
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kota Depok dan Pemerintahannya
A.1. Sejarah Kota Depok
Depok bermula dari sebuah Kecamatan yang berada di
lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung
Kabupaten Bogor, kemudian pada tahun 1976 perumahan mulai
dibangun baik oleh Perum Perumnas maupun pengembang yang
kemudian diikuti dengan dibangunnya kampus Universitas Indonesia
(UI), serta meningkatnya perdagangan dan Jasa yang semakin pesat
sehingga diperlukan kecepatan pelayanan.
Pada tahun 1981 Pemerintah membentuk Kota Administratif
Depok berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1981 yang
peresmiannya pada tanggal 18 Maret 1982 oleh Menteri dalam Negeri
(H. Amir Machmud) yang terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan dan 17 (tujuh
belas) Desa.
62
Selama kurun waktu 17 tahun Kota Administratif Depok
berkembang pesat baik dibidang Pemerintahan, Pembangunan dan
Kemasyarakatan. Khususnya bidang Pemerintahan semua Desa
berganti menjadi Kelurahan dan adanya pemekaran Kelurahan ,
sehingga pada akhirnya Depok terdiri dari 3 (Kecamatan) dan 23 (dua
puluh tiga) Kelurahan yaitu:
a. Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) Kelurahan,
yaitu : Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan
Pancoran Mas, Kelurahjn Rangkapan Jaya, Kelurahan
Rangkapan Jaya Baru.
b. Kecamatan Beji terdiri dari (enam) Kelurahan, yaitu :
Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur, Kelurah Pondok Cina,
Kelurahan Kemirimuka, Kelurahan Kukusan, Kelurahan Tanah
Baru.
c. Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 11 (sebelas) Kelurahan,
yaitu : Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan Suka Maju,. Kelurahan
Mekarjaya, Kelurahan Abadi Jaya, Kelurahan Baktijaya,
Kelurahan Cisalak, Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Kalimulya,
Kelurahan Kali Jaya, Kelurahan Cilodong, Kelurahan Jati
Mulya, Kelurahan Tirta Jaya.
Dari tahun 1982 – 1999, penyelenggaraan pemerintah Kota
Administratif Depok mengalami pergantian Kepemimpinan
(Walikotif) sebagai berikut :
63
1) Drs. Moch Rukasah Suradimadja (Alm), 1982 – 1984
2) Drs. H.M.I Tamdjid, 1984 – 1988
3) Drs. Abdul Wachyan, 1988 – 1991
4) Drs. Moch. Masduki, 1991 – 1992
5) Drs. H.Sofyan Safari Hamim, 1992 – 1996
6) Drs. H. Yuyun WS, 1996 – 1997
7) H. Badrul Kamal, 1997 – 1999
Dengan semakin pesatnya perkembangan dan tuntutan aspirasi
masyarakat semakin mendesak agar Kota Administratif Depok
ditingkatkan menjadi Kotamadya dengan harapan pelayanan menjadi
maksimum. Disisi lain Pemerintah Kabupaten Bogor bersama – sama
Pemerintah Propinsi Jawa Barat memperhatikan perkembangan
tesebut, dan mengusulkannya kepada Pemerintah Pusat dan Dewan
Perwakilan Rakyat.
Berdasarkan Undang – undang No. 15 tahun 1999, tentang
pembentukan Kotamadya Daerah Tk. II Depok yang ditetapkan pada
tanggal 20 April 1999, dan diresmikan tanggal 27 April 1999
berbarengan dengan Pelantikan Pejabat Walikotamadya Kepala
Daerah Tk. II Depok yang dipercayakan kepada Drs. H. Badrul Kamal
yang pada waktu itu menjabat sebagai Walikota Kota Administratif
Depok.
Momentum peresmian Kotamadya Daerah Tk. II Depok dan
pelantikan pejabat Walikotamadya Kepala Daerah Tk. II Depok dapat
64
dijadikan suatu landasan yang bersejarah dan tepat untuk dijadikan
hari jadi Kota Depok.
Berdasarkan Undang – undang nomor 15 tahun 1999 Wilayah
Kota Depok meliputi wilayah Administratif Kota Depok, terdiri dari 3
(tiga) Kecamatan sebagaimana tersebut diatas ditambah dengan
sebagian wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor, yaitu :
1) Kecamatan Cimanggis, yang terdiri dari 1 (satu) Kelurahan
dan 12 (dua belas) Desa , yaitu : Kelurahan Cilangkap,
Desa Pasir Gunung Selatan, Desa Tugu, Desa Mekarsari,
Desa Cisalak Pasar, Desa Curug, Desa Hajarmukti, Desa
Sukatani, Desa Sukamaju Baru, Desa Cijajar, Desa
Cimpaeun, Desa Leuwinanggung.
2) Kecamatan Sawangan, yang terdiri dari 14 (empat belas)
Desa, yaitu : Desa Sawangan, Desa Sawangan Baru,
Desa Cinangka, Desa Kedaung, Desa Serua, Desa
Pondok Petir, Desa Curug, Desa Bojong Sari, Desa Bojong
Sari Baru, Desa Duren Seribu, Desa Duren Mekar, Desa
Pengasinan Desa Bedahan, Desa Pasir Putih.
3) Kecamatan Limo yang terdiri dari 8 (delapan) Desa, yaitu :
Desa Limo, Desa Meruyung, Desa Cinere, Desa Gandul,
Desa Pangkalan Jati, Desa Pangkalan Jati Baru, Desa
Krukut, Desa Grogol, dan
65
4) ditambah 5 (lima) Desa dari Kecamatan Bojong Gede,
yaitu : Desa Cipayung, Desa Cipayung Jaya, Desa Ratu
Jaya, Desa Pondok Terong, Desa Pondok Jaya.
Kota Depok selain merupakan Pusat Pemerintahan yang
berbatasan langsung dengan Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota
Jakarta juga merupakan wilayah penyangga Ibu Kota Negara yang
diarahkan untuk kota pemukiman, Kota Pendidikan, Pusat pelayanan
perdagangan dan jasa, Kota pariwisata dan sebagai kota resapan air.
A.2. Kondisi Demografi
Jumlah penduduk Kota Depok pada tahun 2008 mencapai
1.503.677 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 780.092 jiwa dan perempuan
723.585 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Kota Depok tahun 2008
sebesar 3,43 persen, sedangkan rasio jenis kelamin di Kota Depok
adalah 102. Tabel 1 menunjukkan jumlah penduduk, luas wilayah,
kepadatan penduduk, dan jumlah kelurahan menurut kecamatan di
Kota Depok, dimana Kecamatan Cimanggis memiliki jumlah penduduk
paling banyak, yaitu 412.388 jiwa, sedangkan kecamatan dengan
penduduk terkecil adalah Kecamatan Beji yaitu 143.190 jiwa
sebagaimana disajikan pada halaman berikut.
66
Tabel 1
Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk dan Jumlah
Kelurahan Menurut Kecamatan di Kota Depok
Kecamatan ∑ Penduduk
(jiwa)
LuasWilayah(km2 )
KepadatanPenduduk(jiwa/km2)
JumlahKelurahan
Sawangan 169.727 45,69 3.714,75 14
Pancoran Mas 275.103 29,83 9.222,36 11
Sukmajaya 350.331 34,13 10.264,61 11
Cimanggis 412.388 53,54 7.702,43 13
Beji 143.190 14,30 10.013,29 6
Limo 152.938 22,80 6.707,81 8
Kota Depok 1.503.677 200,29 7.507,50 63
Sumber : Kota Depok Dalam Angka 2008
Untuk data jumlah dan kepadatan penduduk menurut
kecamatan di Kota Depok dimana Kecamatan Sukmajaya
merupakan kecamatan terpadat dengan tingkat kepadatan 10.264,61
jiwa/km2, sedangkan kepadatan terendah ada di Kecamatan
67
Sawangan dengan tingkat kepadatan sebesar 3.714,75 jiwa/km2
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2
Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Menurut Kecamatan di Kota Depok
Keterangan Tahun
Sawangan Pancoran Mas
Kecamatan
Sukmajaya Beji Limo Total Kota
Depok
Jumlah 2004 157.525 262.785 302.311 376.103 129.192 141.545 1.369.461
Penduduk 2005 159.543 247.622 307.753 379.487 136.899 143.218 1.374.522
(jiwa) 2006 166.276 254.797 314.147 392.512 143.592 149.156 1.420.480
2007 166.076 269.144 342.447 403.037 139.888 149.410 1.470.002
2008 169.727 275.103 350.331 412.388 143.190 152.938 1.503.677
Kepadatan 2004 3.447,7 8.809,4 8.857,6 7.024,7 9.034,4 6.208,1 6.837,4
Penduduk 2005 3.491,9 8.301,1 9.017,1 7.087,9 9.573,4 6.281,5 6.862,7
(jiwa/km2) 2006 3.639,2 8.541,6 9.204,4 7.331,2 10.041,4 6.541,9 7.092,1
2007 3.634,8 9.022,6 10.033,6 7.527,8 9.782,4 6.553,1 7.339,4
2008 3.714,8 9.222,4 10.264,6 7.702,4 10.013,3 6.707,8 7.507,5
Sumber : Kota Depok Dalam Angka 2008
A.3. Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) Kota Depok
68
Selain pimpinan wilayah yaitu Walikota, Camat, Lurah, RW dan
RT Organisasi Pemerintah Daerah Kota Depok terdiri dari Walikota,
Sekretariat Daerah, Dinas-dinas, Sekretaritat DPRD dan Satpol PP.
a. Dinas-dinas
1) Dinas Pendidikan, berkantor di Graha Depok Mas Blok A1-
4 Jl. Arief Rahman Hakim No.3 Beji Kota Depok.
2) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil berkantor di Jl.
Margonda Raya No. 54 Depok.
3) Dinas Kesehatan berkantor di Jl.Margonda Raya Ruko
Depok Mas.
4) Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata Seni dan Budaya
berkantor di Jl. Kartini Raya, Depok.
5) Dinas Kebersihan dan Pertamanan berkantor di Jl. Tole
Iskandar No.11, Sukmajaya Depok.
6) Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air berkantor di Jl.
Margonda Raya No. 54 Depok.
7) Dinas Tenaga Kerja dan Sosial berkantor di Jl. Margonda
Raya No. 54 Depok.
8) Dinas Tata Ruang dan Permukiman berkantor di Jl.
Margonda Raya No.54 Depok.
69
9) Dinas Pemadam Kebakaran berkantor di Jl. Boulevard Kota
Kembang, Depok.
10) Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar berkantor di Jl. Kartini
Raya No. 25 Depok.
11) Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset
berkantor di Jl. Margonda Raya No. 54 Depok.
12) Dinas Perindustrian dan Perdagangan berkantor di Jl.
Margonda Raya No. 144 Depok.
13) Dinas Pertanian dan Perikanan berkantor di Jl. Margonda
Raya No. 144 Depok.
14) Dinas Perhubungan berkantor di Jl. Pemuda Depok.
15) Dinas Komunikasi dan Informatika berkantor di Jl.
Margonda Raya No. 54 Depok.
b. OPD Lembaga Teknis
1) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah berkantor di Jl.
Margonda Raya No. 54 Depok.
2) Badan Kepegawaian Daerah berkantor di Jl. Margonda Raya
No. 54 Depok.
3) Inspektorat berkantor di Jl. Margonda Raya No. 54 Depok.
70
4) Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
berkantor di Ruko Graha Depok Mas Blok B No.5 Jl. Arif
Rahman Hakim No.3 Kota Depok.
5) Badan Lingkungan Hidup berkantor di Jl. Tole Iskandar
Komplek Ruko Sukmajaya No.17 Kota Depok.
6) Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Ketahanan Pangan
berkantor di Graha Depok Mas Blok A1-4 Jl. Arief Rahman
Hakim Kota Depok.
7) Kantor Arsip dan Perpustakaan berkantor di Jl. Margonda
Raya No. 54 Depok.
8) Kantor Kesbangpol dan Linmas berkantor di Jl. Pemuda
No. 78 B, Pancoran Mas, Kota Depok.
9) RSUD Depok berkantor di Jl. Raya Muchtar No.99
Kelurahan Sawangan Kecamatan Sawangan Depok.
B. Dinas Pertanian & Perikanan dan Kondisi Pertanian Kota Depok
B. 1. Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok.
1. Visi dan Misi
Dinas Pertanian dan Perikanan Pemkot Depok memiliki visi
“Terwujudnya Pertanian Perkotaan yang Maju Berbasisi Potensi
Lokal yang Mensejahterakan Petani dan Masyarakat ” dengan misi
Meningkatkan Pelayanan Pertanian; Mengembangkan Agribisnis
71
Perkotaan Berbasis Teknologi; dan Meningkatkan Ketahanan
Pangan Berbasis Potensi Lokal dan Jaminan Keamanan Pangan.
2. Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Perda Kota Depok No. 08 tahun 2008 tentang
Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah
Pemerintah Kota Depok Dinas Pertanian dan Perikanan bertugas
melaksanakan kewenangan desentralisasi di bidang pertanian dan
perikanan serta memiliki fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian dan
perikanan ;
b. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum di
bidang pertanian dan perikanan ;
c. Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis dinas di bidang
Pertanian dan perikanan;
d. Pengelolaan urusan ketatausahaan.
3. Susunan Organisasi
Susunan Organisasi Dinas Pertanian dan Perikanan Kota
Depok berdasarkan Perda Kota Depok No. 08 tahun 2008 tentang
Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah
Pemerintah Kota Depok terdiri dari Kepala Dinas, yang
membawahi:
72
a. Sekretaris Dinas, terdiri dari 2 (dua) sub bagian:
1) Sub Bagian Umum, Perencanaan, Evaluasi dan
Pelaporan ;
2) Sub Bagian Keuangan.
b. Bidang Tanaman Pangan, dan Hortikultura , terdiri dari 2
(dua) seksi:
1) Seksi Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura ;
2) Seksi Bina Usaha dan Penyuluhan Tanaman Pangan.
c. Bidang Perikanan, terdiri dari 2 (dua) seksi:
1) Seksi Produksi Perikanan;
2) Seksi Bina Usaha dan Penyuluhan Perikanan.
d. Bidang Peternakan, terdiri dari 2 (dua) seksi:
1) Seksi Bina Usaha, Produksi dan Penyuluhan
Peternakan;
2) Seksi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat
Veteriner.
e. Unit Pelaksana Teknis Dinas Rumah Pemotongan Hewan
(UPTD RPH);
f. Kelompok Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL).
4. Strategi dan Kebijakan
73
Strategi dan Kebijakan Dinas Pertanian dan Peternakan Kota
Depok adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan ketersediaan sarana dan infrastruktur di
bidang pertanian, peternakan dan perikanan;
b. Meningkatkan ketrampilan sumber daya manusia (medis dan
paramedis) melalui diklat dan pelatihan sehingga mampu
menjadi profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan
hewan;
c. Menambah jumlah sumber daya manusia (medis dan
paramedis) sehingga mampu menangani cek kesehatan
hewan yang semakin meningkat;
d. Menambah sarana mobilitas sehingga dapat menjangkau
wilayah yang lebih luas dengan lebih mudah dan cepat;’
e. Meningkatkan kualitas kelembagaan melalui kajian
pembentukan UPTD Puskeswan dan Tata Laksana
f. Meningkatkan tata kelola di RPH Tapos
g. Meningkatkan sarana dan prasarana di RPH
h. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
i. Mengoptimalkan lahan pertanian
j. Meningkatkan penguatan kelembagaan kelompok tani
74
k. Meningkatkan pelatihan budidaya kepada petani peternak
dan pembudidaya
l. Meningkatkan sertifikasi dan registrasi kebun komoditas
unggulan
m. Meningkatkan pelatihan landscape tanaman hias
n. Melakukan fasilitasi dan promosi produk perikanan dan
hortikultura serta mengoptimalkan fungsi packing house
o. Meningkatkan pelatihan pasca panen dan pengolahan hasil
pertanian, peternakan dan perikanan
p. Meningkatkan gerakan konsumsi telur, susu dan ikan
q. Meningkatnya produktivitas bahan pangan
r. Meningkatkan diversifikasi komoditi pertanian (hortikultura)
s. Meningkatkan pertanian terpadu integrasi tanaman dan
ternak
t. meningkatkan pemberdayaan petani marginal.
Adapun struktur organisasi Dinas Pertanian dan Perikanan
Kota Depok sebagaimana pada Gambar 2 di halaman berikut.
75
Gambar 2
Struktur Organisasi
Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok
u.
76
B.2. Perkembangan Sektor Pertanian Kota Depok
Sektor pertanian dalam arti luas mencakup sub-sektor tanaman
pangan, sub-sektor peternakan dan sub-sektor perikanan. Sektor
pertanian menyerap 1.44% tenaga kerja, serta memberikan kontribusi
77
PDRB sebesar 3.00% terhadap nilai total PDRB Kota Depok, dengan
laju pertumbuhan 4.70%. Angka-angka ini relatif kecil, karena sektor
pertanian masih menghadapi berbagai permasalahan yang perlu
ditangani, yaitu produktivitas, efisiensi usaha, konservasi lahan
pertanian, keterbatasan sarana dan prasarana, serta terbatasnya kredit
dan infrastruktur pertanian.
Komoditas pertanian yang diusahakan di lahan sawah
berupa tanaman padi, palawija (kedele dan kacang tanah), dan
sayur-sayuran (pitsai/sawi, bawang merah dan tomat). Sedangkan
komoditas pertanian tanaman pangan yang umumnya diusahakan di
lahan kering adalah jagung, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar.
Luas lahan sawah menurut data BPS sekitar 972,10 Ha,
sedangkan luas panen dan produksi dari berbagai jenis tanaman
pangan adalah sebagai berikut : padi 901 ha dan 4.865,40 ton, ubi
kayu 336 ha dan 26.181,12 ton, ubi jalar 274 ha dan 45,90 ton,
jagung 441 ha dan 1.297,22 ton, kacang tanah 252 ha dan 304,46
ton. Adapun luas panen kacang panjang 365 ha, cabe 72 ha, terong
267 ha, mentimun 223 ha, kangkung 343 ha, dan bayam 303 ha.
