114
KONSTRUKSI SOSIAL KEHIDUPAN PENJUAL TAHU DALAM FILM FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: Choiril Chodri 108051100025 KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013/1434 H

Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

KONSTRUKSI SOSIAL KEHIDUPAN PENJUAL TAHU DALAM FILM

FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Choiril Chodri

108051100025

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013/1434 H

Page 2: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi
Page 3: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi
Page 4: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi
Page 5: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

i

ABSTRAK

Konstruksi Sosial Kehidupan Penjual Tahu Dalam Film Features DokumenterDongeng Rangkas

Nama : Choiril ChodriNIM : 108051100025

Film features dokumenter “Dongeng Rangkas” merupakan sebuah filmdokumenter yang menceritakan kehidupan penjual tahu di Rangkasbitung,Banten. Walapun film ini dibangun dari realitas yang sebenarnya, namundibubuhi aspek sinema dan features agar menjadi film yang sebenarnya bukansekedar memberikan informasi seperti film dokumenter pada umumnya.

Melihat persoalan tersebut, bagaimana konstruksi sosial kehidupan penjualtahu dalam film features dokumenter dongeng rangkas? Faktor apa saja yangmempengaruhi konstruksi sosial dalam film featutes dokumenter dongengrangkas? Bagaimana cara mengetahui alur features dalam film dokumenterDongeng Rangkas?

Adapun teori yang digunakan adalah teori konstruksi sosial oleh Peter L.Berger dan Thomas Luckman. Melalui teori ini peneliti menelaah konstruksirealitas film features dokumenter secara umum, dan film “Dongeng Rangkas” darikehidupan penjual tahu yang ada dalam film tersebut.

Metodologi penelitan yang digunakan adalah metodologi kualitatifdeskriptif. Sumber data diperoleh dari observasi dengan ikut serta membuat filmdokumenter dengan Forum Lenteng, wawancara semua sutradara. Selain itu jugadata diperoleh dari buku, internet dalam hal ini situs resmi film “DongengRangkas”, dan akumassa.

Konstruksi sosial film features dokumenter “Dongeng Rangkas” terjadimelalui tiga tahapan yakni eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Pada tahapeksternalisai terjadi proses interaksi dan ekspresi diri sutradara dalam realitaspenjual tahu. Tahap objektivasi sebagai interaksi sosial dalam dunia intersubjektifyang dilembagakan. Sedangkan tahap internalisasi merupakan upaya individumengidentifikasi diri dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosialtempat individu berada.

Jadi konstruksi sosial kehidupan penjual tahu dalam film featuresdokumenter Dongeng Rangkas bersifat realitas objektif dan subjektif. Realitasobjektif sutradara tidak merubah realitas yang sebenarnya dalam kehidupanpenjual tahu, dan subjekif karena adanya proses penyerapan realitas kehidupanpenjual tahu dalam pemikiran sutradara dan dibentuk menjadi film dokumentersesuai kaidah-kaidah film serta features.

Faktor yang mempengaruhi film features dokumenter “Dongeng Rangkas”dilandasi atas dasar kondisi pendidikan, sosial, dan ekonomi para pembuat danpenjual tahu. Adapun alur features nya terlihat dari banyaknya unsur humaninterest, adanya lead, body, ending, dan karya yang tidak mudah basi.Keyword: Film, Features, Dokumenter, Konstruksi Sosial

Page 6: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrohim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

karunia dan nikmat-Nya, serta tidak lupa penulis sampaikan salawat serta salam

kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Penulis merasa bersyukur atas

selesainya skripsi ini setelah mengenyam pendidikan jurnalistik di kampus UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama penulisan skripsi ini penulis menemukan

banyak sekali pengalaman dan wawasan baru yang dapat memicu penulis untuk

terus belajar dan berkarya.

Penulis mengucapkan terimaksih kepada kedua orang tua almarhum Bapak H.

Muhammad Saidurrosyd dan Ibu Hj. Mudrikah yang telah memberikan dukungan

baik moril maupun materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Selain itu terimakasih buat adik Choirul Syamsudin dan Ferdiansyah yang telah

memberikan semangatnya, serta tidak lupa berterimaksih kepada seorang wanita

Eva Dewi Purita yang selalu menemani penulis, memberikan semangat, serta

menjadi teman diskusi dalam pengerjaan skripsi ini.

Terselesainya skripsi ini dipengaruhi oleh orang-orang yang berjasa. Oleh

karena itu penulis ini menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Arif Subhan, MA Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

2. Rubiyanah, MA selaku ketua Jurusan dan Ibu Ade Farida, M.Si selaku

sekretaris Jurusan Konsentrasi Jurnalistik yang senantiasa membantu

Page 7: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

iii

penulis dalam berbagai hal termasuk memberikan kemudahan dalam

penyelesaian skripsi ini.

3. Rachmad Baihaky, MA selaku pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan dan arahanya kepada penulis. Beliau adalah orang

yang berarti bagi penulis skripsi ini.

4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta atas segala ilmu dan pencerahan yang diberikan.

5. Segenap Staff TU dan Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan pelayanan baik kepada penulis.

6. Perpustakan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Perpustakaan

Djuanda, Perpustakaan Forum Lenteng atas referensi buku-buku yang

digunakan penulis dalam skripsi ini.

7. Fuad Fauzi, Badrul Munir, Syaiful Anwar, dan Andang Kelana sebagai

narasumber dalam dalam pengumpulan data skripsi ini.

8. Hafiz Rancajale dan Mahardika Yudha yang telah memberikan arahan

mengenai film, dan film dokumenter serta sebagai salah satu narasumber

dalam pengumpulan data.

9. Teman-teman jurnalistik terutama yang dipertemukan di Jurnalistik A.

Kelas ini begitu indah atas segala rasa, cita dan asa yang telah terjalin

selama ini.

10. Lembaga organisasi yang menjadi tempat bagi penulis untuk belajar,

berkarya, dan berimajinasi serta bercanda tawa. Komka Uin, Komunitas

Djuanda, Forum Leneng, Ikatan Mahasiswa Purworejo Jakarta Raya

Page 8: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

iv

(Imapurjaya), jurnalfootage.net, akumassa.org, galeritangsel.com, dan

revienspurworejo.com

11. Teman-teman terbaik yang menjadi sandaran dari cerita klasik dan masa

dimana kebersamaan selalu menghadirkan canda, tawa, imajinasi akan

masa depan Arofi Teja Pradana, Drajat Wahyu Hndoko (Pembina

Imapurjaya), Endang Sulistiyowati, Al muhaimin, Femi Dinda Proklamasi,

Wahyu Puji Lestari, Aditiyo Kusumo, Muhammad Khoirudin, Khamid,

M.Khayatul Khikam, Ray Sangga Kusuma, Imam FR, Muhammad Tohir,

Mufti Al umam, Rizki M Zein, Renal Rinoza, Faraby Ferdiansyah, Eni

Wibowo, Jayu Julie, Mukhlis, Nur Hidayati, Miftahul Fikiri, M. Reza,

Reza Andrian, Rizky Aditya.

Penulis mohon maaf tidak dapat menyebut satu persatu, namun

dukungan orang-orang yang membantu baik langsung atau tidak langsung

penulis sangat hargai dan berterimakasih banyak.

Ciputat, 10 September 2013

Penulis

Page 9: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .....................................................................1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ..........................................................8

C. Tujuan Penelitian ................................................................................9

D. Manfaat Penelitian ............................................................................10

E. Metodologi Penelitain.......................................................................10

1. Metode Penelitian .......................................................................10

2. Subjek dan Objek Penelitian.......................................................11

3. Teknis Pengumpulan Data ..........................................................11

4. Teknis Analisis Data ...................................................................13

F. Tinjauan Pustaka...............................................................................13

G. Sistematika Penulisan .......................................................................14

BAB II LANDASAN TEORI

A. Teori Konstruksi Sosial ....................................................................16

B. Film Features Dokumenter ...............................................................22

1. Film.............................................................................................22

2. Features .......................................................................................25

3. Dokumenter ................................................................................32

Page 10: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

vi

BAB III GAMBARAN UMUM DAN KOMUNITAS PEMBUAT FILM

A. Gambaran Umum Film Dongeng Rangkas.......................................37

1. Sinopsis Film ..............................................................................37

2. Produksi Film..............................................................................38

3. Tim Produksi Film......................................................................40

4. Biografi Singkat Sutradara..........................................................41

B. Gambaran Umum Komunitas Pembuat Film....................................49

BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN

A. Film Features Dokumenter Dongeng Rangkas .................................52

B. Konstruksi Sosial dalam Film Features Dokumenter

Dongeng Rangkas .............................................................................54

1. Tahap Eksternalisasi ...................................................................57

2. Tahap Objektivasi .......................................................................60

3. Tahap Internalisasi ......................................................................61

C. Faktor Konstruksi Sosial dalam Film Features Dokumenter

Dongeng Rangkas .............................................................................66

Alur Features dalam Film Dokumenter Dongeng Rangkas..............70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................................73

B. Saran .................................................................................................76

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................77

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini film dokumenter semakin banyak peminatnya. Banyak

bermunculan pembuat film dokumenter baik dari kalangan independen,

pendidikan, dan pertelevisian. Walaupun banyak bermunculan pendatang

baru di dunia dokumenter, namun film dokumenter di Indonesia masih

menjadi anak tiri dalam medan dunia perfilman Indonesia.

Perhatian masyarakat dan lembaga pembuat film lebih memberikan

ruang lebih terhadap fiksi dibandingan dengan film dokumenter. Hal itu

mungkin didasari atas lebih glamornya film fiksi, namun masyarakat dan

instansi pembuat film melupakan bahwasanya film dokumenter pada

hakekatnya adalah apa yang disebut dengan kultural eduktif.1

Hal ini sangat berbanding terbalik dengan keadaan film dokumenter

di luar negeri seperti di Eropa, film dokumenter sudah ditempatkan sejajar

dengan fiksi.2 Hal itu didasari perkembangan film Eropa jauh lebih maju

dibandingkan Indonesia. Selain itu juga keadaan ini disebabkan ada

bebearapa faktor dianatranya, selama sejarah perfilaman Indonesia tidak

ada rumusan yang jelas terhadap apa yang dimaksud dengan film

1 D. A. Peransi, Film/Media/Seni, (Jakarta: FFTV-IKJ PRESS, 2005), h.45.2 Didapat dari pengamatan langsung penulis terhadap film dokumenter, serta

masyarakat terhadap film dokumenter di Denmarak saat mengunjungi festival filmdokumenter bertaraf internasional di Copenhagen, Denmark September 2012.

Page 12: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

2

dokumeter, dalam kekosongan rumusan pendapat lain dibentuk oleh film

berita, dan film laporan, film dokuementer dibuat oleh perusahaan film

Negara (PFN) dan swasta hampir tidak ada yang membuatnya, kecuali

Perfini yang hanya membuat beberapa film di tahun 1950 dan 1960 an.3

Di Eropa pada umumnya atau di Denmark secara khusus yang

penulis kunjungi pada Copenhagen International Documentary Film

Festival (CPH:DOX), masyarakat dari kalangan remaja, hingga orang tua

sangat antusias menghadiri setiap pemutaran film dokumenter yang diputar

di teater yang ada di kota Copenhagen, Denmark saat berlangsungnya

festival film dokumenter bertaraf internasioanal tersebut.

Hampir disetiap teater atau tempat pemutran lain penontonya

memenuhi tempat pemutaran tersebut. Dalam setiap pemuataran

pegunjung harus membayar tiket seperti halnya kita menonton film fiksi di

bioskop-bioskop Indonesia. Berbeda halnya dengan di Indonesia, walapun

penonton diberi gratis, namun antusias masyarakat terhadap film

dokumenter masih kecil.

Walapun di Indonesia film dokumenter masih menjadi anak tiri,

namun tidak sedikit pembuat film dokumenter di Indonesia dan setiap

pembuat film dokumenter juga memiliki gaya sendiri dalam

pembuatannya serta memiliki kepentingan yang berbeda pula. Tidak

berbeda halnya dengan seorang pembuat film dokumenter yang membuat

film dengan tema-tema islami juga memiliki kepentingan sediri, baik

3 D. A. Peransi, Film/Media/Seni, (Jakarta: FFTV-IKJ PRESS, 2005), h.46.

Page 13: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

3

untuk memberikan pemahaman islam secara global, atapun menyiarkan

kebaikan kepada orang lain.

Setiap orang dapat menyerukan kebaikan kepada orang lain dengan

jalan dan caranya sediri sesuai dengan keahilannya. Seorang da’i

menyiarkan kebaiakn kepada orang lain dengan berdakwah di masjid-

masjid atupun majelis ta’lim.

Berdakwah atau menyiarkan kebaikan kepada orang lain tidak hanya

dengan menggunakan lisan seperti yang biasa da’i lakukan, namun juga

dapat menggunakan media. Di era informasi dan media yang semakin

berkemabang ini, seharusnya umat islam pada umumnya dan da’i pada

khususnya mampu memanfaatkan media untuk melakukan dakwahnya

atau menyampakaikan informasi mengenai islam. Salah satunya dengan

menggunakan media film, baik film fiksi, ataupun film dokumenter.

karena film adalah media penyampai informasi, atau sebagai media

pendidikan yang sangat efektif.

Penyampaian informasi atau pendidikan menggunakan film itu

merupakan proses komunikasi, seperti halnya berdakwah juga merupakan

proses komunikasi yang dilakukan oleh pendakwah kepada jama’ahnya.

Menurut Berelson dan Stainer yang dikutip dalam buku “Filsafat Ilmu

Komunikasi” adalah sebuah proses penyampaian informasi, gagasan,

emosi, atau keahlian dengan melalui kata-kata, gambar-gambar, atau

angka-angka.

Page 14: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

4

Film fiksi dan film dokumenter merupakan sebuah gambar bergerak

yang memiliki alur cerita. Di dalam alur cerita tersebutlah informasi

atapun gagasan yang mengandung unsur pendidikan dimasukkan oleh sang

sutradara. Oleh karena itu film dapat dimanfaatkan menjadi media dakwah

yang sangat efektif.

Jika film menjadi media dakwah tentunya memiliki kelebihan

tersendiri dibandingkan dengan media lain atau cara berdakwah lainya.

Lewat media film, pesan dakwah disampaikan dengan memperlihakan

cerita yang enak dilihat dan akan lebih mudah dirasakan, serta mudah

menyentuh hati penontonya. Hal itu senada dengan ajaran Allah SWT.

Yang mana dalam memberikan pesan kepada orang lain hendaknya

dilakukan secara qawlan syadidan, yaitu pesan yang dikomunikasikan

dengan benar, menyentuh, dan membekas dalam hati.4

Walaupun film dapat digunakan sebagai media dakwah dan banyak

yang membuat film doumenter dengan berbagai kepentingan, namun pada

dasarnya semua film dokumenter dibuat dari peristiwa nyata apa adanya.5

Film tersebut dikonstruk dari peristiwa nyata atau realitas yang terjadi

dalam masyarakat.

Dari realitas itulah kemudian dibentuk menjadi sebuah cerita sesuai

dengan keinginan sang sutradara dengan tanpa meninggalkan kisah

aslinya, namaun dibumbuhi dengan aspek-aspek sinema yang sutradara

4 Widjaja, Ilmu Komunikasi Dan Pengantar Studi, (Jakarta, PT RinekaCipta,2000),hal.79

5 Gerzon R. Ayawaila, Dokumenter dari Ide Sampai Produksi, (Jakarta: FFTV-IKJPRESS, 2008.), h.22.

Page 15: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

5

ketahui. Atas dasar itulah banyak yang beranggapan jika film dokumenter

sudah bukan lagi realitas seperti reaitas aslinya.

Dalam pembuatan film dokumenter seperti halnya kita

mendokumentasikan suatu kejadian, ataupun permasalahan yang ada

dalam kehidupan masyarakat. Proses pendokumentasian itu tidak langsung

dapat disebut sebuah film dokumenter karena di dalam sebuah film

dokumenter masih banyak asepek-asepek pendukung di dalamnya. Aspek

pendukung yang dapat menjadikan sebuah dokumentasi menjadi sebuah

film dokumenter yang utuh. Aspek-aspek dalam film dokumenter di

antaranya memiliki konten informasi ataupun pengetahuan, gagasan

terhadap film dokumenter itunya sendiri, dan penyutradaaraan dalam

membangun cerita.6

Film dokumenter yang memiliki aspek informasi atau pengetahuan

merupakan konteks dari dokumenter media massa (televisi) karena

dokumenter tersebut berkaitan juga dengan jurnalisme. Dalam jurnalisme,

informasilah yang sangat ditekankan, karena film dokumenter dalam

konteks ini merupakan media informasi selain berita-berita pada

umumnya.

Kenyataan dalam jurnalisme itu sendiri adalah sebuah informasi,

Namun film dokumenter dalam konteks sinema yang sebenarnya adalah

sebuah ide (gagasan) dan drama. ‘Sinema adalah fenomena gagasan’

6 Obrolan Pribadi dengan Bang Hafiz Rancajale (Salah Seorang Pembuat FilmDokumenter di Indonesia)

Page 16: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

6

(Andre Bazim).7 Dalam hal ini, pembuat film selain membuat sebuah alur

cerita agar film lebih menarik, juga memang harus menunjukkan gagasan

apa yang akan diberikan kepada khalayak lewat karya filmnya tersebut.

Namun, pada dasarnya semua dokumenter baik yang masuk dalam

konteks media massa ataupun sinema, di dalamnya ada usur informasi,

baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam memberikan

informasinya kepada penonton. Semua tergantung bagaimana sang

pembuat film dalam mengemasnya dan jenis dokumenter apa yang sedang

dibuatnya.

Bentuk yang digunakan sang sutradara dalam mengemas film

dokumenter bisa dengan pendekatan naratif yang lebih menekankan pada

titik narasai. Narasi dalam film dokumenter terkadang lebih menekankan

sebuah informasi apa yang akan di berikan kepad khalayaknya. Adapula

dengan pendekatan features dokumenter yang lebih menekankan aspek

humant interst dan lebih menekankan gagasan apa yang ada dalam film

tersebut. Dalam penelitan ini, penulis lebih menekankan pada penelitian

film features dokumenter.

Dalam konteks sinema, informasi dalam sebuah film dokumenter

tidak begitu terlihat, karena bangunan sinematis yang lebih ditonjolkan,

seperti halnya kita melihat sebuah film non dokumenter. Seperti pada jenis

dokumenter features, informasi yang ada di dalamnya mengalir dan tidak

terlalau tampak memberikan sebuah informasi kepada penonton. Features

7 Andre Bazim. Sinema Apakah itu?. (Jakarta. Pusat Pembinaan danPengembangan Bangsa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996), h.9.

Page 17: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

7

itu sendiri dalam kajian jurnalistik termasuk dalam sebuah reportase yang

dikemas secara lebih mendalam dan luas disertai sedikit sentuhan aspek

human interst agar memiliki dramatika.8 Features tersebut merupakan

dokumenter televisi, yang lebih menekankan pada aspek reportasenya.

