Omsk Abdul halim Harahap Unaya

  • Upload
    aliem89

  • View
    243

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    1/36

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Otitis media supuratif kronik (OMSK) didalam masyarakat Indonesia dikenal dengan istilah

    congek, teleran atau telinga berair. Kebanyakan penderita OMSK menganggap penyakit ini

    merupakan penyakit yang biasa yang nantinya akan sembuh sendiri. Penyakit ini pada

    umumnya tidak memberikan rasa sakit kecuali apabila sudah terjadi komplikasi. Biasanya

    komplikasi didapatkan pada penderita OMSK tipe maligna seperti labirinitis, meningitis,

    abses otak dan dapat menyebabkan kematian. Perburukan penyakit dan komplikasi akibat

    OMSK harus dihindari, dengan demikian perlu ditegakkan diagnosis yang tepat dan dini pada

    penderita OMSK sehingga penatalaksanaan yang tepat pun dapat segera dilakukan.

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 DEFINISI

    Suatu radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya

    sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul.

    2.2 EPIDEMIOLOGI

    Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden OMSK dipengaruhi

    oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering dijumpai pada orang Eskimo

    dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia dan orang kulit hitam di Afrika Selatan.

    Walaupun demikian, lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-

    negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di

    Pasifik. Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan

    serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi

    OMSK pada negara yang sedang berkembang. Survei prevalensi di seluruh dunia, yang

    walaupun masih bervariasi dalam hal definisi penyakit, metode sampling serta mutu

    metodologi, menunjukkan beban dunia akibat OMSK melibatkan 65330 juta orang dengan

    telinga berair, 60% di antaranya (39200 juta) menderita kurang pendengaran yang

    signifikan. Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan pasien OMSK

    merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia.

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    2/36

    2.3 ETIOLOGI

    Penyebab terbesar otitis media supuratif kronis adalah infeksi campuran bakteri dari meatus

    auditoris eksternal , kadang berasal dari nasofaring melalui tuba eustachius saat infeksi

    saluran nafas atas. Organisme-organisme dari meatus auditoris eksternal termasuk

    staphylococcus, pseudomonas aeruginosa, B.proteus, B.coli dan aspergillus.3

    Organisme dari nasofaring diantaranya streptococcus viridans (Streptococcus A hemolitikus,

    streptococcus B hemolitikus dan pneumococcus).2

    2.4 PATOGENESIS

    Banyak penelitian pada hewan percobaan dan preparat tulang temporal menemukan bahwa

    adanya disfungsi tuba Eustachius, yaitu suatu saluran yang menghubungkan rongga dibelakang hidung (nasofaring) dengan telinga tengah (kavum timpani), merupakan penyebab

    utama terjadinya radang telinga tengah ini (otitis media, OM).1

    Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan tertutup dan akan

    membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan

    udara telinga tengah dengan tekanan udara luar (tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang

    belum sempurna, tuba yang pendek, penampang relatif besar pada anak dan posisi tuba yang

    datar menjelaskan mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah

    menjalar ke telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OM daripada dewasa.1

    Gambar 1. Anatomi tuba eustachius anak dan dewasa34

    Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring melalui tuba

    Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi dari telinga tengah. Pada

    saat ini terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang

    dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal

    seperti keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan menambah

    permiabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret di telinga tengah. Selain itu,

    adanya peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga

    tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada

    telinga tengah.1

    Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu lapisan,

    epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified respiratory epithelium dengan banyak

    lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    3/36

    yang bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah. Penyembuhan OM

    ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan tersebut dan kembali ke bentuk lapisan epitel

    sederhana.1

    2.5 KLASIFIKASI OMSK4

    OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :

    1. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen.

    Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala

    klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang

    mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas

    atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan

    tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan

    derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous. Sekret

    mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa

    telinga tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek.

    Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:

    5

    Fase aktif

    Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh

    perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang

    dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid

    sampai mukopurulen. Ukuran perforasi bervariasi dari sebesar jarum sampai

    perforasi subtotal pada pars tensa. Jarang ditemukan polip yang besar pada liang

    telinga luar. Perluasan infeksi ke sel-sel mastoid mengakibatkan penyebaran yang

    luas dan penyakit mukosa yang menetap harus dicurigai bila tindakan konservatif

    gagal untuk mengontrol infeksi, atau jika granulasi pada mesotimpanum dengan

    atau tanpa migrasi sekunder dari kulit, dimana kadang-kadang adanya sekret yang

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    4/36

    berpulsasi diatas kuadran posterosuperior.

    Fase tidak aktif / fase tenang

    Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa

    telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan.

    Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam

    telinga.

    Faktor predisposisi pada penyakit tubotimpani :

    Infeksi saluran nafas yang berulang, alergi hidung, rhinosinusitis kronis

    Pembesaran adenoid pada anak, tonsilitis kronis

    Mandi dan berenang dikolam renang, mengkorek telinga dengan alat yang

    terkontaminasi

    Malnutrisi dan hipogammaglobulinemia

    Otitis media supuratif akut yang berulang

    2. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang

    Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit atikoantral lebih

    sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang

    mana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom.

    Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna putih,

    terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah nekrotis. Kolesteatom dapat dibagi atas 2

    tipe yaitu :

    6

    1. Kongenital

    Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital, menurut Derlaki dan Clemis

    (1965) adalah :

    Berkembang dibelakang dari membran timpani yang masih utuh.

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    5/36

    Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.

    Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel

    undiferential yang berubah menjadi epitel skuamous selama perkembangan.

    Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang

    temporal, umumnya pada apeks petrosa. Dapat menyebabkan fasialis parese, tuli

    saraf berat unilateral, dan gangguan keseimbangan.

    2. Didapat.

    Kolesteatoma yang didapat seringnya berkembang dari suatu kantong

    retraksi. Jika telah terbentuk adhesi antara permukaan bawah kantong retraksi

    dengan komponen telinga tengah, kantong tersebut sulit untuk mengalami

    perbaikan bahkan jika ventilasi telinga tengah kembali normal : mereka menjadi

    area kolaps pada segmen atik atau segmen posterior pars tensa membrane timpani.

    Epitel skuamosa pada membrane timpani normalnya membuang lapisan

    sel-sel mati dan tidak terjadi akumulasi debris, tapi jika terbentuk kantong retraksi

    dan proses pembersihan ini gagal, debris keratin akan terkumpul dan pada

    akhirnya membentuk kolesteatoma.

    Pengeluaran epitel melalui leher kantong yang sempit menjadi sangat sulit

    dan lesi tersebut membesar. Membran timpani tidak mengalami perforasi dalam

    arti kata yang sebenarnya : lubang yang terlihat sangat kecil, merupakan suatu

    lubang sempit yang tampak seperti suatu kantong retraksi yang berbentuk seperti

    botol, botol itu sendiri penuh dengan debris epitel yang menyerupai lilin.

