112
i OPTIMALISASI PENGELOLAAN MOVING CLASS DI SMA SEMESTA SEMARANG (STUDI FUNGSI PENGELOLAAN KELAS) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam (KI) Disusun Oleh: Sri Wahyuningsih 063311028 JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

OPTIMALISASI PENGELOLAAN MOVING CLASSlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/121/jtptiain-gdl... · administrasi guru dan peserta didik, pengelolaan remedial dan pengayaan,

Embed Size (px)

Citation preview

i

OPTIMALISASI PENGELOLAAN MOVING CLASS

DI SMA SEMESTA SEMARANG

(STUDI FUNGSI PENGELOLAAN KELAS)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilmu Tarbiyah

Jurusan Kependidikan Islam (KI)

Disusun Oleh:

Sri Wahyuningsih

063311028

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2010

ii

ABSTRAK

Sri Wahyuningsih (NIM. 063311028). Optimalisasi Pengelolaan Moving Class di SMA Semesta Semarang (Studi Fungsi Pengelolaan Kelas). Skripsi. Semarang: Program Strata 1 Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1). Bagaimana pelaksanaan pengelolaan moving class di SMA Semesta Semarang?, 2). Bagaimana penerapan fungsi pengelolaan dalam system moving class di SMA Semesta Semarang?. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif lapangan dengan teknik pengumpulan data yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini berupa teknik analisis deskriptif. Temuan penelitian ini yaitu meliputi: (1) Pelaksanaan pengelolaan moving class yang ada di SMA Semesta meliputi, pertama: strategi pelaksanaan moving class, diantaranya penanggung jawab akademik, tim pengembang TIK, pengelola moving class. (2) Strategi pengelolaan moving class, yang meliputi: pengelolaan perpindahan peserta didik, pengelolaan ruang belajar-mengajar, pengelolaan pembelajaran, pengelolaan administrasi guru dan peserta didik, pengelolaan remedial dan pengayaan, pengelolaan penilaian. Penerapan fungsi pengelolaan dalam sistem moving class di SMA Semesta meliputi: (1) perencanaan, meliputi: ruang kelas, jam mengajar guru, pendistribusian jam guru mapel yang termuat dalam dalam Asc Timetables 2008 (program software). Perencanaan ini melibatkan waka kurikulum, guru, tim pengembang (teknologi informasi komunikasi) TIK. (2) pengorganisasian moving class meliputi: pembagian kerja dan tugas masing-masing guru, penanggung jawab akademik, tim pengembang TIK, serta pengelola moving class. Pengorganisasian di Semesta seperti diadakan Zume dalam bahasa Turki (musyawarah guru mata pelajaran) rutin 2 minggu sekali yang melibatkan antar guru per mapel (3) penggerakkan/pengarahan) moving class, meliputi:pengarahan terhadap masing-masing wali kelas serta guru mapel dibawah koordinator pendidikan Semesta. (4) pengawasan di SMA Semesta, meliputi: memonitoring jalannya moving class berdasarkan hasil rapat pendidikan rutin setiap hari senin, dan supervisi yang dilakukan tiap hari di bawah koordinator pendidikan .

Selanjutnya, semoga penelitian ini diharapkan menjadi khazanah dan masukan bagi pengelola SMA Semesta, bahan informasi bagi civitas akademika dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

iii

KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS TARBIYAH Alamat: Prof. Dr. Hamka Kampus II Telp. 7601295 Fak. 7615387 Semarang

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Semarang, 9 Desember 2010 Lamp : 4 (Empat) Eksemplar Hal : Naskah Skripsi Kepada Yth.

An. Sdri. Sri Wahyuningsih Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi saudara: Nama : Sri Wahyuningsih

NIM : 063311028

Judul : OPTIMALISASI PENGELOLAAN MOVING CLASS DI SMA

SEMESTA SEMARANG (STUDI FUNGSI PENGELOLAAN

KELAS)

Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat dimunaqosahkan.

Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Drs. Ikhrom, M.Ag. Ismail, M.Ag. NIP. 19650329 199403 1 002 NIP. 19711021 199703 1 002

iv

v

PERNYATAAN

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi

ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.

Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain kecuali

informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 9 Desember 2010

Deklarator, Sri Wahyuningsih NIM. 063311028

vi

MOTTO

¨y∩∉∪ # Zô£ç„ ô£ãè ø9$#ì tΒβ Î) “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”(Surat Al- Insyirah: 6).1

1 Syamil Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung; Syamil Cipta Media, 2004 ),

hlm.596.

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayahanda H. Muntholib dan Ibundaku tercinta Hj. Fathikhatun,

terimakasih atas segala pengorbanan dan kasih sayangnya serta untaian

do’a yang tiada henti, sehingga penulis mampu menyelesaikan

penyusunan skripsi ini.

2. Mba Andriani, mas Agus Rahmanto, terima kasih atas semangatnya.

3. Ponakanku tercinta Andrian Amiruddin Rahmanto, yang selalu memberiku

keceriaan.

4. Ahmad Fathurrahman & Ari Syarifuddin, adek-adeku sayang, semoga

menjadi orang yang bermanfa’at.

5. Kakakku yang jauh disana, terima kasih atas penantiannya.

6. Mbah Khanah, Mbah Rantimah, terimakasih atas do’a yang tiada henti.

7. Om Son, Bule Ulfa, terimakasih atas dukungannya.

8. Kawan-kawan KI 2006, sedulur-sedulur KKN desa Sumberrejo dan

temen-temen PPL di SMP Nurul Islam Semarang, senang bisa belajar

bersama kalian.

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan yang mengajari kita ilmu

dengan pena dan mengajari manusia atas apa-apa yang tidak diketahui. Shalawat

dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita, manusia yang paling

mulia, Nabi besar Muhammad Saw, berikut keluarga dan sahabat-sahabat beliau..

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis menyampaikan terima

kasih kepada:

1. Dr. Sudja’i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang.

2. Ismail SM, M.Ag selaku Ketua jurusan dan Dr. Mustofa, M.Ag selaku

Sekretaris jurusan Kependidikan Islam atas masukan dan semangatnya.

3. Drs. Ikhrom, M.Ag, selaku pembimbing 1 dan Ismail, SM, M.Ag selaku

pembimbing 2 yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan

pikirannya untuk membimbing serta mengarahkan penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Para dosen serta staf pengajar dan pegawai di lingkungan Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali penulis

berbagai pengetahuan.

5. Pak Rikza, terima kasih atas dukungannya.

6. Bapak M. Haris selaku Kepala Sekolah SMA Semesta Semarang, Bapak

Riris Fatmanto selaku Waka Kurikulum, Ibu Ida Verawati selaku guru

PAI, beserta semua staf pengajar dan pegawai SMA Semesta, terima kasih

atas bantuan dan dukungan datanya selama penelitian.

7. Semua pihak yang telah memberi dukungan baik moril maupun materiil

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberi apa-apa yang berarti,

hanya do’a semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah dengan sebaik-baik

balasan serta selalu dalam lindungan-Nya.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, baik dalam penyusunan kata, landasan teori, dan beberapa aspek

ix

inti didalamnya. Oleh karena itu, kritik saran yang konstruktif sangat diharapkan

demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semuanya.

Amin.

Semarang, 9 Desember 2010 Penulis,

Sri Wahyuningsih NIM. 063311028

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... v

HALAMAN MOTTO ................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ............................................................ viii

HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah....................................................... 1

B. Penegasan Istilah ................................................................. 2

C. Perumusan Masalah ............................................................. 3

D. Tujuan Penelitian ................................................................ 3

E. Kajian Pustaka ..................................................................... 4

F. Metode Penelitian ................................................................ 6

BAB II : PENGELOLAAN KELAS DAN PENERAPAN MOVING CLASS A. Konsep Dasar Pengelolaan Kelas......................................... 11

1. Pengertian Pengelolaan Kelas………………………… 11

2. Ruang Lingkup Pengelolaan Kelas……………………. 14

3. Tujuan Pengelolaan Kelas……………………………... 21

4. Fungsi Pengelolaan Kelas……………………………... 22

5. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas…………………….. 25

6. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas…………………. 26

B. Konsep Penerapan Moving Class......................................... 28

1. Pengertian Moving Class…………………….………... 28

2. Tujuan Moving Class………………………………….. 29

xi

3. Strategi Pelaksanaan Moving Class…………………….. 32

4. Strategi Pengelolaan Moving Class.................................. 35

BAB III : PENGELOLAAN MOVING CLASS DI SMA SEMESTA

SEMARANG

A. Gambaran Umum SMA SEMESTA………….. .................. 43

B. Pelaksanaan Pengelolaan Kelas di SMA Semesta .............. 48

C. Penerapan Moving Class di SMA Semesta.......................... 54

D. Refleksi Siswa Terhadap Penerapan Moving Class di

SMA Semesta....................................................................... 64

BAB IV : ANALISIS PENGELOLAAN MOVING CLASS DI SMA

SEMESTA SEMARANG

A. Analisis Pelaksanaan Pengelolaan Kelas di SMA Semesta . 66

B. Analisis Fungsi Pengelolaan Dalam Penerapan Sistem

Moving Class di SMA Semesta ........................................... 73

C. Analisis Refleksi Siswa Terhadap Penerapan Moving

Class di SMA Semesta……………………………............. 84

BAB V : PENUTUP

A. Simpulan .............................................................................. 88

B. Saran..................................................................................... 89

C. Penutup................................................................................. 89

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil Wawancara

2. Daftar siswa

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

4. Format Penilaian

5. Jadwal Moving Class

6. Foto-foto kegiatan

7. Lain-lain

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Konsep moving class nampaknya belum banyak dilirik oleh sekolah –

sekolah. Mungkin karena penerapan konsep ini secara infrastruktur jauh lebih

mahal dari sekolah konvensional. Dalam sekolah konvensional pihak yayasan

atau komite sekolah cukup menyediakan beberapa ruang kelas satu lab

komputer, tiga lab sains (fisika, kimia, biologi). Tetapi dalam moving class,

setiap kelas harus dilengkapi dengan fasilitas keilmuan sesuai bidang studi.

Tentu saja model ini akan banyak fasilitas yang harus disediakan.

Masalah lainnya adalah kerumitan pengaturan manajemen pergerakan

siswa dalam pembagian tanggung jawab ruang kelas. Dalam segi konsep,

penerapan moving class harus dilandasi kefasihan penguasaan MBS

(manajemen berbasis sekolah). Sehingga kinerja sekolah bisa teraudit secara

transparan dan visi sekolah mandiri dapat terwujud dengan elegan.

Moving class merupakan adopsi dari sistem pembelajaran di perguruan

tinggi. Pelaksanaannya dilakukan dengan peserta didik berpindah ruangan

sesuai mata pelajaran yang ditempuhnya. Ruang kelas dilengkapi dengan

peralatan penunjang pembelajaran. Sesuai karakteristik mata pelajaran

tertentu. Dengan demikian, peserta didik memperoleh suasana baru. Ini dapat

mengurangi tingkat kejenuhan, peserta didik dapat lebih bersemangat

menerima pelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Terkait keberhasilan pengelolaan moving class, maka wakil kepala

sekolah urusan kurikulum dan guru yang terlibat sangat berperan penting

dalam pengelolaan. Dengan pengelolaan moving class yang baik maka peserta

didik akan mendapat pelayanan menurut kebutuhannya dan mencapai hasil

pendidikan yang maksimal secara efektif dan efisien

2

Oleh karna itu pengelolaan moving class perlu dipersiapkan dan

dikoreksi dilihat dari fungsi pengelolaan.

Hal ini terkait dengan adanya peraturan menteri pendidikan nasional

Nomor 41 tahun 2007 untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dalam

pasal 1 yang berbunyi “Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan

menengah mencakup perencanaan pembelajaran, pelaksana proses

pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses

pembelajaran”.

Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan

menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang

yang cukup prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat

dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.1

Dari latar belakang diatas berbagai persoalan yang ada itulah maka,

penulis ingin lebih mengetahui lebih lanjut pengelolaan moving class di SMA

Semesta Semarang.

B. Penegasan Istilah

1. Optimalisasi

Optimalisasi adalah paling baik, tertinggi, terbagus.2 Yang

dimaksud dalam optimalisasi di sini adalah pengelolaan moving class

untuk meningkatkan dan menjadi lebih baik.

2. Pengelolaan

Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah

awal “pe” dan akhiran “an”,3 yaitu proses kegiatan tertentu dengan

1 Badan Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Dasar Dan Menengah, hlm.1

2 Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta; Balai Pustaka, 2005), hlm.800.

3 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar-Mengajar (edisi revisi), (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.175.

3

menggerakkan tenaga orang lain. Pengelolaan ini diarahkan ke fungsi

pengelolaan kelas untuk mencapai hasil yang lebih baik dan optimal.

3. Moving Class

Moving class merupakan kegiatan pembelajaran dengan peserta

didik berpindah sesuai dengan pelajaran yang diikutinya.4

4. SMA Semesta Semarang

Merupakan sekolah nasional berasrama yang menerapkan sistem

pendidikan berkualitas internasional. SMA Semesta adalah sekolah

unggulan yang didirikan oleh Yayasan Al-Firdaus Indonesia yang

bekerjasama dengan Assosiasi Pasiad Turki.

Jadi, yang penulis maksud dengan judul “Optimalisasi Pengelolaan

Moving Class di SMA Semesta Semarang” (Studi Fungsi Pengelolaan

Kelas) adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengelolaan

moving class di SMA Semesta Semarang.

C. Perumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi pokok

permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan pengelolaan moving class di SMA Semesta

Semarang?

2. Bagaimana penerapan fungsi pengelolaan dalam sistem moving class

di SMA Semesta Semarang?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berpijak pada pokok penelitian di atas maka tujuan penelitian ini

sebagai berikut:

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

4 Bandono, SMA Negeri 7 Yogyakarta Mencoba Terapkan Moving Class,

http://seveners.com/berita/sma-negeri-7-yogyakarta-mencoba-terapkan-moving-class/, download tanggal 10 juli 2010.

4

1. Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap tentang penerapan

pengelolaan moving class di SMA Semesta Semarang dalam bidang

pendidikan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

2. Untuk mengetahui strategi yang diambil dalam penerapan moving class

yang diterapkan di SMA Semesta Semarang.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

Manfaat Teoritis

1. Maka penulis dapat mengetahui tentang pelaksanaan pengelolaan moving

class serta penerapan fungsi pengelolaan moving class khususnya di SMA

Semesta Semarang. Disamping itu kiranya dapat menambah kepustakaan

khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan moving class.

Manfaat Praktis

2. Bagi SMA Semesta Semarang fokus penelitian ini sebagai masukan,

bahan dokumentasi historis dan bahan pertimbangan untuk mengambil

langkah-langkah guna meningkatkan pengelolaan moving class. Dan

penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi lembaga-lembaga lain,

khususnya lembaga pendidikan Islam tentang pengelolaan moving class.

E. Kajian Pustaka

Untuk menunjukkan posisi dalam penelitian ini bahwa kajian ini

belum ada yang melakukannya, maka penulis akan memaparkan tulisan yang

sudah ada. Dari sini nantinya akan penulis jadikan sebagai sandaran teori dan

sebagai perbandingan dalam mengupas berbagai permasalahan penelitian ini,

sehingga memperoleh hasil penemuan baru yang betul-betul otentik. Di

antaranya penulis paparkan sebagai berikut:

Pertama, skripsi karya Ahmad Sugeng Budiarjo Nim 3104268 berjudul

“Kemampuan Manajemen Kelas Guru Rumpun Mapel PAI di MTS NU Nurul

Huda Mangkang Kulon Semarang Tahun 2009”. Dalam karya tersebut

menjelaskan tentang kemampuan guru dalam mengelola pelaksanaan proses

5

pembelajaran dari kemampuan manajemen tata ruang kelas, waktu, materi,

dan siswa. Untuk menciptakan dan mengendalikan proses pembelajaran guna

mencapai tujuan pengajaran yang dikehendaki.

Kedua, skripsi karya Mazidah Nim 3101347 yang berjudul

“Implementasi Keterampilan Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran PAI di

SMPN 18 Semarang”. Dalam karya tersebut membahas tentang kompetensi

yang dimiliki oleh seorang guru yang cukup mendasar yaitu, keterampilan

guru dalam manajemen pembelajaran dimana harus dapat membaca situasi

kemudian dianalisis secara sistematis, diharapkan agar setiap guru dapat

memiliki kemampuan atau keterampilan mengelola kelas dengan cara yang

lebih baik.

Ketiga, skripsi karya Nikmah Kurniawati Nim 3101308 berjudul

“Pengaruh Pengelolaan Kelas Guru PAI terhadap keaktifan siswa di kelas VII

Tawangharjo Kabupaten Grobogan Tahun 2006”. Penulis menjelaskan

sebagai pengelola guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik

kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan untuk

membimbing proses-proses intelektual di dalam kelasnya. Dengan demikian

guru tidak hanya memungkinkan siswa belajar, tetapi juga mengembangkan

kebiasaan bekerja dan belajar secara efisien dan efektif di kalangan siswa.

Pengelolaan kelas yang baik akan lebih merangsang guru untuk

melakukan pembelajaran secara lebih baik serta akan merangsang siswa untuk

mencari dan menemukan secara mandiri akan adanya kesungguhan dalam

belajar serta menumbuhkan kemandirian dan kepercayaan diri atau dengan

kata lain pengelolaan kelas yang baik akan merangsang keefektifan siswa

dalam proses belajar mengajar.

Meskipun ada kemiripan dengan hasil penelitian-penelitian di atas,

namun penelitian dalam skripsi ini berbeda dengan yang sudah ada. Fokus

pembahasan dalam skripsi ini adalah optimalisasi pengelolaan moving class.

F. Metodologi Penelitian

6

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan

menggunakan metode survey dan bersifat deskriptif. Yaitu prosedur

pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/

melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan

fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.5

Subjek dari penelitian ini adalah Waka Kurikulum yang berperan

serta dalam pengelolaan moving class. Guru PAI yang terkait dalam

proses pembelajaran. Serta siswa yang terkait dengan refleksi penerapan

moving class.

2. Fokus Penelitian

Penelitian difokuskan terhadap bagaimana penerapan fungsi

pengelolaan moving class di SMA Semesta Semarang.

3. Sumber Data

Sumber data dimaksud adalah sumber data dalam penelitian

merupakan subjek dari mana data diperoleh.6

a. Data primer yakni data yang diperoleh langsung dari subjek

penelitian dengan menggunakan alat pengukuran/pengambilan data

langsung pada subjek sebagai informasi yang dicari.7 Data primer ini

terkait dengan pengelolaan moving class. Data diambil dari sumber

yang bersangkutan yaitu Waka Kurikulum, guru PAI di SMA

Semesta Semarang. Serta siswa yang terkait dengan refleksi

penerapan moving class.

b. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain, tidak

langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitian. Data

5 Hadari Nawawi, Mimi Martini, Penelitian Terapan, (Yogyakarta; Gadjah Mada Univesity

Press, 1996), hlm.73. 6 Suharmi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik, (Jakarta; Rineka Cipta,

2006), hlm.129. 7 Saefudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005), hlm.91.

7

sekunder berupa data dokumentasi atau data lain. Data sekunder

untuk penelitian ini adalah arsip-arsip atau dokumentasi yang

berkaitan dengan pengelolaan moving class.

4. Metode Pengumpulan Data

Ada tiga metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam

penelitian ini yaitu:

a. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan

secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek

penelitian.8 Sedangkan Suharmi Arikunto menjelaskan bahwa

sebagai metode ilmiah, observasi dapat diartikan sebagai

pengamatan, meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu objek

dengan menggunakan seluruh alat indera.9

Observasi metode ini digunakan untuk memperoleh data

langsung dilakukan oleh peneliti juga yaitu untuk mengamati

pelaksanaan pengelolaan moving class di SMA Semesta Semarang.

b. Wawancara

Wawancara adalah sebuah percakapan dengan maksud

tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancara

(interviwee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan.10 Dalam hal

ini wawancara peneliti gunakan untuk mendapatkan data yang belum

didapatkan melalui observasi. Metode ini digunakan kepada sumber-

sumber primer yang terkait dengan data primer.

Diantara pihak yang akan peneliti wawancara yaitu Waka

Kurikulum SMA Semesta Semarang, terkait dengan pengelolaan

8 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm.158. 9 Suharmi Arikunto, Op.Cit., hlm.156 10 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: Rosda Karya,

2009), hlm.186.

8

moving class yang mendukung penelitian. Kemudian guru PAI yang

terkait langsung dengan proses pembelajaran. Serta siswa yang

terkait dengan refleksi penerapan moving class.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang

tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui

dokumen. Dokumen yang digunakan dapat berupa buku harian, surat

pribadi, laporan notulen rapat dan dokumen lainnya.11 Dalam hal ini

penulis menggunakan metode dokumentasi ini dipergunakan untuk

memperoleh data berupa rekaman, foto-foto yang terkait dengan

pengelolaan moving class, untuk memperoleh data yang belum

tercover melalui metode observasi dan wawancara.

5. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menata data dari

hasil observasi, wawancara dan dokumentasi secara sistematis untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan

menyajikannya sebagai temuan bagi yang lain. Sedangkan untuk

meningkatkan pemahaman tersebut, analisis perlu dilanjutkan dengan

menemukan arti sebenarnya dengan berupaya mencari makna

(interpretasi).12

Dalam melakukan analisis data penulis menggunakan metode

triangulasi data, yakni metode dengan teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.13

Triangulasi pada penelitian ini, peneliti gunakan sebagai

pemeriksaan melalui sumber lainnya. Dalam pelaksanannya peneliti

11 Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta; Ghalia Indonesia, 2002),

hlm.87. 12 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung; Mandar Maju, 1990), hlm.

87. 13Lexy J. Moleong, op.cit., hlm. 330.

9

melakukan pengecekan data yang berasal dari hasil wawancara dengan

waka kurikulum, guru PAI, yang terkait dengan pengelolaan moving

class. Serta siswa SMA Semesta yang terkait refleksi terhadap

penerapan moving class.

Lebih jauh lagi, hasil wawancara tersebut kemudian peneliti

telaah lagi dengan hasil pengamatan yang peneliti lakukan selama masa

penelitian untuk mengetahui bagaimana penerapan moving class yang

ada di SMA Semesta apakah sudah terbukti menerapkan 4 fungsi

pengelolaan.

Setelah semua data terkumpul, maka penulis akan berusaha

untuk dapat menjelaskan objek permasalahan secara sistematis serta

memberikan analisis secara cermat dan tepat terhadap objek kajian

tersebut.

