Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PREFERENSI DAN POTENSI USAHA PENANGKARAN BURUNG WALET
DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT
DESA UJUNG TANJUNG KABUPATEN ROHIL DI
TINJAU DARI EKONOMI ISLAM
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat GelarSarjana Ekonomi Islam (S.E.I) di Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum
Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim
OLEH
RATNA DEWI SIMBOLON10725000253
PROGRAM : S1
JURUSAN EKONOMI ISLAMFAKULTAS SYARI’AH DAN ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIMPEKANBARU
RIAU2011
brought to you by COREView metadata, citation and similar papers at core.ac.uk
provided by Analisis Harga Pokok Produksi Rumah Pada
i
ABSTRAK
. Penelitian ini berjudul Preferensi Dan Potensi Usaha PenangkaranBurung Walet Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Desa UjungTanjung Kabupaten Rohil Di Tinjau Dari Ekonomi Islam.Burung walletmerupakan burung penghasil sarang yang harganya sangat mahal. Sarang ituterbentuk dari airliur burung walet yang mempunyai harga cukup mahal yangdapat meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Ujung Tanjung KabupatenRohil
Latar belakang penulis mengambil judul ini yaitu, melihat bagaimanaUsaha penangkaran burung wallet dalam meningkatkan pendapatan masyarakatartinya dengan adanya burung wallet yg cukup mahal maka dapat meningkatkanpendapatan masyarakat desa ujung tanjung. Oleh sebab itu penulis tertarik untukmeneliti lebih lanjut bagaimana sebenarnya preferensi dan potensi usahapenangkaran burung wallet dalam meningkatkan pendapatan masyarakat, sertabagaimana tinjauan ekonomi islam terhadap preferensi dan potensi usahapenangkaran burung wallet dalam meningkatkan pendapatan masyarakat.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil.Sampel dalam penelitian ini adalah 20 pengusaha dan 50 orang karyawan yangdiambil dari 40 populasi pengusaha burung wallet yang terkait dalam usahaburung wallet , pengambilan sampel ini menggunakan teknik randomsampling.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalahobservasi, wawancara, angket, dan library research (study pustaka), sedangkanteknik analisa data yang digunakan adalah metode deskriptif analitik yaitumengumpulkan data, kemudian menyusun, menjelaskan dan menganalisanya.
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan dapat di simpulkan bahwaPreferensi masyarakat Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil memilih usahapenangkaran burung wallet sebagai mata pencarian mereka dikarenakanpendapatan yang mereka peroleh dari hasil usaha itu cukup tinggi.Apalagi usahaini berpotensi sekali bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya, selainitu juga berpotensi meningkatkan pendapatan daerah melalui penerimaann pajaksarang burung wallet tersebut.
Sedangkan Tinjauan Ekonomi Islam adalah usaha penangkaran burungwallet telah sesuai dengan harapan masyarakat dalam mengelola usahapenangkaran burung wallet yang sesuai dengan syari’at Islam dalam hal untukmenghindari unsur gharar, maisir, dan riba.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI
ABSTRAK ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL.................................................................................... . vi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Batasan Masalah........................................................................ 5
C. Rumusan Masalah ..................................................................... 6
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian.............................................. 6
E. Metode Penelitian...................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 9
BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN .................... 11
A. Keadaan Wilayah Desa Ujung Tanjung ..................................... 11
B. Perkembangan Usaha Penangkaran Burung Wallet di Desa
Ujung Tanjung Kabupaten Rohil ............................................... 16
C. Visi dan Misi Usaha Penangkaran Burung Wallet Desa
Ujung Tanjung............................................................................ 19
D. Struktur Organisasi Usaha Penangkaran Burung Wallet Desa
Ujung Tanjung Kabupaten Rohil ............................................... 21
BAB III TINJAUAN UMUM USAHA PENANGKARAN
BURUNG WALLET ..................................................................... 22
A. Pengertian Usaha Penangkaran Burung Wallet ........................ 22
B. Perkembangan Usaha Penangkaran Burung Wallet.................. 22
C. Jenis Burung Wallet .................................................................. 25
D. Manfaat Dan Kegunaan Sarang Wallet..................................... 26
E. Kriteria Sarang Wallet............................................................... 26
F. Persyaratan Lokasi Wallet......................................................... 28
G. Teknis Wallet ............................................................................ 29
H. Konsep Usaha dalam Ekonomi Islam ....................................... 34
v
BAB IV PREFERENSI DAN POTENSI USAHA PENANG-
KARAN BURUNG WALLET DALAM MENINGKAT-
KAN PENDAPATAN MASYA-RAKAT DESA UJUNG
TANJUNG KABUPATEN ROHIL DITINJAU DARI
EKONOMI ISLAM .................................................................. 42
A. Preferensi dan Potensi Usaha Penangkaran Burung Wallet
Dalam MeningkatkanPendapatan Masyarakat Desa Ujung
Tanjung Kabupaten Rohil ......................................................... 42
B. Tinjauan ekonomi Islam terhadap preferensi dan potensi
Usaha Penangkaran Burung Wallet dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat Desa Ujung Tanjung Kabupaten
Rohil .......................................................................................... 61
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 65
A. Kesimpulan ............................................................................... 65
B. Saran.......................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberdayaan ekonomi rakyat identik dengan pemberdayaan usaha kecil
(keluarga), karena secara struktural perekonomian nasional sebagian besar disusun
oleh unit-unit skala kecil, yang umumnya bergerak di sektor agroindustri. Selama
ini kegiatan usaha kecil hanya memanfaatkan keunggulan komparatif dengan
mengandalkan kelimpahan sumberdaya yang dimiliki dan hasilnya tidak sesuai
dengan harapan. Usaha kecil masih akrab dengan kemiskinan, karena tingkat
pendapatan masih rendah. Keunggulan komparatif harus didayagunakan menjadi
keunggulan kompetitif dengan menentukan kegiatan usaha yang berorientasi
pasar. Cara yang ditempuh adalah dengan meningkatkan pangsa pasar dan nilai
tambah melalui pemanfaatan modal (capital-driven), pemanfaatan inovasi
teknologi (innovation-driven) serta kreativitas sumberdaya manusia (skill-driven).
Agroindustri haruslah menjadi motor penggerak bagi subsistem yang lain
untuk membangun keunggulan komparatif. Sejalan dengan upaya pengembangan
agroindustri tersebut, maka pada subsistem usahatani perlu dilakukan diversifikasi
jenis usaha yang mampu menangkap peluang pasar sekaligus mampu
meminimalisir masalah yang ada pada kegiatan usahatani, seperti keterbatasan
lahan, aksesibilitas terhadap pasar, posisi tawar dan sebagainya. Salah satu
komoditas agribisnis yang mempunyai peluang pasar besar terutama pasar ekspor
dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi adalah sarang burung walet.1
1Iman, Soeharto, Study Kelayakan Proses Industri, (Jakarta : Erlangga, 2001), h. 197
1
2
Berdasarkan penelitian para ahli gizi, sarang walet mengandung glyco
protein yang sangat bagus bagi perkembangan tubuh. Departemen Kesehatan RI
dalam penelitannya juga mencatat bahwa kandungan sarang burung walet terdiri
dari sebagian besar protein, karbohidrat, lemak dan abu. Sarang burung walet juga
mengandung protein yang berbentuk glycoprotein yang merupakan komponen
terbesar selain karbohidrat, lemak, dan air jumlahnya mencapai 50 persen.2
Karena air liur burung walet yang diambil dari sarang burung walet
dianggap dapat dibuat obat-obatan yang dapat menyembuhkan bermacam
penyakit dan karena itulah sarang burung walet mempunyai nilai ekonomis yang
cukup tinggi.
Sarang walet memiliki prospek dan potensi perdagangan yang sangat
bagus untuk dikembangkan. Saat ini Indonesia merupakan produsen sarang walet
terbesar didunia. Mencapai lebih dari 75 % sarang walet yang beredar di dunia
berasal dari Indonesia. Sarang walet rumahan asal Indonesia menguasai hampir
98% pasokan pasar dunia karena bentuknya yang lebih bersih, lebih putih dan
tidak terlalu tebal. Sementara pasar sarang walet hitam dipegang oleh Malaysia
karena kualitasnya lebih baik dari pada sarang hitam yang diexport oleh negara
produsen lain. Sarang walet banyak diminta oleh importir terbesar saat ini yaitu
Hongkong dan Amerika Serikat. Jangkauan pasar sarang walet asal
Indonesiaadalah Hongkong, China, Taiwan, Singapura, dan Kanada. Sekitar 80%
pasar sarang walet Asia dipasok oleh produsen dari Indonesia. Sarang walet
memiliki harga yang berfluktuasi. Di Ujung Tanjung Kabupaten Rohil tahun 2007
ditingkat exportir harga sarang walet hitam gua mencapai Rp 3.500.000,00/kg,
2Budiman, Arif, Bisnis Sarang Walet, (Depok : Penebar Swadaya, 2008), Cet. Ke-1, h. 4.
3
sarang rumput/seriti harganya sekitar Rp2.500.000,00/kg, harga sarang walet gua
warna putih bisa mencapai Rp12.000.000,00/kg sedangkan sarang walet rumahan
putih mencapai Rp 17.000.000,00/kg. Harga sarang walet dapat terjadi perubahan
setiap waktu tergantung dari hasil negosiasi dan kesepakatan, Sayangnya prospek
pasar yang sangat bagus dan semakin cerah ini tidak diimbangi dengan
pengelolaan yang benar dalam budidaya walet. Produksi sarang walet Indonesia
dalam beberapa item, misalnya ketebalan sarang, bentuk sarang dan warna sarang
kualitasnya masih kurang bila dibandingkan dengan Malaysia dan Vietnam.
Penyebabnya adalah teknis pengelolaan budidaya walet yang masih tradisional.3
Ibnu khaldun, didalam kitabnya Muqaddimah sebagai dikutip oleh
Adiwarman Karim, mengatakan bahwa industry maupun produksi merupakan
sesuatu yang sangat penting dalam sebuah Negara, kekayaan Negara tidak
ditentukan oleh banyaknya uang, tetapi oleh tingkat produksi dan neraca
pembayaran positif Negara terebut.4
Ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan social yang mempelajari
masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai islam. Sistem
ekonomi Islam merupakan system ekonomi yang berorientasi rahmatan lilalamin.
Namun dalam perkembangannya, system ekonomi dikenal dalam ruang lingkup
yang sempit, yakni hanya pada bank syari’ah, baitumal bit tamwil dan asuransi
syari’ah. Padahal ruang lingkup ekonomi itu meliputi sektor riil juga seperti
perdagangan, perkebunan, pertanian, industry kecil, dan usaha rumah makan.
Semua macam usaha itu merupakan bagian dari ekonomi islam.
3Muslich, Bisnis Syari’ah, (Yogyakarta : YKPN,2007), h. 174Ahmad, Izzan, Ekonomi Syari’ah, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006), h. 38
4
Kabupaten Rohil berdiri sejak tahun 2000 sebagai pemekaran dari
kabupaten Bengkalis, Bupati Rohil saat ini Adalah H.Annas Ma’mun dan
wakilnya adalah H.Suyetno, Kabupaten Rohil ini masyarakatnya mayoritas hasil
pencahariannya dari usaha burung wallet bagi berekonomi tingkat tinggi, dari
itulah masyarakat yang tidak mempunyai usaha burung wallet ada peluang untuk
mengelola usaha burung wallet milik orang lain.
Usaha burung wallet yang ada di Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil,
dari tahun 2007 sampai sekarang ini selalu mengalami perkembangan yang cukup
pesat, hal ini terbukti dengan pertumbuhan burung wallet yang dimiliki oleh
pemilik burung wallet di Desa Ujung Tanjung, usaha burung wallet ini sudah
membuktikan keberhasilan dengan semakin luasnya usaha burung wallet yang
dimiliki oleh pemilik burung wallet tersebut yang akan diolah dan dikerjakan oleh
orang lain yang tidak mempunyai usaha burung wallet dan pekerjaan maupun
penghasilan.5
Penduduk yang bertempat tinggal di Desa Ujung Tanjung itu berjumlah
3000 penduduk dan 700 kk, sedangkan masyarakat yang mempunyai usaha
burung wallet ini sebanyak 40 orang,
Preferensi adalah sebuah konsep, yang digunakan pada ilmu social,
khususnya ekonomi. Ini mengasumsikan pilihan realitas atau imajiner antara
alternatif-alternatif dan kemungkinan dari peningkatan alternatif tersebut,
berdasarkan kesenangan, kepuasan, gratifikasi, pemenuhan, kegunaan yang ada.
Dalam ilmu kognitif, preferensi individual memungkinkan memilih tujuan atau
goal. Preferensi adalah hak untuk dipilih dari pada yang lainnya.
5Budiman ( Usaha Penangkaran Burung Wallet ), Wawancara, Desa Ujung Tanjung, 29Maret 2011
5
Preferensi masyarakat Desa Ujung Tanjung mayoritas mendukung adanya
usaha burung wallet. Karena adanya usaha burung wallet dapat mengurangi
pengangguran di Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil. Dengan adanya usaha
burung wallet maka bisa membantu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang
kurang memadai atau memiliki penghasilan yang sedikit. Dengan usaha ini
masyarakat Desa Ujung Tanjung dapat meningkatkan pendapatannya masing-
masing, disamping juga bisa meningkatkan pasar manca Negara merupakan
sebuah prestasi yang cukup membanggakan dan tentunya merupakan suatu usaha
yang patut digalakkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
Berdasarkan paparan diatas penulis tertarik untuk melakukan suatu
penelitian dengan judul: “PREFERENSI DAN POTENSI USAHA
PENANGKARAN BURUNG WALLET DALAM MENINGKATKAN
PENDAPATAN MASYARAKAT DESA UJUNG TANJUNG KABUPATEN
ROHIL DI TINJAU DARI EKONOMI ISLAM.”
