Upload
dangtuyen
View
235
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
OPTIMALISASI PENGELOLAAN MOVING CLASS
DI SMA SEMESTA SEMARANG
(STUDI FUNGSI PENGELOLAAN KELAS)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat
Guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilmu Tarbiyah
Jurusan Kependidikan Islam (KI)
Disusun Oleh:
Sri Wahyuningsih
063311028
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
ii
ABSTRAK
Sri Wahyuningsih (NIM. 063311028). Optimalisasi Pengelolaan Moving Class di SMA Semesta Semarang (Studi Fungsi Pengelolaan Kelas). Skripsi. Semarang: Program Strata 1 Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1). Bagaimana pelaksanaan pengelolaan moving class di SMA Semesta Semarang?, 2). Bagaimana penerapan fungsi pengelolaan dalam system moving class di SMA Semesta Semarang?. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif lapangan dengan teknik pengumpulan data yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini berupa teknik analisis deskriptif. Temuan penelitian ini yaitu meliputi: (1) Pelaksanaan pengelolaan moving class yang ada di SMA Semesta meliputi, pertama: strategi pelaksanaan moving class, diantaranya penanggung jawab akademik, tim pengembang TIK, pengelola moving class. (2) Strategi pengelolaan moving class, yang meliputi: pengelolaan perpindahan peserta didik, pengelolaan ruang belajar-mengajar, pengelolaan pembelajaran, pengelolaan administrasi guru dan peserta didik, pengelolaan remedial dan pengayaan, pengelolaan penilaian. Penerapan fungsi pengelolaan dalam sistem moving class di SMA Semesta meliputi: (1) perencanaan, meliputi: ruang kelas, jam mengajar guru, pendistribusian jam guru mapel yang termuat dalam dalam Asc Timetables 2008 (program software). Perencanaan ini melibatkan waka kurikulum, guru, tim pengembang (teknologi informasi komunikasi) TIK. (2) pengorganisasian moving class meliputi: pembagian kerja dan tugas masing-masing guru, penanggung jawab akademik, tim pengembang TIK, serta pengelola moving class. Pengorganisasian di Semesta seperti diadakan Zume dalam bahasa Turki (musyawarah guru mata pelajaran) rutin 2 minggu sekali yang melibatkan antar guru per mapel (3) penggerakkan/pengarahan) moving class, meliputi:pengarahan terhadap masing-masing wali kelas serta guru mapel dibawah koordinator pendidikan Semesta. (4) pengawasan di SMA Semesta, meliputi: memonitoring jalannya moving class berdasarkan hasil rapat pendidikan rutin setiap hari senin, dan supervisi yang dilakukan tiap hari di bawah koordinator pendidikan .
Selanjutnya, semoga penelitian ini diharapkan menjadi khazanah dan masukan bagi pengelola SMA Semesta, bahan informasi bagi civitas akademika dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
iii
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH Alamat: Prof. Dr. Hamka Kampus II Telp. 7601295 Fak. 7615387 Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Semarang, 9 Desember 2010 Lamp : 4 (Empat) Eksemplar Hal : Naskah Skripsi Kepada Yth.
An. Sdri. Sri Wahyuningsih Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi saudara: Nama : Sri Wahyuningsih
NIM : 063311028
Judul : OPTIMALISASI PENGELOLAAN MOVING CLASS DI SMA
SEMESTA SEMARANG (STUDI FUNGSI PENGELOLAAN
KELAS)
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat dimunaqosahkan.
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Drs. Ikhrom, M.Ag. Ismail, M.Ag. NIP. 19650329 199403 1 002 NIP. 19711021 199703 1 002
v
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi
ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain kecuali
informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 9 Desember 2010
Deklarator, Sri Wahyuningsih NIM. 063311028
vi
MOTTO
¨y∩∉∪ # Zô£ç„ ô£ãè ø9$#ì tΒβ Î) “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”(Surat Al- Insyirah: 6).1
1 Syamil Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung; Syamil Cipta Media, 2004 ),
hlm.596.
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayahanda H. Muntholib dan Ibundaku tercinta Hj. Fathikhatun,
terimakasih atas segala pengorbanan dan kasih sayangnya serta untaian
do’a yang tiada henti, sehingga penulis mampu menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
2. Mba Andriani, mas Agus Rahmanto, terima kasih atas semangatnya.
3. Ponakanku tercinta Andrian Amiruddin Rahmanto, yang selalu memberiku
keceriaan.
4. Ahmad Fathurrahman & Ari Syarifuddin, adek-adeku sayang, semoga
menjadi orang yang bermanfa’at.
5. Kakakku yang jauh disana, terima kasih atas penantiannya.
6. Mbah Khanah, Mbah Rantimah, terimakasih atas do’a yang tiada henti.
7. Om Son, Bule Ulfa, terimakasih atas dukungannya.
8. Kawan-kawan KI 2006, sedulur-sedulur KKN desa Sumberrejo dan
temen-temen PPL di SMP Nurul Islam Semarang, senang bisa belajar
bersama kalian.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan yang mengajari kita ilmu
dengan pena dan mengajari manusia atas apa-apa yang tidak diketahui. Shalawat
dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita, manusia yang paling
mulia, Nabi besar Muhammad Saw, berikut keluarga dan sahabat-sahabat beliau..
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Dr. Sudja’i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.
2. Ismail SM, M.Ag selaku Ketua jurusan dan Dr. Mustofa, M.Ag selaku
Sekretaris jurusan Kependidikan Islam atas masukan dan semangatnya.
3. Drs. Ikhrom, M.Ag, selaku pembimbing 1 dan Ismail, SM, M.Ag selaku
pembimbing 2 yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan
pikirannya untuk membimbing serta mengarahkan penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Para dosen serta staf pengajar dan pegawai di lingkungan Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali penulis
berbagai pengetahuan.
5. Pak Rikza, terima kasih atas dukungannya.
6. Bapak M. Haris selaku Kepala Sekolah SMA Semesta Semarang, Bapak
Riris Fatmanto selaku Waka Kurikulum, Ibu Ida Verawati selaku guru
PAI, beserta semua staf pengajar dan pegawai SMA Semesta, terima kasih
atas bantuan dan dukungan datanya selama penelitian.
7. Semua pihak yang telah memberi dukungan baik moril maupun materiil
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberi apa-apa yang berarti,
hanya do’a semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah dengan sebaik-baik
balasan serta selalu dalam lindungan-Nya.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dalam penyusunan kata, landasan teori, dan beberapa aspek
ix
inti didalamnya. Oleh karena itu, kritik saran yang konstruktif sangat diharapkan
demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semuanya.
Amin.
Semarang, 9 Desember 2010 Penulis,
Sri Wahyuningsih NIM. 063311028
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ............................................................ viii
HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah....................................................... 1
B. Penegasan Istilah ................................................................. 2
C. Perumusan Masalah ............................................................. 3
D. Tujuan Penelitian ................................................................ 3
E. Kajian Pustaka ..................................................................... 4
F. Metode Penelitian ................................................................ 6
BAB II : PENGELOLAAN KELAS DAN PENERAPAN MOVING CLASS A. Konsep Dasar Pengelolaan Kelas......................................... 11
1. Pengertian Pengelolaan Kelas………………………… 11
2. Ruang Lingkup Pengelolaan Kelas……………………. 14
3. Tujuan Pengelolaan Kelas……………………………... 21
4. Fungsi Pengelolaan Kelas……………………………... 22
5. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas…………………….. 25
6. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas…………………. 26
B. Konsep Penerapan Moving Class......................................... 28
1. Pengertian Moving Class…………………….………... 28
2. Tujuan Moving Class………………………………….. 29
xi
3. Strategi Pelaksanaan Moving Class…………………….. 32
4. Strategi Pengelolaan Moving Class.................................. 35
BAB III : PENGELOLAAN MOVING CLASS DI SMA SEMESTA
SEMARANG
A. Gambaran Umum SMA SEMESTA………….. .................. 43
B. Pelaksanaan Pengelolaan Kelas di SMA Semesta .............. 48
C. Penerapan Moving Class di SMA Semesta.......................... 54
D. Refleksi Siswa Terhadap Penerapan Moving Class di
SMA Semesta....................................................................... 64
BAB IV : ANALISIS PENGELOLAAN MOVING CLASS DI SMA
SEMESTA SEMARANG
A. Analisis Pelaksanaan Pengelolaan Kelas di SMA Semesta . 66
B. Analisis Fungsi Pengelolaan Dalam Penerapan Sistem
Moving Class di SMA Semesta ........................................... 73
C. Analisis Refleksi Siswa Terhadap Penerapan Moving
Class di SMA Semesta……………………………............. 84
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan .............................................................................. 88
B. Saran..................................................................................... 89
C. Penutup................................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil Wawancara
2. Daftar siswa
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
4. Format Penilaian
5. Jadwal Moving Class
6. Foto-foto kegiatan
7. Lain-lain
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Konsep moving class nampaknya belum banyak dilirik oleh sekolah –
sekolah. Mungkin karena penerapan konsep ini secara infrastruktur jauh lebih
mahal dari sekolah konvensional. Dalam sekolah konvensional pihak yayasan
atau komite sekolah cukup menyediakan beberapa ruang kelas satu lab
komputer, tiga lab sains (fisika, kimia, biologi). Tetapi dalam moving class,
setiap kelas harus dilengkapi dengan fasilitas keilmuan sesuai bidang studi.
Tentu saja model ini akan banyak fasilitas yang harus disediakan.
Masalah lainnya adalah kerumitan pengaturan manajemen pergerakan
siswa dalam pembagian tanggung jawab ruang kelas. Dalam segi konsep,
penerapan moving class harus dilandasi kefasihan penguasaan MBS
(manajemen berbasis sekolah). Sehingga kinerja sekolah bisa teraudit secara
transparan dan visi sekolah mandiri dapat terwujud dengan elegan.
Moving class merupakan adopsi dari sistem pembelajaran di perguruan
tinggi. Pelaksanaannya dilakukan dengan peserta didik berpindah ruangan
sesuai mata pelajaran yang ditempuhnya. Ruang kelas dilengkapi dengan
peralatan penunjang pembelajaran. Sesuai karakteristik mata pelajaran
tertentu. Dengan demikian, peserta didik memperoleh suasana baru. Ini dapat
mengurangi tingkat kejenuhan, peserta didik dapat lebih bersemangat
menerima pelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Terkait keberhasilan pengelolaan moving class, maka wakil kepala
sekolah urusan kurikulum dan guru yang terlibat sangat berperan penting
dalam pengelolaan. Dengan pengelolaan moving class yang baik maka peserta
didik akan mendapat pelayanan menurut kebutuhannya dan mencapai hasil
pendidikan yang maksimal secara efektif dan efisien
2
Oleh karna itu pengelolaan moving class perlu dipersiapkan dan
dikoreksi dilihat dari fungsi pengelolaan.
Hal ini terkait dengan adanya peraturan menteri pendidikan nasional
Nomor 41 tahun 2007 untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dalam
pasal 1 yang berbunyi “Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah mencakup perencanaan pembelajaran, pelaksana proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses
pembelajaran”.
Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan
menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.1
Dari latar belakang diatas berbagai persoalan yang ada itulah maka,
penulis ingin lebih mengetahui lebih lanjut pengelolaan moving class di SMA
Semesta Semarang.
B. Penegasan Istilah
1. Optimalisasi
Optimalisasi adalah paling baik, tertinggi, terbagus.2 Yang
dimaksud dalam optimalisasi di sini adalah pengelolaan moving class
untuk meningkatkan dan menjadi lebih baik.
2. Pengelolaan
Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah
awal “pe” dan akhiran “an”,3 yaitu proses kegiatan tertentu dengan
1 Badan Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Dasar Dan Menengah, hlm.1
2 Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta; Balai Pustaka, 2005), hlm.800.
3 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar-Mengajar (edisi revisi), (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.175.
3
menggerakkan tenaga orang lain. Pengelolaan ini diarahkan ke fungsi
pengelolaan kelas untuk mencapai hasil yang lebih baik dan optimal.
3. Moving Class
Moving class merupakan kegiatan pembelajaran dengan peserta
didik berpindah sesuai dengan pelajaran yang diikutinya.4
4. SMA Semesta Semarang
Merupakan sekolah nasional berasrama yang menerapkan sistem
pendidikan berkualitas internasional. SMA Semesta adalah sekolah
unggulan yang didirikan oleh Yayasan Al-Firdaus Indonesia yang
bekerjasama dengan Assosiasi Pasiad Turki.
Jadi, yang penulis maksud dengan judul “Optimalisasi Pengelolaan
Moving Class di SMA Semesta Semarang” (Studi Fungsi Pengelolaan
Kelas) adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengelolaan
moving class di SMA Semesta Semarang.
C. Perumusan Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan pengelolaan moving class di SMA Semesta
Semarang?
2. Bagaimana penerapan fungsi pengelolaan dalam sistem moving class
di SMA Semesta Semarang?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berpijak pada pokok penelitian di atas maka tujuan penelitian ini
sebagai berikut:
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
4 Bandono, SMA Negeri 7 Yogyakarta Mencoba Terapkan Moving Class,
http://seveners.com/berita/sma-negeri-7-yogyakarta-mencoba-terapkan-moving-class/, download tanggal 10 juli 2010.
4
1. Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap tentang penerapan
pengelolaan moving class di SMA Semesta Semarang dalam bidang
pendidikan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
2. Untuk mengetahui strategi yang diambil dalam penerapan moving class
yang diterapkan di SMA Semesta Semarang.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
Manfaat Teoritis
1. Maka penulis dapat mengetahui tentang pelaksanaan pengelolaan moving
class serta penerapan fungsi pengelolaan moving class khususnya di SMA
Semesta Semarang. Disamping itu kiranya dapat menambah kepustakaan
khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan moving class.
Manfaat Praktis
2. Bagi SMA Semesta Semarang fokus penelitian ini sebagai masukan,
bahan dokumentasi historis dan bahan pertimbangan untuk mengambil
langkah-langkah guna meningkatkan pengelolaan moving class. Dan
penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi lembaga-lembaga lain,
khususnya lembaga pendidikan Islam tentang pengelolaan moving class.
E. Kajian Pustaka
Untuk menunjukkan posisi dalam penelitian ini bahwa kajian ini
belum ada yang melakukannya, maka penulis akan memaparkan tulisan yang
sudah ada. Dari sini nantinya akan penulis jadikan sebagai sandaran teori dan
sebagai perbandingan dalam mengupas berbagai permasalahan penelitian ini,
sehingga memperoleh hasil penemuan baru yang betul-betul otentik. Di
antaranya penulis paparkan sebagai berikut:
Pertama, skripsi karya Ahmad Sugeng Budiarjo Nim 3104268 berjudul
“Kemampuan Manajemen Kelas Guru Rumpun Mapel PAI di MTS NU Nurul
Huda Mangkang Kulon Semarang Tahun 2009”. Dalam karya tersebut
menjelaskan tentang kemampuan guru dalam mengelola pelaksanaan proses
5
pembelajaran dari kemampuan manajemen tata ruang kelas, waktu, materi,
dan siswa. Untuk menciptakan dan mengendalikan proses pembelajaran guna
mencapai tujuan pengajaran yang dikehendaki.
Kedua, skripsi karya Mazidah Nim 3101347 yang berjudul
“Implementasi Keterampilan Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran PAI di
SMPN 18 Semarang”. Dalam karya tersebut membahas tentang kompetensi
yang dimiliki oleh seorang guru yang cukup mendasar yaitu, keterampilan
guru dalam manajemen pembelajaran dimana harus dapat membaca situasi
kemudian dianalisis secara sistematis, diharapkan agar setiap guru dapat
memiliki kemampuan atau keterampilan mengelola kelas dengan cara yang
lebih baik.
Ketiga, skripsi karya Nikmah Kurniawati Nim 3101308 berjudul
“Pengaruh Pengelolaan Kelas Guru PAI terhadap keaktifan siswa di kelas VII
Tawangharjo Kabupaten Grobogan Tahun 2006”. Penulis menjelaskan
sebagai pengelola guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik
kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan untuk
membimbing proses-proses intelektual di dalam kelasnya. Dengan demikian
guru tidak hanya memungkinkan siswa belajar, tetapi juga mengembangkan
kebiasaan bekerja dan belajar secara efisien dan efektif di kalangan siswa.
Pengelolaan kelas yang baik akan lebih merangsang guru untuk
melakukan pembelajaran secara lebih baik serta akan merangsang siswa untuk
mencari dan menemukan secara mandiri akan adanya kesungguhan dalam
belajar serta menumbuhkan kemandirian dan kepercayaan diri atau dengan
kata lain pengelolaan kelas yang baik akan merangsang keefektifan siswa
dalam proses belajar mengajar.
Meskipun ada kemiripan dengan hasil penelitian-penelitian di atas,
namun penelitian dalam skripsi ini berbeda dengan yang sudah ada. Fokus
pembahasan dalam skripsi ini adalah optimalisasi pengelolaan moving class.
F. Metodologi Penelitian
6
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
menggunakan metode survey dan bersifat deskriptif. Yaitu prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/
melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan
fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.5
Subjek dari penelitian ini adalah Waka Kurikulum yang berperan
serta dalam pengelolaan moving class. Guru PAI yang terkait dalam
proses pembelajaran. Serta siswa yang terkait dengan refleksi penerapan
moving class.
2. Fokus Penelitian
Penelitian difokuskan terhadap bagaimana penerapan fungsi
pengelolaan moving class di SMA Semesta Semarang.
3. Sumber Data
Sumber data dimaksud adalah sumber data dalam penelitian
merupakan subjek dari mana data diperoleh.6
a. Data primer yakni data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian dengan menggunakan alat pengukuran/pengambilan data
langsung pada subjek sebagai informasi yang dicari.7 Data primer ini
terkait dengan pengelolaan moving class. Data diambil dari sumber
yang bersangkutan yaitu Waka Kurikulum, guru PAI di SMA
Semesta Semarang. Serta siswa yang terkait dengan refleksi
penerapan moving class.
b. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitian. Data
5 Hadari Nawawi, Mimi Martini, Penelitian Terapan, (Yogyakarta; Gadjah Mada Univesity
Press, 1996), hlm.73. 6 Suharmi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik, (Jakarta; Rineka Cipta,
2006), hlm.129. 7 Saefudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005), hlm.91.
7
sekunder berupa data dokumentasi atau data lain. Data sekunder
untuk penelitian ini adalah arsip-arsip atau dokumentasi yang
berkaitan dengan pengelolaan moving class.