Pembangunan pertanian di Kota Depok dilaksanakan melalui
konsep Pertanian Perkotaan, artinya pembangunan pertanian yang
didasarkan atas pemanfaatan lahan sempit, rata-rata kurang dari 2
Ha untuk setiap rumah tangga petani.
78
Beberapa komoditas perkebunan di Kota Depok tidak
diusahakan lagi karena adanya peralihan fungsi lahan seperti
kelapa, kelapa hybrida, kopi dan melinjo, sementara beberapa
komoditas lainnya masih dipertahankan meskipun mengalami
penurunan produksi, yaitu jahe (luas 4,93 ha, produksi 5,979 ton),
dan kencur (luas panen 7,625 ha, produksi 7,625 ton) (BPS, 2006).
Komoditas perkebunan rakyat yang paling berpotensi dan
sangat berkembang di Kota Depok adalah belimbing. Produksi buah
belimbing mengalami perkembangan yang sangat pesat, meningkat
sebesar 236% lebih dengan produksi mencapai 3.162 ton. Tingginya
produksi ini disebabkan oleh populasi tanaman yang terus bertambah
dan produktivitas yang meningkat akibat introduksi ilmu pengetahuan
dan teknologi budidaya. Minat berusaha tani belimbing mulai
meningkat dipicu oleh daya serap pasar yang kuat, harga yang relatif
stabil dan marjin laba yang cukup memadai. Kecocokan agroklimat
dan tersedianya varietas unggul menjadikan belimbing Depok memiliki
keunggulan komparatif sekaligus kompetitif dibandingkan belimbing
dari daerah lain.
Pengusahaan ternak sebagian besar berupa usaha skala kecil.
Populasi ternak besar (khususnya sapi) yang cukup tinggi di Kota
Depok disebabkan adanya ternak yang masuk dari luar kota ke dalam
lokasi transit di Kota Depok sebelum dikirim ke Rumah Potong Hewan
(RPH). Jumlah populasi berbagai jenis ternak besar adalah: sapi
79
perah 967 ekor, sapi potong 2.020 ekor, kerbau 428 ekor, dan kuda
197 ekor. Sedangkan populasi ternak kecil dan unggas adalah :
kambing 8.638 ekor, domba 3.713 ekor, anjing 2.785 ekor, ayam
835.671 ekor, dan itik 27.980 ekor.
Kota Depok tidak memiliki kawasan hutan, kecuali hutan
kota. Luas wilayah hutan kota sekitar 26.04 ha atau 0,13% dari total
wilayah Kota Depok.
Potensi perikanan terbatas pada perikanan darat. Luas areal
tiap jenis kolam adalah sebagai berikut: kolam pembenihan 15,91 ha,
kolam air tenang 219,46 ha dan jaring apung (japung) sejumlah 828
buah. Produksi ikan pada tahun 2006 adalah: kolam pembenihan
11.920 ekor senilai Rp. 1.782.614.000,-, kolam air tenang 1.327,59
ton senilai Rp. 13.778.470.000,- dan japung 30,48 ton senilai Rp.
237.830.000,-.
Selain ikan konsumsi, dikembangkan juga ikan hias. Dalam
kurun waktu lima tahun terakhir terjadi peningkatan produksi ikan hias
sebesar 133,8%. Peningkatan ini disebabkan oleh berkembangnya
rumah tangga perikanan dan produktivitas yang semakin meningkat
(138,5%). Pasar ekspor ikan hias yang terbuka menjadikan usaha tani
ikan hias berkembang dan diminati masyarakat.
C. Budidaya Belimbing di Kota Depok
C.1. Gambaran Umum
80
Budidaya belimbing di Kota Depok telah dilakukan sejak tahun
1970 hingga sekarang. Keragaan kebun belimbing di Kota Depok
tersebar di enam kecamatan. Selain ditanam di lahan tersendiri,
tanaman belimbing juga ditanam di sekitar halaman rumah. Usahatani
belimbing yang dilakukan masyarakat pada awalnya dilakukan secara
tradisional dengan pemeliharaan seadanya.
Semakin berkembangnya potensi belimbing, usahatani
belimbing memberikan keuntungan yang cukup besar serta adanya
perhatian pemerintah kota untuk mempertahankan ikon Depok
sebagai daerah penghasil buah-buahan mendorong para petani untuk
megusahakan belimbing lebih intensif.
Berdasarkan hasil penelitian, status kepemilikan lahan tanaman
belimbing sebagian besar pemilik dan penggarap (60 persen),
penggarap (30 persen) dan kontrak atau sewa (10 persen). Biaya
kontrak atau sewa lahan berkisar antara Rp 4.000.000,00 sampai Rp
10.000.000,00 per tahun tergantung umur pohon, semakin tua umur
pohon maka biaya kontra/sewa semakin mahal. Sedangkan luas
lahan yang dimiliki petani sebagian besar kurang dari 0,5 hektar (80
persen), 0,6 – 1 hektar (16,67 persen) dan lebih besar dari 1,1 hektar
(8,33 persen). Keberadaan lahan untuk tanaman belimbing biasanya
tidak jauh dari pemukiman penduduk ataupun terdapat pula di
pekarangan rumah.
81
Pola tanam belimbing yang dilakukan petani di tempat penelitian
yaitu monokultur (hanya menanam belimbing saja) sebanyak 63,33
persen dan menanam belimbing dan jambu biji sebanyak 31,67
persen. Apabila umur tanaman belimbing kurang dari 2 tahun akan
lebih baik dilakukan tumpang sari dengan polong-polongan untuk
menyuburkan tanam. Tumpang sari cukup baik dilakukan di lahan
tanaman belimbing karena akan dapat memperbaiki sanitasi dan
menambah penghasilan petani.
Penyediaan bibit belimbing oleh petani dilakukan secara
swadaya, bibit di beli sendiri dengan harga Rp 5.000,00 – Rp
10.000,00 per bibit dengan ketinggian 0,5 – 1 meter, ketinggian ini
sudah memenuhi SOP yang diterbitkan oleh Dinas Pertanian Kota
Depok. Bantuan bibit dari pemerintah jumlahnya tidak mencukupi
dengan kebutuhan petani. Berdasarkan SOP, pemilihan bibit harus
memenuhi kriteria :
a. Bibit berumur enam bulan atau lebih.
b. Tinggi bibit 60 – 100 cm.
c. Tinggi mata tempel 10 – 20 cm di atas leher akar.
d. Diameter batang 1 – 1,5 cm.
e. Bentuk batang tegak bercabang tiga.
Varietas belimbing yang ditanam oleh petani beragam, tetapi
sebagian besar petani menanam varietas Dewa (71,7 persen),
varietas Dewi (16,67 persen) dan varietas lain (Philipina, Sembiring,
82
Semarang) sebanyak 11,67 persen. Alasan petani lebih banyak
menanam varietas Dewa karena seratnya yang halus, penampilannya
lebih menarik, buah besar dan beratnya dapat mencapai 250 gram per
buah.
Rata-rata umur pohon belimbing yang terdapat di lokasi
penelitian berumur 5 – 10 tahun (55 persen), 1 – 5 tahun (23,33
persen), 11 – 15 tahun (15 persen), dan 16 – 20 tahun (6,67 persen).
Tanaman belimbing mulai dapat menghasilkan buah pada umur 2
tahun, tetapi jumlahnya tidak terlalu banyak berkisar 15 kg (75 – 100
buah per pohon). Semakin tua umur tanaman, maka semakin banyak
jumlah buah yang dihasilkan perpohonnya. Umur produktif tanaman
belimbing yaitu pada 5 – 25 tahun. Tanaman belimbing yang berumur
5 tahun dapat menghasilkan 50 kg belimbing (250 buah per pohon),
sedangkan tanaman belimbing di atas 7 tahun dapat mencapai 120 kg
belimbing (500 – 600 buah per pohon).
Sebagian besar penyediaan pupuk, obat-obatan, mesin dan alat
pertanian merupakan swadaya petani sendiri. Penggunaan input
usahatani untuk 50 pohon (umur 5 – 10 tahun) per 0,5 hektar dalam
satu kali musim panen dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4
Penggunaan Input Usahatani
(1 x musim panen per 0,5 hektar)
83
No. Uraian Satuan mlah FisikHarga per
Satuan (Rp.)Kebutuhan/1x musim panen
a . Pupuk kandang Kg 20 5.000 20 kg
b . Pupuk NPK Kg 50 100.000 25 kg
c .
Obat-obatan
· Curacron Ml 500 97.000 1000 ml
· Decis Ml 500 87.000 1000 ml
· Gandasil A Kg 0,5 25.000 1 kg
· Gandasil B Kg 0,5 25.000 1 kg
· Dusban Ml 500 36.000 1000 ml
d. Pembungkus Buah Buah 150 12.500 buah
Penggunaan input usahatani yang paling memberatkan petani
adalah obatobatan. Curacron untuk ukuran 500 mililiter dengan harga
Rp 97.000,00, Decis ukuran 500 mililiter dengan harga Rp 87.000,00,
Gandasil B dan A ukuran 0,5 kilogram dengan harga Rp 25.000,00.
Petani memperoleh obat-obatan dengan membeli sendiri ke toko
pertanian. Sedangkan dalam pengadaan pupuk terdapat pula petani
yang memperoleh pupuk dari Gapoktan yang menjual pupuk
bersubsidi, beberapa petani tidak menggunakan pupuk bersubsidi
karena jarak lahan dan Gapoktan tersebut sangat jauh dan harga
yang ditawarkan hampir sama.
Penggunaan input tenaga kerja yang sangat memberatkan
petani yaitu pada saat kegiatan pembungkusan, tenaga kerja yang
digunakan pada saat pembungkusan sebagian besar adalah
84
tenaga kerja luar keluarga. Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui
bahwa kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan pembungkusan
sebanyak tujuh orang dengan waktu penyelesaian enam hari. Upah
yang harus diberikan antara Rp 35.000,00 – Rp 45.000,00 per
orang, terdapat pula sistem pemberian upah Rp. 125,00 tiap satu
kali bungkus.
Tabel 5
Penggunaan Tenaga Kerja Per 0,5 Hektar
No. Kegiatan Waktu Penyelesaian
(Hari)
Kebutuhan Tenaga
Kerja (orang)
Upah
(Rp./HOK)
1 . Penanaman 7 3
35.000 – 45.000
2 . Pengolahan Lahan 7 2
3 . Pemupukan 2 2
4 . Pemangkasan 2 2
6. Penyemprotan 10 3
7 . Pembungkusan 7 6
8 . Panen 2 2
Keterangan : 1 HOK = 8 Jam
Sebagian besar mesin dan alat pertanian yang digunakan
petani belimbing yaitu cangkul, gergaji, pisau stek, mesin sedot air
dan power sprayer. Penyediaan mesin dan alat petanian tersebut
ada yang diperoleh melalui bantuan pemerintah dan sebagian
besar dibeli sendiri oleh petani.
85
C.2. Budidaya Belimbing Depok
1. Penanaman
Sebagian besar penanaman belimbing dilakukan oleh
petani pada saat ketinggian bibit lebih besar dari satu meter
dengan kedalaman tanam 50 meter dan lebar satu meter. Jarak
tanam belimbing yang dilakukan oleh petani yaitu 6 x 5 meter
sebanyak 31 petani ( 51,67 persen), 6 x 6 meter sebanyak 14
(23,33 persen), 6 x 7 meter sebanyak empat petani (6,67 persen),
7 x 7 meter sebanyak 11 petani (18,33 persen).
Jarak tanam yang dilakukan oleh petani tidak sesuai
dengan SOP. Berdasarkan SOP yang diterbitkan oleh Dinas
Pertanian Kota Depok jarak tanam yang sesuai yaitu 7 x 7 meter.
Alasan petani tidak menerapkan SOP yaitu karena tanaman
belimbing sudah tertanam sejak lama sebelum diterbitkannya
SOP dan apabila menerapkan SOP petani merasa banyak lahan
kosong, padahal semakin jauh jarak tanam belimbing akan
menyebabkan cabang-cabang semakin menyamping dan
menghasilkan buah yang lebih banyak.
86
Penggunaan pupuk pada saat penanaman yaitu 50 persen
pupuk kandang kambing dan 50 persen NPK. Pupuk kambing
lebih banyak digunakan oleh petani karena sifat pupuk kandang
kambing tidak terlalu lembab. Pada saat penanaman penggunaan
input tenaga kerja lebih banyak digunakan tenaga kerja dalam
keluarga.
2. Pemeliharaan/Pemangkasan
Kegiatan pemeliharaan dilakukan pada saat ranting-ranting
kecil keluar. Kegiatan pemangkasan tidak boleh dilakukan terlalu
terang karena akan mengganggu pertumbuhan pohon. Kegiatan
pemeliharaan lebih banyak digunakan tenaga kerja dalam
keluarga. Kegiatan ini dilakukan setelah panen buah terakhir.
Pada kegiatan pemangkasan dilakukan identifikasi letak atau
bagian yang akan dipangkas yaitu cabang atau ranting yang tidak
produktif, cabang atau ranting yang rusak terkene OPT dan
cabang atau ranting yang mati.
3. Pemupukan
Penggunaan pupuk kandang dan NPK jarang dilakukan,
penggunaan pupuk kandang domba dilakukan 3 – 6 bulan sekali
dengan dosis 50 kilogram perpohon. Sedangkan penyemprotan
obat-obatan dilakukan satu minggu dua kali dengan sistem
oplosan. Curacron, Decis dan Dusban digunakan sebagai
87
pestisida, sedangkan Gandasil B sebagai perangsang bunga dan
Gandasil A perangsang buah. Pada musim hujan frekuensi
penggunaan input obat-obatan dua kali lebih banyak
dibandingkan musim kemarau, hal tersebut disebabkan obat-
obatan yang telah disemprotkan hilang tersiram air hujan.
Berdasarkan SOP dosis pemupukan buah dapat dlihat
pada Tabel 6 berikut ini
Tabel 6
Dosis Pemupukan Buah Berdasarkan SOP
Waktu Pemupukan
Jenis dan Dosis Pupuk
Pupuk Kandang
(Kg)
NPK 15 : 15 : 15
(Kg)
3 – 12 bulan setelah tanam 20 -30 0,2 – 0,3 per empat bulan
1 – 3 tahun setelah tanam 20 - 30 0,4 – 0,6
3 – 4 minggu sekali pada tanaman produktif
Pupuk daun Sesuai dosis anjuran
Kegiatan pemupukan dan penyemprotan lebih banyak
digunakan tenaga kerja dalam keluarga dengan menggunakan
mesin steam. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang sering
menyerang pohon belimbing yaitu :
a. Lalat buah. Untuk menghindari serangan lalat buah
dilakukan pembungkusan 3 – 4 minggu setelah buah
terbentuk dan buah yang terserang lalat buah
dibenamkan dalam tanah. Dalam pengendaliaan lalat
88
buah digunakan Petrogenol dengan dosis 50 mililiter
untuk 50 pohon belimbing.
b. Jamur upas. Menyerang batang seperti lapisan gabus
tebal.
c. Ulat penggerek buah
d. Embun jelaga dan kutu.
4. Pembungkusan
Jarak pohon belimbing mulai berbunga sampai
pembungkusan yaitu 1,5 bulan. Pembungkusan akan dilakukan
lebih cepat apabila musim hujan. Pembungkusan dilakukan pada
saat ukuran buah sebesar jempol kaki. Pembungkusan buah
dilakukan untuk mencegah kerontokkan buah akibat gangguan
hama dan bertujuan menghasilkan buah yang besar, bersih dan
menarik. Ciri-ciri buah belimbing siap dibungkus yaitu batang
terlihat coklat dan warna buah hijau tua.
Sebelum dilakukan pembungkusan, terlebih dahulu
dilakukan penjarangan buah pada saat ukuran buah 2 – 3 cm
atau 15 – 20 hari sejak bunga mekar. Buah yang dibuang yaitu
yang memiliki ciri-ciri bentuk dan ukurannya tidak normal, buah
terserang OPT, terdapat diujung ranting atau cabang, daam
satu domplotan terdapat ebih dari dua buah.
89
Bahan yang digunakan untuk pembungkusan buah
belimbing yaitu kertas karbon dan plastik mulsa, masing-masing
bahan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Kertas
karbon memiliki kelebihan yaitu bahan ringan, sinar matahari
tidak langsung masuk ke buah, buah tumbuh dengan baik dan
warnanya kuning mengkilap. Sedangkan kelemahannya kertas
karbon sulit diperoleh dan harganya lebih mahal.
Plastik mulsa memiliki kelebihan yaitu harga lebih murah,
tidak mudah rusak apabila terkena air hujan dan dapat
digunakan beberapa kali pemakaian. Sedangkan kelemahannya
bahan terlalu lembab dan buah yang dihasilkan lebih kecil dan
berwarna pucat, waktu pembungkusan buah lebih lama. Waktu
pembungkusan sampai dengan panen apabila menggunakan
kertas karbon yaitu 45 hari sedangkan plastik mulsa 50 hari.
5. Panen
Kegiatan pemanenan dilakukan pada saat umur buah 50
hari. Sebanyak 93,33 persen petani menyatakan musim panen
dilakukan tiga kali dalam setahun. Tingkat kegagalan karena
kerontokkan buah yang telah dibungkus dan siap untuk dipanen
adalah 20 persen, hal ini disebabkan karena buah yang sudah
dibungkus mudah rontok. Berdasarkan hasil wawancara, rata-
rata hasil panen belimbing petani yaitu 1 - 2 ton (73,33 persen),
90
3,1 – 4 ton per panen (3,33 persen) dan lebih kecil dari satu ton
(13,33 persen).