B. Batasan Masalah
Penulis membatasi masalah ini tentang Preferensi dan potensi Usaha
Burung Wallet dalam meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Ujung Tanjung
Kabupaten Rohil ditinjau dari ekonomi Islam.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
6
1. Bagaimana Preferensi dan Potensi Usaha Penangkaran Burung Wallet
dalam meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Ujung Tanjung
Kabupaten Rohil?
2. Bagaimana Tinjauan ekonomi Islam terhadap preferensi dan potensi Usaha
Penangkaran Burung Wallet dalam meningkatkan pendapatan masyarakat
Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil?
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana preferensi dan potensi Usaha Penangkaran
Burung Wallet dalam meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Ujung
Tanjung Kabupaten Rohil.
2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan ekonomi Islam terhadap preferensi
dan potensi Usaha Penangkaran Burung Wallet dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil.
Kegunaan penelitian adalah :
1. Diharapkan dapat menambah masukan informasi bagi pihak yang terkait
dalam Preferensi dan potensi usaha penangkaran burung wallet .
2. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada jurusan
Ekonomi Islam Fakultas Syri’ah dan Ilmu Hukum UIN Suska Riau.
7
E. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan mengambil lokasi di
Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil.
2. Subjek Dan Objek Penelitian
Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah pemilik Usaha Penangkaran
Burung Wallet yang terdapat di Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil,
sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah Preferensi dan potensi
usaha penangkaran burung wallet dalam meningkatkan pendapatan
masyarakat Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil.
3. Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah 43 orang pengusaha Burung Wallet
Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil yang terkait dalam usaha Burung
Wallet. Mengingat jumlah populasi nya sedikit maka jumlah sampel
sebanyak 43 orang yang diambil dari keseluruhan populasi dengan
menggunakan teknik random sampling.
4. Sumber Data
Dalam penelitian ini ada dua sumber data yaitu :
a. Data primer, yaitu keterangan yang diterima langsung dari pengusaha
dan karyawan Usaha Penangkaran Burung Wallet desa Ujung Tanjung
Kabupaten Rohil yang berkenaan dengan hal-hal yang diteliti.
b. Data sekunder, yaitu data yang didapat dari literatur dan buku-buku
serta dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini.
8
5. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah:
a. Observasi, yaitu suatu metode pengumpulan data melalui pengamatan
langsung terhadap masalah yang terjadi dilapangan yang merupakan
data primer.
b. Wawancara, yaitu dengan cara melakukan Tanya jawab langsung
kepada responden
c. Angket, yaitu membuat sejumlah pertanyaan tertulis yang diajukan
kepada responden guna mendapatkan impormasi tentang permasalahan
yang diteliti.
d. Library Research (study pustaka), yaitu menelaah buku-buku atau
literature yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
6. Analisa Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif Analitik
yaitu mengumpulkan data, kemudian menyusun, menjelaskan dan
menganalisanya.
7. Metode Penulisan
Setelah data terkumpul maka penulis mengolah data tersebut dengan
menggunakan metode sebagai berikut :
a. Metode induktif, yaitu mengumpulkan, menelaah dan meneliti data
yang bersifat khusus kemudian diambil pengertiannya secara umum.
b. Metode deduktif, yaitu mengumpulkan , menelaah dan meneliti data
yang bersifat umum kemudian diambil kesimpulan secara khusus.
9
c. Metode deskriptif, yaitu mengumpulkan data apa adanya kemudian
diambil dan dianalisa sebagaimana mestinya.
F. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Pada bab ini terdiri dari keadaan wilayah Desa Ujung Tanjung
Kabupaten Rohil, Perkembangan Usaha Penangkaran Burung
Wallet Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil, Visi dan Misi Usaha
Penangkaran BurungWalet Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil,
Struktur Organisasi Usaha Penangkaran Burung Wallet Desa
Ujung Tanjung Kabupaten Rohil.
BAB III : TELAAH PUSTAKA
Dalam bab ini membahas tentang pengertian burung wallet,
perkembangan usaha penangkaran burung wallet, jenis burung
wallet, manfaat dan kegunaan sarang wallet, kriteria sarang wallet,
persyaratan lokasi wallet, dan teknis wallet, Serta konsep Usaha
dalam Ekonomi Islam.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini menjelaskan preferensi dan potensi usaha
penangkaran burung wallet dalam meningkatkan pendapatan
10
masyarakat Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil, dan tinjauan
Ekonomi Islam terhadap preferensi dan potensi usaha penangkaran
burung wallet dalam meningkatkan pendapatan masyarakat Desa
Ujung Tanjung Kabupaten Rohil.
BAB V : KESIMPULAN
Bab ini merupakan penutup, dimana bab ini akan dikemukakan
beberapa kesimpulan yang diringkas dari hasil penelitian penelian
dan pembahasan, kemudian dilanjutkan dengan mengemukakan
beberapa saran.
11
BAB II
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Wilayah Desa Ujung Tanjung
1. Kondisi Geografis
Wilayah Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil berdasarkan Undang-
UndangNomor 12 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Desa Ujung Tanjung yang
disahkan pada 16 januari 2009 cakupan wilayahnya berasal dari sebagian wilayah
Kabupaten Rohil yang terdiri dari 5 (Lima) kecamatan yaitu Kecamatan Tanah
Putih, Kecamatan Pujud, Kecamatan Bagan Sinembah, Kecamatan Tanjung
Melawan, dan Kecamatan Batu Hampar.
Kabupaten Rohil Memiliki luas Wilayah ± 3.707,84 km2 dengan rincian
Kecamatan Tanah Putih 84.950 hektare, Kecamatan Pujud 54.733 hektare,
Kecamatan Bagan Sinembah 68.050 hektare, Kecamatan Tanah Putih Tanjung
Melawan 24.160 hektare, dan Kecamatan Batu Hampar 134.891 hektare.
Desa Ujung Tanjung memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Duri
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Bagan Batu
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Tanjung medan dan
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Bagan Siapiapi
Wilayah Kabupaten Rohil terdiri dari 69 (enam puluh sembilan) desa dan
5 (lima) kelurahan. Seiring dengan perkembangan kehidupan Desa Ujung Tanjung
Kabupaten Rohil, Sosial ekonomi masyarakat, kedepan bukan tidak mungkin akan
11
12
terbentuk kecamatan baru di wilayah Kabupaten Rohil. Upaya diharapkan dapat
meningkatkan kualitas dan mendekatkan pelayanan masyarakat.
2. Kondisi Demografis
Kabupaten Rohil yang terdiri dari Lima kecamatan memiliki luas dan
kepadatan penduduk yang berbeda. Kecamatan Bagan Sinembah merupakan
kecamatan yang terluas (36,78%), sedangkan Kecamatan Batu Hampar yang
terkecil (6, 59%).
Sementara itu, Kecamatan Tanah Putih merupakan kecamatan dengan
penduduk terbesar (39,63%), dan Kecamatan Pujud memiliki jumlah penduduk
yang terkecil (7,45%). Selengkapnya lihat tabel:
Tabel II. 1
Luas wilayah dan penduduk di Kabupaten Rohil Tahun 2010
No Kecamatan Luas
(hektare
(%) Penduduk (%)
1 Tanah Putih 84.950 23,16 85.742 39,63
2 Pujud 54.733 14,92 16.113 7,45
3 Bagan Sinembah 68.050 18,55 31.060 14,36
4 Tanjung Melawan 24.160 6,59 34.370 15,89
5 Batu Hampar 134.891 36,78 49.044 22,67
Jumlah 336.784 100 216.329 100
Sumber: Kantor Bappeda Kabupaten Rohil (diolah)
Faktor demografis menjadi dasar pertimbangan memberdayakan ekonomi
masyarakat serta pembangunan infrastruktur sehingga ruang dapat dimanfaatkan
seefektif dan seefisien mungkin. Keterbatasan sarana dan prasana mengakibatkan
produktivitas masyarakat rendah yang bermuara pada kemiskinan.
13
Kemiskinan menunjukkan telah terjadi kesenjangan sumberdaya yang
dapat diakses masyarakat dan keterbatasan sarana dan prasarana maupun
ketersedian tenaga kerja diwilayah tersebut.
Tabel II. 2
Jumlah Rumah Tangga (RT), dan Rumah Tangga Miskin (RTM) di
Kabupaten Rohil Tahun 2010
No Kecamatan RT RTM Persentase RTM
(%)
1 Tanah Putih 17.745 4.953 27,91
2 Pujud 3.585 1.598 44,57
3 Bagan Sinembah 6.729 2.843 42,25
4 Tanjung Melawan 6.608 2.307 34,91
5 Batu Hampar 10.897 4.175 38,31
Jumlah 45.564 15.876 34,84
Sumber: Kantor Bappeda Kabupaten Rohil (diolah)
Berdasarkan data diatas, kantong kemiskinan terbesar berada di
Kecamatan Pujud dengan tingkat kemiskinan 44,57% diatas rata-rata angka
persentase RTM Kabupaten Rohil (34,84).
3. Aspek Pendidikan
Tingkat pendidikan sesorang sangat berpengaruh dengan kondisi
ekonominya. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka kesempatan dalam
memperoleh pekerjaan yang layak pun akan semakin besar, sehingga makin
meningkatkan kondisi ekonominya. Berikut ini adalah tabel kondisi tingkat
pendidikan di desa Ujung Tanjung kabupaten Rohil:
14
Tabel II. 3
Kondisi Tingkat Pendidikan di Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil
Tahun 2010
No Tingkat Pendidikan Persentase Keterangan
1 Tidak ada ijazah 41,78 Tidak Tamat SD
2 Tamat SD/MI 24,65 -
3 Tamat SLTP 14,22 -
4 Tamat SMU 15,48 -
5 D1 & D3 1,93 -
6 D4 & S1 0,76 -
7 S2 & S3 0,23 -
Sumber: Kantor Kepala Desa (diolah)
Berdasarkan data diatas terlihat pendidikan di Desa Ujung Tanjung
Kabupaten Rohil perlu mendapat perhatian serius. Hal ini mengingat persentase
penduduk di Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil yang tamat SD/MI dan tidak
ada ijazah (termasuk yang tidak bersekolah) masih sangat tinggi yaitu sebesar
66,43%.
4. Aspek Keuangan Daerah
Kita menyadari sepenuhnya kondisi keuangan Kabupaten Rohil dalam
bentuk pendapatan dan penerimaan daerah, masuk dalam kategori daerah yang
APBD nya tergolong sedang artinya tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi.
Sumber penerimaan keuangan daerah kita sebagian besar berasal dari dana
15
perimbangan dari pemerintah pusat, dari data yang dimiliki sumber penerimaan
keuangan daerah untuk Tahun 2010 sebesar Rp. 571,2 Milyar terdiri dari:
a. Bagi hasil dari sumber daya alam Rp. 332 Milyar
b. Bagi hasil dari penerimaan pajak Rp. 137 Milyar
c. Dana penyeimbang sebelum dana alokasi umum Rp. 69 Milyar
d. Dana Alokasi Khusus Rp. 8.3 Milyar
e. Dana hibah dari Kabupaten Bengkalis Rp. 16.5 Milyar
f. Dana hibah dan pembangunan dari Pemerintah Propinsi Riau Rp. 8,4
Milyar.
Dari data tersebut diatas dapat digambarkan bahwa kondisi keuangan
Kabupaten Rohil untuk tahun-tahun mendatang harus berupaya ditingkatkan.
Salah satu jalan yang harus ditempuh adalah kemampuan melobi dengan
pemerintah pusat, Pemda yakin dana DAK dan DAU masih bisa ditingkatkan.
Optimalisasi pendapatan asli daerah sebagai sumber penerimaan daerah juga harus
dilaksanakan tentu dengan tidak memberatkan masyarakat dan dunia usaha.
Disamping itu juga pemda akan berupaya untuk menyusun anggaran pendapatan
dan belanja daerah secara seimbang antara belanja pemerintah dan belanja publik
agar benar-benar tercipta anggaran yang berpihak kepada kepentingan
masyarakat.
16
A. Perkembangan Usaha Penangkaran Burung Wallet di Desa Ujung
Tanjung Kabupaten Rohil
Sudah menjadi tabiat manusia, bahwa ia selalu ingin mencoba dan
merasakan sesuatu yang baru yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Jika
masa dahulu burung walet hanya hidup dan bersarang didalam gua serta hutan-
hutan belantara, kini burung walet dapat kita jumpai pada bangunan-bangunan
bertingkat yang secara khusus disediakan manusia sebagai tempat tinggal walet.
Hal ini bermula pada seorang China yang tinggal di Hongkong.
Dengan maraknya penangkaran walet di Hongkong serta giatnya para
usahawan untuk mencari dan membeli sarang walet, membuat golongan etnis
China dari berbagai negara merasa tertarik untuk membuka usaha penangkaran
sarang walet ini.
Kemudian dikeluarkan pengaturan terhadap perindustrian sumber daya
alam serta menggali pendapatan asli daerah, perlu diatur tentang izin Pengelolaan
dan pengusaha sarang walet di Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Rohil No. 06 Tahun 2002, dan mengenai pajak
sarang burung walet yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 08 Tahun 2002.
Usaha penangkaran burung walet di Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil
sangat banyak dijumpai. Dilihat perkembangan usaha walet akan memberikan
peluang ekonomi yang sangat maju dimasa mendatang sehingga bermunculan
bangunan-bangunan tinggi sebagai tempat menangkar walet di daerah lain di Desa
Ujung Tanjung Kabupaten Rohil.
17
Di Desa Ujung Tanjung ini banyak sekali bangunan sarang burung walet,
keberadaan rumah toko (Ruko) bagi”penangkaran” untuk habitat burung walet di
Desa Ujung Tanjung kian hari kian bertambah, keberadaan rumah walet ini selain
menambah padatnya pembangunan juga menghiasi perwajahan Desa Ujung
Tanjung.