Dalam memberikan interpretasi data yang diperoleh, penulis

menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian

yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang

bersifat sekarang.14 Jadi penulis menggunakan metode deskriptif untuk

mendeskripsikan penerapan moving class yang ada di SMA Semesta

Semarang.

Kemudian agar data yang diperoleh nanti sesuai dengan kerangka

kerja maupun fokus masalah, akan ditempuh tiga langkah utama dalam

penulisan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Miles dan

Huberman, bahwa aktifitas dalam analisis kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga

datanya sudah jenuh.15 Tiga langkah meliputi:

a. Data reduction (Reduksi data)

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian dicari tema dan

14 Nana Sudjana & Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru,

1989), hlm. 64. 15 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2008), cet. 4, ,

hlm. 91.

10

polanya. Reduksi data dimaksudkan untuk menentukan data ulang

sesuai dengan permasalahan yang akan penulis teliti, dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang

lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya. Disini data penerapan moving class

di SMA Semesta Semarang yang diperoleh dan terkumpul, baik dari

hasil penelitian lapangan/kepustakaan kemudian dibuat rangkuman.

b. Data display (Penyajian data)

Penyajian data adalah suatu cara merangkai data dalam suatu

organisasi yang memudahkan untuk membuat kesimpulan atau

tindakan yang diusulkan.16 Sajian data dimaksudkan untuk memilih

data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian tentang penerapan

moving class di SMA Semesta Semarang. Artinya data yang telah

dirangkum tadi kemudian dipilih. Sekiranya data mana yang

diperlukan untuk penulisan laporan penelitian.

c. Conclusion drawing/verification

Langkah ketiga yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan ini akan diikuti dengan bukti-bukti yang di peroleh

ketika penelitian di lapangan. Verifikasi data dimaksudkan untuk

penentuan data akhir dari keseluruhan proses tahapan analisis,

sehingga penerapan fungsi pengelolaan dalam sistem moving class di

SMA Semesta apakah sudah sesuai dengan fungsi pengelolaan.

16 Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), cet. 1,

hlm. 167.

11

BAB II

KONSEP PENGELOLAAN KELAS DAN PENERAPAN

MOVING CLASS

A. Konsep Dasar Pengelolaan Kelas

Sebelum membahas mengenai penerapan moving class, disini

peneliti terlebih dahulu akan membahas mengenai pengelolaan kelas yang

merupakan komponen penting dalam manajemen pendidikan, yang mana

dalam kelaslah aplikasi dari pengelolaan yang lain akan dirasakan

langsung oleh peserta didik, baik itu terkait dengan sarana prasarana,

kurikulum ataupun pembelajarannya.

1. Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas adalah proses pemberdayaan sumber daya

baik material element maupun human element di dalam kelas oleh

guru sehingga memberikan dukungan terhadap kegiatan belajar siswa

dan mengajar guru.1

Menurut Hadari Nawawi Pengelolaan kelas dapat diartikan

sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan

potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada

setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan

terarah sehingga waktu dan dana tersedia dapat dimanfaatkan secara

efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan

dengan kurikulum dan perkembangan murid.2

Menurut Suharmi Arikunto pengelolaan kelas adalah suatu

usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar

1 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Indonesia, Manajemen

Pendidikan, (Alfabeta: Bandung, 2009), hlm. 108. 2 Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta:Haji

Masagung, 1989),hlm.116.

12

mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi

optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar yang diharapkan.3

Menurut Made Pidarta pengelolaan kelas adalah proses seleksi

dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi

kelas.4 Ini berarti guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan

memelihara sistem/organisasi kelas, sehingga anak didik dapat

memanfaatkan kemampuannya, bakatnya, dan energinya pada tugas-

tugas individual.

Dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah suatu

upaya memberdayagunakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin

untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan

pembelajaran.

Kegiatan pengelolaan kelas merupakan suatu kegiatan yang

dilakukan oleh guru yang erat hubungannya dengan pengajaran dan

salah satu prasyarat untuk terciptanya proses belajar mengajar yang

efektif. Untuk itu tugas dan tanggungjawab guru meliputi 3 aspek

Menurut Peters dalam Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar yang

dikutip oleh Nana Sudjana, yakni:

a. Guru sebagai pengajar, lebih menekankan kepada tugas dalam

merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru

dituntut untuk memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan

teknis mengajar, disamping menguasai ilmu atau bahan yang akan

diajarkannya.

b. Guru sebagai pembimbing, memberi tekanan kepada tugas,

memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah

yang dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik sebab

tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan

3 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar-Mengajar (Edisi Revisi), (Jakarta, Rineka Cipta, 2006), hlm.177.

4 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta; Rineka Cipta, 2005), hlm. 172

13

akan tetapi juga menyangkut pengembangan kepribadian dan

pembentukan nilai-nilai para siswa.

c. Guru sebagai administrator kelas, memiliki kemampuan tata ruang

untuk pengajaran, serta mampu menciptakan iklim belajar-

mengajar berdasarkan hubungan manusiawi yang harmonis dan

sehat.

Disamping faktor guru, kualitas pengajaran dipengaruhi juga

oleh karakteristik kelas. Diantara variabel karakteristik kelas yaitu:

a. Besarnya kelas (class size), artinya banyak sedikitnya jumlah siswa

yang belajar. Diduga makin besar jumlah siswa yang harus dilayani

guru dalam satu kelas, makin rendah kualitas pengajaran, demikian

pula sebaliknya.

b. Suasana belajar. Suasana belajar yang demokratis akan

memberikan peluang dalam mencapai hasil belajar yang optimal,

dibandingkan dengan suasana belajar yang kaku, disiplin dan ketat,

dengan otoritas ada pada guru. Dalam suasana belajar yang

demokratis, ada kebebasan siswa dalam belajar, mengajukan

pendapat, berdialog dengan teman sekelas. Belajar yang serba

diatur akan menumbuhkan perasaan cemas dan khawatir pada

siswa, sehingga menghambat kekreatifan belajar siswa.

c. Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia. Sering ditemukan

bahwa guru merupakan satu-satunya sumber belajar di kelas,

situasi seperti ini kurang menunjang kualitas pengajaran, sehingga

hasil belajar yang dicapai siswa tidak optimal. Oleh karena itu

kalas diusahakan sebagai laboratorium belajar siswa. Artinya kelas

harus menyediakan berbagai sumber belajar seperti buku pelajaran,

alat peraga dan lain-lain. Disamping itu guru harus memberi

kesempatan siswa untuk berperan sebagai sumber belajar.5

5 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung; Algesindo,

2009) Ibid, hlm. 15-42

14

2. Ruang Lingkup Pengelolaan Kelas

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa pengelolaan kelas

adalah proses pemberdayaan sumber daya baik material element

maupun human element yang di lakukan oleh guru untuk mendukung

kegiatan belajar mengajar di dalam kelas agar terjadi interaksi edukatif

yang efektif. Sebagai sebuah proses maka dalam pelaksaannya

pengelolaan kelas memiliki kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan

oleh guru. Dalam pengelolaan kelas ini juga terkandung maksud

bahwa kegiatan yang dilakukan efektif mengenai sasaran yang hendak

dicapai dan efisien karena tidak menghambur-hamburkan waktu, uang

dan sumber daya lainnya.

Secara garis besar ada dua kegiatan dalam pengelolaan kelas

yaitu:

a. Pengaturan (orang) siswa

Siswa adalah orang yang melakukan aktifitas dan kegiatan di

kelas yang ditempatkan sebagai obyek dan arena perkembangan

ilmu pengetahuan dan kesadaran manusia, maka siswa bergerak

kemudian menduduki fungsi sebagai subyek. Artinya siswa bukan

barang atau obyek yang hanya dikenai akan tetapi juga objek yang

memiliki potensi dan pilihan untuk bergerak.

Jadi pergerakan yang terjadi dalam konteks pencapaian

tujuan tidak sembarang, artinya disini fungsi guru memiliki

proporsi yang besar dalam rangka membimbing, mengarahkan dan

memandu segala aktifitas yang dilakukan oleh siswa. Oleh karena

itu pengaturan siswa adalah bagaimana mengatur dan

menempatkan siswa dalam kelas sesuai dengan potensi intelektual

dan perkembangan emosionalnya. Siswa diberi kesempatan untuk

15

memperoleh posisi dalam belajar yang sesuai dengan minat dan

keinginannya.6

Peserta didik merupakan orang yang sedang tumbuh dan

berkembang, baik secara fisik maupun psikologis dalam rangka

mencapai tujuan pendidikannya melalui lembaga pendidikan

formal, khusunya berupa sekolah.

Dalam pengelolaan kelas kegiatan pengaturan peserta didik

meliputi:

1) Pembentukan Organisasi Siswa

Wali atau guru kelas harus mampu membagi beban kerja

dan pemberian wewenang dan tanggung jawab secukupnya,

kepada semua warga sekolah, tidak hanya dikalangan guru,

tetapi murid juga hendaknya memperoleh beban kerja sebagai

wujud rasa tanggungjawab siswa terhadap kelas, dan

menumbuhkan jiwa kepemimpinan dalam diri siswa, karena

pada dasarnya setiap orang merupakan pemimpin baik bagi diri

sendiri ataupun orang lain. Sebagaimana hadits Rosulullah:

لى اهللا عليه وسلمص هللا لوس رنٲ عنهاهللا يض رهللا ادب عنع

7.)ىبخاره ارو ( ...رعيته عن فمسؤول عا ركملآ: الق

“Dari Abdilah, bahwa Rasullullah SAW bersabda: kalian adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban”... (HR. Bukhari).8

Adanya pengorganisasian siswa di dalam kelas juga

melatih dan menciptakan ketertiban kelas, Aspek yang

terpenting dalam pengorganisasian ini adalah usaha

6 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Indonesia, Op.Cit., hlm.108. 7 Abi Abdilah Muhammad Bin Ismail Bukhari, Shahih Bukhari, (Singapura.TT), Juz

2, hlm.84. 8 Imam Nawawi, Riyadusholihin Jilid 1, (Jakarta; Pustaka Amani, 1999), hlm.604.

16

menempatkan personal yang tepat pada tempat yang tepat,

dengan memperhatikan kemampuan ataupun pengalamannya.

Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya yang berjudul

guru dan anak didik dalam interaksi edukatif mengatakan:

Organisasi-organisasi kelas pada umumnya berbentuk

sederhana yang personelnya meliputi ketua kelas, wakil

ketua kelas, bendahara, sekertaris, dan beberapa buah seksi

sesuai keperluan. Pemilihan para personel kelas dilakukan

oleh anggota kelas (para anak didik) secara demokratis

dengan dibimbing oleh guru kelas (wali kelas). Dengan

kegiatan seperti ini guru sudah melakukan kegiatan

manajerial.9

Dengan adanya organisasi kelas ini diharapkan akan

membantu guru baik dalam ketertiban kelas, ataupun dalam

melukukan pengawasan, dan juga menciptakan kekompakan

dan rasa kekeluargaan di dalam kelas.

2) Pengelompokan Siswa

Dalam melayani kegiatan belajar siswa aktif,

pengelompokan peserta didik mempunyai arti tersendiri.

Pengelompokkan siswa bermacam-macam, dari yang

sederhana sampai yang kompleks.

Menurut William A. Jeager dalam mengelompokkan

peserta didik dapat didasarkan pada:

a) Fungsi integrasi, yaitu pengelompokan yang didasarkan

atas kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik.

Pengelompokan ini berdasarkan jenis kelamin, umur dan

sebagainya. Biasanya pengelompokan berdasarkan fungsi

ini menghasilkan pembelajaran yang bersifat klasikal.

9 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit, hlm. 179

17

b) Fungsi perbedaan, yaitu pengelompokan peserta didik

didasarkan kepada perbedaan-perbedaan yang ada dalam

individu peserta didik, seperti minat, bakat, kemampuan

dan sebagainya. Pengelompokan berdasarkan fungsi ini

menghasilkan pembelajaran individual.10

3) Penugasan Siswa

Penugasan adalah proses memberikan tanggungjawab

kepada siswa untuk melakukan kegiatan secara mendiri dan

dapat mengevaluasi kemampuan secara sendiri.

4) Pembimbingan Siswa.

Pembimbingan dan konseling adalah bentuk kegiatan

sebagai salah satu fungsi educational yang tidak dapat

dipisahkan dengan fungsi manajerial guru, karena hal itu

berhubungan dengan tugas pokok seorang guru.

5) Pembinaan (Raport)

Pembinaan hubungan baik (raport) antara guru dan siswa

dalam pengelolaan kelas adalah hal yang sangat penting.

Dengan terciptanya hubungan baik dan guru-siswa, diharapkan

siswa dapat senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat,

bersikap optimistik, realistic dalam kegiatan belajar yang

sedang dilakukannya. Rasa humor guru dalam hubungan

dengan siswa akan mempunyai pengaruh yang positif dalam

pengelolaan kelas.11

6) Kedisiplinan Siswa

Pelaksanaan pengelolaan kelas sangat erat kaitannya

dengan kedisiplinan siswa, dalam pengelolaan yang efektif,

10 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Indonesia, Op. Cit, hlm. 210-211 11 Tim Pengembangan MKDK, Administrasi Pendidikan, (Semarang; Pengadaan

Buku Pelajaran IKIP Semarang, 1991). Hlm. 141.

18

kedisiplinan siswa akan terwujud dengan adanya aturan-aturan

kelas yang menjadi standar bagi perilaku siswa.

Menurut Hadari Nawawi disiplin diartikan sebagai usaha

mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap

ketentuan-ketentuan yang telah disetujui bersama dalam

melaksanakan kegiatan kelas, agar pemberian hukuman pada

seseorang atau sekelompok orang (guru atau murid) dapat

dihindari.12

Kedisiplinan akan mencegah perilaku-perilaku siswa

yang tidak baik, seperti berbicara yang tidak senonoh,

meninggalkan kelas tanpa izin, mengucapkan kata-kata yang

tidak bersahabat.13

Penulis menyimpulkan bahwa, kedisiplinan sangat

penting, perlu adanya aturan-aturan yang disepakati oleh guru

dan peserta didik dan dijelaskan dengan tepat dan diamati

secara konsisten untuk mencegah masalah-masalah dalam

kelas.

7) Raport dan Kenaikan Kelas

Tata cara sekolah tentang raport untuk orang tua, sangat

sering menerima kritikan. Yang harus kita pertimbangkan di

sini bukanlah kelemahan-kelemahan suatu raport, tetapi

bagaimana kita bisa memanfaatkan raport sebaik mungkin.

Raport adalah buku yang mencerminkan keberhasilan seni

dalam mengelola kelas. hasil tersebut harus menjadi feed back

untuk kerja kita selanjutnya.14

12 Hadari Nawawi, Op. Cit., hlm.140. 13 David A. Jacobsen, et,al, Methods For Teaching: Promoting Student Learning In

K-12 Classroom, tej. Achmad Fawaid, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 39 14 Michael Marland, Seni Mengelola Kelas, (Semarang : Dahara Prize, 1990), hlm.

56-66

19

Selain raport penataan siswa di dalam kelas dalam

aspek pengelolaan kelas yang merupakan garapan guru adalah

kenaikan kelas. Aspek ini disamping memerlukan ketrampilan

khusus juga sangat dibutuhkan konsisten dan guru tersebut.

b. Pengaturan fasilitas

Aktifitas dalam kelas baik guru maupun siswa dalam kelas

kelangsungannya akan banyak dipengaruhi oleh kondisi dan situasi

fisik lingkungan kelas. Oleh karena itu lingkungan fisik kelas

berupa sarana dan prasarana kelas dapat memenuhi dan

mendukung interaksi yang terjadi, sehingga harmonisasi kehidupan

kelas dapat berlangsung dengan baik dari permulaan masa kegiatan

belajar mengajar sampai akhir masa belajar mengajar.

Pengaturan fasilitas dalam pengelolaan kelas meliputi:

1. Pengaturan Tempat Duduk

Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah

memungkinkan terjadinya tatap muka, di mana dengan

demikian guru sekaligus dapat mengontrol tingkah laku

siswa.15

Melalui pengaturan tempat duduk yang baik dan jumlah

siswa yang ideal antara 20-30 orang siswa satu kelas dapat

mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar.16

Namun demikian guru harus mempertimbangkan

perasaan siswa bahwa mereka sudah sesuai dengan susunan

kelas karena rasa kesesuaian adalah kebutuhan dasar. Susunan

fisik yang sesuai dapat meningkatkan perasaan-perasaan

menjadi lebih baik dan membantu mencegah masalah-masalah

dalam pengelolaan kelas.

15 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta; Rineka Cipta, 2004), hlm.128. 16 Syaiful Sagala, Op.Cit, hlm.86.

20

2. Pengaturan Alat-alat Pengajaran

Diantara alat-alat pengajaran di kelas yang harus diatur

adalah sebagai berikut:

a) Perpustakaan Kelas, sekolah yang maju memiliki

perpustakaan di setiap kelas yang mana pengaturannya

dilakukan bersama-sama dengan peserta didik.

b) Alat peraga atau media pengajaran, alat peraga atau media

pengajaran semestinya diletakkan di kelas agar

memudahkan penggunaannya, pengaturan dilakukan

bersama-sama anak didik. Misalkan kapur tulis, penghapus,

jam dinding dan lain-lain.

c) Papan tulis, hendaknya ukurannya disesuaikan, warnanya

harus kontras, penempatannya memperhatikan estetika dan

terjangkau oleh anak didik.

d) Papan presensi anak didik, ditempatkan di bagian depan

sehingga dapat dilihat oleh semua anak didik, difungsikan

sebagaimana mestinya.17

3. Penataan keindahan dan kebersihan ruangan kelas

a) Gambar-gambar yang bersifat mendidik (seperti: gambar

pahlawan, tempat ibadat, bunga, pemandangan dan

sebagainya)

b) Lemari tempat menyimpan hasil pekerjaan siswa,

perlengkapan belajar mengajar, harus

ditempatkan/disimpan secara tertib dan benar. Sehingga

peralatan tersebut terlihat rapi, mudah dijangkau bila

diperlukan dan tidak mengganggu ruang gerak siswa pada

saat siswa melakukan kegiatan belajar.18

17 Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit., hlm 176-177. 18 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Op.Cit., hlm. 86.

21

c) Pemeliharaan kebersihan, memelihara kebersihan dan

kenyamanan suatu kelas / ruang belajar, sama artinya

dengan mempermudah anak didik menerima pelajaran.

Ruang kelas yang bersih dan segar akan menjadikan anak

didik bergairah belajar. Untuk itu perlu adanya kegiatan

yang dilakukan oleh siswa dan guru untuk menciptakan

kebersihan tersebut, diantaranya Anak didik bergiliran

membersihkan kelas, dan guru selalu mengawasi

kebersihan dan ketertiban kelas.19

4. Ventilasi dan Pengaturan Cahaya

Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa. Jendela

harus cukup besar, sehingga memungkinkan cahaya matahari

masuk dan udara yang sehat juga masuk ke kelas. Dengan

ventilasi yang baikdan udara yang sehat, semua siswa dan guru

di dalam kelas dapat, menghirup udara yang segar.20

Penulis menyimpulkan bahwa dalam pemeliharaan dan

perawatan serta penggunaan alat kelengkapan belajar meskipun

pekerjaannya kelihatan bersifat teknis, tetapi menjadi bagian

dari otonom profesional dibawah pengawasan guru dikelas

dalam memberikan pelayanan belajar.

Untuk itu perlu adanya kerjasama antara guru dan siswa

bersama-sama memelihara peralatan yang ada didalam kelas,

mengatur suhu, ventilasi dan penerangan (kendati guru sulit

mengatur karena sudah ada), adalah aset penting untuk

terciptanya suasana belajar mengajar. Sebaiknya tidak merokok

dalam kelas karena akan mengganggu yang lain.

3. Tujuan Pengelolaan Kelas

19 Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit, hlm. 177-178 20 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Indonesia, Op. Cit, hlm. 105.

22

Pengelolaan kelas pada umumnya bertujuan untuk

meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan

pembelajaran. Adapaun kegiatan fisik dan pengelolaan sosio-

emosional merupakan bagian dalam pencapaian tujuan pembelajaran

dan belajar siswa.21

Menurut Suharmi Arikunto berpendapat bahwa tujuan

pengelolaan kelas adalah agar setiap anak dikelas dapat bekerja secara

efektif dan efisien.22

Tujuan pengelolaan kelas menurut Dirjen Dikdasmen yang

menjadi tujuan pengelolaan kelas adalah untuk mewujudkan situasi

dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai

kelompok belajar, memungkinkan peserta didik untuk

mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.23

4. Fungsi Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas selain memberi makna penting bagi tercipta

dan terpeliharanya kondisi kelas yang optimal, pengelolaan kelas

berfungsi :

a. Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas

seperti : membantu kelompok dalam pembagian tugas, membantu

pembentukan kelompok, membantu kerjasama dalam menemukan

tujuan-tujuan organisasi, membantu individu agar dapat

bekerjasama dengan kelompok atau kelas, membantu prosedur

kerja, merubah kondisi kelas.

b. Memelihara agar tugas-tugas itu dapat berjalan lancar.

Selain itu fungsi dari pengelolaan kelas sendiri sebenarnya

merupakan penerapan fungsi-fungsi pengelolaan yang di

aplikasikan di dalam kelas oleh guru untuk mendukung tujuan

21 Ibid 22. Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Op. Cit., hlm. 178. 23 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Indonesia, Op.Cit., hlm. 111.

23

belajar yang hendak dicapainya. Sesuai dengan fungsi pengelolaan

untuk pengelolaan kelas yang efektif disyaratkan adanya

kepemimpinan aktif yang mampu menciptakan iklim yang

memberi atau menekankan adanya harapan untuk keberhasilan dan

suasana tertib (melalui) suatu proses perencanaan,

pengorganisasian (pengaturan), aktuasi (pelaksanaan), dan

pengawasan yang dilakukan oleh guru, baik individu maupun

dengan melalui orang lain (semisal sejawat atau siswa sendiri)

untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan cara memanfaatkan

segala sumber daya yang ada secara optimal.24

Dalam pelaksanaannya fungsi pengelolaan tersebut harus di

sesuaikan dengan filosofis dari pendidikan (belajar, mengajar) di

dalam kelas. Fungsi pengelolaan kelas meliputi:

a. Merencanakan

Merencanakan adalah membuat suatu target-target yang

akan dicapai atau diraih di masa depan. Dalam organisasi

merencanakan adalah suatu proses memikirkan dan menetapkan

secara matang arah, tujuan dan tindakan sekaligus mengkaji

berbagai sumber daya dan metode/teknik yang tepat.