4. Metode Pengumpulan Data
Ada tiga metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam
penelitian ini yaitu:
a. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian.8 Sedangkan Suharmi Arikunto menjelaskan bahwa
sebagai metode ilmiah, observasi dapat diartikan sebagai
pengamatan, meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu objek
dengan menggunakan seluruh alat indera.9
Observasi metode ini digunakan untuk memperoleh data
langsung dilakukan oleh peneliti juga yaitu untuk mengamati
pelaksanaan pengelolaan moving class di SMA Semesta Semarang.
b. Wawancara
Wawancara adalah sebuah percakapan dengan maksud
tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancara
(interviwee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan.10 Dalam hal
ini wawancara peneliti gunakan untuk mendapatkan data yang belum
didapatkan melalui observasi. Metode ini digunakan kepada sumber-
sumber primer yang terkait dengan data primer.
Diantara pihak yang akan peneliti wawancara yaitu Waka
Kurikulum SMA Semesta Semarang, terkait dengan pengelolaan
8 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm.158. 9 Suharmi Arikunto, Op.Cit., hlm.156 10 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: Rosda Karya,
2009), hlm.186.
8
moving class yang mendukung penelitian. Kemudian guru PAI yang
terkait langsung dengan proses pembelajaran. Serta siswa yang
terkait dengan refleksi penerapan moving class.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang
tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui
dokumen. Dokumen yang digunakan dapat berupa buku harian, surat
pribadi, laporan notulen rapat dan dokumen lainnya.11 Dalam hal ini
penulis menggunakan metode dokumentasi ini dipergunakan untuk
memperoleh data berupa rekaman, foto-foto yang terkait dengan
pengelolaan moving class, untuk memperoleh data yang belum
tercover melalui metode observasi dan wawancara.
5. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan menata data dari
hasil observasi, wawancara dan dokumentasi secara sistematis untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan
menyajikannya sebagai temuan bagi yang lain. Sedangkan untuk
meningkatkan pemahaman tersebut, analisis perlu dilanjutkan dengan
menemukan arti sebenarnya dengan berupaya mencari makna
(interpretasi).12
Dalam melakukan analisis data penulis menggunakan metode
triangulasi data, yakni metode dengan teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.13
Triangulasi pada penelitian ini, peneliti gunakan sebagai
pemeriksaan melalui sumber lainnya. Dalam pelaksanannya peneliti
11 Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta; Ghalia Indonesia, 2002),
hlm.87. 12 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung; Mandar Maju, 1990), hlm.
87. 13Lexy J. Moleong, op.cit., hlm. 330.
9
melakukan pengecekan data yang berasal dari hasil wawancara dengan
waka kurikulum, guru PAI, yang terkait dengan pengelolaan moving
class. Serta siswa SMA Semesta yang terkait refleksi terhadap
penerapan moving class.
Lebih jauh lagi, hasil wawancara tersebut kemudian peneliti
telaah lagi dengan hasil pengamatan yang peneliti lakukan selama masa
penelitian untuk mengetahui bagaimana penerapan moving class yang
ada di SMA Semesta apakah sudah terbukti menerapkan 4 fungsi
pengelolaan.
Setelah semua data terkumpul, maka penulis akan berusaha
untuk dapat menjelaskan objek permasalahan secara sistematis serta
memberikan analisis secara cermat dan tepat terhadap objek kajian
tersebut.
Dalam memberikan interpretasi data yang diperoleh, penulis
menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian
yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang
bersifat sekarang.14 Jadi penulis menggunakan metode deskriptif untuk
mendeskripsikan penerapan moving class yang ada di SMA Semesta
Semarang.
Kemudian agar data yang diperoleh nanti sesuai dengan kerangka
kerja maupun fokus masalah, akan ditempuh tiga langkah utama dalam
penulisan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Miles dan
Huberman, bahwa aktifitas dalam analisis kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga
datanya sudah jenuh.15 Tiga langkah meliputi:
a. Data reduction (Reduksi data)
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian dicari tema dan
14 Nana Sudjana & Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru,
1989), hlm. 64. 15 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2008), cet. 4, ,
hlm. 91.
10
polanya. Reduksi data dimaksudkan untuk menentukan data ulang
sesuai dengan permasalahan yang akan penulis teliti, dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya. Disini data penerapan moving class
di SMA Semesta Semarang yang diperoleh dan terkumpul, baik dari
hasil penelitian lapangan/kepustakaan kemudian dibuat rangkuman.
b. Data display (Penyajian data)
Penyajian data adalah suatu cara merangkai data dalam suatu
organisasi yang memudahkan untuk membuat kesimpulan atau
tindakan yang diusulkan.16 Sajian data dimaksudkan untuk memilih
data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian tentang penerapan
moving class di SMA Semesta Semarang. Artinya data yang telah
dirangkum tadi kemudian dipilih. Sekiranya data mana yang
diperlukan untuk penulisan laporan penelitian.
c. Conclusion drawing/verification
Langkah ketiga yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan ini akan diikuti dengan bukti-bukti yang di peroleh
ketika penelitian di lapangan. Verifikasi data dimaksudkan untuk
penentuan data akhir dari keseluruhan proses tahapan analisis,
sehingga penerapan fungsi pengelolaan dalam sistem moving class di
SMA Semesta apakah sudah sesuai dengan fungsi pengelolaan.
16 Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), cet. 1,
hlm. 167.
11
BAB II
KONSEP PENGELOLAAN KELAS DAN PENERAPAN
MOVING CLASS
A. Konsep Dasar Pengelolaan Kelas
Sebelum membahas mengenai penerapan moving class, disini
peneliti terlebih dahulu akan membahas mengenai pengelolaan kelas yang
merupakan komponen penting dalam manajemen pendidikan, yang mana
dalam kelaslah aplikasi dari pengelolaan yang lain akan dirasakan
langsung oleh peserta didik, baik itu terkait dengan sarana prasarana,
kurikulum ataupun pembelajarannya.
1. Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas adalah proses pemberdayaan sumber daya
baik material element maupun human element di dalam kelas oleh
guru sehingga memberikan dukungan terhadap kegiatan belajar siswa
dan mengajar guru.1
Menurut Hadari Nawawi Pengelolaan kelas dapat diartikan
sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan
potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada
setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan
terarah sehingga waktu dan dana tersedia dapat dimanfaatkan secara
efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan
dengan kurikulum dan perkembangan murid.2
Menurut Suharmi Arikunto pengelolaan kelas adalah suatu
usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar
1 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Indonesia, Manajemen
Pendidikan, (Alfabeta: Bandung, 2009), hlm. 108. 2 Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta:Haji
Masagung, 1989),hlm.116.
12
mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi
optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar yang diharapkan.3
Menurut Made Pidarta pengelolaan kelas adalah proses seleksi
dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi
kelas.4 Ini berarti guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan
memelihara sistem/organisasi kelas, sehingga anak didik dapat
memanfaatkan kemampuannya, bakatnya, dan energinya pada tugas-
tugas individual.
Dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah suatu
upaya memberdayagunakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin
untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan
pembelajaran.
Kegiatan pengelolaan kelas merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru yang erat hubungannya dengan pengajaran dan
salah satu prasyarat untuk terciptanya proses belajar mengajar yang
efektif. Untuk itu tugas dan tanggungjawab guru meliputi 3 aspek
Menurut Peters dalam Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar yang
dikutip oleh Nana Sudjana, yakni:
a. Guru sebagai pengajar, lebih menekankan kepada tugas dalam
merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru
dituntut untuk memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan
teknis mengajar, disamping menguasai ilmu atau bahan yang akan
diajarkannya.
b. Guru sebagai pembimbing, memberi tekanan kepada tugas,
memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah
yang dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik sebab
tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan
3 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar-Mengajar (Edisi Revisi), (Jakarta, Rineka Cipta, 2006), hlm.177.
4 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta; Rineka Cipta, 2005), hlm. 172
13
akan tetapi juga menyangkut pengembangan kepribadian dan
pembentukan nilai-nilai para siswa.
c. Guru sebagai administrator kelas, memiliki kemampuan tata ruang
untuk pengajaran, serta mampu menciptakan iklim belajar-
mengajar berdasarkan hubungan manusiawi yang harmonis dan
sehat.
Disamping faktor guru, kualitas pengajaran dipengaruhi juga
oleh karakteristik kelas. Diantara variabel karakteristik kelas yaitu:
a. Besarnya kelas (class size), artinya banyak sedikitnya jumlah siswa
yang belajar. Diduga makin besar jumlah siswa yang harus dilayani
guru dalam satu kelas, makin rendah kualitas pengajaran, demikian
pula sebaliknya.
b. Suasana belajar. Suasana belajar yang demokratis akan
memberikan peluang dalam mencapai hasil belajar yang optimal,
dibandingkan dengan suasana belajar yang kaku, disiplin dan ketat,
dengan otoritas ada pada guru. Dalam suasana belajar yang
demokratis, ada kebebasan siswa dalam belajar, mengajukan
pendapat, berdialog dengan teman sekelas. Belajar yang serba
diatur akan menumbuhkan perasaan cemas dan khawatir pada
siswa, sehingga menghambat kekreatifan belajar siswa.
c. Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia. Sering ditemukan
bahwa guru merupakan satu-satunya sumber belajar di kelas,
situasi seperti ini kurang menunjang kualitas pengajaran, sehingga
hasil belajar yang dicapai siswa tidak optimal. Oleh karena itu
kalas diusahakan sebagai laboratorium belajar siswa. Artinya kelas
harus menyediakan berbagai sumber belajar seperti buku pelajaran,
alat peraga dan lain-lain. Disamping itu guru harus memberi
kesempatan siswa untuk berperan sebagai sumber belajar.5
5 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung; Algesindo,
2009) Ibid, hlm. 15-42
14
2. Ruang Lingkup Pengelolaan Kelas
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa pengelolaan kelas
adalah proses pemberdayaan sumber daya baik material element
maupun human element yang di lakukan oleh guru untuk mendukung
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas agar terjadi interaksi edukatif
yang efektif. Sebagai sebuah proses maka dalam pelaksaannya
pengelolaan kelas memiliki kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan
oleh guru. Dalam pengelolaan kelas ini juga terkandung maksud
bahwa kegiatan yang dilakukan efektif mengenai sasaran yang hendak
dicapai dan efisien karena tidak menghambur-hamburkan waktu, uang
dan sumber daya lainnya.
Secara garis besar ada dua kegiatan dalam pengelolaan kelas
yaitu:
a. Pengaturan (orang) siswa
Siswa adalah orang yang melakukan aktifitas dan kegiatan di
kelas yang ditempatkan sebagai obyek dan arena perkembangan
ilmu pengetahuan dan kesadaran manusia, maka siswa bergerak
kemudian menduduki fungsi sebagai subyek. Artinya siswa bukan
barang atau obyek yang hanya dikenai akan tetapi juga objek yang
memiliki potensi dan pilihan untuk bergerak.
Jadi pergerakan yang terjadi dalam konteks pencapaian
tujuan tidak sembarang, artinya disini fungsi guru memiliki
proporsi yang besar dalam rangka membimbing, mengarahkan dan
memandu segala aktifitas yang dilakukan oleh siswa. Oleh karena
itu pengaturan siswa adalah bagaimana mengatur dan
menempatkan siswa dalam kelas sesuai dengan potensi intelektual
dan perkembangan emosionalnya. Siswa diberi kesempatan untuk
15
memperoleh posisi dalam belajar yang sesuai dengan minat dan
keinginannya.6
Peserta didik merupakan orang yang sedang tumbuh dan
berkembang, baik secara fisik maupun psikologis dalam rangka
mencapai tujuan pendidikannya melalui lembaga pendidikan
formal, khusunya berupa sekolah.
Dalam pengelolaan kelas kegiatan pengaturan peserta didik
meliputi:
1) Pembentukan Organisasi Siswa
Wali atau guru kelas harus mampu membagi beban kerja
dan pemberian wewenang dan tanggung jawab secukupnya,
kepada semua warga sekolah, tidak hanya dikalangan guru,
tetapi murid juga hendaknya memperoleh beban kerja sebagai
wujud rasa tanggungjawab siswa terhadap kelas, dan
menumbuhkan jiwa kepemimpinan dalam diri siswa, karena
pada dasarnya setiap orang merupakan pemimpin baik bagi diri
sendiri ataupun orang lain. Sebagaimana hadits Rosulullah:
لى اهللا عليه وسلمص هللا لوس رنٲ عنهاهللا يض رهللا ادب عنع
7.)ىبخاره ارو ( ...رعيته عن فمسؤول عا ركملآ: الق
“Dari Abdilah, bahwa Rasullullah SAW bersabda: kalian adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban”... (HR. Bukhari).8
Adanya pengorganisasian siswa di dalam kelas juga
melatih dan menciptakan ketertiban kelas, Aspek yang
terpenting dalam pengorganisasian ini adalah usaha
6 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Indonesia, Op.Cit., hlm.108. 7 Abi Abdilah Muhammad Bin Ismail Bukhari, Shahih Bukhari, (Singapura.TT), Juz
2, hlm.84. 8 Imam Nawawi, Riyadusholihin Jilid 1, (Jakarta; Pustaka Amani, 1999), hlm.604.
16
menempatkan personal yang tepat pada tempat yang tepat,
dengan memperhatikan kemampuan ataupun pengalamannya.
Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya yang berjudul
guru dan anak didik dalam interaksi edukatif mengatakan:
Organisasi-organisasi kelas pada umumnya berbentuk
sederhana yang personelnya meliputi ketua kelas, wakil
ketua kelas, bendahara, sekertaris, dan beberapa buah seksi
sesuai keperluan. Pemilihan para personel kelas dilakukan
oleh anggota kelas (para anak didik) secara demokratis
dengan dibimbing oleh guru kelas (wali kelas). Dengan
kegiatan seperti ini guru sudah melakukan kegiatan
manajerial.9
Dengan adanya organisasi kelas ini diharapkan akan
membantu guru baik dalam ketertiban kelas, ataupun dalam
melukukan pengawasan, dan juga menciptakan kekompakan
dan rasa kekeluargaan di dalam kelas.
2) Pengelompokan Siswa
Dalam melayani kegiatan belajar siswa aktif,
pengelompokan peserta didik mempunyai arti tersendiri.
Pengelompokkan siswa bermacam-macam, dari yang
sederhana sampai yang kompleks.
Menurut William A. Jeager dalam mengelompokkan
peserta didik dapat didasarkan pada:
a) Fungsi integrasi, yaitu pengelompokan yang didasarkan
atas kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik.
Pengelompokan ini berdasarkan jenis kelamin, umur dan
sebagainya. Biasanya pengelompokan berdasarkan fungsi
ini menghasilkan pembelajaran yang bersifat klasikal.
9 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit, hlm. 179
17
b) Fungsi perbedaan, yaitu pengelompokan peserta didik
didasarkan kepada perbedaan-perbedaan yang ada dalam
individu peserta didik, seperti minat, bakat, kemampuan
dan sebagainya. Pengelompokan berdasarkan fungsi ini
menghasilkan pembelajaran individual.10
3) Penugasan Siswa
Penugasan adalah proses memberikan tanggungjawab
kepada siswa untuk melakukan kegiatan secara mendiri dan
dapat mengevaluasi kemampuan secara sendiri.
4) Pembimbingan Siswa.
Pembimbingan dan konseling adalah bentuk kegiatan
sebagai salah satu fungsi educational yang tidak dapat
dipisahkan dengan fungsi manajerial guru, karena hal itu
berhubungan dengan tugas pokok seorang guru.
5) Pembinaan (Raport)
Pembinaan hubungan baik (raport) antara guru dan siswa
dalam pengelolaan kelas adalah hal yang sangat penting.
Dengan terciptanya hubungan baik dan guru-siswa, diharapkan
siswa dapat senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat,
bersikap optimistik, realistic dalam kegiatan belajar yang
sedang dilakukannya. Rasa humor guru dalam hubungan
dengan siswa akan mempunyai pengaruh yang positif dalam
pengelolaan kelas.11
6) Kedisiplinan Siswa
Pelaksanaan pengelolaan kelas sangat erat kaitannya
dengan kedisiplinan siswa, dalam pengelolaan yang efektif,
10 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Indonesia, Op. Cit, hlm. 210-211 11 Tim Pengembangan MKDK, Administrasi Pendidikan, (Semarang; Pengadaan
Buku Pelajaran IKIP Semarang, 1991). Hlm. 141.
18
kedisiplinan siswa akan terwujud dengan adanya aturan-aturan
kelas yang menjadi standar bagi perilaku siswa.
Menurut Hadari Nawawi disiplin diartikan sebagai usaha
mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap
ketentuan-ketentuan yang telah disetujui bersama dalam
melaksanakan kegiatan kelas, agar pemberian hukuman pada
seseorang atau sekelompok orang (guru atau murid) dapat
dihindari.12
Kedisiplinan akan mencegah perilaku-perilaku siswa
yang tidak baik, seperti berbicara yang tidak senonoh,
meninggalkan kelas tanpa izin, mengucapkan kata-kata yang
tidak bersahabat.13
Penulis menyimpulkan bahwa, kedisiplinan sangat
penting, perlu adanya aturan-aturan yang disepakati oleh guru
dan peserta didik dan dijelaskan dengan tepat dan diamati
secara konsisten untuk mencegah masalah-masalah dalam
kelas.
7) Raport dan Kenaikan Kelas
Tata cara sekolah tentang raport untuk orang tua, sangat
sering menerima kritikan. Yang harus kita pertimbangkan di
sini bukanlah kelemahan-kelemahan suatu raport, tetapi
bagaimana kita bisa memanfaatkan raport sebaik mungkin.
Raport adalah buku yang mencerminkan keberhasilan seni
dalam mengelola kelas. hasil tersebut harus menjadi feed back
untuk kerja kita selanjutnya.14
12 Hadari Nawawi, Op. Cit., hlm.140. 13 David A. Jacobsen, et,al, Methods For Teaching: Promoting Student Learning In
K-12 Classroom, tej. Achmad Fawaid, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 39 14 Michael Marland, Seni Mengelola Kelas, (Semarang : Dahara Prize, 1990), hlm.
56-66
19
Selain raport penataan siswa di dalam kelas dalam
aspek pengelolaan kelas yang merupakan garapan guru adalah
kenaikan kelas. Aspek ini disamping memerlukan ketrampilan
khusus juga sangat dibutuhkan konsisten dan guru tersebut.
b. Pengaturan fasilitas
Aktifitas dalam kelas baik guru maupun siswa dalam kelas
kelangsungannya akan banyak dipengaruhi oleh kondisi dan situasi
fisik lingkungan kelas. Oleh karena itu lingkungan fisik kelas
berupa sarana dan prasarana kelas dapat memenuhi dan
mendukung interaksi yang terjadi, sehingga harmonisasi kehidupan
kelas dapat berlangsung dengan baik dari permulaan masa kegiatan
belajar mengajar sampai akhir masa belajar mengajar.