Penangkaran walet di Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil saat ini
tumbuh sangat pesat diseluruh kota. Hal tersebut memang memberikan
keuntungan signifikan terutama secara ekonomi yang cukup besar bagi warga
masyarakat Desa Ujung Tanjung. Ini bisa di lihat dari harga sarang burung wallet
yang cukup tinggi seperti pada tabel berikut:
Tabel II. 4
Perkembangan Harga Sarang Burung Walet Tahun 1999-2008
No Tahun Kisaran Harga (Rp/ kg)
1 1999-2000 18-20 Juta
2 2001-2002 15-20 Juta
3 2003-2004 13-18 Juta
4 2005-2006 10-12 Juta
5 2007-2008 11-13 Juta
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
Harga burung wallet yang cukup tinggi membuat masyarakat Rohil
banyak melakukan usaha penangkaran burung wallet. Hal ini dapat dilihat dari
tabel berikut ini yang berisikan nama-nama pengusaha wallet di Rohil:
18
Tabel II. 5
Daftar nama-nama pegusaha walet yang telah mendapat izin Bupati
No No.
KOHIR
Nama Wajib
Pajak / Wajib Retribusi
Alamat Lokasi NPWPD
1 PR1. 0011 PPSB Walet” Budiman” Jl. A. Yani No. 102 4.005421.07.02
2 PR1. 0066 PPSB Walet” Iwan” Jl. Bihun No. 28 4.0005248.07.02
3 PR1. 0056 PPSB Walet” Tek Seng” Jl. Belut No. 87 4.0006766.07.01
3 PR1. 0048 PPSB Walet” Hong Ping” Jl. Belanak No. 36 4.0005345.07.02
5 PR1. 0047 PPSB Walet” Lim Tji Gie” Jl. Sedinginan 4.0006983.07.03
6 PR1. 0075 PPSB Walet” A. Le” Jl. D.I. Panjaitan 4.0005348.07.02
7 PR1. 0083 PPSB Walet” Tjun Kiat” Jl. Diponegoro 4.0005281.07.01
Sumber Data: Dipenda Kabupaten Rohil 2010
Dari tabel diatas terdapat daftar nama-nama pengusaha walet yamg sudah
mendapat izin oleh Bupati.
Dari hasil penelitian dilapangan ternyata pengusaha sarang burung walet di
Kabupaten Rohil sebanyak 382 pengusaha, yang sudah mendapat izin dari Bupati,
yang terealisasi 332 pegusaha sarang burung walet, sedangkan 50 pengusaha
sarang burung walet yang belum mendapat izin dari Bupati.
Untuk melaksanakan program-program kerja yang telah disusun serta
menunjang pencapaian tujuan sebagaimana yang diharapkan, maka kehadiran
organisasi atau instansi mutlak diperlukan.
Demikian pula dengan rangkaian program pembangunan daerah Desa
Ujung Tanjung Kabupaten Rohil yang memerlukan subsidi/ dukungan biaya atau
dana yang sangat besar. Dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat
haruslah memiliki instansi atau lembaga yang mewadahi kegiatan pengelolaan
keuangan masyarakat secara khusus.
19
Lokasi Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil terletak di Jln Ujung
Tanjung No. 64 diatas tanah seluas 8.240 m2 . Pendapatan Masyarakat ini sangat
memiliki peran penting dalam meningkatkan penerimaan Masyarakat guna
mendukung kelancaran roda pemerintahan dan pembangunan Masyarakat. Untuk
operasional selanjutnya diberikan landasan hukum yang berlaku yaitu perda
No.02 Tahun 2009 tentang pembentukan susunan organisasi Usaha penangkaran
Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil.
B. Visi dan Misi Usaha Penangkaran Burung WalletDesa Ujung Tanjung
Visi Usaha Penangkaran Burung Wallet Desa Ujung Tanjung yaitu:
1. Mewujudkan Pendapatan Masyarakat primadona pembangunan
masyarakat.
2. Objek dan Subjek Usaha penangkaran Burung Wallet/ Retribusi memiliki
kemampuan dan potensi sumber-sumber pendapatan lainnya.
3. Dalam jangka panjang diharapkan mampu membiayai tugas pelayanan
umum dan pembangunan Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil.
Sedangkan Misi Usaha Penangkaran Burung Wallet Desa Ujung Tanjung
Kabupaten Rohil yaitu:
1. Sumber Daya Manusia pengelola pendapatan ditingkatkan Kualitasnya.
2. Aksi Sosialisasi Potensi dan Retribusi Masyarakat secara merata.
3. Gunakan dan sempurnakan SISDUR Pendapatan Masyarakat.
20
C. Struktur Organisasi Usaha Penangkaran Burung Wallet Desa Ujung
Tanjung Kabupaten Rohil.
Dalam kegiatan suatu instansi diperlukan adanya suatu struktur dan jalur
koordinasi antara anggota dalam mencapai tujuan organisasi yang telah digariskan
terlebih dahulu. Struktur organisasi yang baik haruslah memenuhi syarat efektif
dan efesien. Suatu struktur yang efektif adalah bila struktur organisasi tersebut
memungkinkan sumbangan dari tiap-tiap individu dalam mencapai sasaran
organisasi. Selain itu organisasi bukan sekedar untuk menunjukkan bentuk atau
tipe organisasi, melainkan perwujudan hubungan antara fungsi-fungsi wewenang
dan tanggung jawab orang-orang yang diberi tugas dan tanggung jawab terhadap
pelaksanaan tugas tersebut.
Demikian juga halnya dengan usaha penangkaran Burung Wallet di Desa
Ujung Tanjung. Agar Usaha mereka bisa berkembang dan maju, mereka sepakat
mendirikan organisasi usaha penangkaran Burung Wallet di Desa Ujung Tanjung
sejak tahun 2007, dan sekarang di ketuai oleh Iwan.
Berikut ini adalah struktur organisasi usaha penangkaran burung wallet
Desa Ujung Tanjung periode 2011:
21STRUKTUR ORGANISASIUSAHA PENANGKARAN BURUNGWALLET DESA UJUNG TANJUNGKABUPATEN ROHIL
KEPALAUSAHA PENANGKARAN
BURUNG WALLETIWAN
SUB. BAGIANPERENCANAAN DAN
PROGRAMFAISAL
KELOMPOK JABATANFUNGSIONAL
FAIZAL
SEKRETARISDEDI
SUB. BAGIANADMINISTRASI UMUM
INDAH
SUB. BAGIANKEUANGANNURHAYATI
BIDANG RETRIBUSIRIVO
SEKSI PENERIMAANRETRIBUSI
FITRA
SEKSI PENETAPAN RETRIBUSIMONIKA
BIDANG PENERIMAANLAIN-LAIN
ARIF
SEKSI PENETAPANDEWI
SEKSI PENERIMAANDESMITA
SEKSI INVENTARISASI DANPEMBUKUAN
SUSI
SEKSI INVENTARISASIDAN PEMBUKUAN
YESI
UNIT PELAKSANATEKNIS(UPTD)
SUCI
SEKSI PENDAPATAN NONPAJAK
EKO
SEKSI PENDAPATAN PAJAKRIRI
BIDANG PAJAKMUHAMMAD
SEKSI PENGAJIANPENDAPATAN
YUSNI
21
22
22
BAB III
TINJAUAN UMUM USAHA PENANGKARAN
BURUNG WALLET
A. Pengertian Usaha Penangkaran Burung Wallet
1. Pengertian Burung Wallet
Walet adalah burung penghasil sarang yang harganya sangat mahal.Sarang
itu terbentuk dari air liur burung walet.Untuk mendapatkan sarang walet bernilai
jual tinggi, maka perlu diketahui jenis walet yang dapat menghasilkan sarang yang
berkualitas baik.1
Burung walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial
dan suka meluncur.Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran
tubuh sedang/kecil, dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan runcing,
kakinya sangat kecil begitu juga paruhnya dan jenis burung ini tidak pernah
hinggap di pohon. Burung walet mempunyai kebiasaan berdiam di gua-gua atau
rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang sampai gelap dan
menggunakan langit-langit untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat
dan berkembang biak.2
B. Perkembangan Usaha Penangkaran Burung Wallet
Sudah menjadi tabiat manusia, bahwa ia selalu ingin mencoba dan
merasakan sesuatu yang baru yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Jika
1Badudu, Zein, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994),Cet. Ke-1, h. 78.
2Budiman, Arif, Bisnis Sarang Walet, (Depok: Penebar Swadaya, 2008), Cet. Ke-1, h. 8.
22
23
masa dahulu burung walet hanya hidup dan bersarang didalam gua serta hutan-
hutan belantara, kini burung walet dapat kita jumpai pada bangunan-bangunan
bertingkat yang secara khusus disediakan manusia sebagai tempat tinggal
walet.Hal ini bermula pada seorang China yang tinggal di Hongkong.3
Pada tahun 1970-an penangkaran walet ini hanya dilakukan oleh kaum
China yang berasal dari Hongkong sebagai hobi belaka, karena perasaan sukanya
terhadapsuara kicauan burung walet, kemudian orang China ini membangun
rumah walet sebagai tempat persinggahan bersarang dan bertelurnya saja
disamping untuk mendengar suaranya. Akan tetapisetelah beberapa tahun
lamanya, makin ramai burung walet yang datang untuk bersarang dan bertelur
dirumah buatan itu, bahkan mencapai ribuan ekor jumlahnya.Melihat keadaan
yang demikian maka orang China tersebut merasa tertarik hati untuk merombak
dan membuat lebih besar lagi rumah tempat bersarang burung walet.4
Dengan maraknya penangkaran walet di Hongkong serta giatnya para
usahawan untuk mencari dan membeli sarang walet, membuat golongan etnis
China dari berbagai negara merasa tertarik untuk membuka usaha penangkaran
sarang walet ini.5
Usaha penangkaran sarang burung walet akhirnya melingkar diberbagai
negara di Dunia, dan sampai pula kenegara jiran tetangga Malaysia, penangkaran
walet berkembang bagaikan jamur dinegara ini. Negara Johor, Selangor dan
Malaka merupakan daerah pengolah sarang walet terbesar di Malaysia, sehingga
3Badudu Zein, Op.cit, h. 89.4Ibid,5Mardiasmo, Penangkaran Burung Walet, (Bulak Sumur: Andi Yogyakarta, 2003), Cet
Ke-5, h.1
24
daerah ini merupakan tempat berkumpulnya pengusaha walet. Usaha ini ternyata
membawa pengaruh yang sangat besar terhadap pengusaha-pengusaha yang ada di
Indonesia, melihat kesuksesan yang diraih dari pengusaha Malaysia menjadikan
para usahawan di negara Indonesia khususnya Teonghoa beralih profesi dari
usaha lain menjadi penangkaran sarang walet.6
Usaha penangkaran burung walet di desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil
sangat banyak dijumpai. Dilihat perkembangan usaha walet akan memberikan
peluang ekonomi yang sangat maju dimasa mendatang sehingga bermunculan
bangunan-bangunan tinggi sebagai tempat menangkar walet didaerah lain di
kabupaten Rohil.7
Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil ini banyak sekali bangunan sarang
burung walet, keberadaan rumah toko (Ruko) bagi”penangkaran” untuk habitat
burung walet di desa Ujung Tanjung kian hari kian bertambah, keberadaan rumah
walet ini selain menambah padatnya pembangunan dipusat kota juga menghiasi
perwajahan di desa Ujung Tanjung kabupaten Rohil.8
Penangkaran walet di desa Ujung Tanjung kabupaten Rohil saat ini
tumbuh sangat pesat diseluruh kota. Hal tersebut memang memberikan
keuntungan signifikan terutama secara ekonomi yang cukup besar bagi warga
masyarakat desa Ujung Tanjung kabupaten Rohil.9
6Budiman, Arif, Op.cit. h. 13.7Mardiasmo, Op.cit. h. 10.8Badudu Zein, Op.cit. h. 92.9Adiwibawa, Eka, Pengelolaan Rumah Walet, (Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2008),
Cet, Ke-1, h. 4.
25
C. Jenis Burung Wallet
Spesies walet umumnya dibedakan berdasarkan ukuran tubuh, warna bulu,
dan bahan yang dipakai untuk membuat sarang.Walet dan kapinis sering
dikacaukan dengan sebutan burung layang-layang.Memang, kedua jenis burung
tesebut gemar terbang melayang diudara sehingga dari jarak jauh sulit
dibedakan.Walet berbeda sekali dengan kapinis meskipun keduanya memakan
serangga terbang. Menurut klasifikasi walet termasuk ke dalam family Apodidae,
kakinya lemah, tidak dapat bertengger sehingga dalam selang waktu terbangnya,
kadang kala kapinis bertengger didahan pohon atau kabel listrik.10
Burung dari kelompok Hirudinidae bersayap panjang, runcing, dan agak
lurus.Pada umumnya, bulu berwarna biru kehitaman. Kakinya kuat serta berjari
tiga ke depan dan satu ke belakang. Sarangnya dibangun dari tanah liat atau
rerumputan yang direkat dengan air liur.Lain halnya dengan burung dari
kelompok Apodidae berkaki lemah melengkung dengan ekor rata-rata bercelah.
Sarang dibuat dari air liur atau ada tambahan lain, seperti bulu dan rerumputan
yang direkat dengan air liur. Berdasarkan pembagian secara biologi burung walet
terbagi atas enam jenis yaitu, Collocalia Fuciphagus (walet putih), Collocalia
gigas (walet besar), Collocalia maxima (walet sarang hitam), Collocalia
brevirostris (walet gunung), Collocalia vanikorensis (walet sarang lumut),
Collocalia esculenta (wallet sapi ).11
10Budiman, Arif, Op.cit. h. 20.11Adiwibawa, Eka, Op.cit. h. 26.