Berbeda halnya dengan film features dokumenter, yang mana dalam

film jenis ini tidak hanya ada unsur human interst, namun juga harus

memfikirkan aspek sinema (film) yang sebenarnya dalam mengkonstruk

film features dokumenter.

Jadi dalam pembangunan atau mengkonstruk sebuah film feature

dokumenter harus menekankan aspek-aspek yang ada dalam feature

sendiri juga aspek cinema yang utuh. Walaupun pada dasarnya bahan dari

bangunan features film dokumenter dan features televisi adalah realitas

yang ada dalam masyarakat.

Dongeng Rangkas merupakan sebuah film features dokumenter yang

diproduksi oleh dua Komunitas, yaitu Forum Lenteng (Jakarta), dan

Saidjah Forum (Rangkasbitung, Banten). Film Dongeng Rangkas bercerita

tentang aktivitas dua pemuda yang berasal dari Rangkasbitung yaitu Iron

dan Kiwong. Keduanya merupakan penjual tahu di Kota tersebut.

Walaupun seorang penjual tahu namun mereka masih memegang teguh

mimpi-mimpinya. Kiwong bermimpi menjadi pemuda yang lebih baik,

yang menjadikan keluarga hidup lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan

8 Gerzon R. Ayawaila, Dokumenter dari Ide Sampai Produksi, (Jakarta: FFTV-IKJPRESS, 2008), h. 26.

Page 18: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

8

Iron, percaya musik adalah anugrah dari Tuhan, dan ia ingin terus

mengembangkan fantasi musiknya di jalur ‘underground’.9

Walapun Iron seorang metal dan berada dalam jalur musik

underground, namun ia tidak lantas meninggalkan kewajiban sebagai

seorang muslim yaitu sholat. Bagi Iron metal bukan tiga jari, namun satu

jari telunjuk yang dimaknai olehnya sebagai perlambang syahadat. Selain

itu film ini juga pernah meraih juara pertama dalam festival film

dokumenter bertaraf nasional yang diadakan di Yogyakarta, serta

pemutaran di Korea, Copenhagen dan pemutaran berbagai tempat di

Indonesia.

Film ini dikonstruk atau dibangun dengan keadaan yang sebenarnya

dalam kehidupan masyarakat penjual tahu yang ada di Rangkasbitung,

Banten. Berdasarkan penjelasan yang dipaparkan di atas, maka penelitian

ini diberi judul “Konstruksi Sosial Kehidupan Penjual Tahu Dalam

Film Features Dokumenter Dongeng Rangkas”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Merujuk pada latar belakang yang telah dijabarkan, penulis

membatasi ruang penelitain pada konstruksi sosial kehidupan penjual

tahu dalam film features dokumenter Dongeng Rangkas.

9 website film feature Dongeng Rangkas www.dongengrangkas.akumassa.org

Page 19: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

9

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang dijabarkan oleh penulis, adapun

rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana konstruksi sosial kehidupan penjual tahu dalam

features dokumenter Dongeng Rangkas?

b. Faktor apa saja yang mempengaruhi konstruksi sosial dalam film

features Dongeng Rangkas?

c. Bagaimana cara mengetahui alur features dalam film dokumenter

Dongeng Rangkas?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemikiran dan rumusan masalah di atas, ujuan dari

penelitian ini adalah:

1) Secara khusus penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana

konstruksi realitas pada film features dokumenter Dongeng Rangkas.

2) Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi konstruksi sosial dalam

film dongeng Rangkas.

3) Untuk mengetahui alur features dalam film dokumenter Dongeng

Rangkas?

Page 20: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

10

D. Manfaat Penelitian

1) Manfaat Teoritis

Dalam segi akademis selain dapat menambah pengetahuan serta

wawasan tentang bagaimana sebuah realitas masyarakat dikonstruksi

menjadi sebuah film dokumenter yang bergenre features, juga

diharapkan dapat memberikan kontribusi pada disiplin ilmu jurnalistik

dan sosiologi komunikasi dalam membangun sebuah realiatas pada

film features dokumenter .

2) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembuat

film dokumenter, praktisi komunikasi, terutama disiplin ilmu sosiologi

komunikasi, terlebih mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah (UIN) Jakarta Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam

Konsentrasi Jurnalistik agar lebih mengetahui bagaimana sebuah

realitas dalam kehidupan manusia dibangun menjadi sebuah film

features dokumenter.

E. Metodologi Penelitian

1) Metode Penelitan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif yang bersifat kualitatif. Metode deskriptif bertujuan untuk

menyelidiki sebuah kedudukan atau status fenomena yang ada dalam

masyarakat dan untuk melihat hubunganya antara satu faktor dengan

Page 21: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

11

faktor yang lain10. Dengan metode ini akan dijabarkan mengenai

bagaimana konstruksi realitas kehidupan penjual tahu dalam film

features dokumenter Dongeng Rangkas.

2) Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitan ini adalah film features dokumenteer

Dongeng Rangkas, Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini

adalah kehidupan penjual tahu dalam film features dokumenter

Dongeng Rangkas.

3) Teknis Pengumpulan Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini terbagi dalam dua

kategori yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan

sasaran utama dalam penelitian ini, sedangkan data sekunder digunakan

untuk diaplikasikan guna mempertajam analisis data primer, yaitu

sebagai pendukung dan penguat data dalam penelitian.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui telaah materi

film features dokumenter Dongeng Rangkas, observasi dan wawancara

dengan Sutradara dan pembuat film feature dokumenter Dongeng

Rangkas. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari

buku-buku, ensiklopedia, artikel, jurnal, atau tulisan lain yang berkaitan

dengan penelitian.

10 Andri Prastowo, Memahami Metode-metode penelitian, (Yogyakarta: Arruzza Media, 2001), h. 204

Page 22: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

12

Telaah materi film features dokumenter Dongeng Rangkas yaitu

menonton dan membedah setiap elemen-elemen dalam film feature

doumenter tersebut baik dari segi alur ceritanya, bahasa sinemanya,

bagaimana realitas yang dikonstruksi dan menemukan konstruksi

realitas kehidupan penjual tahu dalam film tersebut.

Observasi yaitu merupakan metode pengamatan langsung

terhadap suatu benda, situasi dan kondisi yang masih ada relasinya

terhadap apa yang ingin diteliti.11 Dalam hal ini, observasi yang

dilakukan penulis yaitu ikut terjun langsung ke lapangan dengan

mengikuti kegiatan memproduksi film dokumenter yang dilakukan oleh

Forum Lenteng.

Wawancara (interview) merupakan sebuah bentuk komunikasi

antara dua orang yang ingin mencari informasi dengan orang yang ingin

diperoleh informasi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

berdasarkan tujuan tertentu12. Prosesnya bisa dilakukan secara langsung

dengan bertatap muka langsung (face to face) dengan narasumber.

Namun, bisa juga dilakukan dengan tidak langsung seperti melalui

telepon, internet atau surat (wawancara tertulis) untuk mendapatkan

informasi dari narasumber.

Langkah selanjutnya ialah mengolah hasil temuan atau data,

melalui tinjauan kembali berkas-berkas yang telah terkumpul. Data

11 Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: RajagrafindoPersada, 2007), h.52

12 Dedi Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2008), h.180

Page 23: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

13

yang diperoleh yaitu dari hasil telaah materi, observasi, wawancara,

serta dokumentasi. Seluruh data tersebut nantinya akan dipaparkan

dengan didukung oleh beberapa hasil temuan studi pustaka yang

kemudian dianalisis.

4) Teknis Analisis Data

Analisa data yang digunakan penulis untuk mengetahui

bagaimana konstruksi realitas kehidupan penjual tahu dalam film

features Dongeng Rangkas adalah dengan analisa deskriptif yang

menggambarkan keadaan sebenarnya dalam film dan dianggap akurat

serta meruangkannya kedalam konteks penulisan karya ilmiah, dengan

cara merasakan, menerangkan, memberikan gambaran serta klasifikasi

dan mengintrepretasikan data-data yang terkumpul secara apa adanya

terlebih dahulu, kemudian menarik kesimpulan atas permasalahan yang

berkaitan tersebut.

F. Tinjauan Pustaka

Skripsi yang menjadi acuan penulis untuk memfokuskan penelitian

ini adalah skripsi berjudul “Konstruksi Realitas Simbolik Pemberitaan

Aborsi di Republika Online” karya Iradatul Aini, mahasiswa Konsentrasi

Jurnalistik UIN Syarif Hidayatulaah Jakarta. Penulis memilih skripsi

tersebut untuk dijadikan sebagai acuan karena teori yang digunakan sama,

yakni konstruksi realitas. Namun dalam skripsi tersebut media massa yang

Page 24: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

14

menjadi subjek penelitian, sedangkan dalam skripsi ini film features

dokumenter yang menjadi subjek penelitian.

Adapun skripsi lain yang menjadi acuan penulis yaitu skripsi

berjudul “Konstruksi Politik Kebudayaan di Layar Kaca Program

Televisi Eagle Award Metro TV 2011 Bagimu Indonesia”. Karya Dwi

Anggraini Puspa Ningrum, mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penulis memilih skripsi tersebut sebagai acuan,

karena sama-masa mengangkat tentang film dokumenter. Namun dalam

skripsi tersebut bukanlah filmnya yang menjadi objek penelitian, namun

program kompetisi film dokumenter, sedangkan dalam skripsi ini film

dokumenternya yang menjadi objek penelitian. Selain itu keduanya juga

menggunakan teori konstruksi realitas.

G. Sistematika Penulisan

BAB I akan diawali dengan memapaparkan mengenai latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika

penulisan.

BAB II akan menguraikan kajian teoritis mengenai teori konstruksi atas

realiatas. Pada sub bab selanjutnya akan menguraikan penjabaran

mengenai tinjauan umum tentang film feature dokumenter, yang mana

bahasannya akan difokuskan pada features, film, dokumenter, sejarah dan

perkembangannya.

Page 25: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

15

BAB III berisikan tentang gambaran umum film features dokumenter

Dongeng Rangkas, serta profil Komunitas pembuat film

BAB IV merupakan persoalan yang diangkat dalam skripsi ini, yaitu

berupaya menerangkan analisis cerita yang dibangun dalam film features

dokumenter Dongeng Rangkas yang miliki korelasi terhadap konstruksi

sosial kehidupan penjual tahu dalam film, faktor yang mempengaruhi

konstruksi sosial dalam film dan alur features dalam film dokumenter

Dongeng Rangkas.

BAB V merupakan akhir atau penutup dari skripsi ini yang berisikan

mengenai kesimpulan dan saran penulis.

Page 26: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Konstruksi Sosial

Membahas teori konstruksi sosial (social construction), tentu tidak

bisa terlepaskan dari bangunan teoretik yang telah dikemukakan oleh Peter

L. Berger dan Thomas Luckmann. Peter L. Berger merupakan sosiolog

dari New School for Social Reserach, New York, Sementara Thomas

Luckman adalah sosiolog dari University of Frankfurt.

Istilah konstruksi sosial atas realitas (social construction of

reality), menjadi terkenal semenjak diperkenalkan oleh Peter L. Berger

dan Thomas Luckman dengan judul bukunya “The Social Construction of

Reality, a Treatise in the Sociological of Knowledge” tahun 1966. Ia

menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dimana

individu menciptakan sebuah realitas yang dimiliki dan dialami bersama

secara subjektif serta dilakukan secara terus menerus.1

Suatu proses konstruksi realitas sosial yang ada dalam masyarakat

merupakan bentukan individu berdasarakan subjektivtas individunya

tersebut. Di dalam masyarakat konstruksi realitas sosial dibentuk oleh

individu berdasarkan pendapat subjektif dari masing-masing individu dari

masyarakat yang dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi

kebiasaan atau budaya dan nilai yang selalu dipegang oleh masyarakat.

1 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007),h.189

Page 27: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

17

Dari kebiasaan masyarakat ini lah yang kemudian menjadi kontruksi

realitas sosial.

Berger dan Luckman memulai sebuah penjelasan dalam bukunya

bahwasanya realitas sosial dengan memisahkan pemahaman “kenyataan”

dan “pengetahuan”. Realitas diartikan sebagai kualitas yang berada dalam

realitas-realitas yang diakui memiliki keberadaan (being) yang tidak

tergantung kepada kehendak kita sendiri. Sedangkan pengetahuan

didefinisikan sebagai kepastian bahawasanya realitas-realitas itu adalah

kenyataan (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik.2 Dalam

kenyataanya realitas tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya sesorang,

baik di dalam ataupun di luar realitas tersebut.

Seperti yang telah dijelaskan oleh Berger, bahwasanya masyarakat

tidak lain merupakan produk dari manusia dan manusia merupakan produk

masyakat, namun seseorang dapat menjadi diri sendiri yang beridentitas

ketika ia tetap tinggal dalam masyarakatnya. Dan proses dialektika

tersebut terjadi menjadi tiga tahapan. Yang pertama Eksternalisasi: yang

mana proses ini merupakan penyesuaian diri terhadap lingkunganya.

Dalam hal ini usaha mencurahkan atau ekspresi diri ke dalam dunia, baik

dalam kegiatan mental maupun fisik. Hal ini sudah menjadi sifat dasar dari

manusia. Setiap individu akan mencurahkan semua yang ada dalam

dirinya kepada tempat dimana dia tinggal. Manusia tidak akan dimengerti

sebagai ketertutupan yang lepas dari dunia luarnya. Manusia berusaha

2 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007),h. 191

Page 28: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

18

menangkap dirinya sendiri, dan menghasilkan suatu dunia. Dengan kata

lain manusia menemukan dirinya sendiri dalam satu dunia.

Kedua objektivasi yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam dunia

intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses

institusionalisasi.3 Yang mana proses tersebut merupakan hasil dari proses

eksternalisasi manusia tersebut. dari proses tersebutlah akan menghasilkan

realitas objektif yang dapat menghadapi sang penghasil itu sendiri sebagai

suatu faksilitas yang berada diluar dan berbeda dengan manusia yang

menghasilkannya. Lewat proses objektivasi ini, masyarakat menjadi

realitas suigeneris (berbeda dengan yang lainya). Lewat eksternalisasi

kebudayaan manusia akan menghasilakan suatu alat untuk menunjang

kehidupanya, serta kebudayaan non-materiil seperti halnya dalam bentuk

bahasa.

Alat dan bahasa tersebutlah merupakan hasil dari proses

ekternalisasi manusia berhadapan dengan dunia. Hasil dari manusia itulah

merupakan realitas objektif. Bahkan ia dapat menghadapi manusia sebagai

penghasil produk kebudayaan, kebudayaan yang telah berstatus realitas

objektif. Yang mana hal tersebut berada diluar kesadaran manusia, ada

“disana” bagi setiap orang. Realitas objekif tersebut berbeda halnya

dengan kenyataan subjekif perorangan. Ia menjadi sebuah kenyataan yang

empiris dan dapat dipahami oleh setiap manusia.

3 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta:Prenada MediaGroup), h.15

Page 29: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

19

Ketiga adalah internalisasi merupakan proses individu

mengidentivikasi dirinya sendiri terhadap lemabaga sosial dimana dia

tinggal. Dengan kata lain internalisasi merupakan proses penyerapan

kemabali dunia objektif kedalam kesadaranya sehinga subjektif individu

terpengaruh terhadap struktur dunia sosial. Berbagai unsur dari produk

dunia yang terobjektifkan akan tertangkap menjadi gejala realitas diluar

kesadaran, serta menjadi gejala internal untuk kesaranya sendiri.

Melalui proses internalisasi tersebutlah manusia menjadi hasil dari

masyarakat. Selain itu, bagi Berger realitas tidak dibentuk secara ilmiah,

dan tidak juga diturunkan oleh Tuhan. Akan tetapi realitas merupakan

hasil bentukan dan dikosntruksi oleh manusia itu sendiri. Dengan kata lain

manusia mengkonstruksi realitas yang ada dalam masyarakat tersebut.

Atas dasar pemahaman itu realitas bersifat dinamis, dan berwajah

ganda atau plural. Dan setiap orang akan memiliki konstruksi yang

berbeda-beda atas suatu realitas. Hal tersebut didasari oleh pengalaman,

prefensi, pendidikan, lingkungan dan pergaulan antara satu individu

dengan individu yang lain berbeda, sehingga akan menafsirkan realitas

sosial itu dengan konstruksinya masing-masing.4

Dalam tiga proses tahapan Eksternalisasi, Objektivasi, dan

Internalisasi tersebut, masyarakat mengkonstruksi sendiri realitas sosial

yang ada dalam masyarakat. Realitas yang bersifat objektif dan sebujektif.

Realitas objektif terjadi akibat proses eksternalisasi individu terhadap

4 Eriyanto, Analisis Framing, (Yogyakarta: Lkis Group, 2002) h. 16-17

Page 30: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

20

lingkunganya. Sedangkan realitas subjektif terjadi akibat proses

internalisasi. Individu menyerap realitas yang terobjektivasi tersebut ke

dalam pikiranya sehingga akan mengakibatkan subjektifitas individu.

Menurut penjelasan Margaret M. Polama, Berger menegaskan

bahwasanya realitas sehari-hari memiliki dimensi sebjektif dan objektif.

Manusia merupakan instrument dalam menciptakan realitas sosial yang

objektif melalaui proses eksternalisasi. Hal tersebut mempengaruhi dalam

proses internalisasi yang mencerminkan realitas sosial secara subjektif.

Berger juga melihat masyarakat adalah produk dari manusia dan manusia

adalah produk dari masyarakat.5

Realitas sosial dalam masyarakat merupakan betukan atau

dikonstruk oleh manusia yang ada dalam masyarakat tersebut. Manusia lah

yang membentuk sebuah kelompok yang mengakibatkan timbulnya

sebuah kelompok sosial. Selain itu manusia dapat berkemabang tidak

hanya dengan lingkungan tertentu, tetapi dengan tatanan budaya dan soisal

tertentu.6 Dengan kata lain, manusia dapat berkembang tidak hanya

berinteraksi dengan lingkunaganya, namun dengan sosial budaya yang ada

di lingkungan tersebut.

Di dalam realitas sosial bentukan individu tersebut akan timbul

sebuah kebudayaan. Karena kebudayaan adalah produk dari seluruh

rangkaian proses sosial yang dijalankan oleh manusia dalam masyarakat

5 Margaret M. Polama, Sosiologi Kontenporer, (Jakarta: PT. RajagrafindoPersada, 2003), h. 320

6 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007)h.66

Page 31: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

21

dengan segala aktifitas.7 Kebudayaan ini merupakan hasil dari proses

objektivitas. Dan hasil dari kebudayaan tersebut merupakan realitas

objektif bagi masyarakat. Sementara itu manusia memiliki kodrat sendiri

atau lebih jelasnya manusialah yang mengkostruksi kodratnya sendiri atau

dapat dibilang manusia menghasilkan diri sendiri.8

Penjelasan Ritzer yang dikutip dalam buku”Konstruksi sosial

media massa” menjelaskan bahwa manusialah yang menjadi aktor kreatif

dari realitas sosial berdasarkan ide dasar teori dalam paradigma definisi

sosial yang sebenarnya.9 Manusia secara kreatif dan memiliki kebebasan

berekspresi untuk membentuk sebuah realitas sosial yang ada dalam

lingkungannya.