Pengaturan fasilitas dalam pengelolaan kelas meliputi:
1. Pengaturan Tempat Duduk
Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah
memungkinkan terjadinya tatap muka, di mana dengan
demikian guru sekaligus dapat mengontrol tingkah laku
siswa.15
Melalui pengaturan tempat duduk yang baik dan jumlah
siswa yang ideal antara 20-30 orang siswa satu kelas dapat
mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar.16
Namun demikian guru harus mempertimbangkan
perasaan siswa bahwa mereka sudah sesuai dengan susunan
kelas karena rasa kesesuaian adalah kebutuhan dasar. Susunan
fisik yang sesuai dapat meningkatkan perasaan-perasaan
menjadi lebih baik dan membantu mencegah masalah-masalah
dalam pengelolaan kelas.
15 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta; Rineka Cipta, 2004), hlm.128. 16 Syaiful Sagala, Op.Cit, hlm.86.
20
2. Pengaturan Alat-alat Pengajaran
Diantara alat-alat pengajaran di kelas yang harus diatur
adalah sebagai berikut:
a) Perpustakaan Kelas, sekolah yang maju memiliki
perpustakaan di setiap kelas yang mana pengaturannya
dilakukan bersama-sama dengan peserta didik.
b) Alat peraga atau media pengajaran, alat peraga atau media
pengajaran semestinya diletakkan di kelas agar
memudahkan penggunaannya, pengaturan dilakukan
bersama-sama anak didik. Misalkan kapur tulis, penghapus,
jam dinding dan lain-lain.
c) Papan tulis, hendaknya ukurannya disesuaikan, warnanya
harus kontras, penempatannya memperhatikan estetika dan
terjangkau oleh anak didik.
d) Papan presensi anak didik, ditempatkan di bagian depan
sehingga dapat dilihat oleh semua anak didik, difungsikan
sebagaimana mestinya.17
3. Penataan keindahan dan kebersihan ruangan kelas
a) Gambar-gambar yang bersifat mendidik (seperti: gambar
pahlawan, tempat ibadat, bunga, pemandangan dan
sebagainya)
b) Lemari tempat menyimpan hasil pekerjaan siswa,
perlengkapan belajar mengajar, harus
ditempatkan/disimpan secara tertib dan benar. Sehingga
peralatan tersebut terlihat rapi, mudah dijangkau bila
diperlukan dan tidak mengganggu ruang gerak siswa pada
saat siswa melakukan kegiatan belajar.18
17 Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit., hlm 176-177. 18 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Op.Cit., hlm. 86.
21
c) Pemeliharaan kebersihan, memelihara kebersihan dan
kenyamanan suatu kelas / ruang belajar, sama artinya
dengan mempermudah anak didik menerima pelajaran.
Ruang kelas yang bersih dan segar akan menjadikan anak
didik bergairah belajar. Untuk itu perlu adanya kegiatan
yang dilakukan oleh siswa dan guru untuk menciptakan
kebersihan tersebut, diantaranya Anak didik bergiliran
membersihkan kelas, dan guru selalu mengawasi
kebersihan dan ketertiban kelas.19
4. Ventilasi dan Pengaturan Cahaya
Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa. Jendela
harus cukup besar, sehingga memungkinkan cahaya matahari
masuk dan udara yang sehat juga masuk ke kelas. Dengan
ventilasi yang baikdan udara yang sehat, semua siswa dan guru
di dalam kelas dapat, menghirup udara yang segar.20
Penulis menyimpulkan bahwa dalam pemeliharaan dan
perawatan serta penggunaan alat kelengkapan belajar meskipun
pekerjaannya kelihatan bersifat teknis, tetapi menjadi bagian
dari otonom profesional dibawah pengawasan guru dikelas
dalam memberikan pelayanan belajar.
Untuk itu perlu adanya kerjasama antara guru dan siswa
bersama-sama memelihara peralatan yang ada didalam kelas,
mengatur suhu, ventilasi dan penerangan (kendati guru sulit
mengatur karena sudah ada), adalah aset penting untuk
terciptanya suasana belajar mengajar. Sebaiknya tidak merokok
dalam kelas karena akan mengganggu yang lain.
3. Tujuan Pengelolaan Kelas
19 Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit, hlm. 177-178 20 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Indonesia, Op. Cit, hlm. 105.
22
Pengelolaan kelas pada umumnya bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan
pembelajaran. Adapaun kegiatan fisik dan pengelolaan sosio-
emosional merupakan bagian dalam pencapaian tujuan pembelajaran
dan belajar siswa.21
Menurut Suharmi Arikunto berpendapat bahwa tujuan
pengelolaan kelas adalah agar setiap anak dikelas dapat bekerja secara
efektif dan efisien.22
Tujuan pengelolaan kelas menurut Dirjen Dikdasmen yang
menjadi tujuan pengelolaan kelas adalah untuk mewujudkan situasi
dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai
kelompok belajar, memungkinkan peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.23
4. Fungsi Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas selain memberi makna penting bagi tercipta
dan terpeliharanya kondisi kelas yang optimal, pengelolaan kelas
berfungsi :
a. Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas
seperti : membantu kelompok dalam pembagian tugas, membantu
pembentukan kelompok, membantu kerjasama dalam menemukan
tujuan-tujuan organisasi, membantu individu agar dapat
bekerjasama dengan kelompok atau kelas, membantu prosedur
kerja, merubah kondisi kelas.
b. Memelihara agar tugas-tugas itu dapat berjalan lancar.
Selain itu fungsi dari pengelolaan kelas sendiri sebenarnya
merupakan penerapan fungsi-fungsi pengelolaan yang di
aplikasikan di dalam kelas oleh guru untuk mendukung tujuan
21 Ibid 22. Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Op. Cit., hlm. 178. 23 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Indonesia, Op.Cit., hlm. 111.
23
belajar yang hendak dicapainya. Sesuai dengan fungsi pengelolaan
untuk pengelolaan kelas yang efektif disyaratkan adanya
kepemimpinan aktif yang mampu menciptakan iklim yang
memberi atau menekankan adanya harapan untuk keberhasilan dan
suasana tertib (melalui) suatu proses perencanaan,
pengorganisasian (pengaturan), aktuasi (pelaksanaan), dan
pengawasan yang dilakukan oleh guru, baik individu maupun
dengan melalui orang lain (semisal sejawat atau siswa sendiri)
untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan cara memanfaatkan
segala sumber daya yang ada secara optimal.24
Dalam pelaksanaannya fungsi pengelolaan tersebut harus di
sesuaikan dengan filosofis dari pendidikan (belajar, mengajar) di
dalam kelas. Fungsi pengelolaan kelas meliputi:
a. Merencanakan
Merencanakan adalah membuat suatu target-target yang
akan dicapai atau diraih di masa depan. Dalam organisasi
merencanakan adalah suatu proses memikirkan dan menetapkan
secara matang arah, tujuan dan tindakan sekaligus mengkaji
berbagai sumber daya dan metode/teknik yang tepat.
Perencanaan disini berarti pekerjaan guru untuk menyusun tujuan
belajar yang meliputi: (a) memperkirakan tuntutan, (b)
merumuskan tujuan dalam silabus kegiatan instruksional. (c)
menentukan urutan topik, (d) topik yang harus dipelajari, (e)
mengalokasikan waktu yang telah tersedia, dan menganggarkan
sumber-sumber yang diperlukan oleh guru.
b. Mengorganisasikan
Mengorganisasikan berarti:
1) Menentukan sumber daya dan kegiatan yang di butuhkan untuk
mencapai tujuan organisasi.
24 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Pustaka Setia, cet.1. 2002, hlm. 173.
24
2) Merancang dan mengembangkan kelompok kerja yang berisi
orang yang mampu membawa organisasi pada tujuan.
3) Menugaskan seseorang atau kelompok orang dalam suatu
tanggung jawab tugas dan fungsi tertentu.
4) Mendelegasikan wewenang kepada individu yang berhubungan
dengan keleluasaan melaksanakan tugas. Dengan rincian
tersebut, manajer membuat suatu struktur formal yang dapat
dengan mudah dipahami orang dan menggambarkan suatu
posisi dan fungsi seseorang di dalam pekerjaannya.25
Dalam pengelolaan kelas mengorganisasikan yaitu
pekerjaan seorang guru untuk mengatur dan menghubungkan
sumber-sumber belajar, sehingga dapat mewujudkan tujuan belajar
dengan cara yang paling efektif, efisien dan ekonomis. jadi
organizing hanyalah sebagai alat atau sarana untuk mencapai apa
yang harus diselesaikan, di mana tujuan akhirnya adalah membuat
murid atau siswa menjadi lebih mudah bekerja dan belajar
bersama.
c. Memimpin
Seorang pemimpin dalam melaksanakan amanatnya apabila
ingin dipercaya dan diikuti harus memiliki sifat kepemimpinan
yang senantiasa dapat menjadi pengarah yang di dengar ide dan
pemikirannya oleh para anggota organisasi. Hal ini tidak semata-
mata mereka cerdas membuat keputusan, tetapi di barengi dengan
memiliki kepribadian yang dapat dijadikan suri tauladan.26
Di dalam kelas memimpin merupakan pekerjaan seorang
guru untuk memberikan motivasi, dorongan dan menstimulasikan
siswa untuk tetap terus belajar, sehingga mereka akan menjadi siap
untuk mewujudkan tujuan belajar.
d. Mengawasi
25 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Indonesia, Op. Cit, hlm 115. 26 Ibid., hlm 115
25
Mengawasi (controling), adalah pekerjaan seorang guru
untuk menentukan apakah fungsinya dalam mengorganisasikan dan
memimpin di atas telah berhasil dalam mewujudkan tujuan yang
telah dirumuskan. jika tujuan belum dapat diwujudkan, maka guru
harus menilai dan mengatur kembali situasi pembelajarannya
bukan mengubah tujuannya. Fungsi dari Menurut Chuck Williams
dalam buku Management, Controlling is monitoring progress
toward goal achievement and taking corrective action when
progress isn’t being made.27 (Pengawasan adalah peninjauan
kemajuan terhadap pencapaian hasil akhir dan pengambilan
tindakan pembetulan ketika kemajuan tersebut tidak terwujud).
5. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas
Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pengelolaan kelas di sini
adalah hal-hal yang dapat dijadikan pedoman atau pegangan guru di
dalam mengelola, agar menjadi terarah dan efisien.
Dalam rangka memeperkecil masalah gangguan dalam
pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat
dipergunakan yaitu:
a. Hangat dan antusias Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar
mengajar. Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan atusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
b. Tantangan Penggunaan kata-kata tindakan, cara kerja atau bahan-
bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. Tambahan lagi akan dapat menarik perhatian anak didik dan dapat mengendalikan gairah belajar mereka.
c. Bervariasi Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar
guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian anak didik. Apalagi
27Chuck Williams, Management, (United States of America: South-Western College
Publishing, 2000), hlm. 7.
26
bila penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Kevariasian dalam penggunaan apa yang disebutkan di atas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
d. Keluwesan Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi
mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik, serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan anak didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.
e. Penekanan pada hal-hal yang positif Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus
menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku anak didik yang positif dari pada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu proses belajar mengajar.
f. Penanaman disiplin diri Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat
mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.28
Sejalan dengan uraian disiplin diatas maka suasana tertib
dan teratur penuh dinamika dalam melaksanakan penanaman
disiplin pada diri sendiri akan terwujud apabila setiap personal
mengetahui posisi dan fungsinya di kelas dalam rangka
melaksanakan berbagai kegiatan.
6. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas
Keharmonisan antara guru dan siswa, tingginya kerjasama
diantara anak didik tersimpul dalam bentuk interaksi. Interaksi yang
optimal tentu saja tergantung pada pendekatan yang guru lakukan
28Syaiful Bahri Djamarah, Op.cit, hlm. 208.
27
dalam rangka pengelolaan kelas. Berdasarkan pendekatan adalah
seperti uraian berikut:
a. Pendekatan Perubahan Perilaku (Behavior-modification approach)
Semua tingkah laku yang baik dan yang kurang baik
merupakan hasil proses belajar. Asumsi ini mengharuskan
wali/guru kelas beusaha menyusun program kelas dan suasana
yang dapat merangsang tewujudnya proses belajar yang
memungkinkan siswa mewujudkan tingkah laku yang baik
menurut ukuran norma yang berlaku di lingkungan sekitarnya.29
b. Pendekatan iklim sosioemosional (socio emotional climate
apparoach)
Pendekatan ini cenderung pada pandangan psikologis klinis
dan konseling (penyuluhan). Terdapat dua asumsi pokok yang
dipergunakan dalam pengelolaan kelas sebagai berikut:
1) Iklim sosial yang normal dalam arti terdapat hubungan
interpersonal yang harmonis antara guru dengan guru, guru
dengan siswa, dan siswa dengan siswa merupakan kondisi yang
memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang
efektif. Asumsi ini mengharuskan seorang guru kelas berusaha
menyusun program kelas dan pelaksanaannya yang didasari
oleh hubungan manusiawi yang diwarnai saling sikap
menghargai dan saling menghormati antar personal di kelas.
Setiap personal diberi kesempatan untuk ikut serta dalam
kegiatan kelas sesuai dengan kemampuan masing-masing,
sehingga timbul suasana emosional yang menyenangkan pada
setiap personal dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
masing-masing.
2) Ikilim social dan emosional yang baik tergantung pada guru
dalam usahanya melaksanakan kegiatan belajar mengajar ,
yang didasari dengan hubungan manusiawi yang efektif . dari
29 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Op.Cit., hlm. 180.
28
asumsi ini berarti dalam pengelolaan kelas seorang guru harus
berusaha mendorong guru-guru agar mampu dan bersedia
mewujudkan hubungan manusiawi yang penuh saling
pengertian, hormat menghormati dan saling menghargai.30
c. Pendekatan Proses Kelompok
Pendekatan ini didasarkan pada psikologi social dan
dinamika kelompok. Oleh karena itu asumsi pokoknya adalah (1)
pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks kelompok
sosial, dan (2) tugas guru yang terutama dalam pengelolaan kelas
adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan
komprehensif.31
Berbagai pendekatan diatas merupakan interaksi semua
pihak yang terlibat baik guru dan siswa, agar dalam berbagai
pendekatan-pendekatan terwujud adanya saling menghargai,
menghormati, dan saling pengertian dalam setiap tugas dan
tanggung jawab masing-masing.
B. Konsep Dasar Penerapan Moving Class
Penerapan konsep moving class sangat berbeda dengan
pengelolaan kelas konvensional. Perbedaan itu dari segi strategi
pengelolaan peserta didik, pengelolaan ruang belajar, pengelolaan
administrasi guru dan peserta didik, pengelolaan pembelajaran,
pengelolaan remedial dan pengayaan, dan pengelolaan penilaian. Seluruh
segi-segi adalah suatu sistem yang sangat terkait dalam pengelolaan
moving class.
1. Pengertian Moving Class
Moving class terdiri dari dua kata, yaitu moving dan class.
Moving berasal dari kata move berarti berpindah,32 sedangkan class
30 Tim Pengembangan MKDK,Op.Cit., hlm. 141-142. 31 Syaiful Bahri Djamarah, Op.cit, hlm.183. 32 John M. Echols, Kamus Inggris-Bahasa Indonesia, (Gramedia Pustaka Utama;
Jakarta, 2005), hlm.387.
29
diartikan sebagai kelas atau tempat belajar33. Jadi moving class adalah
perpindahan dari satu kelas ke kelas yang lain sesuai dengan
pelajarannya.34
Moving class berarti peserta didik mempunyai kesadaran untuk
mendapatkan ilmu. Artinya jika mereka mau mendapatkan ilmu, maka
mereka harus bergerak ke kelas yang tertentu yang disediakan.35
Moving class, menurut penulis tidak terbatas pada tempat
ruang kelas, bisa diluar kelas, lingkungan sekolah, masjid, dan
perpustakaan. Dengan demikian perpindahan tempat belajar dari satu
tempat ketempat lain dapat mengurangi tingkat kejenuhan, peserta
didik dapat lebih bersemangat menerima pelajaran dan dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
1. Tujuan Moving Class
Tujuan merupakan sesuatu yang diharapkan dari suatu proses
yang panjang karena tujuan merupakan sesuatu yang esensial oleh
karena itu besar maknanya dalam segala aktivitas. Tujuan moving
class meliputi:
1. Membiasakan peserta didik agar merasa hidup nyaman dalam belajar. Selain itu, agar mereka merasa tidak jenuh dan bertanggung jawab terhadap apa yang dipelajari.
2. Melatih kemandirian, kerjasama dan kepedulian sosial siswa. Karena dalam moving class mereka akan bertemu dengan siswa lain bahkan dari jenjang yang berbeda, setiap ada pergantian mata pelajaran.
3. Merangsang seluruh aspek perkembangan dan kecerdasan siswa (multiple intelligent) atau bakat majemuk.36
4. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
33 Ibid 34 Purwanto, Moving Class, Http://Purwanto65.wordpress.com/2008/07/21/moving-
class/, download tanggal 5 juli 2010. 35 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,
(Bandung; Alfabeta, 2009), hlm.4 36 Robertus Baluk Nugroho, Strategi Belajar Dengan Moving Class,
http://www.wikimu.com/news/displeynews.aspx?id=14443, download tanggal 12 juli 2010.
30
5. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi waktu pembelajaran guru mata pelajaran, sehingga waktu guru mengajar tidak terganggu dengan hal-hal lain.
6. Meningkatkan disiplin siswa dan guru.
7. Meningkatkan keterampilan pendamping dalam memvariasikan metode dan media pembelajaran yang diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehari-hari.
8. Meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dan bersifat terbuka pada setiap pelajaran.
9. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.37
Seperti sistem pembelajaran lainnya, sistem ini memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain:
1. Siswa tetap segar karena selalu bergerak setelah pelajaran.
2. Guru dapat menyiapkan media pembelajaran lebih dahulu.
3. Bisa bertemu teman yang berbeda kelas.
4. Melatih kedisiplinan.38
5. Pada saat jam kosong oleh siswa dapat digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas atau diisi oleh kegiatan yang bermanfaat misalnya bidang keagamaan, keterampilan dan lain-lain.
6. Guru berupaya untuk menghitung waktu dengan sebaik-baiknya dan tidak bolos mengajar karena kalau guru berhalangan mengajar akan cepat terdeteksi.
7. Setiap siswa dituntut untuk belajar lebih giat dan aktif, karena kalau tidak aktif siswa akan ketinggalan pelajaran.39
Sedangkan kekurangan sistem moving class ini antara lain:
1. Siswa bisa merasa lelah.
2. Apabila siswa lelah, konsentrasi belajarnya dapat terganggu.
3. Apabila ada barang yang tertinggal maka akan repot untuk mengambilnya, apalagi kalau kelasnya jauh.40
37 Animhadi, Mengapa Harus Menggunakan Moving Class, http :// animhadi.
Wordpress.com/2008/11/16/mengapa-harus-menggunakan-sistem-moving-class/, download pada tanggal 3 juni 2010.
38 Mrnk001, Moving Class, http://kompasiana.com/2009/03/12/moving-class-2/, download tanggal 2 agustus 2010.
39Kartiwa,MovingClass,http://blogkerenuntukorangkreatif.blogspot.com/2009/12/moving-class.html, download tanggal 2 agustus 2010.