Perencanaan disini berarti pekerjaan guru untuk menyusun tujuan

belajar yang meliputi: (a) memperkirakan tuntutan, (b)

merumuskan tujuan dalam silabus kegiatan instruksional. (c)

menentukan urutan topik, (d) topik yang harus dipelajari, (e)

mengalokasikan waktu yang telah tersedia, dan menganggarkan

sumber-sumber yang diperlukan oleh guru.

b. Mengorganisasikan

Mengorganisasikan berarti:

1) Menentukan sumber daya dan kegiatan yang di butuhkan untuk

mencapai tujuan organisasi.

24 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Pustaka Setia, cet.1. 2002, hlm. 173.

24

2) Merancang dan mengembangkan kelompok kerja yang berisi

orang yang mampu membawa organisasi pada tujuan.

3) Menugaskan seseorang atau kelompok orang dalam suatu

tanggung jawab tugas dan fungsi tertentu.

4) Mendelegasikan wewenang kepada individu yang berhubungan

dengan keleluasaan melaksanakan tugas. Dengan rincian

tersebut, manajer membuat suatu struktur formal yang dapat

dengan mudah dipahami orang dan menggambarkan suatu

posisi dan fungsi seseorang di dalam pekerjaannya.25

Dalam pengelolaan kelas mengorganisasikan yaitu

pekerjaan seorang guru untuk mengatur dan menghubungkan

sumber-sumber belajar, sehingga dapat mewujudkan tujuan belajar

dengan cara yang paling efektif, efisien dan ekonomis. jadi

organizing hanyalah sebagai alat atau sarana untuk mencapai apa

yang harus diselesaikan, di mana tujuan akhirnya adalah membuat

murid atau siswa menjadi lebih mudah bekerja dan belajar

bersama.

c. Memimpin

Seorang pemimpin dalam melaksanakan amanatnya apabila

ingin dipercaya dan diikuti harus memiliki sifat kepemimpinan

yang senantiasa dapat menjadi pengarah yang di dengar ide dan

pemikirannya oleh para anggota organisasi. Hal ini tidak semata-

mata mereka cerdas membuat keputusan, tetapi di barengi dengan

memiliki kepribadian yang dapat dijadikan suri tauladan.26

Di dalam kelas memimpin merupakan pekerjaan seorang

guru untuk memberikan motivasi, dorongan dan menstimulasikan

siswa untuk tetap terus belajar, sehingga mereka akan menjadi siap

untuk mewujudkan tujuan belajar.

d. Mengawasi

25 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Indonesia, Op. Cit, hlm 115. 26 Ibid., hlm 115

25

Mengawasi (controling), adalah pekerjaan seorang guru

untuk menentukan apakah fungsinya dalam mengorganisasikan dan

memimpin di atas telah berhasil dalam mewujudkan tujuan yang

telah dirumuskan. jika tujuan belum dapat diwujudkan, maka guru

harus menilai dan mengatur kembali situasi pembelajarannya

bukan mengubah tujuannya. Fungsi dari Menurut Chuck Williams

dalam buku Management, Controlling is monitoring progress

toward goal achievement and taking corrective action when

progress isn’t being made.27 (Pengawasan adalah peninjauan

kemajuan terhadap pencapaian hasil akhir dan pengambilan

tindakan pembetulan ketika kemajuan tersebut tidak terwujud).

5. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas

Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pengelolaan kelas di sini

adalah hal-hal yang dapat dijadikan pedoman atau pegangan guru di

dalam mengelola, agar menjadi terarah dan efisien.

Dalam rangka memeperkecil masalah gangguan dalam

pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat

dipergunakan yaitu:

a. Hangat dan antusias Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar

mengajar. Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan atusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.

b. Tantangan Penggunaan kata-kata tindakan, cara kerja atau bahan-

bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. Tambahan lagi akan dapat menarik perhatian anak didik dan dapat mengendalikan gairah belajar mereka.

c. Bervariasi Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar

guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian anak didik. Apalagi

27Chuck Williams, Management, (United States of America: South-Western College

Publishing, 2000), hlm. 7.

26

bila penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Kevariasian dalam penggunaan apa yang disebutkan di atas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.

d. Keluwesan Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi

mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik, serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan anak didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.

e. Penekanan pada hal-hal yang positif Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus

menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku anak didik yang positif dari pada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu proses belajar mengajar.

f. Penanaman disiplin diri Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat

mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.28

Sejalan dengan uraian disiplin diatas maka suasana tertib

dan teratur penuh dinamika dalam melaksanakan penanaman

disiplin pada diri sendiri akan terwujud apabila setiap personal

mengetahui posisi dan fungsinya di kelas dalam rangka

melaksanakan berbagai kegiatan.

6. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas

Keharmonisan antara guru dan siswa, tingginya kerjasama

diantara anak didik tersimpul dalam bentuk interaksi. Interaksi yang

optimal tentu saja tergantung pada pendekatan yang guru lakukan

28Syaiful Bahri Djamarah, Op.cit, hlm. 208.

27

dalam rangka pengelolaan kelas. Berdasarkan pendekatan adalah

seperti uraian berikut:

a. Pendekatan Perubahan Perilaku (Behavior-modification approach)

Semua tingkah laku yang baik dan yang kurang baik

merupakan hasil proses belajar. Asumsi ini mengharuskan

wali/guru kelas beusaha menyusun program kelas dan suasana

yang dapat merangsang tewujudnya proses belajar yang

memungkinkan siswa mewujudkan tingkah laku yang baik

menurut ukuran norma yang berlaku di lingkungan sekitarnya.29

b. Pendekatan iklim sosioemosional (socio emotional climate

apparoach)

Pendekatan ini cenderung pada pandangan psikologis klinis

dan konseling (penyuluhan). Terdapat dua asumsi pokok yang

dipergunakan dalam pengelolaan kelas sebagai berikut:

1) Iklim sosial yang normal dalam arti terdapat hubungan

interpersonal yang harmonis antara guru dengan guru, guru

dengan siswa, dan siswa dengan siswa merupakan kondisi yang

memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang

efektif. Asumsi ini mengharuskan seorang guru kelas berusaha

menyusun program kelas dan pelaksanaannya yang didasari

oleh hubungan manusiawi yang diwarnai saling sikap

menghargai dan saling menghormati antar personal di kelas.

Setiap personal diberi kesempatan untuk ikut serta dalam

kegiatan kelas sesuai dengan kemampuan masing-masing,

sehingga timbul suasana emosional yang menyenangkan pada

setiap personal dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab

masing-masing.

2) Ikilim social dan emosional yang baik tergantung pada guru

dalam usahanya melaksanakan kegiatan belajar mengajar ,

yang didasari dengan hubungan manusiawi yang efektif . dari

29 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Op.Cit., hlm. 180.

28

asumsi ini berarti dalam pengelolaan kelas seorang guru harus

berusaha mendorong guru-guru agar mampu dan bersedia

mewujudkan hubungan manusiawi yang penuh saling

pengertian, hormat menghormati dan saling menghargai.30

c. Pendekatan Proses Kelompok

Pendekatan ini didasarkan pada psikologi social dan

dinamika kelompok. Oleh karena itu asumsi pokoknya adalah (1)

pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks kelompok

sosial, dan (2) tugas guru yang terutama dalam pengelolaan kelas

adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan

komprehensif.31

Berbagai pendekatan diatas merupakan interaksi semua

pihak yang terlibat baik guru dan siswa, agar dalam berbagai

pendekatan-pendekatan terwujud adanya saling menghargai,

menghormati, dan saling pengertian dalam setiap tugas dan

tanggung jawab masing-masing.

B. Konsep Dasar Penerapan Moving Class

Penerapan konsep moving class sangat berbeda dengan

pengelolaan kelas konvensional. Perbedaan itu dari segi strategi

pengelolaan peserta didik, pengelolaan ruang belajar, pengelolaan

administrasi guru dan peserta didik, pengelolaan pembelajaran,

pengelolaan remedial dan pengayaan, dan pengelolaan penilaian. Seluruh

segi-segi adalah suatu sistem yang sangat terkait dalam pengelolaan

moving class.

1. Pengertian Moving Class

Moving class terdiri dari dua kata, yaitu moving dan class.

Moving berasal dari kata move berarti berpindah,32 sedangkan class

30 Tim Pengembangan MKDK,Op.Cit., hlm. 141-142. 31 Syaiful Bahri Djamarah, Op.cit, hlm.183. 32 John M. Echols, Kamus Inggris-Bahasa Indonesia, (Gramedia Pustaka Utama;

Jakarta, 2005), hlm.387.

29

diartikan sebagai kelas atau tempat belajar33. Jadi moving class adalah

perpindahan dari satu kelas ke kelas yang lain sesuai dengan

pelajarannya.34

Moving class berarti peserta didik mempunyai kesadaran untuk

mendapatkan ilmu. Artinya jika mereka mau mendapatkan ilmu, maka

mereka harus bergerak ke kelas yang tertentu yang disediakan.35

Moving class, menurut penulis tidak terbatas pada tempat

ruang kelas, bisa diluar kelas, lingkungan sekolah, masjid, dan

perpustakaan. Dengan demikian perpindahan tempat belajar dari satu

tempat ketempat lain dapat mengurangi tingkat kejenuhan, peserta

didik dapat lebih bersemangat menerima pelajaran dan dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik.

1. Tujuan Moving Class

Tujuan merupakan sesuatu yang diharapkan dari suatu proses

yang panjang karena tujuan merupakan sesuatu yang esensial oleh

karena itu besar maknanya dalam segala aktivitas. Tujuan moving

class meliputi:

1. Membiasakan peserta didik agar merasa hidup nyaman dalam belajar. Selain itu, agar mereka merasa tidak jenuh dan bertanggung jawab terhadap apa yang dipelajari.

2. Melatih kemandirian, kerjasama dan kepedulian sosial siswa. Karena dalam moving class mereka akan bertemu dengan siswa lain bahkan dari jenjang yang berbeda, setiap ada pergantian mata pelajaran.

3. Merangsang seluruh aspek perkembangan dan kecerdasan siswa (multiple intelligent) atau bakat majemuk.36

4. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

33 Ibid 34 Purwanto, Moving Class, Http://Purwanto65.wordpress.com/2008/07/21/moving-

class/, download tanggal 5 juli 2010. 35 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,

(Bandung; Alfabeta, 2009), hlm.4 36 Robertus Baluk Nugroho, Strategi Belajar Dengan Moving Class,

http://www.wikimu.com/news/displeynews.aspx?id=14443, download tanggal 12 juli 2010.

30

5. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi waktu pembelajaran guru mata pelajaran, sehingga waktu guru mengajar tidak terganggu dengan hal-hal lain.

6. Meningkatkan disiplin siswa dan guru.

7. Meningkatkan keterampilan pendamping dalam memvariasikan metode dan media pembelajaran yang diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehari-hari.

8. Meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dan bersifat terbuka pada setiap pelajaran.

9. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.37

Seperti sistem pembelajaran lainnya, sistem ini memiliki

kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain:

1. Siswa tetap segar karena selalu bergerak setelah pelajaran.

2. Guru dapat menyiapkan media pembelajaran lebih dahulu.

3. Bisa bertemu teman yang berbeda kelas.

4. Melatih kedisiplinan.38

5. Pada saat jam kosong oleh siswa dapat digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas atau diisi oleh kegiatan yang bermanfaat misalnya bidang keagamaan, keterampilan dan lain-lain.

6. Guru berupaya untuk menghitung waktu dengan sebaik-baiknya dan tidak bolos mengajar karena kalau guru berhalangan mengajar akan cepat terdeteksi.

7. Setiap siswa dituntut untuk belajar lebih giat dan aktif, karena kalau tidak aktif siswa akan ketinggalan pelajaran.39

Sedangkan kekurangan sistem moving class ini antara lain:

1. Siswa bisa merasa lelah.

2. Apabila siswa lelah, konsentrasi belajarnya dapat terganggu.

3. Apabila ada barang yang tertinggal maka akan repot untuk mengambilnya, apalagi kalau kelasnya jauh.40

37 Animhadi, Mengapa Harus Menggunakan Moving Class, http :// animhadi.

Wordpress.com/2008/11/16/mengapa-harus-menggunakan-sistem-moving-class/, download pada tanggal 3 juni 2010.

38 Mrnk001, Moving Class, http://kompasiana.com/2009/03/12/moving-class-2/, download tanggal 2 agustus 2010.

39Kartiwa,MovingClass,http://blogkerenuntukorangkreatif.blogspot.com/2009/12/moving-class.html, download tanggal 2 agustus 2010.

31

4. Jika guru dan siswa tidak disiplin dalam menggunakan waktu maka akan berakibat tersendatnya proses KBM bagi pelajaran lainnya.

5. Kehadiran siswa dalam jam tertentu sulit diawasi apalagi kalau seorang guru jarang mengabsen siswanya.

6. Biasanya terdapat siswa pada saat jam pertama ikut belajar tapi jam berikutnya tidak ikut belajar.41

Upaya mengatasi kelemahan moving class:

1. Membudayakan disiplin peserta didik waktu perpindahan belajar.

2. Membudayakan peserta didik jalan cepat.42

3. Menekankan agar guru lebih disiplin.

4. Menjaga agar jadwal tidak berubah-ubah.

5. Selalu memonitoring kehadiran guru di sekolah.

6. Mengadakan pendekatan persuasif kepada setiap siswa agar terbuka dan terbiasa bergaul dengan teman, tanpa membedakan kondisi dan status sosial.

7. Mengupayakan sendiri media-media yang dapat diusahakan oleh guru dan sekolah (misal: bahan ajar, alat peraga, bahan praktikum).43

Dari uraian tujuan, kelebihan, kelemahan, dan upaya mengatasi

kelemahan moving class dapat disimpulkan bahwa dalam pengelolaan

moving class pada dasarnya tujuan utama moving class adalah untuk

membentuk peserta didik untuk berfikir dewasa dalam melatih

kemandirian, kedisiplinan, serta merangsang perkembangan dan

kecerdasan siswa agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam

kegiatan belajar mengajar, media bisa didapat dari guru, lingkungan

serta alat-alat elektronik jika diperlukan.

2. Ruang Lingkup Penerapan Moving Class

40 Mrnk001, Moving Class, http://kompasiana.com/2009/03/12/moving-class-2/,

download tanggal 2 agustus 2010. 41Kartiwa,MovingClass,http://blogkerenuntukorangkreatif.blogspot.com/2009/12/mo

ving-class.html, download tanggal 2 agustus 2010. 42 Kementerian Pendidikan Nasional Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan

Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas 2010, Op.Cit., hlm 8 43 Purwanto, Moving Class, http://purwanto55.wordpress.com/2008/07/21/moving-

class/ download tanggal 10 juli 2010.

32

a. Strategi Pelaksanaan Moving Class

Strategi pembelajaran melalui penerapan moving class

merupakan salah satu syarat pelaksanaan sekolah kategori mandiri

dilaksanakan dengan pendekatan kelas mata pelajaran. Strategi ini

memiliki keuntungan, yaitu:

1. Guru memungkinkan untuk mengoptimalkan sumber-sumber

belajar dan media pembelajaran.

2. Guru berperan aktif dalam mengontrol perilaku peserta didik

dalam belajar.44

Dari uraian keuntungan strategi diatas, dapat disimpulkan

bahwa guru harus bisa mengoptimalkan sumber belajar yang ada,

untuk media pembelajaran bisa didapat dari guru itu sendiri,

lingkungan, serta alat-alat elektronik jika diperlukan.

Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pembelajaran

melalui penerapan moving class maka perlu ditetapkan strategi

pelaksanaannya, meliputi: pengorganisasian pelaksana, tugas,

kewajiban dan wewenang:

1. Penanggung Jawab Akademik

Penanggung jawab akademik secara umum memiliki

peran sebagai wali kelas, disamping itu memiliki tugas dan

kewajiban khusus diantaranya:

a. Membuat rekap terhadap kejadian-kejadian khusus

terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya

yang diserahkan guru pembimbing.

b. Memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang

membutuhkan penanganan khusus dibidang akademik

dalam rangka meningkatkan hasil belajarnya.

44 Edi Santoso, Moving Class Icon SBI, http://kesekolah.co/component/k2/item/3578

-moving-class-ikon-sbi.html, download tanggal 3 juni 2010.

33

c. Membuat rekap terhadap tingkat kehadiran peserta didik,

mengumpulkan nilai hasil belajar peserta didik yang

diserahkan kepada tim (teknologi informasi komunikasi)

TIK dalam rangka pengolahan laporan hasil belajar peserta

didik (LHBPD).45

Penulis menyimpulkan bahwa tugas sebagai wali kelas

sangat penting dalam memberikan bimbingan terhadap siswa

yang sangat berperan dalam penanganan khusus seperti dalam

rangka meningkatkan hasil belajar sesuai dengan tujuan

pendidikan.

2. Tim Pengembang (teknologi informasi komunikasi ) TIK

Tim Pengembang TIK secara umum berkewajiban

melakukan perawatan dan pengembangan prasarana TIK yang

berkaitan dengan administrasi dan pembelajaran. Secara khusus

tim TIK memiliki tugas:

a. Melakukan pengolahan nilai, baik untuk nilai mid semester

maupun nilai semester yang dilakukan oleh Penanggung

Jawab Akademik.

b. Membuat Laporan hasil penilaian sesuai format yang

berlaku.

c. Membuat hasil analisa penjurusan peserta didik

berdasarkan data yang telah diserahkan oleh penanggung

jawab akademik.

d. Membuat hasil rekap mengenai kehadiran peserta didik,

kehadiran guru berdasarkan data yang diserahkan oleh

45 Sirajuddin, “SMA Negeri 1 Talang Kelapa Mencoba Terapkan Moving Class”,

Http://Diknasba.Info/Banyuasin/Index.Php?Option=Com_Content&Task=Section&Id=5&Itemid=37, 05/07/10.

34

Penanggung Jawab Akademi dan hasil input data sistem

Informasi Manajemen Absensi Guru dan Karyawan.46

Tim pengembang TIK sangat berperan serta dalam

membantu proses administrasi sekolah, baik dalam proses

pengolahan nilai, input rekap kehadiran siswa maupun

penjurusan siswa.

3. Tim Pengelola Moving Class

Secara akademik pengelolaan moving class dibawah

Wakasek Urusan Kurikulum/ Wakil Bidang Akademik yang

secara umum menjelaskan kewajiban dan tugasnya sesuai

beban yang diberikan. Tim ini dapat dibentuk secara khusus

dibawah Wakil Bidang Kurikulum yang secara khusus memilki

tanggung jawab untuk:

a. Mengelola jadwal dan perencanaan moving class.

b. Mengkoordinasi Penanggung Jawab Akademik dalam

pelaksanaan administrasi dan bimbingan terhadap peserta

didik.

c. Menyiapkan format-format yang diperlukan untuk

pengelolaan administrasi pembelajaran dan pelaksanaan

pembelajaran.

d. Menyusun peraturan dalam pelaksanaan kegiatan PBM,

remedial dan Pengayaan, piket guru dan Penetapan

Peraturan Akademiknya.47

Penulis menyimpulkan bahwa dalam pengelolaan

moving class Wakasek urusan kurikulum mempunyai

46 Raras, Moving Class, http://rarasraras.wordpress.com/, download tanggal 10

agustus 2010. 47 Bandono, “SMA Negeri 7 Yogyakarta Mencoba Terapkan Moving Class” http://

seveners.com/berita/sma-negeri-7-yogyakarta-mencoba-terapkan-moving-class/, download tanggal 10 juli 2010.

35

wewenang sangat penting dalam proses pelaksanaan moving

class. Di samping itu pengelolaan moving class berbeda

dengan pengelolaan kelas konvensional, jadi perlu adanya

keahlian khusus dalam mengelola.

b. Strategi Pengelolaan Moving Class

Adapun strategi pengelolaan moving class agar mencapai

hasil yang optimal diantaranya:

1. Pengelolaan Perpindahan Peserta didik

a. Peserta didik berpindah ruang belajar sesuai mata pelajaran

yang diikuti berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan.

b. Waktu perpindahan antar kelas adalah 5 menit.

c. Peserta didik diberi kebebasan untuk menentukan tempat

duduknya sendiri.

d. Peserta didik perlu ditegaskan peraturan tentang

penggunaan ruang dan tata tertib dalam pelaksanaan

kegiatan pembelajaran serta konsekuensinya.

e. Bel tanda perpindahan suatu kegiatan pembelajaran

dibunyikan pada saat pelajaran kurang 5 menit.

f. Peserta didik diberi toleransi keterlambatan 10 menit, diluar

waktu tersebut peserta didik tidak diperkenankan masuk

kelas sebelum melapor kepada guru piket atau penanggung

jawab akademik.

g. Keterlambatan berturut-turut lebih dari 3 (tiga) kali

diadakan tindakan pembinaan yang dilakukan penanggung

jawab akademik bersama dengan guru pembimbing.48

Dari uraian pengelolaan perpindahan peserta didik diatas,

setiap berpindah mata pelajaran maka berpindah pula kelas yang

48 Raras, “Moving Class”, http://rarasraras.wordpress.com/2009/03/, 10/07/10.

36

akan ditempati. Terkait dengan perpindahan maka aturan-aturan

sekolah pun dibuat agar dalam perpindahan peserta didik dapat

berjalan dengan efektif dan efisien. Aturan digunakan untuk

menetapkan batas, tentu dengan aturan-aturan yang jelas

menyediakan sebuah konsistensi dalam kelas.

2. Pengelolaan Ruang Belajar-Mengajar

a. Guru diperkenankan untuk mengatur ruang belajar sesuai

karakteristik mata pelajarannya.

b. Ruang belajar setidak-tidaknya memiliki sarana dan media

pembelajaran yang sesuai, jadwal mengajar guru, tata tertib

peserta didik dan daftar inventaris yang ditempel di

dinding.

c. Ruang belajar dapat dilengkapi dengan perpustakaan

referensi dan sarana lainnya yang mendukung proses

pembelajaran.

d. Tiap rumpun mata pelajaran telah disediakan prasarana

multimedia. Penggunaan prasarana diatur oleh penanggung

jawab rumpun mata pelajaran.

e. Guru bertanggung jawab terhadap ruang belajar yang

ditempatinya.49

Penulis menyimpulkan bahwa dalam pengelolaan ruang

belajar, guru mempunyai kewenangan untuk mengatur ruang

belajarnya, sehingga guru terlebih dahulu dapat mempersiapkan

bahan ajar sebelum pembelajaran dimulai.