    Teori lain pembentukan kolesteatoma menyatakan bahwa metaplasia

    skuamosa pada mukosa telinga tengah terjadi sebagai respon terhadap infeksi

    kronik atau adanya suatu pertumbuhan ke dalam dari epitel skuamosa di sekitar

    pinggir perforasi, terutama pada perforasi marginal.

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    6/36

    7

    Destruksi tulang merupakan suatu gambaran dari kolesteatoma didapat,

    yang dapat terjadi akibat aktivitas enzimatik pada lapisan subepitel. Granuloma

    kolesterol tidak memiliki hubungan dengan kolesteatoma, meskipun namanya

    hampir mirip dan kedua kondisi ini dapat terjadi secara bersamaan pada telinga

    tengah atau mastoid.

    Granuloma kolesterol, disebabkan oleh adanya kristal kolesterol dari

    eksudat serosanguin yang ada sebelumnya. Kristal ini menyebabkan reaksi benda

    asing, dengan cirsi khas sel raksasa dan jaringan granulomatosa.

    Gambar 2. Perjalanan Penyakit OMSK3

    2.6 DIAGNOSIS5

    8

    1. Telinga berair (otorrhoe)

    Sekret bersifat purulen ( kental, putih) atau mukoid ( seperti air dan encer)

    tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar

    sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar

    mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga

    tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya secret biasanya hilang

    timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau

    kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang.

    Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret yang

    sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk

    degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap. Pada

    OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena

    rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    7/36

    adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom

    yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan

    tuberkulosis.

    2. Gangguan pendengaran

    Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya

    dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran

    mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun

    kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak

    dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang

    pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran

    menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari

    besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem

    pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli

    konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga

    kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang

    didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati.

    9

    Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya

    infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel

    labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan

    terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi koklea.

    3. Otalgia ( nyeri telinga)

    Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu

    tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus.

    Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    8/36

    terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses

    otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder.

    Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal

    abses atau trombosis sinus lateralis.

    4. Vertigo

    Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan

    vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding

    labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara

    yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya

    karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah

    terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan

    meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.

    Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari

    telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana

    mungkin berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK

    dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada

    membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga tengah.

    TANDA KLINIS

    Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :

    10

    1. Adanya Abses atau fistel retroaurikular

    2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.

    3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma kolesteatom)

    4. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

    PEMERIKSAAN KLINIK

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    9/36

    Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagai

    berikut :

    1. Pemeriksaan Audiometri

    Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif.

    Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar

    dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran

    suara ditelinga tengah. Paparela, Brady dan Hoel (1970) melaporkan pada penderita

    OMSK ditemukan tuli sensorineural yang dihubungkan dengan difusi produk toksin ke

    dalam skala timpani melalui membran fenstra rotundum, sehingga menyebabkan

    penurunan ambang hantaran tulang secara temporer/permanen yang pada fase awal

    terbatas pada lengkung basal kohlea tapi dapat meluas kebagian apek kohlea. Gangguan

    pendengaran dapat dibagi dalam ketulian ringan, sedang, sedang berat, dan ketulian total,

    tergantung dari hasil pemeriksaan ( audiometri atau test berbisik). Derajat ketulian

    ditentukan dengan membandingkan rata-rata kehilangan intensitas pendengaran pada

    frekuensi percakapan terhadap skala ISO 1964 yang ekivalen dengan skala ANSI 1969.

    Derajat ketulian dan nilai ambang pendengaran menurut ISO 1964 dan ANSI 1969.

    Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran

    Normal : -10 dB sampai 26 dB

    Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB

    Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB

    Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB

    Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB

    Tuli total : lebih dari 90 dB.

    11

    Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi koklea.

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    10/36

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    11/36

    2. Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan

    tampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah

    kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.

    12

    3. Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang

    lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis

    semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga

    dapat menunjukan adanya pembesaran akibat kolesteatom.

    4. Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat

    memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan

    dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom, ada atau tidak tulangtulang

    pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis semisirkularis

    horizontal. Keputusan untuk melakukan operasi jarang berdasarkan hanya dengan hasil

    X-ray saja. Pada keadaan tertentu seperti bila dijumpai sinus lateralis terletak lebih

    anterior menunjukan adanya penyakit mastoid.

    Cholesteatoma.

    Cholesteatoma yang terjadi pada daerah atik atau pars flasida. Banyak teori

    yang diajukan sebagai penyebab cholesteatoma didapat primer,

    tetapi sampai sekarang belum ada yang bisa menunjukan penyebab yang

    sebenarnya.

    Secondary acquired cholesteatoma.

    Berkembang dari suatu kantong retraksi yang disebabkan peradangan kronis

    biasanya bagian posterosuperior dari pars tensa. Khasnya perforasi marginal

    pada bagian posterosuperior. Terbentuknya dari epitel kanal aurikula eksterna

    yang masuk ke kavum timpani melalui perforasi membran timpani atau

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    12/36

    kantong retraksi membran timpani pars tensa.

    2.7 PENATALAKSANAAN

    Penatalaksanaan OMSK yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor

    penyebab dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian haruslah dievaluasi faktorfaktor

    yang menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi yang

    menghalangi penyembuhan serta mengganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat

    13

    ditelinga. Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat

    -obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi.5

    Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana

    pengobatan dapat dibagi atas5 :

    1. Konservatif

    2. Operasi

    OMSK BENIGNA TENANG

    Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek

    telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat

    bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya

    dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi

    berulang serta gangguan pendengaran.5

    OMSK BENIGNA AKTIF

    Prinsip pengobatan OMSK benigna aktif adalah5 :

    1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani

    2. Pemberian antibiotika :

    antibiotika/antimikroba topikal

    antibiotika sistemik

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    13/36

    ad 1. Pembersihan liang telinga dan kavum timpan (aural toilet)

    Tujuan aural toilet adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan

    mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik bagi perkembangan

    mikroorganisme.

    14

    Bagan 1. Pengerjaan aural toilet6

    Cara pembersihan liang telinga (aural toilet)5 :

    1. Aural toilet secara kering ( dry mopping).

    Telinga dibersihkan dengan kapas lidi steril, setelah dibersihkan dapat di beri antibiotik

    berbentuk serbuk. Cara ini sebaiknya dilakukan di klinik atau dapat juga dilakukan oleh

    anggota keluarga. Pembersihan liang telinga dapat dilakukan setiap hari sampai telinga

    kering.

    2. Aural toilet secara basah ( syringing).

    Telinga disemprot dengan cairan untuk membuang debris dan nanah, kemudian dengan

    kapas lidi steril dan diberi serbuk antibiotik. Meskipun cara ini sangat efektif untuk

    membersihkan telinga tengah, tetapi dapat mengakibatkan penyebaran infeksi ke bagian

    lain dan ke mastod. Pemberian serbuk antibiotik dalam jangka panjang dapat

    menimbulkan reaksi sensitifitas pada kulit. Dalam hal ini dapat diganti dengan serbuk

    antiseptik, misalnya asam boric dengan Iodine.