31
4. Jika guru dan siswa tidak disiplin dalam menggunakan waktu maka akan berakibat tersendatnya proses KBM bagi pelajaran lainnya.
5. Kehadiran siswa dalam jam tertentu sulit diawasi apalagi kalau seorang guru jarang mengabsen siswanya.
6. Biasanya terdapat siswa pada saat jam pertama ikut belajar tapi jam berikutnya tidak ikut belajar.41
Upaya mengatasi kelemahan moving class:
1. Membudayakan disiplin peserta didik waktu perpindahan belajar.
2. Membudayakan peserta didik jalan cepat.42
3. Menekankan agar guru lebih disiplin.
4. Menjaga agar jadwal tidak berubah-ubah.
5. Selalu memonitoring kehadiran guru di sekolah.
6. Mengadakan pendekatan persuasif kepada setiap siswa agar terbuka dan terbiasa bergaul dengan teman, tanpa membedakan kondisi dan status sosial.
7. Mengupayakan sendiri media-media yang dapat diusahakan oleh guru dan sekolah (misal: bahan ajar, alat peraga, bahan praktikum).43
Dari uraian tujuan, kelebihan, kelemahan, dan upaya mengatasi
kelemahan moving class dapat disimpulkan bahwa dalam pengelolaan
moving class pada dasarnya tujuan utama moving class adalah untuk
membentuk peserta didik untuk berfikir dewasa dalam melatih
kemandirian, kedisiplinan, serta merangsang perkembangan dan
kecerdasan siswa agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam
kegiatan belajar mengajar, media bisa didapat dari guru, lingkungan
serta alat-alat elektronik jika diperlukan.
2. Ruang Lingkup Penerapan Moving Class
40 Mrnk001, Moving Class, http://kompasiana.com/2009/03/12/moving-class-2/,
download tanggal 2 agustus 2010. 41Kartiwa,MovingClass,http://blogkerenuntukorangkreatif.blogspot.com/2009/12/mo
ving-class.html, download tanggal 2 agustus 2010. 42 Kementerian Pendidikan Nasional Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas 2010, Op.Cit., hlm 8 43 Purwanto, Moving Class, http://purwanto55.wordpress.com/2008/07/21/moving-
class/ download tanggal 10 juli 2010.
32
a. Strategi Pelaksanaan Moving Class
Strategi pembelajaran melalui penerapan moving class
merupakan salah satu syarat pelaksanaan sekolah kategori mandiri
dilaksanakan dengan pendekatan kelas mata pelajaran. Strategi ini
memiliki keuntungan, yaitu:
1. Guru memungkinkan untuk mengoptimalkan sumber-sumber
belajar dan media pembelajaran.
2. Guru berperan aktif dalam mengontrol perilaku peserta didik
dalam belajar.44
Dari uraian keuntungan strategi diatas, dapat disimpulkan
bahwa guru harus bisa mengoptimalkan sumber belajar yang ada,
untuk media pembelajaran bisa didapat dari guru itu sendiri,
lingkungan, serta alat-alat elektronik jika diperlukan.
Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pembelajaran
melalui penerapan moving class maka perlu ditetapkan strategi
pelaksanaannya, meliputi: pengorganisasian pelaksana, tugas,
kewajiban dan wewenang:
1. Penanggung Jawab Akademik
Penanggung jawab akademik secara umum memiliki
peran sebagai wali kelas, disamping itu memiliki tugas dan
kewajiban khusus diantaranya:
a. Membuat rekap terhadap kejadian-kejadian khusus
terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya
yang diserahkan guru pembimbing.
b. Memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang
membutuhkan penanganan khusus dibidang akademik
dalam rangka meningkatkan hasil belajarnya.
44 Edi Santoso, Moving Class Icon SBI, http://kesekolah.co/component/k2/item/3578
-moving-class-ikon-sbi.html, download tanggal 3 juni 2010.
33
c. Membuat rekap terhadap tingkat kehadiran peserta didik,
mengumpulkan nilai hasil belajar peserta didik yang
diserahkan kepada tim (teknologi informasi komunikasi)
TIK dalam rangka pengolahan laporan hasil belajar peserta
didik (LHBPD).45
Penulis menyimpulkan bahwa tugas sebagai wali kelas
sangat penting dalam memberikan bimbingan terhadap siswa
yang sangat berperan dalam penanganan khusus seperti dalam
rangka meningkatkan hasil belajar sesuai dengan tujuan
pendidikan.
2. Tim Pengembang (teknologi informasi komunikasi ) TIK
Tim Pengembang TIK secara umum berkewajiban
melakukan perawatan dan pengembangan prasarana TIK yang
berkaitan dengan administrasi dan pembelajaran. Secara khusus
tim TIK memiliki tugas:
a. Melakukan pengolahan nilai, baik untuk nilai mid semester
maupun nilai semester yang dilakukan oleh Penanggung
Jawab Akademik.
b. Membuat Laporan hasil penilaian sesuai format yang
berlaku.
c. Membuat hasil analisa penjurusan peserta didik
berdasarkan data yang telah diserahkan oleh penanggung
jawab akademik.
d. Membuat hasil rekap mengenai kehadiran peserta didik,
kehadiran guru berdasarkan data yang diserahkan oleh
45 Sirajuddin, “SMA Negeri 1 Talang Kelapa Mencoba Terapkan Moving Class”,
Http://Diknasba.Info/Banyuasin/Index.Php?Option=Com_Content&Task=Section&Id=5&Itemid=37, 05/07/10.
34
Penanggung Jawab Akademi dan hasil input data sistem
Informasi Manajemen Absensi Guru dan Karyawan.46
Tim pengembang TIK sangat berperan serta dalam
membantu proses administrasi sekolah, baik dalam proses
pengolahan nilai, input rekap kehadiran siswa maupun
penjurusan siswa.
3. Tim Pengelola Moving Class
Secara akademik pengelolaan moving class dibawah
Wakasek Urusan Kurikulum/ Wakil Bidang Akademik yang
secara umum menjelaskan kewajiban dan tugasnya sesuai
beban yang diberikan. Tim ini dapat dibentuk secara khusus
dibawah Wakil Bidang Kurikulum yang secara khusus memilki
tanggung jawab untuk:
a. Mengelola jadwal dan perencanaan moving class.
b. Mengkoordinasi Penanggung Jawab Akademik dalam
pelaksanaan administrasi dan bimbingan terhadap peserta
didik.
c. Menyiapkan format-format yang diperlukan untuk
pengelolaan administrasi pembelajaran dan pelaksanaan
pembelajaran.
d. Menyusun peraturan dalam pelaksanaan kegiatan PBM,
remedial dan Pengayaan, piket guru dan Penetapan
Peraturan Akademiknya.47
Penulis menyimpulkan bahwa dalam pengelolaan
moving class Wakasek urusan kurikulum mempunyai
46 Raras, Moving Class, http://rarasraras.wordpress.com/, download tanggal 10
agustus 2010. 47 Bandono, “SMA Negeri 7 Yogyakarta Mencoba Terapkan Moving Class” http://
seveners.com/berita/sma-negeri-7-yogyakarta-mencoba-terapkan-moving-class/, download tanggal 10 juli 2010.
35
wewenang sangat penting dalam proses pelaksanaan moving
class. Di samping itu pengelolaan moving class berbeda
dengan pengelolaan kelas konvensional, jadi perlu adanya
keahlian khusus dalam mengelola.
b. Strategi Pengelolaan Moving Class
Adapun strategi pengelolaan moving class agar mencapai
hasil yang optimal diantaranya:
1. Pengelolaan Perpindahan Peserta didik
a. Peserta didik berpindah ruang belajar sesuai mata pelajaran
yang diikuti berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan.
b. Waktu perpindahan antar kelas adalah 5 menit.
c. Peserta didik diberi kebebasan untuk menentukan tempat
duduknya sendiri.
d. Peserta didik perlu ditegaskan peraturan tentang
penggunaan ruang dan tata tertib dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran serta konsekuensinya.
e. Bel tanda perpindahan suatu kegiatan pembelajaran
dibunyikan pada saat pelajaran kurang 5 menit.
f. Peserta didik diberi toleransi keterlambatan 10 menit, diluar
waktu tersebut peserta didik tidak diperkenankan masuk
kelas sebelum melapor kepada guru piket atau penanggung
jawab akademik.
g. Keterlambatan berturut-turut lebih dari 3 (tiga) kali
diadakan tindakan pembinaan yang dilakukan penanggung
jawab akademik bersama dengan guru pembimbing.48
Dari uraian pengelolaan perpindahan peserta didik diatas,
setiap berpindah mata pelajaran maka berpindah pula kelas yang
48 Raras, “Moving Class”, http://rarasraras.wordpress.com/2009/03/, 10/07/10.
36
akan ditempati. Terkait dengan perpindahan maka aturan-aturan
sekolah pun dibuat agar dalam perpindahan peserta didik dapat
berjalan dengan efektif dan efisien. Aturan digunakan untuk
menetapkan batas, tentu dengan aturan-aturan yang jelas
menyediakan sebuah konsistensi dalam kelas.
2. Pengelolaan Ruang Belajar-Mengajar
a. Guru diperkenankan untuk mengatur ruang belajar sesuai
karakteristik mata pelajarannya.
b. Ruang belajar setidak-tidaknya memiliki sarana dan media
pembelajaran yang sesuai, jadwal mengajar guru, tata tertib
peserta didik dan daftar inventaris yang ditempel di
dinding.
c. Ruang belajar dapat dilengkapi dengan perpustakaan
referensi dan sarana lainnya yang mendukung proses
pembelajaran.
d. Tiap rumpun mata pelajaran telah disediakan prasarana
multimedia. Penggunaan prasarana diatur oleh penanggung
jawab rumpun mata pelajaran.
e. Guru bertanggung jawab terhadap ruang belajar yang
ditempatinya.49
Penulis menyimpulkan bahwa dalam pengelolaan ruang
belajar, guru mempunyai kewenangan untuk mengatur ruang
belajarnya, sehingga guru terlebih dahulu dapat mempersiapkan
bahan ajar sebelum pembelajaran dimulai.
3. Pengelolaan Pembelajaran
49 Sirajuddin, “SMA Negeri 1 Talang Kelapa Mencoba Terapkan Moving Class”,
Http://Diknasba.Info/Banyuasin/Index.Php?Option=Com_Content&Task=Section&Id=5&Itemid=37, 05/07/10.
37
Pengelolaan pembelajaran dalam moving class
dilaksanakan secara team teaching. Menurut soewalni.S, model
pembelajaran team teaching dibagi menjadi dua macam yakni
semi team teaching dan team teaching penuh. Semi team
teaching adalah guru tidak sepenuhnya bekerja dalam tim, ada
bagian-bagian operasional yang dilaksanakan secara individu,
tetapi konsep disepakati dan dirancang bersama. Sedangkan
team teaching penuh semua aspek dilaksanakan secara team,
mulai dari merancang, menyusun perencanaan, melaksanakan,
mengevaluasi dan merevisi program dilaksanakan secara tim.50
Adapun strategi pembelajaran sebagai berikut:
a. Pembelajaran dilakukan dengan tim (team teaching) yang
minimal terdiri dari 2 orang guru, dimana 1 orang guru
utama dan yang lain sebagai kolaboran/asisten.
b. Dalam team Teaching, ada guru yang bertanggung jawab
untuk tingkat kelas yang berbeda. Misal: guru
penanggungjawab kelas X, guru penanggungjawab kelas XI
dan guru penanggungjawab kelas XII.
c. Apabila seorang guru tidak dapat mengajar karena suatu hal
atau sedang melaksanakan tugas dan kegiatan kedinasan
lain yang berkaitan dengan peningkatan mutu, dapat
digantikan dengan kolaboran dan kepada yang
bersangkutan mengganti hari-hari tidak mengajar kepada
kolaboran sebagai guru utama. Misalkan seorang guru
utama kelas X mempunyai kolaboran guru utama XI,
apabila guru utama kelas X tidak mengajar 6 jam maka
50Taufik Sabirin, Kualitas Proses Pembelajaran di Kelas, http://TaufikSabirin.
Wordpress.com/2009/01/30/Team-Teaching, download tanggal 6 Oktober 2010.
38
yang bersangkutan berkewajiban mengganti sebagai guru
utama kelas XI sebanyak 6 jam pelajaran. 51
Dari uraian diatas penulis tegaskan kembali bahwa
pembelajaran moving class dilaksanakan dengan 2 cara
pertama, yaitu tim teaching sebagai suatu sistem pelayanan
dimana dua orang atau lebih dalam mengelola pembelajaran.
Kedua, adalah semi team teaching yang mana perbedaannya
terletak pada segi pelaksanaan operasionalnya yang dilakukan
secara individu (personal).
4. Pengelolaan Administrasi Guru dan Peserta didik
a. Guru berkewajiban mengisi daftar hadir peserta didik dan
guru.
b. Guru membuat catatan-catatan tentang kejadian-kejadian di
kelas berdasarkan format yang telah disediakan.
c. Guru mengisi laporan kemajuan belajar peserta didik,
keterlambatan peserta didik dan membuat rekapan sesuai
format yang disediakan.
d. Guru membuat laporan khusus yang memerlukan
penanganan kepada Penanggung Jawab Akademik.
e. Guru membuat Jadwal topik/materi yang diajarkan kepada
peserta didik yang ditempel di ruang belajar.52
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
pengelolaan administrasi guru dan peserta didik, berkaitan
dengan absensi daftar hadir, materi yang diajarkan. Terkait
laporan kemajuan belajar peserta didik amat sangat penting
bagi guru, karena dapat digunakan untuk melihat efektivitas
51 Bandono, “SMA Negeri 7 Yogyakarta Mencoba Terapkan Moving Class”,
http://sevenerrs.com/berita/sma-negeri-7-yogyakarta-mencoba-terapkan-moving-class/10/07/10 52 Syaiful Sagala, Op. Cit., hlm. 190.
39
dan efisiensi pembelajaran, seberapa jauh isi pembelajaran
yang telah diajarkan dapat dicapai oleh siswa.
5. Pengelolaan Remedial dan Pengayaan
Remedial adalah kegiatan yang ditujukan untuk
membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai
materi pelajaran. Sesuai dengan pengertiannya, tujuan kegiatan
remedial adalah membantu siswa mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum yang
berlaku.53
Pengayaan adalah program pembelajaran yang
diberikan kepada peserta didik yang belajar lebih cepat.54
Kegiatan pengayaan dilaksanakan dengan tujuan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memperdalam penguasaan
materi pelajaran yang berkaitan dengan tugas belajar yang
sedang dilaksanakan sehingga tercapai tingkat perkembangan
optimal.55
Adapun pengelolaan remedial dan pengayaan adalah
sebagai berikut:
a. Remedial dan pengayaan dilaksanakan diluar jam kegiatan
tatap muka dan praktik.
b. Remedial dan pengayaan dilaksanakan secara tim teaching,
dimana kolaboran dapat menjadi guru utama pada materi
tertentu.
53 Pakde Sofa ”Memahami Kegiatan Remedial dan Pengayaan Untuk Perbaikan
Pembelajaran”, Http://Massofa.Wordpress.Com/2008/01/20/Memahami-Kegiatan-Remedial-Dan-Pengayaan-Untuk-Perbaikan-Pembelajaran/hal.1,05/07/10.
54 Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2007), hlm.240. 55Pakde Sofa ”Memahami Kegiatan Remedial dan Pengayaan Untuk Perbaikan
Pembelajaran”, Http://Massofa.Wordpress.Com/2008/01/20/Memahami-Kegiatan-Remedial-Dan-Pengayaan-Untuk-Perbaikan-Pembelajaran/hal.1,05/07/10.
40
c. Kegiatan remedial dan pengayaan dapat menggunakan
waktu dalam kegiatan pembelajaran tugas terstruktur (25
menit) maupun tak terstruktur (25 menit).
d. Remedial dan pengayaan dilaksanakan dalam waktu
berbeda maupun secara bersamaan jika memungkinkan.
e. Remedial dan pengayaan dilaksanakan secara berkelanjutan
berdasarkan hasil analisis postest, ulangan harian dan
ulangan mid semester.56
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
pengayaan merupakan pelengkap dan penjabaran dari
program mingguan dan harian. Program remedial ini
dimaksudkan untuk mengidentifikasi materi yang perlu
diulang peserta didik. Sekolah juga memberikan
kesempatan terhadap peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar melalui kegiatan remedial, sedangkan
peserta didik yang cemerlang diberikan kesempatan
kegiatan pengayaan.
6. Pengelolaan Penilaian
a. Penilaian dilakukan untuk mengukur proses dan produk
hasil pembelajaran.
b. Penilaian proses dilakukan setiap saat untuk menilai
kemajuan belajar peserta didik, sedangkan penilaian
produk/hasil belajar dilakukan melalui ulangan harian, mid
semester maupun ulangan semester.
c. Penilaian meliputi kognitif, praktik dan sikap yang
disesuaikan dengan peraturan yang telah ditetapkan serta
mengacu pada karakteristik mata pelajaran.
56 Bandono”SMA Negeri 7 Yogyakarta Mencoba Terapkan Moving Class”,
Http://sevener.com/berita/sma-negeri-7-yogyakarta -mencoba-terapkan-moving-class/, 10/07/10.
41
d. Hasil penilaian dimasukkan sesuai dengan format yang
telah disediakan dalam bentuk file excel, yang kemudian
diserahkan kepada penanggung jawab akademik.
e. Untuk memudahkan pengelolaan hasil penilaian, maka
hasil-hasil penilaian harian yang telah dilaksanakan segera
diserahkan kepada penanggung jawab akademik agar dapat
dimasukkan ke dalam pengelolaan sistem informasi
manajemen (SIM) oleh tim (teknologi informasi
komunikasi) TIK.
f. Tidak diadakan remedial untuk ujian/ulangan semester.
Remedial dilakukan sesuai dengan ketentuan pengelolaan
remedial dan pengayaan.
g. Guru mata pelajaran bertanggungjawab dan memiliki
kewenangan penuh terhadap mata pelajaran yang
diampunya. Segala perubahan terhadap hasil penilaian
hanya dapat dilakukan oleh guru yang bersangkutan.57
Menurut penulis penilaian dimaksudkan untuk
memperoleh informasi tentang pencapaian dan kemajuan
belajar peserta didik pada setiap tahap atau unit pembelajaran
yang didasarkan pada kriteria tertentu (tingkat ketuntasan
belajar). Hasil penilaian ini digunakan sebagai dasar untuk
menentukan peserta didik yang boleh melanjutkan ke materi
pelajaran berikutnya dan peserta didik yang perlu mendapat
pelayanan remedial.