3. Pengelolaan Pembelajaran

49 Sirajuddin, “SMA Negeri 1 Talang Kelapa Mencoba Terapkan Moving Class”,

Http://Diknasba.Info/Banyuasin/Index.Php?Option=Com_Content&Task=Section&Id=5&Itemid=37, 05/07/10.

37

Pengelolaan pembelajaran dalam moving class

dilaksanakan secara team teaching. Menurut soewalni.S, model

pembelajaran team teaching dibagi menjadi dua macam yakni

semi team teaching dan team teaching penuh. Semi team

teaching adalah guru tidak sepenuhnya bekerja dalam tim, ada

bagian-bagian operasional yang dilaksanakan secara individu,

tetapi konsep disepakati dan dirancang bersama. Sedangkan

team teaching penuh semua aspek dilaksanakan secara team,

mulai dari merancang, menyusun perencanaan, melaksanakan,

mengevaluasi dan merevisi program dilaksanakan secara tim.50

Adapun strategi pembelajaran sebagai berikut:

a. Pembelajaran dilakukan dengan tim (team teaching) yang

minimal terdiri dari 2 orang guru, dimana 1 orang guru

utama dan yang lain sebagai kolaboran/asisten.

b. Dalam team Teaching, ada guru yang bertanggung jawab

untuk tingkat kelas yang berbeda. Misal: guru

penanggungjawab kelas X, guru penanggungjawab kelas XI

dan guru penanggungjawab kelas XII.

c. Apabila seorang guru tidak dapat mengajar karena suatu hal

atau sedang melaksanakan tugas dan kegiatan kedinasan

lain yang berkaitan dengan peningkatan mutu, dapat

digantikan dengan kolaboran dan kepada yang

bersangkutan mengganti hari-hari tidak mengajar kepada

kolaboran sebagai guru utama. Misalkan seorang guru

utama kelas X mempunyai kolaboran guru utama XI,

apabila guru utama kelas X tidak mengajar 6 jam maka

50Taufik Sabirin, Kualitas Proses Pembelajaran di Kelas, http://TaufikSabirin.

Wordpress.com/2009/01/30/Team-Teaching, download tanggal 6 Oktober 2010.

38

yang bersangkutan berkewajiban mengganti sebagai guru

utama kelas XI sebanyak 6 jam pelajaran. 51

Dari uraian diatas penulis tegaskan kembali bahwa

pembelajaran moving class dilaksanakan dengan 2 cara

pertama, yaitu tim teaching sebagai suatu sistem pelayanan

dimana dua orang atau lebih dalam mengelola pembelajaran.

Kedua, adalah semi team teaching yang mana perbedaannya

terletak pada segi pelaksanaan operasionalnya yang dilakukan

secara individu (personal).

4. Pengelolaan Administrasi Guru dan Peserta didik

a. Guru berkewajiban mengisi daftar hadir peserta didik dan

guru.

b. Guru membuat catatan-catatan tentang kejadian-kejadian di

kelas berdasarkan format yang telah disediakan.

c. Guru mengisi laporan kemajuan belajar peserta didik,

keterlambatan peserta didik dan membuat rekapan sesuai

format yang disediakan.

d. Guru membuat laporan khusus yang memerlukan

penanganan kepada Penanggung Jawab Akademik.

e. Guru membuat Jadwal topik/materi yang diajarkan kepada

peserta didik yang ditempel di ruang belajar.52

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

pengelolaan administrasi guru dan peserta didik, berkaitan

dengan absensi daftar hadir, materi yang diajarkan. Terkait

laporan kemajuan belajar peserta didik amat sangat penting

bagi guru, karena dapat digunakan untuk melihat efektivitas

51 Bandono, “SMA Negeri 7 Yogyakarta Mencoba Terapkan Moving Class”,

http://sevenerrs.com/berita/sma-negeri-7-yogyakarta-mencoba-terapkan-moving-class/10/07/10 52 Syaiful Sagala, Op. Cit., hlm. 190.

39

dan efisiensi pembelajaran, seberapa jauh isi pembelajaran

yang telah diajarkan dapat dicapai oleh siswa.

5. Pengelolaan Remedial dan Pengayaan

Remedial adalah kegiatan yang ditujukan untuk

membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai

materi pelajaran. Sesuai dengan pengertiannya, tujuan kegiatan

remedial adalah membantu siswa mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum yang

berlaku.53

Pengayaan adalah program pembelajaran yang

diberikan kepada peserta didik yang belajar lebih cepat.54

Kegiatan pengayaan dilaksanakan dengan tujuan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memperdalam penguasaan

materi pelajaran yang berkaitan dengan tugas belajar yang

sedang dilaksanakan sehingga tercapai tingkat perkembangan

optimal.55

Adapun pengelolaan remedial dan pengayaan adalah

sebagai berikut:

a. Remedial dan pengayaan dilaksanakan diluar jam kegiatan

tatap muka dan praktik.

b. Remedial dan pengayaan dilaksanakan secara tim teaching,

dimana kolaboran dapat menjadi guru utama pada materi

tertentu.

53 Pakde Sofa ”Memahami Kegiatan Remedial dan Pengayaan Untuk Perbaikan

Pembelajaran”, Http://Massofa.Wordpress.Com/2008/01/20/Memahami-Kegiatan-Remedial-Dan-Pengayaan-Untuk-Perbaikan-Pembelajaran/hal.1,05/07/10.

54 Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2007), hlm.240. 55Pakde Sofa ”Memahami Kegiatan Remedial dan Pengayaan Untuk Perbaikan

Pembelajaran”, Http://Massofa.Wordpress.Com/2008/01/20/Memahami-Kegiatan-Remedial-Dan-Pengayaan-Untuk-Perbaikan-Pembelajaran/hal.1,05/07/10.

40

c. Kegiatan remedial dan pengayaan dapat menggunakan

waktu dalam kegiatan pembelajaran tugas terstruktur (25

menit) maupun tak terstruktur (25 menit).

d. Remedial dan pengayaan dilaksanakan dalam waktu

berbeda maupun secara bersamaan jika memungkinkan.

e. Remedial dan pengayaan dilaksanakan secara berkelanjutan

berdasarkan hasil analisis postest, ulangan harian dan

ulangan mid semester.56

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

pengayaan merupakan pelengkap dan penjabaran dari

program mingguan dan harian. Program remedial ini

dimaksudkan untuk mengidentifikasi materi yang perlu

diulang peserta didik. Sekolah juga memberikan

kesempatan terhadap peserta didik yang mengalami

kesulitan belajar melalui kegiatan remedial, sedangkan

peserta didik yang cemerlang diberikan kesempatan

kegiatan pengayaan.

6. Pengelolaan Penilaian

a. Penilaian dilakukan untuk mengukur proses dan produk

hasil pembelajaran.

b. Penilaian proses dilakukan setiap saat untuk menilai

kemajuan belajar peserta didik, sedangkan penilaian

produk/hasil belajar dilakukan melalui ulangan harian, mid

semester maupun ulangan semester.

c. Penilaian meliputi kognitif, praktik dan sikap yang

disesuaikan dengan peraturan yang telah ditetapkan serta

mengacu pada karakteristik mata pelajaran.

56 Bandono”SMA Negeri 7 Yogyakarta Mencoba Terapkan Moving Class”,

Http://sevener.com/berita/sma-negeri-7-yogyakarta -mencoba-terapkan-moving-class/, 10/07/10.

41

d. Hasil penilaian dimasukkan sesuai dengan format yang

telah disediakan dalam bentuk file excel, yang kemudian

diserahkan kepada penanggung jawab akademik.

e. Untuk memudahkan pengelolaan hasil penilaian, maka

hasil-hasil penilaian harian yang telah dilaksanakan segera

diserahkan kepada penanggung jawab akademik agar dapat

dimasukkan ke dalam pengelolaan sistem informasi

manajemen (SIM) oleh tim (teknologi informasi

komunikasi) TIK.

f. Tidak diadakan remedial untuk ujian/ulangan semester.

Remedial dilakukan sesuai dengan ketentuan pengelolaan

remedial dan pengayaan.

g. Guru mata pelajaran bertanggungjawab dan memiliki

kewenangan penuh terhadap mata pelajaran yang

diampunya. Segala perubahan terhadap hasil penilaian

hanya dapat dilakukan oleh guru yang bersangkutan.57

Menurut penulis penilaian dimaksudkan untuk

memperoleh informasi tentang pencapaian dan kemajuan

belajar peserta didik pada setiap tahap atau unit pembelajaran

yang didasarkan pada kriteria tertentu (tingkat ketuntasan

belajar). Hasil penilaian ini digunakan sebagai dasar untuk

menentukan peserta didik yang boleh melanjutkan ke materi

pelajaran berikutnya dan peserta didik yang perlu mendapat

pelayanan remedial.

57 Syaiful Sagala, Op.Cit., hlm.191.

42

BAB III PENGELOLAAN MOVING CLASS DI SMA SEMESTA SEMARANG

A. Gambaran Umum SMA Semesta Semarang

1. Profil/ Sejarah Berdirinya

SMA Semesta merupakan sekolah nasional berasrama yang

menerapkan sistem pendidikan berkualitas Internasional. SMA Semesta

adalah adalah sekolah unggulan yang didirikan oleh Yayasan Al-Firdaus

Indonesia yang bekerjasama dengan Assosiasi Pasiad Turki.

Yayasan Al-Firdaus bergerak dalam bidang pendidikan dan

sosial sejak tahun 1990, yang meletakkan pondasi pembangunan menuju

Indonesia baru dengan melalui pendidikan yang berwawasan

internasional dan berakhlak mulia untuk generasi bangsa dari berbagai

etnis, ras dan agama.

Dalam rangka mewujudkan cita-cita, pada tanggal 3 Mei 1999

melalui MoU (Memorandum of Understanding) Yayasan Al-Firdaus

bekerjasama dengan Asosiasi Pasiad Turki. Asosiasi ini telah

berpengalaman dalam bidang pendidikan dan telah sukses diberbagai

sekolah di seluruh dunia. Lembaga-lembaga Pendidikan Asosiasi Pasiad

tersebar di kawasan Asia Pasifik dan beberapa di Amerika, Eropa, dan

Australia. Dengan perpaduan sistem pendidikan negeri setempat,

sekolah-sekolah kerjasama Asosiasi Pasiad menduduki rangking teratas

dengan memenangkan olimpiade - olimpiade internasional di bidang

Sains, Matematika dan Lingkungan.

2. Visi dan Misi SMA Semesta Semarang

Unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi berakhlak mulia

dan berakar budaya indonesia. Menjadi pusat pendidikan berkualitas,

yang menyelaraskan IPTEK, budi pekerti dan budaya luhur bangsa.

43

3. Struktur Kepemimpinan

I. General Manager (GM) Semesta Bilingual Boarding School

1. Periode 1999 – 2001 : Mr. Sezer Erdogan

2. Periode 2001 – 2002 : Mr. Fetullah Karakoc

3. Periode 2002 – 2003 : Ahmet Genc

4. Periode 2004 – 2007 : Mr. Abdul Kerim Tursun

5. Periode 2007 – Sekarang : Mr. Omer Demir

II. Kepala SMA Semesta

1. Pada Tahun 1999 sampai dengan 2002

Kepala Sekolah : M. Ikhwan, S.Pd

Alamat : Jl. Raya Semarang – Gunung Pati km. 15 Semarang

2. Pada Tahun 2003 sampai dengan 2005

Kepala Sekolah : Agus Junaidi, S.T

Alamat : Jl. Raya Semarang – Gunung Pati km. 15 Semarang

3. Pada tahun 2005 sampai dengan sekarang

Kepala Sekolah : M.Haris, S.E

Alamat : Jl. Raya Semarang – Gunung Pati km. 15 Semarang

III. Koordinator Pendidikan

1. Periode 2007 – 2008 : Mr. Ersin Arslan

2. Periode 2008 – 2009 : Mr. Ali Yavuz

3. Periode 2010 – sekarang : Mr. Seyith Arslan

IV. Direktur Bimbingan

1. Periode 1999 – 2006 : Mr. Huseyin Kan

2. Periode 2006 – 2009 : Mr. Yenal Aksoy

3. Periode 2010 – sekarang : Mr. Koksal Karasah

44

LIST of TEACHER (SMA SEMESTA ACC. 2010-2011)

NO TEACHERS LESSON

1 Moh Haris 2 Ahmad Bernadi 3 R. Fatmanto 4 Ida Verawati

Religion

5 Erna Yunaini PKn 6 Alfiah 7 Jumiko 8 Eka Rahmaul F. 9 Pitayani

Indonesian

10 Amanatu Kuncoro 11 Teccedin 12 Yasin 13 Hamzah 14 Fitria R.

Mathematic

15 Ahmad Nurani 16 Arzu 17 Marida

Physic

18 Zafer Kulac 19 Dwi Eldina Biology

20 Imam Husnan N 21 Hamza Chemistry

22 Bahtiar Computer 23 Azamat 24 Alvien Bahtiar 25 Seyith 26 Virgiawan 27 Bayu Ariadi 28 Ahmad Zakki 29 Asep 30 Harimurti 31 Irham Niarsih 32 Iin Sakinah 33 Saleha Parakitri 34 Esma Ozgul 35 Laila AL Hikmah 36 Sulfiye 37 Wulan

English

38 Omer Demir 39 Mustafa Ozgul

Turkish

45

40 Koksal 41 Aichurak 42 Cahyo History

Sociology 43 Susan A Geography 44 Dendi Azis Economy 45 Budi Prasetyo 46 Artilerianna Putri Sport

47 Budi Prasetyo Javanese 48 Class Advisor Counseling1

4. Kegiatan Pembelajaran di SMA Semesta Semarang

Sekolah SMA Semesta menggunakan Kurikulum Nasional yang

diperkaya dan divariasi dengan muatan global dan muatan lokal yang

menjadi ciri khusus.

Pengayaan kurikulum tersebut pada:

1. Bahasa Turki

2. Separated Natural Science Laboratory Classes

3. Computer Class

4. Preparatory English for TOEFL and PET KET test

5. Counseling Class

6. Olimpiad Classes

Program pembelajaran dan pelatihan diadakan khusus untuk

olimpiade dan lomba-lomba mapel. Lomba-lomba dalam bidang seni,

olah raga dan kreativitas siswa juga mendapatkan perhatian.

Kelas yang dipakai di SMA Semesta dalam pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar menggunakan kelas kabinet/ moving class. Dimana

siswa menempati ruang kelasnya sesuai dengan mata pelajaran yang

akan diikuti. Ada kelas-kelas yang disediakan khusus untuk mata

pelajaran – mata pelajaran tertentu, sehingga setiap pergantian pelajaran

siswa akan berpindah kelas. Dengan adanya moving class ini diharapkan

siswa lebih fresh menerima pelajaran karena suasana kelas. Kelas yang

1 Dokumentasi SMA Semesta

46

ada di SMA Semesta sudah 100 persen moving class dengan berjumlah

23 ruang dan 3 ruang khusus.2

Kegiatan Belajar Mengajar di SMA Semesta diawali dari kelas

X, dilanjutkan kelas XI dan selanjutnya kelas XII. Pembelajaran Sains

(Matematika, Fisika, Kimia, Biologi dan Komputer) memakai pengantar

bahasa Inggris. Buku-buku sains dan sebagian pengajar merupakan guru-

guru berpengalaman yang berasal dari luar negeri.

Pembelajaran di SMA Semesta antara putri dan putra dilakukan

secara terpisah. Rutinitas kegiatan dimulai dengan ketentuan kegiatan

apel setiap pagi pukul 07.00 yaitu dengan do’a bersama di setiap kelas

masing-masing, mulai hari Senin - Kamis pukul 07.15-14.30, jumat

pukul 7.15-15.10, dan sabtu pukul 7.15-12.00 WIB.

Setiap kegiatan belajar mengajar di SMA Semesta dilakukan

dalam kondisi menyenangkan, dengan mengintegrasikan nilai-nilai

kehidupan beragama sebagai pembentukan karakter. Sehingga siswa

memiliki bekal agama dan juga memiliki akhlak yang baik. Diantara

kegiatannya seperti melaksanakan sholat dzuhur berjama’ah,

melaksanakan sholat jum’at berjamaah khusus putera.

Menyelenggarakan do’a bersama (mujahadah) pada setiap US dan UN.

Selain kegiatan belajar, SMA Semesta juga mempunyai program

ekstrakurikuler dan Club diantaranya sebagai berikut:

a. Ekstrakurikuler

Sistem ekstrakurikuler di SMA Semesta menerapkan sistem

buka tutup, artinya jika ada siswa yang mempunyai minat atas

keberadaan suatu ekstrakurikuler dengan kondisi bahwa bahwa kuota

mencukupi dan pelaksanaannya memungkinkan maka kegiatan itu

akan diadakan sekolah. Sedangkan jika tidak ada peminat maka akan

ditutup.

2 Wawancara dengan Bapak Riris Fatmanto selaku Waka Kurikulum pada tanggal 5

Oktober 2010.

47

Untuk ekstrakurikuler SMA Semesta tahun 2009-2010 adalah

sebagai berikut:

1) Bola basket 2) Sepak bola 3) Musik 4) MTQ 5) Volley ball 6) Paskibra 7) Karate 8) Seni tari 9) Capueira 10) Softball

B. Club

Dalam upaya meningkatkan kompetensi siswa terhadap

tantangan perkembangan teknologi, maka SMA Semesta

menawarkan kepada siswa dan siswinya sebuah kurikulum yang

berbeda dari sekolah lain yaitu adanya jam tambahan pelajaran

club untuk 2 tahun pertama.

Club adalah kegiatan tambahan pada jam pelajaran yang

bertujuan meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan minat

dan bakatnya sehingga menjadi nilai plus bagi siswa tersebut.

Adapun club yang dapat di ikuti oleh siswa dan siswi

SMA Semesta adalah sebagai berikut:

1. Agama 2. English Public Speaking 3. Jurnalistik 4. Fotografi 5. Bahasa Turki 6. Sains 7. Bahasa Jepang 8. Theater 9. Information & Techhnology 10. Social Observation

Selain kegiatan-kegiatan diatas, SMA Semesta juga mempunyai

program khusus dibidang olimpiade. Program ini bertujuan

mempersiapkan siswa - siswa menghadapi olimpiade Sains dan lomba -

lomba mata pelajaran.

48

Mata pelajaran Olimpiade:

1. Matematika

2. Fisika

3. Kimia

4. Biologi

5. Astronomi

6. Komputer

7. Ekonomi / Akuntansi

8. Kebumian

Kegiatan selain olimpiade, adalah kegiatan projek (karya ilmiah)

bagi siswa yang berminat. Bidang projek ini dapat diikuti oleh siswa

antara lain, lingkungan, sains, komputer, desain ataupun sosial.3

5. Pelaksanaan Pengelolaan Kelas di SMA Semesta

Kegiatan pengelolaan kelas meliputi dua hal yaitu pengaturan

orang (siswa) dan pengaturan fasilitas. Berdasarkan hasil penelitian,

penulis menyimpulkan bahwa pelaksanaan pengelolaan kelas di SMA

Semesta adalah:

a. Kegiatan pengaturan siswa di SMA Semesta meliputi:

1) Pembentukan organisasi siswa

Pembentukan organisasi di dalam kelas diharapkan akan

membantu guru atau wali kelas baik dalam ketertiban kelas

ataupun dalam melakukan pengawasan. Di SMA Semesta siswa

dilatih untuk berorganisasi, seperti memiliki struktur

kepengurusan kelas yang tetap dalam sebuah kelas, misalkan

ketua kelas beserta pengurusnya secara tetap.

Dalam pengorganisasian siswa guru bersifat demokratis,

sehingga tiap kelas memiliki konsep dalam kepengurusannya.

3 Wawancara dengan Ibu Ida Verawati selaku Guru PAI SMA Semesta pada tanggal 22

Oktober 2010,

49

misalkan di kelas XI terdapat ketua kelas dan beberapa pengurus

didalamnya yang telah dipilih oleh warga kelas, ketika dirasa

perlu adanya reorganisasi maka siswa secara demokratis akan

menentukan pilihan kepengurusan lagi, dengan diketahui oleh

guru atau wali kelas. Guru atau wali kelas juga mengadakan

program dekorasi kelas yang dibantu oleh siswa, dekorasi ini

dimaksudkan untuk mendekorasi kelas sesuai dengan Mapel.

Misalkan kelas Mapel Bahasa Indonesia, maka kelas didesain

dan disesuaikan dengan Mapel.

Program kelas juga menerapkan setiap kelas diawasi oleh

empat sampai lima orang siswa terdiri dari ketua dan anggota

yang dipercayai oleh wali kelas untuk mengawasi aktifitas

teman-teman di dalam kelas.

Selain itu setiap akhir semester setiap kelas mengadakan

camping bersama yang yang disepakati oleh siswa dan wali

kelas. Camping ini memiliki kegiatan bersama dalam suatu villa,

sehingga beban kepenatan hidup bisa lepas, agar supaya bisa

melakukan evaluasi diri untuk lebih baik. Kegiatannya meliputi:

sholat berjama’ah sholat sunnah seperti sholat dhuha dan tahajud.

Selain itu juga ada kegiatan permainan di alam terbuka

(outbond).

Di dalam kelas Semesta juga terdapat piket kelas yang

dipilih dan disepakati oleh warga kelas. Piket kelas meliputi

membantu guru mengambil jurnal atau spidol.

Secara umum pengorganisasian dilakukan secara merata

di dalam kelas, dengan melibatkan siswa dalam kelas dengan

memperoleh kesempatan belajar dalam berorganisasi.

2) Pengelompokan peserta didik

50

Sebagaimana yang dijelaskan pada bab II, bahwa diantara

dasar pengelompokan siswa adalah berdasarkan fungsi integrasi

(kesamaan) dan fungsi perbedaan (didasarkan pada perbedaan-

perbedaan yang ada pada peserta didik). Walaupun Semesta

adalah sekolah dengan komunitas besar namun di SMA Semesta

tidak ada pengelompokan siswa secara khusus di dalam kelas

semuanya membaur antara siswa yang kemampuannya sedang

maupun pintar.

3) Penugasan siswa

Konsep belajar di SMA Semesta adalah memahami

makna yang terkandung dalam materi pembelajaran. Hal ini

cenderung menjadikan pemahaman bahwa sekolah bukanlah

beban melainkan hal yang menyenangkan.