Rata-rata hasil panen petani belum sesuai dengan target
mutu yang diharapkan. Rata-rata hasil panen petani tiap pohon
per musim panen yaitu :
a. Umur 2–4 tahun : 225 - 300 buah/pohon/tahun (45 kg)
b. Umur 5–9 tahun : 450 – 900 buah/pohon/tahun (150 kg)
c. Umur > 15 tahun : 1950 buah/pohon/tahun (390 kg)
Sedangkan target mutu yang diharapkan dicapai dari
penerapan SOP belimbing Dewa Kota Depok menyangkut tiga
aspek yaitu :
a. Produktivitas tiap pohon per tahun
1) Umur 2–4 tahun : < 500 buah/pohon/tahun ( 3 kali panen)
2) Umur 5–9 tahun : 500 – 1.200 buah/pohon/tahun
3) Umur > 15 tahun : 2.000 buah/pohon/tahun
b. Mutu buah hasil panen :
1) Tidak cacat
2) Bebas cemaran fisik (tanah, kotoran)
3) Ukuran buah seragam sesuai kelas
4) Tidak memar
5) Bebas cemaran OPT dan pestisida
6) Warna dan bentuk seragam
91
c. Proporsi kelas buah hasil panen berdasarkan berat buah
atau jumlah buah per kilogram dari setiap pohon
1) Kelas A (buah dengan berat 250 gram/buah) - 40 %
2) Kelas B (buah dengan berat 200 – 250 gram/buah)
- 50 %
3) Kelas C (buah dengan berat < 200 gram/buah) - 10 %
Dalam pelaksanaan usahatani, petani dapat menghadapi
risiko-risiko seperti risiko produksi (penurunan volume dan mutu
produk), risiko kerugian karena kecelakaan dan bencana alam
dan risiko perubahan harga. Risiko kemungkinan menurunnya
kualitas produksi dapat ditanggulangi dengan penerapan
teknologi budidaya dan teknologi pasca panen yang tepat.
Sedangkan risiko pasar dapat ditanggulangi dengan diversifikasi.
Diversifikasi merupakan salah satu cara untuk mengeliminasi
risiko, bentuk diversifikasi yang dilakukan oleh petani belimbing
di lokasi penelitian yaitu dengan menanam jambu biji.
6. Pengolahan
Berdasarkan hasil penelitian terdapat tujuh hasil olahan
belimbing oleh UKM yaitu juice belimbing dengan merek dagang
Kyko dan Winner terdapat di Kecamatan Sawangan Baru, sari
buah belimbing, keripik belimbing, belimbing instant, dodol
belimbing, selai belimbing dan sirup belimbing. Sebagian besar
bahan baku UKM tersebut disediakan sendiri karena UKM
92
tersebut memiliki kebun belimbing sendiri dan terdapat pula yang
membeli bahan baku belimbing grade C dari PKPBDD dengan
sistem curah.
Pemasaran tujuh hasil olahan UKM dipasarkan oleh
PKPBDD, melalui internet, pemasaran di Kantor Walikota Depok
dengan sistem pesanan, melalui pameranpameran dalam dan
luar negeri dan distribusi langsung ke pasar tradisional dan
warungwarung. Hambatan yang dihadapi UKM olahan belimbing
yaitu apabila belimbing langka sehingga tidak dapat memenuhi
permintaan.
Untuk memfasilitasi petani dalam penyaluran hasil panen,
pemerintah Kota Depok pada tahun 2008 telah mendirikan pabrik
pengolahan belimbing di Kelurahan Sawangan Baru. Namun
sampai saat ini pabrik pengolahan ini belum beroperasi.
C.3. Budidaya Jambu Biji di Kota Depok
1. Kondisi Umum
Dalam budidaya tanaman jambu biji angin berperan dalam
penyerbukan, namun angin yang kencang dapat menyebabkan
kerontokan pada bunga. Tanaman jambu biji merupakan tanaman
daerah tropis dan dapat tumbuh didaerah subtropis dengan
intensitas curah hujan yang diperlukan berkisar antara 1000-2000
mm/tahun dan merata sepanjang tahun Tanaman jambu biji dapat
93
tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu
sekitar 23-28 oC di siang hari. Kekurangan sinar matahari dapat
menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna (kerdil), yang
ideal musim berbunga dan berbuah pada waktu musim kemarau
yaitu sekitar bulan Juli September sedang musim buahnya terjadi
bulan Nopember-Februari bersamaan musim penghujan.
Jambu biji merupakan tanaman yang sangat toleran pada
cekaman lingkungan seperti kekeringan, lahan berbatu dan pH
yang rendah yaitu pada pH 4.5-8. Menurut Ashari (1995) jambu biji
dapat tumbuh didaerah tropik pada ketinggian 0-1500 meter dpl.
Pada pertumbuhan Jambu biji ini pH yang optimum adalah 5-7
dengan tanah yang berdrainasi baik dan banyak mengandung
bahan organik. Disamping itu kelembaban mempengaruhi karena
kelembaban udara sekeliling cenderung rendah karena
kebanyakan tumbuh didataran rendah dan sedang. Apabila udara
mempunyai kelembaban yang rendah, berarti udara kering karena
miskin uap air. Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan
tanaman jambu biji.
2. Sistem Budidaya
Sejumlah tindakan yang dilakukan para petani Jambu Biji di
Kota Depok mengikuti sistem budidaya yang dianggap paling baik
yang sesuai dengan kondisi tanah dan iklim setempat. Langkah
tindakan tersebut sebagai berikut.
94
a. Pembibitan
Pembibitan pohon jambu biji dilakukan melalui sistem
pencangkokan dan okulasi, walaupun dapat juga dilakukan
dengan cara menanam biji dengan secara langsung. Berikut ini
beberapa tahap pembibitan dalam budidaya jambu biji yang
umumnya dilakukan.
1) Persyaratan benih
Benih yang diambil biasanya dipilih dari benih-benih
yang disukai oleh masyarakat konsumen yang merupakan
bibit unggulan seperti jambu bangkok. Bibit yang baik
antara lain yang berasal dari a) Buah yang sudah cukup
tua b) Buahnya tidak jatuh hingga pecah c) Pengadaan
bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan
adanya persarian bersilang.
2). Penyiapan Benih,
Setelah buah dikupas dan diambil bijinya, lalu
disemaikan dengan jalan fermentasi biasa (ditahan selama
1-2 hari) sesudah itu di angin-anginkan selama 24 jam
(sehari semalam). Biji tersebut direndam dengan larutan
asam dengan perbandingan 1:2 dari air dan larutan asam
yang terdiri dari asam chlorida (HCl) 25 persen Asam
Sulfat (H2S04) BJ : 1.84, caranya direndam selama 15
95
menit kemudian dicuci dengan air tawar yang bersih
sebanyak 3 kali berulang/dengan air yang mengalir selama
10 menit, kemudian dianginkan selama 24 jam. Untuk
menghidari jamur, biji dapat dibalur dengan larutan Dithane
45, Attracol 70 WP atau fungisida lainnya. Setelah batang
pokok telah mencapai ketinggian 5-6 meter bibit yang
disemaikan baru dapat dilakukan okulasi /cangkok yang
kira-kira telah bergaris tengah 1 cm dan tumbuh lurus,
kemudian dengan menggunakan pisau okulasi dilakukan
pekerjaan okulasi dan setelah selesai pencangkokan
ditaruh dalam media tanah baik dalam bedengan maupun
didalam pot/kantong plastik, setelah tanaman sudah cukup
kuat baru dipindah kelokasi yang telah disiapkan.
3) Teknik Penyemaian Benih
Pilih lahan yang gembur dan sudah mendapat
pengairan serta mudah dikeringkan disamping itu mudah
diawasi untuk penyemaian. Cara penyemaian adalah
sebagai berikut: tanah dicangkul sedalam 20-30 cm sambil
dibersihkan dari rumput-rumput, batu-batu dan sisa
pepohonan dan benda keras lainnya, kemudian tanah
dihaluskan sehingga menjadi gembur dan dibuat
bedengan yang berukuran lebar 3-4 m dan tinggi sekitar
30 cm, panjang disesuaikan dengan lahan yang ideal
96
sekitar 6-7 m, dengan keadaan bedengan membujur dari
utara ke selatan, supaya mendapatkan banyak sinar
matahari, dengan jarak antara bedeng satu meter, dan
untuk menambah kesuburan dapat diberi pupuk hijau,
kompos/pupuk kandang sebanyak 40 kg atau satu karung
dengan keadaan sudah matang dan benih siap
disemaikan. Selain melalui proses pengecambahan biji
juga dapat langsung ditunggalkan pada bedeng-bedeng
yang sudah disiapkan, untuk menyiapkan pohon pangkal
lebih baik melalui proses pengecambahan. Biji-biji tersebut
ditanam pada bedeng-bedeng yang berjarak 20-30 cm
setelah berkecambah sekitar umur 1-2 bulan, sudah
tumbuh daun sekitar 2- 3 helai maka bibit dapat
dipindahkan dari bedeng persemaian ke bedeng
penanaman.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Pemberian pupuk kandang sebelum disemaikan
akan lebih mendorong pertumbuhan benih secara cepat
dan merata, setelah bibit mulai berkecambah sekitar umur
1-1,5 bulan. Setelah itu dilakukan penyiraman pagi-sore
secara rutin, hingga kecambah dipindah ke bedeng
pembibitan, penyiraman dilakukan cukup 1 kali tiap pagi
hari sampai menjelang mata hari terbit
97
5) Pemindahan Bibit
Cara pemindahan bibit yang telah berkecambah
atau telah di cangkok maupun diokulasi dapat dengan
mencungkil atau membuka plastik yang melekat pada
media penanaman dengan cara hati-hati jangan sampai
akar menjadi rusak, dan pencungkilan dilakukan dengan
kedalaman 5 cm, agar tumbuh akar lebih banyak maka
dalam penanaman kembali akar tunggangnya dipotong
sedikit untuk menjaga terjadinya penguapan yang
berlebihan, kemudian lebar daun dipotong separuh.
Ditanam pada bedeng pembibitan dengan jarak 6-7 m dan
ditutupi dengan atap yang dipasang miring lebih tinggi di
timur, dengan harapan dapat lebih banyak kena sinar mata
hari pagi. Dilakukan penyiraman secara rutin tiap hari 2
kali, kecuali ditanam pada musim penghujan.
b. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Sebagai salah satu syarat dalam mempersiapkan
lahan kebun buah-buahan khususnya Jambu biji dipilih
tanah yang subur, banyak mengandung unsur nitrogen,
meskipun pada daerah perbukitan tetapi tanahnya subur,
dilakukan dengan cara membuat sengkedan (teras) pada
bagian yang curam, kemudian untuk menggemburkan
98
tanah perlu di bajak atau cukup dicangkul dengan
kedalaman sekitar 30 cm secara merata. Selanjutnya diberi
pupuk kandang dengan dosis 40 kg/m persegi, kemudian
dibuatkan bedengan dengan ukuran 1,20 m yang
panjangnya disesuaikan dengan ukuran yang diperlukan.
2) Pembukaan Lahan
Tanah yang akan dipergunakan untuk kebun jambu
biji dikerjakan semua secara bersama, tanaman
pengganggu seperti semak-semak dan rerumputan
dibuang, dan benda-benda keras disingkirkan kemudian
tanah dibajak atau dicangkul dalam, dengan
mempertimbangkan bibit yang mau ditanam. Bila bibit
berasal dari cangkokan pengolahan tanah tidak perlu terlalu
dalam (30 cm), tetapi bila hasil okulasi perlu pengolahan
yang cukup dalam (50 cm). Kemudian dibuatkan saluran air
selebar 1 meter dan ke dalam disesuaikan dengan
kedalaman air tanah, guna mengatasi sistem pembuangan
air yang kurang lancar.
3) Pembentukan Bedengan
Tanah yang telah gembur, dibuatkan bedeng-bedeng
yang berukuran 3 m lebar, panjang sesuai dengan
kebutuhan, tinggi sekitar 30 cm. Bagian atas tanah
99
diratakan guna menopang bibit yang akan ditanam.
Idealnya jarak baris penanaman benih sekitar 4 meter,
dipersiapakan jarak didalam baris bedengan sepanjang 2,5
meter dengan keadaan membujur dari utara ke selatan,
supaya mendapatkan banyak sinar matahari pagi, setelah
diberi atap pelindung dengan jarak antara bedeng 1 meter,
untuk sarana lalulintas para pekerja dan dapat digunakan
sebagai saluran air pembuangan, untuk menambah
kesuburan dapat diberi pupuk hijau, kompos/pupuk
kandang yang sudah matang.
4) Pengapuran
Pengapuran dilakukan apabila dataran yang berasal
dari tambak dan juga dataran yang baru terbentuk tidak
bisa ditanami, selain tanah masih bersifat asam juga belum
terlalu subur. Caranya dengan menggali lubanglubang
dengan ukuran 1 x 1 m, dasar lobang ditaburkan kapur
sebanyak 0,5 liter untuk setiap lubang, guna menetralkan
pH tanah hingga mencapai 4,5-8,2. Setelah 1 bulan dari
penaburan kapur diberi pupuk kandang.
5) Pemupukan
Setelah jangka waktu 1 bulan dari pemberian kapur
pada lubang-lubang yang ditentukan kemudian diberikan
100
pupuk kandang dengan urutan pada bulan pertama diberi
NPK. Pemupukan merupakan bagian terpenting yang
peggunaannya tidak dapat sembarangan, terlebih-lebih
kalau menggunakan pupuk buatan seperti NPK, kalau
dilakukan berlebihan akan berakibat adanya perubahan
sifat dari pupuk menjadi racun yang akan membahayakan
tanaman itu sendiri.
c. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman
Setelah terjadi proses perkecambahan biji yang
telah cukup umur ditempatan pada bedeng-bedang yang
telah siap. Untuk menghindari sengatan sinar matahari
secara langsung dibuat atap yang berbentuk miring lebih
tinggi ke timur dengan maksud supaya mendapatkan sinar
matahari pagi hari secara penuh.
2) Pembuatan Lubang Tanaman
Pembuatan lubang pada bedeng-bedeng yang telah
siap untuk tempat penanaman bibit jambu biji yang sudah
jadi dilakukan setelah tanah diolah secara matang
kemudian dibuat lubang-lubang dengan ukuran 1 x 1 x 0,8
m yang sebaiknya telah dipersiapkan 1 bulan sebelumnya
dan pada waktu penggalian tanah yang diatas dan yang
101
dibawah dipisahkan, nantinya akan dipergunakan untuk
penutup kembali lubang yang telah diberi tanaman,
pemisahan tanah galian tersebut dibiarkan selama 1
minggu dimaksudkan agar jasad renik yang akan
mengganggu tanaman musnah sedangkan jarak antar
lubang sekitar 7-10 m.
3) Cara Penanaman
Setelah berlangsung selama 1 pekan lubang ditutup
dengan susunan tanah seperti semula dan tanah di bagian
atas dikembalikan setelah dicampur dengan 1 blek (1 blek ±
20 liter) pupuk kandang yang sudah matang, dan kira-kira 2
pekan tanah yang berada di lubang bekas galian tersebut
sudah mulai menurun baru bibit jambu biji ditanam,
penanaman tidak perlu terlalu dalam, maksudnya batas
antara akar dan batang jambu biji diusahakan setinggi
permukaan tanah yang ada disekelilingnya. Kemudian
dilakukan penyiraman secara rutin 2 kali sehari (pagi dan
sore), kecuali pada musim hujan tidak perlu dilakukan
penyiraman. Pada awal penanaman di kebun perlu diberi
perlindungan yang rangkanya dibuat dari bambu/bahan lain
dengan dipasang posisi agak tinggi disebelah timur, agar
tanaman mendapatkan lebih banyak sinar matahari pagi
dari pada sore hari, dan untuk atapnya dapat dibuat dari
102
daun nipah, kelapa/tebu. Sebaiknya penanaman dilakukan
pada awal musim penghujan, agar kebutuhan air dapat
dipenuhi secara alamiah.
a. Pemeliharaan Tanaman
Meskipun penanaman jambu biji mampu tumbuh dan
menghasilkan tanpa perlu diperhatikan keadaan tanah dan
cuaca yang mempengaruhinya tetapi akan lebih baik apabila
keberadaannya diperhatikan, karena tanaman yang
diperhatikan dengan baik akan memberikan imbalan hasil yang
memuaskan.
1) Penjarangan dan Penyulaman
Karena kondisi tanah telah gembur dan mudah
tanaman lain akan tumbuh kembali terutama Gulma
(tanaman pengganggu), seperti rumput-rumputan dan harus
disiangi sampai radius 1,5-2 m sekeliling tanaman rambutan.
Apabila bibit tidak tumbuh dengan baik segera dilakukan
penggantian dengan bibit cadangan. Dan apabila tumbuh
tanaman terlalu jauh jaraknya maka perlu dilakukan
penyulaman dan sebaliknya apabila tumbuhnya sangat
berdekatan penjarangan.
103
17
2) Penyiangan
Selama 2 minggu setelah bibit yang berasal dari
cangkokan/okulasi ditanam di lahan perlu penyiangan
dilakukan hanya pada batang dahan tua (warna coklat)
dengan dahan muda (warna hijau) dan apabila buah terlalu
banyak, tunas yang ada dalam satu ranting bisa dikurangi,
dengan dikuranginya tunas yang tidak diperlukan akan
berakibat buah menjadi besar dan menjadi manis rasanya.
Khusus jambu non biji dengan membatasi percabangan
buahnya maksimal 3 buah setelah panjang 30-50 cm
dilakukan pangkasan, dan setelah tumbuh cabang tersier
segera dilenturkan ke arah mendatar, guna untuk
merangsang tunas bunga dan buah yang akan tumbuh.
3) Pembubunan
Supaya tanah tetap gembur dan subur pada lokasi
penanaman bibit jambu biji perlu dilakukan pembalikan dan
penggemburan tanah supaya tetap dalam keadaan lunak.
4) Pemangkasan
Agar tanaman jambu biji mendapatkan tajuk yang
rimbun, setelah tanaman berumur 2 tahun segera dilakukan
pemangkasan pada ujung cabangcabangnya. Disamping
untuk memperoleh tajuk yang seimbang juga berguna
10418
memberi bentuk tanaman, juga memperbanyak dan
mengatur produksi agar tanaman tetap terpelihara dan
pemangkasan juga perlu dilakukan setelah masa panen
buah berakhir, dengan harapan agar muncul tajuk-tajuk
baru sebagai tempat munculnya bunga baru pada musim
berikutnya dengan hasil lebih meningkat atau tetap stabil
keberadaannya.