57 Syaiful Sagala, Op.Cit., hlm.191.
42
BAB III PENGELOLAAN MOVING CLASS DI SMA SEMESTA SEMARANG
A. Gambaran Umum SMA Semesta Semarang
1. Profil/ Sejarah Berdirinya
SMA Semesta merupakan sekolah nasional berasrama yang
menerapkan sistem pendidikan berkualitas Internasional. SMA Semesta
adalah adalah sekolah unggulan yang didirikan oleh Yayasan Al-Firdaus
Indonesia yang bekerjasama dengan Assosiasi Pasiad Turki.
Yayasan Al-Firdaus bergerak dalam bidang pendidikan dan
sosial sejak tahun 1990, yang meletakkan pondasi pembangunan menuju
Indonesia baru dengan melalui pendidikan yang berwawasan
internasional dan berakhlak mulia untuk generasi bangsa dari berbagai
etnis, ras dan agama.
Dalam rangka mewujudkan cita-cita, pada tanggal 3 Mei 1999
melalui MoU (Memorandum of Understanding) Yayasan Al-Firdaus
bekerjasama dengan Asosiasi Pasiad Turki. Asosiasi ini telah
berpengalaman dalam bidang pendidikan dan telah sukses diberbagai
sekolah di seluruh dunia. Lembaga-lembaga Pendidikan Asosiasi Pasiad
tersebar di kawasan Asia Pasifik dan beberapa di Amerika, Eropa, dan
Australia. Dengan perpaduan sistem pendidikan negeri setempat,
sekolah-sekolah kerjasama Asosiasi Pasiad menduduki rangking teratas
dengan memenangkan olimpiade - olimpiade internasional di bidang
Sains, Matematika dan Lingkungan.
2. Visi dan Misi SMA Semesta Semarang
Unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi berakhlak mulia
dan berakar budaya indonesia. Menjadi pusat pendidikan berkualitas,
yang menyelaraskan IPTEK, budi pekerti dan budaya luhur bangsa.
43
3. Struktur Kepemimpinan
I. General Manager (GM) Semesta Bilingual Boarding School
1. Periode 1999 – 2001 : Mr. Sezer Erdogan
2. Periode 2001 – 2002 : Mr. Fetullah Karakoc
3. Periode 2002 – 2003 : Ahmet Genc
4. Periode 2004 – 2007 : Mr. Abdul Kerim Tursun
5. Periode 2007 – Sekarang : Mr. Omer Demir
II. Kepala SMA Semesta
1. Pada Tahun 1999 sampai dengan 2002
Kepala Sekolah : M. Ikhwan, S.Pd
Alamat : Jl. Raya Semarang – Gunung Pati km. 15 Semarang
2. Pada Tahun 2003 sampai dengan 2005
Kepala Sekolah : Agus Junaidi, S.T
Alamat : Jl. Raya Semarang – Gunung Pati km. 15 Semarang
3. Pada tahun 2005 sampai dengan sekarang
Kepala Sekolah : M.Haris, S.E
Alamat : Jl. Raya Semarang – Gunung Pati km. 15 Semarang
III. Koordinator Pendidikan
1. Periode 2007 – 2008 : Mr. Ersin Arslan
2. Periode 2008 – 2009 : Mr. Ali Yavuz
3. Periode 2010 – sekarang : Mr. Seyith Arslan
IV. Direktur Bimbingan
1. Periode 1999 – 2006 : Mr. Huseyin Kan
2. Periode 2006 – 2009 : Mr. Yenal Aksoy
3. Periode 2010 – sekarang : Mr. Koksal Karasah
44
LIST of TEACHER (SMA SEMESTA ACC. 2010-2011)
NO TEACHERS LESSON
1 Moh Haris 2 Ahmad Bernadi 3 R. Fatmanto 4 Ida Verawati
Religion
5 Erna Yunaini PKn 6 Alfiah 7 Jumiko 8 Eka Rahmaul F. 9 Pitayani
Indonesian
10 Amanatu Kuncoro 11 Teccedin 12 Yasin 13 Hamzah 14 Fitria R.
Mathematic
15 Ahmad Nurani 16 Arzu 17 Marida
Physic
18 Zafer Kulac 19 Dwi Eldina Biology
20 Imam Husnan N 21 Hamza Chemistry
22 Bahtiar Computer 23 Azamat 24 Alvien Bahtiar 25 Seyith 26 Virgiawan 27 Bayu Ariadi 28 Ahmad Zakki 29 Asep 30 Harimurti 31 Irham Niarsih 32 Iin Sakinah 33 Saleha Parakitri 34 Esma Ozgul 35 Laila AL Hikmah 36 Sulfiye 37 Wulan
English
38 Omer Demir 39 Mustafa Ozgul
Turkish
45
40 Koksal 41 Aichurak 42 Cahyo History
Sociology 43 Susan A Geography 44 Dendi Azis Economy 45 Budi Prasetyo 46 Artilerianna Putri Sport
47 Budi Prasetyo Javanese 48 Class Advisor Counseling1
4. Kegiatan Pembelajaran di SMA Semesta Semarang
Sekolah SMA Semesta menggunakan Kurikulum Nasional yang
diperkaya dan divariasi dengan muatan global dan muatan lokal yang
menjadi ciri khusus.
Pengayaan kurikulum tersebut pada:
1. Bahasa Turki
2. Separated Natural Science Laboratory Classes
3. Computer Class
4. Preparatory English for TOEFL and PET KET test
5. Counseling Class
6. Olimpiad Classes
Program pembelajaran dan pelatihan diadakan khusus untuk
olimpiade dan lomba-lomba mapel. Lomba-lomba dalam bidang seni,
olah raga dan kreativitas siswa juga mendapatkan perhatian.
Kelas yang dipakai di SMA Semesta dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar menggunakan kelas kabinet/ moving class. Dimana
siswa menempati ruang kelasnya sesuai dengan mata pelajaran yang
akan diikuti. Ada kelas-kelas yang disediakan khusus untuk mata
pelajaran – mata pelajaran tertentu, sehingga setiap pergantian pelajaran
siswa akan berpindah kelas. Dengan adanya moving class ini diharapkan
siswa lebih fresh menerima pelajaran karena suasana kelas. Kelas yang
1 Dokumentasi SMA Semesta
46
ada di SMA Semesta sudah 100 persen moving class dengan berjumlah
23 ruang dan 3 ruang khusus.2
Kegiatan Belajar Mengajar di SMA Semesta diawali dari kelas
X, dilanjutkan kelas XI dan selanjutnya kelas XII. Pembelajaran Sains
(Matematika, Fisika, Kimia, Biologi dan Komputer) memakai pengantar
bahasa Inggris. Buku-buku sains dan sebagian pengajar merupakan guru-
guru berpengalaman yang berasal dari luar negeri.
Pembelajaran di SMA Semesta antara putri dan putra dilakukan
secara terpisah. Rutinitas kegiatan dimulai dengan ketentuan kegiatan
apel setiap pagi pukul 07.00 yaitu dengan do’a bersama di setiap kelas
masing-masing, mulai hari Senin - Kamis pukul 07.15-14.30, jumat
pukul 7.15-15.10, dan sabtu pukul 7.15-12.00 WIB.
Setiap kegiatan belajar mengajar di SMA Semesta dilakukan
dalam kondisi menyenangkan, dengan mengintegrasikan nilai-nilai
kehidupan beragama sebagai pembentukan karakter. Sehingga siswa
memiliki bekal agama dan juga memiliki akhlak yang baik. Diantara
kegiatannya seperti melaksanakan sholat dzuhur berjama’ah,
melaksanakan sholat jum’at berjamaah khusus putera.
Menyelenggarakan do’a bersama (mujahadah) pada setiap US dan UN.
Selain kegiatan belajar, SMA Semesta juga mempunyai program
ekstrakurikuler dan Club diantaranya sebagai berikut:
a. Ekstrakurikuler
Sistem ekstrakurikuler di SMA Semesta menerapkan sistem
buka tutup, artinya jika ada siswa yang mempunyai minat atas
keberadaan suatu ekstrakurikuler dengan kondisi bahwa bahwa kuota
mencukupi dan pelaksanaannya memungkinkan maka kegiatan itu
akan diadakan sekolah. Sedangkan jika tidak ada peminat maka akan
ditutup.
2 Wawancara dengan Bapak Riris Fatmanto selaku Waka Kurikulum pada tanggal 5
Oktober 2010.
47
Untuk ekstrakurikuler SMA Semesta tahun 2009-2010 adalah
sebagai berikut:
1) Bola basket 2) Sepak bola 3) Musik 4) MTQ 5) Volley ball 6) Paskibra 7) Karate 8) Seni tari 9) Capueira 10) Softball
B. Club
Dalam upaya meningkatkan kompetensi siswa terhadap
tantangan perkembangan teknologi, maka SMA Semesta
menawarkan kepada siswa dan siswinya sebuah kurikulum yang
berbeda dari sekolah lain yaitu adanya jam tambahan pelajaran
club untuk 2 tahun pertama.
Club adalah kegiatan tambahan pada jam pelajaran yang
bertujuan meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan minat
dan bakatnya sehingga menjadi nilai plus bagi siswa tersebut.
Adapun club yang dapat di ikuti oleh siswa dan siswi
SMA Semesta adalah sebagai berikut:
1. Agama 2. English Public Speaking 3. Jurnalistik 4. Fotografi 5. Bahasa Turki 6. Sains 7. Bahasa Jepang 8. Theater 9. Information & Techhnology 10. Social Observation
Selain kegiatan-kegiatan diatas, SMA Semesta juga mempunyai
program khusus dibidang olimpiade. Program ini bertujuan
mempersiapkan siswa - siswa menghadapi olimpiade Sains dan lomba -
lomba mata pelajaran.
48
Mata pelajaran Olimpiade:
1. Matematika
2. Fisika
3. Kimia
4. Biologi
5. Astronomi
6. Komputer
7. Ekonomi / Akuntansi
8. Kebumian
Kegiatan selain olimpiade, adalah kegiatan projek (karya ilmiah)
bagi siswa yang berminat. Bidang projek ini dapat diikuti oleh siswa
antara lain, lingkungan, sains, komputer, desain ataupun sosial.3
5. Pelaksanaan Pengelolaan Kelas di SMA Semesta
Kegiatan pengelolaan kelas meliputi dua hal yaitu pengaturan
orang (siswa) dan pengaturan fasilitas. Berdasarkan hasil penelitian,
penulis menyimpulkan bahwa pelaksanaan pengelolaan kelas di SMA
Semesta adalah:
a. Kegiatan pengaturan siswa di SMA Semesta meliputi:
1) Pembentukan organisasi siswa
Pembentukan organisasi di dalam kelas diharapkan akan
membantu guru atau wali kelas baik dalam ketertiban kelas
ataupun dalam melakukan pengawasan. Di SMA Semesta siswa
dilatih untuk berorganisasi, seperti memiliki struktur
kepengurusan kelas yang tetap dalam sebuah kelas, misalkan
ketua kelas beserta pengurusnya secara tetap.
Dalam pengorganisasian siswa guru bersifat demokratis,
sehingga tiap kelas memiliki konsep dalam kepengurusannya.
3 Wawancara dengan Ibu Ida Verawati selaku Guru PAI SMA Semesta pada tanggal 22
Oktober 2010,
49
misalkan di kelas XI terdapat ketua kelas dan beberapa pengurus
didalamnya yang telah dipilih oleh warga kelas, ketika dirasa
perlu adanya reorganisasi maka siswa secara demokratis akan
menentukan pilihan kepengurusan lagi, dengan diketahui oleh
guru atau wali kelas. Guru atau wali kelas juga mengadakan
program dekorasi kelas yang dibantu oleh siswa, dekorasi ini
dimaksudkan untuk mendekorasi kelas sesuai dengan Mapel.
Misalkan kelas Mapel Bahasa Indonesia, maka kelas didesain
dan disesuaikan dengan Mapel.
Program kelas juga menerapkan setiap kelas diawasi oleh
empat sampai lima orang siswa terdiri dari ketua dan anggota
yang dipercayai oleh wali kelas untuk mengawasi aktifitas
teman-teman di dalam kelas.
Selain itu setiap akhir semester setiap kelas mengadakan
camping bersama yang yang disepakati oleh siswa dan wali
kelas. Camping ini memiliki kegiatan bersama dalam suatu villa,
sehingga beban kepenatan hidup bisa lepas, agar supaya bisa
melakukan evaluasi diri untuk lebih baik. Kegiatannya meliputi:
sholat berjama’ah sholat sunnah seperti sholat dhuha dan tahajud.
Selain itu juga ada kegiatan permainan di alam terbuka
(outbond).
Di dalam kelas Semesta juga terdapat piket kelas yang
dipilih dan disepakati oleh warga kelas. Piket kelas meliputi
membantu guru mengambil jurnal atau spidol.
Secara umum pengorganisasian dilakukan secara merata
di dalam kelas, dengan melibatkan siswa dalam kelas dengan
memperoleh kesempatan belajar dalam berorganisasi.
2) Pengelompokan peserta didik
50
Sebagaimana yang dijelaskan pada bab II, bahwa diantara
dasar pengelompokan siswa adalah berdasarkan fungsi integrasi
(kesamaan) dan fungsi perbedaan (didasarkan pada perbedaan-
perbedaan yang ada pada peserta didik). Walaupun Semesta
adalah sekolah dengan komunitas besar namun di SMA Semesta
tidak ada pengelompokan siswa secara khusus di dalam kelas
semuanya membaur antara siswa yang kemampuannya sedang
maupun pintar.
3) Penugasan siswa
Konsep belajar di SMA Semesta adalah memahami
makna yang terkandung dalam materi pembelajaran. Hal ini
cenderung menjadikan pemahaman bahwa sekolah bukanlah
beban melainkan hal yang menyenangkan.
Tugas yang diberikan oleh guru terkadang bersifat
kelompok dan individu. Tugas kelompok diantaranya dengan
diskusi, tugas individu dengan mengerjakan PR, Projek (Karya
Ilmiah), tugas membuat slide, membaca buku diperpustakaan
selain buku paket yang disesuaikan dengan Mapel, kemudian
praktek.4
4) Pembimbingan dan pembinaan siswa.
Di SMA Semesta pembimbingan dan pembinaan selalu
dilakukan oleh guru , penanaman dan pembiasaan nilai-nilai
agama sangat diperhatikan oleh guru, sehingga diharapkan siswa
Semesta memiliki akhlak yang baik secara individu maupun
sosial dan mampu mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan
sehari-hari.
4 Hasil Wawancara dengan Ibu Ida Verawati selaku guru PAI SMA Semesta pada
tanggal 30 Oktober 2010.
51
Pembinaan di Semesta dilakukan oleh wali kelas yaitu
dengan memberikan materi mingguan berupa pesan moral dan
agama untuk menambah wawasan siswa mengenai wawasan non
akademik
SMA Semesta menerapkan tidak hanya siswa yang
belajar, guru pun di tuntut untuk terus belajar, bisa dari murid
ataupun dari guru yang lain, guru lebih berperan sebagai
fasilitator, siswa diarahkan untuk belajar secara aktif dan
mandiri, memberi peringatan dan pengarahan ketika siswa
melakukan pelanggaran di dalam kelas, misalkan mengejek
teman atau tidak mengerjakan tugas, tidak memakai kaos kaki,
mamakai asesoris yang berlebihan.
5) Kedisiplinan siswa
Seperti sekolah pada umumnya SMA Semesta memiliki
penegakkan kedisiplinan yang merupakan tanggung jawab
bersama. Diantaranya: Siswa terlambat masuk kelas maka siswa
tersebut wajib lapor kepada koordinator kedisiplinan dan
koordinator pendidikan.
6) Raport dan kenaikan kelas
Untuk penilaian di SMA Semesta berpedoman pada
Aspek kognitif Afektif, dan psikomotorik. Selain aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik guru juga menilai pada keaktifan siswa,
semangat belajar, penilaian yang digunakan seperti: tes lisan,
ulangan harian, ulangan mid semester, dan semester.
Raport juga berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan
pada tiap semester. Dalam pelaksanaan Evaluasi pada tiap
semesternya, berdasarkan kurikulum dari DIKNAS atau soal-soal
dari DIKNAS dan juga perpaduan kurikulum Turki yaitu soal-
soal dari SMA Semesta yang dibuat oleh masing-masing guru.
52
Jadi raport di SMA Semesta memiliki penilaian raport dengan
penilaian pelajaran akademik dengan 2 perpaduan, meliputi:
kurikulum DIKNAS dan kurikulum Turki.
b. Pengaturan Fasilitas di SMA Semesta
Di SMA Semesta seperti sekolah formal dengan
bangunannya yang indah dan berbagai fasilitasnya, diantaranya yang
menjadi kenyamanan di SMA Semesta adalah dengan tersedianya
media pembelajaran disetiap kelas yang disesuaikan dengan mata
pelajaran.
Pengaturan fasilitas yang dilakukan oleh guru pada
pembelajaran meliputi
1) Pengaturan tempat duduk
Agar tercipta kegiatan belajar mengajar dengan baik,
maka ruangan tempat belajar merupakan salah satu hal yang
perlu diperhatikan. Dalam hal ini tempat belajar di Semesta
sama dengan tempat belajar seperti sekolah pada umumnya.
Di Semesta guru memberi kebebasan kepada siswa untuk
menentukan tempat duduknya, sehingga siswa tidak jenuh
dengan suasana kelas yang di tempatinya. Guru juga mempunyai
otonomi dalam menempatkan tempat duduk siswa dengan
menyesuaikan materi yang akan disampaikan, misalnya: diskusi.
2) Pengaturan alat-alat pengajaran
Di SMA Semesta pembelajaran dalam kelas memiliki
alat-alat pengajaran, diantaranya:
a) Alat peraga
Di SMA Semesta juga memiliki alat peraga yang
diletakkan di kelas agar memudahkan penggunaannya, seperti
LCD, projektor, spidol, penghapus, jam dinding dan lain-lain.
53
Karena sekolah Semesta menerapkan moving class maka
setiap kelas memiliki alat peraga disesuaikan dengan Mapel.
b) Papan tulis
Digunakan sebagai media pelajaran, sehingga
memudahkan siswa ataupun guru untuk melaksanakan
pembelajaran, papan tulis juga membantu siswa untuk
melakukan diskusi.
c) Lemari buku
Di setiap kelas terdapat lemari yang digunakan untuk
meletakkan buku-buku pelajaran atau alat-alat peraga ringan
sebagai media pembelajaran. Lemari buku di letakkan di
dekat papan tulis. Agar memudahkan guru dan siswa jika
akan mengambil barang di dalamnya.