Tugas yang diberikan oleh guru terkadang bersifat

kelompok dan individu. Tugas kelompok diantaranya dengan

diskusi, tugas individu dengan mengerjakan PR, Projek (Karya

Ilmiah), tugas membuat slide, membaca buku diperpustakaan

selain buku paket yang disesuaikan dengan Mapel, kemudian

praktek.4

4) Pembimbingan dan pembinaan siswa.

Di SMA Semesta pembimbingan dan pembinaan selalu

dilakukan oleh guru , penanaman dan pembiasaan nilai-nilai

agama sangat diperhatikan oleh guru, sehingga diharapkan siswa

Semesta memiliki akhlak yang baik secara individu maupun

sosial dan mampu mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan

sehari-hari.

4 Hasil Wawancara dengan Ibu Ida Verawati selaku guru PAI SMA Semesta pada

tanggal 30 Oktober 2010.

51

Pembinaan di Semesta dilakukan oleh wali kelas yaitu

dengan memberikan materi mingguan berupa pesan moral dan

agama untuk menambah wawasan siswa mengenai wawasan non

akademik

SMA Semesta menerapkan tidak hanya siswa yang

belajar, guru pun di tuntut untuk terus belajar, bisa dari murid

ataupun dari guru yang lain, guru lebih berperan sebagai

fasilitator, siswa diarahkan untuk belajar secara aktif dan

mandiri, memberi peringatan dan pengarahan ketika siswa

melakukan pelanggaran di dalam kelas, misalkan mengejek

teman atau tidak mengerjakan tugas, tidak memakai kaos kaki,

mamakai asesoris yang berlebihan.

5) Kedisiplinan siswa

Seperti sekolah pada umumnya SMA Semesta memiliki

penegakkan kedisiplinan yang merupakan tanggung jawab

bersama. Diantaranya: Siswa terlambat masuk kelas maka siswa

tersebut wajib lapor kepada koordinator kedisiplinan dan

koordinator pendidikan.

6) Raport dan kenaikan kelas

Untuk penilaian di SMA Semesta berpedoman pada

Aspek kognitif Afektif, dan psikomotorik. Selain aspek kognitif,

afektif dan psikomotorik guru juga menilai pada keaktifan siswa,

semangat belajar, penilaian yang digunakan seperti: tes lisan,

ulangan harian, ulangan mid semester, dan semester.

Raport juga berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan

pada tiap semester. Dalam pelaksanaan Evaluasi pada tiap

semesternya, berdasarkan kurikulum dari DIKNAS atau soal-soal

dari DIKNAS dan juga perpaduan kurikulum Turki yaitu soal-

soal dari SMA Semesta yang dibuat oleh masing-masing guru.

52

Jadi raport di SMA Semesta memiliki penilaian raport dengan

penilaian pelajaran akademik dengan 2 perpaduan, meliputi:

kurikulum DIKNAS dan kurikulum Turki.

b. Pengaturan Fasilitas di SMA Semesta

Di SMA Semesta seperti sekolah formal dengan

bangunannya yang indah dan berbagai fasilitasnya, diantaranya yang

menjadi kenyamanan di SMA Semesta adalah dengan tersedianya

media pembelajaran disetiap kelas yang disesuaikan dengan mata

pelajaran.

Pengaturan fasilitas yang dilakukan oleh guru pada

pembelajaran meliputi

1) Pengaturan tempat duduk

Agar tercipta kegiatan belajar mengajar dengan baik,

maka ruangan tempat belajar merupakan salah satu hal yang

perlu diperhatikan. Dalam hal ini tempat belajar di Semesta

sama dengan tempat belajar seperti sekolah pada umumnya.

Di Semesta guru memberi kebebasan kepada siswa untuk

menentukan tempat duduknya, sehingga siswa tidak jenuh

dengan suasana kelas yang di tempatinya. Guru juga mempunyai

otonomi dalam menempatkan tempat duduk siswa dengan

menyesuaikan materi yang akan disampaikan, misalnya: diskusi.

2) Pengaturan alat-alat pengajaran

Di SMA Semesta pembelajaran dalam kelas memiliki

alat-alat pengajaran, diantaranya:

a) Alat peraga

Di SMA Semesta juga memiliki alat peraga yang

diletakkan di kelas agar memudahkan penggunaannya, seperti

LCD, projektor, spidol, penghapus, jam dinding dan lain-lain.

53

Karena sekolah Semesta menerapkan moving class maka

setiap kelas memiliki alat peraga disesuaikan dengan Mapel.

b) Papan tulis

Digunakan sebagai media pelajaran, sehingga

memudahkan siswa ataupun guru untuk melaksanakan

pembelajaran, papan tulis juga membantu siswa untuk

melakukan diskusi.

c) Lemari buku

Di setiap kelas terdapat lemari yang digunakan untuk

meletakkan buku-buku pelajaran atau alat-alat peraga ringan

sebagai media pembelajaran. Lemari buku di letakkan di

dekat papan tulis. Agar memudahkan guru dan siswa jika

akan mengambil barang di dalamnya.

3) Penataan keindahan dan kebersihan ruangan kelas

Dengan adanya rerimbunan pohon dibelakang dan

didepan kelas Semesta menjadikan kelas sangat nyaman sekali

dirasakan, sehingga anak akan merasa enjoy dalam mengikuti

pembelajaran dan dengan demikian proses pembelajaran akan

berjalan tanpa ada tekanan-tekanan.

a) Penempatan hiasan dinding, hiasan dinding (pajangan kelas),

dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran, diantaranya:

peta, gambar pahlawan, tulisan-tulisan yang terkait dengan

pembelajaran, dan juga hasil karya siswa, misalkan gambar,

puisi atau tulisan cerita.

b) Pemeliharaan kebersihan, memelihara kebersihan dan

kenyamanan kelas / ruang belajar, sama artinya dengan

mempermudah anak didik menerima pelajaran. Ruang kelas

yang bersih dan segar akan menjadikan anak didik bergairah

belajar. Kebersihan kelas menjadi tanggungjawab berspama,

54

untuk itu kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan guru untuk

menciptakan kebersihan tersebut, diantaranya Anak didik

tidak boleh membuang sampah sembarangan, tidak boleh

mencoret-coret meja dan guru selalu mengawasi kebersihan

dan ketertiban kelas.

4) Ventilasi dan tata cahaya

Di SMA Semesta sangat terjamin sekali kenyamanan

dalam kelas. Dengan lingkungan yang asri udara akan menjadi

sehat dan semua peserta didik dalam kelas dapat menghirup

udara segar yang cukup, dan juga peserta didik tetap dapat

melihat tulisan.

6. Penerapan Moving Class di SMA Semesta Semarang

Penerapan moving class sangat erat kaitannya dengan proses

pembelajaran. Berikut ini pelaksana, tugas, tanggung jawab dan

wewenang, meliputi:

1. Penanggung Jawab Akademik SMA Semesta.

Dalam hal ini yang mempunyai peran penting dalam

keberlangsungan kegiatan kelas adalah wali kelas, yang mempunyai

tugas dan kewajiban khusus diantaranya:

a. Program koordinasi orang tua murid meliputi kunjungan,

komunikasi, dan pelibatan orang tua siswa dalam kegiatan kelas.

Koordinasi ditujukan dengan mengundang orang tua siswa

berkaitan dengan hasil belajar siswa (mid semester/ pertengahan

semester) dengan pihak sekolah memberikan raport pertengahan

semester siswa. Pelibatan orang tua siswa ini bertujuan agar

orang tua siswa dapat mengetahui sejauh mana hasil belajar

anaknya dan untuk perbandingan mid semester berikutnya agar

hasilnya lebih baik lagi.

55

b. Koordinasi kelas meliputi pengembangan tanggung jawab antar

siswa, pengembangan kepedulian antar siswa, dan

pengembangan kemandirian kelas untuk bisa menyelesaikan

permasalahan individu antar mereka maupun penyelesaian

terhadap suatu masalah bersama antar mereka.

c. Sebagai konsultasi dan bimbingan dimana setiap siswa dapat

mengemukakan masalah pribadi terhadap wali kelas maupun

pembina. Hal ini meliputi pemberian waktu khusus untuk

komunikasi antara wali kelas/ pembina dengan masing-masing

siswa.

d. Sebagai pengganti orang tua di sekolah, yaitu dengan memberi

pembinaan terhadap siswa-siswi SMA Semesta yang dibantu

oleh pembina kelas.

e. Wali kelas bersama dengan guru mapel saling berkoordinasi jika

terdapat siswanya yang mempunyai kesulitan dalam belajar,

meliputi: siswa yang nilainya di bawah kriteria ketuntasan

minimum (KKM), siswa yang mengikuti perlombaan olimpiade,

maka guru memberikan pelayanan bimbingan kepada siswa,

seperti memberi jam tambahan belajar. Jam tambahan ini

diberikan diluar pelajaran dengan siswa meminta jam tambahan

kepada guru mapel yang berkoordinasi dengan wali kelas.

Karena Semesta sekolah berasrama maka siswa diberi jam

tambahan yaitu pada jam belajar mandiri malam dilaksanakan

pada pukul 19.30 WIB yang dibina oleh pembina asrama dan

juga guru piket (diantaranya pembina dari kalangan mahasiswa

yang mempunyai keahlian di bidang mata pelajaran tertentu yang

dibutuhkan oleh siswa).

f. Wali kelas merekap tingkat kehadiran siswa serta mengumpulkan

nilai hasil belajar siswa seperti nilai mid (pertengahan semester),

serta nilai semester yang kemudian diserahkan kepada bagian

56

administrasi pengolahan nilai atau pengembang teknologi

informasi komunikasi (TIK).

Tugas wali kelas juga membantu kegiatan-kegiatan

kebersamaan seperti:

1) Camping Program yang biasanya dilakukan setiap liburan

semester, dimana para siswa memiliki kegiatan bersama dalam

suatu villa, sehingga beban kepenatan hidup bisa lepas, agar

supaya bisa melakukan evaluasi diri untuk lebih baik.

Kegiatannya meliputi: sholat berjamaah, sholat sunnah seperti

sholat dhuha dan tahajud. Selain itu juga ada permainan di alam

terbuka atau yang di kenal dengan sebutan outbond. Kegiatan ini

dilaksanakan dari hasil kesepakatan wali kelas dengan peserta

didik.

2) Reading program yang dilakukan setiap minggu dihari sabtu pagi

selama 2 jam pembelajaran, reading prorgam ini bertujuan agar

menambah wawasan siswa sekaligus membiasakan budaya

membaca antar siswa.

3) Counselling, dimana wali kelas akan memberikan materi

mingguan berupa pesan moral dan agama untuk menambah

wawasan siswa mengenai wawasan non akademik.5

2. Pengembang (Teknologi Informasi Komunikasi) TIK SMA Semesta

Untuk pengembang TIK SMA Semesta memiliki kewajiban

melakukan perawatan dan pengembangan prasarana TIK yang

berkaitan dengan administrasi dan pembelajaran. Tugas pengembang

TIK SMA Semesta Semarang antara lain:

a. Melakukan pengolahan nilai, baik untuk nilai mid semester

maupun nilai semester bekerjasama dengan wali kelas dan guru

mapel.

5 Wawancara dengan Ibu Ida Verawati selaku Guru PAI SMA Semesta pada tanggal 22 Oktober 2010.

57

b. Menyediakan format penilaian sesuai format yang berlaku.

Format tersebut digunakan untuk membuat laporan hasil

penilaian. Penilaian tersebut di dapat dari guru mapel masing-

masing bekerjasama dengan dengan wali kelas. Hasil penilaian

diolah dan dimasukkan ke dalam SIM.

c. Membuat hasil analisa penjurusan peserta didik berdasarkan data

yang telah diserahkan oleh penanggung jawab akademik.

Penjurusan dilaksanakan ketika kenaikan kelas X ke kelas XI.

Penjurusan di SMA Semesta ada 3 yaitu Ilmu Alam, Ilmu Sosial

dan Bahasa. Karena para siswa mayoritas besar mengambil

jurusan Ilmu Alam maka SMA Semesta mulai tahun 2008 hanya

membuka jurusan Ilmu Alam (Matematika,Fisika, Biologi).

Penjurusan ini dianalisa dengan hasil rapat Kepala Sekolah

dengan guru Mapel.

d. Membuat rekap terkait kehadiran (absensi) peserta didik,

kehadiran guru berdasarkan data yang diserahkan oleh

penanggung jawab akademik dan hasil input data sistem

informasi manajemen absensi guru dan karyawan SMA

Semesta.6

3. Pengelola Moving Class secara akademik dibawah Wakasek Urusan

Kurikulum SMA Semesta, menjelaskan kewajiban dan tugas sebagai

berikut:

a. Mengelola jadwal dan perencanaan moving class.

Dalam merencanakan moving class, waka kurikulum

SMA Semesta beserta dewan guru merapatkan hal-hal yang

terkait dengan moving class, yang meliputi: jumlah ruang kelas,

jam mengajar guru, pendistribusian jam guru mapel yang

disesuaikan dengan jadwal mengajarnya. Perencanaan moving

6 Wawancara dengan Bapak Riris Fatmanto selaku Waka Kurikulum pada tanggal 5 Oktober 2010.

58

class ini melibatkan kepala sekolah, waka kurikulum, dewan

guru.

Pengelolaan moving class SMA Semesta meliputi:

pembagian kerja guru, wali kelas, masing-masing guru mapel,

ruang kelas yang disesuaikan dengan karakteristik mata

pelajaran. Di SMA Semesta terdapat perkumpulan guru antar

mata pelajaran (Zume istilah bahasa turki). Kegiatan Zume

dalam lingkup sekolah SMA Semesta diadakan rutin dua minggu

sekali. Sedangkan perkumpulan guru mapel seluruh PASIAD Se-

Indonesia diadakan setahun dua kali. Zume ini bertujuan untuk

mengevaluasi dan memperbaiki pengajaran. Kegiatan zume

meliputi: kerjasama antar guru mapel seperti menyamakan

materi, saling berdiskusi tentang tugas dan kondisi siswa, saling

mengevaluasi dengan mengadakan (microteaching) antar guru

Mapel, pembagian tugas dalam pembuatan soal, saling menukar

materi, rapat mit, dan persiapan semesteran.

Setelah membuat perencanaan, maka waka kurikulum

dibawah koordinator kepala sekolah memberi pengarahan

terhadap dewan guru dengan melakukan rapat wali kelas,

meliputi: laporan wali kelas terhadap siswa yang dibinanya, yang

mana dalam hasil laporan ini terdapat tindak lanjut dan

dirapatkan di Zume dengan membahas permasalahan yang ada

serta mencari solusi untuk menyelesaikan masalah jika wali kelas

mendapati siswa yang bermasalah dalam kelas. Selain itu ada

rapat pendidikan yang rutin dilaksanakan setiap hari senin, rapat

supervisi dibawah koordinator pendidikan yang dilaksanakan

setiap hari.

Hasil dari pelaksanaan moving class lalu dikontrol atau

diawasi dengan meninjau ulang masing-masing kelas yang

bertanggung jawab dalam hal ini selaku masing-masing wali

59

kelas dengan melaporkan semua aktivitas kelas di bawah

koordinator pendidikan dalam rapat pendidikan yang

dilaksanakan rutin setiap hari senin.

Dalam mengelola jadwal, SMA Semesta menggunakan

Asc Timetables 2008 (program software). Cara ini mempunyai 3

tahap diantaranya:

1) Tahap inventarisasi, yaitu mengiventarisasi jumlah jam

masing-masing mapel tiap kelas perminggu (diketahui dari

struktur program kurikulum), jumlah jam dan mapel yang

diajarkan tiap guru pada suatu kelas (dapat dilihat dari

pembagian tugas mengajar), jumlah jam pelajaran maksimum

tiap ruang mapel.

2) Tahap entry data, yaitu tahap memasukkan data guru (nama,

kode, warna, mengajar jenis mapel dan kela serta jumlah

tatap muka, hari/jam kosong), data mapel (nama mapel, kode,

jam-jam kosong), data kelas (nama kelas, kode, kelompok

siswa), data dan ruang (nama ruang, kode hari/jam kosong).

Pada tahap ini sebenarnya sama dengan pembuatan kartu

pada cara pertama, tetapi semua dilakukan secara

computerized.

3) Distribusi jam, yaitu mendistribusikan kartu-kartu tatap muka

perguru permapel yang mempunyai kondisi persyaratan

tertentu. Pendistribusian kartu dapat dilakukan dengan dua

cara yaitu otomatis (generate) dan manual. Pada cara

otomatis, setelah data sudah ter-entry (semua kartu sudah

dibuat) dapat didistribusikan secara otomatis sehingga

penyusun jadwal tidak perlu berfikir untuk mendistribusikan

kartu-kartu yang tersedia.

60

b. Mengkoordinasi Penanggung Jawab Akademik dalam

pelaksanaan administrasi dan bimbingan terhadap peserta didik.

c. Menyiapkan format-format, meliputi: format laporan tahunan

yayasan.

d. Menyusun peraturan dalam pelaksanaan kegiatan PBM, remedial

dan pengayaan dilaksanakan diluar jam pelajaran. Mengatur

tugas piket guru, yang meliputi: keliling kelas untuk mengecek

kehadiran guru, dan kehadiran siswa.7

Dalam penerapan moving class, strategi pengelolaan moving

class di SMA Semesta diantaranya:

1. Pengelolaan Perpindahan Peserta didik

a. Siswa SMA Semesta berpindah ruang belajar sesuai mata

pelajaran yang diikuti berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan.

b. Peraturan waktu perpindahan antar kelas yang diberlakukan oleh

SMA Semesta adalah 5 menit.

c. Siswa diberi kebebasan untuk menentukan tempat duduknya

sendiri.

d. Bel tanda perpindahan suatu kegiatan pembelajaran dibunyikan

pada saat pelajaran kurang 5 menit.

e. Penggunaan ruang dan tata tertib dalam pelaksanaan kegiatan

pembelajaran serta konsekuensinya di berlakukan kepada semua

siswa, penggunaan ruang kelas disesuaikan dengan mata

pelajaran yang akan diajarkan, misalkan ruang kelas PAI paling

tidak siswa bersikap duduk sopan, tidak berbicara senonoh, tidak

mencoret-coret meja, dan tidak boleh membuang sampah

sembarangan.

7 Wawancara dengan Bapak Riris Fatmanto selaku Waka Kurikulum pada tanggal 5

Oktober 2010.

61

f. Peserta didik diberi toleransi keterlambatan 5 menit, diluar waktu

tersebut peserta didik tidak diperkenankan masuk sebelum

melapor kepada koordinator kedisiplinan dan koordinator

pendidikan.

2. Pengelolaan Ruang Belajar-Mengajar

a. Guru SMA Semesta diberikan kewenangan untuk mengatur

ruang belajar sesuai karakteristik mata pelajarannya. Misalkan

ruang belajar PAI, dalam pembelajaran materi sholat jenajah

maka guru berwenang menerapkan metode praktek, jika

menerapkan metode ceramah guru menggunakan media yang

disediakan oleh sekolah.

b. Ruang belajar SMA Semesta memiliki sarana dan media

pembelajaran yang sesuai, jadwal mengajar guru yang ditempel

disetiap depan kelas, Tata Tertib peserta didik dan Daftar

Inventaris yang ditempel di dinding.

c. Tiap rumpun mata pelajaran telah disediakan prasarana

multimedia. Seperti kelas PAI penggunaan prasarana diatur oleh

penanggung jawab rumpun mata pelajaran selaku guru mapel

masing-masing. Perangkat multimedia di SMA Semesta

disediakan di setiap kelas seperti LCD, projektor, Lab.

d. Guru mata pelajaran mempunyai tanggung jawab terhadap

ruang belajar yang ditempatinya seperti merawat penggunaan

kelas.

3. Pengelolaan Pembelajaran

a. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan semi team

teaching. Artinya bahwa guru tidak sepenuhnya bekerja dalam

satu tim, ada bagian operasionalnya dilaksanakan secara

personal.

62

b. Apabila seorang guru tidak dapat mengajar karena suatu hal atau

sedang melaksanakan tugas dan kegiatan kedinasan lain yang

berkaitan dengan peningkatan mutu, maka SMA Semesta

mempuyai prosedur/peraturan tersendiri. Pertama, jika guru

tidak dapat mengajar, maka guru mencari pengganti sebelumnya

harus ada konfirmasi kepada manajer pendidikan yaitu harus

mendapat ijin lebih dahulu. Kedua, jika tidak dapat digantikan

oleh guru mapel yang lain maka guru yang berhalangan memberi

tugas kepada siswanya dengan menitipkan tugas kepada guru

piket.

4. Pengelolaan Administrasi Guru dan Peserta didik di SMA Semesta

a. Setiap guru berkewajiban mengisi daftar hadir dengan

melakukan sistem sidik jari yang telah disediakan oleh sekolah.

Guru mengisi daftar hadir peserta didik kedalam jurnal yang

telah disediakan.

b. Guru mengisi laporan kemajuan belajar peserta didik sesuai

format yang disediakan. Guru membuat laporan khusus yang

memerlukan penanganan kepada penanggung jawab akademik,

meliputi: pemetaan per bab materi yang telah diajarkan oleh

guru. Dari pemetaan tersebut dapat diketahui sejauh mana siswa

pemahaman siswa.

c. Guru membuat Jadwal topik/materi yang diajarkan kepada

peserta didik.8

5. Pengelolaan Remedial dan Pengayaan di SMA Semesta

Adapun pengelolaan remedial dan pengayaan di SMA

Semesta adalah sebagai berikut:

8 Hasil wawancara dengan Ibu Ida Verawati selaku Guru PAI SMA Semesta pada

tanggal 22 oktober 2010.

63

a. Remedial dan pengayaan di SMA Semesta dilaksanakan diluar

jam kegiatan tatap muka dan praktik.

b. Kegiatan remedial dan pengayaan yang dilaksanakan guru mapel

di Semesta menggunakan waktu 60 menit sampai 90 menit

menyesuaikan dengan guru Mapel.

c. Pelaksanaan Remedial dan pengayaan dilaksanakan secara

berkelanjutan berdasarkan hasil analisis postest, ulangan harian

dan ulangan mid semester.9

6. Pengelolaan Penilaian

a. Penilaian proses dilakukan setiap saat untuk menilai kemajuan

belajar peserta didik, seperti menilai dari semangat belajar siswa

dan inisiatif siswa. Sedangkan penilaian produk/hasil belajar

dilakukan melalui ulangan harian meliputi: test lisan. Selain itu

ada test pertengahan semester (mid semester), dan test semester.