26
Dari keenam jenis walet di atas tidak semua sarangnya dapat
dikonsumsi.Jenis walet yang menghasilkan sarang tidak dapat dimakan adalah
walet gunung, walet besar, walet sarang lumut dan walet sapi. Sementara walet
sarang hitam masih dapat dimakan sarangnya setelah telebih dahulu dibersihkan
dari bahan lain yang terdapat didalamnya. Walet putih menghasilkan sarang
burung yang seluruhnya terbuat dari air liur.12
D. Manfaat Dan Kegunaan Sarang Wallet
Sarang walet berkhasiat sebagai obat untuk kesehatan yang biasanya
dikonsumsi dengan cara dicampur dengan obat atau makanan. Sarang walet
kebanyakan dipercayai memiliki khasiat dan obat oleh mayoritas masyarakat Cina
baik didalam maupun luar negeri.Sarang walet dimanfaatkan untuk memperkuat
kerja organ-organ tubuh terutama paru-paru, meningkatkan daya kerja syaraf,
memperbaiki pencernaan, mengobati muntah darah, sakit batuk, kanker, menjaga
vitalitas, meningkatkan daya tahan tubuh dan memperbarui sel-sel tubuh yang
rusak.
E. Kriteria Sarang Wallet
Sarang walet yang diminta untuk konsumsi export adalah sarang walet gua
dan rumahan. Jenis sarang gua meliputi sarang putih, sarang merah, sarang hitam
dan sarang seriti.Sementara hasil produksi rumahan yang diminta adalah sarang
putih, sarang merah, sarang kuning dan sarang seriti.Sarang walet rumahan siap
12Agromedia, Redaksi, Buku Pintar dan Budidaya Burung Walet, (Jakarta : PT.Agromedia Pustaka, 2009), h. 20.
27
ekspor dibedakan antara lain balkon, mini, sudut, kaki, pecahan dan
hancuran.Sarang walet yang memenuhi kriteria standart harus bebas dari bahan
kimia, tidak ada kotoran.
Sedikitpun di dalam sarang termasuk bulu dan sudah dibedakan
berdasarkan jenis dan kelas mutu.Semakin bersih sarang dan makin baik kelas
mutunya harganya semakin mahal.Kriteria standart ditentukan oleh
pembeli.Sarang walet harus memenuhi kriteria penilaian mutu dan grading yaitu
memiliki bentuk sarang separo mangkok, tidak rusak atau pecah dan bentuknya
tetap alami setelah dibersihkan, warna sarang putih kertas, kuning atau
merah.Harga paling mahal adalah sarang berwarna merah.
Sarang walet yang diminta pembeli berkadar air 5% sampai dengan 20%
atau sesuai dengan permintaan dari masing-masing pembeli dari negara yang
berbeda. Semakin rendah kadar airnya maka akan semakin tinggi pula harga
sarang. Sarang walet dikemas dengan cara disusun berdasarkan kelas dan grading.
Pengemasan berdasarkan grading menggunakan satuan berat catty. Kemasan
untuk export menggunakan plastik atau kotak formika transparan yang
dikumpulkan dalam kotak berdaya tampung 10 sampai dengan 20 kg sarang.
Kotak diberikan pengamanan berupa lapisan alumunium tipis keliling.13
13Ibid.
28
F. Persyaratan Lokasi Wallet
Ada beberapa faktor yang sangat penting untuk sarang burung walet, yaitu:
lokasi, iklim, kondisi lingkungan, bentuk bangunan, faktor makanan serta teknik
memancing walet. Semua faktor ini sangat penting untuk keberhasilan budidaya
sarang burung walet.Di samping itu, gedung burung walet harus seperti gua liar
karena itulah habitat asli burung walet.14
Persyaratan lingkungan lokasi kandang adalah:
1. Dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1000 m dpl. Pada
umumnya, walet tidak mau menempati rumah atau gedung di atas
ketinggian 1000 m dpl. Tempat yang paling ideal adalah dataran rendah
dengan ketinggian di bawah 1000 dpl dengan suhu rata-rata 26ºc.
2. Daerah yang jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi
danperkembangan masyarakat. Pada umumnya, perkembangan tersebut
dapat berdampak bagi kehidupan sriti maupun walet, misalnya kebisingan
suara mesin, suara mesin, suara mobil, dan alat-alat pabrik, serta
pemakaian insektisida dan sampah beracun dari pabrik yang banyak
mematikan serangga, oleh karena itu daerah yang relatif murni dan alami
paling tepat untuk tempat tinggal walet.
3. Daerah yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan daging
karena burung tersebut sering membunuh burung-burung yang masih
lemah sebagai makanannya. Jenis burung buas antara lain burung elang,
alap-alap, dan burung rajawali.
14T. Guritno. Kamus Bahasa Indonesia dan Kamus Ekonomi, (Jakarta :Balai Pustaka,1992), h. 65.
29
4. Persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau, sungai,
rawa-rawa merupakan daerah yang paling tepat untuk berburu makanan
bagi walet.
5. Suatu lokasi yang di sekitarnya banyak sriti. Hal itu menandakan bahwa
daerah itu cocok dipakai untuk mengembangkan walet.
6. Suatu lokasi yang di sekitanya terdapat bangunan rumah sriti dan gedung.
Lokasi tersebut merupakan sentra sriti atau sentra walet. Hal itu
menandakan daerah tesebut cocok untuk mengembangkan kedua jenis
burung tersebut.15
G. Teknis Wallet
Penyiapan Sarana dan Peralatan
a. Kebutuhan tempat tinggal dan habitat mikro walet
Agar burung walet kerasan bertempat tinggal di dalam gedung yang telah
dibangun sebagai sarang walet maka kondisi udara di dalam rumah walet tersebut
harus memenuhi kebutuhan burung walet yang dinamakan habitat mikro walet
yang meliputi ketenangan, suhu, kelembaban dan penerangan yang mirip dengan
gua-gua alami.Ketenangan, dengan kekerasan relatif suara maksimum 20 dB.Suhu
gua alami berkisar antara 24-26˚ C dan kelembaban ± 80-95 %. Pengaturan
kondisi suhu dan kelembaban dilakukan dengan:
1. Melapisi plafon dengan sekam setebal 20 cm.
2. Membuat saluran-saluran air atau kolam dalam gedung.
15Ibid.
30
3. Menggunakan ventilasi dari pipa bentuk “L” yang berjaraknya 5 m
satu lubang, berdiameter 4 cm.
4. Menutup rapat pintu, jendela dan lubang yang tidak terpakai.
5. Pada lubangkeluar masuk diberi penangkal sinar yang berbentuk
corong dari goni atau kain berwarna hitam sehingga keadaan dalam
gedung akan lebih gelap karena suasana gelap lebih disenangi walet.
b. Bentuk dan Konstruksi Gedung
Umumnya, rumah walet seperti bangunan gedung besar, luasnya
bervariasidari 10x15 m2 sampai 10x20 m2. Makin tinggi wuwungan (bubungan)
dan semakin besar jarak antara wuwungan dan plafon, makin baik rumah walet
dan lebih disukai burung walet.Rumah tidak boleh tertutup oleh pepohonan
tinggi.16
Tembok gedung dibuat dari dinding berplester sedangkan bagian luar dari
campuran semen. Bagian dalam tembok sebaiknya dibuat dari campuran pasir,
kapur dan semen dengan perbandingan 3:2:1 yang sangat baik untuk
mengendalikan suhu dan kelembaban udara. Untuk mengurangi bau semen dapat
disirami air setiap hari.Kerangka atap dan sekat tempat melekatnya sarang-sarang
dibuat dari kayu-kayu yang kuat, tua dan tahan lama, awet, tidak mudah dimakan
rengat, atapnya terbuat dari genting.Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving
room sebagai tempat berputar-putar dan resting room sebagai tempat untuk
beristirahat dan bersarang. Lubang tempat keluar masuk burung berukuran 20x20
atau 20x35 cm2 dibuat di bagian atas. Jumlah lubang tergantung pada kebutuhan
16Ahmad, Izzan, Op.cit. h. 107.
31
dan kondisi gedung.Letaknya lubang jangan menghadap ke timur dan dinding
lubang dicat hitam.17
c. Hama dan Penyakit
1. Tikus
Hama ini memakan telur, anak burung walet bahkan
sarangnya.Tikus mendatangkan suara gaduh dan kotoran serta air
kencingnya dapat menyebabkan suhu yang tidak nyaman. Cara
pencegahan tikus dengan menutup semua lubang, tidak menimbun
barang bekas dan kayu-kayu yang akan digunakan untuk sarang tikus.
2. Semut
Semut api dan semut gatal memakan anak walet dan
mengganggu burung walet yang sedang bertelur. Cara pemberantasan
dengan memberi umpan agar semut-semut yang ada di luar sarang
mengerumuninya.Setelah itu semut disiram dengan air panas.18
3. Kecoa
Binatang ini memakan sarang burung sehingga tubuhnya cacat,
kecil dan tidak sempurna.Cara pemberantasan dengan menyemprot
insektisida, menjaga kebersihan dan barang yang tidak diperlukan
dibuang agar tidak menjadi tempat persembunyian kecoa.19
4. Cicak dan Tokek
Binatang ini memakan telur dan sarang walet.Tokek dapat
memakan anak burung walet.Kotorannya dapat mencemari ruangan
17 Muslich, Op.cit. h. 15.18Mardiasmo, Op.cit. h. 72.19Budiman, Arif, Op.cit. h. 32.
32
dan suhu yang ditimbulkan mengganggu ketenangan burung
walet.Cara pemberantasan dengan diusir, dan ditangkap sedangkan
penanggulangan dengan membuat saluran air di sekitar pagar untuk
penghalang, tembok bagian luar dibuat licin dan dicat kemudian
lubang-lubang yang tidak digunakan ditutup.20
d. Panen
Sarang burung walet dapat diambil atau dipanen apabila
keadaannya sudah memungkinkan untuk dipetik. Untuk melakukan
pemetikan perlu cara dan ketentuan tertentu agar hasil yang diperoleh bisa
memenuhi mutu sarang walet yang baik. Jika terjadi kesalahan dalam
menanen akan berakibat fatal bagi gedung dan burung walet itu sendiri.
Ada kemungkinan burung walet merasa tergangggu dan pindah
tempat.Untuk mencegah kemungkinan tersebut, para pemilik gedung perlu
mengetahui teknik atau pola dan waktu pemanenan. Pola panen sarang
burung dapat dilakukan oleh pengelola gedung walet dengan beberapa
cara, yaitu:
1. Panen Rampasan
Cara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk
bertelur, tetapi pasangan walet itu belum sempat bertelur. Cara ini
mempunyai keuntungan yaitu jarak waktu panen cepat, kualitas sarang
burung bagus dan total produksi sarang burung pertahun lebih banyak.
Kelemahan cara ini tidak baik dalam pelestaraian burung walet karena
20Muslich, Op.cit. h. 20.
33
tidak ada peremajaan. Kondisinya lemah karena dipicu untuk terus
menerus membuat sarang sehingga tidak ada waktu istirahat.Kualitas
sarangnyapun merosot menjadi kecil dan tipis karena produksi air liur
tidak mampu mengimbangi pemacuan waktu untuk membuat sarang
dan bertelur.
2. Panen Buang Telur
Cara ini dilaksanankan setelah burung membuat sarang dan
bertelur dua butir.Telur diambil dan dibuang kemudian sarangnya
diambil.Pola ini mempunyai keuntungan yaitu dalam setahun dapat
dilakukan panen hingga 4 kali dan mutu sarang yang dihasilkan pun
baik karena sempurna dan tebal.Adapun kelemahannya yakni, tidak
ada kesempatan bagi walet untuk menetaskan telurnya.21
3. Panen Penetasan
Pada pola ini sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet
menetas dan sudah bisa terbang.Kelemahan pola ini, mutu sarang
rendah karena sudah mulai rusak dan dicemari oleh kotorannya.
Sedangkan keuntungannya adalah burung walet dapat berkembang
biak dengan tenang dan aman sehingga populasi burung dapat
meningkat.
Adapun waktu panen adalah:
a. Panen 4 kali Setahun
21Budiman, Arif, Op.cit. h.35.
34
Panen ini dilakukan apabila walet sudah kerasan dengan
rumah yang dihuni dan telah padat populasinya.Cara yang dipakai
yaitu panen pertama dilakukan dengan pola panen
rampasan.Sedangkan untuk panen selanjutnya dengan pola buang
telur.
b. Panen 3 kali Setahun
Frekuensi panen ini sangat baik untuk gedung walet yang
sudah berjalan dan masih memerlukan penambahan populasi.Cara
yang dipakai yaitu panen tetasan untuk panen pertama dan
selanjutnya dengan pola rampasan dan buang telur.
c. Panen 2 kali Setahun
Cara panen ini dilakukan pada awal pengelolaan, karena
tujuannya untuk memperbanyak populasi burung walet.
H. Konsep Usaha dalam Ekonomi Islam
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia usaha adalah kegiatan dengan
mengarahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud, atau
mencari keuntungan, berusaha merupakan bekerja giat, untuk mencapai
sesuatu.Artinya, usaha Burung wallet merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
warga masyarakat Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil yang diusahakan secara
35
mandiri untuk menghasilkan Burung Walletatau berupa keuntungan dari
penjualan burung wallet tersebut.22
Menurut ekonomi Islam usaha atau berusaha merupakan kewajiban tiap
individu, untuk memenuhi kebutuhan baik berupa sandang dan pangan, karena
berusaha itu merupakan identitas Islam, karena Islam memandang waktu harus
dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk berusaha. Dalam ekonomi Islam
tidak ada masalah dengan usaha burung wallet yang dilakukan oleh warga Desa
Ujung Tanjung dalam memproduksi burung wallet.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia usaha adalah proses mengeluarkan
hasil, berusaha adalah mengeluarkan hasil atau menghasilkan. Usaha merupakan
menciptakan kekayaan dengan pemanfaatan sumber daya alam dan manusia.23
Produksi merupakan hasil usaha manusia yang tidak berarti menciptakan
barang tidak ada, akan tetapi produksi berarti mengadakan perubahan bentuk atau
mengembangkan bahan-bahan alam sehingga akhirnya memiliki sifat yang dapat
memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Menurut Alex MA dalam kamus Ilmiah popular kontemporer usaha adalah
penciptaan benda-benda atau jasa-jasa yang secara langsung atau tidak langsung
dapat memenuhi kebutuhan manusia, serta usaha adalah hal menghasil barang-
barang pembuatan, penghasilan dan apa yang dihasilkan.24
22Mustafa Erwin Nasution dkk, Pengenalan Eklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana,2007), Cet, Ke-1,h. 15.