Kreatifitas yang ada dalam masyarakat tersebutlah yang

menghasilkan lingkungan dengan tingkat sosial yang berbeda-beda sesuai

dengan keadaan mereka bercampur dengan individu-individu lainnya.

Karena memang setiap individu tidaklah dapat membentuk sebuah realitas

sosial tanpa ada individu yang lainya. Realitas sosial merupakan keadaan

yang sebenarnya dalam kehidupan masyarakat, namun realitas yang ada

tersebut merupakan hasil kreatif masyarakat dengan menggunakan

kekuatan kosntruksi sosial masyarakat.

7 Ibid h.528 Peter L. Berger & Thomas Luckman, “The Social Construction of Reality, aTrease in the Sociologicl of Knowledge” (New York: Penguin Books, 1966), h.679 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta:Prenada MediaGroup), h.11.

Page 32: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

22

Selain itu juga dalam pandangan ontologi konstruktivis, realitas

merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu.10 Individu-

individu bebas melakukan sesuatu sesuai keinginannya agar terbentuk

sebuah sosial kemasyarakatan dan hubungan antara individu-individu lain,

karena pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa ada orang

lain disekitarnya.

Walaupun individu bebas melakukan sesuatu sesuai kreatifitas

masing-masing, namun pastilah mereka memiliki sebuah tujuan yang

berguna bagi dirinya atupun masyarakat disekitarnya. Seperti yang di

jelaskan oleh Max Webber, realitas sosial merupakan perilaku sosial yang

memiliki makna subjektif, karena perilaku memiliki tujuan dan motivasi.

Dalam paradigma komunikasi (Hidayat, 1999: 34) dimana realitas

sosial dilihat sebagai konstruksi sosial, dimana kebenaran suatu realitas

sosial bersifat relatif.11 Dalam hal ini sebuah realitas sosial masyarakat

tergantung bagaimana individu-individu mengkosntruksi sebuah realitas di

sekelilingnya yang dianggap relevan.

B. Film Features Dokumenter

1. Film

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film diartikan dengan

dua pengertian, yang pertama film merupakan selaput tipis berbahan

10 Ibid h.1111 Ibid h. 5

Page 33: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

23

seluloid yang digunakan untuk menyimpan atau mengabadikan gambar

negatif dari sebuah objek. Yang kedua film diartikan sebagai lakon

atau gambar hidup atau bergerak dalam konteks khusus, film juga

dapat disimpan dalam media seluloid tipis dalam bentuk gambar

negatif.12

Karena perkemabangan teknologi yang semakin maju, saat ini

film tidak hanya dapat disimpan dalam media seluloid, namun dapat

disimpan dalam media digital yang lebih praktis. Selain itu film dalam

bentuk gerak atau gambar hidup juga masuk dalam karya seni, atau

pun dapat menjadi sebagai media.

Film sebagai salah satu bentuk kesenian adalah sama dengan

media artistik lainya yang memiliki sifat-sifat dasar media yang terjalin

dengan susunan yang beragam. Seperti halnya seni pahat, lukisan, film

juga mempergunakan garis, susunan, warna, bentuk, volume, dan

massa sama baiknya dalam saling mempengaruhi antara cahaya dan

bayang-bayang.

Seperti halnya drama, film juga melakukan komunikasi verbal

dengan dialog, selain itu juga film menggunakan bahasa gambar untuk

membahsakan sebuah cerita. Seperti halnya novel, film mampu

memainkan waktu dan ruang.13 Kehidupan masa lampau dapat dilihat

saat ini dengan medium film tersebut.

12 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online13 Obrolan pribadi dengan Mahardika Yudha, seorang seniman dan pembuatfilm dokumenter

Page 34: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

24

Atas dasar itulah, dimensi waktu dalam film dapat berpaling ke

belakang, dan memandang kelampauan yang jauh. Film dapat

membuat waktu satu abad menjadi satu menit, Film juga dapat

menyatukan spektrum kepekaan manusia, baik dari yang paling

lembut, halus, rapuh, kejam, dan memuakkan. Selain itu film yang

baik senantiasa dapat menimbulkan ilusi kejadian filemis yang

berlangsung dalam batas waktu lebih lama dari waktu menonton film

tersebut. Bahwa dalam kajadian itu ada permulaan, pengembangan,

dan akhir, serta mempunyai jangka waktu tertentu.14

Menurut Andre Bazim15 film atau sinema itu adalah fenomena

gagasan.16 Gagasan yang direka oleh manusia itu sudah ada secara

lengkap dibenaknya. Selain itu film tidak hanya sebatas melestarikan

untuk objek disalut seperti halnya serangga dari zaman pualam, film

memebebaskan seni borok dari katalepsi mendadak. Untuk pertama

kalinya, citra benda juga merupakan citra kelangsunganya dan sebagai

mumi perubahan. Di lain pihak sinema adalah bahasa.17

Biarpun film merupakan sebuah media yang unik dengan

kelengkapan, dan kekhususanya yang membedakan dari kesenian lain

14 D.A, Peransi. Film/Media/Seni, (Jakarta: FFTV-IKJ PRESS, 2005), h.515 André Bazin mulai menulis pada 1943 dan salah satu yang mendirikan

Cahiers du Cinéma pada 1951 bersama Jaxques Doniol-Valcroze dan Joseph-MarieLo Duca. Ia adalah salah satu tokoh penting yang menghadirkan studi-studi filempasca Perang Dunia II. Sejak menjadi salah satu editor di Cahiers du Cinéma hinggakematiannya, Bazin telah melahirkan empat edisi koleksi tulisan-tulisannya. Bazinpercaya bahwa filem seharusnya merupakan representasi visi personal sutradara.Pandangan inilah yang menjadikan berkembangnya teori auteur.16 Andre Bazim. Sinema Apakah itu?. Terjemahan Dr. Rahayu S. Hidayatdari Qu’est Que le Cinema? / What is Cinema? (Jakarta. Pusat Pembinaan danPengembangan Bangsa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996), h.9.17 Ibid. h 5-6

Page 35: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

25

seperti seni lukis, pahat, ataupun, drama, filmlah bentuk yang paling

popular serta sebagai media untuk bercerita yang memiliki unsur-unsur

yang sama seperti yang ditemui dalam novel.

Karena film dapat menyajikan kisah secara lengkap dalam

bentuk dramatis, film memiliki banyak kesamaan dengan pertujukan

panggung. Keduanya bermain dalam gerak dan suara, serta dramatisasi

cerita. Namun dalam film, bahasa yang dijadikan titik tekan. Dalam hal

ini bahasa gamabarlah yang digunakan untuk membuat dramatik cerita.

Dalam film gagasan dibangun oleh sang sutradara dengan bahasa

gambar.

Selain film sebagai fenomena gagasan dan bahasa gambar,

namun film juga memiliki alur cerita atau plot. Seperti yang dijelaskan

oleh Haig P. Manoogian yang dikutip dari buku Film/media/seni, Alur

cerita atau plot merukapan sebuah penjabaran dari film, yang terdiri

dari rentetan-rentetan kejadian bermotivasi dan saling berhungan

antara sebab akibat. Struktur menunjuk kepada cerita untuk menyusun

dan mengintregasi kejadian-kejadian dari pola tersebut.

2. Features

Kamus besar bahasa Indonesia terbitan balai pustaka,

Mengartikan bahwa features adalah sebuah karya yang

menggambarkan tentang sesuatu dengan lebih detail agar dapat

dirasakan oleh penikmatnya lebih hidup dan tergambar dalam

Page 36: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

26

imajinasi.18 Dalam karangan yang berbentu features haruslah dapat

membawa khalayak ikut larut di dalam dan dapat menimbulkan

imajinasi yang sama dengan yang dirasakan oleh pembuat karya

tersebut.

Selain itu menurut Williamson yang dikutip dari buku “Menulis

untuk dibaca: feature & kolom” menjelaskan bahwasanya features

merupakan sebuah karya tulis kreatif, yang terkadang subjektif, yang

terutama untuk membuat senang dan menyuguhkan informasi kepada

pembaca tentang suatu peristiwa atau aspek dalam kehidupan.

Dalam hal ini features memiliki enam ciri-ciri: Ciri yang

Pertama merupakan hasil cipta penulis: yang mana karya features

tersebut bukanlah hasil curian gagasan orang lain, namun merupakan

buah pemikiranya sendiri terhadap memandang suatu peristiwa serta

sesuai pengalamanya, pengetahuan, dan perenungan. Dengan kata lain

features bukanlah sebuah karya yang dangkal, atau pencermatan

sepintas.

Karya features menjadi sebuah kreasi karya penulis, karena

telah melalui proses internal dari penulis. Sehingga karya yang ditulis

oleh penulis satu dengan satunya lagi akan berbeda. Hal ini disebabkan

pengalaman yang berbeda, pengetahuan, serta latar belakangnya. Atas

dasar itulah persepsi atau sudut pandangnya dalam tulisan mereka akan

berbeda pula.

18 Suhaimi dan Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik, (Ciputat: LembagaPenelitian UIN Jakarta, 2009). h. 32.

Page 37: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

27

Kedua adalah membuat senang, dalam hal ini membuat senang

tidak hanya bercertita tentang kesukacitaan, atau melawak, namun

lebih dari itu. Features dapat menimbulkan inspirasi, kelegaan,

menambah wawasan, dan panaroma tentang subjek, selain memiliki

unsur hiburan. Karya features memang tidak seserius sebuah analisis

politik atau karya berita-berita hangat (straight news) yang

menghadirkan fenomen-fenomena yang sedang hangat-hangatnya

dalam masyarakat, mauapun dunia perpolitikan. Namun feature lebih

detail, faktual, enak, dan santai dalam menceritakan. Tidak hanya itu

features juga memiliki dimensi sendiri untuk menjelaskan atau

memberi latar belakang suatu peristiwa.

Ketiga adalah informatif, yang mana setiap fakta atau peristiwa

dapat dikatakan informatif tatkala mengandung unsur kebaruan. Dalam

hal ini kebaruan tidak hanya peristiwa atau kejadian yang baru, namun

juga dapat engle gagasanya yang baru. Patut diketahui bahwasanya

sudut pandang yang baru tidak harus objek yang baru pula.

Keempat, kadang kala subjektif, pada dasarnya memang

sedikit sulit untuk menghindari subjektivitas dalam sebuah berita.

Seperti halnya kita memilih narasumber A, karena tidak adanya

narasumber yang lain. Hal tersebut merupakan subjektivitas sang

wartawan. Seperti halnya dengan feature yang memakai narasumber

yang beragam dibandingkan dengan berita laianya.

Page 38: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

28

Subjektivitas dalam karya features tidak hanya dari

narasumbernya sendiri, namun juga dalam penulisanya. Sebagai “seni

bercerita” features memiliki unsur lead, body dan ending. Ia memiliki

unsur tulisan yang secara imajinasi digambarkan seperti “bidak catur”.

Bangunan atau struktur yang bebas tidak akan menemukan bangunan

cerita yang mudah dipahami, namuan dalam features bagunan atau

struktur tersebut harus memiliki cara dan teknik bercerita, maka tulisan

tersebut harus memiliki unsur penceritaan.

Dalam proses penyuntingan tulisan ada yang dihilangkan, dan

ada bagian yang ditambahkan agar terbentuk susunan cerita.

Subjektivitas features terkadang timbul dari hal tersebut, namun

features yang baik tidak akan meningalkan profesionalitas agar tulisan

tetap objektif dan faktual.

Kelima tentang kehidupan yang terpendam, merupakan sesuatu

yang tidak terkait dengan alam raya atau berada dalam persembunyian

makro dan mikro komis yang menunggu eksplorasi sang kreator untuk

menggagasnya. Dengan kata lain karya features dibangun dari realitas

yang tidak biasa dilihat oleh orang lain atau bukan fenomena yang

sedang hangat-hangatnya dibahas oleh media massa atau masyarakat.

Features adalah suatu karya yang tidak lekas basi. Dapat

dikatakan tidak lekas basi, karena features sebuah karya yang

menggali cerita dari sebuah fakta. Informasi yang disampaikan adalah

Page 39: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

29

penelusuran tentang masalah yang ditulis, sehinggga banyak data dan

informasi pendukung dalam tulisan yang cukup panjang.

Dalam tenggang waktu peliputan, features berbeda dengan

berita laianya, karena karya ini memiliki tenggang waktu yang lebih

lama sehingga akan mendapatkan informasi yang lebih mendalam serta

dalam penyajianyapun harus memiliki unsur cerita.19

Selain ciri-ciri itu, features dalam karya junalistik merupakan

sebuah berita ringan yang mengangkat human interst atau hal-hal yang

dianggap menarik, bermanfaat, dan mendatangkan rasa simpati serta

perlu diketahui oleh masyarakat luas.20 Human Interst itu sendiri

merupakan apa-apa yang terkait dengan ketertrikan dalam minat

seseorang.21

Kisah Human interst features dapat menjadi lebih hidup, dan

berwarna khalayak diajak untuk membayangkan detail-detail,

tindakan, atau latar tertentu. Hal ini dilakukan agar pembaca dapat

dibawa dan hanyut dalam tempat kejadian, merasakan apa yang

dirasakan penulis, baik yang sifatnya sedih ataupun senang.

Seolah-olah pembaca berada di tempat kejadian peristiwa atau

keadaan sosial yang ditulis sang penulis.22 Itu merupakan features

19 Zulhasril Nasir, Menulis untuk dibaca: feature & kolom, (Jakarta: YayasanObor Indonesia, 2010), h. 48-5520 Dana Iswara, Mengangkat Peristiwa Ke Layar Kaca, (Jakarta: Lembaga

Studi Pers dan Pengembangan, 2007), h. 77.21 Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontenporer, (Jakarta: Yayasan OborIndonesia, 2005), h. 3622 Ibid h.37

Page 40: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

30

dalam konteks teks, dan tidak berbeda halnya dengan konteks audio

visual dalam hal ini film. Yang membedakan dari keduanya hanyalah

dalam konteks tulis dan gambar bergerak, secara konseptual keduanya

sama. Karena features dalam bentuk audio visual merupakan hasil

adopsi dari karya features tulis. Selain dapat membangun imajinasi

yang akan membawa khalayak hanyut dalam karya tersebut, karya

features pada umumnya berpijak pada jurnalisme, yaitu memberikan

informasi, serta dapat menghibur khalayak media massa.

Menurut Sumadiria (2005:150) yang dikutip dalam buku Bahasa

Jurnalistik menjeaskan bahwa features adalah cerita atau karangan

yang berpijak pada fakta dan data yang diperoleh melalui proses

jurnalistik.23 Karena features ini adalah sebuah karya yang sering ada

dalam media massa baik cetak ataupun televisi. Features ada di media

massa untuk memberikan informasi yang berbeda kepada khalayaknya

agar khalayak dapat tetap menikmati informasi yang lebih ringan dan

mengandung hiburan.

Features berita bukalah sebuah berita yang sekedar berita

faktual yang menggunakan kaidah jurnalistik piramida terbalik, namun

juga sebuah berita yang dikemas dengan lebih menarik dan dibubuhi

aspek human interst agar berita yang dihasilkan tidak datar dan lebih

dramatik, atau dalam hal ini menurut Friedlender dan Lee yang dikutip

dalam buku “Jurnalisme Kontenporer” bentuk beritanya lebih cair.

23 Suhaimi dan Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik, (Ciputat: LembagaPenelitian UIN Jakarta, 2009). h. 32

Page 41: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

31

Selain itu features memang sangat dekat dengan karya sastra.

Kisah features memiliki ekspresi yang dibangun dengan gairah. Kisah

dalam human interst juga menyimpan symbol-silmbol yang akan

memberikan pesan dibalik deskripsi-deskripsi yang ada dalam karya

tersebut. Atas dasar kedekatan itulah, maka features dalam pembuatan

dan pendeskripsianya harus membutuhkan kreatifitas.24

Dalam pengemasan sebuah karya features memang harus dapat

membentuk imajinasi kepada khalayak agar dapat membawanya

hanyut dalam berita teresebut. Khalayak tidak diberikan informasi

yang bersifat berita langsung, namun disuguhkan sebuah berita yang

syarat akan informasi dan hiburan.

Walapun demikian features juga karya jurnalistik yang dibuat

dari peristiwa atau isu sosial yang nyata dalam kehidupan masyarakat.

Features memang banyak kita temukan dalam media massa baik dalam

bentuk tulisan, maupun audio visual. Features dalam bentuk audio

visual biasanya ada dalam program dokumenter televisi yang

memberikan hiburan dan informasi selain berita pada umumnya,

karena bentuk features ini lebih mendalam, namun lebih terlihat santai

seperti halnya kita membuat sebuah karya sastra.

Menurut hemat peneliti, features dalam konteks audio visual

tidaklah jauh berbeda dengan konteks karya tulis yang selama ini

sering muncul di berbagai media cetak. Yang membedakan dalam hal

24 Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontenporer, (Jakarta: Yayasan OborIndonesia, 2005), h. 38

Page 42: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

32

ini hanyalah betuk visual gambar bergerak dengan tulisan, namun

pengemasan sama-sama memberikan sentuhan aspek human interst

yang menimbulkan dramatik dan imajinasi pembaca ataupun penonton.

Selain digunakan oleh media massa untuk membuat berita yang

berbeda, features juga digunakan dalam dunia perfilman, salah satunya

yaitu film dokumenter yang dibuat dengan pendekatan features.

Walaupun diadopsi oleh dunia film, namun pada dasarnya tidak jauh

berbeda dengan features yang ada di media massa.

Keduanya juga menekankan pada aspek human interst, dan

memiliki ciri khas yang sama, namun dalam film haruslah ditambah

dengan aspek film yang utuh. Selain itu dalam media massa

informasilah yang menjadi aspek yang harus ditonjokan, namun dalam

film atau sinema gagasan apa yang akan diberkan kepada khalayaknya.

3. Film Dokumenter

Film dokumenter dalam kamus besar bahasa indonesia

dijelaskan bahwa sebuah karya yang bersifat dokumentasi dalam

bentuk film mengenai suatu peristiwa bersejarah, atau suatu aspek seni

budaya yang mempunyai makna khusus agar dapat menjadi alat

penerangan dan alat pendidikan.25 Namun pada dasarnya tidak hanya

peristiwa bersejarah atau seni budaya, namun lebih terhadap

mendokumentasikan kenyataan yang dalam kehidupan kita.