Penilaian meliputi kognitif, praktik dan sikap yang disesuaikan

dengan peraturan yang telah ditetapkan serta mengacu pada

karakteristik mata pelajaran.

b. SMA Semesta tidak mengadakan remedial untuk ujian/ulangan

semester. Remedial dilakukan sesuai dengan ketentuan

pengelolaan remedial dan pengayaan. Remedial dan pengayaan

di Semesta meliputi: bimbingan belajar yang dikoordinasi antara

wali kelas dan guru mata pelajaran.

c. Dari hasil penilaian, guru mengisi laporan hasil tersebut dengan

mengisi format yang disediakan oleh bagian administrasi

penilaian. Setelah semuanya terisi maka guru wajib menyerahkan

hasil nilai kepada bagian administrasi bagian pengolahan nilai

yang mana akan dimasukkan ke dalam SIM sebagai data. Dari

9 Hasil wawancara dengan Ibu Ida Verawati selaku Guru PAI SMA Semesta pada

tanggal 30 Oktober 2010.

64

SIM data nilai bagian administrasi juga memberikan soft copy

atau print out kepada guru mapel.

d. Setiap guru mapel mempunyai tanggung jawab dan memiliki

kewenangan penuh terhadap mata pelajaran yang diampunya.

Segala perubahan terhadap hasil penilaian hanya dapat dilakukan

oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

7. Refleksi Siswa Terhadap Penerapan Moving Class di SMA Semesta

Semarang

Disini penulis akan menyimpulkan hasil tanggapan para siswa

dari penerapan moving class di SMA Semesta diantaranya adalah

sebagai berikut:

No Sisi Positif Moving Class Sisi Negatif moving class

1 Siswa tidak merasa bosan

karena setiap pergantian mata

pelajaran maka berbeda pula

kelas yang ditempatinya sesuai

dengan karakteristik mata

pelajaran yang telah

dijadwalkan oleh sekolah.

Membuat siswa kelelahan

ketika harus bergerak ke kelas

yang jaraknya agak jauh

2 Menyehatkan fisik siswa,

karena siswa harus bergerak ke

kelas yang satu ke kelas

lainnya.

3 Para siswa bisa lebih membaur

dengan teman dari siswa kelas

Siswa sering terlambat masuk

kelas10

10 Hasil wawancara dengan para siswa di SMA Semesta pada tanggal 30 Oktober

2010.

65

lain

4 Mengurangi rasa kantuk siswa

5 Guru memiliki persiapan yang

lebih untuk mempersiapkan

bahan pengajaran.

6 Guru memiliki wewenang

untuk untuk menggunakan

ruangan kelasnya untuk

mengajar sesuai dengan

karakteristik mata pelajaran

7 Setiap kelas didesain dengan

berbagai macam hiasan kata-

kata yang membangun

semangat siswa atau tulisan-

tulisan yang berkaitan dengan

pelajaran, sehingga membuat

siswa berfikir jernih dan sehat.

Penerapan moving class sangat erat kaitannya dengan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sehingga keberhasilan dalam

pengelolaan kelas adalah membantu dalam kelancaran proses

pembelajaran. Dari uraian –uraian positif dan negatif diatas dapat

disimpulkan bahwa dengan adanya penerapan moving class, diharapkan

peserta didik tidak merasa jenuh, sehingga peserta didik lebih fresh

menerima pelajaran.

66

BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN MOVING CLASS

DI SMA SEMESTA SEMARANG

Sebagaimana tertera dalam Bab I bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui pelaksanaan pengelolaan kelas di SMA Semesta Semarang serta

bagaimana fungsi pengelolaan dalam penerapan sistem moving class. Untuk itu

dalam bab IV penulis akan menganalisis dua hal tersebut sesuai dengan metode

yang digunakan yaitu metode deskritif kualitatif.

Dalam hal ini penulis menganalisis dua aspek. Pertama, mengenai

pelaksanaan pengelolaan kelas di SMA Semesta Semarang. Kedua, bagaimana

fungsi pengelolaan dalam penerapan sistem moving class di SMA Semesta.

Disamping itu juga penulis juga melakukan analisis fungsi pengelolaan sistem

moving class yang terdiri dari planning (perencanaan), organizing

(pengorganisasian), actuating (penggerakan), dan controlling (pengawasan) di

SMA Semesta Semarang.

A. Analisis Pelaksanaan Pengelolaan Kelas di SMA Semesta

Pengelolaan Kelas adalah menunjuk kepada berbagai jenis kegiatan

yang disengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk menciptakan dan

mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar

mengajar. Pengelolaan kelas merupakan hal yang berbeda dengan pengelolaan

pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dari pembelajaran.

Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk

menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya

proses belajar (pembinaan, penghentian perilaku peserta didik yang

menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas

oleh peserta didik secara tepat waktu, penerapan norma kelompok yang

produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan

pengaturan fasilitas.

67

Sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa kegiatan

pengelolaan kelas meliputi kegiatan pengaturan orang (siswa), dan pengaturan

fasilitas. Berdasarkan hasil penelitian, penulis menganalisis pelaksanaan

pengelolaan kelas di SMA Semesta sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Pengelolaan kelas di SMA Semesta

Dalam melaksanakan pembelajaran di kelas, guru di SMA Semesta

melakukan pengaturan siswa dan alat pengajaran agar belajar bisa

dilaksanakan secara kondusif.

a. Kegiatan pengaturan siswa di SMA Semesta

Diantara tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap siswa

dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara

efektif dan efisien. Kegiatan pengaturan siswa di SMA Semesta

meliputi:

1) Pembentukan organisasi siswa

Pelatihan berorganisasi sangatlah baik untuk siswa, karena

siswa akan belajar mengatur diri sendiri dan juga organisasinya,

karena dengan berorganisasi akan menumbuhkan jiwa

kepemimpinan, tanggungjawab, dan kerjasama. Organisasi juga

merupakan miniatur kehidupan bermasyarakat, sehingga bisa

menjadi bekal siswa untuk terjun dalam masyarakat kelak.

Pembagian beban kerja kepada siswa di samping membantu guru

mengelola kelas juga menumbuhkan rasa tanggungjawab kepada

siswa. Hal ini dibuktikan dengan adanya program dekorasi dan

program pengawasan yang melibatkan antara walikelas dan siswa.

2) Pengelompokan peserta didik

Di SMA Semesta tidak menerapkan pengelompokkan

peserta didik, itu artinya Semesta menerapkan konsep tidak adanya

saling perbedaan. Dengan demikian tidak adanya pengelompokan

dalam tiap kelas guru di SMA Semesta menjadikan semua anak

bisa berbaur belajar menjadi satu, tidak ada kasta-kasta baru yang

dibangun berdasarkan kecerdasan ataupun kekayaan. Semesta

68

memandang bahwa potensi setiap siswa adalah sama, sebab tujuan

pembelajarannya adalah membangun tradisi ilmiah, tidak hanya

sekedar memicu prestasi, akan tetapi siswa di didik untuk menjadi

pembelajar yang optimal dalam pembelajarannya.

3) Penugasan siswa

Pada dasarnya pemberian tugas yang dilakukan oleh guru di

SMA Semesta yaitu memperhatikan tugas yang diberikan kepada

siswa harus jelas, sehingga anak mengerti betul apa yang harus

dikerjakan. Pemberian tugas yang diberikan guru Semesta oleh

siswa sudah baik. Sebagaimana yang disampaikan oleh Winarno

Surachmad dalam metodologi pengajaran nasional bahwa, dalam

memberikan tugas guru harus menjelaskan aspek-aspek yang perlu

dipelajari oleh siswa, agar para siswa tidak merasa bingung apa

yang harus dipelajari dan segi-segi mana yang harus dipentingkan.1

4) Pembimbingan dan pembinaan siswa.

Pembimbingan dan konseling adalah bentuk kegiatan

sebagai salah satu fungsi educational yang tidak dapat dipisahkan

dengan fungsi manajerial guru, karena hal itu berhubungan dengan

tugas pokok seorang guru.

Guru Semesta lebih berperan sebagai fasilitator, siswa

diarahkan untuk belajar secara aktif dan mandiri, memberi

peringatan dan pengarahan ketika siswa melakukan pelanggaran di

dalam kelas Hal ini menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa,

mengikuti pelajaran dengan baik, melaksanakan ajaran agama,

mentaati peraturan kelas merupakan keterampilan emosional yang

harus dimiliki siswa.

5) Kedisiplinan siswa

Disiplin adalah keadaan tertib di mana para guru, staf

sekolah, dan siswa yang tergabung dalam sekolah tunduk pada

1 Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: Jemmars, TT),

hlm. 91.

69

peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dengan senang hati.

Berdasarkan definisi tersebut, pembinaan disiplin siswa itu dapat

didefinisikan sebagai kegiatan pembinaan ketertiban siswa.

Ketertiban di sini ditandai dengan perilaku siswa yang tunduk

kepada peraturan-peraturan yang berlaku di sekolah.2

Dalam pembinaan kedisiplinan, guru di SMA Semesta

selalu menumbuhkan kesadaran siswa, seperti menasehati dan

memberi motivasi diakhir pelajaran kepada siswa untuk tidak

terlambat. Guru bersama-sama dengan siswa selalu menjaga

kedisiplinan kelas dalam pembelajaran, sehingga tidak hanya guru,

sesama siswapun saling mengontrol, atau mengingatkan.

6) Raport dan kenaikan kelas

Untuk penilaian di SMA Semesta berprinsip bahwa tingkat

kecerdasan bukan satu satunya faktor untuk menentukan prestasi,

belajar tidak untuk mengejar nilai, tapi untuk bisa memanfaatkan

ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Dan di SMA Semesta

keseragaman bukan pada apa yang dikenakan, tapi pada akhlaknya.

Agar orang tua selalu mengetahui perkembangan anak dan

juga untuk menjalin komunikasi dengan orang tua siswa, SMA

Semesta selalu membuat laporan kepada orangtua, dengan

mengadakan pertemuan dengan orang tua siswa terkait dengan

penguasaan pengetahuan umum.

Dengan sistem yang demikian akan terjalin komunikasi

yang baik antara guru atau sekolah dan orangtua siswa untuk selalu

mengikuti perkembangan siswa. Seperti pertemuan diadakan ketika

setelah Mid Semester sudah efektif, tidak hanya guru yang

melaporkan perkembangan siswa kepada orang tua, akan tetapi ada

timbal balik, dimana orang tua juga akan memberikan laporan

terkait perkembangan anak.

2Ibrahim Bafadal, Dasar-dasar Manajemen dan Supervisi Taman Kanak-Kanak,

(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), hlm. 37.

70

Dengan demikian sangatlah membantu guru di dalam

mengajar, karena guru bisa mengetahui perkembangan anak secara

intelektual.

Selain raport penataan siswa di dalam kelas dalam aspek

pengelolaan kelas yang merupakan garapan guru di SMA Semesta

adalah kenaikan kelas. Aspek ini disamping memerlukan

ketrampilan khusus juga sangat dibutuhkan konsisten dan guru

tersebut.

b. Pengaturan Fasilitas di SMA Semesta

Pengelolaan fasilitas dalam hal ini terkait dengan penataan

ruang (kelas). Dengan adanya pengelolaan ruang yang baik akan

menciptakan kelas yang atraktif, cerah dan nyaman sehingga dapat

menciptakan perilaku-perilaku yang positif, yang menuntun pada

prestasi yang meningkat. Sedangkan kelas yang suram dan kusam

dapat memiliki pengaruh yang sebaliknya karena siswa tidak betah di

dalam kelas sehingga malas untuk mengikuti pembelajaran. Ruang

tempat belajar harus memungkinkan semua bergerak leluasa tidak

berdesak-desakan dan tidak saling mengganggu antara peserta didik

yang satu dengan yang lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar.

Ruang tempat belajar di SMA Semesta memungkinkan semua

bergerak leluasa tidak berdesak-desakan dan tidak saling mengganggu

antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya pada saat

melakukan aktivitas belajar, sehingga guru lebih mudah untuk

melakukan pengelolaan fasilitas dalam kelas.

Pengaturan fasilitas yang dilakukan oleh guru pada

pembelajaran dikelas meliputi:

1) Pengaturan tempat duduk

SMA Semesta menerapkan sistem moving class, maka

siswa diberi kebebasan dalam menentukan tempat duduknya

sendiri, sehingga siswa tidak merasa jenuh dengan tempat

belajarnya.

71

Pemberian otonomi guru dalam mengatur tempat duduk

siswa tujuannya adalah menyesuaikan materi yang diberikan.

Sehingga, dengan adanya otonomi guru dapat memberi

kemudahan dalam menyesuaikan materi yang diberikan sesuai

dengan kebutuhan.

2) Pengaturan alat-alat pengajaran

Alat-alat pengajaran atau media pengajaran berfungsi untuk

membantu dalam pembelajaran, sehingga siswa lebih mudah untuk

memahami isi dari materi pelajaran. Di SMA Semesta

pembelajaran yang dilakukan memiliki alat-alat pengajaran,

diantaranya:

a) Alat peraga

Di SMA Semesta juga memiliki alat peraga yang

diletakkan di kelas agar memudahkan penggunaannya.

Misalkan spidol, penghapus, jam dinding, proyektor, LCD.

Diantara kemampuan yang harus dimiliki seorang guru

adalah mampu menggunakan alat peraga dalam pembelajaran,

sehingga memudahkan siswa untuk memahami apa yang di

ajarkan oleh guru.

b) Papan tulis

Di dalam Semesta, kelas terdapat papan tulis sebagai

media pelajaran, sehingga memudahkan siswa ataupun guru

untuk melaksanakan pembelajaran, papan tulis juga membantu

siswa untuk melakukan diskusi, papan tulis yang ada di SMA

Semesta di letakkan di depan, sehingga memudahkan guru

ataupun siswa untuk menggunakannya.

c) Lemari buku

Di setiap kelas Semesta terdapat lemari yang

digunakan untuk meletakkan buku-buku pelajaran atau alat-alat

peraga ringan sebagai media pembelajaran. Lemari buku di

72

letakkan di dekat papan tulis, agar memudahkan guru dan siswa

jika akan mengambil barang di dalamnya.

Lemari buku yang ada dikelas sangat membantu dalam

melakukan penataan ruangan, karena buku pelajaran dan juga

alat peraga bisa di letakkan didalamnya, sehingga kelas tidak

akan berantakan dan terlihat rapi, dan juga memudahkan guru

ataupun siswa ketika akan menggunakannya.

3) Penataan keindahan dan kebersihan ruangan kelas

Kelas yang indah dan bersih akan menjadikan guru dan

siswa merasa nyaman dalam melakukan pembelajaran. Dengan

kelas bersih, rapih, memberikan pemandangan indah dan segar

bagi siswa di SMA Semesta sehingga membuat siswa tidak merasa

bosan, dan anak akan merasa nyaman dalam mengikuti

pembelajaran dan dengan demikian proses pembelajaran akan

berjalan tanpa ada tekanan-tekanan. Untuk menjaga keindahan

kelas di dalam Semesta dilakukan beberapa hal, diantaranya:.

a) Penempatan hiasan dinding

Hiasan dinding (pajangan kelas), dimanfaatkan untuk

kepentingan pengajaran, diantaranya: peta, gambar pahlawan,

tulisan-tulisan yang terkait dengan pembelajaran, dan juga

karya-karya siswa, misalkan gambar, puisi atau tulisan cerita.

b) Pemeliharaan kebersihan,

Memelihara kebersihan dan kenyamanan kelas / ruang

belajar, sama artinya dengan mempermudah anak didik

menerima pelajaran. Ruang kelas yang bersih dan segar akan

menjadikan anak didik bergairah belajar. Kebersihan kelas

menjadi tanggungjawab bersama, untuk itu kegiatan yang

dilakukan oleh siswa dan guru untuk menciptakan kebersihan

tersebut, diantaranya guru mengingatkan kepada siswa untuk

tidak buang sampah sembarangan dan tidak mencoret-coret

meja. Ataupun dari antar siswa saling mengingatkan.

73

Secara tidak langsung, guru telah menanamkan rasa

tanggungjawab kepada para siswa dan juga bergotongroyong,

karena kebersihan kelas menjadi tanggungjawab bersama.

Dengan kelas yang indah dan bersih akan menumbuhkan

kenyamanan dalam belajar. Sehingga guru akan lebih mudah

menyampaikan pelajaran dan siswa juga senang dalam

mengikuti pembelajaran.

4) Ventilasi dan tata cahaya

Dengan lingkungan kelas yang asri ventilasi dan tata

cahaya di SMA Semesta sangat terjamin sekali. Dengan

lingkungan yang asri udara akan menjadi sehat dan semua peserta

didik dalam kelas dapat menghirup udara segar yang cukup.

Dengan demikian Lingkungan yang ada di SMA Semesta

bebas dari polusi baik udara ataupun suara, karena terletak jauh

dari keramaian jalan raya dan banyaknya pepohonan juga

menjadikan sirkulasi udara sehat.

B. Analisis Fungsi Pengelolaan Dalam Penerapan Moving Class di SMA

Semesta

Banyak keuntungan yang didapat dari pengelolaan moving class

diantaranya:

1. Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa karena

selalu berpindah sesuai dengan mata pelajaran yang ditetapkan sehingga

motivasi belajar siswa lebih tinggi dan siswa lebih fresh dalam menerima

pelajaran.

2. Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat

dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau

wawancara, membuktikan dan mendemonstrasikan, menguji fakta dan

lain-lain.

Untuk dapat mengetahui strategi penerapan moving class di SMA

Semesta, maka dapat dianalisis melalui fungsi-fungsi pengelolaan yaitu

74

“POAC” Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating

(penggerakan), dan Controlling (pengawasan). Pengelolaan merupakan

sebuah proses dengan fungsi pengelolaan secara efektif dan efisien untuk

mencapai suatu tujuan tertentu melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan

sumber-sumber lainnya.3

Fungsi pengelolaan moving class meliputi:

1. Perencanaan

Perencanaan merupakan kegiatan awal dalam suatu lembaga untuk

menetapkan kegiatan yang akan dilakukan pada masa yang akan datang.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengatur sumber daya agar hasil yang

dicapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Perencanaan adalah membuat suatu target-target yang akan dicapai

atau diraih di masa depan. Dalam merencanakan moving class, waka

kurikulum beserta dewan guru mengadakan rapat, yang meliputi: jumlah

ruang kelas, jam mengajar guru, pendistribusian jam guru mapel yang

disesuaikan dengan jadwal mengajarnya. Perencanaan ini melibatkan

kepala sekolah, waka kurikulum, dewan guru. Pelaksanaan jadwal moving

class di Semesta sudah terlaksana dengan baik, terbukti dengan adanya

penggunaan jadwal dengan menggunakan software Asc. timetables.

Perencanaan juga meliputi tugas penanggung jawab akademik

yang pada dasarnya hubungan manusiawi didasari saling pengertian dan

diwujudkan saling tenggang rasa. Dalam bentuk konkritnya komunikasi di

Semesta disalurkan berupa adanya pelibatan orang tua siswa, kerjasama

hubungan interaksi tidak hanya siswa terhadap guru atau walikelas akan

tetapi hubungan interaksi antara guru atau walikelas, siswa, dan orang tua

siswa. Program koordinasi orang tua murid meliputi kunjungan,

komunikasi, dan pelibatan orang tua siswa dalam kegiatan kelas.

3 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme

Tenaga Kependidikan, Pustaka Setia, cet.1. 2002, hlm. 167-168.

75

Koordinasi antara orang tua murid dan wali kelas merupakan program

yang menunjang dalam kemajuan siswa.

Koordinasi kelas di Semesta diwujudkan dengan menciptakan

kerjasama yang didasari saling pengertian akan tugas dan peranan masing-

masing. Dengan koordinasi yang efektif memungkinkan setiap personal

menyampaikan saran-saran, pendapat-pendapat dan gagasan-gagasan,

maka tidak akan terjadi kesimpangsiuran dalam penggunaan waktu dan

fasilitas kelas. Koordinasi kelas meliputi: koordinasi kelas antar siswa,

serta kepedulian antar siswa merupakan bentuk kemandirian bahwa siswa

dilatih untuk bisa menyelesaikan masalah baik itu permasalahan pribadi,

maupun masalah bersama yang merupakan tanggungjawab warga kelas.

Fungsi dari bimbingan penyuluhan adalah menaruh perhatian dan

psikis yang sehat dikalangan siswa. Maka wali kelas sebagai konsultasi

dan bimbingan dapat membantu siswa dalam mengemukakan masalah

pribadi Hal ini meliputi: Counselling, dimana wali kelas akan memberikan

materi mingguan berupa pesan moral dan agama untuk menambah

wawasan non akademik.

Camping program, program ini dilaksanakan berdasarkan

kesepakatan antara walikelas dan siswa. Bertujuan untuk memberikan

kesegaran suasana baru kepada siswa.

Reading program, bertujuan untuk meningkatkan siswa budaya

membaca dan menambah wawasan pengetahuan.

Wali kelas bersama guru mapel saling berkoordinasi jika terdapat

siswa yang mempunyai kesulitan belajar. Wali kelas merekap tingkat

kehadiran siswa serta mengumpulkan nilai hasil belajar siswa, seperti nilai

mid semester (pertengahan semester), serta nilai semester yang kemudian

diserahkan kepada bagian pengolahan nilai.

Perencanaan pengembang (teknologi informasi komunikasi) TIK

memiliki kewajiban dan tugas. Tugas pengembang TIK Semesta sudah

berjalan dengan baik, selain mempunyai tugas yang telah dijelaskan pada

bab sebelumnya, juga memberikan layanan untuk kelancaran kegiatan

76

belajar mengajar, sebagaimana yang disampaikan Syaiful Sagala dalam

Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan bahwa dalam

pelayanan diberikan kepada pendidik, sehingga guru, dan kepala sekolah

dapat memperoleh kebutuhannya berkaitan dengan sejumlah formulir yang

diperlukan, Kemudian peserta didik mendapat layanan prima yang

berkaitan dengan sejumlah formulir yang diperlukan untuk kegiatan

belajar, surat-surat yang diperlukan siswa, dokumen-dokumen nilai hasil

belajar yang menyangkut kebutuhan peserta didik,4 melakukan pencatatan

tentang segala sesuatu yang terjadi dalam suatu organisasi

(jawatan,kantor,kelas dan lain-lain) untuk digunakan sebagai bahan

keterangan dalam mengambil keputusan oleh seorang pemimpin (kepala

sekolah, wali kelas dan lain-lain).5

Selain itu perencanaan moving class di Semesta menerapkan

strategi pengelolaan moving class yang meliputi:

1. Pengelolaan Perpindahan Peserta didik

a. Siswa yang berpindah ruangan sesuai dengan pelajarannya,

membuat siswa lebih fresh dalam menerima pelajaran.

b. Kebebasan siswa dalam menentukan tempat duduknya, akan

mengurangi rasa jenuh.

c. Perpindahan siswa SMA Semesta adalah 5 menit. Hal ini

menunjukkan bahwa peraturan sangat diterapkan bagi para siswa,

agar dalam kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan

efisien.

d. Bel tanda perpindahan suatu kegiatan pembelajaran dibunyikan

pada saat pelajaran kurang dari 5 menit. Dimaksudkan agar siswa

dapat mempersiapkan diri untuk mengikuti mata pelajaran

selanjutnya.