23Ahmad Azhar Basyir, Garis-Garis Besar Sistem Ekonomi Islam, Yogyakarta: BPEF,1987, cet. Ke-1, h.2
24Alex, Kamus Ilmiah Populer Kontemporer, Surabaya: Karya Harapan, 2005, cet. Ke-1,h.524
36
Usaha menurut Muhammad Abdu adalah setiap bentuk aktifitas yang
dilakukan manusia untuk mewujudkan manfaat atau menambahkan dengan cara
mengekplorasi sumber-sumber ekonomi yang disediakan Allah Subbhanahu wa
Ta’ala sehingga menjadi maslahah, untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Dengan demikian, segala macam kegiatan ekonomi yang diajukan untuk
mencari keuntungan tanpa berakibat pada peningkatan utility atau nilai guna
resources tidak disukai dalam Islam.Hal yang tidak disukai ini adalah mengolah
alam semesta tetapi untuk meningkatkan nilai guna dari alam atau (reseources)
dan tidak mempunyai nilai (utility).
Nilai universal lain dalam ekonomi Islam tentang usaha adalah adanya
perintah untuk mencari sumber-sumber yang halal dan baik bagi usaha dan
memproduksi dan memanfaatkan usaha pada jalan kebaikan dan tidak menzalimi
pihak lain. Dengan demikian, penentuan dari usaha harus sesuai dengan ekonomi
Islamdan tidak mengarahkan kepada kerusakan yang menyebabkan sesuatu itu
menjadi haram.25
Menurut Sofjan Assauri, usaha dan operasi sering dipergunakan dalam
suatu organisasi yang mengahasilkan keluaran (output), baik yang berupa barang
maupun jasa. Secara umum Usaha diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses
yang mentransformasikan masukan (input) menjadi haasil keluaran (output).
Dalam pengertian yang bersifat umum ini penggunaannya cukup luas, sehingga
mencakup keluaran yang berupa barang dan jasa. Jadi dalam pengertian usaha dan
operasi tercakup setiap proses yang mengubah masukan-masukan dan
25Jaribah Bin Ahmad Al-Haritsi, Op.cit, h. 735.
37
menggunakan sumber-sumber daya untuk menghasilkan keluaran-keluaran
(output), yang berupa barang-barang dan jasa-jasa.
Syari’ah yang didasarkan pada al-Qur’an dan sunnah menurut Abdul
Wahab, bertujuan untuk menebarkan maslahat bagi seluruh manusia yang terletak
pada terpenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup. Dalam memenuhi kebutuhan hidup
manusia, beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam usaha, antara lain
dikemukakan Muhammad sebagai berikut:
1. Di larang memproduksi dan memperdagangkan komunitas yang tercela
karena bertentangan dengan Syari’ah.
Dalam sistem ekonomi Islam tidak semua barang dapat diproduksi. Islam
dengan tegas mengklasifikasi barang-barang atau komoditas kedalam dua
kategori, pertama barang-barang yang disebut dalam al-Qur’an
“thayyibah”, Kedua “Khobaits” yaitu barang-barang yang secara hukum
haram dikonsumsi dan diproduksi.
2. Dilarang melakukan kegiatan usaha yang mengarahkan kepada
kedzaliman, seperti riba di mana kedzaliman menjadi illat hokum bagi
haramnya riba. Sayyid Sabiq dalam Fikih Sunnah merumuskan tiga
kejahatan ekonomi yang diakibatkan riba:
a. Riba dalam mengakibatkan permusuhan antara pelaku ekonomi yang
akibatnya mengancam semangat kerja sama antara mereka.
b. Riba dapat mengakibatkan lahirnya miliyoner yang baru tanpa kerja,
sebagaimana riba mengakibatkan penumpukan harta pada mereka
bagaikan parasit yang tumbuh dari hasil keringat orang lain
38
c. Riba adalah senjata penjajah. 26
Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat An-nisa:29
Artinya:” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan
harta sesamamu dengan jalan yang bathil.” (Q.S. An-nisa :29)27
Uraian diatas menunjukkan bahwa untuk menegakkan adil ini maka riba
harus dihilangkan.
3. Segala bentuk penimbunan terhadap barang-barang kebutuhan masyarakat.
4. Memelihara lingkungan.
Sedangkan menurut Muhammad Nejatullah ash-Shiddiqie tujuan usaha
adalah sebagai berikut:28
1. Pemenuhan kebutuhan individu secara wajar.
2. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan keluarga.
3. Bekal untuk generasi mendatang.
4. Bantuan kepada masyarakat dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.
26 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah, Wacana Ulama Dan Cendekiawan,(Jakarta: Central Bank Of Indonesia And Tazkia Institute, 1996), h. 27.
27Depag RI, Log.Cit, h. 122.28Mawardi, Ekonomi Islam, Pekanbaru: UNRI Press, cet. Ke-1, h.65
39
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan usaha
dapat dibagi dalam dua tujuan utama yaitu: kebutuhan primer tiap individu dan
kebutuhan sekunder bagi seluruh rakyat.
Adapun faktor-faktor usaha dalam ilmu ekonomi pada umumnya, terdiri
dari beberapa faktor: alam, tenaga kerja, modal dan manajemen. Usaha yang baik
dan berhasil ialah usaha yang menggunakan empat faktor tersebut, bisa
menghasilkan barang-barang sebanyak-banyaknya dengan kualitas semanfat-
manfaatnya.29
Dalam sistem ekonomi Islam, defenisi usaha tidak jauh berbeda dengan
apa yang di sebut diatas. Akan tetapi, dalam sistem ini ada beberapa nilai yang
memuat sistem usaha sedikit berbeda, dimana barang yang diinginkan di usaha
dan proses usaha serta proses distribusi harus sesuai dengan nilai syari’ah. Dalam
artian, semua kegiatan yang bersentuhan dengan proses produksi dan distribusi
harus dalam kerangka halal. Karena itu terkadang dalam sistem ekonomi Islam
ada pembatasan usaha terhadap barang-barang mewah dan merupakan barang
kebutuhan pokok. Dengan tujuan untuk menjaga resourcesyang ada agar tetap
optimal. Disamping itu, ada beberapa nilai yang dapat dijadikan sandaran oleh
produsen sebagai motivasi dalam melakukan proses usaha, yaitu:
Pertama, profit bukanlah satu-satunya elemen pendorong dalam usaha,
sebagaimana halnya yang terjadi pada sistem kapitalis. Kendatipun profit sebagai
target utama dalam usaha, namun dalam sistem ekonomi Islam perolehan secara
halal dan adil dalam profit merupakan motivasi utama dalam usaha.
29H. Muh. Said, Pengantar Ekonomi Islam, Pekanbaru, Suska Press, 2008, cet. Ke-1, h.65
40
Kedua, produsen harus memperhatikan dampak sosialsebagai akibat atas
usaha yang dilakukan. Kendatipun proses usaha pada suatu lingkungan
masyarakat dianggap mampu menanggulangi masalah sosial (pengangguran),
namun harus memperhatikan dampak negative dari proses usaha yang berimbas
pada masyarakat dan lingkungan , seperti limbah produksi, pencemaran
lingkungan maupun gangguan lingkungan lainnya.
Ketiga, produsen harus memperhatikan nilai-nilai spiritualisme, dimana
nilai-nilai tersebut harus dijadikan sebagai penyeimbang dalam melakukan usaha.
Disamping usaha bertujuan mendapatkan profit yang maksimal, produsen harus
berkeyakinan dalam memperoleh ridho Allah. Hal ini bertujuan untuk menjaga
perintah dan larangan Allah dalam berbagai kegiatan usaha.Selain itu, dalam
menetapkan harga dan jasa harus berdasarkan nilai-nilai keadilan. Upah yang
diberikan kepada karyawan harus mencerminkan perintah Allah sebagai mana
dalam surat al-Qashash ayat 77:
Artinya: “Dan carilah pada yang telah dianugerahkan Allah kepada mu
(kebahagian) negeri Akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagian mu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
41
Allah telah berbuat baik kepada mu, dan janganlah berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang berbuat kerusakan.30
Uraian diatas menunjukkan adanya aturan syari’ah dalam mengoptimalkan
segala kemampuan dan manfaat fasilitas yang ada (sumber daya alam) untuk
diberdayakan sebagai barang dan jasa demi kemaslahatan masyarakat. Dalam hal
ini syari’ah sangat menganjurkan adanya profesionalisme kerja dalam proses
usaha. Karena segala sesuatu harus ditempatkan pada porsinya dan berdasarkan
pada keseriusan atau kesungguhan dalam operasional.Dengan demikian,
optimalisasi dan efesiensi kerja pun dapat dicapai dalam operasional produk.
Rasulullah SAW bersabda, “sesungguhnya Allah kepada seorang hamba
yang sesungguhnya dan serius dalam pekerjaan (professional).”
Usaha mempunyai keterikatan spiritual (ridha Allah), juga terikat dengan
kemaslahatan masyarakat. Dalam hal ini, usaha merupakan suatu usaha dalam
membangun infrastruktur sebuah masyarakat, sehingga akan terbentuk dengan
sendirinya masyarakat yang kokoh dan tangguh terdapat tantangan dan
globalisasi modern “sesungguhnya seorang muslim yang kuat lebih baik dari pada
seorang muslim yang lemah.” Seperti halnya sesuatu yang membuat sebuah
kewajiban tidak sempurna tanpanya, maka sesuatu wajib ada.31
30Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemah, Log, Cit, h.31531Said Sa’ad Marthon, Ekonomi Islam Di Tengah Krisis Ekonomi Global, Jakarta: Zikrul
Hakim, 2007, cet. Ke-3, h.47
42
BAB IV
PREFERENSI DAN POTENSI USAHA PENANGKARAN BURUNG
WALLET DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN
MASYARAKATDESA UJUNG TANJUNG
KABUPATEN ROHILDI TINJAU DARI
EKONOMI ISLAM
A. Preferensi dan Potensi Usaha Penangkaran Burung Wallet Dalam
MeningkatkanPendapatan Masyarakat Desa Ujung Tanjung Kabupaten
Rohil.
1. Pelaksanaan Usaha Penangkaran Burung Walet di Desa Ujung
Tanjung.
Pelaksanaan usaha penangkaran burung wallet di Desa Ujung Tanjung
Kabupaten Rohil berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Rohil No.08 Tahun
2002 Tentang Penangkaran Burung Walet. Dengan Persetujuan DPRD Rohil
dalam Pasal 1 dalam peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:1
a. Daerah adalah Kabupaten Rohil
b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Rohil
c. Kepala Daerah adalah Bupati Kabupaten Rohil
d. Pejabat Daerah adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang
perpajakan daerah atau retribusi daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
1Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2007) Ed. 3. Cet, Ke-4, h. 1042.
42
43
e. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Rohil.2
f. Kas Daerah adalah kas daerah Kabupaten Rohil
g. Pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
h. Pajak burung walet yang selanjutnya disebut pajak adalah pungutan daerah
atas produksi pajak sarang burung walet.
i. Sarang burung walet adalah hasil produksi burung walet yang berfungsi
sebagai tempatbersarang dan bertelur serta menetaskan anak burung walet.
j. Habitat buatan (Ex-situ) burung walet adalah bangunan sebagai tempat
burung walet hidup dan berkembang biak.
k. Pemanfaatan burung walet adalah suatu kegiatan pengelolaan burung
walet dalam rangka lelanfaatkan sarang burung walet.
l. Burung walet adalah satwa liar yang tidak dilindungi, yang termasuk
dalam Warga Collocalio.
m. Pengelolaan burung walet adalah upaya pembinaan habitat dan populasi
serta pemanfaatan burung walet di habitat dan populasi alami maupun
habitat buatan.
n. Habitat alami (In-situ) burung walet adalah goa-goa alam, tebing/lereng
bukit yang curam beserta lingkungannya sebagai tempat burung walet
2Iwan (Pemilik Usaha Walet), Wawancara, Tanggal 1 Juli 2011.