25 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online

Page 43: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

33

Film dokumenter atau yang sering banyak orang bilang sebagai

film non fiksi merupakan sebuah karya film yang dihasilkan dari

realita atau fakta yang ada dalam kehidupan sehari-hari baik

pengalaman hidup sesorang ataupun peristiwa.26 Film dokumenter

dibuat dari kenyataan-kenyataan atau realitas objektif, yang mana

kenyataan itu dibangun dengan interpretasi pembuatanya.27

“A movie abaut real life. And that is precisely the theproblem, documentaries are about real life, they are not reallife. They are not even windows onto real life. They are portraitsof real life, using real life as their raw material, constructed byartists and technicians who make myriad decisions abaout whatstory to tell to whom, and for what purpose. 28

“Sebuah film tentang kehidupan nyata. Dan itu lah yangmenjadi sebuah masalah, dokumenter adalah sebuah kehidupannyata. Tetapi juga bukan kehidupan nyata, bahkan dokumenterbukan jendela untuk melihat kehidupan nyata atau kenyataanhidup. Dokumenter adalah sebuah kehidupan nyata. Kehidupannyata adalah sebuah bahan yang digunakan oleh seniman untukmembuat keputusan tentang cerita dan kepada siapa cerita ituditujukan.”

Walaupun film dokumenter merupakan sebuah film yang

dibangun dari sebuah kenyataan yang ada dalam kehidupan manusia,

namuan pada dasarnya film ini juga harus melalui proses editing, dan

menentukan keputusan terhadap alur agar dapat menghasilkan sebuah

26 Garzon R. Ayawaila. Dokumenter dari Ide sampai Produksi, Jakarta: FFTV-IKJ PRESS, 2008), h. 35.27 D. A, Peransi. Film/Media/Seni. (Jakarta. FFTV-IKJ PRESS, 2005), h.46.28 Patricia Aufderheide. Documentary Film (a very short introduction), (NewYork: Oxford University Press, 2007). h.2.

Page 44: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

34

alur cerita seperti halnya film fiksi. Selain itu dokumenter merupakan

potret realitas sebenarnya.

Penentuan keputusan cerita dilakukann oleh seorang sutradara

yang ingin membuat film tersebut. Selain itupula dalam membuat

sebuah film dokumenter pastilah memiliki sebuah tujuan. Baik yang

digunakan untuk propaganda atau hanya sekedar memberikan

informasi, memberikan tontonan, dan pendidikan sinema yang

sebenernya lewat sebuah film yang berbeda yaitu lewat film

dokumenter. Semua tujuan dan kepentingan dalam pembuatan film

dokumenter tergantung sang pembuat. Di dalam setiap kepentingan

tersebut pastilah memiliki target siapa yang akan menonton filmnya.

Film dokumenter dan film fiksi tidaklah memilki perbedaan

yang berarti, keduanyanya sama-sama sebuah sinema. Yang

membedakan diantara keduanya adalah hanya dalam bahan

pembuatanya. Dokumenter berasal dari realita nyata, dan fiksi berasal

dari karangan manusia.

Dalam film fiksi cerita dikarang oleh seorang pembuat

skenario, sedang dalam film dokumenter cerita berdasarkan cerita asli

yang ada dalam kehidupan manusia. Selain itu dalam film jenis ini

pada umumnya mengandalkan voice over narasi untuk

menggambarkan rekaman yang dihasilkan ketika proses produksi. Ini

dibuat agar film dokumenter dapat lebih hidup, dan dapat lebih

memberikan sebuah informasi kepada penontonya.

Page 45: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

35

Sebuah film dokumenter juga sering kali berisi wawancara

dengan orang-orang yang menjadi tokoh dalam film yang sedang

diangkat untuk memberikan informasi. Wawancara dengan narasumber

atau tokoh yang akan diangkat dalam sebuah film dokuemnter tidak

selalu dilakukan. Semua itu tergantung sudah cukupkah informasi atau

gagasan yang akan diberikan ke khalayak hanya dengan bahasa

gambar.

Atas dasar itulah Film dokumenter dapat dibilang sangat erat

kaitanya dengan jurnalisme. Selain karena keduanya dibangun dari

sebuah realitas atau fakta yang sebenarnya, juga kaidah-kaidah yang

ada dalam karya jurnalistik seperti 5 W + 1 H serta wawancara.

Namun dalam karya jurnalistik lebih ditekankan pada sebuah informasi

atau berita yang hangat atau aktual.29 Sedang dalam film dokumenter

adalah gagasan apa yang ingin diberikan kepada khalayak. Selain itu

juga film dokumenter dibangun dengan kreatifitas dan pengetahuan

tentang film sang pembuatnya.

Jeremy Hicks dalam buku ‘Dziga Vertov Defining Documentary

film’ menjelaskan bahwa dahulu zaman soviet dokumenter berasal dari

transpormasi kreatif sebuah newsreel.30 Transpormasi kreatif dari

sebuah karya jurnalistik tersebut dapat menghasilkan sebuah karya

yang dapat memberikan hiburan serta informasi sekaligus.

29 Suhaimi dan Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik, (Ciputat: LembagaPenelitian UIN Jakarta, 2009), h. 28.30 Jeremy Hicks. Dziga Vertov Defining Documentary film, (London : I.B.Tuoris, 2007). h.1.

Page 46: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

36

Proses pembuatan sebuah informasi dalam film dokumenter

dapat menggunakan banyak perangkat. Dalam pembuatan film

dokumenter haruslah merekam peristiwa yang bener-bener terjadi

dalam masyarakat, begitu pula dengan karya jurnalistik, namun film

dokumenter dapat menyampakan informasi dengan cara yang lain.31

Atas dasar dibangunya sebuah film dokumenter dari realitas

yang ada dalam kehidupan manusia, maka film dokumenter pada

umumnya berperan sebagai unsur yang mencerdaskan penonton dan

masyarakat. Karena kenyataan sebenar-benarnya yang diberikan

kepada masyarakat sehingga masyarakat atau penonton dapat

menafsirkan serta membuka perspekti baru terhadap kenyataan yang

dibangun menjadi sebuah film, dan disnilah hakekat yang sebenarnya

terhadap film dokumenter.

31 David Bordwell. Film Art An Introduction. (New York: McGraw-Hill,2003), h. 128.

Page 47: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

37

BAB III

GAMBARAN UMUM FILM DAN KOMUNITAS PEMBUAT FILM

A. Gambaran Umum Film Dongeng Rangkas

1. Sinopsis Film

Film ini berusaha memotret Rangkasbitung dari aktivitas-

aktivitas masyarakat yang diwakili oleh sosok dua orang penjual tahu;

Kiwong dan Iron. Dua tokoh ini dapat dianalogikan sebagai potret dua

pemuda yang hidup paska Reformasi 1998 yang hidup di sebuah kota

berjarak 120 Km dari ibu kota Jakarta. Kota yang menjadi terkenal

oleh buku Multatuli itu, sepertinya begitu lambat tumbuh, di antara

hingar-bingar pembangunan paska Reformasi.

Kiwong dan Iron adalah dua pemuda sederhana yang memilih

hidup sebagai pedagang tahu, sementara mimpi-mimpinya tetap

dipegang teguh. Kiwong bermimpi menjadi pemuda yang lebih baik,

yang menjadikan keluarga hidup lebih baik dari sebelumnya.

Sedangkan Iron, percaya musik adalah anugrah dari Tuhan, dan ia

ingin terus mengembangkan fantasi musiknya di jalur ‘underground’.

Walapun Iron seorang metal dan berada dalam jalur musik

underground, namun ia tidak lantas meninggalkan kewajiban sebagai

seorang muslim yaitu sholat. Bagi Iron metal bukan tiga jari, namun

satu jari telunjuk yang dimaknai olehnya sebagai perlambang

syahadat. Sedangkan Kiwong seoarang anak manusia yang pernah

Page 48: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

38

mengadu nasib di Jakarta, hingga pada ahirnya diapun kembali ke

kampung aslinya di Rangkasbitung dan bekerja sebagai penjual tahu.

Hal ini dia lakukan tidak lebih untuk mencari hidup yang lebih baik

dari sebelumnya.1

Selain pernah meraih juara pertama film feature dokumenter

panjang terbaik dalam ajang festival tahunan di Festival Film

Dokumenter (FFD) Yogyakarta tahun 2011, juga pernah masuk dalam

festival bertaraf internasional yaitu special screening di DMZ – 3rd

Korean International Documentary Film Festival 2011, “Asian

Perspective” Poju, South Korea, serta amnesty aword official

competition selection di Copenhagen International Documentary Film

Festival (CPH:DOX) 2011, Copenhagen, Denmark.2

2. Produksi Film

Produksi film ini berlangsung selama tiga bulan, dari bulan Mei

sampai dengan Juli 2011. Produksi ini melibatkan pelaku dokumenter

dari Forum Lenteng, Jakarta, dan Saidjah Forum, Rangkasbitung.

Selain itu dalam penyutradaraannya berkolaborasi dengan melibatkan

beberapa lima sutradara dalam pembuatan film Dongeng Rangkas.

Proses perekaman film tersebut dilakukan di desa Kampung

Muara, kawasan Sungai Ciujung, Kota Rangkasbitung, dan suasana

Kereta Api Rangkasbitung. Film Dongeng Rangkas hadir sebagai

1 Website film Dongeng Rangkas http://dongengrangkas.akumassa.org/tentang/2 Litbang Forum Lenteng

Page 49: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

39

usaha untuk merekam persoalan lokal, serta produksi doumenter ini

merupakan bagian dari peningkatan kapasistas Komunitas akumassa

yang diprakarsai oleh Forum Lenteng.

Kerja-kerja yang dilaukan oleh akumassa yaitu melakukan

pendidikan media kepada Komunitas-komunitas yang ada di

Indonesia dalam rangka membangun kesadaran “media” kepada

masyarakat sebagai bagian dari pengembangan diri dan masyarakat

sekitar

Akumassa adalah aku dan massa (masyarakat), dalam hal ini

aku merupakan bagian dari masyarakat itu. selain itu akumassa

merupakan program advokasi dan pengembangan komunitas dalam

bentuk lokakarya (workshop) yang difasilitasi oleh Forum Lenteng.

Secara mendasar, program akumassa adalah tentang penggunaan

medium video, text dan media online di komunitas-komunitas pekerja

kreatif muda (mahasiswa, seniman muda, pelaku budaya lokal) di

Indonesia guna mendorong kemandirian dalam masyarakat. Program

ini memfokuskan kepada pengkajian aspek-aspek sosial dan budaya

yang dibentuk sebagai materi pembelajaran guna mengupayakan

kesadaran partisipatoris akan persoalan-persoalan yang hidup di dalam

masyarakat.3

Program ini merupakan kerja kolaborasi dan berjejaring

dengan berbagai Komunitas di daerah dengan melakukan pelatihan

3 Litbang Forum Lenteng

Page 50: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

40

media (video, teks, fotografi, dan media online). Sejak 2008 hingga

saat ini, program akumassa telah dilaksanakan di 10 lokasi, yaitu:

(Rangkasbitung, Lebak, Banten), (Ciputat, Tangerang Selatan,

Banten), (Cirebon, Jawa Barat), (Lenteng Agung, Jakarta Selatan),

(Padang Panjang, Sumatera Barat), (Serang, Banten), (Surabaya, Jawa

Timur), (Randublatung, Blora, Jawa Tengah), (Pemenang, Lombok

Utara, Nusa Tenggara Barat) dan (Depok, Jawa Barat).4

3. Tim Produksi Film

a. Kolaborasi Penyutradaraan: Andang Kelana, Badrul “Rob” Munir,

Fuad Fauji, Hafiz & Syaiful Anwar

b. Kamera: Syaiful Anwar & Fuad Fauji

c. Asisten Kamera: Andang Kelana & Badrul Munir

d. Pewawancara: Badrul “Rob” Munir, Andang Kelana, Fuad Fauji,

Helmi Darwan & Zainudin “Dableng

e. Penyunting: Hafiz & Syaiful Anwar

f. Penyelaras Suara: H. Sutan Pamuncak

g. Koreksi Warna: Ari Dina Krestiawan

h. Dokumentasi: Badrul Munir, Fuad Fauji, Zainudin “Dableng”,

Bima Mulia, Aboy Sirait, Andang Kelana, Litbang Forum Lenteng

dan Litbang Saidjah Forum

i. Manajer Lapangan: Helmi Darwan

4 www.akumassa.org

Page 51: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

41

j. Asisten Manajer Lapangan: Aboy Sirait, Kuni Ahmed

k. Pimpinan Produksi: Otty Widasari

l. Produser: Hafiz Rancajale

4. Biografi Singkat Sutradara

a) Fuad Fauzi

Fuad Fauji dilahirkan di Lebak, 10 Maret 1983. Fuad Fauji

menetap di Forum Lenteng Jakarta sebagai periset dan penulis seni

rupa. Tahun 2005 ia dan kawan-kawan lainnya terlibat mendirikan

komunitas Saidjah. Kerja video pertamanya adalah “Saidjah

Project”, 2005. Pada tahun 2007 akhir, ia mendapatkan gelar S1

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa, konsentrasi Jurnalistik.

Film fiksi pertamanya “Maria”, hasil project workshop

Cerpen ke Filem yang diadakan Forum Lenteng, 2008. Dia

dibesarkan oleh keluarga yang sederhana. Kedua orang tuanya

petani musiman di Leuwidamar. Kadang bertani kadang tidak.

Ayahnya telah meninggal bersamaan dengan kerja residensi

pertamanya di Tanjung Priuk tahun 2009. Terlibat dalam produksi

teks dan video dokumenter di akumassa. Sejak tahun 2010 hingga

sekarang ia bekerja dengan Dewan Kesenian Jakarta sebagai

peneliti kritik seni rupa Indonesia.

Page 52: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

42

Bersama program akumassa dan Saidjah Forum, karya-

karyanya telah diputar di berbagai perhelatan filem dan seni rupa,

antara lain; Festival Film Dokumenter ke-9 (2009); The Loss of

The Real, Selasar Sunaryo Art Space, Bandung (2010);

Decompression #10, Expanding Space and Public, ruangrupa,

Galeri Nasional Indonesia – Jakarta (2010); The Decade of

Reformation: Indonesian Film/Video, Artsonje Arthall, Korea

Selatan; 24 Edition Images Festival, Toronto Free Gallery, Kanada;

Selametan Digital, Langgeng Art Foundation, Yogyakarta (2011);

Entre Utopia y Distopia-Palestra Asia di Museo Universitario Arte

Contemporaneo, Meksiko (2011)

b) Badrul Munir

Badrul Munir dilahirkan pada 16 April 1978. Menyelesaikan

studi Hubungan Masyarakat di LP3I tahun 2000 dan studi Ilmu

Dakwah di STITDA, Lebak tahun 2008-2009. Pengajar ilmu Bahasa

Inggris di STKIP Banten & STIB Pandeglang ini merupakan pelopor

musik underground di Lebak, terutama di Kitarung Underground

sejak tahun 1997-98.

Ia pernah bermain di Poster Cafe pada tahun 1996 bersama

bandnya Pupils sebagai vokalis, yang memenangi juara satu festival

band se-Jabotabek tahun 1997. Di sela-sela itu ia juga membuka

kursus bahasa Inggris secara perorangan (privat). Tahun 2000, ia

aktif di HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia).

Page 53: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

43

Sejak tahun 2007, lelaki yang akrab dipanggil Cak Rob ini

mulai aktif di Saidjah Forum dan terlibat dalam proyek akumassa,

Lebak di akhir tahun 2008. Video individu terakhir yang dibuatnya

yaitu Bahbir di tahun 2010. Bersama program akumassa dan Saidjah

Forum.

Karya-karyanya telah dipresentasikan di berbagai perhelatan

filem dan seni rupa, antara lain; Festival Film Dokumenter ke-9

(2009); The Loss of The Real, Selasar Sunaryo Art Space, Bandung

(2010); Decompression #10, Expanding Space and Public,

ruangrupa, Galeri Nasional Indonesia – Jakarta (2010); The Decade

of Reformation: Indonesian Film/Video, Artsonje Arthall, Korea

Selatan; 24 Edition Images Festival, Toronto Free Gallery, Kanada;

Selametan Digital, Langgeng Art Foundation, Yogyakarta (2011);

Entre Utopia y Distopia-Palestra Asia di Museo Universitario Arte

Contemporaneo, Meksiko (2011).

c) Andang Kelana

Andang Kelana dilahirkan di Jakarta pada 7 Mei 1983. Dalam

beberapa tahun terakhir, seniman ini fokus dalam mengembangkan

proyek seni media melalui karya-karya web-base. Ia pernah studi

ilmu komunikasi di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP),

Jakarta, namun tak lulus.

Desainer Grafis paruh waktu ini mendirikan KelanaDesain

(Rumah Desain) di tahun 2005-2007, Di tahun 2010 mendirikan

Page 54: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

44

Merah Membara (Rumah Desain) bersama kawannya. Dan saat ini ia

bekerja sebagai Kekretaris Jendral di Forum Lenteng.

Pengalamannya dalam filem-video dimulai pada tahun 2003

dengan menjadi partisipan dalam Massroom Project yang

menghasilkan 9 video dokumenter tentang Jakarta. Tahun 2005 ia

menjadi partisipan sekaligus koordinator dalam proyek video

dokumenter di Meksiko atas kerjasama Forum Lenteng dan El-

TVDCM, El Despacho, Meksiko dengan tajuk Intimacy Project.

Setelah itu ia aktif sebagai fasilitator dalam berbagai loka karya

video baik yang diadakan oleh komunitas maupun instansi

pemerintah dalam mensosialisasikan seni media di berbagai daerah

di Indonesia.

Selain itu tahun 2010 ia terlibat dalam proyek filem

dokumenter Crossing The Boundaries: Cross-Culture Video Project

For Peace 2010 bersama Yayasan Interseksi. Selain video, ia juga

terlibat dalam pameran fotografi, antara lain; tahun 2004 ia pameran

foto bersama sejumlah perupa kontemporer Indonesia dengan tajuk

Top Collection.

Ia juga terlibat dalam penyelengga-raan Jakarta 32oC yang

dibentuk kelompok ruang rupa Jakarta sejak tahun 2004 hingga

2010. Tahun 2006 ia berpameran fotografi JEDA di Galeri Cipta III-

Taman Ismail Marzuki dan Rumah Seni Cemeti, Yogyakarta. Tahun

2010, komposer musik elektronik ini terlibat dalam pameran ID

Page 55: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

45

Contemporary Art Indonesia di Gallery Kunstraum

Kreuzberg/Bethanien, Berlin.

Sedang bersama Forum Lenteng, karya-karyanya telah

dipresentasikan baik dalam perhelatan festival filem nasional seperti;

Jakarta International Film Festival, Festival Film Dokumenter,

maupun dalam perhelatan internasional, seperti International Film

Festival Rotterdam, Belanda; Zinebi International Festival

Documentary and Short Film of Bilbao, Spanyol; Experimenta,

India; Internationale Kurzfilmtage Oberhausen, Jerman. Juga

perhelatan seni rupa, seperti Pameran Entre Utopia y Distopia-

Palestra Asia di Museo Universitario Arte Contemporaneo, Meksiko

tahun 2011 dan 24 Edition Images Festival (Special Presentation),

Toronto Free Gallery, Kanada di tahun yang sama.