4 Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, (Bandung; Alfabeta, 2010), hlm. 14.

5 Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas sebagai Lembaga Pendidikan, (Jakarta; Haji Masagung, 1989), hlm.134.

77

e. Peraturan penggunaan ruang diterapkan agar para siswa meraih

hasil yang maksimum di dalam proses belajar mengajar. Ini

terbukti dengan adanya tata tertib dalam pelaksanaan kegiatan

pembelajaran serta konsekuensinya di berlakukan kepada semua

siswa, penggunaan ruang kelas disesuaikan dengan mata pelajaran

yang akan diajarkan dengan kesepakatan antara siswa dan guru,

meliputi: siswa bersikap duduk sopan, tidak berbicara senonoh,

tidak mencoret-coret meja, dan tidak boleh membuang sampah

sembarangan.

f. Peraturan yang ada di Semesta sudah baik, terbukti adanya

toleransi 5 menit kepada siswa, diluar waktu tersebut maka siswa

wajib lapor kepada koordinator kedisiplinan dan koordinator

pendidikan. Siswa yang terlambat berturut-turut juga harus

melapor kepada koordinator kedisiplinan dan koordinator

pendidikan.

2. Pengelolaan Ruang Belajar-Mengajar

a. Kewenangan guru dalam mengatur ruangan belajar-mengajar

mempunyai peran penting dalam menyesuaikan materi yang akan

diajarkan oleh siswa. Serta pendukung media yang disediakan oleh

sekolah mempermudah guru dalam mengajar.

b. Perlengkapan yang ada di SMA Semesta berperan serta dalam

proses pembelajaran, hal ini menunjukkan bahwa sebuah kelas

harus mempunyai perangkat dalam menunjang pembelajaran. Hal

ini terbukti setiap kelas SMA Semesta sudah memiliki sarana,

jadwal mengajar guru, tata tertib siswa, serta daftar inventaris.

c. Ketersediaan prasarana multimedia di SMA Semesta merupakan

alat pembelajaran dimana gunanya untuk memberi pengajaran

kepada siswa, sehingga guru bisa leluasa mengatur dengan

menyesuaikan materi yang akan diajarkan kepada siswa. Tentu

terkait dengan penggunaan media yang mempunyai peranan

78

penting dan sangat diperlukan, media bisa di dapat dari guru itu

sendiri, lingkungan, dan bahan-bahan elektronik jika diperlukan.

Menurut Martin dan Briggs dalam Strategi Pembelajaran Inovatif

Kontemporer yang dikutip oleh Made Wena bahwa media adalah

sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan

siswa.6 Multimedia di Semesta sudah lengkap, ini terbukti disetiap

kelas memiliki multimedia yang disesuaikan dengan mata

pelajaran, meliputi: LCD, Proyektor, Lab.

d. Terkait dengan tanggung jawab bahwa guru tidak hanya bertugas

untuk mengajar akan tetapi merawat kelas yang ditempatinya.

3. Pengelolaan Pembelajaran

a. Pelaksanaan pembelajaran di SMA Semesta dilaksanakan semi

team teaching, artinya bahwa guru tidak sepenuhnya bekerja dalam

satu tim, ada bagian operasionalnya dilaksanakan secara personal.

b. Perancangan, konsep, pelaksanaan serta evaluasi dilaksanakan

dengan mengadakan musyawarah guru mata pelajaran dengan

sebutan Zume (istilah bahasa turki). Kegiatan ini dilaksanakan

rutin 2 minggu sekali, dalam lingkup besar SE-PASIAD Indonesia

dilaksanakan setahun dua kali. Dengan adanya Zume bertujuan

untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

c. Konsistensi kedisiplinan yang diterapkan oleh SMA Semesta

memang sangat tinggi, artinya kelas-kelas yang ada tidak boleh

dibiarkan kosong. Dengan kata lain pembelajaran di kelas harus

tetap berjalan. Terbukti apabila dalam sebuah kelas guru tidak

dapat mengajar karena suatu hal, maka prosedur pertama peraturan

SMA Semesta adalah dengan guru meminta izin kepada manajer

pendidikan dengan mencari penganti guru mapel. Kedua, jika guru

6 Wena, Made, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta; Bumi Aksara,

2009), hlm.9.

79

yang berhalangan tidak dapat mengajar bisa dan tidak ada

penggantinya maka guru menitipkan tugas kepada guru piket untuk

diberikan kepada siswa . Kedua tahap prosedur tersebut merupakan

peraturan yang dibuat oleh sekolah. Artinya bahwa dengan

peraturan yang diterapkan oleh sekolah, dewan guru tidak

semaunya sendiri untuk tidak mengajar.

4. Pengelolaan administrasi guru dan peserta didik di SMA Semesta

a. Menurut Doyle dalam Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi

Edukatif yang dikutip oleh Syaful Bahri Djamarah mengatakan

bahwa dikelas guru tidak hanya dituntut untuk tugas edukatif,

tetapi juga tugas administratif, yaitu meliputi pekerjaan

mengabsen, mencatat, menyusun jadwal, mencatat hasil-hasil

pengajaran dan lain sebagainya.7 Guru Semesta sudah

melaksanakan administrasi dengan baik, yaitu dengan mengisi

daftar hadir dengan sistem sidik jari yang disediakan oleh sekolah,

dan guru mengisi kehadiran siswa kedalam jurnal yang telah

disediakan oleh bagian administrasi sekolah.

b. Guru Semesta membuat laporan kemajuan siswa dengan

melakukan pemetaan per bab materi sudah baik. dengan

memperhatikan beberapa faktor dalam strategi pembelajaran

inovatif kontemporer yang dikutip oleh Made Wena, diantaranya:

(1) apakah strategi pembelajaran yang digunakan telah sesuai

/belum, (2) apakah rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh

faktor guru atau siswa, (3) apakah penjadwalan penggunaan

strategi pembelajaran sudah sesuai/belum.8

c. Dengan adanya guru membuat jadwal/topik materi yang diajarkan

kepada siswa, berarti guru memberikan pemberitahuan kepada

7 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta;

Rineka Cipta, 2005), hlm.197. 8 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Jakarta; Bumi Aksara,

2009), hlm.12

80

siswa rencana topik/materi apa saja yang akan disampaikan oleh

guru. Maka siswa akan paham apa yang harus dilakukan. Hal ini

dapat mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan kreatif.

5. Pengelolaan Remedial dan Pengayaan

a. Pengelolaan remedial dan pengayaan yang diterapkan oleh sekolah

SMA Semesta diantaranya remedial dan pengayaan dilaksanakan

diluar tatap muka, ini berarti guru memberikan kesempatan dengan

memberikan jam tambahan kepada siswa untuk untuk

memperdalam dan membantu siswa untuk menguasai materi

pelajaran.

b. Waktu remedial dan pengayaan yang diberikan guru kepada siswa,

sudah baik, diharapkan siswa dapat memperdalam materi, sehingga

dapat mengatasi kesulitan belajar siswa.

c. Pelaksanaan remedial dan pengayaan di Semesta tidak hanya

sebatas pelaksanaan sekedarnya akan tetapi berkelanjutan

berdasarkan hasil dari siswa itu sendiri. Dari pelaksanaan ini guru

dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa ketika

memperdalam serta menguasai materi. Pelaksanaan remedial dan

pengayaan yang dilaksanakan secara berkelanjutan berdasarkan

hasil analisis postest, ulangan harian dan ulangan mid semester.

6. Pengelolaan Penilaian

Setiap guru harus dapat melakukan penilaian tentang kemajuan

yang dicapai oleh para siswa, baik secara iluminatif-observatif maupun

secara struktural objektif. Penilaian secara iluminatif-observatif

dilakukan dengan pengamatan yang terus menerus tentang perubahan

dan kemajuan yang dicapai siswa. Sedangkan penilaian struktural

objektif berhubungan dengan pemberian skor, angka atau nilai yang

81

biasa dilakukan dalam rangka penilaian hasil belajar siswa secara

akademik.9

Guru di Semesta membudayakan penilaian tidak hanya

menilai dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, akan tetapi

penilaian dilakukan dengan melihat pada keaktifan siswa, semangat

siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini membuktikan

bahwa ada faktor penting yang tidak dapat dipisahkan dari ketiga

aspek yaitu dari semangat siswa dan keaktifan siswa dalam mengikuti

pelajaran.

Dari hasil penilaian, guru mengisi laporan hasil tersebut

dengan mengisi format yang disediakan oleh bagian administrasi.

Setelah semuanya terisi maka guru wajib menyerahkan hasil nilai

kepada bagian administrasi bagian pengolahan nilai yang mana akan

dimasukkan ke dalam SIM sebagai data. Dari SIM data nilai bagian

administrasi juga memberikan soft copy atau print out kepada guru

Dengan adanya saling kerjasama antara wali kelas dan guru

serta bagian administrasi, maka akan memperlancar proses penilaian

untuk siswa. Dengan kata lain bahwa kerjasama merupakan sinergi

yang membangun dalam menciptakan pengelolaan yang optimal

2. Pengorganisasian

Mengorganisasikan berarti:

a. Menentukan sumber daya dan kegiatan yang di butuhkan untuk

mencapai tujuan organisasi.

b. Merancang dan mengembangkan kelompok kerja yang berisi orang

yang mampu membawa organisasi pada tujuan.

c. Menugaskan seseorang atau kelompok orang dalam suatu tanggung

jawab tugas dan fungsi tertentu.

9 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung; Sinar Baru

Algesindo, 2009), Cet.10, hlm.21.

82

d. Mendelegasikan wewenang kepada individu yang berhubungan dengan

keleluasaan melaksanakan tugas. Dengan rincian tersebut, manajer

membuat suatu struktur formal yang dapat dengan mudah dipahami

orang dan menggambarkan suatu posisi dan fungsi seseorang di dalam

pekerjaannya.

Pengorganisasian pengelolaan moving class di Semesta sudah

optimal, meliputi: pembagian kerja dan tugas masing-masing guru,

penanggung jawab akademik (wali kelas), pengembang TIK, serta

pengelola moving class (waka kurikulum) Semesta.

Pengorganisasian penerapan moving class juga meliputi: kegiatan

Zume istilah bahasa turki yaitu musyawarah guru mata pelajaran yang

diadakan rutin dua minggu sekali, Zume Se-Pasiad Se- Indonesia yang

diadakan setahun dua kali yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran.

3. Penggerakan/Pengarahan

Penggerakan adalah kegiatan pengelolaan untuk membuat orang

lain senang dan dapat bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk

bekerjasama dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi sesuai

dengan perencanaan dan pengorganisasian.

Penggerakan merupakan kegiatan yang berkaitan erat dengan

manusia dan merupakan masalah yang paling kompleks dan paling sulit

dilakukan dari semua fungsi pengelolaan. Penggerakan dalam pengelolaan

moving class adalah sebagai usaha menggerakkan staf agar mau mengikuti

dengan penuh kesadaran dalam rangka merealisasikan moving class.

Tugas menggerakkan dilakukan oleh waka kurikulum sebagai

tugas untuk melaksanakan fungsi manajerial seorang waka kurikulum.

Oleh karena itu, waka kurikulum memiliki peran yang sangat penting

dalam menggerakkan para guru, sehingga penerapan dapat terlaksana

optimal. Maka untuk itu, dibutuhkan strategi terutama strategi

kepemimpinan dengan mengoptimalkan seluruh sumber daya yang

dimiliki.

83

Seorang pemimpin terutama waka kurikulum dalam melaksanakan

amanatnya harus memiliki sifat kepemimpinan yang senantiasa dapat

menjadi pengarah dan dapat dijadikan suri tauladan.

Waka kurikulum di SMA Semesta dalam melakukan pengarahan

sudah baik, dimana waka kurikulum memberi pengarahan dalam rapat

wali kelas, rapat pendidikan yang dilaksanakan setiap hari senin,

mengadakan supervisi di bawah koordinator pendidikan. Isi rapat wali

kelas meliputi pembahasan permasalahan yang ada pada siswa, dengan

mencari solusi agar permasalahan dapat terselesaikan, meliputi: guru

mapel mendapati siswa yang kemampuannya di bawah kriteria minimum,

maka guru mapel dan wali kelas bekerjasama memberikan bimbingan

belajar, guru mapel juga memberi bimbingan belajar kepada siswa yang

mengikuti olimpiade.

4. Pengendalian/Pengawasan

Pengawasan (controling), adalah pekerjaan seorang waka

kurikulum untuk menentukan apakah fungsinya dalam mengorganisasikan

dan memimpin di atas telah berhasil dalam mewujudkan tujuan yang telah

dirumuskan. jika tujuan belum dapat diwujudkan, maka waka kurikulum

harus menilai dan mengatur perencanaan yang telah dilaksanakan bukan

mengubah tujuannya.

Pengawasan meliputi tindakan untuk menuntun dan memotivasi

usaha pencapaian tujuan maupun tindakan untuk mendeteksi dan

memperbaiki pelaksanaan yang tidak efektif dan tidak efisien dengan cara

pencegahan, perbaikan serta pengembangan.

Pengawasan yang dilakukan oleh Waka kurikulum di SMA

Semesta dalam mengelola moving class sudah optimal, yaitu dengan

adanya aturan-aturan yang telah di sepakati oleh guru atau wali kelas

dalam rapat, sehingga waka kurikulum bisa mengontrol atau

memonitoring jalannya moving class berdasarkan hasil rapat pendidikan,

yang dilaksanakan setiap hari senin dan supervisi yang dilakukan rutin tiap

hari dibawah koordinator pendidikan.

84

Berdasarkan hasil pengamatan penerapan moving class, ditemukan

bahwa keempat fungsi penerapan pengelolaan moving class telah

dilaksanakan dengan baik, dan mampu menciptakan kondisi optimal.

Sebagai bukti bahwa SMA Semesta telah mampu memperlihatkan

eksistensinya dengan selalu berupaya meningkatkan kualitas dalam

penerapan moving class.

C. Analisis Refleksi Siswa Terhadap Penerapan Moving Class di SMA

Semesta

Berikut ini adalah tanggapan para siswa dari penerapan moving class

di SMA Semesta diantaranya adalah sebagai berikut:

Siswa A :”Saya senang karena pembelajarannya tidak hanya satu

tempat saja, akan tetapi setiap pelajaran berbeda kelas sesuai dengan mata

pelajaran sehingga membawa suasana belajar yang berbeda pula, sehingga kita

lebih aktif dalam berbagai kegiatan, dan juga kita lebih membaur dengan

teman dari kelas lain”.10

Siswa B : “Moving class, ketika pertama kali dilaksanakan, saya

merasa sangat senang karena sepertinya seru, tapi tidak dipungkiri bahwa

moving class cukup melelahkan. Pagi hari, diawal-awal pelajaran, umumnya

kami bersemangat untuk melakukan moving class. Namun, ketika beranjak ke

siang hari, apalagi harus naik turun lantai paling bawah ke paling atas, cukup

melelahkan! Tetapi bagi saya, itu cukup membantu. Untuk orang ngantuk

seperti saya, naik turun tangga bisa mengusir rasa kantuk. Moving class juga

berguna sebagai sarana olahraga. Agar kita tidak hanya duduk diam di satu

kelas (bagi anak yang tidak suka bergerak) dan lebih aktif”.11

Siswa C : ”Bagi saya, pelaksanaan sistem pembelajaran dengan

penerapan moving class memiliki sisi negatif dan positif. Sisi positifnya

adanya penerapan moving class menjadikan siswa tidak jenuh dengan kondisi

10 Wawancara dengan Devi Mayang Sari selaku siswa SMA Semesta, pada tanggal 30 Oktober 2010.

11 Wawancara dengan Khafidatul Ilmiah selaku siswa SMA Semesta, pada tanggal 30 Oktober 2010.

85

kelas yang sudah digunakan sebelumnya. Selain itu, guru juga memiliki

persiapan yang lebih untuk mempersiapkan bahan pengajaran dengan adanya

sistem moving class ini, setiap guru hanya akan menggunakan ruangan

kelasnya untuk mengajar sesuai dengan bidangnya. Penerapan moving class

juga lebih efektif digunakan untuk proses belajar mengajar di kelas, karena

setiap kelas didesain dengan berbagai macam hiasan, artikel-artikel ataupun

tulisan-tulisan yang berhubungan dengan mata pelajaran, misalnya ruang

bahasa turki dihiasi dengan kalimat-kalimat bahasa turki. Selain itu, siswa

juga dapat lebih menjernihkan dan mengistirahatkan pikirannya dengan

moving class. Sebaliknya sisi negatif dari penerapan moving class dapat

menjadikan siswa lelah untuk menuju ke kelas selajutnya, apalagi jarak kelas

sebelumnya dengan kelas yang dipakai untuk mata pelajaran selanjutnya

berada di lantai yeng berbeda.12

Siswa D : ”Penerapan moving class yang diterapkan di sekolah saya,

sebenarnya masih kurang tepat. Kami tetap mendapatkan teman sekelas yang

sama walaupun sudah moving. Pada dasarnya moving class ditujukan agar kita

belajar dikelas sesuai dengan level/kemampuan kita. Namun pada kenyataan

yang diterapkan sekarang tidak seperti itu. Moving class yang kami lakukan

hanya berpindah saja. Jadi sebenarnya tidak memberikan efek/perbedaan yang

mencolok ataupun manfaatnya. Akan tetapi sebagai siswa, saya merasa

dengan moving class yang telah diterapkan bisa menghilangkan sejenak rasa

penat di kelas. Karena kita bergerak dan pasti akan terhindar dari kantuk. Sisi

negatifnya, hal ini kurang efektif sering siswa terlambat masuk kelas”.13

Dari tanggapan para siswa diatas dapat dianalisis bahwa pembelajaran

melalui penerapan moving class merupakan sistem dimana siswa berpindah

kelas sesuai dengan apa yang dipelajarinya. Tujuan dari sistem ini adalah agar

siswa dapat melatih kemandirian, kerjasama, dan kepedulian sosial siswa,

12 Wawancara dengan Atikah Hafidhatun Munawaroh selaku siswa SMA Semesta pada

tanggal 30 Oktober 2010. 13 Wawancara dengan Healtha Padmanusa selaku siswa SMA Semesta, pada tanggal 30

Oktober 2010.

86

merangsang seluruh aspek perkembangan dan kecerdasan siswa (multiple

intelligences), sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran.

Tidak dapat dipungkiri bahwa penerapan moving class memberi

dampak negatif terhadap siswa yang terlambat, siswa juga kelelahan karena

harus pindah ke kelas yang jaraknya agak jauh dari kelas sebelumnya. Hal ini

membuat beberapa siswa agak mengeluh, akan tetapi ada beberapa siswa yang

senang dengan diterapkannya moving class karena setiap kelas menyediakan

media yang difokuskan dalam mata pelajaran tertentu sehingga guru lebih

mempersiapkan materi yang akan diajarkan oleh siswa, membuat fisik sehat,

juga membuat suasana kelas tidak membosankan.

Terkait dengan dampak negatif terhadap moving class perlu ditegaskan

kembali bahwa betapa urgentnya disiplin sekolah, karena dengan disiplin di

sekolah akan mempunyai pengaruhi positif bagi kehidupan peserta didik

dimasa yang akan datang. Pada mulanya memang disiplin dirasakan sebagai

suatu aturan yang mengekang kebebasan peserta didik. Akan tetapi bila aturan

ini dirasakan sebagai suatu yang memang seharusnya dipatuhi secara sadar

untuk kebaikan diri sendiri dan kebaikan bersama, maka lama kelamaan akan

menjadi suatu kebiasaan yang baik menuju ke arah disiplin diri sendiri (self

discipline).

Disiplin tidak lagi merupakan suatu yang datang dari luar yang

memberikan keterbatasan tertentu akan tetapi disiplin telah merupakan aturan

yang akan datang dari dalam dirinya sebagai suatu hal yang wajar dilakukan

dalam kehidupan sehari-hari.

Pengalaman dasar dalam disiplin akan memberikan kerangka dalam

keteraturan hidup selanjutnya. Disiplin diri sendiri hanya akan tumbuh dalam

suatu suasana di mana antara guru dan para peserta didik terjalin sikap

persahabatan yang berakar pada dasar saling menghormati dan saling

mempercayai.

Untuk itu perlu adanya kerjasama antara guru dan siswa diantaranya:

87

1) Membudayakan disiplin waktu perpindahan belajar.

2) Membudayakan peserta didik jalan cepat.

3) Meningkatkan kepedulian guru bagi peserta didik yang lambat hadir.14

4) Menekankan agar guru lebih disiplin.

5) Menjaga agar jadwal tidak berubah-ubah.

6) Selalu memonitoring kehadiran guru di sekolah.

7) Mengadakan pendekatan persuasif kepada setiap siswa agar terbuka dan terbiasa bergaul dengan teman, tanpa membedakan kondisi dan status sosial.

8) Mengupayakan sendiri media-media yang dapat diusahakan oleh guru dan, alat peraga, bahan praktikum).15

Dengan adanya saling kerjasama antara guru dan siswa, antara siswa

dengan siswa dapat mengurangi sisi negatif penerapan moving class misalnya:

meningkatkan kesadaran betapa pentingnya disiplin dengan saling

membudayakan kedisiplinan, dan saling menghargai.

14 Kementerian Pendidikan Nasional Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan

Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas 2010., Petunjuk Teknis Pengembangan Strategi Belajar Sistem Kelas Bergerak, hlm. 8.