5) Pemupukan
Usaha menjaga agar kesuburan lahan tanaman
jambu biji tetap stabil perlu diberikan pupuk secara berkala.
Untuk menjaga kesuburan tanah pada lahan jambu biji,
tanah disekitar jambu biji perlu diberikan pupuk. Biasanya
pupuk yang diberikan adalah pupuk organik (kandang) dan
pupuk anorganik ( NPK, KCL,KCL dan lain-lain). Agar
tanaman jambu biji tetap memiliki buah produktif, baiknya
digunakan pupuk yang sudah matang dan di tanam dengan
jarak 30 centimeter dari tanaman.
6) Pengairan dan Penyiraman
Selama dua minggu pertama setelah bibit yang
berasal dari cangkokan atau okulasi ditanam, penyiraman
dilakukan sebanyak dua kali sehari, pagi dan sore. Minggu-
minggu berikutnya penyiraman dapat dikurangi menjadi satu
105
kali sehari. Apabila tanaman jambu biji telah tumbuh benar-
benar kuat frekuensi penyiraman bisa dikurangi lagi yang
dapat dilakukan saatsaat diperlukan saja. Dan bila turun
hujan terlalu lebat diusahakan agar sekeliling tanaman tidak
tegenang air dengan cara membuat lubang saluran untuk
mengalirkan air. Sebaliknya pada musim kemarau tanah
kelihatan merekah maka diperlukan penyiraman.
7) Panen
Jambu biji merah Getas dapat berbuah sepanjang
tahun hal ini menjadi alasasan kenapa banyak
dibudidayakan oleh petani disamping memiliki manfaat yang
beranekaragam, puncak musim berbuah yaitu pada bulan
Januari sampai Maret. Ciri-ciri jambu biji yang sudah
matang biasanya terlihat menjadi warna hijau muda ke putih
putihan dan aroma jambu biji sudah mulai tercium. Pohon
dapat berbuah maksimum setelah 5-8 tahun tergantung
pada kondisi jarak tanam. Masa pertumbuhan dari jambu biji
sangat panjang bisa mencapai 40 tahun, tetapi tanaman ini
dapat berbuah lebat selama 15-25 tahun.
b. Pengendalian Hama dan Penyakit
106
19
Tanaman jambu biji merupakan tanaman yang cukup rentan
terhadap gangguan hama dan penyakit. Gangguan hama atau
penyakit pada tanaman jambu biji mulai fase pembibitan, tanaman
muda, hingga tanaman yang sudah berbunga dan berbuah.
Penyakit yang sering mengganggu adalah pohon jambu biji adalah
sebagai berikut:
1) Hama
Hama sangat menggangu pada pertumbuhan jambu biji,
jenis hama yang sering dijumpai adalah seperti ulat daun
(trabala pallida), ulat keket (Ploneta diducta). Sedangkan untuk
semut dan tikus. Pengendaliannya adalah dengan
penyemprotan Furadan sedangkan kalong dan bajing
keberadaan serangga ini dipengaruhi faktor lingkungan baik
lingkungan biotik maupun abiotik, dimana yang termasuk faktor
biotik seperti persediaan makanan sehingga untuk
pengendaliannya adalah dengan menggunakan musuh secara
alami.
Hama lain yang sering muncul adalah Ulat putih gejala
yang timbul seperti buah menjadi berwarna putih hitam,
pengendaliannya dilakukan penyemprotan dengan insektisida
yang sesuai sebanyak 2 kali seminggu hingga satu bulan
sebelum panen penyemprotan dihentikan dan untuk ulat
penggerek batang (Indrabela Sp) yang membuat kulit kayu dan
107
mampu membuat lubang sepanjang 30 cm. Pengendaliannya
sama dengan ulat putih sedangkan untuk ulat jengkal (Berta
chrysolineate) atau ulat pemakan daun muda, berbentuk seperti
tangkai daun berwarna cokelat dan beruas-ruas, gejala yang
timbul yakni pinggiran daun menjadi kering, keriting berwarna
cokelat kuning. Pengendalian yang dilakukan adalah sama
dengan ulat putih.
2) Penyakit
Penyakit yang sering timbul adalah seperti 1)
Penyakit karena ganggang (Cihephaleusos Vieccons)
menyerang daun tua dan muncul pada musim hujan.
Gejalanya adalah adanya bercak bercak kecil dibagian atas
daun disertai seratserat halus berwarna jingga yang
merupakan kumpulan sporanya. Pengendalian yang
dilakukan adalah dengan 1) menyemprotkan fungisida seperti
Dusband, Curacon dan Decis dan Basudin. 2) Jamur
Ceroospora psidil, Jamur karat poccinia psidil, Jamur allola
psidil, gejala yang timbul adalah bercak pada daun berwarna
hitam. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan
menyemprotkan fungisida seperti Dusband, Curacon dan
Decis dan Basudin, 3) Penyakit karena cendawan (jamur)
Rigidoporus Lignosus, gejala yang timbul adalah rizom
berwarna putih yang menempel pada akar dan apabila akar
108
yang kena dikupas akan nampak warna kecoklatan.
Pengendalian yang dilakukan adalah dengan menyemprotkan
fungisida seperti Dusband, Curacon dan Decis dan Basudin
3) Gulma
Segala macam tumbuhan pengganggu tanaman
jambu biji yang berbentuk rerumputan yang berada disekitar
tanaman jambu biji yang mengganggu. Gejala yang timbul
adalah timbulnya bercak pada daun berwarna hitam.
Pengendalian yang dilakukan adalah dengan
menyempotakan fungisida seperti Dusband, Curacon dan
Decis dan Basudin.
c. Pasca Panen
Setelah dilakukan pemanenan yang benar buah jambu
biji harus dikumpulkan secara baik, biasanya dikumpulkan tidak
jauh dari lokasi pohon sehingga selesai pemanenan secara
keseluruhan. Hasil panen selanjutnya dimasukkan dalam
keranjang dengan diberi dedauan menuju ke tempat
penampungan yaitu dalam gudang/gubug. Penyortiran dan
penggolongan bertujuan untuk menyortir buah jambu biji
dimaksudkan jambu yang bagus mempunyai harga jualnya
tinggi.
109
Biasanya dipilih berdasarkan ukuran dan mutunya, buah
yang kecil tetapi baik mutunya dapat dicampur dengan buah
yang besar dengan mutu sama, yang biasanya dijual dalam
bentuk kiloan dan perlu diingat bahwa dalam penyortiran
diusahakan sama besar dan sama baik mutunya. Penyortiran
dilakukan sesuai dengan jenis jambu biji, jangan digabung
dengan jenis yang lain. Penyimpanan jambu biji biasanya tidak
terlalu lama mengingat daya tahan jambu biji tidak bisa terlalu
lama dan sementara belum terjual, dapat ditampung dalam
gubug-gubug atau gudang agar terhindar dari gangguan.
C.4. Produk Olahan Belimbing dan Jambu Biji Depok
Ide awal pengolahan belimbing ini muncul ketika melihat
banyak buah belimbing yang terbuang percuma karena memang
tak layak jual, tetapi masih memiliki kualitas cukup bagus. Maka
muncul ide untuk memanfaatkannya menjadi dodol, jus, sirup, dan
manisan.
a. Jus dan Sirup serta Sari Buah Belimbing dan Jambu Biji.
Nenas dan Wortel.
Belimbing Depok selain bisa dimakan secara
langsung, buah ini juga bisa diolah menjadi jus dan sirup.
Demikian juga dengan Jambu biji.
110
21
Jambu biji yang juga dikenal dengan sebutan jambu
batu atau jambu klutuk memiliki warna hijau dan
kuning.Daging buah jambu umumnya berwarna putih dan
merah dan di dalamnya terdapat banyak biji. Rasanya yang
asam dan manis membuatnya nikmat dijadikan jus sebagai
minuman pelepas dahaga. Jus jambu selain menyegarkan
tenggorokan memiliki banyak khasiat untuk kesehatan.
Buah, kulit dan biji jambu mengandung vitamin C yang
sangat tinggi bahkan jauh lebih tinggi dibandingkan jeruk,
pepaya atau pisang. Kandungan vitamin C jambu biji
mencapai puncaknya menjelang matang. Hanya dengan
satu buah jambu biji saja dapat mencukupi kebutuhan
harian vitamin C Anda. Selain vitamin C, jambu biji juga
mengandung betakaroten vit A, B1, E serta senyawa lain
yang baik untuk tubuh. Maka itu, jus jambu biji dipercaya
bisa menurunkan kolesterol yang tinggi dalam tubuh. Hal ini
berkat kandungan serat terutama pektin dalam jambu biji
yang mampu mengikat kolesterol dan asam empedu dalam
tubuh serta membantu mengeluarkannya.
Tingginya kadar vitamin C dalam jambu biji dipercaya
bisa melawan berbagai infeksi serta mencegah tubuh agar
tidak mudah terserang penyakit seperti flu, batuk, demam,
serta dapat berfungsi sebagai antidiare. Selain itu, jambu
111
juga menjaga dan mencegah anemia sariawan gusi yang
bengkak dan berdarah serta mencegah tanggalnya gigi.
Bahkan, jus jambu dipercaya dapat meningkatkan trombosit
sehingga sangat baik diminum oleh penderita DBD.
Sedangkan potasium dalam jambu biji bermanfaat
menurunkan tekanan darah tinggi hipertensi serta dapat
membuat jantung berdenyut lebih teratur dan mengaktifkan
kontraksi otot serta mengatur pengiriman zat-zat gizi lainnya
ke sel-sel tubuh lainnya. Selain manfaat di atas jus jambu
juga berkhasiat mengatasi keriput. Hasil penelitian di
Amerika terhadap 4.000 wanita usia 40-74. Wanita yang
mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah banyak memiliki
keriput lebih sedikit dibanding karena produksi kolagennya
menjadi lebih baik berkat vitamin C.
Jus dan sirup bukan merupakan inovasi baru atau
lebih tepat merupakan pengembangan karena seperti halnya
buah-buah lain seperti halnya buah alpukat, pepaya, nenas
dan lainnya.
Upaya masyarakat Depok untuk mencari inovasi baru
dalam mengembangkan produk olahan antara lain tercermin
dalam kreasi pengolahan sari buah belimbing. Bahan baku
utama yang digunakan dalam pembuatan sari buah adalah
belimbing. Selain belimbing perusahaan juga memproduksi
112
sari buah jambu biji dan wornas (wortel-nanas) sebagai varian
produknya. Akan tetapi jumlahnya kecil dengan proporsi 70
persen belimbing : 20 persen jambu biji : 10 persen wornas.
Tahapan yang dilakukan dalam proses pengolahan
sari buah terdiri dari; penerimaan bahan baku, sortasi dan
pencucian buah, penghancuran buah dan penyaringan,
pemasakan sari buah dan pengemasan. Namun jika terjadi
kelebihan pasokan belimbing, setelah proses penyaringan
dilakukan penyimpanan pada frezeer dengan wadah plastik
transparan sebagai persediaan.
Urutan proses pengolahan sari buah Belimbing secara
terperinci seperti berikut ini.
1) Penerimaan Bahan Baku
Bahan baku utama yaitu belimbing varietas Dewa-
Dewi kualitas C atau kualitas terendah. Suplai bahan
baku berasal dari Puskop (Pusat Koperasi) dan petani
langsung yang bermitra dengan perusahaan dengan
kisaran harga Rp. 1.500,00 jika panen raya dan Rp.
4.000,00 di luar panen raya. Permasalahan yang muncul
dalam pengadaan bahan baku yaitu produksi belimbing
yang melimpah pada saat panen raya dan kelangkaan di
luar panen raya. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut perusahaan mengolah kelebihan input menjadi
113
puree (bubur) untuk disimpan sebagai persediaan.
Bahan baku penolong yaitu terdiri dari gula pasir, natrium
benzoat dan asam sitrat. Perusahan membeli bahan-
bahan tersebut di toko penjual Tambahan Bahan
Makanan yang berada di daerah Depok dan Jakarta
Timur. Bahan lainnya seperti botol palastik dan label
kemasan diperoleh dari produsen yang berada di Jakrta
Selatan. Belimbing yang diterima selanjutnya disortasi.
Hal ini untuk menghindari kebusukan. Sortasi dilakukan
untuk memisahkan buah yang busuk dan buah yang
masih muda. Setelah proses sortasi, maka dilakukan
pencucian belimbing kemudian dipotong membujur.
2) Penghancuran Buah
Buah yang telah dicuci dan dipotong kemudian
dihancurkan menggunakan blender hingga menjadi bubur
buah. Pengenceran bubur buah dilakukan dengan
menambahkan air dengan perbandingan 1:3, yaitu satu
liter bubur buah dengan tambahan 3 liter air masak.
Selanjutnya bubur buah ditiriskana untuk memisahkan
ampas dengan sari buahnya.
114
101
4) Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan jika terjadi kelebihan
belimbing yang diterima. Setelah proses penyaringan
bubur buah belimbing dimasukkan ke dalam plastik lalu
dimasukkkan ke dalam frezeer hingga beku sehingga
bubur buah menjadi tahan lama. Suhu yang digunakan
mencapai -15oC.
5) Pemasakan Sari Buah
Sari buah yang dihasilkan dimasak sampai
mendidih kemudian dicampur dengan gula, natrium
benzoat dan asam sitrat. Asam sitrat berfungsi untuk
menjaga pH dalam larutan sari buah agar tetap berada
pada tingkat keasaman yang sesuai. Proses pemasakan
berlangsung 1-2 jam hingga suhu mencapai 100oC.
6) Pengemasan
Larutan sari buah yang telah dimasak dan
didinginkan kemudian dimasukkan ke dalam botol.
Kemasan yang digunakan yaitu kemasan botol
berukuran 250 mililiter. Pemilihann bahan kemasan
disesuaikan dengan aspek kesehatan dan lingkungan.
Botol plastik yang digunakan harus dapat menahan
panas dari sari buah yang melalui proses pemasakan.
115
Setelah jus dimasukkan ke dalam botol, maka
botol di pasteurisasi denngan direndam air sebatas leher
botol hingga dingin. Selanjutnya botol siap diberi label
dan dilakukan pengepakan ke dalam kardus. Satu karton
berisi 24 botol jus buah yang siap untuk dipasarkan.
b. Dodol dan Keripik Belimbing
Beberapa warga Depok yang kreatif, mengolah
belimbing ini menjadi dodol dan keripik belimbing. Sosok
pelopor dodol belimbing adalah Maria Gigih Sandy, warga
Sawangan Baru, Kecamatan Sawangan. Maria mulai
mengolah belimbing menjadi dodol sejak 2009. Selama dua
tahun, semakin banyak ibu-ibu yang berminat untuk
menggeluti usaha tersebut. Alhasil produk olahan belimbing
ini mampu memberikan pemasukan tambahan buat
keluarga.
Melalui tangan Maria dan Kelompok Usaha Bersama
(KUB) buah belimbing disulap menjadi dodol yang memiliki
citarasa khas. KUB yang merintis pembuatan dodol ini
adalah KUB Kenanga dan KUB Harapan Sejahtera Abadi.
Maria yang juga menjadi pengurus Ikatan Pengusaha Wanita
Indonesia (Iwapi) Depok ini ingin terus mengembangkan
kreativitas yang berbahan dasar belimbing dan buah lainnya.
Kini, produk dodol belimbing hasil kreativitas KUB sudah
116
bisa dinikmati penyuka kuliner. Bahkan dodol belimbing
sudah mulai banyak diminati para pecinta jajanan di Kota
Depok dan sekitarnya. Maria menjelaskan, awal produksi
seminggu hanya sekitar 5 kg, akan tetapi kini produksi
meningkat menjadi 25 kg seminggu atau 100 kg dalam
sebulan.
“Kami bersyukur karena dodol yang kami buat
mendapat sambutan positif dari masyarakat Depok, bahkan
di luar Depok,” ujar Maria. Tentu saja kesukesan ini
merupakan kerja keras semua anggota KUB mayoritas
kalangan ibu-ibu yang belum memiliki aktivitas tetap.
Bahkan, katanya, salah satu pelanggan dodol Depok
sengaja memesan dodol belimbing untuk dibawa ke
Belanda. Ini menggambarkan, dodol belimbing sudah
diminati banyak kalangan.
Dodol belimbing ini juga dipasarkan di kios Jalan
Raya Margonda, Terminal Depok, Masjid Kubah Emas, dan
Rumah 99. Ke depan sejumlah outlet pun siap memasarkan
Bakery. Pada bulan puasa lalu, omzet penjualan dodol
mencapai Rp6 juta. Omzet itu dari hari ke hari semakin
meningkat karena semakin banyak orang memburu
makanan dodol belimbing buatan warga Depok ini. Kini
dodol belimbing seperti Soes Merdeka, Teratai Bakery, dan
117
Eny semakin hari, dodol mereka semakin diminati oleh
banyak orang para ibu-ibu ini semakin bersemangat untuk
meningkatkan produksi dodol ini.
Proses pembuatan dodol belimbing ini tak
memerlukan alat atau biaya produksi yang tinggi. Sebab,
proses pembuatan dodol belimbing ini hanya mengandalkan
peralatan rumah tangga yang ada. Jadi, kaum ibu-ibu yang
ingin belajar membuat dodol ini tak perlu khawatir dengan
perlengkapan yang harus digunakan karena rata-rata semua
telah tersedia di rumah.
Dari segi modal pembuatan dodol, di dalam KUB ini
juga mengandalkan swadaya dari para anggota. Untuk
skala produksi besar, pembuatan dodol belimbing
membutuhkan biaya produksi yang tinggi. Namun para
anggota KUB bisa mengatasinya dengan swadaya tanpa
harus mengandalkan bantuan dari mana pun. Pasokan
buah belimbingnya diambil dari para petani sekitar yang
memiliki kebun belimbing.