    3. Aural toilet dengan pengisapan ( suction toilet)

    Pembersihan dengan suction pada nanah, dengan bantuan mikroskopis operasi adalah

    metode yang paling populer saat ini. Kemudian dilakukan pengangkatan mukosa yang

    berproliferasi dan polipoid sehingga sumber infeksi dapat dihilangkan. Akibatnya terjadi

    drainase yang baik dan resorbsi mukosa. Pada orang dewasa yang koperatif cara ini

    dilakukan tanpa anastesi tetapi pada anak-anak diperlukan anastesi. Pencucian telinga

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    14/36

    dengan H2O2 3% akan mencapai sasarannya bila dilakukan dengan displacement

    methode seperti yang dianjurkan oleh Mawson dan Ludmann.

    15

    Ad 2. Pemberian antibiotik topikal

    Terdapat perbedaan pendapat mengenai manfaat penggunaan antibiotika topikal untuk

    OMSK. Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dengan secret yang banyak

    tanpa dibersihkan dulu, adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang/tidak progresif lagi

    diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Dianjurkan irigasi

    dengan garam faal agar lingkungan bersifat asam dan merupakan media yang buruk

    untuk tumbuhnya kuman. Selain itu dikatakan bahwa tempat infeksi pada OMSK sulit

    dicapai oleh antibiotika topikal. Djaafar dan Gitowirjono menggunakan antibiotik topikal

    sesudah irigasi sekret profus dengan hasil cukup memuaskan, kecuali kasus dengan

    jaringan patologis yang menetap pada telinga tengah dan kavum mastoid. Mengingat

    pemberian obat topikal dimaksudkan agar masuk sampai telinga tengah, maka tidak

    dianjurkan antibiotik yang ototoksik misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1

    minggu. Cara pemilihan antibiotik yang paling baik adalah dengan berdasarkan kultur

    kuman penyebab dan uji resistensi. Obat-obatan topikal dapat berupa bubuk atau tetes

    telinga yang biasanya dipakai setelah telinga dibersihkan dahulu.5

    Bubuk telinga yang digunakan seperti5 :

    a. Acidum boricum dengan atau tanpa iodine

    b. Terramycin.

    c. Acidum boricum 2,5 gram dicampur dengan khloromicetin 250 mg

    Pengobatan antibiotika topikal dapat digunakan secara luas untuk OMSK aktif,

    dikombinasi dengan pembersihan telinga, baik pada anak maupun dewasa. Neomisin

    dapat melawan kuman Proteus dan Stafilokokus aureus tetapi tidak aktif melawan gram

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    15/36

    negatif anaerob dan mempunyai kerja yang terbatas melawan Pseudomonas karena

    meningkatnya resistensi. Polimiksin efektif melawan Pseudomonas aeruginosa dan

    beberapa gram negatif tetapi tidak efektif melawan organisme gram positif. Seperti

    aminoglikosida yang lain, Gentamisin dan Framisetin sulfat aktif melawan basil gram

    negative. Tidak ada satu pun aminoglikosida yang efektif melawan kuman anaerob.5

    16

    Biasanya tetes telinga mengandung kombinasi neomisin, polimiksin dan hidrokortison,

    bila sensitif dengan obat ini dapat digunakan sulfanilaid-steroid tetes mata.

    Kloramfenikol tetes telinga tersedia dalam acid carrier dan telinga akan sakit bila

    diteteskan. Kloramfenikol aktif melawan basil gram positif dan gram negative kecuali

    Pseudomonas aeruginosa, tetapi juga efektif melawan kuman anaerob, khususnya.

    Pemakaian jangka panjang lama obat tetes telinga yang mengandung aminoglikosida

    akan merusak foramen rotundum, yang akan menyebabkan ototoksik.5

    Antibiotika topikal yang sering digunakan pada pengobatan Otitis Media Supuratif

    Kronik (OMSK) adalah6 :

    Catatan:

    Terapi topikal lebih baik dibandingkan dengan terapi sistemik. Tujuannya untuk

    mendapatkan konsentrasi antibiotik yang lebih tinggi. Pilihan antibiotik yang memiliki

    aktifitas terhadap bakterigram negatif, terutama pseudomonas, dan gram positifterutama

    Staphylococcus aureus. Pemberian antibiotik seringkali gagal, hal ini dapat disebabkan

    adanya debris selain juga akibat resistensi kuman. Terapi sistemik diberikan pada pasien

    yang gagal dengan terapi topikal. Jika fokus infeksi di mastoid, tentunya tidak dapat

    hanya dengan terapi topikal saja, pemberian antibiotik sistemik (seringkali IV) dapat

    membantu mengeliminasi infeksi. Pada kondisi ini sebaiknya pasien di rawat di RS untuk

    17

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    16/36

    mendapatkan aural toilet yang lebih intensif. Terapi dilanjutkan hingga 3-4 minggu

    setelah otore hilang.

    Ad. 3. Pemberian antibiotika sistemik

    Pemilihan antibiotika sistemik untuk OMSK juga sebaiknya berdasarkan kultur

    kuman penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai

    pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan , perlu diperhatikan faktor

    penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut.5

    Dalam penggunaan antimikroba, perlu diketahui daya bunuh antimikroba

    terhadap masing- masing jenis kuman penyebab, kadar hambat minimal terhadap

    masingmasing

    kuman penyebab, daya penetrasi antimikroba di masing-masing jaringan tubuh

    dan toksisitas obat terhadap kondisi tubuh. Berdasarkan konsentrasi obat dan daya bunuh

    terhadap mikroba, antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan pertama

    antimikroba dengan daya bunuh yang tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat,

    makin banyak kuman terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dan kuinolon.

    Golongan kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya

    paling baik. Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini,

    misalnya golongan beta laktam.5

    Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada Otitis media kronik adalah5.

    Antibiotika golongan kuinolon ( siprofloksasin dan ofloksasin) mempunyai

    aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan peroral. Tetapi tidak dianjurkan diberikan

    untuk anak dengan umur dibawah 16 tahun. Golongan sefalosforin generasi III

    18

    (sefotaksim, seftazidim dan seftriakson) juga aktif terhadap pseudomonas, tetapi harus

    diberikan secara parenteral. Terapi ini sangat baik untuk OMA sedangkan untuk OMSK

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    17/36

    belum pasti cukup, meskipun dapat mengatasi OMSK. Metronidazol mempunyai efek

    bakterisid untuk kuman anaerob. Metronidazol dapat diberikan pada OMSK aktif, dosis

    400 mg per 8 jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu.5

    OMSK MALIGNA

    Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan

    konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum

    dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya

    dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.5

    Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada

    OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain5 :

    1. Mastoidektomi sederhana ( simple mastoidectomy)

    2. Mastoidektomi radikal

    3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

    4. Miringoplasti

    5. Timpanoplasti

    6. Pendekatan ganda timpanoplasti ( Combined approach tympanoplasty)

    Bagan 2. Pembedahan pada tatalaksana OMSK6

    19

    Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran

    timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran

    yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.5

    Pedoman umum pengobatan penderita OMSK adalah Algoritma berikut5 :

    20

    BAB III

    KOMPLIKASI OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    18/36

    Otitis media supuratif kronis mempunyai potensi untuk menjadi serius karena

    komplikasinya yang sangat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian.

    Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang

    menyebabkan otore. Pemberian antibiotika telah menurunkan insiden komplikasi.

    Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya pengobatan, akan

    menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe

    maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang

    virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi. Komplikasi intra

    kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari OMSK yang

    berhubungan dengan kolesteatom.7

    3.1 Penyebaran Penyakit7

    Komplikasi OMSK terjadi apabila sawar ( barrier ) pertahanan telinga tengah

    yang normal dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur di sekitarnya.

    Pertahanan pertama ini adalah mukosa kavum timpani yang juga seperti mukosa saluran

    nafas, mampu melokalisasi infeksi. Bila sawr ini runtuh, masih ada sawr kedua, yaitu

    dinding tulang kacum timpani dan sel mastoid. Bila sawr ini runtuh, maka struktur lunak

    disekitarnya akan terkena. Runtuhnya periostium akan menyebabkan terjadinya abses

    subperiosteal, suatu komplikasi yang relatif tidak berbahaya. Apabila infeksi mengarah

    ke dalam, ke tulang temporal, maka akan menyebabkan paresis n.fasialis atau labirinitis.

    Bila ke arah kranial, akan menyebabkan abses ekstradural, tromboflebitis sinus lateralis,

    meningitis dan abses otak.

    Bila sawar tulang terlampaui, suatu dinding pertahanan ketiga yaitu jaringan

    granulasi akan terbentuk. Pada OMSK penyebaran terjadi mellui erosi tulang. Cara

    penyebaran lainnya adalah toksin masuk melalui jalan yang sudah ada, misalnya melalui

    fenestra rotundum, meatus akustikus internus, duktus perilimfatik, dan duktus

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    19/36

    endolimfatik.

    Dari gejala dan tanda yng ditemukan, dapat diperkirakan jalan penyebaran suatu

    infeksi telinga ke intrakranial.

    21

    3.1.1 Penyebaran Hematogen

    Penyebaran melalui osteotromboflebitis dapat diketahui dengan adanya (1)

    komplikasi terjadi paa awal suatu nfeksi atau eksaserbasi akut, dapat terjadi pada hari

    pertama atau kedua sampai hari ke sepuluh. (2) gejala prodormal tidak jelas seperti

    didapatkan pada gejala meningitis lokal. (3) Pada operasi, didapatkan dinding tulang

    telinga tegah utuh, dan tulang serta lapisan mukoperiosteal meradan dan mudah berdarah,

    sehingga disebut juga mastoiditis hemoragika.

    3.1.2 Penyebaran melalui erosi tulang

    Penyebaran melalui erosi tulang dapat diketahui bila (1) komplikasi etrjadi

    beberapa minggu atau lebih setelah awal penyakit. (2) gejala prodormal infeksi lokal

    biasanya mendahului gejala infeksi yang lebih luas, misalnya paresis n.fasiaringan yang

    hilang timbul mendahului paresis n.fasialisyang total, atau gejala meningtis lokal

    mendahului meningitis purulen. (3) pada operasi dapat ditemukan lapisan tulang yang

    rusak diantara fokus supurasi dengan struktur sekitarnya. Struktur jaringan lunak yang

    terbuka biasanya dilapisi oleh jaringan granulasi

    3.1.3 Penyebaran melalui jalan yang sudah ada

    Penyebaran melalui jalan ini dapat diketahui bila (1) komplikasi terjadi pada

    beberapa mingggu setelah awal penyakit, (2) ada serangan labirinitis atau meningitis

    berulang, mugkin dapat ditemukan fraktur tengkorak, riwayat operasi tulang atau riwayat

    otitis media yang sudah sembuh. Kompliksi intrakranial mengikuti komplikasi labirinitis

    supuratif. (3) pada operasi ditemukan jalan penjalaran melalui sawr tulang yang bukan

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    20/36

    oleh karena erosi

    Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial melewati 3 macam lintasan :

    1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak

    2. Menembus selaput otak.

    22

    3. Masuk kejaringan otak.

    Ad. 1 . Penyebaran ke selaput otak dapat terjadi akibat dari beberapa faktor.

    Melalui jalan yang sudah ada, seperti garis fraktur tulang temporal, bagian tulang yang

    lemah atau defek karena pembedahan, dapat memudahkan masuknya infeksi. Labirin

    juga dapat dianggap sebagai jalan penyebaran yang sudah ada, menyebabkan mudahnya

    infeksi ke fosa kranii media. Jalan lain penyebaran ialah melalui tromboflebitis vena

    emisaria menembus dinding mastoid ke duramater dan sinus duramater. Tromboflebitis

    pada susunan kanal haversian yang (osteitis atau osteomielitis) merupakan faktor utama

    penyebaran menembus sawar tulang daerah mastoid dan telinga tengah.

    Ad 2. Penyebaran menembus selaput otak.

    Dimulai begitu penyakit mencapai duramater, menyebabkan pakimeningitis. Duramater

    akan menebal, hiperemi, dan menjadi lebih melekat ke tulang. Jaringan granulasi

    terbentuk pada bagian duramater yang tidak melekat, dan ruang subduramater akan

    terobliterasi.

    Ad 3. Penyebaran ke jaringan otak.

    Pembentukan abses biasanya terjadi pada daerah di antara ventrikel dan permukaan

    korteks atau tengah lobus serebelum. Cara penyebaran infeksi ke jaringan otak ini dapat

    terjadi baik akibat tromboflebitis atau perluasan infeksi ke ruang Virchow Robin yang

    berakhir didaerah vaskular subkortek.

    3.2 Diagnosis Kompliksi yang Mengancam

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    21/36

    Pengenalan yang baik terhadap perkembngan suatu penyakit telinga merupakan

    prasyarat untuk mengetahui timbulnya komplikasi. Bila dalam medikamentosa tidak

    berhasil mengurangi gejala klinik dengan tidak berhentinya otorea, dan pada pemeriksaan

    otoskopik tidak menunjukkan berkurangnya reaksi inflamasi dan pengumpulan cairan

    maka harus diwaspadai kemungkinan terjadinya komplikasi. Pada stadium akut, naiknya

    suhu tubuh, nyeri kepala atau adayna tanda toksisitas seperti malaise, perasaan

    mengantuk (browsines), somnolen atau gelisah yang menetap dapat merupakan tanda

    23

    bahaya. Timblnya nyeri kepala di daerah parietal atau oksipital dan adanya keluhan mual,

    muntah yang proyektil serta kenaikan suhu badan yang menetap selam terapi diberikan

    merupakan tanda komplikasi intrakranial.

    Pada OMSK, tanda-tanda penyebaran penyakit dapat erjadi setelah sekret berhenti

    keluar, hal ini menandakan adanya sekret purulen yang terbendung.