Selain berkarya, ia juga beberapa kali menjadi pembicara

dalam berbagai diskusi dan seminar, antara lain pada Video Vortex

#7 yang diadakan di Yogyakarta pada tahun ini. Baru-baru ini

berpameran bersama Forum Lenteng dalam Pameran Seni Video

“Membajak TV” di Komunitas Salihara dengan karya “Masa

Analog, Masa Represi”.

d) Syaiful Anwar

Syaiful Anwar dilahirkan di Jakarta pada 26 Februari 1983. Ia

menyelesaikan Strata 1 ilmu komunikasi di Institut Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik di tahun 2007. Tahun 2010 ia terlibat dalam proyek

Page 56: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

46

filem dokumenter Crossing The Boundaries: Cross-Culture Video

Project For Peace 2010 bersama Yayasan Interseksi.

Tahun 2011, karya videonya menjadi salah satu pemenang

kompetisi seni media yang diselenggarakan oleh Direktorat

Kesenian, Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film,

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Di tahun yang sama ia menjadi mentor untuk workshop video

dalam perhelatan Jakarta 32oC. Ia juga pernah terlibat dalam

beberapa pameran fotografi, antara lain; pameran fotografi JEDA di

Galeri Cipta III-Taman Ismail Marzuki dan Rumah Seni Cemeti,

Yogyakarta, pada tahun 2006.

Kini ia tinggal dan bekerja di Jakarta sebagai Koordinator

Produksi di Forum Lenteng. Bersama Forum Lenteng, karya-

karyanya telah dipresentasikan baik dalam perhelatan festival filem

nasional seperti; Jakarta International Film Festival, Festival Film

Dokumenter, maupun dalam perhelatan internasional, seperti

International Film Festival Rotterdam, Belanda; Zinebi International

Festival Documentary and Short Film of Bilbao, Spanyol;

Experimenta, India; Internationale Kurzfilmtage Oberhausen,

Jerman. Juga perhelatan seni rupa, seperti Pameran Entre Utopia y

Distopia-Palestra Asia di Museo Universitario Arte Contemporaneo,

Meksiko tahun 2011 dan 24 Edition Images Festival (Presentasi

Khusus), Toronto Free Gallery, Kanada di tahun yang sama. Selain

Page 57: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

47

itu ia juga berpameran bersama Forum Lenteng dalam Pameran Seni

Video “Membajak TV” di Komunitas Salihara dengan karya “Masa

Analog, Masa Represi”.

e) Hafiz

Hafiz dilahirkan di Pekanbaru pada 4 Juni 1971. Perupa dan

Pembuat Video ini menyelesaikan studi Seni Murni di Institut

Kesenian Jakarta tahun 1994. Ia salah satu pendiri Forum Lenteng

(2003) dan Ruangrupa (2000).

Sebagai perupa, ayah dari seorang anak ini aktif melakukan

pameran di dalam maupun di luar negeri, diantaranya: Pameran di

Cemeti Art House (1999, 2002, 2005); Bentara Budaya, Yogyakarta

(1997); Galeri Cipta, Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta (1999,

2002); Pameran/Residensi Painting Project di Centre Soleil de

Afrique, Bamako, Mali (2001); Gwangju Bienalle Korea (2002);

Bienalle Istambul Turki (2005); dan New Beginners Project di

TENT. Center Rotterdam, Belanda (2005); 24 Edition Images

Festival, Toronto Free Gallery, Kanada (2011); Entre Utopia

Distopia-Palestra Asia di Museo Universitario Arte Contemporaneo,

Meksiko (2011).

Ia juga seorang sutradara film dokumenteer, dan ia pernah

menyutradarai beberapa film dokumenter baik individu maupun

kerja kolaborasi dengan sutradara dari beberapa negara diantaranya

The Valley of the Dog Songs (2005), The Carriage (2008), Alam:

Page 58: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

48

Syuhada (2005), BE RTDM (2006), Bertemu Jen (2008) yang

merupakan salah satu bagian dalam omnibus 9808.

Karya-karyanya telah diputar di berbagai perhelatan filem baik

nasional maupun internasional, seperti International Film Festival

Rotterdam, Belanda; Zinebi International Festival Documentary and

Short Film of Bilbao, Spanyol; Experimenta, India; Internationale

Kurzfilmtage Oberhausen, Jerman. Pada perhelatan 24 Edition

Images Festival tahun 2011,

Pernah menjadi salah satu juri dalam kompetisi internasional.

Ia juga seorang penulis kritik filem dan seni rupa di berbagai terbitan

nasional, sebagai editor Jurnal Kebudayaan KARBON (2000-2003),

dan sejak 2009 menjadi Pemimpin Redaksi Jurnal Online Film-

Video Footage.

Hafiz juga aktif menjadi pembicara dalam diskusi ataupun

seminar yang diadakan baik nasional maupun internasional, seperti

Simposium “Globalism-Chances, Discontents, and Extremes di

Museum of Contemporary Art (MUMOK) di Wina, Austria, dan

Video Vortex #7 di Yogyakarta pada tahun 2011. Bersama Forum

Lenteng ia melakukan pameran seni video “Membajak TV” di

Komunitas Salihara dengan karya “Masa Analog, Masa Represi”.

Tahun 2006 sampai 2008 ia menjadi kurator tamu untuk

pameran dan riset yang diadakan oleh Komite Senirupa Dewan

Kesenian Jakarta. Sejak 2003, menjadi Artistic Director (Kurator

Page 59: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

49

OK.Video – Jakarta International Video Festival) yang diadakan

oleh Ruangrupa Jakarta di Galeri Nasional Indonesia hingga

sekarang. Di sela-sela kesibukannya sebagai Ketua Forum Lenteng,

ia juga bekerja sebagai kurator independen dalam pergelaran filem,

video, maupun seni rupa nasional dan internasional.5

B. Gambaran Umum Komunitas Pembuat Film

1. Forum Lenteng

Forum Lenteng adalah organisasi nirlaba egaliter sebagai

sarana pengembangan studi sosial dan budaya. Forum Lenteng berdiri

sejak tahun 2003 yang didirikan oleh mahasiswa (ilmu

komunikasi/jurnalistik), pekerja seni, periset dan pengamat

kebudayaan untuk menjadi alat pengkajian berbagai permasalahan

budaya dalam masyarakat, guna mendukung dan memperluas peluang

bagi terlaksananya pemberdayaan studi sosial dan budaya Indonesia.

Forum Lenteng bekerja dengan merangkum serta mendata

aspek-aspek sosial dan budaya yang mencakup kesejarahan dan

kekinian di dalam kerangka kajian yang sejalan dengan perkembangan

jaman dengan mengadakan pendekatan solusif bagi keberagaman

permasalahan sosial dan budaya di Indonesia serta dunia internasional.

Salah satu medium yang digunakan Forum Lenteng adalah medium

audio visual (film dan video). Komunitas ini berlokasi di Jalan Raya

5 Website film Dongeng Rangkas, www.dongengrangkas.akumassa.org

Page 60: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

50

Lenteng Agung Nomor 34 RT.007/RW.02, Lenteng Agung, Jakarta

Selatan, Jakarta 12610.

a. Visi

Menjadikan masyarakat Indonesia yang terbuka dan kritis

melalui proses belajar, memberi dan menerima informasi yang

terbuka, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan, sejarah dan

keberagaman dalam menghadapai perubahan sosial politik ke

depan.

b. Misi

Membangun sistem komunikasi dan informasi yang terbuka dan

independen dalam rangka melakukan upaya-upaya partisipasi yang

lebih luas (menerima, mengolah, memproduksi dan menyebarkan

informasi), dalam kerangka kontrol terhadap pelaksanaan kebijakan

yang ada, saluran aspirasi maupun upaya ikut mempengaruhi

pengambilan keputusan.6

2. Saidjah Forum

Saidjahforum adalah kelompok belajar yang didirikan oleh

mahasiswa Jurnalistik UNTIRTA (Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa) pada 3 Februari 2005 di Serang, Banten. Seiring dinamika

organisasi, Saidjahforum kini bertempat di Rangkasbitung, Lebak.

Berfokus pada kerja komunitas dan pemberdayaan masyarakat lewat

6 Litbang Forum Lenteng

Page 61: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

51

media teks, video, arsip, dan kajian sosial budaya lokal, Saidjahforum

didirikan sebagai respon terhadap pembelajaran akademik dan

memastikan akses terbuka terhadap pendidikan dan pertukaran

informasi di masyarakat Lebak, Banten, Indonesia. Anggota Saidjah

Forum antara lain Helmi Darmawan, Badrul Munir, Jaenudin, Kuni

Ahmad, Firmansyah, Bima Mulia, Aji Jidni, Hendra Fathoni, dan Fuad

Fauzi. Komunitas ini berlokasi di Jalan Kitarung No.54 Kmpung

Jeruk, Rangkasbitung, Lebak 42311, Banten.7

7 Website www.saidjahforum.org

Page 62: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

52

BAB IV

ANALISIS DAN TEMUAN

A. Film Features Dokumenter Dongeng Rangkas

Film features dokumenter Dongeng Rangkas merupakan sebuah

film dokumenter yang berdurasi kurang lebih 75 menit. Film ini

dikonstruksi dan menceritakan realitas sosial masyarakat Rangkasbitung

yang diwakili oleh dua orang penjual tahu yaitu Iron dan Kiwong.

Kiwong dan Iron adalah dua pemuda sederhana yang memilih

hidup sebagai pedagang tahu, sementara mimpi-mimpinya tetap dipegang

teguh. Kiwong bermimpi menjadi pemuda yang lebih baik, yang

menjadikan keluarga hidup lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan Iron,

percaya musik adalah anugrah dari Tuhan, dan ia ingin terus

mengembangkan fantasi musiknya di jalur ‘underground’. Film ini dibuka

dengan gambar suasana pabrik tahu, pasar, stasiun kereta, dan perkenalan

tokoh Iron dan Kiwong.

00:07:50 = Iron dan istri sedang mencuci tahu.

00:08:39 = Iron menceritakan menjual tahu karena turunan dari keluarga.

Dan semuanya berjualan di pasar.

00:09:30 = Kiwong menceritakan awalnya berjualan tahu, yang awalnya

dia jualan di pasar dan bangkrut, kemudian pergi ke Jakarta

bekera menjadi kuli bangunan.

00:22:08 = Iron bermain band dengan rekanya.

Page 63: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

53

00:24:09 = Iron menceritakan bahwasanya dia memiliki proyek bermusik

bukan nonton. Dia merasa puas dan tidak bisa dirubah, karena

itu adalah panggilan hatinya.

00:25:47 = Iron menceritakan kalau underground itu apa adanya,

tanpa rekayasa.

00:26:50 = Iron mandi di sungai sambil berkata

“ngopi ditengah sungai, asyk nih”

00:29:45 = Para pembuat tahu sedang menggoreng tahu.

00:30:45 = Kiwong menceritakan masa kecilnya yang sering dipukuli

temannya dan memutuskan masuk pesantren untuk belajar

ilmu kebal.

00:32:05 = Sekarang kamu senang berjualan tahu? Kiwong menjawab

Iya, Alhamdulillah.

00:34:48 = Gambar Iron sedang shalat.

00:38:58 = Kiwong dan pembuat tahu lainya sedang menggoreng tahu.

00:50:38 = Gambar Kiwong sedang merapihkan dan memberi penyedap

tahu yang siap dijual.

00:54:20 = Suasana di dalam kereta tempat para pedagang tahu

menjajakan daganganya.

00:58:31 = Iron sedang berjualan tahu di pasar.

00:59:24 = Iron berkata “sekarang saya aliran metal satu jari”

01:03:53 = Iron berkata “menurut saya, musik adalah anugrah dari Tuhan”

01:04:04 = Iron berkata kalau sampek sekarang dari tahun 1998 masih

Page 64: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

54

tetap konsisten di jalur musik underground

01:04:22 = Menurut Iron hanya satu kenapa dia masih tetap dalam jalur

underground yaitu KEPUASAN hati naruni, dan naluri.

00:30:45 = Kiwong berkata “kalau dulu saya ikut nasihat abang, mungkin

keadaan saya tidak begini”.1

B. Konstruksi Sosial dalam Film Feature Dokumenter Dongeng Rangkas

Film merupakan sebuah tontonan yang banyak digemari

masyarakat. Di dunia ini telah banyak beredar berbagai jenis film baik dari

film cerita sampai film dokumenter, namun film atau sinema itu pada

hakekatnya menurut Andre Bazim adalah fenomena gagasan. Gagasan

yang direka oleh manusia itu sudah ada secara lengkap dibenaknya.

Selain itu film tidak hanya sebatas melestarikan untuk objek disalut

seperti halnya serangga dari zaman pualam, film memebebaskan seni

borok dari katalepsi mendadak. Selain film fiksi, juga film dokumenter.

Dalam hal ini peneliti mencontohkan dengan film dokumenter dongeng

rangkas. Dongeng Rangkas merupakan film yang berjenis feature

dokumenter, hal ini dikarenakan film dongeng rangkas merupakan sebuah

film yang menyajikan suatu realitas sosial dari kehidupan dua orang

penjual tahu di daerah Rangkasbitung dengan lebih santai, cair, lebih

hidup, serta mengedepankan dramatik. Selain itu dalam film dongeng

rangkas ini, para sutradara ingin memberikan bentuk film dokumenter

1 Transkip materi film feature dokumenter Dongeng Rangkas

Page 65: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

55

yang berbeda dengan film dokumenter lainya. Serta dibuat atas dasar

estetika film.

“Kenyataan sosial jarang dihadirkan lewat film.Sekalinya dihadirkan biasanya ceritanya masing ngwang-ngawang. Seperti kisah umum warga kaya dan miskin.Kadang para pembuat film seringkali membuat filmdokumenter berakhir di tokoh si korban. Eksploitasi si miskindan kesenjangan masyarakat. Saya termotivasi untuk membuatfilm dokumenter berbeda. Kepingan cerita pekerja tahu danoptimismenya dalam kehidupan sehari-hari”.2

Para pembuat film dokumenter pada dasarnya memiliki tujuan dan

kepentingan sendiri tergantung oleh latar belakang mereka, namun dalam

film ini menurut para pembuat film tidak memiliki motivasi dan tujuan

yang berarti selain untuk melakukan upgrading program akumassa oleh

Forum Lenteng untuk komunitas jaringanya yaitu Saidjah Forum.

Selain itu menurut sutradara yang berasal dari Rangkasbitung, juga

tidak memiliki tujuan khusus. Mereka mengangkat penjual tahu menjadi

film dokumenter dikarenakan kedekatan sutradara dengan masyarakat

penjual tahu tersebut, dan bagi para pembuat ada keunikan tersendiri

realitas penjual tahu ini diangkat menjadi sebuah film dokumenter. 3

Film dokumenter atau yang sering banyak orang bilang sebagai

film non fiksi merupakan sebuah karya film yang dihasilkan dari realita

atau fakta yang ada dalam kehidupan sehari-hari baik pengalaman hidup

sesorang ataupun peristiwa. Film dokumenter dibuat dari kenyataan-

2 Wawancara dengan pesan elektronik (email) dengan Fuad Fauzi yang juga salahsatu sutradara yang sekaligus orang asli Rangkasbitung pada 20 Mei 2013.3 Wawancara dengan pesan elektronik (email) dengan Badrul munir salah satusutradara yang sekaligus orang asli Rangkasbitung pada 22 Mei 2013.

Page 66: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

56

kenyataan atau realitas objektif, yang mana kenyataan itu dibangun dengan

interpretasi pembuatanya.

Dalam bab ini peneliti mengurai mengenai konstruksi atas realitas

dalam film features dokumenter dongeng rangkas kehidupan penjual tahu.

Pada bab II telah dijelaskan mengenai teori konstruksi atas realitas sosial

yaitu merupakan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dimana

individu menciptakan sebuah realitas yang dimiliki dan dialami bersama

secara subjektif serta dilakukan secara terus menerus.

Dalam film dongeng rangkas ini konstruksi atas realitas sosial pada

kehidupan penjual tahu di daerah Rangkasbitung merupakan suatu

konstruksi sosial dimana masyarakat yang menjadi penjual tahu adalah

tradisi keluarga, atau diturunkan dari keluarga.

Masyarakat yang sebagian besar merupakan penjual tahu dan

pembuat tahu ini tidak ingin meninggalkan tradisi mereka. Hal ini dilihat

dari dua tokoh film tersebut yaitu Iron dan Kiwong. Masing-masing tokoh

memiliki mimpinya sendiri seperti Iron yang bercita-cita sebagai pemusik,

Iron percaya musik adalah anugrah dari Tuhan, dan ia ingin terus

mengembangkan fantasi musiknya di jalur ‘underground’. Sedangkan

Kiwong bermimpi menjadi pemuda yang lebih baik, yang menjadikan

keluarga hidup lebih baik dari sebelumnya.

Dari konstruksi realitas sosial itu lah daerah Rangkasbitung

menjadi daerah yang dikenal penghasil tahu. Hal ini dikarenakan sebagian

penduduknya merupakan penjual dan pembuat tahu. Namun ada yang

Page 67: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

57

menarik film features dokumenter ini, yaitu dari budaya yang turun

menurun sebagi penjual dan pembuat tahu, serta mengundang masyarakat

pendatang untuk singgah dan menjadi penjual tahu di tanah

Rangkasbitung, sehingga menimbulkan banyak persaingan antara penjual

dan pembuat tahu. Dari tokoh Kiwong dilihat harus bersaing dengan

penjual tahu yang lain, Kiwong harus nekat berjualan di kereta api dan

main kucing-kucingan dengan petugas kereta.

Dalam proses konstruksi atas realitas sosial di dalam film features

dokumenter dongeng rangkas telah terjadi dialetika antara individu

mencipatakan masyarakat dan masyarakat mencipatakan individu. Proses

dialektika ini melalui eksternalisasi, obyektivitasi dan internalisasi. ketiga

proses dialektika ini merupakan gagasan Berger dan Luckman yang

memunculkan suatu proses konstruksi atas realtias sosial. Teori ini dilihat

dari segi asal muasalnya merupakan hasil dari ciptaan manusia yang

melalui interakasi intersubjektif.

1. Tahap Eksternalisasi

Eksternalisasi yang mana proses ini merupakan penyesuaian diri

terhadap lingkunganya. Dalam hal ini usaha mencurahkan atau

ekspresi diri ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun

fisik. Hal ini sudah menjadi sifat dasar dari manusia, ia akan

mencurahkan diri ketempat ia berada. Manusia tidak akan dimengerti

Page 68: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

58

sebagai ketertutupan yang lepas dari dunia luarnya. Manusia berusaha

menangkap dirinya sendiri, dan menghasilkan suatu dunia.

Dalam film features dokumenter dongeng rangkas, terlihat dari dua

tokoh Iron dan Kiwong yang melakukan penyesuaian terhadap

kehidupan sosial yang ada di masyarakat Rangkasbitung, mereka

mengikuti tradisi yang ada sebagai penjual dan pembuat tahu. Dimulai

dari wawancara peneliti dengan sutradara film Dongeng Rangkas.