Untuk pemasaran, selama ini Maria tak mengalami
kendala berarti karena telah memiliki segmen pasar yang
jelas. Sejumlah supermarket juga siap menampung hasil
produksi KUB ini. Maka itu, ke depan produk olahan dari
118
belimbing yang menjadi ikon Kota Depok ini akan semakin
menjajikan.
Produk olahan belimbing ini pun tidak hanya dijual di
dalam negeri. Tetapi di ekspor ke luar negeri seperti Bahrain,
Dubai, Abudabi, Singapura, Malaysia bekerja sama dengan
Kementerian Perdagangan RI. Dari total produk olahan yang
ada, dalam sebulan omzet KUB ini bisa mencapai Rp60 juta.
Keuntungan yang masuk ini dibagi untuk semua anggota
setelah dipotong biaya produksi.
Untuk memberikan kemudahan dalam permodalan ke
depan, KUB ini juga mendirikan koperasi. Melalui koperasi
ini diharapkan mampu menjadi solusi bagi anggota yang
kesulitan dalam hal permodalan. Dana koperasi ini diambil
dari sejumlah keuntungan penjualan. KUB optimis usaha
home industry ini akan terus berkembang dan mampu
meningkatkan kesejahteraan para anggotanya.
“Yang sangat dibutuhkan dalam kreativitas ini adalah
kemauan dan tekad yang kuat untuk berhasil. Pasalnya
selama ini banyak pihak yang mengerjakan suatu usaha
hanya karena sekadar coba-coba dan mengerjakannya
setengah hati. Dibutuhkan keseriusan setiap melakukan
usaha apa pun,” jelas Maria. Selain menjadi pemasukan
tambahan bagi para ibu-ibu di Sawangan, melalui kreativitas
119
ini diharapkan mampu memberdayakan para ibu-ibu rumah
tangga lain. Pemberdayaan ini diharapkan memberikan
manfaat positif sehingga mereka memiliki aktivitas yang
bermanfaat dan menghasilkan (Hasil Wawancara dengan
Ibu Maria Singgih, 1 Juli 2012)
Menurut Ibu Endah, salah satu anggota kelompok
kerja Kenanga penghasil Dodol Belimbing dan Jambu
Merah, makanan baru khas Depok yaitu dodol berasal dari
buah Belimbing dan Buah Jambu Merah. Dodol Belimbing
dan Jambu Merah memiliki kemasan dengan harga
beragam. Dari harga Rp. 6000, Rp. 12.000, dan Rp. 25.000.
“Kita menerima pesanan kiloan,” kata Bu Endah.
“Sedangkan harga per-kgnya sekitar Rp. 60.000,-“ jelas bu
Endah. (Hasil Wawancara dengan Ibu Endah, 30 Juni 2012).
Ibu Endah menjelaskan produk dodol adalah buatan
kelompok Usaha Bersama (KUB) Kenanga dan KUB Dewa
yang berlokasi di kecamatan Sawangan Depok. Ide awal dari
pembuatan produk ini adalah memanfaatkan belimbing yang
terlalu masak atau kualitas C. Dengan modal awal semua
bahan sekitar Rp. 85.000, menghasilkan 2,8 kg dodol
dengan harga kurang lebih Rp. 168.000,- Untuk penyediaan
bahan baku belimbing, Ibu Endah mengaku tidak ada
kendala. Karena sudah terdapat kerjasama dengan pusat
120
Koperasi Pasir Putih yang menampung pembelian dari
petani Belimbing.
Ibu Endah mengaku pernah mengalami hambatan
sebelum akhirnya menemukan resep dodol saat ini.
Sebelumnya dodol tidak bisa bertahan lama. Hanya dengan
2 minggu, dodol sudah berbau tengik. Setelah beberapa kali
uji coba, dengan menambah dan mengurangi komposisi,
mengurangi atau menambah waktu pemasakan dan
perubahan cara pengolahan akhirnya ditemukan dodol yang
bisa bertahan sampai 2 bulan tanpa bahan pengawet.
Kendala yang secara umum dihadapi adalah masalah
pemasaran yang baru dari mulut ke mulut dan bantuan dari
UKM salah satunya UKM yang menghasilkan Winner Jus
Belimbing, pimpinan Ibu Maria.
121
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
A.1. Optimalisasi Peran Pemerintah Daerah dalam
Memberdayakan Petani Belimbing dan Jambu Biji Kota
Depok
1. Menyusun Konsep Lahan Petanian Urban Kota Depok
Depok, seperti halnya perkotaan yang lainnya, lahan
pertanian banyak yang tergerus dan berubah fungsi. Pentingnya
lahan pertanian perkotaan menjadi syarat wajib bagi suatu
wilayah perkotaan, sebagai salah satu bagian dari tata ruang
hijau kota, merupakan suatu persoalan yang harus dipahami
bersama.
Demikian diungkapkan Widyati Riyandani, Plt. Dinas
Pertanian dan Perikanan, Pemkot Depok ini di kantornya.
Menurutnya, lahan pertanian di Kota Depok menjadi kendala
utama dalam pengembangan usaha pertanian, untuk itu, konsep
yang diterapkan oleh Dinas Pertanian dan Perikanan Pemkot
Depok adalah “Konsep Pertanian Perkotaan”. Konsep Pertanian
Perkotaan adalah sebuah konsep yang memanfaatkan luas
122
lahan yang terbatas untuk budidaya komoditas pilihan yang
memiliki nilai tambah. “Luas lahan pertanian yang menjadi
kendala menjadi peluang bagi petani” ujar Widyati. Widayati
menuturkan, Dinas Pertanian dan Perikanan Pemkot Depok
terus berupaya mendorong para petani di Kota Depok untuk
melakukan pemanfaatan lahan seoptimal mungkin melalui
pemilihan komoditas yang cocok di Kota Depok seperti
Belimbing dewa, jambu biji, anggrek maupun tanaman hias
sepeti Anggrek. Selain itu, para petani dapat melakukan
diversifikasi usaha, yaitu tidak hanya pada satu bidang saja,
misal menanam tanaman hias dan memelihara ikan hias.
Langkah teknis yang dilaksanakan oleh Distan,
diantaranya membuat kegiatan yang mengarah pada pola
pertanian perkotaan, memberikan penyuluhan pada para petani
tentang usaha-usaha/komoditas. “Kami juga melakukan fasilitasi
bagi para petani untuk memperoleh akses permodalan,
tujuannya agar para petani bisa lebih meningkat dari segala
aspek, baik produktivitas maupun manajerial”, imbuh Widyati.
Widyati mengakui, memang agak sulit untuk
mempertahankan lahan pertanian di Kota Depok agar tidak
berubah fungsi, karena menyangkut milik masyarakat. Meski,
payung hukum untuk mempertahankan lahan tersebut sudah ada
yaitu UU No. 41 tahun 2009, tentang pengendalian lahan
123
pertanian, dan sudah diamankan dalam penyusunan Rencana
Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Pemerintahan Kota Depok,
khususnya lahan basah. Selain itu, tingkat urbanisasi semakin
tinggi, akibatnya lahan pertanian makin menyusut. Widayati
berharap agar para petani di Kota Depok bisa mandiri dan tetap
mempertahankan lahan sebagai lahan pertanian serta tidak
dialih fungsikan. Selain itu, berharap Pemerintah Daerah melalui
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dapat
mengalokasikan anggaran untuk membeli lahan, agar lahan
tersebut tidak terkonversi dan berubah fungsi. (Hasil Wawancara
dengan Ka Distan Depok, 2 Juli 2012)
2. Pemberdayaan Masyarakat melalui Pertanian Perkotaan
Pemberdayaan merupakan proses berkelanjutan untuk
menuju pada tahap kesejahteraan, pemahaman pemberdayaan
masyarakat itu sendiri dapat dipandang dari berbagai sisi, namun
biasanya dibatasi dengan beberapa garis besar, seperti
pengembangan, perubahan dan pengorganisasian masyarakat.
Untuk itu Pemberdayaan masyarakat sering dikaitkan
sebagai usaha bersama-sama guna meraih capaian yang telah
disepakati. Dengan melihat besarnya potensi sumber daya alam
Depok yang mempesona, seperti masih banyak tersedia resapan
air yang dibuktikan dengan banyaknya setu yang masih
124
berfungsi sebagaimana mestinya, 40 persen lahan hijau yang
membuktikan Kota Depok masih asri dan didukung dengan
kualitas tanah yang sangat layak untuk ditanami, maka sangatlah
besar potensi peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat
melalui sektor pertanian dan perternakan.
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Depok Ibu Widyati
mengakui melihat seluruh kelebihan pihaknya akan terus
berupaya mendorong para petani dan peternak agar mampu
meningkatkan hasil usahanya. Langkah yang kita terapkan saat
ini adalah melakukan pembinaan kepada para petani dan itu
bukan hanya petani belimbing saja, petani tanaman hias pun
juga ikut merasakan pembinaan yang kami lakukan, seperti yang
dialami oleh sejumlah petani tanaman hias yang berada di
lingkungan Pengasinan Sawangan Depok.
Kota Depok juga berpeluang besar menjadi sentra usaha
pembudidayaan, baik tanaman dan perternakan. Kembali bahwa
banyak lahan yang bisa dipakai untuk usaha pembudidayaan,
ataupun menggunakan halaman pekarangan rumah sebagai
sarana pembudidayaan, sentra pembudidayaan ikan hias dan
ada tanaman hias serta burung hias berkicau yang tersebar di
seluruh penjuru Kota Depok.
Widyati juga berharap usaha pemberdayaan masyarakat
melalui bidangnya bisa dilakukan kerjasama dengan beberapa
125
OPD-OPD yang berada di Kota Depok., seperti Koperasi,
Disnakersos, UMKM dan pihak-pihak lainnya (Hasil Wawancara
dengan Ka Distan Depok, 2 Juli 2012).
3. Mengoptimalkan kemampun Petugas Penyuluh Pertanian
Dengan tujuan akhir untuk mengoptimalkan pemberdayaan
petani Pemda Kota Depok melalui Dinas Pertanian dan
Perikanan memulainya dengan mengoptimalkan kemampuan
para petugas Penyuluh Pertanian Lapangan dengan Pelatihan
dalam sistem LAKU merupakan proses belajar-mengajar bagi
penyuluh pertanian secara rutin setiap dua minggu sekali
bertempat di Balai Penyuluhan Kecamatan atau tempat lain.
Pelatihan ini difasilitasi oleh penyuluh pertanian yang menguasai
materi, maupun tenaga ahli dari lembaga/instansi lain.
Tujuan pelatihan dalam sistem LAKU adalah:
a. Menyampaikan berbagai informasi yang berkaitan dengan
pembangunan pertanian;
b. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
penyuluh pertanian, baik teori maupun praktek;
c. Meningkatkan kemampuan dalam menganalisis dan
memecahkan masalah yang dihadapi di tingkat lapangan;
dan
126
d. Meningkatkan kemampuan penyuluh pertanian dalam
menyusun perencanaan dan melaksanakan penyuluhan
pertanian.
Adapun sasaran pelatihan dalam sistem LAKU adalah
a. Disampaikannya berbagai informasi yang berkaitan
dengan pembangunan pertanian. Penyuluh pertanian
perlu menerima Informasi-informasi yang berkaitan
dengan program-program Pemerintah (pusat) maupun
pemerintah daerah. Selanjutnya disesuaikan dengan
kebutuhan pengembangan agribisnis di lapangan/petani
binaannya untuk digunakan sebagai bahan menyusun
programa penyuluhan di kelurahannya;
b. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan penyuluh
pertanian, baik teori maupun praktek. Teori yang diberikan
sesuai dengan kebutuhan petani yang dibina untuk
pengembangan agribisnisnya dan masalah-masalah yang
ditemukan di lapangan. Praktek dapat dilaksanakan di
lahan/lapangan maupun di kelas. Materi praktek
penyuluhan diarahkan agar peserta (penyuluh pertanian)
dapat berpartisipatif aktif, praktek tidak hanya mengenai
teknis budidaya saja. Materi yang dibahas dapat meliputi:
simulasi, cara-cara berbicara, cara mengajar, teknis
diskusi kelompok, membuat alat peraga dan sebagainya;
127
c. Meningkatnya kemampuan dalam menganalisis dan
memecahkan permasalahan yang dihadapi di tingkat
lapangan. Pemecahan masalah dapat berisi masalah
teknis, sosial dan ekonomi yang dihadapi petani; dan
d. Meningkatnya kemampuan penyuluh pertanian dalam
menyusun perencanaan dan melaksanakan penyuluhan
pertanian. Sasaran ini dapat dicapai melalui pelatihan
dengan output:
1) Rencana kegiatan penyuluhan dua minggu yang akan
datang yang mengacu kepada rencana kerja penyuluh
pertanian secara tertulis yang jelas dan spesifik;
2) Kesimpulan pemecahan permasalahan yang dihadapi
di tingkat lapangan;
3) Petunjuk dan saran dari tingkat Dinas Pertanian dan
Perikanan Kota Depok.
Materi pelatihan dalam sistem LAKU mencakup program-
program pembangunan yang sedang dan akan dikembangkan
daerah setempat, serta materi-materi bersifat membantu
memecahkan permasalahan petani/peternak/pekebun. Sumber
materi teknologi pertanian dapat bersumber dari Tabloid Sinar
Tani, dipilih materi yang sekiranya dapat dikembangkan di
wilayah kerja penyuluh pertanian dan materi yang dapat untuk
membantu pemecahan masalah petani/peternak/pekebun
128
setempat. Materi-materi pelatihan dirancang sampai tujuan
intruksional khusus, misalnya peserta hanya pemahaman saja,
peserta harus terampil, dan lain-lain.
Prinsip-prinsip penyelenggaraan pelatihan dalam sistem
LAKU adalah:
a. Teratur, terarah dan berkelanjutan;
b. Topik pelatihan harus aktual, faktual dan dibutuhkan oleh
petani;
c. Pembahasan materi harus mendalam;
d. Latihan mencakup teori dan praktek;
e. Latihan harus mampu memecahkan permasalahan teknis
di lapangan yang sedang dihadapi petani; dan
f. Pelatih/fasilitator/pengajar harus menguasai materi dan
metoda yang dipergunakan; dan
g. Pelatihan menggunakan metoda partisipatif.
Proses pelatihan dalam sistem LAKU sebagai berikut:
1) Diskusi umum antara penyuluh pertanian dengan
petugas instansi terkait untuk memecahkan masalah
lapangan. Petugas instansi terkait antara lain
pengamat irigasi, pengamat OPT, petugas perbankan,
petugas benih, dan lain-lain;
2) Fasilitator menyampaikan materi yang sesuai dengan
kebutuhan pemecahan masalah di lapangan;
129
3) Apabila ada materi yang harus praktek dapat dilakukan
di luar atau di dalam ruangan;
4) Evaluasi pelaksanaan rencana kerja 2 minggu yang
lalu. Caranya setiap penyuluh pertanian
menyampaikan laporan tentang kemajuan yang
dicapai dan permasalahan di lapangan untuk
dipecahkan bersama; dan
5) Menyusun rencana kerja untuk 2 minggu yang akan
datang.
4. Mengembangkan Kemitraan dan Strategi Pengembangan
Produksi belimbing di Indonesia masih rendah dan belum
memenuhi kebutuhan konsumen yang cenderung meningkat,
sehingga sangat disayangkan kalau komoditas ini tidak
dikembangkan, karena prospeknya sangat baik. Sebetulnya
tanaman belimbing relatif mudah dibudidayakan. Namun
demikian karena keterbatasan modal kerja, manajemen usaha,
dan pemasaran hasil, maka hal tersebut tidak dapat dilakukan
kalau dengan volume usaha yang luas dan lebih intensif serta
pemasaran hasil yang lebih baik. Oleh karena itu maka
pemerintah mendorong kepada para pengusaha untuk
melakukan kemitraan usaha dengan pengusaha kecil dan petani
belimbing.
130
Kalau kemitraan usaha dilakukan maka permasalahan-
permasalahan yang berkaitan dengan pendanaan, manajemen
usaha maupun pemasaran hasil dapat ditekan, selama petani
belimbing memberikan keuntungan pada perusahaan mitra
berupa produk atau pengembalian modal usaha.
Manfaat langsung dari pelaksanaan kemitraan bagi petani
dan pengusaha kalau kemitraan dapat berlangsung harmonis
yaitu adanya kepastian jaminan pasokan bahan baku serta
perasaan saling memerlukan, yang dapat meningkatkan kualitas
dan volume usaha, karena saling menguatkan, dan peningkatan
keuntungan yang berkesinambungan karena saling
menguntungkan. Namun demikian kalau kemitraan tidak
berjalan mulus maka akan terjadi ketidakseimbangan
pelaksanaan mekanisme, pola dan tingkat hubungan kemitraan
usaha yang dilakukan serta tingkat keuntungan ekonomi yang
diperoleh, sehingga manfaat kemitraan tidak sesuai yang
diharapkan. Kalau terjadi demikian sebaiknya petani belimbing
dan perusahaan mitra harus mampu melaksanakan mekanisme
dan pola kemitraan sesuai dengan yang telah disepakati, guna
mencapai tujuan yang bersama. Disamping itu hendaknya
pemerintah maupun perusahaan mitra melakukan pembinaan
agar pengetahuan, keterampilan petani belimbing dalam
mengelola agribisnis belimbing dapat meningkat. Kalau hal itu
131
dilakukan maka harapannya akan terjadi perbaikan tanaman
belimbing dari segi agronomi, karakteristik, dan fisiologi buah,
sehingga tujuan agribisnis belimbing dapat tercapai.
Keberhasilan tujuan agribisnis tersebut ditunjukkan dengan
produktivitas tinggi, kualitas bagus (yang dicirikan daging buah
tebal, biji sedikit, rasa dan aroma disukai konsumen, tekstur
daging buah baik, kadar serat cukup, kulit buah tebal dengan
warna yang menarik serta mempunyaidaya simpan alamiah
lebih baik.
Adapun strategi pengembangan belimbing dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Mengembangkan sentra produksi di tingkat rakyat.