    Pemeriksaan radiologik dapat membantu memperlihatkan kemungkinan kerusakan

    dinding mastoid, tetapi untuk yang lebih akurat diperlukan pemeriksan CT-Scan. Erosi

    tulang merupakan tanda nyata komplikasi dan memerlukan tindakan operasi segera. CT

    scan bermanfaat menegakkan diagnosis sehingga terapi dapat diberikan lebih ceoat dan

    efektif.

    Untuk melihan lesi otak, misalnya abses otak, hidrosefalusndan lain-lain dapat

    dilakukan pemeriksaan CT scan otak tanpa dan dengan kontras.

    3.3 Klasifikasi kompliksi OMSK

    Peberapa penulis mengemukakan klasifikasi kompliksai otitis media yng

    berlainan, tetpi dasarnya tetap sama.

    Adam dkk mengemukakan klasifikasi sebagai berikut7 :

    A. Komplikasi di telinga tengah :

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    22/36

    1. Perforasi persisten

    2. Erosi tulang pendengaran

    3. Paralisis nervus fasial

    B. Komplikasi telinga dalam

    1. Fistel labirin

    2. Labirinitis supuratif

    3. Tuli saraf ( sensorineural)

    C. Komplikasi ekstradural

    1. Abses ekstradural

    2. Trombosis sinus lateralis

    3. Petrositis

    D. Komplikasi ke susunan saraf pusat

    24

    1. Meningitis

    2. Abses otak

    3. Hindrosefalus otitis

    Paparella dan Shumrick (1980) membagi dalam :

    A. Komplikasi otologik

    1. Mastoiditis koalesen

    2. Petrositis

    3. Paresis fasialis

    4. Labirinitis

    B. Komplikasi Intrakranial

    1. Abses ekstradural

    2. Trombosis sinus lateralis

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    23/36

    3. Abses subdural

    4. Meningitis

    5. Abses otak

    6. Hidrosefalus otitis

    Shambough (1980) membagi atas komplikasi meningeal dan non meningeal :

    A. Komplikasi meningeal

    1. Abses ekstradural dan abses perisinus

    2. Meningitis.

    3. Tromboflebitis sinus lateral

    4. Hidrosefalus otitis

    5. Otore likuor serebrospinal

    B. Komplikasi non meningeal.

    1. Abses otak.

    2. Labirinitis.

    3. Petrositis.

    4. Paresis fasial.

    25

    3.4 Komplikasi di telinga tengah

    Akibat infeksi di telinga tengah hampir selalu berupa tuli konduktif.pada membrn timpani

    yang masih utuh, tetapi rangkaian tulang penengran terputus, akan menyebabkan tuli

    konduktif yang berat. Biasanya derjat tui konduktif tidak selalu berhubungan dengan

    penyakitnya, sebab jaringan patologis yang tedapat di kavum timpani pun , misalnya

    koleseatoma dapat menghantar suara ke telinga dalam.

    3.4.1 Perforasi membaran Timpani Persisten

    3.4.2 Erosi Tulang Pendengaran

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    24/36

    3.4. 3Preseis Nervus Facialis.

    Nervus fasialis dapat terkena oleh penyebaran infeksi langsung ke kanalis fasialis pada

    otitis media akut. Pada otitis media kronis, kerusakan terjadi oleh erosi tulang oleh

    kolesteatomatau oleh jaringan granulasi, disusul oleh infeksi ke dalam kanalis fasialis

    tersebut.

    Pada OMSK tindakan dekompresi harus segera dilakukan tanpa harus menunggu

    pemeriksaan elektrodiagnostik.

    3. 5 Komplikasi di Telinga Dalam

    Apabila tedapat peninggian tekanan di telinga tengah oleh produk infeksi, ada

    kemungkinan produk infeksi itu akan menyebar ke telinga dalam melalui tingkap bulat

    ( fenestra rotundum). Selama kerusakan hanya sampai bagian basalnya saja biasanya

    tidak menimbulkan keluhan pada pasien, akan tetapi apabila kerusakan telah menyebar ke

    koklea akan menjadi maslah. Hal ini sering dipakai sebagai indikasi untuk melakukan

    meringotomi segera pada pasien OMA yang tidak membaik dalam 48 jam dengan

    pengobatan medikamentosa saja.

    26

    Penyebaran oleh proses destruksi seperti oleh kolesteatom atau infeksi langsung ke

    labirin akan menyebabkan gangguan keseimbangan dan pendengaran, misalnya vertigo,

    mual dan muntah serta tuli saraf.

    3.5.1 Fistula Labirin

    OMSK terutama yang dengan kolesteatom dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada

    bagian vestibuler labirin sehingga terbentuk fistula. Pada keadan ini, infeksi dapat masuk

    sehingga terjadi labirinitis dan akhirnya terjadi kompliksai tuli total atau meningitis

    Fistula di labirin dapat diketahui dengan tes fistula yaitu dengan memberikan tekanan

    udara positif ataupun negatif ke liang telinga melalui otoskop Siegel dengan corong

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    25/36

    telinga yang ked atau balon kare dengan bentuk elips. Pada ujungnya yang dimasukkan

    ke dalam liang telinga. Balon karet dipencet dan udara di dalamnya akan menyebabkan

    perubahan tekanan udara di liang telinga. Bila fistula yang terjadi masih paten, maka

    akan terjadi kompresi dan ekspansi labirin membran. Tes fistula positif akan

    menimbulkan nistagmus atau vertigo. Tes vistula bisa negatif, bila fistulanya sudah

    tertutup ileh jaringan granulasi atau bila labirin sudah mati/paresis kanal.

    Pemeriksaan radiologik tomografi atau CT scan yang baik kadang-kadang dapat

    memperlihatkan fistula labirin, yang biasanya ditemukan di kanalis semisirkularis

    horisontal.

    Pada fistula labirin atau labirinitis, operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan

    infeksi dan menutup fistula, sehingga fungsi telinga dalam dapat pulih kembali. Tindakan

    bedah harus adekuat, untuk mengontrol penyakit primer. Matriks kolesteatom dan

    jaringan granulasi harus diangkat dari fistula sampai bersih dan daerah tersebut harus

    segera ditutup dengan jaringan ikat atau sekeping tulang/ tulang rawan.

    3.5. 2 Labirinitis Supuratif

    Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin disebut labirinits umum (general),

    dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan labirinitis yang terbatas

    (labirinitis sirkumskripta) menyebabkan vertigo saja atau tuli saraf saja.

    27

    Labirinitis terjadi karena penyebaran infeksi ke ruangan perilimfa. Terdapat dua bentuk

    labirinitis yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat berupa

    labirinitis serosa difus dan labirinitis sirkumskripta. Labirinitis supuratif dibagi dalam

    bentuk labirinitis akut difus dan labirinitis supuratif kronik difus.

    Pada labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa infasi sel radang,

    sedangkan pada labirinitis supuratif, sel radang menginfasi labirin, sehingga terjadi

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    26/36

    kerusakan yang irreversibel, seperti fibrosis dan osifikasi.