3) Penataan keindahan dan kebersihan ruangan kelas
Dengan adanya rerimbunan pohon dibelakang dan
didepan kelas Semesta menjadikan kelas sangat nyaman sekali
dirasakan, sehingga anak akan merasa enjoy dalam mengikuti
pembelajaran dan dengan demikian proses pembelajaran akan
berjalan tanpa ada tekanan-tekanan.
a) Penempatan hiasan dinding, hiasan dinding (pajangan kelas),
dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran, diantaranya:
peta, gambar pahlawan, tulisan-tulisan yang terkait dengan
pembelajaran, dan juga hasil karya siswa, misalkan gambar,
puisi atau tulisan cerita.
b) Pemeliharaan kebersihan, memelihara kebersihan dan
kenyamanan kelas / ruang belajar, sama artinya dengan
mempermudah anak didik menerima pelajaran. Ruang kelas
yang bersih dan segar akan menjadikan anak didik bergairah
belajar. Kebersihan kelas menjadi tanggungjawab berspama,
54
untuk itu kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan guru untuk
menciptakan kebersihan tersebut, diantaranya Anak didik
tidak boleh membuang sampah sembarangan, tidak boleh
mencoret-coret meja dan guru selalu mengawasi kebersihan
dan ketertiban kelas.
4) Ventilasi dan tata cahaya
Di SMA Semesta sangat terjamin sekali kenyamanan
dalam kelas. Dengan lingkungan yang asri udara akan menjadi
sehat dan semua peserta didik dalam kelas dapat menghirup
udara segar yang cukup, dan juga peserta didik tetap dapat
melihat tulisan.
6. Penerapan Moving Class di SMA Semesta Semarang
Penerapan moving class sangat erat kaitannya dengan proses
pembelajaran. Berikut ini pelaksana, tugas, tanggung jawab dan
wewenang, meliputi:
1. Penanggung Jawab Akademik SMA Semesta.
Dalam hal ini yang mempunyai peran penting dalam
keberlangsungan kegiatan kelas adalah wali kelas, yang mempunyai
tugas dan kewajiban khusus diantaranya:
a. Program koordinasi orang tua murid meliputi kunjungan,
komunikasi, dan pelibatan orang tua siswa dalam kegiatan kelas.
Koordinasi ditujukan dengan mengundang orang tua siswa
berkaitan dengan hasil belajar siswa (mid semester/ pertengahan
semester) dengan pihak sekolah memberikan raport pertengahan
semester siswa. Pelibatan orang tua siswa ini bertujuan agar
orang tua siswa dapat mengetahui sejauh mana hasil belajar
anaknya dan untuk perbandingan mid semester berikutnya agar
hasilnya lebih baik lagi.
55
b. Koordinasi kelas meliputi pengembangan tanggung jawab antar
siswa, pengembangan kepedulian antar siswa, dan
pengembangan kemandirian kelas untuk bisa menyelesaikan
permasalahan individu antar mereka maupun penyelesaian
terhadap suatu masalah bersama antar mereka.
c. Sebagai konsultasi dan bimbingan dimana setiap siswa dapat
mengemukakan masalah pribadi terhadap wali kelas maupun
pembina. Hal ini meliputi pemberian waktu khusus untuk
komunikasi antara wali kelas/ pembina dengan masing-masing
siswa.
d. Sebagai pengganti orang tua di sekolah, yaitu dengan memberi
pembinaan terhadap siswa-siswi SMA Semesta yang dibantu
oleh pembina kelas.
e. Wali kelas bersama dengan guru mapel saling berkoordinasi jika
terdapat siswanya yang mempunyai kesulitan dalam belajar,
meliputi: siswa yang nilainya di bawah kriteria ketuntasan
minimum (KKM), siswa yang mengikuti perlombaan olimpiade,
maka guru memberikan pelayanan bimbingan kepada siswa,
seperti memberi jam tambahan belajar. Jam tambahan ini
diberikan diluar pelajaran dengan siswa meminta jam tambahan
kepada guru mapel yang berkoordinasi dengan wali kelas.
Karena Semesta sekolah berasrama maka siswa diberi jam
tambahan yaitu pada jam belajar mandiri malam dilaksanakan
pada pukul 19.30 WIB yang dibina oleh pembina asrama dan
juga guru piket (diantaranya pembina dari kalangan mahasiswa
yang mempunyai keahlian di bidang mata pelajaran tertentu yang
dibutuhkan oleh siswa).
f. Wali kelas merekap tingkat kehadiran siswa serta mengumpulkan
nilai hasil belajar siswa seperti nilai mid (pertengahan semester),
serta nilai semester yang kemudian diserahkan kepada bagian
56
administrasi pengolahan nilai atau pengembang teknologi
informasi komunikasi (TIK).
Tugas wali kelas juga membantu kegiatan-kegiatan
kebersamaan seperti:
1) Camping Program yang biasanya dilakukan setiap liburan
semester, dimana para siswa memiliki kegiatan bersama dalam
suatu villa, sehingga beban kepenatan hidup bisa lepas, agar
supaya bisa melakukan evaluasi diri untuk lebih baik.
Kegiatannya meliputi: sholat berjamaah, sholat sunnah seperti
sholat dhuha dan tahajud. Selain itu juga ada permainan di alam
terbuka atau yang di kenal dengan sebutan outbond. Kegiatan ini
dilaksanakan dari hasil kesepakatan wali kelas dengan peserta
didik.
2) Reading program yang dilakukan setiap minggu dihari sabtu pagi
selama 2 jam pembelajaran, reading prorgam ini bertujuan agar
menambah wawasan siswa sekaligus membiasakan budaya
membaca antar siswa.
3) Counselling, dimana wali kelas akan memberikan materi
mingguan berupa pesan moral dan agama untuk menambah
wawasan siswa mengenai wawasan non akademik.5
2. Pengembang (Teknologi Informasi Komunikasi) TIK SMA Semesta
Untuk pengembang TIK SMA Semesta memiliki kewajiban
melakukan perawatan dan pengembangan prasarana TIK yang
berkaitan dengan administrasi dan pembelajaran. Tugas pengembang
TIK SMA Semesta Semarang antara lain:
a. Melakukan pengolahan nilai, baik untuk nilai mid semester
maupun nilai semester bekerjasama dengan wali kelas dan guru
mapel.
5 Wawancara dengan Ibu Ida Verawati selaku Guru PAI SMA Semesta pada tanggal 22 Oktober 2010.
57
b. Menyediakan format penilaian sesuai format yang berlaku.
Format tersebut digunakan untuk membuat laporan hasil
penilaian. Penilaian tersebut di dapat dari guru mapel masing-
masing bekerjasama dengan dengan wali kelas. Hasil penilaian
diolah dan dimasukkan ke dalam SIM.
c. Membuat hasil analisa penjurusan peserta didik berdasarkan data
yang telah diserahkan oleh penanggung jawab akademik.
Penjurusan dilaksanakan ketika kenaikan kelas X ke kelas XI.
Penjurusan di SMA Semesta ada 3 yaitu Ilmu Alam, Ilmu Sosial
dan Bahasa. Karena para siswa mayoritas besar mengambil
jurusan Ilmu Alam maka SMA Semesta mulai tahun 2008 hanya
membuka jurusan Ilmu Alam (Matematika,Fisika, Biologi).
Penjurusan ini dianalisa dengan hasil rapat Kepala Sekolah
dengan guru Mapel.
d. Membuat rekap terkait kehadiran (absensi) peserta didik,
kehadiran guru berdasarkan data yang diserahkan oleh
penanggung jawab akademik dan hasil input data sistem
informasi manajemen absensi guru dan karyawan SMA
Semesta.6
3. Pengelola Moving Class secara akademik dibawah Wakasek Urusan
Kurikulum SMA Semesta, menjelaskan kewajiban dan tugas sebagai
berikut:
a. Mengelola jadwal dan perencanaan moving class.
Dalam merencanakan moving class, waka kurikulum
SMA Semesta beserta dewan guru merapatkan hal-hal yang
terkait dengan moving class, yang meliputi: jumlah ruang kelas,
jam mengajar guru, pendistribusian jam guru mapel yang
disesuaikan dengan jadwal mengajarnya. Perencanaan moving
6 Wawancara dengan Bapak Riris Fatmanto selaku Waka Kurikulum pada tanggal 5 Oktober 2010.
58
class ini melibatkan kepala sekolah, waka kurikulum, dewan
guru.
Pengelolaan moving class SMA Semesta meliputi:
pembagian kerja guru, wali kelas, masing-masing guru mapel,
ruang kelas yang disesuaikan dengan karakteristik mata
pelajaran. Di SMA Semesta terdapat perkumpulan guru antar
mata pelajaran (Zume istilah bahasa turki). Kegiatan Zume
dalam lingkup sekolah SMA Semesta diadakan rutin dua minggu
sekali. Sedangkan perkumpulan guru mapel seluruh PASIAD Se-
Indonesia diadakan setahun dua kali. Zume ini bertujuan untuk
mengevaluasi dan memperbaiki pengajaran. Kegiatan zume
meliputi: kerjasama antar guru mapel seperti menyamakan
materi, saling berdiskusi tentang tugas dan kondisi siswa, saling
mengevaluasi dengan mengadakan (microteaching) antar guru
Mapel, pembagian tugas dalam pembuatan soal, saling menukar
materi, rapat mit, dan persiapan semesteran.
Setelah membuat perencanaan, maka waka kurikulum
dibawah koordinator kepala sekolah memberi pengarahan
terhadap dewan guru dengan melakukan rapat wali kelas,
meliputi: laporan wali kelas terhadap siswa yang dibinanya, yang
mana dalam hasil laporan ini terdapat tindak lanjut dan
dirapatkan di Zume dengan membahas permasalahan yang ada
serta mencari solusi untuk menyelesaikan masalah jika wali kelas
mendapati siswa yang bermasalah dalam kelas. Selain itu ada
rapat pendidikan yang rutin dilaksanakan setiap hari senin, rapat
supervisi dibawah koordinator pendidikan yang dilaksanakan
setiap hari.
Hasil dari pelaksanaan moving class lalu dikontrol atau
diawasi dengan meninjau ulang masing-masing kelas yang
bertanggung jawab dalam hal ini selaku masing-masing wali
59
kelas dengan melaporkan semua aktivitas kelas di bawah
koordinator pendidikan dalam rapat pendidikan yang
dilaksanakan rutin setiap hari senin.
Dalam mengelola jadwal, SMA Semesta menggunakan
Asc Timetables 2008 (program software). Cara ini mempunyai 3
tahap diantaranya:
1) Tahap inventarisasi, yaitu mengiventarisasi jumlah jam
masing-masing mapel tiap kelas perminggu (diketahui dari
struktur program kurikulum), jumlah jam dan mapel yang
diajarkan tiap guru pada suatu kelas (dapat dilihat dari
pembagian tugas mengajar), jumlah jam pelajaran maksimum
tiap ruang mapel.
2) Tahap entry data, yaitu tahap memasukkan data guru (nama,
kode, warna, mengajar jenis mapel dan kela serta jumlah
tatap muka, hari/jam kosong), data mapel (nama mapel, kode,
jam-jam kosong), data kelas (nama kelas, kode, kelompok
siswa), data dan ruang (nama ruang, kode hari/jam kosong).
Pada tahap ini sebenarnya sama dengan pembuatan kartu
pada cara pertama, tetapi semua dilakukan secara
computerized.
3) Distribusi jam, yaitu mendistribusikan kartu-kartu tatap muka
perguru permapel yang mempunyai kondisi persyaratan
tertentu. Pendistribusian kartu dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu otomatis (generate) dan manual. Pada cara
otomatis, setelah data sudah ter-entry (semua kartu sudah
dibuat) dapat didistribusikan secara otomatis sehingga
penyusun jadwal tidak perlu berfikir untuk mendistribusikan
kartu-kartu yang tersedia.
60
b. Mengkoordinasi Penanggung Jawab Akademik dalam
pelaksanaan administrasi dan bimbingan terhadap peserta didik.
c. Menyiapkan format-format, meliputi: format laporan tahunan
yayasan.
d. Menyusun peraturan dalam pelaksanaan kegiatan PBM, remedial
dan pengayaan dilaksanakan diluar jam pelajaran. Mengatur
tugas piket guru, yang meliputi: keliling kelas untuk mengecek
kehadiran guru, dan kehadiran siswa.7
Dalam penerapan moving class, strategi pengelolaan moving
class di SMA Semesta diantaranya:
1. Pengelolaan Perpindahan Peserta didik
a. Siswa SMA Semesta berpindah ruang belajar sesuai mata
pelajaran yang diikuti berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan.
b. Peraturan waktu perpindahan antar kelas yang diberlakukan oleh
SMA Semesta adalah 5 menit.
c. Siswa diberi kebebasan untuk menentukan tempat duduknya
sendiri.
d. Bel tanda perpindahan suatu kegiatan pembelajaran dibunyikan
pada saat pelajaran kurang 5 menit.
e. Penggunaan ruang dan tata tertib dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran serta konsekuensinya di berlakukan kepada semua
siswa, penggunaan ruang kelas disesuaikan dengan mata
pelajaran yang akan diajarkan, misalkan ruang kelas PAI paling
tidak siswa bersikap duduk sopan, tidak berbicara senonoh, tidak
mencoret-coret meja, dan tidak boleh membuang sampah
sembarangan.
7 Wawancara dengan Bapak Riris Fatmanto selaku Waka Kurikulum pada tanggal 5
Oktober 2010.
61
f. Peserta didik diberi toleransi keterlambatan 5 menit, diluar waktu
tersebut peserta didik tidak diperkenankan masuk sebelum
melapor kepada koordinator kedisiplinan dan koordinator
pendidikan.
2. Pengelolaan Ruang Belajar-Mengajar
a. Guru SMA Semesta diberikan kewenangan untuk mengatur
ruang belajar sesuai karakteristik mata pelajarannya. Misalkan
ruang belajar PAI, dalam pembelajaran materi sholat jenajah
maka guru berwenang menerapkan metode praktek, jika
menerapkan metode ceramah guru menggunakan media yang
disediakan oleh sekolah.
b. Ruang belajar SMA Semesta memiliki sarana dan media
pembelajaran yang sesuai, jadwal mengajar guru yang ditempel
disetiap depan kelas, Tata Tertib peserta didik dan Daftar
Inventaris yang ditempel di dinding.
c. Tiap rumpun mata pelajaran telah disediakan prasarana
multimedia. Seperti kelas PAI penggunaan prasarana diatur oleh
penanggung jawab rumpun mata pelajaran selaku guru mapel
masing-masing. Perangkat multimedia di SMA Semesta
disediakan di setiap kelas seperti LCD, projektor, Lab.
d. Guru mata pelajaran mempunyai tanggung jawab terhadap
ruang belajar yang ditempatinya seperti merawat penggunaan
kelas.
3. Pengelolaan Pembelajaran
a. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan semi team
teaching. Artinya bahwa guru tidak sepenuhnya bekerja dalam
satu tim, ada bagian operasionalnya dilaksanakan secara
personal.
62
b. Apabila seorang guru tidak dapat mengajar karena suatu hal atau
sedang melaksanakan tugas dan kegiatan kedinasan lain yang
berkaitan dengan peningkatan mutu, maka SMA Semesta
mempuyai prosedur/peraturan tersendiri. Pertama, jika guru
tidak dapat mengajar, maka guru mencari pengganti sebelumnya
harus ada konfirmasi kepada manajer pendidikan yaitu harus
mendapat ijin lebih dahulu. Kedua, jika tidak dapat digantikan
oleh guru mapel yang lain maka guru yang berhalangan memberi
tugas kepada siswanya dengan menitipkan tugas kepada guru
piket.
4. Pengelolaan Administrasi Guru dan Peserta didik di SMA Semesta
a. Setiap guru berkewajiban mengisi daftar hadir dengan
melakukan sistem sidik jari yang telah disediakan oleh sekolah.
Guru mengisi daftar hadir peserta didik kedalam jurnal yang
telah disediakan.
b. Guru mengisi laporan kemajuan belajar peserta didik sesuai
format yang disediakan. Guru membuat laporan khusus yang
memerlukan penanganan kepada penanggung jawab akademik,
meliputi: pemetaan per bab materi yang telah diajarkan oleh
guru. Dari pemetaan tersebut dapat diketahui sejauh mana siswa
pemahaman siswa.
c. Guru membuat Jadwal topik/materi yang diajarkan kepada
peserta didik.8
5. Pengelolaan Remedial dan Pengayaan di SMA Semesta
Adapun pengelolaan remedial dan pengayaan di SMA
Semesta adalah sebagai berikut:
8 Hasil wawancara dengan Ibu Ida Verawati selaku Guru PAI SMA Semesta pada
tanggal 22 oktober 2010.
63
a. Remedial dan pengayaan di SMA Semesta dilaksanakan diluar
jam kegiatan tatap muka dan praktik.
b. Kegiatan remedial dan pengayaan yang dilaksanakan guru mapel
di Semesta menggunakan waktu 60 menit sampai 90 menit
menyesuaikan dengan guru Mapel.
c. Pelaksanaan Remedial dan pengayaan dilaksanakan secara
berkelanjutan berdasarkan hasil analisis postest, ulangan harian
dan ulangan mid semester.9
6. Pengelolaan Penilaian
a. Penilaian proses dilakukan setiap saat untuk menilai kemajuan
belajar peserta didik, seperti menilai dari semangat belajar siswa
dan inisiatif siswa. Sedangkan penilaian produk/hasil belajar
dilakukan melalui ulangan harian meliputi: test lisan. Selain itu
ada test pertengahan semester (mid semester), dan test semester.
Penilaian meliputi kognitif, praktik dan sikap yang disesuaikan
dengan peraturan yang telah ditetapkan serta mengacu pada
karakteristik mata pelajaran.
b. SMA Semesta tidak mengadakan remedial untuk ujian/ulangan
semester. Remedial dilakukan sesuai dengan ketentuan
pengelolaan remedial dan pengayaan. Remedial dan pengayaan
di Semesta meliputi: bimbingan belajar yang dikoordinasi antara
wali kelas dan guru mata pelajaran.
c. Dari hasil penilaian, guru mengisi laporan hasil tersebut dengan
mengisi format yang disediakan oleh bagian administrasi
penilaian. Setelah semuanya terisi maka guru wajib menyerahkan
hasil nilai kepada bagian administrasi bagian pengolahan nilai
yang mana akan dimasukkan ke dalam SIM sebagai data. Dari
9 Hasil wawancara dengan Ibu Ida Verawati selaku Guru PAI SMA Semesta pada
tanggal 30 Oktober 2010.
64
SIM data nilai bagian administrasi juga memberikan soft copy
atau print out kepada guru mapel.
d. Setiap guru mapel mempunyai tanggung jawab dan memiliki
kewenangan penuh terhadap mata pelajaran yang diampunya.
Segala perubahan terhadap hasil penilaian hanya dapat dilakukan
oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
7. Refleksi Siswa Terhadap Penerapan Moving Class di SMA Semesta
Semarang
Disini penulis akan menyimpulkan hasil tanggapan para siswa
dari penerapan moving class di SMA Semesta diantaranya adalah
sebagai berikut:
No Sisi Positif Moving Class Sisi Negatif moving class
1 Siswa tidak merasa bosan
karena setiap pergantian mata
pelajaran maka berbeda pula
kelas yang ditempatinya sesuai
dengan karakteristik mata
pelajaran yang telah
dijadwalkan oleh sekolah.