44
hidup dan berkembang biak secara alami, baik yang berada dalam kuasa
hutan maupun diluar kuasa hutan.
o. Pengusahaan burung walet adalah bentuk kegiatan pengambilan sarang
burung walet di habitat alami yang dilaksanakan oleh pihak ketiga sebagai
salah satu bentuk kegiatan pemanfaatan, pembinaan dan pengendalian
habitat serta populasi burung walet di habitat alaminya.
p. Subjek Burung Wallet adalah orang atau badan yang dapat dikenakan
Burung Wallet.
q. Objek Burung Wallet adalah barang atau jasa dan sesuatu yang dikenakan
Burung Wallet
r. Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan daerah diwajibkan untuk
melakukan pembayaran pajak yang terutang, termasuk pemungut atau
pemotong pajak tertentu.
s. Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan
takwim atau jangka waktu lain yang ditetapkan dengan keputusan kepala
daerah.3
t. Tahun pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun takwim
kecuali bila wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan
tahun takwim.
u. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat,
dalam masa pajak, dalam tahun pajak, atau dalam bagian tahun pajak
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah
3Suder (Pemilik Usaha Walet), Wawancara, Tanggal 6 Juli 2011
45
v. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan
data objek dan subjek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau
retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak atau retribusi
kepada wajib pajak atau wajib retribusi serta pengawasan penyetorannya.
w. Surat pemberitahuan pajak daerah yang selanjutnya disingkat SPTPD
adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan
perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut peraturan
perundang-undangan perpajakan daerah.4
Menurut Adi Wijaya, pelaksanaan usahapenangkaran Burung wallet ini
tidaklah semudah apa yang dipikirkan, seperti halnya dengan hanya mendirikan
bangunan, burung walet langsung bersarang dan mendapatkan keuntungan yang
besar, ternyata hal ini tidak sama sekali, karena dalam satu tahun sampai dengan
dua tahun para pengusaha walet belum mendapatkan hasil atau keuntungan
apapun dari apa yang telah diusahakannya. Karena dalam tempo waktu tersebut
burung walet hanya keluar masuk saja kedalam rumah buatan, bukan langsung
membuat sarang akan tetapi burung walet pada tahap ini hanya sekedar meninjau,
yakni menentukan apakah rumah penangkaran tersebut cocok sebagai tempat
bersarang setelah mereka menetap lebih kurang lima tahun lamanya didalam
rumah penangkaran tersebut. Maka setelah lima sampai dengan enam tahun inilah
usaha penangkaran walet baru akan menampakkan hasilnya dan mendatangkan
keuntungan yang besar bagi para pengusaha penangkar walet.5
4Peraturan Daerah Kabupaten Rohil No. 08 Tahun 2002 Tentang Sarang Burung Walet.5Adi Wijaya, Pengusaha Penangkar Burung Walet, Wawancara, 7 Juli 2011.
46
Dari data yang penulis terima pada asosiasi pengusaha walet Desa Ujung
Tanjung Kabupaten Rohil dijelaskan bahwa, jenis burung walet yang paling
banyak dipelihara atau di tangkar di Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil yakni
dari jenis sarang rumahan, karena sarang walet rumahan ini diproduksi dari hasil
merumahkan walet. Ada beberapa jenis sarang rumahan yang bernilai jual di Desa
Ujung Tanjung Kabupaten Rohil, yakni sarang putih, sarang seriti atau sarang
rumput, sarang merah, sarang kuning, dan sarang hitam.
Dalam pelaksanaan penangkaran burung wallet ini, ada satu hal yang
cukup berpengaruh terhadap hasil produksi yaitu waktu pemanenan.Waktu
pemanenan wallet ditentukan oleh tujuan yang diinginkan dari sarang wallet
tersebut. Frekuensi pemanenan wallet dalam setahun dilakukan setiap tiga bulan
sekali.
Pemanenan tiga bulan sekali dilakukan oleh para pemilik rumah wallet.hal
ini karena waktu tiga bulan merupakan waktu yang tepat saat wallet membuat
sarang baru. Jika sarang-sarang yang sudah selesai tidak dipanen, sarang-sarang
tersebut akan digunakan lagi oleh wallet untuk berkembang biak.
Sarang wallet dapat diambil atau dipanen jika keadaanya sudah
memungkinkan untuk dipetik. Hal ini dikaitkan dengan beberapa faktor yaitu:
musim, keadaan wallet, kualitas sarang wallet.
Pemanen sarang burung wallet di Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil
dilakukan setiap 3 bulan sekali, dan semakin ramai pengusaha wallet yang telah
resmi mendapat izin dari pemerintah maka semakin meningkat pula jumlah
panenan sarang wallet yang dapat dihimpun oleh tim asosiasi.
47
Untuk saat ini tujuan ekspor sarang wallet di Desa Ujung Tanjung
Kabupaten Rohil yakni tertuju kepada Negara Malaysia, Singapura dan Taiwan,
bahkan tak jarang pula pengusaha dari Hongkong menawarkan diri untuk
membeli sarang wallet di Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil.
Agar pelaksanaan usaha penangkaran burung wallet ini semakin maju dan
berkembang, maka didirikanlah Asosiasi Pengusaha Wallet Desa Ujung Tanjung.
Adapun Tujuan Asosiasi Pengusaha wallet Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil
adalah:
a. Menghimpun pengusaha atau penangkar walet dalam Desa Ujung Tanjung
Kabupaten Rohil didalam satu wadah asosiasi.
b. Membina dan mengembangkan kemampuan dan kegiatan serta mendorong
kerjasama sesama pengusaha atau penangkaran walet agar menjadi sehat
dan kuat.
c. Berperan serta dalam pembangunan Masyarakat
d. Membantu pemerintah mewujudkan tertib bangunan
e. Membina hubungan yang baik dan serasi dengan masyarakat atau instansi
pemerintah.
f. Memberi penyuluhan bimbingan bantuan dan memperjuangkan
kepentingan anggota.
Sedangkan Fungsi Asosiasi Pengusaha Walet Desa Ujung Tanjung
Kabupaten Rohil adalah:
a. Mempersatukan, menyerahkan dan mengarahkan kemampuan berusaha
serta kegiatan anggota untuk mencapai tujuan bersama.
48
b. Memperjuangkan aspirasi dan kepentingan anggota
c. Menyebarluaskan informasi dan penyelenggaraan komunikasi serta
konsultasi antar anggota, dan pemerintah.
2. Preferensi Usaha Penangkaran Burung Walet di Desa Ujung Tanjung.
Untuk mengetahui preferensi masyarakat Desa Ujung Tanjung Kabupaten
Rohil terlebih dahulu penulis akan menjelaskan tentang pengertian preferensi.
Preferensi adalah sebuah konsep yang digunakan pada ilmu sosial,
khususnya ekonomi. Ini mengasumsikan pilihan realitas atau imajiner antara
alternatif dan kemungkinan dari peningkatan alternativ tersebut, berdasarkan
kesenangan kepuasan, gratifikasi, pemenuhan, kegunaan yang ada. Lebih luas lagi
bisa dilihat sebagai sumber dari motivasi. Dalam ilmu kognitif, preferensi
individual memungkinkan memilih tujuan atau goal.6
Preferensi adalah hak untuk dipilih dari pada yang lainnya.7 Preferensi
adalah pilihan-pilihan yang dibuat oleh para konsumen atas produk-produk
dikonsumsi, kekuatan preferensi konsumen akan menentukan produk-produk apa
yang akan mereka beli dari pendapatan disposable mereka yang terbatas dan juga
permintaan untuk produk-produk.8
Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan disimpulkan bahwa
preferensi adalah suatu proses untuk memilih dengan menggunakan beberapa
alternatif dan pertimbangan seperti kepuasan, pelayanan serta kegunaan.
6Hhtp://. Wikimedia. Org//Wiki/Preferensi.7Depdikbud RI, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka. h. 451.8Tumpal, Rumapea, Kamus Lengkap Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 1995), Ed. Ke-2,
h.497.
49
Sebagaimana dijelaskan diatas, yang menjadi tujuan dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui preferensi masyarakat Desa Ujung Tanjung Kabupaten
Rohil. Guna untuk memperoleh data tentang masalah ini penulis mengambil
sampel 43 orang.
Untuk lebih jelas mengenai preferensi masyarakat Desa Ujung Tanjung
Kabupaten Rohil dapat di lihat pada tabel berikut ini:
Tabel IV. 1
Tanggapan Responden tentang Lamanya Menjadi Pemilik Usaha
Penangkaran Burung WaletDi Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil
Opsi Alternatif Jawaban Jumlah ( orang ) Persentase ( % )
A
B
C
< 1 Tahun
1-5 Tahun
5-6 Tahun
7
23
13
16,27
53,48
30,23
Jumlah 43 100
Sumber : Data olahan Angket
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pemilik usaha burung wallet yang
telah bergabung di Usaha Burung Wallet yaitu 7 orang atau 16,27 % adalah
kurang dari 1 tahun, 23 orang atau 53,48 % adalah 1- 5 tahun, dan 13 orang atau
30,23% adalah lebih dari 5 tahun. Dengan demikian sebagian pemilik burung
wallet telah lama bergabung dengan Usaha Burung Wallet yaitu sekitar 5-6 tahun.
Pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat dari usaha burung wallet
cukup tinggi, Hal ini berdasarkan tanggapan responden tentang kisaran
pendapatan perbulan yang diterima dalam mengelola usaha burung wallet.
50
Tabel IV.2
Kisaran pendapatan perbulan yang diterima masyarakat dalam mengelola
usaha penangkaran burung wallet
Opsi Alternatif Jawaban Jumlah ( orang ) Persentase ( % )
A
B
C
<10.000.000,00
20.000.000,00-30.000.000,00
>50.000.000,00
4
11
21
9.30
25.58
65.11
Jumlah 43 100
Sumber : Data olahan Angket
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kisaran pendapatan perbulan yang
diterima masyarakat dalam mengelola usaha burung wallet yaitu 4 orang atau 9,30
% adalah kurang dari 10.000.000,00, 11 orang atau 25.58 % adalah 20.000.000,00
– 30.000.000,00, dan 21 orang atau 65,11% adalah lebih dari 50.000.000,00.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan perbulan yang
diterima masyarakat dalam mengelola usaha burung wallet cukup tinggi.Adapun
alasan masyarakat memilih usaha penangkaran burung wallet sebagai mata
pencarian mereka dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel IV.3
Alasan masyarakat memilih usaha penangkaran burung wallet.
Opsi Alternatif Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)
A Harga sarang burung wallet
yang tinggi.
25 58.13
B. Burung wallet merupakan SDA
di Rohil.
12 27.90
C. Usaha burung wallet cukup
mudah bagi masyarakat
6 13.95
Jumlah 43 100
Sumber : Data olahan Angket
51
Dari tabel di atas dapat diketahui alasan masyarakat memilih usaha burung
wallet di karenakan harga sarang burung wallet yang cukup tinggi. Oleh karena
itu, preferensi usaha burung wallet di desa Ujung Tanjung kabupaten Rohil cukup
baik untuk meningkatkan pendapatan masyarakat desa tersebut.
Meskipun banyak warga yang mengeloa usaha burung wallet,tetapi usaha
ini juga memiliki kendala dalam kegiatan produksinya. Hal ini sesuai dengan
tanggapan responden tentang ada atau tidaknya kendala dalam mengelola usaha
burung wallet berikut:
Tabel IV. 4
Ada tidaknya Kendala dalam mengelola usaha penangkaran burung wallet
Opsi Alternatif Jawaban Jumlah ( orang ) Persentase ( % )
A
B
C
Tidak
Ada
Sama sekali tidak
4
23
10
9. 30
53. 48
37.20
Jumlah 43 100
Sumber : Data olahan Angket
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kendala dalam mengelola usaha
penangkaran burung wallet yaitu tanggapan Responden tentang 4 orang menjawab
atau 9.30 % tidak, 23 orang atau 53.48% menjawab ada, dan 10 orang atau 37.20
% menjawab sama sekali tidak.
Adapun kendala dalam kegiatan usaha penangkaran burung wallet tersebut
dapat dilihat dari tanggapan responden berikut ini:
52
Tabel IV.5
Kendala-Kendala dalam usaha penangkaran burung wallet
Opsi Alternatif Jawaban Jumlah ( orang) Persentase ( % )
A
B
C
Biaya produksi
Gedungnya
Listriknya
14
26
3
32. 55
60. 46
6. 97
Jumlah 43 100
Sumber : Data olahan Angket
Dari tabel diatas dapat diketahui apa kendala dalam usaha penangkaran
burung wallet yaitu 14 orang atau 32.55 % adalah biaya produksi, 26 orang atau
60.46% adalah gedungnya, dan 3 orang atau 6.97% adalah listriknya.
untuk mengetahui pendapat responden mengenai gaji karyawan perbulan
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel IV.6
Tanggapan Responden Tentang Berapa Gaji Karyawan Perbulan
Opsi Alternatif Jawaban Jumlah ( orang) Persentase ( % )
A
B
C
700.000.
1.000.000.
500.000.
14
26
3
32. 55
60. 46
6. 97
Jumlah 43 100
Sumber : Data olahan Angket
Dari tabel diatas dapat diketahui tentang berapa gaji karyawan perbulan
yaitu 14 orang atau 32,55 % adalah 700,000., 26 orang atau 60,46 %adalah
1.000.000., dan 3 orang atau 6,97 % adalah 500,000.
Adapun pendapat responden tentang berapa orang yang bapak rekrot untuk
usaha burung wallet ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
53
Tabel IV.7
Tanggapan Responden Tentang Berapa Orang Yang Bapak Rekrot Pada
Usaha Burung Walet ini
Dari tabel diatas dapat diketahui berapa orang yang bapak rekrot pada
usaha burung wallet ini yaitu 4 orang atau 9.30 % adalah 1-2, 16 orang atau 37.20
% adalah 2-3, dan 23 orang atau 53,48 % adalah 3-4.
Adapun respon masyarakat terhadap suara burung wallet dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel IV.8
Bagaimana Respon Masyarakat Terhadap Suara Burung Walet
Opsi Alternatif Jawaban Jumlah ( orang) Persentase ( % )
A
B
C
mengganggu
tidak mengganggu
sangat mengganggu
14
3
26
32,55
6,97
60,46
Jumlah 43 100
Sumber : Data olahan Angket
Dari tabel diatas dapat diketahui bagaimana respon masyarakat terhadap
suara burung wallet yaitu 14 orang atau 32,55 % adalah mengganggu, 3 orang
atau 6,97 % adalah tidak mengganggu, dan 26 orang atau 60,46 % adalah sangat
mengganggu.
Adapun karyawan yang diterima dalam usaha burung wallet ini
masyarakat setempat atau orang pendatang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
54
Tabel IV.9
Tanggapan Responden Tentang Karyawan yang Diterima Dalam Usaha
Burung Wallet ini Masyarakat Setempat atau Orang Pendatang
Opsi Alternatif Jawaban Jumlah ( orang) Persentase ( % )
A
B
Masyarakat setempat
Orang pendatang
31
12
72,09 %
27,90 %
Jumlah 43 100
Sumber : Data olahan Angket
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa karyawan yang di terima pada
usaha burung wallet itu masyarakat setempat atau orang pendatang yaitu 31
oarang atau 72,09 % adalah masyarakat setempat, dan 12 orang atau 27,90 %
adalah orang pendatang.