“... Kita coba si Kiwong itu, bareng. Karena dasarnya diapenjual tahu dan dia orang asli situ. Nah selama temuanproduksi itu, banyak yang menarik yaitu, ketika tahu-tahu dikawasan muara ini terletak di Rangkasbitung di daerah. Yangdimana banyak pabrik tahu, nah si Kiwong ini sebagai salahsatu pembawa tahu-tahu ini keluar Rangkasbitung, karena diaberjualan di kereta itu. kreta penghubung dengan Jakarta, diajualan dari siang sampai malam pulang. Dan rutinitasnyaseperti itu, dan dia menemukan berbagai macem cerita yangseperti ketemu oranglah, seperti meeting points, karena diaketemu dengan banyak orang yang berantem, belum lagidengan para petugasnya keretanya sendiri, jadi sepertipergulatan di keretanya”.4

Dari wawancara dengan sutradara film features dokumenter

dongeng rangkas ini terlihat proses ketika suatu produk sosial telah

menjadi bagian penting dalam masyarakat yang setiap saat

dibutuhkan oleh individu, maka produk sosial itu menjadi bagian

penting dalam kehidupan seseorang untuk melihat dunia luar.

Tahap eksternalisasi pada film features dokumenter dongeng

rangkas ini berlangsung ketika masyarakat mulai mengetahui jika

4 Wawancara pribadi dengan Saiful Anwar salah satu sutradara yang sekaligusorang asli Rangkasbitung pada 21 Mei 2013.

Page 69: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

59

daerah Rangkasbitung merupakan daerah penghasil tahu dikarenakan

banyak pabrik pembuatan tahu di daerah itu. Kemudian timbul lah

keinginan dari masyarakat luar daerah untuk datang ke Rangkasbitung

dan menetap menjadi pembuat dan penjual tahu.

Selain itu sang pemuat film features dokumenter dongeng rangkas

juga melakukan penyesuaian dan ekspresi terhadap lingkungan

penjual tahu di Rangkasbitung dengan melakukan proses observasi

langsung. Observasi terhadap penjual dan pembuat tahu dilakukan

dengan mengikuti semua aktivitas kesehariannya. Proses riset dan

observasi dimulai sejak tahun 2008 saat workshop akumassa di

Saidjah Forum.

Proses penyesuaian dan ekspresi diri para pembuat film ini dengan

lingkungan pembuat dan penjual tahu juga menggunakan konsep

akumassa. Akumassa merupakan gabungan antara aku dan massa. Jadi

dalam konsep akumassa, ‘aku’ dalam hal ini adalah sang pembuat film

harus menjadi bagian dari massa. Kaitanya dalam film ini massa

merupakan masyarakat Rangkasbitung khususnya para penjual dan

pembuat tahu.

Proses eksternalisasi yang dilakukan para pembuat film features

ini, para pembuat menjadi bagian dari kelompok pembuat dan penjual

tahu di Rangkasbitung. Terlebih sutradara dari Forum Lenteng,

Jakarta yang pada dasarnya bukan masyarakat setempat, maka harus

lebih dapat memahami realitas sosial yang sudah berjalan dalam

Page 70: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

60

kehidupan pembuat dan penjual tahu di Rangkasbitung. Kecuali dua

sutradara Fuad Fauzi dan Badrul Munir yang berasal dari

Rangkasbitung, mereka sudah menjadi bagian dari pembuat dan

penjual tahu, terlebih Kiwong yang merupakan salah satu tokoh dalam

film merupakan adik kandung dari sutradara Badrul Munir.

2. Tahap Objektivasi

Objektivasi yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam dunia

intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses

institusionalisasi. Yang mana proses tersebut merupakan hasil dari

proses eksternalisasi manusia tersebut. dari proses tersebutlah akan

menghasilkan realitas objektif yang dapat menghadapi sang penghasil

itu sendiri sebagai suatu faksilitas yang berada diluar dan berbeda

dengan manusia yang menghasilkannya. Pada tahap ini sebuah produk

sosial berada pada proses instituasionalisasi sedangkan individu

memanifestasikan diri dalam produk-produk kegiatan manusia yang

tersedia baik dalam produk-produk kegiatan manusia. Objektivasi

dalam dongeng rangkas ini juga dapat dilihat dari hasi wawancara

dengan sutradara film ini Badrul Munir.

Page 71: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

61

“Sebenarnya tidak ada nama komunitas tahu di MuharaKebon Kelapa, tapi mereka sering menyebut hanya pedagangtahu dari muhara. Dan karena jumlah pabrik tahu semakinbertambah, jumlah pabrik tahu sekarang ada 25 pabrik tahu.Dan hanya dibentuk koperasi tahu saja, dengan nama almuawanah, diambil dari nama mesjid yang ada di kampungsaya”.5

Di daerah rangkas meskipun tidak ada komunitas resmi yang di

bentuk oleh para penjual tahu. Namun pembentukan kelompok di

Rangkasbitung itu terbentuk karena sistem. Mereka membentuk

sebuah komunitas atau kelompok penjual tahu di Rangkasbitung, baik

mereka penduduk asli Rangkasbitung maupun pendatang yang juga

ikut membuat dan menjual tahu di daerah Rangkasbitung. Dengan

adanya komunitas ini kehidupan para penjual dan pembuat tahu lebih

baik, dikarenakan setiap berkumpul bersama, mereka membicarakan

kebutuhan produksi, dan juga menunjang kebutuhan simpan pinjam,

serta solidaritas sesama pekerja tahu.6 Konstruksi atas realitas sosial

ini mengubah indvidu menjadi kelompok, dan kelompok juga

mempengaruhi kehidupan sosial individu.

3. Tahap Internalisasi

Internalisasi merupakan proses individu mengidentifikasi dirinya

sendiri terhadap lembaga sosial dimana dia tinggal. Dengan kata lain

5 Wawancara dengan pesan elektronik (email) dengan Badrul munir salahsatu sutradara yang sekaligus orang asli Rangkasbitung pada 15 Juli 2013.6 Wawancara dengan pesan elektronik (email) dengan Fuad Fauzi salah satusutradara yang sekaligus orang asli Rangkasbitung pada 20 Mei 2013.

Page 72: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

62

internalisasi merupakan proses penyerapan kemabali dunia objektif

kedalam kesadaranya sehinga subjektif individu terpengaruh terhadap

struktur dunia sosial. Berbagai unsur dari produk dunia yang

terobjektifkan akan tertangkap menjadi gejala realitas diluar kesadaran,

serta menjadi gejala internal untuk kesaranya sendiri. Melalui proses

internalisasi tersebutlah manusia menjadi hasil dari masyarakat.

Dalam tahapan ini, pembuat film features dokumenter dongeng

rangkas setelah melakukan riset dan observasi langsung kemudian

melakukan penyerapan terhadap realitas sosial penjual tahu yang telah

terobjektivasi kedalam pikiranya dan kemudian melakukan konstruksi

ulang ke dalam medium film.

Selain itu Internalisasi dalam arti umum merupakan dasar, yakini

pemahaman individu dengan orang lain, pemahaman mengenai dunia

sebagai sesuatu yang maknawi dari kenyataan sosial .

3.1 Pemahaman mengenai individu dengan orang lain

Dasar dari internalisasi yang pertama yakini pemahaman

mengenai individu dengan orang lain ketika sutradara

melakukan negoisasi terhadap individu yang mejadi subyek

dari film dokumenter. Dalam film features dokumenter

dongeng rangkas ini sutradara melakukan eksternalisasi dengan

melakukan riset dan observasi langsung terlebih dahulu

sebelum membuat film, hal ini dilakukan agar sutradara dapat

memahami situasi baik sosial maupun ekonomi masyarakat

Page 73: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

63

penjual dan pembuat tahu di daerah Rangkasbitung. Hal ini

merupakan upaya untuk terbentukanya suatau hubungan yang

dinamis antara individu dengan orang lain, agar menghasilkan

suatu produk kebudayaan sosial.

“... Realitas sosial yang ada dalam masyarakatpenjual tahu di Rangkasbitung sama seperti dalamfilm Dongeng Rangkas. Idenya dari 2008 saatwaorkshop akumassa pertama di saidjah forum. Risetdan workshop hampir sebulan disana, taulahwilayah-wilayah situs, memetakan. Semacam kayakpemetaan, disana melihat dan disana kayak muncul(bukan muncul), tapi memang ada penjual, pabriktahu yang emang terkenal di rangkas.Kalau orangpada pergi di kereta sampai keman. Tanah Abang,Kota (Jakarta) itu, tahunya disana mbuatnya. Jadiemang, ternyata pabrik tahu yang kebanyakan orangtahu sumedang ternyata di Rangkas juga banyak”.7

Selain melakukan riset dan juga pemetaan, sutradara juga

bekerjasama dengan penduduk setempat dengan melibatkan

penduduk setempat menjadi sutradara yang di wakili oleh Fuad

Fauzi dan Badrul Munir, serta anggota Saidjah Forum lainya.

Hal tersebut dikarenakan mereka lebih mengetahui bagaiamana

situasi dan kondisi masyarakat Rangkasbitung itu sendiri.

Dengan bekerjasama dengan masyarakat Rangkasbitung,

maka pembuatan film dokumenter benar-benar mengangkat

kehidupan yang dialami oleh para pembuat dan penjual tahu di

7 Wawancara pribadi dengan Saiful Anwar salah satu sutradara yangsekaligus orang asli Rangkasbitung pada 21 Mei 2013.

Page 74: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

64

Rangkasbitung. Dalam pembuatan film ini sutradara

bekerjasama dengan masyarakat.

“... Tempat pembuatan film ‘dongeng rangkas’tentang para pekerja tahu di daerah Rangkasbitungyang letaknya di sisi sungai. Ada belasan pabrikmenyatu dengan warga dan pekerjanya. Hampirkebanyakan para pejual dan pekerja pabrik tahuberasal dari daerah pinggiran kota rangkasbitung.Mereka berasal dari daerah selatan rangkasbitung.Karena warga kampung ini banyak pendatang jadisedikit terbuka pemikirannya. Untuk menerima kamiselama produksi misalnya”.8

3.2 Pemahaman mengenai dunia sebagai sesuatu yang maknawi

Dasar internalisasi kedua tentang pemahaman mengenai

dunia sebagai suatu yang maknawi dari kenyataan sosial.

Dalam film features dokumenter dongeng rangkas merupakan

wujud nyata dari kehidupan para pembuat dan penjual tahu di

daerah Rangkasbitung, bagi siapa saja yang menyaksikan film

ini akan mengerti bagaimana optimisme para penjual tahu di

daerah Rangkasbitung.

“... Kenyataan sosial jarang dihadirkan lewat film.Sekalinya dihadirkan biasanya ceritanya masingngwang-ngawang. Seperti kisah umum warga kayadan miskin. Kadang para pembuat film seringkalimembuat film dokumenter berakhir di tokoh sikorban. Eksploitasi si miskin dan kesenjanganmasyarakat. Saya termotivasi untuk membuat film

8 Wawancara dengan pesan elektronik (email) dengan Fuad Fauzi salahsatu sutradara yang sekaligus orang asli Rangkasbitung pada 20 Mei 2013.

Page 75: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

65

dokumenter berbeda. Kepingan cerita pekerja tahudan optimismenya dalam kehidupan sehari-hari”.9

Setelah melakukan tahapan eksternalisasi kemudian melakukan

internalisasi terhadap realitas sosial pembuat dan penjual tahu, yang

mana dalam proses terakhir inilah sutradara menyerap kembali realitas

sosial tersebut kedalam alam bawah sadarnya kemudian dibentuk

menjadi film features dokumenter yang nantinya film tersebut akan

bersifat objektif dan subjektif.

Menurut penjelasan Margaret M. Polama, Berger menegaskan

bahwasanya realitas sehari-hari memiliki dimensi sebjektif dan

objektif. Manusia merupakan instrument dalam menciptakan realitas

sosial yang objektif melalaui proses eksternalisasi. Yang mana ia

mempengaruhi dalam proses internalisasi yang mencerminkan realitas

sosial secara subjektif

Konstruksi atas realitas sosial yang paling nampak dan bersifat

objektif dalam film features dokumenter dongeng rangkas ini adalah

para pembuat film tidak mengubah realitas sebenarnya yang terjadi

dalam kehidupan penjual tahu tersebut. Dimana pembuat dan penjual

tahu khususnya Iron dan Kiwong, pada akhirnya tetap meneruskan

usaha keluarga mereka sebagai penjual tahu.

9 Wawancara dengan pesan elektronik (email) dengan Fuad Fauzi salah satusutradara yang sekaligus orang asli Rangkasbitung pada 20 Mei 2013.

Page 76: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

66

Keluarga mereka sudah turun temurun menjadi penjual tahu

sehingga Kiwong dan Iron memilih atau menjadikan diri mereka juga

menjadi pedagang tahu dan berbaur dengan realitas yang ada di

lingkungan Rangkasbitung sebagai daerah penghasil tahu. Kiwong

dan Iron meruapakn penjual tahu yang mengesampingakan mimpi

mereka dan terbawa arus dimana pada akhirnya kelompok sosial

menentukan kehidupan individu itu sendiri. Hal tersebut merupakan

hasil dari poses eksternalisasi.

Sedangkan yang mencerminkan realitas subjektif, sutradara

melakukan internalisasi terhadap realitas penjual tahu yang terlah

terkobjektivasi ke dalam pikiranya kemudian dibentuk menjadi sebuah

film features dokumenter. Dalam pembentukanya menggunakan

kaidah-kaidah film yang memiliki alur, cerita, dan plot. Sehingga

pembuat film ini harus merangkai potongan-potongan gambar hasil

observasi langsung, riset, dan pengambilan gambar menjadi

sedemikian rupa, sehingga akan menghasilkan cerita yang menarik

untuk ditonton.

C. Faktor Konstruksi Sosial dalam Film Dongeng Rangkas

Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemui penjual tahu yang

menawarkan daganganya di sekitar tempat tinggal kita, namun masyarakat

mengangap hal itu adalah hal yang sepele dan tidak perlu di perhatikan.

Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat sebuah film features

Page 77: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

67

dokumenter yang berjudul dongeng rangkas, dimana film ini bercerita

tentang kehidupan penjual tahu di daerah Rangkasbitung.

Realitas sosial merupakan keadaan yang sebenarnya dalam

kehidupan masyarakat, namun realitas yang ada tersebut merupakan hasil

kreatif masyarakat dengan menggunakan kekuatan konstruksi sosial

masyarakat. Realitas yang berkembang dalam masyarakat Rangkabitung

yang mayoritas bekerja sebagai pedagang tahu juga hasil dari konstrukasi

mereka sendiri.

“... Mungkin dalam hal realitas sosial disini menurut andaadalah realitas kehidupan sosial para pedagang tahu ataumasyarakat disekitar para pedagang tahu. Realitas sosialpedagang tahu adalah kenyataan dalam hal berjuang untukbertahan hidup, dikarenakan pekerjaan yang lebih baiksusah didapat dan para pedagang tahu mayoritas tidakmempunyai pendidikan tinggi maka menjadi pedagang tahuadalah solusi yang tepat bagi mereka dalam halrealitasnya.10

Kehidupan penjual tahu sebagai sebuah konstuksi realitas sosial

di film features dokumenter dongeng rangkas memiliki sebuah makna

dimana mereka (para pembuat dan pedagang tahu) tidak memiliki

pendidikan yang tinggi sehingga berdagang tahu adalah solusi untuk

tetap bertahan hidup. Masyarakat membuat konstruksi tersendiri akan

kehidupan berkelompok mereka sebagai pedagang tahu.

10 Wawancara dengan pesan elektronik (email) dengan Badrul munir salah satusutradara yang sekaligus orang asli Rangkasbitung pada 22 Mei 2013.

Page 78: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

68

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti beranggapan bahwa ada

beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya kontruksi realitas

sosial, adapaun faktor yang mempengaruhi kehidupan penjual tahu

sebagai konstruksi realitas sosial adalah kondisi pendidikan, kondisi

sosial dan juga ekonomi.

1. Kondisi Pendidikan

Dalam suatu konstruksi realitas sosial tentu saja faktor pendidikan

juga berperan dalam pembentukan relitas sosial di masyarakat

penjual tahu dalam film features dokumenter dongeng rangkas yang

bercerita tentang kehidupan penjual tahu.

“... Realitas sosial pedagang tahu adalah kenyataandalam hal berjuang untuk bertahan hidup, dikarenakanpekerjaan yang lebih baik susah didapat dan parapedagang tahu mayoritas tidak mempunyai pendidikantinggi maka menjadi pedagang tahu adalah solusi yangtepat bagi mereka dalam hal realitasnya”.11

Pendidikan masyarakat yang tidak tinggi membuat

masyarakat daerah Rangkasbitung tidak memiliki pilihan lain dalam

bidang pekerjaan, sehingga sebagian masyarakat khususnya Iron dan

Kiwong memilih meneruskan tradisi keluarga sebagai seorang

penjual dan pembuat tahu seperti masyarakat yang lain.

11 Wawancara dengan pesan elektronik (email) dengan Badrul munirsalah satu sutradara yang sekaligus orang asli Rangkasbitung pada 22 Mei 2013.

Page 79: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

69

2. Kondisi Sosial

Kondisi sosial tentu merupakan hal yang sangat berpengaruh

terhadap konstruksi realitas sosial yang terbentuk dalam masyarakat

penjual dan pembuat tahu di daerah Rangkasbitung.

“... Realitas sosial masyarakat penjual tahu diRangkasbitung khususnya di muhara kebon kelapa yangdimana sebagian besar pengambilan gambar dilakukan,tidaklah begitu terpinggirkan atau terendahkan karenahampir kebanyakan di sana adalah pedagang walaupunbukan hanya pedagang tahu. Bahkan para pedagangtahu sangatlah bermasyarakat dengan penduduk asli disana, karena hampir semua pedagang tahudirangkasbitung adalah pendatang dari pinggiran kotaLebak”.12

Dari hasil wawancara, penelitian ini masyarakat penjual tahu

di Rangkasbitung memiliki jiwa sosial yang tinggi hal ini terlihat

dari masyarakat disana sangat bermasyarakat. Para penjual tahu di

daerah Rangkasbitung membuat sebuah kelompok atau komunitas

pembuat dan penjual tahu, mereka juga membuat sebuah koprasi

usaha hal ini tentu memudahkan kehidupan sosial di masing-masing

masyarakat.

3. Kondisi Ekonomi

Dalam kehidupan masyarakat di daerah yang mayoritas

pedagang tentu kondisi ekonomi masyarakat di Rangkasbitung

12 Wawancara dengan pesan elektronik (email) dengan Badrul munir salahsatu sutradara yang sekaligus orang asli Rangkasbitung pada 22 Mei 2013.

Page 80: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

70

mempengaruhi konstruksi realitas sosial yang akan terbangun di

dalam kehidupan penjual tahu di dalam film features dokumenter

dongeng rangkas.