Membuat siswa kelelahan
ketika harus bergerak ke kelas
yang jaraknya agak jauh
2 Menyehatkan fisik siswa,
karena siswa harus bergerak ke
kelas yang satu ke kelas
lainnya.
3 Para siswa bisa lebih membaur
dengan teman dari siswa kelas
Siswa sering terlambat masuk
kelas10
10 Hasil wawancara dengan para siswa di SMA Semesta pada tanggal 30 Oktober
2010.
65
lain
4 Mengurangi rasa kantuk siswa
5 Guru memiliki persiapan yang
lebih untuk mempersiapkan
bahan pengajaran.
6 Guru memiliki wewenang
untuk untuk menggunakan
ruangan kelasnya untuk
mengajar sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran
7 Setiap kelas didesain dengan
berbagai macam hiasan kata-
kata yang membangun
semangat siswa atau tulisan-
tulisan yang berkaitan dengan
pelajaran, sehingga membuat
siswa berfikir jernih dan sehat.
Penerapan moving class sangat erat kaitannya dengan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sehingga keberhasilan dalam
pengelolaan kelas adalah membantu dalam kelancaran proses
pembelajaran. Dari uraian –uraian positif dan negatif diatas dapat
disimpulkan bahwa dengan adanya penerapan moving class, diharapkan
peserta didik tidak merasa jenuh, sehingga peserta didik lebih fresh
menerima pelajaran.
66
BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN MOVING CLASS
DI SMA SEMESTA SEMARANG
Sebagaimana tertera dalam Bab I bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pelaksanaan pengelolaan kelas di SMA Semesta Semarang serta
bagaimana fungsi pengelolaan dalam penerapan sistem moving class. Untuk itu
dalam bab IV penulis akan menganalisis dua hal tersebut sesuai dengan metode
yang digunakan yaitu metode deskritif kualitatif.
Dalam hal ini penulis menganalisis dua aspek. Pertama, mengenai
pelaksanaan pengelolaan kelas di SMA Semesta Semarang. Kedua, bagaimana
fungsi pengelolaan dalam penerapan sistem moving class di SMA Semesta.
Disamping itu juga penulis juga melakukan analisis fungsi pengelolaan sistem
moving class yang terdiri dari planning (perencanaan), organizing
(pengorganisasian), actuating (penggerakan), dan controlling (pengawasan) di
SMA Semesta Semarang.
A. Analisis Pelaksanaan Pengelolaan Kelas di SMA Semesta
Pengelolaan Kelas adalah menunjuk kepada berbagai jenis kegiatan
yang disengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar
mengajar. Pengelolaan kelas merupakan hal yang berbeda dengan pengelolaan
pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dari pembelajaran.
Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya
proses belajar (pembinaan, penghentian perilaku peserta didik yang
menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas
oleh peserta didik secara tepat waktu, penerapan norma kelompok yang
produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan
pengaturan fasilitas.
67
Sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa kegiatan
pengelolaan kelas meliputi kegiatan pengaturan orang (siswa), dan pengaturan
fasilitas. Berdasarkan hasil penelitian, penulis menganalisis pelaksanaan
pengelolaan kelas di SMA Semesta sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Pengelolaan kelas di SMA Semesta
Dalam melaksanakan pembelajaran di kelas, guru di SMA Semesta
melakukan pengaturan siswa dan alat pengajaran agar belajar bisa
dilaksanakan secara kondusif.
a. Kegiatan pengaturan siswa di SMA Semesta
Diantara tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap siswa
dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara
efektif dan efisien. Kegiatan pengaturan siswa di SMA Semesta
meliputi:
1) Pembentukan organisasi siswa
Pelatihan berorganisasi sangatlah baik untuk siswa, karena
siswa akan belajar mengatur diri sendiri dan juga organisasinya,
karena dengan berorganisasi akan menumbuhkan jiwa
kepemimpinan, tanggungjawab, dan kerjasama. Organisasi juga
merupakan miniatur kehidupan bermasyarakat, sehingga bisa
menjadi bekal siswa untuk terjun dalam masyarakat kelak.
Pembagian beban kerja kepada siswa di samping membantu guru
mengelola kelas juga menumbuhkan rasa tanggungjawab kepada
siswa. Hal ini dibuktikan dengan adanya program dekorasi dan
program pengawasan yang melibatkan antara walikelas dan siswa.
2) Pengelompokan peserta didik
Di SMA Semesta tidak menerapkan pengelompokkan
peserta didik, itu artinya Semesta menerapkan konsep tidak adanya
saling perbedaan. Dengan demikian tidak adanya pengelompokan
dalam tiap kelas guru di SMA Semesta menjadikan semua anak
bisa berbaur belajar menjadi satu, tidak ada kasta-kasta baru yang
dibangun berdasarkan kecerdasan ataupun kekayaan. Semesta
68
memandang bahwa potensi setiap siswa adalah sama, sebab tujuan
pembelajarannya adalah membangun tradisi ilmiah, tidak hanya
sekedar memicu prestasi, akan tetapi siswa di didik untuk menjadi
pembelajar yang optimal dalam pembelajarannya.
3) Penugasan siswa
Pada dasarnya pemberian tugas yang dilakukan oleh guru di
SMA Semesta yaitu memperhatikan tugas yang diberikan kepada
siswa harus jelas, sehingga anak mengerti betul apa yang harus
dikerjakan. Pemberian tugas yang diberikan guru Semesta oleh
siswa sudah baik. Sebagaimana yang disampaikan oleh Winarno
Surachmad dalam metodologi pengajaran nasional bahwa, dalam
memberikan tugas guru harus menjelaskan aspek-aspek yang perlu
dipelajari oleh siswa, agar para siswa tidak merasa bingung apa
yang harus dipelajari dan segi-segi mana yang harus dipentingkan.1
4) Pembimbingan dan pembinaan siswa.
Pembimbingan dan konseling adalah bentuk kegiatan
sebagai salah satu fungsi educational yang tidak dapat dipisahkan
dengan fungsi manajerial guru, karena hal itu berhubungan dengan
tugas pokok seorang guru.
Guru Semesta lebih berperan sebagai fasilitator, siswa
diarahkan untuk belajar secara aktif dan mandiri, memberi
peringatan dan pengarahan ketika siswa melakukan pelanggaran di
dalam kelas Hal ini menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa,
mengikuti pelajaran dengan baik, melaksanakan ajaran agama,
mentaati peraturan kelas merupakan keterampilan emosional yang
harus dimiliki siswa.
5) Kedisiplinan siswa
Disiplin adalah keadaan tertib di mana para guru, staf
sekolah, dan siswa yang tergabung dalam sekolah tunduk pada
1 Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: Jemmars, TT),
hlm. 91.
69
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dengan senang hati.
Berdasarkan definisi tersebut, pembinaan disiplin siswa itu dapat
didefinisikan sebagai kegiatan pembinaan ketertiban siswa.
Ketertiban di sini ditandai dengan perilaku siswa yang tunduk
kepada peraturan-peraturan yang berlaku di sekolah.2
Dalam pembinaan kedisiplinan, guru di SMA Semesta
selalu menumbuhkan kesadaran siswa, seperti menasehati dan
memberi motivasi diakhir pelajaran kepada siswa untuk tidak
terlambat. Guru bersama-sama dengan siswa selalu menjaga
kedisiplinan kelas dalam pembelajaran, sehingga tidak hanya guru,
sesama siswapun saling mengontrol, atau mengingatkan.
6) Raport dan kenaikan kelas
Untuk penilaian di SMA Semesta berprinsip bahwa tingkat
kecerdasan bukan satu satunya faktor untuk menentukan prestasi,
belajar tidak untuk mengejar nilai, tapi untuk bisa memanfaatkan
ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Dan di SMA Semesta
keseragaman bukan pada apa yang dikenakan, tapi pada akhlaknya.
Agar orang tua selalu mengetahui perkembangan anak dan
juga untuk menjalin komunikasi dengan orang tua siswa, SMA
Semesta selalu membuat laporan kepada orangtua, dengan
mengadakan pertemuan dengan orang tua siswa terkait dengan
penguasaan pengetahuan umum.
Dengan sistem yang demikian akan terjalin komunikasi
yang baik antara guru atau sekolah dan orangtua siswa untuk selalu
mengikuti perkembangan siswa. Seperti pertemuan diadakan ketika
setelah Mid Semester sudah efektif, tidak hanya guru yang
melaporkan perkembangan siswa kepada orang tua, akan tetapi ada
timbal balik, dimana orang tua juga akan memberikan laporan
terkait perkembangan anak.
2Ibrahim Bafadal, Dasar-dasar Manajemen dan Supervisi Taman Kanak-Kanak,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), hlm. 37.
70
Dengan demikian sangatlah membantu guru di dalam
mengajar, karena guru bisa mengetahui perkembangan anak secara
intelektual.
Selain raport penataan siswa di dalam kelas dalam aspek
pengelolaan kelas yang merupakan garapan guru di SMA Semesta
adalah kenaikan kelas. Aspek ini disamping memerlukan
ketrampilan khusus juga sangat dibutuhkan konsisten dan guru
tersebut.
b. Pengaturan Fasilitas di SMA Semesta
Pengelolaan fasilitas dalam hal ini terkait dengan penataan
ruang (kelas). Dengan adanya pengelolaan ruang yang baik akan
menciptakan kelas yang atraktif, cerah dan nyaman sehingga dapat
menciptakan perilaku-perilaku yang positif, yang menuntun pada
prestasi yang meningkat. Sedangkan kelas yang suram dan kusam
dapat memiliki pengaruh yang sebaliknya karena siswa tidak betah di
dalam kelas sehingga malas untuk mengikuti pembelajaran. Ruang
tempat belajar harus memungkinkan semua bergerak leluasa tidak
berdesak-desakan dan tidak saling mengganggu antara peserta didik
yang satu dengan yang lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar.
Ruang tempat belajar di SMA Semesta memungkinkan semua
bergerak leluasa tidak berdesak-desakan dan tidak saling mengganggu
antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya pada saat
melakukan aktivitas belajar, sehingga guru lebih mudah untuk
melakukan pengelolaan fasilitas dalam kelas.
Pengaturan fasilitas yang dilakukan oleh guru pada
pembelajaran dikelas meliputi:
1) Pengaturan tempat duduk
SMA Semesta menerapkan sistem moving class, maka
siswa diberi kebebasan dalam menentukan tempat duduknya
sendiri, sehingga siswa tidak merasa jenuh dengan tempat
belajarnya.
71
Pemberian otonomi guru dalam mengatur tempat duduk
siswa tujuannya adalah menyesuaikan materi yang diberikan.
Sehingga, dengan adanya otonomi guru dapat memberi
kemudahan dalam menyesuaikan materi yang diberikan sesuai
dengan kebutuhan.
2) Pengaturan alat-alat pengajaran
Alat-alat pengajaran atau media pengajaran berfungsi untuk
membantu dalam pembelajaran, sehingga siswa lebih mudah untuk
memahami isi dari materi pelajaran. Di SMA Semesta
pembelajaran yang dilakukan memiliki alat-alat pengajaran,
diantaranya:
a) Alat peraga
Di SMA Semesta juga memiliki alat peraga yang
diletakkan di kelas agar memudahkan penggunaannya.
Misalkan spidol, penghapus, jam dinding, proyektor, LCD.
Diantara kemampuan yang harus dimiliki seorang guru
adalah mampu menggunakan alat peraga dalam pembelajaran,
sehingga memudahkan siswa untuk memahami apa yang di
ajarkan oleh guru.
b) Papan tulis
Di dalam Semesta, kelas terdapat papan tulis sebagai
media pelajaran, sehingga memudahkan siswa ataupun guru
untuk melaksanakan pembelajaran, papan tulis juga membantu
siswa untuk melakukan diskusi, papan tulis yang ada di SMA
Semesta di letakkan di depan, sehingga memudahkan guru
ataupun siswa untuk menggunakannya.
c) Lemari buku
Di setiap kelas Semesta terdapat lemari yang
digunakan untuk meletakkan buku-buku pelajaran atau alat-alat
peraga ringan sebagai media pembelajaran. Lemari buku di
72
letakkan di dekat papan tulis, agar memudahkan guru dan siswa
jika akan mengambil barang di dalamnya.
Lemari buku yang ada dikelas sangat membantu dalam
melakukan penataan ruangan, karena buku pelajaran dan juga
alat peraga bisa di letakkan didalamnya, sehingga kelas tidak
akan berantakan dan terlihat rapi, dan juga memudahkan guru
ataupun siswa ketika akan menggunakannya.
3) Penataan keindahan dan kebersihan ruangan kelas
Kelas yang indah dan bersih akan menjadikan guru dan
siswa merasa nyaman dalam melakukan pembelajaran. Dengan
kelas bersih, rapih, memberikan pemandangan indah dan segar
bagi siswa di SMA Semesta sehingga membuat siswa tidak merasa
bosan, dan anak akan merasa nyaman dalam mengikuti
pembelajaran dan dengan demikian proses pembelajaran akan
berjalan tanpa ada tekanan-tekanan. Untuk menjaga keindahan
kelas di dalam Semesta dilakukan beberapa hal, diantaranya:.
a) Penempatan hiasan dinding
Hiasan dinding (pajangan kelas), dimanfaatkan untuk
kepentingan pengajaran, diantaranya: peta, gambar pahlawan,
tulisan-tulisan yang terkait dengan pembelajaran, dan juga
karya-karya siswa, misalkan gambar, puisi atau tulisan cerita.
b) Pemeliharaan kebersihan,
Memelihara kebersihan dan kenyamanan kelas / ruang
belajar, sama artinya dengan mempermudah anak didik
menerima pelajaran. Ruang kelas yang bersih dan segar akan
menjadikan anak didik bergairah belajar. Kebersihan kelas
menjadi tanggungjawab bersama, untuk itu kegiatan yang
dilakukan oleh siswa dan guru untuk menciptakan kebersihan
tersebut, diantaranya guru mengingatkan kepada siswa untuk
tidak buang sampah sembarangan dan tidak mencoret-coret
meja. Ataupun dari antar siswa saling mengingatkan.
73
Secara tidak langsung, guru telah menanamkan rasa
tanggungjawab kepada para siswa dan juga bergotongroyong,
karena kebersihan kelas menjadi tanggungjawab bersama.
Dengan kelas yang indah dan bersih akan menumbuhkan
kenyamanan dalam belajar. Sehingga guru akan lebih mudah
menyampaikan pelajaran dan siswa juga senang dalam
mengikuti pembelajaran.
4) Ventilasi dan tata cahaya
Dengan lingkungan kelas yang asri ventilasi dan tata
cahaya di SMA Semesta sangat terjamin sekali. Dengan
lingkungan yang asri udara akan menjadi sehat dan semua peserta
didik dalam kelas dapat menghirup udara segar yang cukup.
Dengan demikian Lingkungan yang ada di SMA Semesta
bebas dari polusi baik udara ataupun suara, karena terletak jauh
dari keramaian jalan raya dan banyaknya pepohonan juga
menjadikan sirkulasi udara sehat.
B. Analisis Fungsi Pengelolaan Dalam Penerapan Moving Class di SMA
Semesta
Banyak keuntungan yang didapat dari pengelolaan moving class
diantaranya:
1. Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa karena
selalu berpindah sesuai dengan mata pelajaran yang ditetapkan sehingga
motivasi belajar siswa lebih tinggi dan siswa lebih fresh dalam menerima
pelajaran.
2. Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau
wawancara, membuktikan dan mendemonstrasikan, menguji fakta dan
lain-lain.
Untuk dapat mengetahui strategi penerapan moving class di SMA
Semesta, maka dapat dianalisis melalui fungsi-fungsi pengelolaan yaitu
74
“POAC” Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating
(penggerakan), dan Controlling (pengawasan). Pengelolaan merupakan
sebuah proses dengan fungsi pengelolaan secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya.3
Fungsi pengelolaan moving class meliputi:
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan awal dalam suatu lembaga untuk
menetapkan kegiatan yang akan dilakukan pada masa yang akan datang.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengatur sumber daya agar hasil yang
dicapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Perencanaan adalah membuat suatu target-target yang akan dicapai
atau diraih di masa depan. Dalam merencanakan moving class, waka
kurikulum beserta dewan guru mengadakan rapat, yang meliputi: jumlah
ruang kelas, jam mengajar guru, pendistribusian jam guru mapel yang
disesuaikan dengan jadwal mengajarnya. Perencanaan ini melibatkan
kepala sekolah, waka kurikulum, dewan guru. Pelaksanaan jadwal moving
class di Semesta sudah terlaksana dengan baik, terbukti dengan adanya
penggunaan jadwal dengan menggunakan software Asc. timetables.
Perencanaan juga meliputi tugas penanggung jawab akademik
yang pada dasarnya hubungan manusiawi didasari saling pengertian dan
diwujudkan saling tenggang rasa. Dalam bentuk konkritnya komunikasi di
Semesta disalurkan berupa adanya pelibatan orang tua siswa, kerjasama
hubungan interaksi tidak hanya siswa terhadap guru atau walikelas akan
tetapi hubungan interaksi antara guru atau walikelas, siswa, dan orang tua
siswa. Program koordinasi orang tua murid meliputi kunjungan,
komunikasi, dan pelibatan orang tua siswa dalam kegiatan kelas.
3 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan, Pustaka Setia, cet.1. 2002, hlm. 167-168.
75
Koordinasi antara orang tua murid dan wali kelas merupakan program
yang menunjang dalam kemajuan siswa.
Koordinasi kelas di Semesta diwujudkan dengan menciptakan
kerjasama yang didasari saling pengertian akan tugas dan peranan masing-
masing. Dengan koordinasi yang efektif memungkinkan setiap personal
menyampaikan saran-saran, pendapat-pendapat dan gagasan-gagasan,
maka tidak akan terjadi kesimpangsiuran dalam penggunaan waktu dan
fasilitas kelas. Koordinasi kelas meliputi: koordinasi kelas antar siswa,
serta kepedulian antar siswa merupakan bentuk kemandirian bahwa siswa
dilatih untuk bisa menyelesaikan masalah baik itu permasalahan pribadi,
maupun masalah bersama yang merupakan tanggungjawab warga kelas.
Fungsi dari bimbingan penyuluhan adalah menaruh perhatian dan
psikis yang sehat dikalangan siswa. Maka wali kelas sebagai konsultasi
dan bimbingan dapat membantu siswa dalam mengemukakan masalah
pribadi Hal ini meliputi: Counselling, dimana wali kelas akan memberikan
materi mingguan berupa pesan moral dan agama untuk menambah
wawasan non akademik.
Camping program, program ini dilaksanakan berdasarkan
kesepakatan antara walikelas dan siswa. Bertujuan untuk memberikan
kesegaran suasana baru kepada siswa.
Reading program, bertujuan untuk meningkatkan siswa budaya
membaca dan menambah wawasan pengetahuan.