Adapun tanggapan responden tentang ada tidaknya kepatuhan membayar
retribusi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel IV. 10
Tanggapan Responden Tentang Ada Tidaknya Kepatuhan Membayar
Retribusi
Opsi Alternatif Jawaban Jumlah ( orang) Persentase ( % )
A
B
C
Ada
Tidak
Sama sekali tidak
26
3
14
60,46
6,97
32,55
Jumlah 43 100
Sumber : Data olahan Angket
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ada tidaknya kepatuhan membayar
retribusi yaitu 26 orang atau 60,46 % adalah ada, 3 orang atau 6,97 % adalah
tidak, dan 14 orang atau 32,55 % adalah sama sekali tidak.
55
Adapun tanggapan responden tentang ada tidaknya kepatuhan membayar
pajak dapat dilihat pad tabel berikut ini:
Tabel.IV. 11
Tanggapan Responden Ada Tidaknya Tentang Kepatuhan Membayar Pajak
Opsi Alternatif Jawaban Jumlah ( orang) Persentase ( % )
A
B
C
Ada
Tidak
Sama sekali tidak
23
16
4
53.48
37.20
9.30
Jumlah 43 100
Sumber : Data olahan Angket
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ada tidaknya tentang kepatuhan
membayar pajak yaitu 23 orang atau 53,48 % adalah ada, 16 orang atau 37,20 %
adalah tidak, dan 4 orang atau 9.30 % adalah sama sekali tidak.
3. Potensi Usaha Penangkaran Burung Wallet di Desa Ujung Tanjung.
Untuk mengetahui potensi Usaha Penangkaran Burung Wallet Desa Ujung
Tanjung Kabupaten Rohil terlebih dahulu penulis akan menjelaskan pengertian
potensi.
Potensi berasal dari bahasa latin yaitu potential yang artinya kemampuan,
potensi adalah kemampuan menerima yang lain dari ciri semula. Potensi adalah
kekuasaan, kekuatan, dan tenaga.9
Potensi adalah sumber yang sangat besar yang belum diketahui dan yang
belum diberikan pada waktu saudara lahir didunia. Potensi adalah kemampuan
9Eksiklopedi Indonesia, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, (Jakarta: PakhiPamungkas, 1997), h. 358.
56
yang belum dibukakan, kuasa yang tersimpan, kekuatan yang belum tersentuh,
keberhasilan yang belum digunakan.
Potensi adalah kemampuan dan kekuatan kesanggupan atau daya dimana
dapat merupakan bawaan atau bakat dan hasil stimulus atau latihan dalam
perkembangan.10
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa potensi adalah
kemampuan dasar dari sesuatu yang masih terpendam di dalamnya menunggu
untuk diwujudkan menjadi sesuatu kekuatan nyata dalam diri sesuatu tersebut11.
Jika di lihat dari jumlah peningkatan Usaha Penangkaran Burung Wallet
Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil dari tahun ke tahun dan prestasi-prestasi
serta mitra usaha yang dilakukan oleh Usaha Penangkaran Burung Wallet Desa
Ujung Tanjung Kabupaten Rohil maka dapat disimpulkan bahwa potensi Usaha
Penangkaran Burung Wallet Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil dimasa yang
akan datang sangat baik. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel IV.12
Tanggapan Responden tentang Kemampuan Usaha Penangkaraan Burung
Wallet Di Masa Yang Akan Datang
Opsi Alternatif Jawaban Jumlah ( Orang) Persentase ( % )
A
B
C
Sangat baik
Baik
Kurang baik
23
16
4
53.48
37.20
9.30
Jumlah 43 100
Sumber : Data Olahan angket
10RS. Hardjapamengkas, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT.Pustaka Utama Grafiti,1995), Cet. Ke-2, h. 102.
11http://abihafiz. Wordpress. Com.
57
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tanggapan responden tentang
kemampuan Usaha Penangkaran Burung Wallet Desa Ujung Tanjung Kabupaten
Rohil yaitu 23 orangatau 53.48% menjawab sangat baik, 16 orang atau 37.20%
menjawab baik, dan 4orang atau 9.30% menjawab kurang.
Dari hasil tabel ini juga dapat disimpulkan bahwa kemampuan usaha
penangkaran sarang burung wallet yang baik berpotensi bagi masyarakat dalam
meningkatkan pendapatannya, selain itu juga meningkatkan pendapatan daerah
melalui penerimaan pajak sarang burung wallet tersebut.
3. Peran Pemerintah Daerah dalam Usaha Penangkaran Burung Walet.
Sejak mulai dikembangkan bisnis penangkaran sarang walet di Desa Ujung
Tanjung Kabupaten Rohil pada tahun 1990, pada tahun 2002 pemerintah mulai
memberikan tanggapan yang serius terhadap pengusahaan walet. Hal ini dikarenakan
pemerintah sendiri memandang dan menimbang bahwa dalam masyarakat kita saat ini
telah berkembang suatu aktifitas pengusaha sarang burung walet yang perlu adanya
pengaturan terhadap perindustrian sumber daya alam serta menggali pendapatan asli
daerah, bahwa untuk memehami maksud diatas, perlu diatur tentang izin pengelolaan dan
pengusaha sarang walet di Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil dengan peraturan
daerah.
Besarnya Usaha Penangkaran Burung Wallet ditetapkan sesuai dengan Undang-
undang Nomor 28 Tahun 2009 dimana nilai jual sarang burung walet dihitung
berdasarkan perkalian antara harga pasaran umum sarang burung walet yang berlaku di
daerah dengan volume sarang burung walet. Pada pasal 75 Undang-undang Nomor 28
Tahun 2009 dijelaskan, tarif pajak sarang burung walet ditetapkan paling tinggi sebesar
10 persen dimana tarifnya ditetapkan dengan perda. Cara perhitungannya, besaran pokok
58
pajak sarang burung walet yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan
dasar pengenaan pajak.
Setiap 1 bulan sekali terjadilah pembersihan sarang burung walet pada saat
itulah dikenakan pajak.
Perhitungan populasi walet bisa dilakukan dengan menghitung jumlah
sarangnya. Jika terdapat 100 sarang dalam gedung walet maka jumlah walet yang
menghuni gedung tersebut sekitar 400 ekor walet. Asumsi perhitungan ini adalah
100 sarang dibangun oleh 100 pasang walet yang terdiri dari 100 walet betina dan
100 walet jantan. Dengan demikian, terdapat 200 ekor walet dewasa. Selain walet
dewasa, terdapat walet muda yang belum bersarang di gedung itu. Perkiraan
jumlah minimalnya adalah 50% dari jumlah burung, yaitu 200 ekor walet muda.
Dengan demikian, jumlah keseluruhannya sekitar 400 ekor walet.
Jika gedung walet tersebut sudah berumur lebih dari lima tahun maka
perhitungan itu harus mengikuti perkiraan terdapatnya burung walet tua yang
sudah tidak produktif lagi atau sudah tidak bisa lagi membuat sarang. Jika dalam
sebuah gedung terdapat 500 sarang walet maka perkiraan jumlah burung sekitar
2.000 ekor walet. Cara perhitungannya adalah jumlah walet dewasa 1.000 ekor,
walet muda 500 ekor dan walet tua 500 ekor.
Tingkat kesalahan perhitungan acak ini cukup besar, terutama
memperkirakan jumlah walet muda dan walet tua. Teknik perhitungan ini
biasanya hanya dilakukan oleh pemilik gedung atau pengelola yang memiliki
wewenang masuk ke dalam gedung untuk menghitung sarang walet.
59
Tabel IV. 13Daftar Harga Sarang Walet/Kg
Patokan Asosiasi Pengusaha WaletDesa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil
No Jenis Sarang Harga / Kg1 Sarang Putih (Kualitas Super) Rp 10.000.000,002 Sarang Kuning (Kualitas no. 2) Rp 8.500.000,003 Sarang Hitam (Kualitas no.3) Rp 5.000.000,004 Sarang Sriti Rp 1.750.000,00
Sumber Data: Patokan Harga Sarang Walet Ketetapan Asosiasi Pengusaha WaletDesa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil
Cara perthitungan:
Tarif pajak x Dasar pengenaan
Tarif pajak : 10%
Dasar pengenaan : Nilai jual sarang burung walet
Seorang pengusaha sarang burung walet pada suatu gedung (budidaya)
mengambil dan menjual sarang burung walet, yang terdiri dari jenis walet putih
sebanyak 2 kilogram dan jenis sriti 3 kilogram.
Untuk perhitungan besarnya pajak sebagai berikut:
a. Cara menghitung besarnya pajak untuk jenis walet:
Pajak terutang = tarif pajak x nilai jual
Tarif pajak = 10%
Nilai jual = volume x harga dasar
Harga standar = Rp. 10.000.000,00/ kg
Pajak = 10% x (2 kg x Rp. 10.000.000,00/ kg)
10% x 20.000.000,00 = Rp. 2.000.000,00
b. Cara menghitung besarnya pajak untuk jenis sriti:
Pajak terutang = tarif pajak x nilai jual
60
Tarif pajak = 10%
Nilai jual = volume x harga dasar
Harga standar = Rp. 1.750.000,00/ kg
Pajak = 10% x (3 kg x Rp. 1.750.000,00/ kg)
10% x 5.250.000,00 = Rp. 525.000,00
Jumlah pajak yang harus dibayar adalah sebesar :
Rp. 2.000.000,00 + Rp. 525.000,00 = Rp. 2. 525.000,00
Dalam hal ini untuk sarang merah tidak ditentukan harganya karena sangat
langka dan jarang ditemukan di Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil, akan
tetapi memiliki nilai jual sangat tinggi yakni mencapai Rp 35.000.000,00 bahkan
bisa lebih perkilogramnya. sedangkan sarang seriti (sarang rumput) tidak laku
dijual sama sekali di Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil, hal ini karena tidak
ada pengusaha yang menginginkannya. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa
harga sarang walet tergantung pada mutu atau kualitas jenis sarang.
Di samping mengeluarkan Perda untuk mengatur usaha penangkaran
burung wallet, pemerintah Daerah juga melakukan langkah-langkah pembinaan
terhadap masyarakat guna meningkatkan kualitas usahanya yang akan berdampak
pada meningkatnya pendapatan masyarakat dan pendapatan pemerintah dari
sektor pajak. Langkah-langkah tersebut antara lain :
1. Melakukan bimbingan pembinaan terhadap Usaha Penangkaran Burung
Wallet
Pelaksanaan yang telah dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pihak
Dipenda melakukan bimbingan pembinaan yang merupakan langkah pertama
61
yang harus dilaksanakan dengan baik sesuai dengan kenyatan yang ada
dilapangan, karena melalui bimbingan dan pembinaan inilah objek Penangkaran
Burung Wallet akan menyadari pentingnya Usaha Penangkaran Burung Wallet
dalam meningkatkan Pendapatan Masyarakat.
2. Melakukan pendaftaran dan pendataan Usaha Penangkaran Burung Walet
Dalam upaya meningkatkan pendapatan masyarakat, maka pendaftaran
dan pendataan merupakan langkah-langkah yang harus diperhatikan, karena dari
sekian banyak subjek dan objek usaha penangkaran burung walet dapat
diakumulasikan melalui data-data.
Dari pendataan bisa terlihat mana pengusaha yang sudah mendapat izin
dan mana yang belum. Karena langkah melalui pendataan suatu yang sangat
efektif dalam meningkatkan pendapatan masyarakat.
Tabel IV. 14Target dan Realisasi penerimaan Usaha Penangkaran Burung Walet di Desa
Ujung Tanjung Kabupaten Rohil 2009-2010
No Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Persentase1 2009 68.591.825 52. 720.420 76,472 2010 274.367.300 210.881.680 76,64
Sumber Data: Dipenda Kabupaten Rohil 2010
Dari tabel diatas dapat dilihat realisasi penerimaan Usaha Penangkaran
Burung Walet di Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil secara keselurahan yaitu
tahun 2009 terealisasi sebesar 76,47 % megalami kenaikan pada tahun 2010
menjadi 76,64% .
62
3. Melakukan pembukuan dan pelaporan hasil pembuatan Usaha
Penangkaran Burung Walet
Dalam Melakukan pembukuan dan pelaporan sebagai mana dinyatakan
terdahulu, bahwa apabila kegiatan pendaftaran dan pendataan terhadap subjek dan
objek usaha burung walet telah dilakukan, maka pihak Dipenda harus benar-benar
melakukan pembukuan dan pelaporan tentang hasil dalam pemungutan atau
penerimaan usaha burung walet, kegiatan ini dijadikan tolak ukur dalam
pelaksanaan penerimaan dilapangan.
4. Melakukan pengawasan terhadap penagihan Usaha Penangkaran Burung
walet
Usaha dalam meningkatkan penerimaan penangkaran burung walet adalah
dengan mengadakan pengawasan terhadap tugas yang dilakukan dalam
penerimaan penangkaran. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan maka
pengawasan sangat penting dan perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
pelaksanaan yang telah dilakukan dalam usaha pencapaian tujuan dan untuk
mengetahui kesalahan atau kegagalan serta mencegah terjadinya kesalahan dan
penyimpangan yang terjadi, sehingga hasil dari pengawasan diharapkan akan
mencerminkan ketertiban dalam setiap proses kegiatan.
Sebelum melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan penerimaan
usaha penangkaran burung walet harus ditentukan terlebih dahulu apa yang harus
dijadikan standar/ program kerja sehingga dengan adanya standar ini diharapkan
pelaksanaan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Adapun yang menjadi
63
standar/ program kerja dari pada pelaksanaan penerimaan usaha penangkaran
burung wallet adalah sebagai berikut:
a. Objek yang menjadi sasaran didalam penerimaan usaha penangkaran
burung wallet
b. Jumlah wajib usaha penangkaran burung wallet (yang terdaftar)
c. Besarnya usaha penangkaran burung wallet yang dikenakan pada
masing-masing jenis burung wallet.
d. Petugas yang melakukan penerimaan usaha penangkaran burung wallet.