Pemerintah mendorong petani belimbing untuk
memperluas areal tanam atau menambah jumlah petani
baru di areal yang sesuai tempat penanaman belimbing,
mengutamakan perluasan areal belimbing di lahan terlantar
yang sesuai dengan agroklimat untuk belimbing. Disamping
itu juga sebaiknya membuat percontohan di areal tanam di
kawasan pengembangan sentra produksi belimbing yang
telah ada.
132
b. Menerapkan teknologi budidaya yang benar.
Pemerintah dengan peneliti menyediakan pedoman
baku tentang teknik agribisnis belimbing sesuai sifat
agroklimat dan sifat varietas daerah produsen belimbing.
c. Menerapkan dan memberi teknologi baru.
Meliputi teknik membuat lubang tanam optimal, pupuk
organik yang paling tepat, bibit dari varietas unggul yang
bersertifikat, pemupukan dengan dosis yang tepat,
pengairan tepat waktu dan tepat jumlah, pembentukan tajuk
dan pemangkasan yang benar , pengendalian organisme
pengganggu tanaman dan gulma yang baik, waktu panen
umur matang buah , penanganan pasca panen buah yang
baik serta pengelolaan kebun yang tepat.
d. Mengembangkan perkebunan belimbing model
kemitraan.
Membangun masyarakat petani yang berfungsi sebagai
plasma dan pemerintah atau pihak swasta sebagai inti
sehingga ada hubungan kerjasama yang saling mendukung
sehingga tercipta unit ekonomi yang utuh antara inti plasma,
serta mengadakan pelatihan administrasi dan teknisi
perkebunan inti dan pembina petani plasma.
133
e. Diversifikasi perkebunan belimbing mayarakat.
Mengganti tanaman keras yang tidak produktif di
perkebunan, yang areal lokasinya sesuai agroklimat
belimbing untuk dijadikan kebun belimbing.
f. Strategi distribusi produk merata di seluruh Indonesia.
Pemerintah membuat pendataan tanaman belimbing
hingga dapat melakukan perkiraan volume dan waktu
produksi di sentra produksi.
g. Investasi modal masyarakat pada kebun belimbing.
Dilakukan antara lain dengan penggalangan kerja sama
dan modal dari petani, pengusaha, asosiasi dan pemerintah.
5. Memberikan bantuan bibit
Petani dan bibit bisa diibaratkan sebagai dua sisi mata uang
yang tidak dapat dipisahkan, karena salah satu faktor kesuksesan
petani bisa jadi ditentukan oleh berkualitas atau tidaknya bibit dan
benih tanaman yang digunakannya. Bibit memang merupakan
modal penting untuk menghasilkan tanaman yang akan dipanen.
Melihat pentingnya hal tersebut, Dinas Pertanian dan Perikanan
(Distankan) Kota Depok memberikan layanan berupa pemberian
bibit tanaman, buah-buahan, tanaman hias, dan ikan kepada petani
di Kota Depok. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesuksesan
134
dan kesejahteraan petani di Kota Belimbing ini. Pemberian bibit ini
dititikberatkan di wilayah-wilayah yang berpotensi dengan budidaya
pertaniannya masing-masing. Pemberian bibit belimbing diberikan
secara menyebar di seluruh kecamatan di Kota Depok, karena
budidaya belimbing berada di hampir setiap wilayah di Kota Depok.
Begitu juga dengan sektor pertanian yang lain, pemberian dan
penyebaran bibitnya disesuaikan dengan kondisi wilayah masing-
masing.
“Kami akan terus berupaya semaksimal mungkin agar sektor
pertanian di Kota Depok bisa terus meningkatkan produksinya.
Dengan demikian, para petani bisa meningkatkan kesejahteraannya
sesuai dengan harapan Pemerintah,” jelas Kepala Seksi Bina
Usaha dan Penyuluhan Distankan Kota Depok, Indera Wahyu.
Menurutnya, kesuksesan para petani akan berimbas pada
meningkatnya taraf hidup masyarakat Kota Depok. Keberhasilan
mereka pun sejalan dengan program Pemkot dan turut memberikan
kontribusi terhadap pembangunan Kota Depok lebih baik lagi.
Dalam pelaksanaan pembinaan serta pemberian bibit ini,
Distankan Kota Depok bekerja sama dengan Direktorat Budidaya
dan Pasca Panen Buah Kementerian Pertanian. Bibit yang diberikan
kepada para petani bukan bibit sembarangan, melainkan hasil
penelitian Kementerian Pertanian. Melalui bantuan permodalan
berupa investasi bibit dan sarana produksi ini diharapkan akan
135
mampu memberikan motivasi dan semangat kepada para petani.
Jika program ini berhasil, maka hampir bisa dipastikan dapat
meningkatkan populasi tanaman yang berdampak pada peningkatan
produksi. Hal tersebut juga mampu meningkatkan teknologi efisiensi
yang berdampak pada peningkatan produktivitas sehingga
pendapatan petani dapat meningkat pula secara signifikan untuk
jangka waktu yang panjang.
6. Bantuan pemberantasan hama
Produktivitas dan kualitas merupakan salah satu faktor
yang sangat mempengaruhi Sumber Daya Alam yang tersedia.
Salah satunya mengenai produktivitas dan kualitas Belimbing
Dewa di Desa Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok.
Produktivitas dan kualitas Belimbing Dewa tidak hanya
ditentukan oleh daya beli konsumen tetapi juga ditentukan oleh
tingkat perawatan dan pengetahuan tentang pemberantasan
hama menggunakan insektisida alami.
Pengetahuan tentang pemberantasan hama
menggunakan insektisida alami yang rendah pada petani dapat
menyebabkan kegagalan panen Belimbing Dewa di Desa Pasir
Putih. Hal ini tentunya menyebabkan produktivitas dan kualitas
Belimbing Dewa di Desa Pasir Putih menjadi rendah. Beranjak
dan hal tersebut, dirumuskan sebuah metode penyuluhan dan
pelatihan pembuatan perangkap lalat buah dengan
136
menggunakan metil eugenol sebagai atraktan. Salah satu aspek
yang menentukan produktivitas dan kualitas Belimbing Dewa
yaitu pemberantasan hama sehingga pemberian penyuluhan
dan pelatihan pembuatan perangkap lalat buah dengan
menggunakan metil eugenol mutlak diperlukan.
Kegiatan ini dilaksanakan melalui kerja sama dengan
Kelompok Pengabdian Masyarakat Mahasiswa Institut Pertanian
Bogor dilaksanakan di Desa Pasir Putih Kecamatan Sawangan
Kota Depok dalam jangka waktu lima bulan (Februari-Juni 2008).
Pelaksanaan program ini bertujuan untuk:
a. Meningkatkan kesadaran petani terhadap potensi ekonomi
dari Belimbing Dewa dan kelestarian daya dukung sumber
daya a1am, khususnya di Desa Pasir Putih Kecamatan
Sawangan Kota Depok.
b. Mengurangi penggunaan insektisida sintetik dalam budi daya
Belimbing Dewa.
c. Meningkatkan motivasi petani menggunakan metil eugenol
untuk mengendalikan serangan hama lalat buah Belimbing
Dewa.
d. Optimasi kegiatan penyuluhan tentang penggunaan metil
eugenol pada Belimbing Dewa untuk mendukung program
pemerintah dalam pelestarian lingkungan.
e. Meningkatkan motivasi para petani untuk meningkatkan
137
produktivitas dan kualitas Belimbing Dewa di Pasir Putih
Kecamatan Sawangan Kota Depok.
Target yang ingin dicapai dari pelaksanaan program ini
adalah :
1) Kesadaran petani terhadap kelestarian lingkungan
meningkat.
2) Penggunaan insektisida sintetik dalam pertanian Belimbing
Dewa berkurang.
3) Meningkatkan pengetahuan petani terhadap kelebihan metil
eugenol sebagai atraktan dalam pertanian Belimbing Dewa
meningkat.
4) Peningkatan penggunaan metil eugenol dalam pertanian
buah Belimbing Dewa.
Kegunaan dari program ini dalah :
a. Memberikan salah satu solusi dalam mengatasi masalah
yang ditimbulkan akibat penggunaan insektisida sintetik.
b. Meningkatkan pengetahuan petani dalam penggunaan metil
eugenol yang ramah linglcungan dalam pertanian buah
Belimbing Dewa dengan bekeija sama pada pihak kelompok
petani Belimbing Dewa di Desa Pasir Putih Kecamatan
Sawangan Kota Depok.
c. Meningkatkan produksi dan kualitas buah Belimbing Dewa di
Desa Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok.
138
Metode penyuluhan dan pelatihan pembuatan
perangkap lalat buah yang dilakukan ini merupakan sarana
untuk mengurangi kegagalan panen dan memberantas
serangan hama yang terjadi di Desa Pasir Putih Kecamatan
Sawangan Kota Depok. Hal yang menjadi fokus PKM
pengabdian masyarakat ini adalah yaitu penyuluhan dan
pelatihan pembuatan perangkap lalat buah dengan
menggunakan metil eugenol dengan harga yang murah, dan
aman bagi linglcungan serta mudah digunakan dan diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Pola penyuluhan .dan pelatihan dilakukan dengan
pemberian materi mengenai peningkatan kesadaran terhadap
pentingnya produktivitas dan kualitas Belimbing Dewa disertai
dengan pelatihan pembuatan perangkap lalat buah dengan
menggunakan metil eugenol sebagai atraktan. Data latar
belakang dan pendidikan petani serta permasalahan pertanian
yang berdampak pada produktivitas dan kualitas tanaman
Belimbing Dewa Di Desa Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota
Depok tersebut, diperlukan untuk membantu penerapan metode
pendidikan dan pelatihan yang akan dilakukan.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan
perangkap di kegiatan PKM Pengabdian Masyarakat ini adalah
botol bekas air mineral 1.5 liter, tali tukang, kapas, air sabun,
139
plastik hitam, dan metil eugenol. Sedangkan alat yang
digunakan untuk pembuatan perangkap adalah gunting, besi
panas, bara api, cutter, dan selotip.
Penyampaian materi penyuluhan disampaikan melalui
kegiatan pemberian materi (tatap muka dan slide show), diskusi,
dan tanya jawab mengenai slide show yang ditampilkan dan
modul yang diberikan berupa panduan peningkatan
produktivitas dan kualitas belimbing Dewa dengan
menggunakan metil eugenol sebagai atraktan dalam
memberantas serangan hama yang berdampak pada kegagalan
panen.
Selain itu juga dilaksanakan pelatihan pembuatan
perangkap serangga sederhana. Perangkap ini terbuat dari
botol bekas air mineral 1.5 liter. Perangkap tersebut dibentuk
corong dan diisi metil eugenol yang diteteskan di kapas serta
dilengkapi dengan air sabun di dalam botol. Pemberian metil
eugenol diberikan dengan dosis 0.5-0,9 ml/perangkap untuk
memikat lalat buah. Metil eugenol diletakkan dalam perangkap
yang diberi perekat sehingga lalat buah yang tertarik pada
atraktan (metil eugenol) akan matt karena menempel pada
perangkap tersebut. Perangkap tersebut berumpan makanan
yang berasal dari bahan tanaman, essense penambah rasa,
dan ammonia yang dipasang atau digantungkan pada ranting
140
atau cabang pohon dengan ketinggian 2-3 meter di atas
permukaan tanah atau pada ketinggian tajuk terendah dari
tanaman.
Pemasangan perangkap dapat diletakan pada kerapatan
optimum 20-25 buah perangkap/Hektar. Pengaruh Metil Eugenol
(ME) pada perangkap tersebut mampu menghasilkan rata-rata 725
ekor/bulan pada musim hujan dan 250 ekor/bulan pada musim
kemarau.
Setelah petani belimbing Dewa diberikan penyuluhan dan
demo pembuatan perangkap corong sederhana, maka akan
dilakukan pendampingan selama proses penerapan (aplikasi)
lapangan. Salah satunya adalah pendampingan dalam proses
pemasangan perangkap-perangkap lalat buah pada pohon-pohon
belimbing Dewa.
Desa Pasir Putih memiliki petani yang berjumlah ± 70 orang
dengan luas lahan ± 3,5 Ha dan jumlah pohon f 800 pohon.
Sehingga masing-masing petani diharapkan mampu
mengaplikasikan metil eugenol pada 10 pohon selama lima bulan
penerapan program. Program ini dilaksanakan rutin dua minggu
sekali selama lima bulan serta bekerjasama dengan pihak koperasi
tani dan petani Belimbing Dewa Di Desa Pasir Putih Kecamatan
Sawangan Kota Depok.
141
7. Dukungan pemasaran
Petani menjual hasil panen belimbingnya melalui beberapa pola
pemasaran yaitu:
a. Petani menjual belimbing ke Pusat Koperasi Pemasaran
Belimbing Dewa Depok (PKPBDD).
b. Petani menjual belimbing ke tengkulak.
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian dapat
diketahui bahwa responden menjual hasil panennya ke tengkulak
selain ke PKPBDD (46 petani (76,67 persen), 15 persen menjual
belimbing hanya ke PKPBDD dan sisanya hanya 8,33 persen menjual
ke pasar tradisional. Hasil panen belimbing petani dipasarkan oleh
tengkulak lebih banyak ke pasar tradisional yaitu Pasar Minggu,
Pondok Labu, Citayam dan Tangerang. Proses aliran belimbing dari
petani ke PKPBDD yaitu petani/Kelompok Tani - KorWil - Divisi
Produksi PKPBDD - Sortasi - Konsumen (pasar modern, pasar
tradisional, UKM pengolahan). Pembelian belimbing dari petani oleh
tengkulak sebagian besar dengan cara pembelian perbuah tanpa
sistem grade, sedangkan oleh PKPBDD dengan sistem perkilogram
menggunakan grade.
Petani memperoleh keuntungan yang lebih besar apabila
menjual hasil panennya ke PKPBDD dibanding dengan hanya
menjual kepada tengkulak. Keuntungan yang diperoleh apabila
petani menjual ke tengkulak yaitu Rp 2.000,00 dengan sistem
142
perbuah, sedangkan keuntungan jika menjual ke PKPBDD yaitu Rp
4.000,00 perkilorgam. Dengan perhitungan biaya produksi satu buah
belimbing Rp 400,00 dan harga beli tengkulak Rp 800,00 perbuah,
sedangkan PKPBDD Rp 6.000,00 perkilogram.
Akan tetapi petani masih ketergantungan pada tengkulak
karena pada saat panen raya PKPBDD kesulitan dalam
pendistribusian belimbing ke konsumen dan petani terpaksa menjual
belimbing kepada tengkulak dengan sistem ijon karena desakan
kebutuhan keluarga dan kebutuhan operasional usahatani. Petani
sering meminjam modal uang untuk membeli sarana produksi
pertanian. Hal ini menyebabkan petani mengikuti harga yang telah
ditentukan tengkulak, dengan demikian berpengaruh pada lemahnya
posisi tawar petani dalam menentukan harga.
Kelebihan PKPBDD dibanding lembaga pemasaran lain telah
melakukan fungsi fasilitas pemasaran berupa standarisasi dan
penggolongan produk, fungsi penanggungan risiko dan fungsi
penyediaan informasi harga. PKPBDD telah melakukan fungsi
standarisasi dan penggolongan produk dengan sistem grade. Fungsi
penanggulangan risiko dilakukan PKPBDD dengan cara menerima
dan tetap membayar kepada petani apabila belimbing tidak dapat
dipasarkan oleh PKPBDD, sedangkan fungsi penyediaan informasi
harga yaitu petani dapat dengan mudah mengetahui harga beli yang
telah ditetapkan oleh PKPBDD.
143
Strukur pasar dalam pemasaran belimbing yang terjadi di lokasi
penelitian jika dilihat dari sisi pembeli yaitu pasar oligopsoni. Petani
sebagai penjual berjumlah cukup banyak, sedangkan tengkulak dan
PKPBDD sebagai pembeli jumlahnya terbatas. Sehingga kondisi ini
menyebabkan petani sebagai penerima harga (price taker) karena
tidak memiliki kekuatan tawar. Tetapi pada penetapan harga oleh
PKPBDD, petani tidak dirugikan karena penetapan harganya lebih
menguntungkan bagi petani.
8. Dukungan Permodalan
Keberhasilan dalam pengembangan komoditas belimbing
Depok sebagai salah satu komoditas potensial di Kota Depok harus
didukung dengan adanya kebijakan pemerintah dalam bidang
teknologi, infrastruktur, kelembagaan, permodalan dan pemasaran.
Dukungan kebijakan mempunyai peran yang sangat penting, tidak
semua infrastruktur pertanian dapat disediakan secara swadaya oleh
pelaku agribisnis.
Bimbingan dari pemerintah melalui Petugas Penyuluh
Lapangan (PPL) Dinas Pertanian Kota Depok tidak dilakukan secara
regular. Hal ini disebabkan karena jumlah PPL tidak sebanding
dengan banyaknya petani, dalam satu kecamatan hanya terdapat satu
petugas PPL. Bimbingan budidaya dan pengendalian OPT yang
144
sangat dibutuhkan oleh petani dirasakan sebagian besar hanya pada
saat pemberian bibit saja.
Program Primatani dari Departemen Pertanian yang merupakan
program rintisan dan akselerasi pemasyarakatan inovasi teknologi
pertanian hanya diterapkan di Kelurahan Pasir Putih Kecamatan
Sawangan. Padahal tujuan utama Primatani untuk mempercepat
adopsi teknologi inovatif terutama yang dihasilkan oleh Badan Litbang
Pertanian serta untuk memperoleh umpan balik mengenai karakteristik
teknologi tepat guna spesifik pengguna dan lokasi sangat diperlukan
oleh petani. Program Primatani ini seharusnya dapat membantu petani
belimbing Dewa di Kota Depok dalam penerapan teknologi baru untuk
meningkatkan kesejahteraan petani sendiri.