    Pada kedua bentuk labirinitis itu operasi harus segera dilakukan untuk menghialangkan

    infeksi dari telinga tengah. Kadang-kaang diperlukan juga drainase nanah dari labirin

    untuk mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotika yang adekuat terutam

    ditujukan kepada pengobatan otitis media kronik dengan/ tanpa kolesteatoma.

    3.5.3 Tuli Saraf ( Sensorineural )

    3.6 Komplikasi Ekstradural

    3.6.1 Abses Ekstra Dural

    Abses ekstradural ialah terkumpulnya nanah diantara duramater dan tulang. Pada otitis media

    supuratif kronis keadaan ini berhubungan dengan jaringan granulasi dan kolesteatoma yang

    menyebabkan erosi tegmen atau mastoid.

    Gejalanya terutama berupa nyeri telinga hebat dan nyeri kepala. Dengan foto rontgen

    mastoid yang baik, terutama posisi schuller, dapat dilihat kerusakan di lempen tegmen

    (tegmen

    plate) yang ,menandakan tembusnya tegemen. Pada umumnya abses ini baru diketahui pada

    waktu operasi mastoidektomi.

    3.6.2 Trombosis Sinus Lateralis

    Invasi infeksi ke sinus sigmoid ketika melewati tulang mastoid akan menyebabkan terjadinya

    trombosis sinus lateralis. Komplikasi ini sering ditemukan pada zaman pra-antibiotik, tetapi

    kini

    sudah jarang terjadi.

    Demam yang tidak dpat diterangkan penyebabnya merupakan tanda pertama dari infeksi

    pembuluh darah. Pada mulanya suhu tubuh turun naik, tetapi setelah penyakit menjadi berat

    28

    didapatkan kurve suhu yang naik turun dengan sangat curam disertai dengan menggigil.

    Kurve

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    27/36

    suhu demikian menandakan adanya sepsis.

    Rasa nyeri biasanya tidak jelas, kecuali bila sudah terdapat abses perisinus. Kultur darah

    biasanya positif, terutama bila darah diambil ketika demam.

    Pengobatan haruslah dengan jalan bedah, membuang sumber infeksi di sel-sel mastoid,

    membuang tulang yang berbatasan dengan sinus (sinus plate) yang nekrotik, atau membuang

    dinding sinus yang terinfeksi atau nekrotik. Jika sudah terbentuk trombus harus juga

    dilakukan

    drenase sinus dan mengeluarkan trombus. Sebelum itu dilakukan dulu ligasi vena jugulare

    interna

    untuk mencegah trombus terlepas ke paru dan ke dalam tubuh lain.

    3.6.3 Petrositis

    Kira-kira sepertiga dari populasi manusia, tulang temporalnya mempunyai sel-sel udara

    sampai ke apeks os petrosum. Terdapat beberapa cara penyebaran infeksi dari telinga tengah

    ke

    os petrosum. Yang sering ialah penyebaran langsung ke sel-sel udara tersebut.

    Adanya pertositis sudah harus dicurigai, apabila pada pasien otitis media terdapat keluhan

    diplopia, karena kelemahan n.VI. sering kali disertai dengan rasa nyeri di daerah parietal,

    temporal atau oksipital, oleh karena terkenanya n.V, ditambah dengan terdapatnya otore yang

    persisten, terbentuklah suatu sindrom yang disebut sindrom Gradenigo.

    Kecurigaan terhadap petrositis terutama bila terdapat nanah yang keluar terus menerus

    dan rasa nyeri yan menetap pasca mastoidektomi. Pengobatan petrositis ialah operasi serta

    pemberian antbiotika protokol komplikasi intrakranial. Pada waktu melakukan operasi telinga

    tengah dilakukan juga eksplorasi sel-sel udara tulang petrosum serta mengeluarkan jaringan

    patogen.

    3.6.4 Abses Subdural

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    28/36

    Abses subdural jarang terjadi sebagai perluasan langsung dari abses eksradural biasanya

    sebagai

    perluasan tromboflebitis melalui pembuluh vena.

    Gejalanya dapat berupa demam , nyeri kepala dan penurunan kesadaran sampai koma

    pada pasien OMSK. Gejala kelainan susunan saraf pusat bisa berupa kejang, hemiplegia dan

    pada

    pemeriksaan terdapat tanda kernig positif.

    29

    Pungsi lumbal perlu untuk membedakan abses subdural dengan meningitis. Paa abses

    subdural pada pemeriksaan likuor serebrospinal kadar protein biasanya normal dan tidak

    ditemukan bakteri. Kalau pada abses ekstradural nanah keluar pada waktu operasi

    mastoidektomi,

    pada abses subdural nanah harus dikeluarkan secara bedah saraf (neuro-srgical), sebelum

    dilakukan operasi mastoidektomi.

    3.6.5 Mastoiditis8

    Mastoiditis akut (MA) merupakan perluasan infeksi telinga tengah ke dalampneumatic

    system selulae mastoid melalui antrum mastoid. Walau dalam praktek kejadian

    komplikasi ini rendah, pengobatan harus secepat dan seefektif mungkin untuk

    menghindari komplikasi.

    Gejala klinis OMSK yang dicurigai MA antara lain otore purulen kental dalam jumlah

    banyak dan bau, tak menunjukkan perbaikan setelah pengobatan antibiotika selama dua

    minggu, nyeri belakang telinga. Pada pemeriksaan fisik mungkin akan ditemukan

    granulasi di dinding superoposterior kanalis auditorius eksterna, perforasi membran

    timpani, abses/fistel retroaurikula. Pada beberapa kasus dapat dijumpai perluasan abses

    ke ruang/rongga dalam leher sekitar mastoid seperti m.digastrikus,

    m.sternokleidomastoideus (Bezolds mastoiditis) dan paralisis nervus fasialis.

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    29/36

    Diagnosis mastoiditis ditegakkan melalui gejala klinis, pemeriksaan fisik dan

    pemeriksaan penunjang radiologi yang menunjukkan mastoiditis baik foto polos mastoid

    Schullermaupun CT scan mastoid.

    Pengobatan berupa antibiotika sistemik dan operasi mastoidektomi; meliputi dua hal

    penting : pertama pembersihan telinga (menyedot/mengeluarkan debris telinga dan

    sekret) kedua antibiotika baik peroral, sistemik ataupun topikal berdasarkan pengalaman

    empirik dari hasil kultur mikrobiologi. Pemilihan antibiotika umumnya berdasarkan

    efektifitas kemampuan mengeliminasi kuman (mujarab), resistensi, keamanan, risiko

    toksisitas dan harga.

    3.7 Komplikasi ke Susunan Saraf Pusat

    3.7.1 Meningitis

    Meningitis

    30

    Komplikasi otitis media ke susunan saraf pusat yang paling sering ialah meningitis.

    Keadaan ini dapat terjadi oleh otitis media akut, maupun kronis , serta dapat terlokalisasi,

    atau

    umum (general). Walau secara klinik kedua bentuk ini mirip, pada pemeriksaan likuor

    serebrospinal terdapat bakteri pada bentuk yang umum (general), sedangkan pada bentuk

    yang

    terlokalisasi tidak ditemukan bakteri.