15 Purwanto, Moving Class, http://purwanto55.wordpress.com/2008/07/21/moving-class/ download tanggal 10 juli 2010.

88

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan tentang

optimalisasi pengelolaan moving class di SMA Semesta Semarang, dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan pengelolaan moving class di SMA Semesta sudah

terlaksana dengan baik, terbukti dengan tanggapan sebagian besar para

siswa yang merasakan penerapannya. Siswa merasa lebih fresh karena

menempati ruang yang berbeda, dapat mengurangi rasa kantuk siswa,

serta dengan moving class dapat dijadikan sarana olah raga ketika

berpindah kelas.

2. Fungsi pengelolaan dalam sistem moving class di SMA Semesta

Semarang sudah menerapkan 4 fungsi pengelolaan secara optimal,

meliputi: (1) perencanaan yang melibatkan waka kurikulum, dewan

guru, tim Pengembang TIK. Perencanaan ini meliputi: rapat untuk

membahas ruang kelas, jam mengajar guru, pendistribusian jam, guru

mapel yang disesuaikan dengan jadwal pelajaran yang termuat dalam

pembuatan jadwal dengan menggunakan Asc. Timetables.

Perencanaan selanjutnya yaitu mengatur strategi penerapan moving

class yang meliputi: pengelolaan perpindahan peserta didik,

pengelolaan ruang belajar mengajar, pengelolaan pembelajaran,

pengelolaan administrasi guru dan peserta didik, pengelolaan remedial,

pengelolaan penilaian. (2) pengorganisasian dalam pengelolaan

moving class meliputi: pembagian kerja guru, wali kelas, masing-

masing guru per mapel, fasilitas kelas yang disesuaikan dengan

karakteristik mata pelajaran. (3) penggerakkan yang dilakukan waka

kurikulum sudah dilakukan dengan baik, yaitu dengan adanya kegiatan

Zume yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. (4)

89

Pengawasan, hasil dari pelaksanaan lalu di monitoring dengan

meninjau ulang masing-masing hasil laporan wali kelas di bawah

koordinator pendidikan Semesta.

B. Saran

Tanpa mengurangi rasa hormat (ta’dzim) kepada semua pihak dan

demi suksesnya kegiatan belajar mengajar dengan pengelolaan kelas dan

penerapan moving class di SMA Semesta, maka penulis memberikan

saran, antara lain :

1. Bagi pihak sekolah

Dengan banyaknya produk (lulusan) dari SMA Semesta maka

penulis hanya memberi saran agar tetap dipertahankan dan tambah

ditingkatkan lagi pembelajarannya sehingga menghasilkan produk

yang lebih berkualitas disegala bidang. Karena SMA Semesta

Semarang merupakan sekolah yang mempunyai kurikulum yang lebih

dibandingkan dengan sekolah konvensional.

2. Bagi pihak guru

a. Dalam kegiatan pembelajaran di SMA Semesta, siswa sudah bisa

terkontrol sangat baik, oleh karena itu guru harus tetap

mempertahankannya, agar siswa selalu ikut berperan aktif dalam

pembelajaran.

b. Fasilitas yang ada di SMA Semesta Semarang sudah sangat

lengkap, sudah mampu menunjang kegiatan pembelajaran, oleh

karena itu hendaknya guru lebih mengoptimalkan fasilitas yang

ada.

C. Penutup

Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT sebagai rasa

syukur yang sangat mendalam sehingga penulis akhirnya dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan berkat rahmat, hidayah dan

inayah-Nya, penulis memiliki kemampuan untuk menyelesaikan

penyusunan skripsi yang sederhana ini.

90

Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah

membantu proses pelaksanaan penyusunan skripsi ini dari awal hingga

akhir. Semoga bantuan baik berupa do’a, materi maupun tenaga dan

pikiran yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dan

diterima sebagai amal saleh di hadapan Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan yang tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak sangat

penulis harapkan demi kelengkapan dan kesempurnaan skripsi ini. Penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

bagi pembaca umumnya. Wa Allahu a’lam bi al-shawab.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharmi, Prosedur Penelitian Satuan Pendekatan Praktek, (Jakarta;

Rineka Cipta, 2006)

Abdilah, Abi Muhammad Bin Ismail Bukhari, Shahih Bukhari, (Singapura.TT)

Ali Muhammad, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung; Angkasa, 1993)

Bafadal Ibrahim, Dasar-Dasar Manajemen dan Supervisi Taman Kanak-Kanak,

(Jakarta; Bumi Aksara, 2004)

Bahri Syaiful Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta;

Rineka Cipta, 2005)

Bahri Syaiful Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Edisi revisi),

(Jakarta; Rineka Cipta, 2006)

Badan Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses

Untuk Satuan Dasar Dan Menengah.

Chuck Williams, Management, (United States Of Amerika; South-Western

College Publishing, 2000)

Danim Sudarwan, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan

Profesionalisme Tenaga Kependidikan, (Bandung; Pustaka Setia, 2002)

David A. Jacobsen, et,al, Methods for Teaching: Promoting student learning In K-

12 Classroom, tej. Achmad Fawaid, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2009)

Echols John M, Kamus Inggris-Bahasa Indonesia, (Gramedia Pustaka Utama;

Jakarta, 2005)

Hasan Iqbal, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta; Ghalia Indonesia,

2002)

Kementerian Pendidikan Nasional Ditjen Manajamen Pendidikan Dasar Dan

Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas 2010,

Petunjuk Teknis Pengembangan Strategi Belajar Sistem Kelas Bergerak.

2010.

Kartono Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung; Mandar Maju,

1990)

Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2007)

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta; Rineka Cipta, 2000)

Moleong Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), (Bandung; Rosda

Karya, 2009)

Marland Michael, Seni Mengelola Kelas, (Semarang; Dahara Prize, 1990)

Nawawi Hadari, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta; Haji

masagung, 1989)

Nawawi,Hadari, Mimi Martini, Penelitian Terapan, (Yogyakarta; Gadjah Mada,

1996 University)

Nawawi Imam, Riyadusholihin Jilid 1, (Jakarta; Pustaka Amani, 1999)

Rohani Ahmad, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta; Rineka Cipta, 2004)

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung; CV. Alfabeta, 2008)

Sudjana Nana, & Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung; Sinar

Baru, 1989)

Sagala Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung; Alfabeta, 2008)

____________, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, (Bandung;

Alfabeta, 2010)

____________, Kemampuan Profesional Guru dan tenaga Pendidikan,

(Bandung; Alfabeta,2009)

Sudjana Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung; Algesindo,

2009)

Tim Dosen Administrasi Universitas Indonesia, Manajemen Pendidikan,

(Bandung;Alfabeta, 2009)

Tim Pengembangan MKDK, Administrasi Pendidikan, (Semarang; Pengadaan

Buku Pelajaran IKIP Semarang, 1991)

Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga),

(Jakarta; Balai Pustaka, 2005)

Wena Made, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta; Bumi

Aksara, 2009)

Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung; Jemmars, TT)

Animhadi, Mengapa Harus Menggunakan Moving Class,

http://animhadi.wordpress.com/2008/11/16/mengapa-harus-menggunakan-sistem-

moving-class/, download tanggal 3 juni 2010.

Bandono, “SMA Negeri 7 Yogyakarta Mencoba Terapkan Moving Class”,

.http://sevenerrs.com/berita/sma-negeri-7-yogyakarta-mencoba-terapkan-moving-

class/10/07/10

Khusnurudlo. Moh, Strategi Pengelolaan Pengembangan Budaya dan Iklim

Sosial, http://www.Khusnurudlo.net/2010.06/strategi-pengelolaan-kelas-

dalam.html, download tanggal 10 juli 2010.

Kartiwa,artikelMovingClass,

http://blogkerenuntukorangkreatif.blogspot.com/2009/12/moving-

class.html, download tanggal 2 agustus 2010.

Mrnk001, Moving Class, http://kompasiana.com/2009/03/12/moving-class-2/,

download tanggal 2 agustus 2010.

Purwanto, Moving Class, http://purwanto55.wordpress.com/2008/07/21/moving-

class/ download tanggal 10 juli 2010.

Raras, “Moving Class”, http://rarasraras.wordpress.com/2009/03/, 10/07/10.

Sabirin Taufik, Kualitas Proses Pembelajaran di Kelas, http://TaufikSabirin.

Wordpress.com/2009/01/30/Team-Teaching, download tanggal 6

Oktober 2010.

Sirajuddin, “SMA Negeri 1 Talang Kelapa Mencoba Terapkan Moving Class”,

Http://Diknasba.Info/Banyuasin/Index.Php?Option=Com_Content&Task=Section

&Id=5&Itemid=37, 05/07/10

Santoso Edi, Moving Class Icon SBI, http://kesekolah.co/component/k2/item/3578 -moving-class-ikon-sbi.html,

download tanggal 3 juni 2010.

Pakde Sofa ”Memahami Kegiatan Remedial dan Pengayaan Untuk

PerbaikanPembelajaran”,Http://Massofa.Wordpress.Com/2008/01/20/M

emahami-Kegiatan-Remedial-Dan-Pengayaan-Untuk-Perbaikan-

Pembelajaran/hal.1,05/07/10.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sri Wahyuningsih

Nim : 063311028

Alamat : Jl. Jujur RT/RW 01/01 Ds. Sidodadi Kec. Sidomulyo Kab.

Kalianda Lampung Selatan.

Tempat/tanggal lahir : Sidodadi, 2 Februari 1986.

Pendidikan

1. SD N 05 Sidorejo Lampung Selatan Lulus Tahun 1998

2. MTS. Matla’ul Anwar Sidorejo Lulus Tahun 2001

3. MAN Kalianda Lampung Selatan Lulus Tahun 2004

4. Mahasiswa IAIN Fakultas Tarbiyah Angkatan 2006

Semarang, 19 Desember 2010

Sri Wahyuningsih

HASIL WAWANCARA

A. Hari/Tanggal : Selasa, 5 Oktober dan rabu, 2 desember 2010 Tempat : Kantor SMA Semesta Semarang Waktu : 11.30.00 WIB

Narasumber : Waka Kurikulum, Bapak Riris Fatmanto.

1. Peneliti :Bagaimana mengelola jadwal dan perencanaan moving class di SMA Semesta Semarang? Waka. Kurikulum : Dalam merencanakan moving class, waka kurikulum beserta dewan guru merapatkan hal-hal yang terkait dengan moving class, yang meliputi: ruang kelas, jam mengajar, pendistribusian jam guru mapel yang disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran. Termuat dalam software Asc. Timetable. Perencanaan juga meliputi pembagian kerja guru, wali kelas, ruang kelas yang disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran. Misalnya kelas SMA ada 17 kelas, guru mapelnya siapa saja lalu disesuaikan dengan jadwal mengajarnya, dari situ di reng-reng dalam satu minggu dari hari senin-sabtu. Perencanaan ini melibatkan kepala sekolah, waka kurikulum, dewan guru.

2. Peneliti : Mata pelajaran apa saja yang dimovingkan ? Waka. Kurikulum : Semua mata pelajaran

3. Peneliti : Aspek apa saja yang yang menjadi pengelolaan moving class? Waka. Kurikulum :(1)pengelolaan perpindahan peserta didik, meliputi: (a)peserta didik berpindah ruang sesuai mata pelajaran yang diikuti berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan.(b)peraturan waktu perpindahan antar kelas 5 menit. (c) peserta didik diberi kebebasan untuk menentukan tempat duduknya sendiri. (d) bel tanda perpindahan suatu kegiatan pembelajaran dibunyikan pada saat pelajaran kurang dari 5 menit.(e) tata tertib pembelajaran paling tidak peserta didik duduk sopan, tidak mencoret-coret meja, dan tidak boleh membuang sampah sembarangan. (f) peserta didik diberi toleransi keterlambatan 5 menit, diluar waktu tersebut peserta didik tidak diperkenankan masuk sebelum melapor kepada koordinator kedisiplinan dan koordinator pendidikan. (2) ruang belajar-mengajar meliputi: (a)guru diberi kewenangan untuk mengatur ruang belajar sesuai karakteristik mata pelajaran (b)ruang belajar memiliki sarana dan media pembelajaran (c)tiap rumpun mata pelajaran telah disediakan prasarana multimedia (d) guru mata pelajaran mempuyai tanggung jawab terhadap ruang belajar yang ditempatinya seperti merawat penggunaan kelas, (3) pengelolaan pembelajaran, meliputi:(a)pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan (personal),(b)apabila guru tidak dapat mengajar karena berhalangan maka prosedur pertama adalah guru mapel mencari pengganti sebelumnya harus ada konfirmasi kepada manajer/ koordinator pendidikan yaitu harus mendapat izin terlebih dahulu, prosedur kedua jika guru mapel tidak dapat digantikan oleh guru mapel lain maka guru tersebut memberi tugas kepada peserta didik dengan menitipkan tugas kepada guru piket. (4)

Pengelolaan administrasi guru dan peserta didik,meliputi: (a)guru berkewajiban mengisi daftar hadir dengan menggunakan sistem sidik jari dan guru mengisi daftar hadir siswa dengan mengisi jurnal.(b)guru mengisi laporan kemajuan peserta didik (c) guru membuat jadwal topik/materi yang diajarkan kepada peserta didik. (5) pengelolaan remedial dan pengayaan,meliputi: (a) pelaksanaan remedial dilaksanakan diluar jam kegiatan tatap muka dan praktek.(b) pelaksanaan remedial dilaksanakan oleh guru mapel.(6)pengelolaan penilaian.

4. Peneliti : Apa saja tugas pengembang TIK? Waka Kurikulum : Melakukan pengolahan nilai, membuat rekap tingkat kehadiran siswa, berdasarkan data yang diperoleh dari wali kelas dan hasil input sistem informasi manajemen (SIM) guru dan karyawan Semesta.

5. Peneliti : Apa saja tugas penanggung jawab akademik ? Waka Kurikulum : Program koordinasi orang tua murid, koordinasi kelas, sebagai konsultasi bimbingan,program camping, reading program, sebagai pengganti orang tua murid, merekap tingkat kehaditan siswa serta mengumpulkan nilai yang diserahkan kepada bagian administrasi pengolahan nilai.

6. Peneliti : Apa yang membedakan sekolah Semesta dengan sekolah konvensional? Waka Kurikulum :Perpaduan antara kurikulum Diknas dan Kurikulum dari turki.

7. Peneliti : Bagaimana mengevaluasi pengelolaan moving class? Waka Kurikulum : Dengan mengontrol dan meninjau ulang masing-masing kelas yang bertanggung jawab dalam hal ini selakuk wali kelas masing-masing dengan melaporkan semua aktivitas warga kelas di bawah koordinator pendidikan yang dilaksanakan dalam rapat pendidikan rutin setiap hari senin.

B. Hari/Tanggal : Sabtu, 30 Oktober 2010 Tempat : Ruang Guru SMA Semesta Waktu : 10.30 WIB Nara sumber :Guru PAI, Ida Verawati 1. Peneliti : Bagaimana prosedur penjurusan siswa?

Guru PAI : Penjurusan dianalisa dengan hasil rapat kepala sekolah dengan guru Mapel. Karena mayoritas besar siswa mengambil jurusan IPA. Maka SMA Semesta semenjak tahun 2008 hanya membuka jurusan ilmu pengetahuan alam.

2. Peneliti : Bagaimana pengaturan duduk di SMA Semesta? Guru PAI : Pembelajaran di Semesta dilaksanakan di dalam kelas, sedangkan pengaturan tempat duduk, siswa di bebaskan menentukan tempat duduknya sendiri. Guru juga memberi otonomi dalam menentukan tempat duduk, ketika menyesuaikan Mapel yang akan disampaikan, seperti diskusi.

3. Peneliti : Bagaimana ketika terdapat siswa yang terlambat?

Guru PAI : Tidak diperkenankan masuk sebelum melapor kepada koordinator kedisiplinan, dan koordinator pendidkian.

4. Peneliti : Bagaimana pengaturan remedial dan pengayaan? Guru PAI : Menyesuaikan guru mata pelajaran, dengan waktu 60 menit-90 menit.

5. Peneliti : Catatan apa saja untuk melihat perkembangan kemajuan siswa? Guru PAI : Dengan memetakan per bab materi yang telah disampaikan , dari situ guru mengetahui sejauh mana pemahaman siswa.

6. Peneliti : Penilaian apa saja yang menjadi acuan? Guru PAI : selain afektik, kognitif, psikomotorik, juga dilihat dari keaktifan siswa, semangat belajar siswa, inisiatif siswa.

7. Peneliti : Penugasan apa saja yang diberikan oleh siswa? Guru PAI : PR, membuat slide, membaca buku di perpustakaan yang di sesuaikan dengan kurikulum, projek (karya ilmiah), praktek.

8. Peneliti : Bagaimana prosedur jika guru berhalangan mengajar? Guru PAI : Pertama, guru yang berhalangan mengajar mencari pengganti sebelumnya harus ada konfirmasi dengan koordinator pendidikan, kedua, jika tidak dapat digantikan maka guru memberi tugas kepada siswa dengan menitipkan kepada guru piket.

9. Peneliti : Bagaimana dalam pembinaan dan pembimbingan

siswa? Guru PAI : Memberikan pesan moral dan agama untuk menambah wawasan siswa mengenai wawasan non akademik, jika terdapat siswa yang terlambat, guru juga menasehati diakhir pelajaran, dengan mensupport siswa agar lebih bersemangat.

10. Peneliti : Dari hasil penilaian siswa apakah guru memberikan

hasil penilaian ulangan harian. Mid semester, semester untuk diolah? Guru PAI : Hasil penilaian dimasukkan kedalam format penilaian, lalu diserahkan kepada pengembang TIK untuk diolah ke dalam SIM sebagai data. Dari SIM data nilai lalu pengembang TIK memberikan soft copy atau print out kepada guru mapel

11. Peneliti : Apakah ada kegiatan para guru untuk meningkatkan pembelajaran? Guru PAI : Ada, seperti Zumre (dalam bahasa turki) yaitu kegiatan antar guru mapel, meliputi: micro teaching antar guru mapel, pembagian tugas membuat soal, menyamakan materi, saling menukar materi, rapat mid, persiapan semesteran, saling mengevaluasi yang tujuannya adalah untuk meningkatkan pengajaran.

12. Peneliti : Bentuk pengorganisasian apa saja oleh siswa dalam kelas? Guru PAI : seperti penunjukkan ketua kelas dan anggotanya, program dekorasi kelas yaitu program antara wali kelas dan siswa. Lalu pengawasan

kelas yaitu wali kelas menunjuk beberapa orang terdiri dari ketua dan anggota yang bertugas mengawasi aktifitas teman-temannya, sehingga wali kelas dapat mengetahui aktifitas siswanya.

C. Hari/Tanggal : Sabtu, 30 Oktober 2010

Tempat : Ruang kelas SMA Semesta Nara sumber :Siswa, Devi Mayang Sari, Khafidatul Ilmiah, Atika

Hafidhatun Munawaroh, Healtha Padmanusa. 1. Peneliti :Bagaimana pendapat anda setelah melaksanakan

pembelajaran dengan penerapan Moving Class? Siswa : Saya senang, karena pembelajarannya tidak hanya satu

tempat saja, akan tetapi setiap pelajaran berbeda kela sesuai akan tetapi setiap pelajaran berbeda kelas sesuai dengan mata pelajaran sehingga membawa suasana belajar yang berbeda pula, sehingga kita lebih aktif dalam berbagai kegiatan, dan juga kita lebih membaur dengan teman dari kelas lain.

2. Peneliti : Bagaimana pendapat anda setelah melaksanakan pembelajaran dengan penerapan moving class? Siswa : Moving class, ketika pertama kali dilaksanakan, saya

merasa sangat senang karena sepertinya seru, tapi tidak dipungkiri bahwa moving class cukup melelahkan. Pagi hari, diawal-awal pelajaran, umumnya kami bersemangat untuk melakukan moving class. Namun, ketika beranjak ke siang hari, apalagi harus naik turun lantai paling bawah ke paling atas, cukup melelahkan! Tetapi bagi saya, itu cukup membantu. Untuk orang ngantuk seperti saya, naik turun tangga bisa mengusir rasa kantuk. Moving class juga berguna sebagai sarana olahraga. Agar kita tidak hanya duduk diam di satu kelas (bagi anak yang tidak suka bergerak) dan lebih aktif”.

3. Peneliti : Bagaimana pendapat anda setelah melaksanakan pembelajaran dengan penerapan moving class? Siswa : Bagi saya, pelaksanaan sistem pembelajaran dengan

penerapan moving class memiliki sisi negatif dan positif. Sisi positifnya adanya penerapan moving class menjadikan siswa tidak jenuh dengan kondisi kelas yang sudah digunakan sebelumnya. Selain itu, guru juga memiliki persiapan yang lebih untuk mempersiapkan bahan pengajaran dengan adanya sistem moving class ini, setiap guru hanya akan menggunakan ruangan kelasnya untuk mengajar sesuai dengan bidangnya. Penerapan moving class juga lebih efektif digunakan untuk proses belajar mengajar di kelas, karena setiap kelas didesain dengan

berbagai macam hiasan, artikel-artikel ataupun tulisan-tulisan yang berhubungan dengan mata pelajaran, misalnya ruang bahasa turki dihiasi dengan kalimat-kalimat bahasa turki. Selain itu, siswa juga dapat lebih menjernihkan dan mengistirahatkan pikirannya dengan moving class. Sebaliknya sisi negatif dari penerapan moving class dapat menjadikan siswa lelah untuk menuju ke kelas selajutnya, apalagi jarak kelas sebelumnya dengan kelas yang dipakai untuk mata pelajaran selanjutnya berada di lantai yeng berbeda.

4. Peneliti : Bagaimana pendapat anda setelah melaksanakan pembelajaran dengan penerapan moving class? Siswa : Penerapan moving class yang diterapkan di sekolah saya,

sebenarnya masih kurang tepat. Kami tetap mendapatkan teman sekelas yang sama walaupun sudah moving. Pada dasarnya moving class ditujukan agar kita belajar dikelas sesuai dengan level/kemampuan kita. Namun pada kenyataan yang diterapkan sekarang tidak seperti itu. Moving class yang kami lakukan hanya berpindah saja. Jadi sebenarnya tidak memberikan efek/perbedaan yang mencolok ataupun manfaatnya. Akan tetapi sebagai siswa, saya merasa dengan moving class yang telah diterapkan bisa menghilangkan sejenak rasa penat di kelas. Karena kita bergerak dan pasti akan terhindar dari kantuk. Sisi negatifnya, hal ini kurang efektif sering siswa terlambat masuk kelas.

SMA Semesta Semarang

Ruang kelas dengan karakteristik mata pelajaran. Ruang pembelajaran di SMA Semesta Semarang.