5. Melakukan penyuluhan-penyuluhan mengenai usaha penangkaran
burung wallet
Kegiatan penyuluhan merupakan progaram kerja dilapangan yang
ditujukan terhadap usaha penangkaran burung walet, dalam rangka menyadarkan
tentang arti pentingnya usaha penangkaran burung walet dan partisipasi
masyarakat dalam membayar pajak, untuk terwujudnya harapan yang diinginkan
haruslah dilakukan penyuluhan-penyuluhan oleh pihak Dipenda.
Namun pada kenyataannya upaya pihak Dipenda dalam melakukan
penyuluhan-penyuluhan mengenai usaha penangkaran burung walet kurang
ditanggapi oleh pemilik burung wallet karena masih banyak pemilik burung wallet
yang melanggar ketentuan dalam membayar usaha penangkaran burung wallet,
serta masih terdapat usaha penangkaran burung wallet yang tidak membayar
burung wallet.
64
Dengan demikian perlu adanya ketegasan untuk menertibkan pengusaha
yang tidak tertib administrasi yaitu pengusaha yang tidak membayar pajak
usahanya. Kurangnya kerjasama pengusaha dengan pemerintah membuat jenis
usaha ini cendrung tertutup sehingga pemerintah daerah kesulitan untuk
mengetahui tingkat produktifitas dan besarnya pajak yang dikenakan. Masalah
keamanan juga harus diperhatikan oleh pemerintah untuk menjamin kenyamanan
berusaha karena gedung walet biasanya menjadi incaran para pencuri. Selain
menertibkan pengusaha yang tidak membayar pajak pemerintah daerah juga harus
mengadakan kesepakatan dengan pengusaha dalam hal besarnya penarikan pajak
tujuannya agar tidak memberatkan pengusaha.12
B. Tinjauan ekonomi Islam terhadap preferensi dan potensi Usaha
Penangkaran Burung Wallet dalam meningkatkan pendapatan
masyarakat Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil
Usaha merupakan salah satu kegiatan produktif yang dilakukan manusia
untuk menghidupi diri dan keluarganya. Konsep usaha dalam ekonomi Islam yaitu
usaha yang dilakukan tersebut tergolong usaha yang halal dan ini telah sesuai
dengan usaha burung wallet di mana burung wallet merupakan salah satu binatang
yang dihalalkan dalam Islam.13
Adapun polusi suara burung wallet sangat mengganggu masyarakat
setempat, oleh karena itu gedung wallet dibangun harus jauh dari pemukiman
masyarakat setempat agar tidak mengganggu ketenangan masyarakat.
12Yondri (Pemilik Usaha Burung Walet), Wawancara, Tanggal 6 Agustus 2011.13Mustafa Erwin Nasution dkk, Op.cit. h.17.
65
Adapun air liurnya, maka hukumnya juga halal, karena liur wallet tidak
najis, tidak ada dalil yang menajiskannya, bahkan terdapat dalil yang
menunjukkan kesuciannya.hal ini sejalan dengan hadist nabi yang menjelaskan:
عن عمرو بن :منى وھوعلى راحلتھ و لعا بھا یسیل على كتفي خطبنا البیي ي◌
خا رجة قال
Artinya “Amr bin Kharij berkata: Nabi berkhutbah kepada kami di mina dan
beliau beradadi atas kendaraannya dan liur kendaraannya mengalir di
pundakku.” (HR. Tarmidzi)14
Pengusaha wajib menghindarkan segala sesuatu yang menimbulkan
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Bagi usaha burung walet,
senantiasa menjaga supaya suaranya tidak mengganggu ketenangan dan menjaga
jangan sampai menimbulkan keresahan masyarakat disekitarnya, Pemkot harus
melakukan pembinaan, bimbingan teknis serta pengawasan terhadap penguasaan
sarang burung walet secara berkala. Termasuk pengawasan kesejahteraan
masyarakat disekitar lokasi sarang burung Walet dan penanganan limbah usaha
serta pengawasan kondisi bangunan.
Di samping bentuk usaha, pemasaran (jual beli) juga merupakan hal yang
menjadi perhatian dalam Islam. Dalam muamalah, Islam menjunjung tinggi
keadilan yang merupakan salah satu dasar teori ekonomi Islam.” Adil diartikan
dengan La Tazhlim Wa La Tuzhlam (Tidak menzalimi dan tidak dizalimi) dengan
kata lain tidak ada pihak yang dirugikan. Dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 29
Allah mengatakan :
14Thabrani, Mu’jam al-Ausath, (Kairo: Dar al-Harmain, 1415 H), Juz 1, h. 899.
66
Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil.”(Q.S.An-nisa’:29)15
Untuk menegakkan prinsip adil ini maka praktek Riba, Gharar dan Maisir
harus dihilangkan.
Riba secara bahasa bermakna: ziyadah (Tambahan). Dalam pengertian
lain, secara linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar. Sedangkan menurut
istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal
secara bathil. Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara
umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan
tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam secara bathil
atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam.16
Gharar adalah suatu transaksi yang mengandung ketidakpastian bagi kedua
belah pihak yang melakukan transaksi sebagai akibat dari diterapkannya kondisi
ketidakpastian dalam suatu akad yang secara alamiahnya seharusnya mengandung
kepastian. Menurut Ibnu Hazmin dalam Kitab Al-Muhallah dikutip dari
15Depag RI, Op.cit. h. 12316Muhammad Syafi’I Antonio, Op.cit. h.30.
67
Adiwarman Karim, Gharar adalah suatu jual beli di mana tidak tahu apa yang
dijual dan pembeli tidak tahu apa yang dibeli.17
Sedangkan Maisir didefinisikan sebagai suatu permainan peluang atau
suatu permainan ketangkasan di mana salah satu pihak (beberapa pihak) harus
menanggung beban pihak lain sebagai suatu konsekuensi keuangan akibat hasil
dari permainan tersebut.
Dari penjelasan tentang usaha burung wallet dan pemasarannya, penulis
berpendapat tidak ada praktek yang melanggar syari’at yang dilakukan oleh
pengusaha burung wallet. Kita tidak melihat adanya Riba, Gharar dan Maisir oleh
pengusaha burung wallet. Jadi praktek yang dilakukan sangat sederhana, yaitu
harga diterima setelah Barang diserahkan.
Meningkatkan pendapatan masyarakat merupakan dorongan didalam
Islam. Manusia berkewajiban untuk bekerja dengan baik melalui usaha yang baik
dan halal. Ayat al-Qur’an dan Hadis Rasulullah juga sering mendorong kita untuk
berusaha meningkatkan pendapatan masyarakat. Dalam Surat al-Qashash ayat 77
Allah berfirman:
17Adiwarman Karim, Op.cit. h.36.
68
Artinya :“Dan carilah apa yang dianugrahkan allah kepadamu (kebahagiaan
negeri akhirat) dan janganlah kamu lupakan bahagianmu dari kenikmatan
dunia.”(Q.S. al-Qashash:77)18
Usaha yang dilakukan oleh pengusaha burung wallet dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat merupakan usaha yang baik dan sejalan dengan syari’at
Islam karena dilakukan dengan usaha dan niat yang baik, dan tidak adanya
pelanggaran syari’at.
Dalam Islam bekerja dinilai sebagai kebaikan, dan kemalasan dinilai
sebagai kejahatan. Nabi berkata: Ibadah yang paling baik adalah bekerja, dan pada
saat yang sama bekerja merupakan hak sekaligus kewajiban. Pada suatu hari
Rasulullah SAW menegur seorang yang malas dan meminta-meminta, seraya
menunjukkan kepadanya jalan ke arah kerja produktif. Rasulullah meminta orang
tersebut menjual asset yang dimilikinya dan menyisihkan hasil penjualannya
untuk modal membeli alat (kapak) untuk mencari kayu bakar di tempat bebas dan
menjualnya kepasar. Beliau pun memonitor kinerjanya untuk memastikan bahwa
ia telah mengubah nasibnya berkat produktif. Kehidupan Dinamis adalah proses
menuju peningkatan, ajaran-ajaran Islam memandang kehidupan manusia sebagai
pacuan dengan waktu, dengan kata lain kebaikan dan kesempurnaan diri
merupakan tujuan-tujuan dalam proses ini. Di samping memanfaatkan tanah untuk
hal-hal yang bermanfaat merupakan salah satu bentuk anjuran Islam.
Mewujudkan kesejahteraan dan meningkatkan kehidupan yang layak bagi
kaum muslimin merupakan kewajiban syar’I, yang jika disertai ketulusan niat
18Depag RI, Op.cit. h. 623.
69
akan naik pada tingkatan ibadah. Terealisasinya pengembangan ekonomi didalam
Islam adalah dengan keterpaduan antara upaya individu dan upaya pemerintah. Di
mana peran individu sebagai asas dan peran pemerintah sebagai pelengkap. Dalam
Islam Negara berkewajiban melindungi kepentingan masyarakat dari
ketidakadilan. Negara juga berkewajiban memberikan jaminan social agar seleruh
masyarakat dapat hidup secara layak.
Produksi burung wallet merupakan salah satu wahana dan sarana bagi
masyarakat Desa Ujung Tanjung yang bisa merangsang mereka untuk lebih giat
bekerja dan berusaha. Keberadaan usaha burung wallet ini telah bisa menyerap
tenaga kerja dan hal ini berarti telah ikut andil dalam mengurangi pengangguran
di Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil.
Dari pemaparan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum,
baik dari segi usahanya dan pemasaran maupun peningkatan ekonomi masyarakat,
usaha burung wallet di Desa Ujung Tanjung menurut penulis sudah dilakukan
dengan baik.
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tentang preferensi dan potensi usaha penangkaran
burung wallet dalam meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Ujung Tanjung
Kabupaten Rohil, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Preferensi masyarakat Desa Ujung Tanjung Kabupaten Rohil memilih
usaha penangkaran burung wallet sebagai mata pencarian mereka
dikarenakan pendapatan yang mereka peroleh dari hasil usaha itu cukup
tinggi. Apalagi usaha ini berpotensi sekali bagi masyarakat untuk
meningkatkan pendapatan nya, selain itu juga berpotensi meningkatkan
pendapatan daerah melalui penerimaan pajak sarang burung wallet
tersebut.
2. Usaha penangkaran burung wallet telah sesuai dengan harapan masyarakat
dalam mengelola usaha penangkaran burung wallet yang sesuai dengan
syari’at Islam dalam hal untuk menghindari unsur gharar, maisir, dan riba.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis merasa perlu memberikan
saran-saran sebagai berikut :
1. Agar memudahkan mereka untuk mendapatkan pekerjaan ataupun
pendapatan usaha burung wallet.
2. Kepada pemerintah untuk memberikan penyuluhan pengelolaan usaha
burung wallet yang baik, sehingga mendapat hasil dengan baik.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdad, M. Zaidi, 2003, Lembaga Perekonomian Ummat Di Dunia Islam, Bandung: Angkasa
Bandung.
Ananta, Aris, Ekonomi Sumber Daya Manusia, Bina Aksara, Jakarta, 2002.
Eka Adiwibawa ST. Ir. 2008. Pengelolaan Rumah Walet, Yogyakarta : Penerbit Kanisius
Gunawan Adisaputro, Anggaran Perusahaan, Penerbit BEFE, Yogyakarta, 1979.
Izzan, Ahmad, Ekonomi Syariah, Bandung, 2006
Karim, Adi warman, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Cetakn ke 1, Raja Grafindo Persada,
Tahun 2006. Sejarah Pemikirana
Kuncoro, Mudrajad, Ekonomika Industri Indonesia, Yogyakarta, 2007
Mankiw Gregori, Pengantar Ekonomi, Jakarta: Erlangga, 2000.
Mujahidin, Ahmad, 2007, Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Soeharto, Iman, Study Kelayakan Proyek Industri, Jakarta, 2001
Winardi, 1993, Pengantar ilmu Ekonomi. Bandung, Tarsito
Yasin, Fachri, Agribisnis Riau Dan Perkebunan Berbasis Kerakyatan, Cetakan ke 1, Unri Press,
Pekanbaru, 2003.
Didin Harifdhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modren, Jakarta: Gema Insani, 2002, Cet Ke-1
Gusfahmi, Pajak Menurut Syariat, Jakarta: PT. Rajagrafindo, 2007
Hasan Ibrahim, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakatra: Kalam Mulia, 1991, Cet Ke-1
Helman Karim, pajak dalam Islam dan Kemungkinan Pengembangannya Sebagai SumberKeuangan Negara, Ormasi Ilmiah pada Dinas Talis xxv IAIN Susqa, 1995
Inayah Gazi, Teori konferhensif tentang zakat dan pajak, Yogyakarta: Tiara wacana, 2003
Mardiasmo, Perpajakan, Yogyakarta: Bulak Sumur, 2003
Nugroho K. Hary, Panduan Lengkap Walet, Jakarta: Penebar Swadaya, 2010
Zein Badudu, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994
Yani Ahmad, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Jakarta: PT.Rajagrafindo, 2002
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah danRetribusi Daerah
Iwan, Wawancara, Tanggal 2 Juli 2011
Mardiasmo, Perpajakan, Yogyakarta: Bulak Sumur, 2003
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005, Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan Nasional, Jakarta :
Balai Pustaka.
Hhtp://Wikimedia. Org/Wiki/preferensi.
Hhtp://abihafiz. Wordpress. Com
Tumpal, Rumapea, 1995, Kamus Lengkap Ekonomi, Jakarta; Erlangga.
Suhendi, Hendi, 2007, Fiqih muamalah, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.