    Gambaran klinik meningitis biasanya berupa kaku kuduk,kenaikan suhu tubuh, mual,

    muntah yang kadang-kadang muntahnya muncrat (proyektil), serta nyeri kepal hebat. Pada

    kasus

    yang berat biasanya kesadaran menurun (delir smpai koma). Pada pemeriksaan klinik

    terdapat

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    30/36

    kaku kuduk waktu difleksikan dan terdapat tanda kernig positif. Biasnaya kadar gula

    menurun

    dan kadar protein meninggi di likuor serebrospinal.

    Pengobatan meningitis otogenik ini ialah dengan mengobati meningitisnya dulu dengan

    antibiotik yang sesuai, kemudian infeksi di telinganya ditanggulangi dengan operasi

    mastoidektomi.

    3.7.2 Abses Otak

    Abses otak otogenik merupakan salah satu komplikasi intrakranial yang sering terjadi

    pada otitis media supuratif kronik tipe maligna1. Mortalitasnya masih sangat tinggi yaitu

    sekitar 40%. Penyebaran infeksi melalui beberapa cara yaitu 1) melalui tegmen timpani

    yang membentuk temporal abses, 2) melalui sinus sigmoid ke fossa kranii posterior yang

    membentuk abses serebellum, 3) dari labirin ke sakkus endolimfatikus yang membentuk

    abses serebellum. Dapat juga melalui vena-vena dan 4) melalui meatus akustikus

    internus. Pada kasus abses otak dimana Otitis Media Suppurativa Kronik (OMSK)

    sebagai faktor predisposisi, abses sering berlokasi pada lobus temporalis kemudian

    diikuti oleh abses pada serebellum. Dilaporkan dari 96% abses otak,62% abses berlokasi

    pada lobus temporal dan 34% pada serebellum. Proctor menyimpulkan bahwa pada era

    preantibiotika angka kematian karena abses otak 50-100%.Pada saat ini dengan

    penggunaan antibiotik angka kematian 12-40%.9

    Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar (barrier) pertahanan telinga tengah yang

    normal dilewati sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur sekitarnya.

    Pertahanan pertama ialah mukosa kavum timpani yang menyerupai mukosa saluran

    pernapasan yang mampu melokalisasi dan mengatasi infeksi. Bila sawar ini runtuh masih

    31

    ada sawar kedua yaitu dinding tulang kavum timpani dan sel mastoid. Bila sawar ini

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    31/36

    masih runtuh maka struktur lunak disekitarnya akan terkena. Bila infeksi supuratif meluas

    ke daerah sekitarnya, reaksi pertahanan lokal berusaha untuk bereaksi, biasanya berupa

    pembentukan abses yang terlokalisasi. Perluasan menembus tegmen akan menyebabkan

    abses ekstradura fossa media sedangkan perluasan menembus dinding posterior tulang

    temporal dapat menghasilkan abses ekstra dura atau abses perisinus. Penyebaran melalui

    selaput otak dimulai begitu penyakit mencapai dura menyebabkan pekimeningitis. Dura

    sangat resisten terhadap penyebaran infeksi sehingga akan menebal,hiperemikdan lebih

    melekat ke tulang. Bila suatu abses subdura terbentuk akibat penyebaran melalui tegmen,

    dapat menjadi besar karena longgarnya perlekatan dura dengan skuama os temporal.

    Apabila pertahanan pertama untuk mencegah penyebaran infeksi gagal karena telah

    terjadi nekrosis dura, terjadilah invasi ke ruang subdura. Walaupun biasanya ruangan ini

    telah terobliterasi oleh reaksi inflamasi sebelumnya,kadang-kadang terjadi juga empiema

    yang dapat meluas bahkan bisa sampai ke hemisfer kontra lateral.9

    Untuk diagnosis sampai sekarang masih merupakan problem untuk para dokter karena

    baik secara anamnesis, gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang sangat tidak spesifik.

    Kecurigaan terdapatnya abses otak pada pasien OMSK adalah bila timbul sakit kepala

    yang bersifat hemikranial atau yang paling sering pada seluruh kepala, menetap dan tidak

    berespon dengan pengobatan penurunan kesadaran, papil edema, defisit neurologis fokal

    tidak selalu dijumpai. Akan tetapi bila terdapat hal tersebut maka kecurigaan terhadap

    abses otak menjadi lebih kuat.9

    Gejala dan tanda klinis abses otak mengikuti patogenesis terjadinya abses seperti yang

    digambarkan oleh Neely dan Mawson yaitu :9

    1. Stadium inisial: gejalanya biasanya ringan dan sering terabaikan. Penderita

    mengeluh sefalgia, malaise, menggigil, rasa mengantuk, mual dan muntah. Gejala

    biasanya ringan, sering terabaikan dan kadang-kadang tampak sebagai eksaserbasi

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    32/36

    otitis media supuratif kronik. Gejala ini dapat menghilang dalam beberapa hari.

    32

    2. Stadium laten: secara klinis tidak jelas karena gejala berkurang, kadang-kadang

    masih terdapat malaise, kurang nafsu makan dan sakit kepala yang hilang timbul.

    Pada stadium ini abses terlokalisir dan terjadi pembentukan kapsul. Gejala ini

    dapat timbul beberapa minggu dan kadang-kadang sampai beberapa bulan.

    3. Stadium manifest : pada stadium ini abses mulai membesar dan menyebabkan

    gejala bertambah. Pada stadium ini dapat terjadi kejang fokal atau afasia pada

    abses lobus temporalis sedangkan pada abses serebellum dapat terjadi ataksia atau

    tremor yang hebat. Gejala klinik pada stadium ini terjadi karena peningkatan

    tekanan intrakranial dan gangguan fungsi serebrum atau serebellum yang

    menyebabkan tanda dan gejala fokal. Gejala dan tanda peningkatan tekanan

    intrakranial berupa; i) sakit kepala yang hebat, memburuk pada pagi hari, ii) mual

    dan muntah biasanya bersifat proyektil terutama bila lesi pada serebellum, iii)

    perubahan tingkat kesadaran berupa lethargi, kelemahan yang progresif, stupor

    edema biasanya tidak tampak pada kasus dini. Gejala ini tampak bila peningkatan

    tekanan intrakranial bertahan selama 2-3 minggu dan v) denyut nadi lambat dan

    temperature subnormal.

    4. Stadium akhir: pada stadium ini kesadaran makin menurun dari stupor sampai

    koma dan akhirnya meninggal yang disebabkan karena ruptur abses ke dalam

    sistem ventrikel dan rongga subarakhnoid1. Pemeriksaan penunjang untuk

    menegakkan diagnosis dapat berupa:

    1.Laboratorium: umumnya jumlah lekosit normal atau meningkat

    (

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    33/36

    tidak spesifik dan tindakan ini merupakan kontraindikasi untuk

    membuktikan kecurigaan abses otak.Penurunan kesadaran dapat terjadi

    pada 20% pasien yang dilakukan LP.