“Kondisi ekonomi masyarakat di Rangkasbitungkhususnya penjual dan pembuat tahu, mayoritas merekasangat sederhana, kalau para pemilik pabrik tahu,mereka mayoritas punya rumah sendiri walau masihdikatagorikan sederhana, dan kalau para penjual tahu,mereka mayoritas masih ngontrak, penghasilan parapedagang tahu dikereta dan dipasar, kesehariannyamereka mendapatkan 60 ribu sampai 100 ribuperharinya, itupun tergantung habis dan tidaknya tahuyang dijajakan. Kalu para pembuat tahu berpenghasilan70 sampai 90 ribu perhari kerja selama 8 samapi 9 jam,informasi ini saya dapatakan langsung dari kiwong salahsatu tokoh di film dongeng rangkas”.13

Sebagian masyarakat Rangkasbitung yang berprofesi

menjadi pembuat dan penjual tahu dikatakan sederhana, karena

memiliki penghasilan yang tidak menentu. Pendapatan mereka

bergantung pada omset penjualan tahu hari itu juga

D. Alur Features dalam Film Dokumenter Dongeng Rangkas

Features merupakan karya yang menggambarkan tentang sesuatu

dengan lebih detail dan dapat dirasakan oleh peminatnya lebih hidup dan

tergambar dalam imajinasi. Selain itu karya features juga lebih

menekankan aspek human interst agar lebih dramatik, atau lebih cair.

Dalam film features dokumenter Dongeng Rangkas yang menceritakan

kehidupan penjual tahu di Rangkasbitung juga terlihat cair dan tidak

13 Wawancara dengan pesan elektronik (email) dengan Badrul munir salah satusutradara yang sekaligus orang asli Rangkasbitung pada 15 Juli 2013.

Page 81: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

71

terkesan kaku seperi layaknya film dokumenter televisi yang lebih

menekankan aspek informasi. Hal itu terlihat dengan banyaknya aspek

human interst dalam film tersebut. Di antara adegan dalam film

dokumenter Dongeng Rangkas yang memperlihatkan aspek human interst

itu, misalnya Kiwong menceritakan di masa mudanya dia belajar di

pesantren agar mendapatkan ilmu kebal, merantau ke Jakarta, atau mabok

dengan minum autan. Contoh lain, misalnya Iron shalat sedangkan dia

adalah seoraang pemusik metal undergound, Iron mandi di sungai sambil

berkata “ngopi di sungai asyk nih”, atau Iron yang menceritakan

kesukaanya pada musik metal underground dan bagi lak-laki penjual tahu

ini musik adalah anugrah dari Tuhan, serta kepuasan yang didapat dari

bermusik.

Unsur lain yang memperlihatkan alur features dalam film tersebut

adalah adanya lead yang menggambarkan perkenalan tempat seperti

pabrik tahu, stasiun, dan pasar serta perkenalan tokoh Iron dan Kiwong.

Unsur kedua body cerita yang menggambarkan kegiatan kedua tokoh

dengan kehidupan sosial mereka. Unsur ketiga adalah ending yang

digambarkan dengan kereta yang memperlihatkan suasana perkampungan

yang diambil dari dalam kereta. Dengan adanya unsur-unsur tersebut karya

features memiliki bangunan atau struktur bercerita atau penceritaan karena

pada dasarnya karya features merupakan karya informasi yang dikemas

dengan pendekatan bercerita agar informasi yang disajikan tidak kaku.

Page 82: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

72

Features juga merupakan karya yang tidak lekas basi. Dikatakan

tidak lekas basi, karena features merupakan karya yang menggali sebuah

cerita dari fakta. Informasi yang disampaikan adalah penelusuran tentang

masalah yang ditulis, sehingga banyak data dan informasi pendukung

dalam karya yang cukup panjang. Unsur tersebut dalam film dokumenter

Dongeng Rangkas membicarakan musik metal underground, namun

berangkat dari cerita kehidupan penjual tahu di Rangkasbitung, sehingga

dalam film tersebut banyak data pendukung untuk memperkuat cerita dan

gagasan yang ingin disampaikan oleh para pembuatnya. Hal tersebut yang

menjadikan film dokumenter Dongeng Rangkas tidak mudah basi.

Page 83: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

73

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam penelitian yang mengangkat tema konstruksi atas realitas

kehidupan penjual tahu dalam film features dokumenter dongeng rangkas,

yang menceritakan bagaimana kehidupann masyarakata penjual tahu di

daerah Rangkasbitung. Penelitian ini di lihat dari dua gagsan yang berada

dalam film, yaitu bagaimana mereka menjalani hidup sebagai penjual tahu

tanpa melupakan mimpi mereka. Mimpi seorang Iron yang ingin tetap

mengekspresikan diri pada musik metal ‘underground’ dengan tetap

tergabung dalam grub band monster. Serta mimpi Kiwong yang ingin

memperbaiki hidup agar lebih baik dari kehidupan sebelumnya.

Tradisi masyarakat Rangasbitung sebagai penjual tahu pada

akhirnya memperngaruhi sebagian besar masyarakat untuk membuat dan

menjual tahu sebagai pekerjaaan turun temurun masyarakat itu, dari

penjelasan tersebut maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kehidupan Penjual Tahu Sebagai Wujud Konstruksi Realitas Sosial

Dalam hal ini kehidupan mengenai komuitas penjual tahu yang

menjadi tradisi turun temurun masyarakat Rangkasbitung merupakan

wujud konstruksi realitas sosial. Hal ini karena seorang individu

dipengaruhi oleh kelompok masyarakat untuk mengikuti kebudayaan

yang telah ada melalui beberapa proses eksternalisasi, objektivikasi,

Page 84: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

74

dan Internalisasi. Proses tersebut lah yang akhirnya membentuk

sebuah realitas sosial, dimulai dari individu mengidentifikasikan diri

dengan lingkungan, lalu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan

menyerap kembali keadaan yang ada di lingkungan sekitar.

2. Faktor yang Memengaruhi Konstruksi Realitas Sosial

Adapaun faktor yang memengaruhi kehidupan penjual tahu

sebagai konstruksi realitas sosial adalah kondisi pendidikan, kondisi

sosial dan juga ekonomi.

a. Kondisi Pendidikan

Dalam suatu konstruksi realitas sosial tentu saja faktor

pendidikan juga berperan dalam pembentukan realitas sosial

dimasyarakat penjual tahu dalam film features dokumenter

dongeng rangkas yang bercerita tentang kehidupan penjual tahu.

b. Kondisi Sosial

Kondisi sosial tentu merupakan hal yang sangat berpengaruh

terhadap konstruksi realitas sosial yang terbentuk dalam

masyarakat penjual dan pembuat tahu di daerah Rangkasbitung.

c. Kondisi ekonomi

Sebagian masyarakat Rangkasbitung yang berprofesi menjadi

pembuat dan penjual tahu dikatakan sederhana, karena memiliki

penghasilan yang tidak menentu. Pendapatan mereka bergantung

pada omset penjualan tahu hari itu juga.

Page 85: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

75

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa masyarakat Rangkasbitung

khususnya Kiwong dan Iron (aktor dan penjual tahu), mereka berdua lahir

dari keluarga penjual tahu dan masyarakat yang mayoritas adalah penjual

tahu. Hal tersebut membuat kedua tokoh ini mengidentifikasikan diri

dengan lingkungan dengan mulai bekerja sebagai penjual tahu, melakukan

penyesuaian dengan masyarakat sekitar yang menjual tahu mereka ke luar

Rangasblitung dan pada akhirnya mereka menyerap kembali keadaan

mereka sebagai penjual tahu yang turun temurun dari keluarga meskipun

mereka memiliki mimpi yang berbeda.

Hal itu merupakan konstruksi realitas film yang bersifat objektif

karena dalam film sutradara tidak mengubah realitas yang sudah ada,

namun mengkonstruksi kembali ke dalam medium yang berbeda, serta

bersifat subjektif dikarenakan adanya proses internalisasi sutradara dalam

melihat realitas objektif tersebut.

3. Alur Features dalam Film Dokumenter Dongeng Rangkas

Alur features dalam film dokumenter Dongeng Rangkas

memperlihatkan aspek human interst, Kiwong menceritakan di masa

mudanya dia belajar di pesantren agar mendapatkan ilmu kebal, merantau

ke Jakarta, atau mabok dengan minum autan. Contoh lain, misalnya Iron

shalat sedangkan dia adalah seoraang pemusik metal undergound, Iron

mandi di sungai sambil berkata “ngopi di sungai asyk nih”, atau Iron yang

menceritakan kesukaanya pada musik metal underground dan bagi lak-laki

Page 86: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

76

penjual tahu ini musik adalah anugrah dari Tuhan, serta kepuasan yang

didapat dari bermusik.

Unsur lain yang memperlihatkan alur features dalam film tersebut

adalah adanya lead yang menggambarkan perkenalan tempat seperti

pabrik tahu, stasiun, dan pasar serta perkenalan tokoh Iron dan Kiwong.

Unsur kedua body cerita yang menggambarkan kegiatan kedua tokoh

dengan kehidupan sosial mereka. Unsur ketiga adalah ending yang

digambarkan dengan kereta yang memperlihatkan suasana perkampungan

yang diambil dari dalam kereta.

Film dokumenter Dongeng Rangkas membicarakan musik metal

underground, namun berangkat dari cerita kehidupan penjual tahu di

Rangkasbitung, sehingga dalam film tersebut banyak data pendukung

untuk memperkuat cerita dan gagasan yang ingin disampaikan oleh para

pembuatnya. Hal tersebut yang menjadikan film dokumenter Dongeng

Rangkas tidak mudah basi.

B. Saran

1. Di masa depan pembuat film dokumenter harus lebih

mengedepankan fungsi dalam pembuatan film dokumenter.

2. Untuk para pembuat film dokumenter lainnya, mereka harus

melakukan riset yang lebih mendalam dalam membuat film

dokumenter, serta melakukan pendekatan terhadap subjek yang

ingin dibuat menjadi film.

Page 87: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

77

DAFTAR PUSTAKA

Aufderheide, Patricia. Documentary Film (a very short introduction), New York:

Oxford University Press, 2007.

Arvon, Henri. Estetika Marxis, Yogyakarta: Rasist book, 2010.

Berger, Peter L. & Thomas Luckman. The Social Construction of Reality, a

Trease in the Sociologicl of Knowledge, New York: Penguin Books, 1966.

Bazim, Andre. Sinema Apakah itu?, Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bangsa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996.

Bordwell, David. Film Art an Introduction, New York: McGraw-Hill, 2003.

Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Prenada Media Group, 2007.

Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa, Jakarta:Prenada Media Group,

2007.

D. A. Peransi, Film/Media/Seni, Jakarta: FFTV-IKJ PRESS, 2005.

Eriyanto. Analisis Framing, Yogyakarta: Lkis Group, 2002.

Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: Rajagrafindo

Persada, 2007.

Gerzon R. Ayawaila, Dokumenter dari Ide Sampai Produksi, Jakarta: FFTV-IKJ

PRESS, 2008.

Hicks, Jeremy. Dziga Vertov Defining Documentary film, London : I.B. Tuoris,

2007.

Iswara, Dana. Mengangkat Peristiwa ke Layar Kaca, Jakarta: Lembaga Studi

Pers dan Pengembangan, 2007.

Mulyana, Dedi. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,

Page 88: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

78

2008.

Nasir, Zulhasril. Menulis untuk dibaca: Feature & Kolom, Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2010.

Prastowo, Andri. Memahami Metode-metode penelitian, Yogyakarta: Ar ruzza

Media, 2001.

Polama, Margaret M. Sosiologi Kontenporer, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,

2003.

Septiawan Santana K. Jurnalisme Kontenporer, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2005.

Suhaimi dan Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik, Ciputat: Lembaga Penelitian

UIN Jakarta, 2009.

Widjaja. Ilmu Komunikasi dan Pengantar Studi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000.

Internet

http://dongengrangkas.akumassa.org/tentang/

http://badanbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/

http://akumassa.org/program-akumassa/

http://filmindonesia.or.id/article/hafiz-rancajale-kerja-untuk-sinema-atas-nama-

cinta#.T5FzcDItjDE diakses ulang pada 06 September 2013 Pukul 23.10 WIB

http://jurnalfootage.net/v4/artikel/filem-dokumenter-pasca-reformasi-sebuah-

kritik diakses ulang pada 06 September 2013 Pukul 23.15 WIB

http://www.jurnalharian.com/2013/01/asal-usul-sejarah-film-dokumenter-di.html

diakses ulang pada 05 Agustus 2013 Pukul 23.00 WIB

Page 89: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

HASIL WAWANCARA PENELITIAN

Narasumber 1: Badrul Munir (Salah satu sutradara film feature

Dokumenter Dongeng Rangkas dan juga warga asli Rangkasbitung, Banten)

1. Bagaimana realitas sosial menurut anda?

Mungkin dalam hal realitas sosial disini menurut anda adalah realitas

kehidupan sosial para pedagang tahu atau masyarakat disekitar para

pedagang tahu. Realitas sosial pedagang tahu adalah kenyataan dalam hal

berjuang untuk bertahan hidup, dikarenakan pekerjaan yang lebih baik susah

didapat dan para pedagang tahu mayoritas tidak mempunyai pendidikan

tinggi maka menjadi pedagang tahu adalah solusi yang tepat bagi mereka

dalam hal realitasnya.

2. Bagaimana konstruksi realitas sosial itu sendiri?

Kontruksi sosial disini saya kurang mengerti, pertanyaan nya terlalu luas

cakupannya. Menurut hemat saya kontruksi sosial adalah sebuah tatanan

kehidupan yang terjadi dimasyarakat dengan berbagai macam tingkatan

status sosial disekitarnya.

3. Bagaimana realitas sosial masyarakat penjual tahu di rangkasbitung

tempat pembuatan film dongeng rangkas?

Realitas sosial masyarakat penjual tahu dirangkasbitung khususnya di

muhara kebon kelapa yang dimana sebagian besar pengambilan gambar

dilakukan, tidaklah begitu terpinggirkan atau terendahkan karena hampir

kebanyakan di sana adalah pedagang walaupun bukan hanya pedagang tahu.

Bahkan para pedagang tahu sangatlah bermasyarakat dengan penduduk asli

Page 90: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

di sana, karena hampir semua pedagang tahu dirangkasbitung adalah

pendatang dari pinggiran kota Lebak.

4. Dalam mengkonstruksi realitas itu kenapa menggunakan film

dokumenter feature dalam mediumnya? Apa tujuanya?

Mungkin karena kita adalah sebuah komunitas yang dimana bergerak dalam

bidang realitas budaya dan seni, maka dokumenter adalah medium yang

tepat untuk menyampaikan pesan kepada khalayak. Karena di visual film

tersebut dapat terlihat kegiatan asli tanpa rekayasa dari realitas itu sendiri.

Dan tujuannya adalah mengkontruksi realitas dengan audio visual lebih

mudah dipahami dan menurut saya lebih menantang.

5. Apa motivasi dan tujuan menganggat realitas sosial penjual tahu?

sebenarnya tidak ada tujuan khusus, dikarenakan kami sangat dekat dengan

mereka dalam hal tempat dan setiap hari kita bertemu dengan para

pedagang tahu, dan menurut saya sangatlah unik apabila diangkat untuk

menjadi sebuah film dokumenter.

6. Pesan atau gagasan apa yang ingin disampaikan kemasyarakat?

Pesan dan gagasannya adalah agar tetap optimis dan menjadi diri sendiri

apapun profesi kita. Karena dalam film tersebut kita tidak mengatur tokoh

tokoh, tapi kita hanya mengangkat apa adanya mereka.

7. Dari mana anda mendapatkan ide itu untuk diangkat menjadi film

feature dokumenter? Dan kenapa kedua tokoh itu “Kiwong dan Iron”

yang menjadi tokoh dalam film tersebut?

Idenya karena tempat kami sangat dekat dengan mereka, dan sudah ada

beberapa tulisan tentang pabrik tahu sebelumnya, bisa disebut kami sudah

Page 91: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

melakukan riset kecil-kecilan sejak saidjah mulai aktif menulis tentang pabrik

tahu. Kenapa kiwong dan iron? Karena mereka sangat dekat dengan saya,

bahkan kiwong adalah adik kandung saya sendiri. Dan mereka punya latar

belakang yang berbeda.

8. Bagaimana proses produksiny dari awal sampai akhir? Dan bagaimana

pendanaanya serta kendalanya?

Proses produksinya diawali dengan riset dan diskusi yang cukup melelahkan

dengan teman-teman sutradara, sambil di selingi pengambilan footage

sekitar pabrik tahu pada siang atau sore harinya, setelah selesai mengambil

gambar kita review dan edit. Dan pendanaannya dari forum lenteng.

9. Seperi apa proses pengemasan film tersebut?

Pengemasan film tersebut berjalan sesuai dengan kebutuhan materinya, kita

mencoba mengemas film tersebut dengan footage – footage yang telah kita

ambil.

10. Kenapa menggunakan judul Dongeng Rangkas?

Karena dalam film tersebut aktor-aktornya berdongeng atau bertutur cerita

tentang sekitar Rangkas. Dan dikarenakan pula pembuatan film tersebut

dari rangkas.

11. Bagaimana keunikan film feature dokumenter Dongeng Rangkas

dengan film-film laian??

Menurut saya Dongeng Rangkas dan film-film lain sedikit berbeda, karena

dongeng rangkas buatan orang rangkas sendiri dan dibantu oleh forum

lenteng.

Page 92: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

12. Bagaimana menurut anda ketika sebuah realitas dikonstruksi atau

dibangun menjadi sebuah film feature dokumenter?

Itu akan lebih menarik.

13. Bagaimana sebuah kehidupan penjual tahu dikonstruksi menjadi film

feature dokumenter Dongeng Rangkas?

Anda bisa tonton sendiri di film dongeng rangkas, dan itulah sedikit

gambaran tentang kehidupan para pedagang tahu.

14. apa nama komunitas penjual tahu tujuan di bentuknya komunitas danlatar belakang komunitas itu?

Sebenarnya tidak ada nama komunitas tahu di muhara kebon kelapa... tp

mereka sering menyebut hanya pedagang tahu dari muhara. Dan karena

jumlah pabrik tahu semakin bertambah, jumlah pabrik tahu sekarang ada

25 pabrik tahu. Dan hanya dibentuk koperasi tahu saja, dengan nama al

muawanah, diambil dari nama mesjid yang ada di kampung saya.

15. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat Rangkas bitung khususnyapenjual dan pembuat tahu?

Kondisi ekonomi masyarakat di Rangkasbitung khususnya penjual dan

pembuat tahu, mayoritas mereka sangat sederhana, kalau para pemilik

pabrik tahu, mereka mayoritas punya rumah sendiri walau masih

dikatagorikan sederhana, dan kalau para penjual tahu, mereka mayoritas

masih ngontrak, penghasilan para pedagang tahu dikereta dan dipasar,

kesehariannya mereka mendapatkan 60 ribu sampai 100 ribu perharinya,

itupun tergantung habis dan tidaknya tahu yang dijajakan. Kalu para

pembuat tahu berpenghasilan 70 sampai 90 ribu perhari kerja selama 8

Page 93: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

samapi 9 jam, informasi ini saya dapatakan langsung dari kiwong salah

satu tokoh di film dongeng rangkas.