Pada tahun 2010, Bank Mandiri sebagai lembaga penunjang
permodalan memberikan bantuan kepada 116 petani melalui Program
Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) dengan PKPBDD sebagai
fasilitator dan pihak penjamin, sehingga petani tidak perlu
memberikan agunan untuk mendapatkan pinjaman tersebut. Besarnya
bunga yang dibebankan kepada petani yaitu enam persen pertahun,
dengan jumlah pinjaman sebesar Rp 5.000.000,00 - Rp
20.000.000,00. (Hasil Wawancara dengan Ka BFPPL Kecamatan
Sawangan Distankan Depok Bapak Yoyo Sutaryono, 10 Juli 2012).
Berikut ini daftar kelompok tani penerima bantuan PKBL
sebagaimana disajikan dalam Tabel 7 berikut ini.
145
Tabel 7.
Daftar Kelompok Tani Belimbing Dewa Penerima Kredit PKBL
di Kota Depok Tahun 2010
No. Nama
Kelompok Tani
Kecamatan Jumlah Petani(orang)
JumlahPinjaman(rupiah)
1 Sarijaya Pancoran Mas 61 566.500.000
2 Kali Licin Pancoran Mas 12 167.000.000
3 Keramat Burung Pancoran Mas 12 149.500.000
4 Rangkapan Jaya Baru
Pancoran Mas 13 110.000.000
5 Layung Sari Cipayung 9 98.000.000
6 Mekar Sari Beji 4 48.000.000
7 Laris Jaya II Pancoran Mas 11 77.500.000
8 Subur Makmur Beji 14 95.000.000
9 Tunas Mekar I Limo 16 132.000.000
10 Tunas Mekar II Limo 1 5.000.000
11 Mekar Sejahtera Sawangan 3 15.000.000
Total 156 1.436.500.000
Sumber: Pusat Koperasi Pemasaran Buah dan Olahan Belimbing Dewa Depok (diolah)
A.2. Hasil Wawancara dengan Petani Belimbing dan Jambu Biji
Kota Depok
Berikut ini hasil wawancara terbuka dengan sejulah petani
Belimbing dan/atau Jambu Kota Depok.
1. H. Mubbin Usman
Ketua Kelompok Tani Wijaya Tani Mubbin Usman berhasil
meraih penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara Tahun 2011
146
dari Persiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ketika ditanya” apakah
Bapak merasa bangga mendapat penghargaan dari Persiden, Ia
menjawab: “Ya bangga bisa dapat penghargaan dari Persiden,”
kata Mubbin dengan logat Depok, di kebun Belimbing miliknya di
Depok, Jawa Barat, Jumat. Mubbin mendapatkan penghargaan dari
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk kategori pengguna
kreatif teknologi ketahanan pangan bidang agribisnis hortikultura.
Dia menuturkan, apa yang dilakukan dalam bidang pertanian
merupakan bentuk kecintaannya pada pembibitan untuk
meningkatkan kesejahteraan petani. “Bibit yang saya silang itu dari
seluruh Indonesia dan saat ini hasil penyilangan juga sudah
menyebar ke seluruh Indonesia,” katanya.
Dia mengatakan, selain penyilangan bibit, juga melakukan
penangkaran buah, transfer teknologi penyilangan dan
penangkaran budi daya buah-buahan. Kemudian pelepasan
varietas Belimbing Dewa, Kecapi Ratujaya, Jambu biji Mega Merah
dan Jambu biji varietas Wijaya Merah. Ada 150 varietas bibit
unggul yang sudah dihasilkan dan bibit itu sudah tersebar ke
seluruh Indonesia. Untuk menciptakan bibit unggul perlu ketekunan
agar hasilnya dapat maksimal.
Menurut dia, usaha bibitnya dimulai tahun 1958, yang
berawal dari menanam belimbing di bantaran Sungai Ciliwung.
Pada 1980 usahanya berkembang dan memiliki lahan sendiri. Atas
147
keuletannya itu, Mubbin meraih tanda kehormatan Satya Lencana
Wira Karya dari Presiden RI tahun 2005.
Mubbin juga telah memiliki sawah di Karawang seluas 10
hektar dan juga bengkel mobil di Margonda.
2. Nanang Yusuf
Banyak petani yang terpikat untuk menggarap budidaya
belimbing, salah satunya adalah Nanang Yusup warga Jalan
Kalilicin, Kampung Pitara RT 08/13 Kelurahan Pancoran Mas,
Kecamatan Pancoran Mas, Depok. Awalnya lahan seluas 2500
meter persegi milik Nanang digunakan untuk pertanian padi. Ia dan
para petani diberikan penyuluhan mengenai potensi pertanian. Saat
itu, dirinya disodorkan beberapa bibit buah yaitu belimbing Depok,
rambutan binjai, duren sitokong, dan kelapa. Namun, akhirnya ia
memilih belimbing Depok karena melihat prospek ke depan. Lantas
secara perlahan ia mengubah lahan miliknya menjadi perkebunan
belimbing.
Di lahan seluas 2500 meter persegi tersebut, Nanang mulai
menanam sekitar 50 batang pohon belimbing Depok. Berkat
usahanya yang gigih dan pantang menyerah, usahanya pun
terbilang sukses dengan hasil panen yang selalu memuaskan. Kini
lahan pertanian Nanang pun bertambah luas, sebagiannya adalah
lahan garapan. Nanang yang juga perintis Kelompok Tani Kalilicin
148
mengaku gembira sekaligus resah karena khawatir tidak bisa
memenuhi besarnya permintaan pasar terhadap belimbing Depok.
“Kami senang karena belimbing Depok sangat laku di
pasaran. Tetapi juga resah karena kewalahan memenuhi
kebutuhan pasar yang ada,” tutur Nanang di kebun belimbingnya.
Dia menjelaskan produksi belimbing Depoknya dikirim ke berbagai
pusat belanja modern seperti Giant, Hero dan sejumlah minimarket.
Berbeda dengan kebanyakan buah konsumsi lainnya,
belimbing tidak mengenal musim, setiap saat bisa berbuah.
“Budidaya belimbing bisa direkayasa sehingga bisa berbuah setiap
saat tanpa harus menunggu musim panen yang penting
perawatannya benar dan telaten,” ujar Nanang yang memulai
budidaya belimbing sejak tahun 1997. Dia mengaku tak ada resep
khusus dalam budidaya belimbing yang penting caranya harus
benar. Jarak tanam yang baik antar pohon sekitar 8 meter. Tanah
kemudian diberi pupuk kandang. Pupuk kandang itu lah yang
membuat buah belimbing terasa manis.
Umumnya pada umur dua tahun, belimbing sudah berbuah
sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Namun, untuk
menghasilkan 50 kg – 100 kg buah per pohon biasanya perlu lebih
dari lima tahun. Setelah pohon belimbing berbunga dalam rentang
waktu tiga minggu sampai satu bulan, muncul buah belimbing
kecil. Sebulan kemudian buah sudah bisa dibrongsong (red,
149
dibungkus). Agar belimbing yang dihasilkan lebih berkualitas, baik
rasa maupun ukurannya, dilakukan penyortiran penjaringan buah
ketika masih di pohon dan jumlahnya juga dibatasi setiap
pohonnya.
Buah belimbing bisa dipanen setelah umur 40-60 hari
sesuai indeks yang dibutuhkan konsumen. Pemanenan dihitung
sejak masa pembungkusan. “Memanennya tergantung permintaan
konsumen, ada yang minta belimbing hijau ada juga yang sudah
berwarna kuning,” jelas Nanang. Lebih lanjut ia menjelaskan,
proses perawatan yang mudah membuat sejumlah petani beralih
menjadi petani belimbing. Dalam setiap tahapan perawatan hingga
panen para petani hanya membutuhkan biaya sekitar Rp600 untuk
satu buah belimbing. Biaya operasional ini gunakan untuk
perawatan seperti pupuk dan bungkus belimbing.
Secara umum tidak ada masalah berarti yang dihadapi
oleh para petani belimbing karena semua bisa diatasi melalui
pembinaan kelompok. Jika memang petani serius menggeluti soal
pertanian belimbing ini, semua permasalahan bisa diatasi dan
dicari solusinya. Namun ia mengaku prihatin dengan sejumlah
orang yang hanya sekadar ingin coba-coba untuk bertani
belimbing, tetapi tak memiliki keseriusan. Sehingga mereka tidak
sukses menjadi petani belimbing. “Semua pekerjaan apa pun jika
memang ingin sukses harus dijalani secara tekun dan tekad yang
150
kuat,’ jelasnya. Ia optimis jika dikelola secara serius, budidaya
belimbing akan sukses.
Bahkan, katanya, ada seorang petani di Beji yang bisa
membiayai kuliah anaknya hanya dengan mengandalkan 10 pohon
belimbing di lahan miliknya. Walau hanya memiliki 10 pohon
belimbing Depok, tetapi jika perawatannya dilakukan dengan serius
maka mampu menghasilkan panen yang maksimal. Omzet
kelompok tani Kalilicin ini dalam setahun bisa mencapai Rp3,5
miliar. Angka itu termasuk fantastis bagi para petani. Apalagi di
prediksi ke depan, prospek belimbing Depok akan semakin bagus
mengingat terus meningkatnya permintaan. Sehingga dapat
dipastikan prospek pemasaran belimbing di dalam negeri makin
baik.
3. Bapak H. Namawi
Petani belimbing dan Jambu Biji yang beralamat di Gang
Jinjing,Pasir Putih, Sawangan, Depok ini bertani buah Belimbing
Dewa pada areal tanah 2120 m2 dan buah Jambu Biji seluas
840m2. Ia merasa tidak mendapatkan kesulitan yang berarti dalam
pengelolaan budidaya pertanian kedua macam buah di atas. Hal
demikian karena ia merasa sudah terbiasa dalam berbagai aktifitas
pengelolaan tanaman dengan pengalaman lebih dari 20 tahun.
151
Keprihatian yang Ia rasakan saat ini justru dalam pemasaran
dengan harga pada musim panen raya. Ia berharap agar Pemda
Kota Depok lebih serius lagi dalam mengatasi pemasaran
khususnya ketika hasil buah sedang membanjir. Menurutnya, harga
layak hanya dinikmatinya justru ketika hasil panen hanya sedikit.
“Kalau begini terus kapan petani bisa menikmati hasil pertaniannya
lebih berarti dan dapat meningkatkan ekonomi keluarnya?, ia
bertanya dengan serius. Pada akhirnya ia harus menyerah pada
harga yang sangat murah yang ditentukan oleh para tengkulak.
Hal yang cukup menggembirakan adalah selain kami
mendapat info cara berkebun dari petugas PPL mereka mendapat
bimbingan pembuatan produk olahan. “Karena kita petani kota
yang tidak memiliki lahan luas, mau nggak mau kita harus terus
berinovasi untuk tetap bertahan” ujarnya optimis.
4. Bapak Suhaimi
Lahan pertanian Bapak Namawi berdampingan dengan lahan
bapak H. Namawi demikian juga tempat tinggalnya di gang yang
sama. Pengelola pertanian Belimbing dan Jambu biji pada lahan
sekitar 1000 m2 ini menyikapi perkembangan pertaniannya dengan
rasa sukur. “Saya hanya bisa bersukur pada Alloh SWT,
bagaimanapun dengan usaha tani saya ini, saya bisa menghidupi
152
keluarga dan dapat menyekolahkan ketiga anaknya secara wajar
seperti pada umumnya anak-anak lainnya.
5. Bapak Hamudin
Petani belimbing dan jambu biji berusia 47 tahun ini tinggal
dan mengolah kebunnya selus 1.800 m2 di Gang Mangga, Pasir
Putih, Sawangan Depok. Tidak banyak yang ia dapat kemukakan
kecuali bahwa ia telah telah menggeluti pertanian ini sejak usia
belasan tahun, dimulai dengan membantu orang tuanya ketika
masih hidup. Ketika ditanya apaka Ia merasakan adanya kemajuan
menjadi petani ketika dulu dengan sekarang setelah Belimbing
Dewa dijadikan ikon kota Depok, ia menjawab: “ Ada tetapi
perbedaannya, kalau dulu orang tua saya bertani “adem ayem” saja.
Kegiatannya hanya ke kebun hampir setiap hari dan menunggu
tengkulak dating untuk membeli hasil panennya”. “Sekarang
sepertinya banyak sekali urusannya, dipanggil untuk belajarlah, ada
tinjauan, penelitian, menjadi anggota koperasi dan “tektek-bengek”
lainnya” tambahnya dengan lugu dalam dialek sunda yang medok.
6. Bapak Sarman
Petani berusia 41 tahun ini tinggal berdampingan dengan
bapak Hamudin walaupun lahan pertanian garapannya agak
berjauhan. Ia mulai bertanam Belimbing dan Jambu Biji di usia tiga
153
puluhan. Tertarik dengan budidaya buah tersebut karena ia melihat
Bapak Hamudin dan sejumlah petani lainnya yang cukup berhasil
dalam pertaniannya. Walaupun hanya memiliki lahan tidak lebih dari
500m2, ia mencoba mengelolanya dengan sungguh-sungguh. Ia
banyak belajar dari para pendahulunya, memperhatikan hal-hal
yang diajarkan oleh petugas PPL dan mencoba mempraktekkannya
walaupun tidak seluruh apa yang diajarkan dan dianjurkan oleh para
petugas itu dapat dipraktekkan di kebunnya antara lain karena
keterbatasan sarananya untuk itu.
7. Bapak H. Sukron Muhtar
Petani yang tinggal di Jl. Duluwani desa Bedahan Sawangan,
Depok ini ayah dari 5 orang anak dalam usianya 58 tahun. Ia telah
berkebun Belimbing dan Jambu Biji selama 25 tahun pada area
lahan pertanian lebih dari 6.000 m2. Dengan dibantu oleh anak laki-
lakinya yang kedua ia telah merasakan banyak suka duka dalam
bertani buah tersebut. Sukanya, karena ia merasa memiliki
penghasilan yang dapat diandalkan untuk dirinya dan keluarga
dalam usianya yang semakin senja. Di bilang dukanya, ia sering
merasa prihatin jika pada saat panen raya terpaksa harus
membuang cukup banyak Belimbing dan Jambu Biji yang busuk.
“Rasanya sedih sekali” katanya, “Sudah menggunakan tenaga untuk
memetik dan mengangkut dari kebun tetapi ada saja yang
154
terbuang”. Ia menghayalkan andaikan saja dapat menyediakan
ruangan pendingin yang besar seperti yang disediakan untuk
nelayan pencari ikan, hal ini tentu tak akan terjadi. Ketika ditanya,
bukan pada saat panen raya hasil panen dibeli oleh koperasi dan
para pengolah buah-buahan. “Ya, tetapi tetap saja tidak dapat
menampung semuanya dan itu pun dibeli dengan harga yang
sangat murah”, keluhnya.
B. Pembahasan
Upaya yang dilakukan untuk memberdayakan para Petani Belimbing
dan Jambu Biji di wilayah Kota Depok, dirasakan oleh sebagian besar para
pejabat Pemda Kota Depok telah cukup optimal atau setidaknya telah
dilakukan secara sungguh-sungguh disamping ada yang berpendapat
bahwa pembinaan terhadap. Kesimpulan ini diperoleh dari hasil
wawancara dengan key informan yaitu Kepala Seksi Bina Usaha dan
Penyuluhan Distankan Kota Depok, Indera Wahyu serta pejabat dan tokoh
terkait lainnya.
“Kami akan terus berupaya semaksimal mungkin agar sektor
pertanian di Kota Depok bisa terus meningkatkan produksinya. Dengan
demikian, para petani bisa meningkatkan kesejahteraannya sesuai dengan
harapan Pemerintah,” jelas Kepala Seksi Bina Usaha dan Penyuluhan
Distankan Kota Depok, Indera Wahyu. Menurutnya, kesuksesan para
petani akan berimbas pada meningkatnya taraf hidup masyarakat Kota
155
Depok. Keberhasilan mereka pun sejalan dengan program Pemkot dan
turut memberikan kontribusi terhadap pembangunan Kota Depok lebih baik
lagi.
Dalam pelaksanaan pembinaan serta pemberian bibit ini, Distankan
Kota Depok bekerja sama dengan Direktorat Budidaya dan Pasca Panen
Buah Kementerian Pertanian. Bibit yang diberikan kepada para petani
bukan bibit sembarangan, melainkan hasil penelitian Kementerian
Pertanian. Melalui bantuan permodalan berupa investasi bibit dan sarana
produksi ini diharapkan akan mampu memberikan motivasi dan semangat
kepada para petani. Jika program ini berhasil, maka hampir bisa
dipastikan dapat meningkatkan populasi tanaman yang berdampak pada
peningkatan produksi. Hal tersebut juga mampu meningkatkan teknologi
efisiensi yang berdampak pada peningkatan produktivitas sehingga
pendapatan petani dapat meningkat pula secara signifikan untuk jangka
waktu yang panjang.
Berpegang teguh pada cita-cita mensejahterakan petani, Distankan
Kota Depok terus memberikan pendampingan dan bantuan kepada
mereka. Bahkan, tak jarang ada petani yang tadinya kesulitan mengelola
lahannya kini bisa sukses sehingga bisa tampil sebagai ‘petani berdasi’.
Selain layanan pemberian bantuan bibit, Distankan juga kerap kali
memberikan pelatihan tentang pertanian belimbing, jambu, tanaman hias,
atau ikan hias. Para petani Kota Depok dilatih untuk bisa menjadi petani
yang sukses yang memiliki wawasan dan jiwa entrepreneur (pengusaha).
156
Diharapkan pelatihan yang diperoleh dapat menjadi bekal ilmu
pengetahuan untuk berhubungan dengan kaum pengusaha, khususnya
dalam bidang yang berkaitan dengan keahlian para petani tersebut.
Dengan demikian, para petani diharapkan mampu melakukan kontak
bisnis dengan pengusaha yang bersangkutan untuk meningkatkan
kemampuan pengelolaan lahan maupun untuk pemasaran.