    Foto polos kepala, kurang bermakna, mungkin dapat memperlihatkan

    pergeseran kelenjar pineal yang mengalami kalsifikasi.

    Computed tomography (CT) Scan kepala: pemeriksaan ini sangatlah

    penting untuk menegakkan diagnosis abses otak merupakan pemeriksaan

    non invasif. Sebaiknya dilakukan dengan kontras. Pada pemeriksaan

    33

    dengan kontras, abses otak tampak sebagai daerah hipodens yang

    dikelilingi oleh lingkaran yang disebut tanda cincin (ring sign), penting

    untuk mengetahui ukuran dan lokasi abses serta membantu memantau

    perkembangan abses selama pengobatan.

    Magnetic resonance imaging (MRI): membantu mengidentifikasi abses

    otak pada stadium lebih awal dan lebih sensitif dalam mendeteksi

    penyebaran ekstra parenkimal ke ruang subarakhnoid.

    Prinsip terapi abses otak adalah menghilangkan fokus infeksi dan efek massa. Terapi

    medikamentosa dengan antibiotik dapat diberikan pada abses otak bila:9

    1. Keadaan pasien akan menjadi buruk bila tindakan bedah dilakukan

    2. Terdapatnya abses multipel terutama bila lokasinya saling berjauhan

    3. Letak abses di sebelah dalam atau daerah yang membahayakan

    4. Bersamaan dengan meningitis

    5. Bersamaan dengan hidrosefalus yang memerlukan shunt yang dapat menyebabkan

    infeksi pada tindakan bedah

    6. Bila setelah pemberian antibiotik pada 2 minggu pertama ukuran abses menjadi

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    34/36

    kecil. Pada penanganan medikamentosa diberikan antibiotik dosis tinggi secara

    parenteral. Pemberian antibiotik dapat dikombinasikan karena biasanya terjadi

    infeksi campuran dan diindikasikan pada infeksi yang berat.Pemilihan antibiotik

    biasanya sulit karena adanya variasi bakteri penyebab abses otak. Biasanya

    diberikan golongan penisilin untuk bakteri gram positif dan aminoglikosida untuk

    bakteri gram negatif dan yang lebih penting bakteri anaerob. Kombinasi

    penisilinase-resisten penisilin dan aminoglikosida dapat digunakan untuk bakteri

    aerob gram positif dan gram negatif. Kombinasi sefalosforin generasi ketiga dan

    metronidazol yang dapat melalui sawar darah otak dan merupakan efektif untuk

    bakteri anaerob. Harus diusahakan agar dapat diperoleh bahan baku untuk kultur

    dan tes kepekaan. Tes kepekaan dapat membantu pemilihan antibiotik dan

    diberikan sampai suhu badan menjadi normal. Kortikosteroid diberikan sebagai

    terapi tambahan untuk mengurangi pembengkakan otak dan efek desak ruang

    yang disebabkan oleh abses. Dapat diberikan 4 mg tiap 6 jam secara intravena.

    34

    Mengenai kapan dilakukan tindakan bedah pada abses otogenik ada beberapa pendapat

    dari para ahli. Saat kondisi pasien sudah stabil maka tindakan mastoidektomi dapat

    dilakukan dan biasanya sesudah 3-4 hari sesudah kraniotomi atau dapat lebih cepat

    tergantung keadaan umum pasien. Akan tetapi sebelum tindakan bedah dilakukan maka

    diberikan dulu antibiotik spektrum luas selama 2 minggu 1.9

    Pendapat yang lain mengatakan bahwa operasi mastoid dan bedah saraf dilakukan pada

    waktu yang berdekatan. Kontaminasi infeksi yang terus menerus dari mastoid ke jaringan

    otak akan menyebabkan respon pengobatan menjadi buruk. Selanjutnya ada yang

    berpendapat bahwa idealnya kedua operasi tersebut dilakukan bersamasama.

    Pada kasus-kasus berat tentu saja hal tersebut tidak mungkin dilakukan tetapi bila

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    35/36

    pengobatan infeksi telah berhasil mengurangi edema jaringan otak maka operasi mastoid

    harus dilaksanakan. Untuk penanganan abses dilakukan oleh ahli bedah saraf dengan

    pendekatan a) aspirasi melalui sawar b) eksisi abses c) insisi terbuka abses dan evakuasi

    pus.9

    3.7.3 Hidrosepalus Otitis

    Hidrosefalus otitis ditandai dengan peninggian tekanan likuor serebrospinal yang hebat tanpa

    adanya kelainan kimiawi dari likuor itu. Pada pemeriksaan terdapat edema papil, keadaan ini

    dapat menyertai otitis media akut atau kronis.

    Gejala berupa nyeri kepala yang menetap, diplopia, pandangan yang kabur, mual dan

    muntah. Keadaan ini diperkirakan disebabkan oleh tertekannya sinus lateralis yang

    mengakibatkan kegagalan absorpsi likuor serebrospinal oleh lapisan araknoid.

    35

    BAB IV

    PENUTUP

    1.1. Kesimpulan

    Otitis media supuratif kronik ialah infeksi kronik di telinga tengah lebih dari 2

    bulan dengan adanya perforasi membran timpani, sekret yang keluar dari telinga

    tengah dapat terus menerus atau hilang timbul. Sekret bisa encer atau kental, bening

    atau berupa nanah. Penyakit ini pada umumnya tidak memberikan rasa sakit kecuali

    apabila sudah terjadi komplikasi. Biasanya komplikasi didapatkan pada penderita

    OMSK tipe maligna seperti labirinitis, meningitis, abses otak dan dapat

    menyebabkan kematian.

    1.2. Saran

    Perburukan penyakit dan komplikasi akibat OMSK harus dihindari dengan

    menegakkan diagnosis secara tepat dan dini, diikuti dengan penatalaksanaan yang

  • 7/31/2019 Omsk Abdul halim Harahap Unaya

    36/36

    tepat pada penderita OMSK.

    36

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Aboet, A. Radang Telinga Tengah Menahun. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru

    Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah

    Kepala Leher pada Fakultas Kedokteran USU. Medan; 2007.

    2. Paparella et al. Otolaryngology. Volume II-Otology and Neuro-otology Third

    Edition. WB Saunders Company; 1991. p:1363.

    3. Soetjipto, damayanti et.al. Komite Nasional Penaggulangan Gangguan

    Pendengaran dan Ketulian.

    4. Burton, Martin et al. Hall & Collmans Diseases of The Ear, Nose and Throat

    Fifteenth Edition. Hartcourt Brace and Company Limited; 2000.p: 41-42

    5. Nursiah, Siti. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan terhadap

    beberapa Antibiotika di bagian THT FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan.

    Medan; 2003.

    6. Penatalaksanaan Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK). Cermin Dunia

    Kedokteran 163/vol.35 no.4/ JuliAgustus 2008.

    7. Soepardi, Efiaty Arsyad et.al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

    Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi ke enam. FKUI. Jakarta; 2007: p 79-80.

    8. Acuin, Jose. Chronic Suppurative Otitis Media. BMJ Clinical Evidence. London;

    January 2007.

    37

    38