Narasumber 2: Fuad Fauzi (Salah satu sutradara film feature

Dokumenter Dongeng Rangkas dan juga warga asli Rangkasbitung,

Banten)

16. Bagaimana realitas sosial menurut anda?Kata istilah realitas sosial saya pikir baiknya disederhanakan. Menururt

saya padanannya apa dan berakhir diapa? Sekilas kata ini dipahami oleh

saya merupakan sebuah ‘gejala kenyataan masyarakat’. Mudah-mudahan

saya keliru. Gejala dan kenyataan masyarakat itu terbentuk oleh banyak

faktor dan pengaruh.

17. Bagaimana konstruksi realitas sosial itu sendiri?

Saya sama sekali tidak paham ‘kontruksi realitas sosial’ yang anda

maksud? Kontruksi realitas sosial yang mana dan dimana?

18. Bagaimana realitas sosial masyarakat penjual tahu di rangkas bitung

tempat pembuatan film dongeng rangkas?

Tempat pembuatan film ‘dongeng rangkas’ tentang para pekerja tahu di

daerah rangkasbitung yang letaknya di sisi sungai. Ada belasan pabrik

menyatu dengan warga dan pekerjanya. Hampir kebanyakan para pejual

dan pekerja pabrik tahu berasal dari daerah pinggiran kota

rangkasbitung. Mereka berasal dari daerah selatan rangkasbitung.

Page 94: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

Karena warga kampung ini banyak pendatang jadi sedikit terbuka

pemikirannya. Untuk menerima kami selama produksi misalnya.

19. Dalam mengkonstruksi realitas itu kenapa menggunakan film

dokumenter feature dalam mediumnya? Apa tujuanya?

Bagi saya film dokumenter adalah potongan-potongan kenyataan.

Apabila disusun akan menghasilkan cerita kenyataan yang panjang. Tapi

pada dasarnya film adalah fiksi. Untuk tujuan, penting sekali

meghadirkan kenyataan-kenyataan kecil dari masyarakat kita dihadirkan

lewat dokumenter. Selagi dokumenternya bukan dibuat untuk kepentingan

industri dan adpokasi LSM. Dokumenter ini dibuat atas dasar

kepentingan estetik film. Mungkin sedikitnya dipengaruhi realisme Italy.

20. Apa motivasi dan tujuan menganggat realitas sosial penjual tahu?

Kenyataan sosial jarang dihadirkan lewat film.Sekalinya dihadirkan

biasanya ceritanya masing ngwang-ngawang. Seperti kisah umum warga

kaya dan miskin. Kadang para pembuat film seringkali membuat film

dokumenter berakhir di tokoh si korban. Eksploitasi si miskin dan

kesenjangan masyarakat. Saya termotivasi untuk membuat film

dokumenter berbeda. Kepingan cerita pekerja tahu dan optimismenya

dalam kehidupan sehari-hari.

21. Pesan atau gagasan apa yang ingin disampaikan kemasyarakat?

Pesan dari filem ini adalah ‘kerja keras dan optimisme’ dalam menjalani

kehidupan.

Page 95: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

22. Dari mana anda mendapatkan ide itu untuk diangkat menjadi film

feature dokumenter? Dan kenapa kedua tokoh itu “Kiwong dan Iron”

yang menjadi tokoh dalam film tersebut?

Sama seperti dengan komunitas Juanda di Tangsel. Kami berkolaborasi

dengan forumlenteng dalam produksi film. Idenya dari tulisan kawan-

kawan saijah di rangkasbitung. Dari sekian banyak tulisan kami pilih satu

saja tulisan untuk dibongkar menjadi ide dasarnya. Dari sekian banyak

pekerja tahu yang kami tau dan paling terbuka terhadap kamia adalah

kedua tokoh ini.

23. Bagaimana proses produksiny dari awal sampai akhir? Dan

bagaimana pendanaanya serta kendalanya?

Prosesnya memakan waktu beberapa bulan saja. Sedangkan risetnya

dilakuan oleh kawan saijah sekitar satu tahunan. Pada saat kawan

forumlenteng datang. Riset itu dikembangkan kembali hingga menjadi

kemungkinan-kemungkinan gambaran dokumenter. Pendanaanya

patungan dengan kawan forumlenteng.

24. Seperi apa proses pengemasan film tersebut?

Film disajikan untuk produk kebudayaan masyarakat didaerah pada

umumnya setelah reformasi.

25. Kenapa menggunakan judul Dongeng Rangkas?

Dongeng Rangkas dipilih sebagai judul film karena secara keseluruhan

film ini banyak tuturan lisan dari kedua tokoh.

Page 96: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

26. Bagaimana keunikan film feature dokumenter Dongeng Rangkas

dengan film-film laian??

Saya tidak merasa film ini unik. Film ini sama saja dengan film lainnya.

Bedanya adalah sudut pandang dan eksekusi visual film ini.

27. Bagaimana menurut anda ketika sebuah realitas dikonstruksi atau

dibangun menjadi sebuah film feature dokumenter?

Sangat menggembirakan dalam prosesnya. Ada banyak hal baru dan

benturan pandangan. Apalagi film ini digarap oleh banyak kepala. Pada

akhirnya perbedaan itu memebentuk warna-warni sudut pandang dalam

proses pembuatan.

28. Bagaimana sebuah kehidupan penjual tahu dikonstruksi menjadi

film feature dokumenter Dongeng Rangkas?

Biasa-biasa saja.

29. apa nama komunitas penjual tahu tujuan di bentuknya komunitas

dan latar belakang komunitas itu?

Tidak ada komunitas penjual tahu. Yang ada hanya semacam kumpulan

atas dasar kesamaan propesi saja. Seperti iron dan kiwong berkumpul

bersama ketika mereka hendak bekerja atau saat hari libur.

Membiacarakan kebutuhan produksi. Kumpulan itu ada untuk

menunjang kebutuhan simpan pinjam dan solideritas sesama pekerja

tahu. Mereka memiliki kedekatan dengan saya dan kawan saijah karena

mereka suka main musik.

30. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat Rangkas bitung khususnya

Page 97: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

penjual dan pembuat tahu?

Saya pikir kondisi ekonomi penjual tahu di lebak pendapatannya tidak

menentu. Tergantung pada harga kedelai nasional. Semakin mahal

harga kedelai maka semakin mahal pula tahu. Setahu saya mereka

mengakalinya dengan membuat ukuran tahu kecil-kecil dan menurunkan

harga menjadi murah. Sekilas pembeli melihat harga tahu murah.

Padahal sama saja jika membandingkan ukuran normal tahu.

Narasumber 3: Syaiful Anwar (Salah satu sutradara film feature

Dokumenter Dongeng Rangkas)

31. Bagaimana realitas sosial masyarakat penjual tahu di rangkasbitung

tempat pembuatan film dongeng rangkas?

Realitas sosial yang ada dalam masyarakat penjual tahu di

Rangkasbitung sama seperti dalam film Dongeng Rangkas. Idenya dari

2008 saat waorkshop akumassa pertama di saidjah forum. Riset dan

workshop hampir sebulan disana, taulah wilayah-wilayah situs,

memetakan. Semacam kayak pemetaan, disana melihat dan disana kayak

muncul (bukan muncul), tapi memang ada penjual, pabrik tahu yang

emang terkenal di rangkas. Kalau orang pada pergi di kereta sampai

kemana…Tanah Abang, Kota (Jakarta) itu, tahunya disana mbuatnya.

Jadi emang, ternyata pabrik tahu yang kebanyakan orang tahu

sumedang ternyata di Rangkas juga banyak.

Page 98: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

Itu yang orang rangkasbitung asli atau orang pendatang? Sebenarnya

banyak orang luarnya, cuman sebagian besar orang asli situ dari

Rangkas. Sebenarnya yang di dongeng rangkas itu sendiri idenya adalah

seorang seorang penjual tahu, cuman dia juga bermain music metal. Itu

dari si Iron. Karena dia menjual tahu seperti dari tradisi, turunan dari

keluarganya yang udah jualan tahu sekian lama, entah berapa lama

cuman gue kurang tau persis. Cuman itu kayak jadi turunan ke keluarga,

tapi dilain sisi dia keinginan untuk melampiaskan ideology/ekspresinya

bermain music metal. Dia punya band namnya ‘monster’ dia bermain

musik metal. Dan ide itu ada disemacam permukaan, dan Di tahun 2010

ahirnya, saat yang namanya upgrading di forum lenteng, jadi klanjutan

dari akumassa yang sebulan itu tadi. Kami bareng-bareng membuat itu.

Si Iron ini si penjual tahu ini punya sisi lain yaitu suka musik metal itu.

32. Kenapa milih Iron dan Kiwong, karena itu?

Iya ide dasarnya ituIron musik metal, kalau Kiwong dan kenapa milih si

Kiwong? Kiwong berjalan dari saat produksi, Enggak jadi karena saat

memulai ide tadi, Iron dan Kiwong. Anggaplah Iron si pemusik metal

dan penjual tahu ini berjalan dan kita pecah, kemudian sambil riset

ternyata nemu satu lagi penjual tahu yang asli situ, itu namnya si

Kiwong. Itu adalah adiknya dari si Robb (Badrul Munir) salah satu

angota dari Saidjah Forum. Kiwonng itu salah satu penjual tahu

lokallah. Ya..entah kenapa, tapi emang, karena ini dekat dengan kita,

dalam artian itu dengan Saidjah dan itu bisa di eksplor untuk membuat

film ini. kita coba si Kiwong itu, bareng. Karena dasarnya dia penjual

Page 99: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

tahu dan dia orang asli situ. Nah selama temuan produksi itu, banyak

yang menarik yaitu, ketika tahu-tahu di kawasan muara ini terletak di

Rangkasbitung di daerah. Yang dimana banyak pabrik tahu, nah si

Kiwong ini sebagai pembawa.salah satu pembawa tahu-tahu ini keluar

Rangkasbitung, karena dia berjualan di kereta itu. kreta penghubung

dengan Jakarta, di jualan dari siang sampai malam pulang. Dan

rutinitasnya seperti itu, dan dia menemukan berbagai macem cerita yang

seperti ketemu oranglah, seperti meeting points, karena dia ketemu

dengan banyak orang yang berantem, belum lagi dengan para

petugasnya keretanya sendiri, jadi seperti pergulatan di kretanya.

33. Itu realias sebenarnya seperti itu om?

- Iya itu realitasnya seperti itu, karena yaa…dia harus berjualan tahu.

Intinya dia harus berjualan untuk memenuhi hidupnyakan, dan bukan

hanya tahu aja di kreta itu, ada pedagang laian, dan belum lagi dengan

penjual tahu yang lain. Dia harus bersaing. Dan juga harus umpet-

upetan dengan petugas kreta, karena sebenernya itu tidak boleh juga,

jualan di atas kreta. Belum lagi bertemu crita-crita dengan penumpang.

ya mungkin itudapat dikatakan sebagai pengalaman pribadinya yang

kita coba kasih di Dongeng Rangkas.

34. Dalam mengkonstruksi realitas itu kenapa menggunakan film

dokumenter feature dalam mediumnya? Bukan dokumenter yang

lain? Apa tujuanya?

Page 100: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

- yaa…sebenernya kan, kalau dilihat dari idenya dan temuan-temuanya,

dari ide dan temuanyanya lebih baik jadi cerita itu, ya maksud gue

dokumenter bercerita (feature)itu.

a. Menurut lo feature itu seperti apa, apa seperti dokumenter yang

lain, atau mendekati fiksi?

hemmm…gimana ya, sebenernya panjang. Gampangnya ini aja, lo

seperti ngebuat. Intinya kita membuat dokumenter yang sama dengan

tivi gitu, dengan melakukan atvokasi, atau membikin-bikin bahwa ini

apa namanya…sedih atau apa? Feature dsini lebih bercerita dengan

gambar, obrolan, atau dengan gambar-gambar yang ada, jadi kalau

gue melihat feature menjadi bentuk yang efektif menyampaikan cerita

di dokumenter ini.

35. Apa motivasi dan tujuan menganggat realitas sosial penjual tahu?

- Ya senernya pas membuat tidak tahu motivasi dan tujuanya. Kalau untuk

penjual tahu tidak ada tujuanya. Jujur. Tapi kalau untuk penjual tahu, itu

termasuk ekonomi yang cukup besar, pengaruh, karena di Rangkas

banyak pabrik tahu selain terkenalnya berjualan bambo.

a. Kenapa tidak penjual bambu aja?

Ya itu tadi karena temannya tadi ada si Iron dan music metal, dan ide

dasarnya itu. Kalau bambu itu mungkin bisa, karena kedekatanya

dengan Iron dan kiwong dan menemukan hal-hal yang lain tentang

penjual tahu ini. tapi kalau tujuanya dokumenter ini untuk saidjah

forum, untuk meningkatkan kapasitas, ini menjadi film mereka, dan

Page 101: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

menjadi bahan mereka menjadi posisi mereka di Rangkas dan di luar

Rangkas. Dengan film tentang daerahnya sendiri yang baik.

b. Untuk edukasi untuk orang lain tidak?

Itu tergantung orang yang menontonya, dan menginterpretasikannya.

36. Pesan apa yang ingin disampaikan kemasyarakat?

Pesanya ya sebenrnya tentang filmnya aja, jadi bukan ide dari tukang

tahu, tetapi film itu bukan seperti yang ada di tv, penjual tahu yang sedih

dan ini itu, cuman ini kayak ngebangun optimis, atau kita ngebuatnya

selalu begitu. Film itu bukan seperti barang dagangan untuk dijual,

namun sebagai informasi atau sebagai… ya maksud gue, ya gampangnya

adalah Film punya bahasa sendiri yang orang lain bisa

menginterpretasikan jauh dari yang ada. Sepertinya intinya bukan

televisi atau bukan barang daganganlah. Eksploitasi subjek-ubjek yang

ada dalam filmnya.

37. Bugeting dalam memproduksi film ini bagaimana?

- Tadi gue bilang ini adalah upgrading, bohong kalau tidak ada buget

sama sekali. Ya ada tapi minim, kalau untuk dibuat film dokumenter

panjang seperti ini, feature panjang, itu bisa dikategorikan minim, tapi

e…karena ini upgrading dan program akumassa, akumassa dari Forum

Lenteng ada bisaya dari situ, punya funding jadi ada biaya.walaupun

tidak besar tapi ada biayanya untuk peoduksi sampai distribusi film ini.

a. Proses distribusinya seperti apa?

Page 102: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

Yaa…apa ya? Sebenarnya ada tujanya untuk edukasi atau

edukatif. Kita akan mengasih untuk kepentingan belajar,

pendidikan, yaitu menaroknya di perpustakaan kampus,

Komunitas atau siapapun untuk kepentingan pendidikan, jadi di

beri gratis. Distribusi selama ini sampai saat ini seperti itu. yang

kedua berapa kali masuk..dicobalah masuk berapa festival, dan

ini cukup diterima, satu di Korea, dan di dalam negeripun jadi

juara satu di festival dokumenter di jogja. Itu salah satu distribusi

unyuk di film ini tau film Forum Lenteng.

38. Apa kendalanya dalam membuat film tersebut?

yaa.. ini aja si..sebenarnya paling dasar ini, ini kerja kolaboratif, ada

forum lenteng, ada saidjah forum terusnya kita membuat film

dokumenter yan dapat kita katakana berusaha professional itu adalah

dengan menggunakan kamera yang baik, dan menulis skenarionya atau

asumsinya. Kalua itu kolaboraif makanya agak di kejar, dalam artian

kita berusaha anggota saidjah bisa me geerti akan hal itu, jadi katakana

egual/ sejajar. Ini membuat dokumenter yang kolaboratif menggunakan

alatnyapun baru, kalau ini sudah sejajar mungkin ceritanya akan laian.

39. Seperi apa proses produksi film tersebut?

- produksi pada tahun 2010,kurang lebih proses produksi selama dua

minggu syuting, dan sempat ada yang kurang footage dan balik

lagi.cuma sekali balik. Dan balik lagi ke Jakarta, kita ngedit di Forum

Lenteng, ngeditnya bisa dibilang rame-ramelah. Tapi ngeditnya Hafiz an

ague.

Page 103: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

a. Konsep membuat ceritanya didiskusiin ramai-ramai, atau

cuma sutradara dan editor?

Enggak, apa namnya karena ini ramai-ramai tidak ada sutradara

editor, jadi lebih tepatnya karena di tuliskan, karena ini

kolaboratif. Realisasinya bareng-bareng, jadi saat ngedit kita

akan menyusun seperti apa, bareng-bareng duduk dan dibuat di

computer. Yaa,,kayak semacam diskusi story boardnya kayak

gimana, karena selama produskinyapun kita sudah bisa

ngebayanginkan membuat tokoh-tokoh ini menjadi cerita di

filmnya nanti. Di Jakarta tingal cuma mengemas gimana

enaknya. Mulai dari apa dan akan bagaimana. Cerita tentang ini

atau bagaimana.

b. Film tersebutkan di Edit berdasarkan diskusi, apakah jalan

ceritanya akan disama dengan realitasnya yang sebenernya?

Ya pasti berubah…kalau menurut gue pasti berubah, karena tidak

mungkin disamakan dengan realitas disana dengan di film. Dan

tidak pasti sama itu. maksud gue lo sudah dapat ang baru realitas

ada si Kiwong dan Iron, kita akan membuat realitas film. Jadi

realitas film ya Iron yang bermusik metal underground, dan si

Kiwong dengan pergulatan di kreta dan keluarga. Ya pasti akan

selalu berkembang.selama ngedit pun atau disukusi. Walapun

asumsi atau ceritanya sudah ada saat syuting,dan saat ngditpun

akan berkembang. ya mungkin, buka bergeser, tapi ya

Page 104: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

berkembangnya pasti ada, berkembangnya si tokoh atau

ceritanya.

40. Bagaimana sebuah kehidupan penjual tahu dikonstruksi menjadi film

feature dokumenter Dongeng Rangkas? Apa menjadi sebuah realitas

lagi atau apa?

yaa.. itu sebenernya gue pribadi bilang, sudah tidak ada realitas dalam

film, yang ada ya realitas film, kenpa itu, karena suda di frame, dibentuk

oleh sutradara, atau di edit, karena untuk ngebangun si tokoh ya pasti itu

akan ada konstruksi itu, atau asumsi si sutradara yang mejadi subjektif

gak lagi menjadi objektif, tapi bagaimna… maksud gue cerita-cerita ini

menjadi mendekati realitas yang sebenernya gitu. Kita berusaha

meminimalisir cerita itu jadi, mkasud gue jadi yang di tv tadi. Gak ada di

Dongeng Rangkas kayak sedih-sedih, karena emang sebenernyakan ini

orangnya mah fun-fun aja seneng, dia walapun penjual tahu dan suka

music underground, walapun Kiwong anakny… hidup di kamar…dia tidak

merasa sedit, tapi biasa aja. Di tetap optimis.

Page 105: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi

POTONGAN ADEGAN FILM FEATURE DOKUMENTER DONGENG RANGKAS

Page 106: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi
Page 107: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi
Page 108: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi
Page 109: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi
Page 110: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi
Page 111: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi
Page 112: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi
Page 113: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi
Page 114: Oleh: Choiril Chodri 108051100025 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27613/1/CHOIRIL... · FEATURES DOKUMENTER DONGENG RANGKAS Skripsi