Dalam rangka memberdayakan petani di wilayah Pemda Kota Kota
Depok melalui Distankan Kota Depok memulainya dengan Konsep
Pertanian Perkotaan yaitu sebuah konsep yang memanfaatkan luas lahan
yang terbatas untuk budidaya komoditas pilihan yang memiliki nilai
tambah. “Luas lahan pertanian yang menjadi kendala menjadi peluang
bagi petani” ujar Widyati Ka Distankan Kota Depok. Widayati menuturkan,
Dinas Pertanian dan Perikanan Pemkot Depok terus berupaya mendorong
para petani di Kota Depok untuk melakukan pemanfaatan lahan seoptimal
mungkin melalui pemilihan komoditas yang cocok di Kota Depok seperti
Belimbing dewa, jambu biji, anggrek maupun tanaman hias sepeti
Anggrek. Selain itu, para petani dapat melakukan diversifikasi usaha, yaitu
tidak hanya pada satu bidang saja, misal menanam tanaman hias dan
memelihara ikan hias.
Langkah teknis yang dilaksanakan oleh Distan, diantaranya
membuat kegiatan yang mengarah pada pola pertanian perkotaan,
memberikan penyuluhan pada para petani tentang
usaha-usaha/komoditas. Distankan juga melakukan fasilitasi bagi para
157
petani untuk memperoleh akses permodalan, tujuannya agar para petani
bisa lebih meningkat dari segala aspek, baik produktivitas maupun
manajerial.
Distankan juga berupaya untuk membina para petugas PPL yang
mencakup program-program pembangunan yang sedang dan akan
dikembangkan daerah setempat, serta materi-materi bersifat membantu
memecahkan permasalahan petani/peternak/pekebun. Sumber materi
teknologi pertanian dapat bersumber dari Tabloid Sinar Tani, dipilih materi
yang sekiranya dapat dikembangkan di wilayah kerja penyuluh pertanian
dan materi yang dapat untuk membantu pemecahan masalah
petani/peternak/pekebun setempat. Materi-materi pelatihan dirancang
sampai tujuan intruksional khusus, misalnya peserta hanya pemahaman
saja, peserta harus terampil dalam melakukan penyuluhan dan
pembinaan kepada para petani, termasuk petani Belimbing dan Jambu Biji
yang memang menjadi primadona pertanian Kota Depok.
Distankan Kota Depok dalam mendorong pemberdayaan masyarakat
Petani khususnya petani Belimbing dan Jambu Biji bekerjasama dengan
beberapa OPD-OPD yang berada di Kota Depok., seperti Koperasi, Disnakersos,
UMKM dan pihak-pihak lainnya. Konsep kemitraan bagi petani dan
pengusaha didorong sedemikian rupa hingga terwujudnya kepastian
jaminan pasokan bahan baku serta perasaan saling memerlukan, yang
dapat meningkatkan kualitas dan volume usaha, karena saling
158
menguatkan, dan peningkatan keuntungan yang berkesinambungan
karena saling menguntungkan.
Distankan Kota Depok bekerja sama dengan peneliti menyediakan
pedoman baku tentang teknik agribisnis belimbing sesuai sifat agroklimat
dan sifat varietas daerah produsen belimbing. teknik membuat lubang
tanam optimal, pupuk organik yang paling tepat, bibit dari varietas unggul
yang bersertifikat, pemupukan dengan dosis yang tepat, pengairan tepat
waktu dan tepat jumlah, pembentukan tajuk dan pemangkasan yang
benar , pengendalian organisme pengganggu tanaman dan gulma yang
baik, waktu panen umur matang buah , penanganan pasca panen buah
yang baik serta pengelolaan kebun yang tepat.
Masyarakat petani didorong untuk berfungsi sebagai plasma dan
pemerintah atau pihak swasta sebagai inti sehingga ada hubungan
kerjasama yang saling mendukung sehingga tercipta unit ekonomi yang
utuh antara inti plasma, serta mengadakan pelatihan administrasi dan
teknisi perkebunan inti dan pembina petani plasma. Pemda Kota Depok
juga melakukan pendataan tanaman belimbing hingga dapat melakukan
perkiraan volume dan waktu produksi di sentra produksi.
Penggalangan kerja sama dan modal dari petani, pengusaha,
asosiasi dan pemerintah dilakukan Pemda Kota Depok oleh dinas-dinas
terkait secara sinergi . Pemberian bibit belimbing diberikan secara
menyebar di seluruh kecamatan di Kota Depok, karena budidaya
belimbing berada di hampir setiap wilayah di Kota Depok. panduan
159
peningkatan produktivitas dan kualitas belimbing Dewa dengan
menggunakan metil eugenol sebagai atraktan dalam memberantas
serangan hama yang berdampak pada kegagalan panen.
Pemda Kota Depok mendorong kestabilan harga penjualan
Belimbing dan Jambu Biji dengan penetapan harga oleh PKPBDD,
sehingga petani tidak dirugikan karena penetapan harganya lebih
menguntungkan bagi petani.
Pemda Kota Depok mendorong semaksimal mungkin untuk dapat
memperoleh bantuan permodalan. Pada tahun 2010, Bank Mandiri
sebagai lembaga penunjang permodalan memberikan bantuan kepada
116 petani melalui Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) dengan
PKPBDD sebagai fasilitator dan pihak penjamin, sehingga petani tidak
perlu memberikan agunan untuk mendapatkan pinjaman tersebut.
Menurut Bapak Yoyo Sutaryono, Kepala BFPPL Kecamatan
Sawangan Distankan Depok, dalam pelaksanaan penyuluhan para Petani
Belimbing dan Kota Depok, terdapat hal yang positif dan hal yang
menimbulkan masalah. Hal positif yaitu sikap penerimaan para Petani
Belimbing dan Jambu Biji pada umumnya menerima baik terhadap
kehadiran petugas PPL. Hal yang menimbulkan masalah antara lain
kadang-kadang terjadi konflik di antara sesama anggota Kelompok Tani
yang tidak mudah didamaikan. Hal lain adalah dalam hal pengembalian
kredit, sering kali tersendat bahkan tidak sedikit petani yang berpikiran
160
bahwa kredit itu merupakan bantuan pemerintah yang tidak harus
dikembalikan.
Dari sudut pandang petani Belimbing dan Jambu Biji Depok, upaya
pemberdayaan petani belum optimal terbukti dari kuesioner yang diajukan
kepada 6 orang petani, 2 orang diantaranya menjawab bahwa
pelaksanaan upaya pemberdayaan tersebut menyatakan bahwa semua
kegiatan hanya dilakukan kadang-kadang saja, 2 orang menyatakan
berkelanjutan dalam kegiatan sosialisasi dan sisanya berkelanjutan dalam
hal promosi.
161
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian pada bab-bab sebelumnya, penulis merumuskan
kesimpulan sebagai jawaban atas pokok permasalahan yang dipilih dalam
penelitian ini.
1. Upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Depok dalam
memberdayakan masyarakat petani Belimbing dan Jambu Biji di
Kota dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut:
a. Pemda Kota Depok berupaya semaksimal mungkin agar sektor
pertanian di Kota Depok bisa terus meningkatkan produksinya.
Dengan demikian, para petani bisa meningkatkan
kesejahteraannya sesuai dengan harapan Pemerintah.
b. Pemda Kota Depok melalui Distankan Kota Depok bekerja sama
dengan Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Buah
Kementerian Pertanian memberikan bibit yang bermutu
sebagaihasil penelitian Kementerian Pertanian.
c. Melalui bantuan permodalan berupa investasi bibit dan sarana
produksi ini diharapkan akan mampu memberikan motivasi dan
semangat kepada para petani serta dapat meningkatkan
162
teknologi efisiensi yang berdampak pada peningkatan
produktivitas sehingga pendapatan petani dapat meningkat pula
secara signifikan untuk jangka waktu yang panjang.
d. Distankan Kota Depok terus memberikan pendampingan dan
pelatihan kepada petani Belimbing dan Jambu. Para petani Kota
Depok dilatih untuk bisa menjadi petani yang sukses yang
memiliki wawasan dan jiwa entrepreneur (pengusaha).
Diharapkan pelatihan yang diperoleh dapat menjadi bekal ilmu
pengetahuan untuk berhubungan dengan kaum pengusaha,
khususnya dalam bidang yang berkaitan dengan keahlian para
petani tersebut. Dengan demikian, para petani diharapkan
mampu melakukan kontak bisnis dengan pengusaha yang
bersangkutan untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan
lahan maupun untuk pemasaran.
e. Dalam rangka memberdayakan petani di wilayah Pemda Kota
Kota Depok melalui Distankan Kota Depok memulainya dengan
Konsep Pertanian Perkotaan yaitu sebuah konsep yang
memanfaatkan luas lahan yang terbatas untuk budidaya
komoditas pilihan yang memiliki nilai tambah.
f. Langkah teknis yang dilaksanakan oleh Distan, diantaranya
membuat kegiatan yang mengarah pada pola pertanian
perkotaan, memberikan penyuluhan pada para petani tentang
usaha-usaha/komoditas. Distankan juga melakukan fasilitasi
163
bagi para petani untuk memperoleh akses permodalan,
tujuannya agar para petani bisa lebih meningkat dari segala
aspek, baik produktivitas maupun manajerial.
g. Distankan Kota Depok berupaya untuk membina para petugas
PPL yang mencakup program-program pembangunan yang
sedang dan akan dikembangkan daerah setempat, serta materi-
materi bersifat membantu memecahkan permasalahan petani
Belimbing dan Jambu Biji di Kota Depok termasuk teknologi
pertanian. Materi yang diberikan akan dapat dikembangkan di
wilayah kerja penyuluh pertanian dan materi yang dapat untuk
membantu pemecahan masalah petani.
h. Distankan Kota Depok dalam mendorong pemberdayaan
masyarakat Petani khususnya petani Belimbing dan Jambu Biji
bekerjasama dengan beberapa OPD-OPD yang berada di Kota
Depok., seperti Koperasi, Disnakersos, UMKM dan pihak-pihak
lainnya.
i. Pemda Kota Depok melalui Distankan Kota depok
mengembangkan konsep kemitraan bagi petani dan pengusaha
didorong sedemikian rupa hingga terwujudnya kepastian
jaminan pasokan bahan baku serta perasaan saling
memerlukan, yang dapat meningkatkan kualitas dan volume
usaha, karena saling menguatkan, dan peningkatan keuntungan
yang berkesinambungan karena saling menguntungkan.
164
j. Distankan Kota Depok bekerja sama dengan peneliti
menyediakan pedoman baku tentang teknik agribisnis belimbing
sesuai sifat agroklimat dan sifat varietas daerah produsen
belimbing. teknik membuat lubang tanam optimal, pupuk organik
yang paling tepat, bibit dari varietas unggul yang bersertifikat,
pemupukan dengan dosis yang tepat, pengairan tepat waktu
dan tepat jumlah, pembentukan tajuk dan pemangkasan yang
benar, pengendalian organisme pengganggu tanaman dan
gulma yang baik, waktu panen umur matang buah, penanganan
pasca panen buah yang baik serta pengelolaan kebun yang
tepat.
k. Masyarakat petani didorong untuk berfungsi sebagai plasma
dan pemerintah atau pihak swasta sebagai inti sehingga ada
hubungan kerjasama yang saling mendukung sehingga
tercipta unit ekonomi yang utuh antara inti plasma, serta
mengadakan pelatihan administrasi dan teknisi perkebunan inti
dan pembina petani plasma. Pemda Kota Depok juga
melakukan pendataan tanaman belimbing hingga dapat
melakukan perkiraan volume dan waktu produksi di sentra
produksi.
l. Guna meningkatkan produktivitas dan kualitas Belimbing
Dewa dilakukan pemberantasan hama dengan
menggunakan metil eugenol sebagai atraktan dalam
165
memberantas serangan hama yang berdampak pada
kegagalan panen.
m. Pemda Kota Depok mendorong kestabilan harga penjualan
Belimbing dan Jambu Biji dengan penetapan harga oleh
PKPBDD, sehingga petani tidak dirugikan karena penetapan
harganya lebih menguntungkan bagi petani.
n. Pemda Kota Depok mendorong semaksimal mungkin untuk
dapat memperoleh bantuan permodalan. Pada tahun 2010,
Bank Mandiri sebagai lembaga penunjang permodalan
memberikan bantuan kepada 116 petani melalui Program
Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) dengan PKPBDD sebagai
fasilitator dan pihak penjamin, sehingga petani tidak perlu
memberikan agunan untuk mendapatkan pinjaman tersebut.
Dalam pelaksanaan dalam pelaksanaan penyuluhan para
Petani Belimbing dan Kota Depok, terdapat hal yang positif dan hal
yang menimbulkan masalah. Hal positif yaitu sikap penerimaan para
Petani Belimbing dan Jambu Biji pada umumnya menerima baik
terhadap kehadiran petugas PPL. Hal yang menimbulkan masalah
antara lain kadang-kadang terjadi konflik di antara sesama anggota
Kelompok Tani yang tidak mudah didamaikan. Hal lain adalah dalam
hal pengembalian kredit, sering kali tersendat bahkan tidak sedikit
petani yang berpikiran bahwa kredit itu merupakan bantuan
pemerintah yang tidak harus dikembalikan.
166
2. Dari sudut pandang Pemda Kota Depok, pemberdayaan
masyarakat petani Belimbing dan Jambu Biji Kota Depok telah
dilakukan secara sungguh-sungguh dan mendekati optimal. Hal itu
dipandang berdasarkan kepada fakta-fakta yang telah diupayakan
oleh Pemda Kota Depok baik yang dilaksanakan secara sinergi
antar dinas maupun hal-hal khusus yang dilaksanakan oleh Distan
Kota Depok. Dipihak lain dalam sudut pandang petani Belimbing
dan Jambu Biji Depok, upaya pemberdayaan petani belum optimal
terbukti dari kuesioner yang diajukan kepada 6 orang petani, 4
orang menjawab pelaksanaan upaya pemberdayaan tersebut
hanya dilakukan kadang-kadang saja, 2 orang menyatakan
berkelanjutan dalam kegiatan sosialisasi dan sisanya berkelanjutan
dalam hal promosi.
B. SARAN
Mengacu kepada hasil penelitian, dalam tesis ini penulis
menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Sebaiknya Pemda Kota Depok mengupayakan adanya investor
yang bersedia untuk mendirikan pabrik besar yang dapat
mengolah seluruh hasil pertanian Belimbing dan Jambu Merah di
wilayah Kota Depok dan sekitarnya menjadi beragam makanan
167
dan minuman yang nikmat dan berhasiat yang didukung dengan
promosi dan jaringan pemasaran yang kuat.
2. Sebelum terwujudnya saran pertama di atas, sebaiknya Pemda
Depok mendorong diversifikasi pola pemasaran untuk produk-
produk olahan Belimbing dan Jambu Biji dengan sistem sarana
dan prasarana yang relatif sederhana hingga dapat dilakukan
dengan modal kecil tetapi dapat menjangkau pasar yang luas.
Salah satunya adalah dengan membuat dan menyebar booth
tempat penjualan seperti yang dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan teh.
168
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Adi, Isbandi Rukmanto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat; Intervensi Komunitas, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Jakarta, 2001.
Anton M. Mulyono (et.al.) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990.
Adisasmita, Raharjo. Teori Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.
Hadi, Sudharto P. 1999. Peranserta Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Amdal. Makalah pada Seminar Partisipasi Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Amdal. Hasil Seminar, Jakarta 3 – 4 Pebruari 1999.
_____________. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta, 2005.
Hikmat, H., Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Humaniora Utama Press. Bandung, 2004.
Hinger, J. D., dan Thomas L Wheelen, Manajemen Strategis (Terjemahan), Penerbit Andi, Yogyakarta, 2003.
Irawan, Dicky, Peran Serta Masyarakat dalam Penyedian Sarana Perkotaan melalui Community Contact di Kota Pontianak, Tesis Program Pasca Sarjana Magister Teknik Pembangunan Wlayah dan Kota, Universitas Diponegoro, Semarang, 2003.
Moleong, Lexy. J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 2006
Parimin. Jambu Biji : Budidaya dan Ragam Pemanfataannya. Jakarta : Penebar , 2007.
169
Poerwadarmita, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet. Ke-3 Jakarta, PN Balai Pustaka, 1999.
Porter, M. E. Keunggulan Bersaing, Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul. Jakarta : Binarupa Aksara, 1994.
Rakhmat,, Jalaluddin Metode Penelelitian Komunikasi, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 2006.
Rangkuti, F., Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006.
Sani, Abdul, Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial, Jakarta, Fajar Agung, 1997.
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Rajawali Press, 1999
Syam, H Nur, 2005. Model-model Pemberdayaan Masyarakat, Pustaka Pesantren, Yogyakarta.
Suparjan dan Suyatno H, Pengembangan Masyarakat : Dari Pembangunan Sampai Pemberdayaan. Aditya Media Yogyakarta, 2003.
Sutomo, Pembangunan Masyarakat. Pustaka Pelajar, Jakarta, 2009.
Thoha, Miftah, Perilaku Organisasi : Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, 2002.
Thantawi R.M.A. Kamus Bimbingan dan Konseling ,Jakarta, Economic Students Group, 1993.
____________ Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis Statistik, Cetakan 11, PT. Remadja Rosdakarya, 2004, Pustaka Pelajar, Jakarta, 2008.
Usman, Soetomo, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat .
____________. Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2002.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2005.
Yin, Robert K., Studi Kasus (Desain dan Metode), Alih Bahasa M. Djauzi Mudzakir PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.
170
.Yoshida, D.T. Arsitektur Strategik: Solusi Meraih Kemenangan dalam Dunia yang Senantiasa Berubah. Jakarta : Elexmedia Komputindo, 2006.
B. Sumber Lain
Direktorat Jenderal Hortikultura. Konsumsi Buah-Buahan Indonesia. Jakarta. http://www.hortikultura.deptan.go.id
Direktorat Jenderal Hortikultura. Produk Domestik Bruto Hortikultura Indonesia. Jakarta. http://www.hortikultura.deptan.go.id
Direktorat Jenderal Hortikultura. Produksi dan Luas Lahan Buah Jambu Biji. Jakarta. http://www.hortikultura.deptan.go.id
Serba-serbi Belimbing; Budidaya Belimbing, http://www.lembahpinus.com.
171
172