Wali kelas bersama guru mapel saling berkoordinasi jika terdapat
siswa yang mempunyai kesulitan belajar. Wali kelas merekap tingkat
kehadiran siswa serta mengumpulkan nilai hasil belajar siswa, seperti nilai
mid semester (pertengahan semester), serta nilai semester yang kemudian
diserahkan kepada bagian pengolahan nilai.
Perencanaan pengembang (teknologi informasi komunikasi) TIK
memiliki kewajiban dan tugas. Tugas pengembang TIK Semesta sudah
berjalan dengan baik, selain mempunyai tugas yang telah dijelaskan pada
bab sebelumnya, juga memberikan layanan untuk kelancaran kegiatan
76
belajar mengajar, sebagaimana yang disampaikan Syaiful Sagala dalam
Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan bahwa dalam
pelayanan diberikan kepada pendidik, sehingga guru, dan kepala sekolah
dapat memperoleh kebutuhannya berkaitan dengan sejumlah formulir yang
diperlukan, Kemudian peserta didik mendapat layanan prima yang
berkaitan dengan sejumlah formulir yang diperlukan untuk kegiatan
belajar, surat-surat yang diperlukan siswa, dokumen-dokumen nilai hasil
belajar yang menyangkut kebutuhan peserta didik,4 melakukan pencatatan
tentang segala sesuatu yang terjadi dalam suatu organisasi
(jawatan,kantor,kelas dan lain-lain) untuk digunakan sebagai bahan
keterangan dalam mengambil keputusan oleh seorang pemimpin (kepala
sekolah, wali kelas dan lain-lain).5
Selain itu perencanaan moving class di Semesta menerapkan
strategi pengelolaan moving class yang meliputi:
1. Pengelolaan Perpindahan Peserta didik
a. Siswa yang berpindah ruangan sesuai dengan pelajarannya,
membuat siswa lebih fresh dalam menerima pelajaran.
b. Kebebasan siswa dalam menentukan tempat duduknya, akan
mengurangi rasa jenuh.
c. Perpindahan siswa SMA Semesta adalah 5 menit. Hal ini
menunjukkan bahwa peraturan sangat diterapkan bagi para siswa,
agar dalam kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan
efisien.
d. Bel tanda perpindahan suatu kegiatan pembelajaran dibunyikan
pada saat pelajaran kurang dari 5 menit. Dimaksudkan agar siswa
dapat mempersiapkan diri untuk mengikuti mata pelajaran
selanjutnya.
4 Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, (Bandung; Alfabeta, 2010), hlm. 14.
5 Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas sebagai Lembaga Pendidikan, (Jakarta; Haji Masagung, 1989), hlm.134.
77
e. Peraturan penggunaan ruang diterapkan agar para siswa meraih
hasil yang maksimum di dalam proses belajar mengajar. Ini
terbukti dengan adanya tata tertib dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran serta konsekuensinya di berlakukan kepada semua
siswa, penggunaan ruang kelas disesuaikan dengan mata pelajaran
yang akan diajarkan dengan kesepakatan antara siswa dan guru,
meliputi: siswa bersikap duduk sopan, tidak berbicara senonoh,
tidak mencoret-coret meja, dan tidak boleh membuang sampah
sembarangan.
f. Peraturan yang ada di Semesta sudah baik, terbukti adanya
toleransi 5 menit kepada siswa, diluar waktu tersebut maka siswa
wajib lapor kepada koordinator kedisiplinan dan koordinator
pendidikan. Siswa yang terlambat berturut-turut juga harus
melapor kepada koordinator kedisiplinan dan koordinator
pendidikan.
2. Pengelolaan Ruang Belajar-Mengajar
a. Kewenangan guru dalam mengatur ruangan belajar-mengajar
mempunyai peran penting dalam menyesuaikan materi yang akan
diajarkan oleh siswa. Serta pendukung media yang disediakan oleh
sekolah mempermudah guru dalam mengajar.
b. Perlengkapan yang ada di SMA Semesta berperan serta dalam
proses pembelajaran, hal ini menunjukkan bahwa sebuah kelas
harus mempunyai perangkat dalam menunjang pembelajaran. Hal
ini terbukti setiap kelas SMA Semesta sudah memiliki sarana,
jadwal mengajar guru, tata tertib siswa, serta daftar inventaris.
c. Ketersediaan prasarana multimedia di SMA Semesta merupakan
alat pembelajaran dimana gunanya untuk memberi pengajaran
kepada siswa, sehingga guru bisa leluasa mengatur dengan
menyesuaikan materi yang akan diajarkan kepada siswa. Tentu
terkait dengan penggunaan media yang mempunyai peranan
78
penting dan sangat diperlukan, media bisa di dapat dari guru itu
sendiri, lingkungan, dan bahan-bahan elektronik jika diperlukan.
Menurut Martin dan Briggs dalam Strategi Pembelajaran Inovatif
Kontemporer yang dikutip oleh Made Wena bahwa media adalah
sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan
siswa.6 Multimedia di Semesta sudah lengkap, ini terbukti disetiap
kelas memiliki multimedia yang disesuaikan dengan mata
pelajaran, meliputi: LCD, Proyektor, Lab.
d. Terkait dengan tanggung jawab bahwa guru tidak hanya bertugas
untuk mengajar akan tetapi merawat kelas yang ditempatinya.
3. Pengelolaan Pembelajaran
a. Pelaksanaan pembelajaran di SMA Semesta dilaksanakan semi
team teaching, artinya bahwa guru tidak sepenuhnya bekerja dalam
satu tim, ada bagian operasionalnya dilaksanakan secara personal.
b. Perancangan, konsep, pelaksanaan serta evaluasi dilaksanakan
dengan mengadakan musyawarah guru mata pelajaran dengan
sebutan Zume (istilah bahasa turki). Kegiatan ini dilaksanakan
rutin 2 minggu sekali, dalam lingkup besar SE-PASIAD Indonesia
dilaksanakan setahun dua kali. Dengan adanya Zume bertujuan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
c. Konsistensi kedisiplinan yang diterapkan oleh SMA Semesta
memang sangat tinggi, artinya kelas-kelas yang ada tidak boleh
dibiarkan kosong. Dengan kata lain pembelajaran di kelas harus
tetap berjalan. Terbukti apabila dalam sebuah kelas guru tidak
dapat mengajar karena suatu hal, maka prosedur pertama peraturan
SMA Semesta adalah dengan guru meminta izin kepada manajer
pendidikan dengan mencari penganti guru mapel. Kedua, jika guru
6 Wena, Made, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta; Bumi Aksara,
2009), hlm.9.
79
yang berhalangan tidak dapat mengajar bisa dan tidak ada
penggantinya maka guru menitipkan tugas kepada guru piket untuk
diberikan kepada siswa . Kedua tahap prosedur tersebut merupakan
peraturan yang dibuat oleh sekolah. Artinya bahwa dengan
peraturan yang diterapkan oleh sekolah, dewan guru tidak
semaunya sendiri untuk tidak mengajar.
4. Pengelolaan administrasi guru dan peserta didik di SMA Semesta
a. Menurut Doyle dalam Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi
Edukatif yang dikutip oleh Syaful Bahri Djamarah mengatakan
bahwa dikelas guru tidak hanya dituntut untuk tugas edukatif,
tetapi juga tugas administratif, yaitu meliputi pekerjaan
mengabsen, mencatat, menyusun jadwal, mencatat hasil-hasil
pengajaran dan lain sebagainya.7 Guru Semesta sudah
melaksanakan administrasi dengan baik, yaitu dengan mengisi
daftar hadir dengan sistem sidik jari yang disediakan oleh sekolah,
dan guru mengisi kehadiran siswa kedalam jurnal yang telah
disediakan oleh bagian administrasi sekolah.
b. Guru Semesta membuat laporan kemajuan siswa dengan
melakukan pemetaan per bab materi sudah baik. dengan
memperhatikan beberapa faktor dalam strategi pembelajaran
inovatif kontemporer yang dikutip oleh Made Wena, diantaranya:
(1) apakah strategi pembelajaran yang digunakan telah sesuai
/belum, (2) apakah rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh
faktor guru atau siswa, (3) apakah penjadwalan penggunaan
strategi pembelajaran sudah sesuai/belum.8
c. Dengan adanya guru membuat jadwal/topik materi yang diajarkan
kepada siswa, berarti guru memberikan pemberitahuan kepada
7 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta;
Rineka Cipta, 2005), hlm.197. 8 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Jakarta; Bumi Aksara,
2009), hlm.12
80
siswa rencana topik/materi apa saja yang akan disampaikan oleh
guru. Maka siswa akan paham apa yang harus dilakukan. Hal ini
dapat mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan kreatif.
5. Pengelolaan Remedial dan Pengayaan
a. Pengelolaan remedial dan pengayaan yang diterapkan oleh sekolah
SMA Semesta diantaranya remedial dan pengayaan dilaksanakan
diluar tatap muka, ini berarti guru memberikan kesempatan dengan
memberikan jam tambahan kepada siswa untuk untuk
memperdalam dan membantu siswa untuk menguasai materi
pelajaran.
b. Waktu remedial dan pengayaan yang diberikan guru kepada siswa,
sudah baik, diharapkan siswa dapat memperdalam materi, sehingga
dapat mengatasi kesulitan belajar siswa.
c. Pelaksanaan remedial dan pengayaan di Semesta tidak hanya
sebatas pelaksanaan sekedarnya akan tetapi berkelanjutan
berdasarkan hasil dari siswa itu sendiri. Dari pelaksanaan ini guru
dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa ketika
memperdalam serta menguasai materi. Pelaksanaan remedial dan
pengayaan yang dilaksanakan secara berkelanjutan berdasarkan
hasil analisis postest, ulangan harian dan ulangan mid semester.
6. Pengelolaan Penilaian
Setiap guru harus dapat melakukan penilaian tentang kemajuan
yang dicapai oleh para siswa, baik secara iluminatif-observatif maupun
secara struktural objektif. Penilaian secara iluminatif-observatif
dilakukan dengan pengamatan yang terus menerus tentang perubahan
dan kemajuan yang dicapai siswa. Sedangkan penilaian struktural
objektif berhubungan dengan pemberian skor, angka atau nilai yang
81
biasa dilakukan dalam rangka penilaian hasil belajar siswa secara
akademik.9
Guru di Semesta membudayakan penilaian tidak hanya
menilai dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, akan tetapi
penilaian dilakukan dengan melihat pada keaktifan siswa, semangat
siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini membuktikan
bahwa ada faktor penting yang tidak dapat dipisahkan dari ketiga
aspek yaitu dari semangat siswa dan keaktifan siswa dalam mengikuti
pelajaran.
Dari hasil penilaian, guru mengisi laporan hasil tersebut
dengan mengisi format yang disediakan oleh bagian administrasi.
Setelah semuanya terisi maka guru wajib menyerahkan hasil nilai
kepada bagian administrasi bagian pengolahan nilai yang mana akan
dimasukkan ke dalam SIM sebagai data. Dari SIM data nilai bagian
administrasi juga memberikan soft copy atau print out kepada guru
Dengan adanya saling kerjasama antara wali kelas dan guru
serta bagian administrasi, maka akan memperlancar proses penilaian
untuk siswa. Dengan kata lain bahwa kerjasama merupakan sinergi
yang membangun dalam menciptakan pengelolaan yang optimal
2. Pengorganisasian
Mengorganisasikan berarti:
a. Menentukan sumber daya dan kegiatan yang di butuhkan untuk
mencapai tujuan organisasi.
b. Merancang dan mengembangkan kelompok kerja yang berisi orang
yang mampu membawa organisasi pada tujuan.
c. Menugaskan seseorang atau kelompok orang dalam suatu tanggung
jawab tugas dan fungsi tertentu.
9 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung; Sinar Baru
Algesindo, 2009), Cet.10, hlm.21.
82
d. Mendelegasikan wewenang kepada individu yang berhubungan dengan
keleluasaan melaksanakan tugas. Dengan rincian tersebut, manajer
membuat suatu struktur formal yang dapat dengan mudah dipahami
orang dan menggambarkan suatu posisi dan fungsi seseorang di dalam
pekerjaannya.
Pengorganisasian pengelolaan moving class di Semesta sudah
optimal, meliputi: pembagian kerja dan tugas masing-masing guru,
penanggung jawab akademik (wali kelas), pengembang TIK, serta
pengelola moving class (waka kurikulum) Semesta.
Pengorganisasian penerapan moving class juga meliputi: kegiatan
Zume istilah bahasa turki yaitu musyawarah guru mata pelajaran yang
diadakan rutin dua minggu sekali, Zume Se-Pasiad Se- Indonesia yang
diadakan setahun dua kali yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
3. Penggerakan/Pengarahan
Penggerakan adalah kegiatan pengelolaan untuk membuat orang
lain senang dan dapat bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk
bekerjasama dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi sesuai
dengan perencanaan dan pengorganisasian.
Penggerakan merupakan kegiatan yang berkaitan erat dengan
manusia dan merupakan masalah yang paling kompleks dan paling sulit
dilakukan dari semua fungsi pengelolaan. Penggerakan dalam pengelolaan
moving class adalah sebagai usaha menggerakkan staf agar mau mengikuti
dengan penuh kesadaran dalam rangka merealisasikan moving class.
Tugas menggerakkan dilakukan oleh waka kurikulum sebagai
tugas untuk melaksanakan fungsi manajerial seorang waka kurikulum.
Oleh karena itu, waka kurikulum memiliki peran yang sangat penting
dalam menggerakkan para guru, sehingga penerapan dapat terlaksana
optimal. Maka untuk itu, dibutuhkan strategi terutama strategi
kepemimpinan dengan mengoptimalkan seluruh sumber daya yang
dimiliki.
83
Seorang pemimpin terutama waka kurikulum dalam melaksanakan
amanatnya harus memiliki sifat kepemimpinan yang senantiasa dapat
menjadi pengarah dan dapat dijadikan suri tauladan.
Waka kurikulum di SMA Semesta dalam melakukan pengarahan
sudah baik, dimana waka kurikulum memberi pengarahan dalam rapat
wali kelas, rapat pendidikan yang dilaksanakan setiap hari senin,
mengadakan supervisi di bawah koordinator pendidikan. Isi rapat wali
kelas meliputi pembahasan permasalahan yang ada pada siswa, dengan
mencari solusi agar permasalahan dapat terselesaikan, meliputi: guru
mapel mendapati siswa yang kemampuannya di bawah kriteria minimum,
maka guru mapel dan wali kelas bekerjasama memberikan bimbingan
belajar, guru mapel juga memberi bimbingan belajar kepada siswa yang
mengikuti olimpiade.
4. Pengendalian/Pengawasan
Pengawasan (controling), adalah pekerjaan seorang waka
kurikulum untuk menentukan apakah fungsinya dalam mengorganisasikan
dan memimpin di atas telah berhasil dalam mewujudkan tujuan yang telah
dirumuskan. jika tujuan belum dapat diwujudkan, maka waka kurikulum
harus menilai dan mengatur perencanaan yang telah dilaksanakan bukan
mengubah tujuannya.
Pengawasan meliputi tindakan untuk menuntun dan memotivasi
usaha pencapaian tujuan maupun tindakan untuk mendeteksi dan
memperbaiki pelaksanaan yang tidak efektif dan tidak efisien dengan cara
pencegahan, perbaikan serta pengembangan.
Pengawasan yang dilakukan oleh Waka kurikulum di SMA
Semesta dalam mengelola moving class sudah optimal, yaitu dengan
adanya aturan-aturan yang telah di sepakati oleh guru atau wali kelas
dalam rapat, sehingga waka kurikulum bisa mengontrol atau
memonitoring jalannya moving class berdasarkan hasil rapat pendidikan,
yang dilaksanakan setiap hari senin dan supervisi yang dilakukan rutin tiap
hari dibawah koordinator pendidikan.
84
Berdasarkan hasil pengamatan penerapan moving class, ditemukan
bahwa keempat fungsi penerapan pengelolaan moving class telah
dilaksanakan dengan baik, dan mampu menciptakan kondisi optimal.
Sebagai bukti bahwa SMA Semesta telah mampu memperlihatkan
eksistensinya dengan selalu berupaya meningkatkan kualitas dalam
penerapan moving class.
C. Analisis Refleksi Siswa Terhadap Penerapan Moving Class di SMA
Semesta
Berikut ini adalah tanggapan para siswa dari penerapan moving class
di SMA Semesta diantaranya adalah sebagai berikut:
Siswa A :”Saya senang karena pembelajarannya tidak hanya satu
tempat saja, akan tetapi setiap pelajaran berbeda kelas sesuai dengan mata
pelajaran sehingga membawa suasana belajar yang berbeda pula, sehingga kita
lebih aktif dalam berbagai kegiatan, dan juga kita lebih membaur dengan
teman dari kelas lain”.10
Siswa B : “Moving class, ketika pertama kali dilaksanakan, saya
merasa sangat senang karena sepertinya seru, tapi tidak dipungkiri bahwa
moving class cukup melelahkan. Pagi hari, diawal-awal pelajaran, umumnya
kami bersemangat untuk melakukan moving class. Namun, ketika beranjak ke
siang hari, apalagi harus naik turun lantai paling bawah ke paling atas, cukup
melelahkan! Tetapi bagi saya, itu cukup membantu. Untuk orang ngantuk
seperti saya, naik turun tangga bisa mengusir rasa kantuk. Moving class juga
berguna sebagai sarana olahraga. Agar kita tidak hanya duduk diam di satu
kelas (bagi anak yang tidak suka bergerak) dan lebih aktif”.11
Siswa C : ”Bagi saya, pelaksanaan sistem pembelajaran dengan
penerapan moving class memiliki sisi negatif dan positif. Sisi positifnya
adanya penerapan moving class menjadikan siswa tidak jenuh dengan kondisi
10 Wawancara dengan Devi Mayang Sari selaku siswa SMA Semesta, pada tanggal 30 Oktober 2010.
11 Wawancara dengan Khafidatul Ilmiah selaku siswa SMA Semesta, pada tanggal 30 Oktober 2010.
85
kelas yang sudah digunakan sebelumnya. Selain itu, guru juga memiliki
persiapan yang lebih untuk mempersiapkan bahan pengajaran dengan adanya
sistem moving class ini, setiap guru hanya akan menggunakan ruangan
kelasnya untuk mengajar sesuai dengan bidangnya. Penerapan moving class
juga lebih efektif digunakan untuk proses belajar mengajar di kelas, karena
setiap kelas didesain dengan berbagai macam hiasan, artikel-artikel ataupun
tulisan-tulisan yang berhubungan dengan mata pelajaran, misalnya ruang
bahasa turki dihiasi dengan kalimat-kalimat bahasa turki. Selain itu, siswa
juga dapat lebih menjernihkan dan mengistirahatkan pikirannya dengan
moving class. Sebaliknya sisi negatif dari penerapan moving class dapat
menjadikan siswa lelah untuk menuju ke kelas selajutnya, apalagi jarak kelas
sebelumnya dengan kelas yang dipakai untuk mata pelajaran selanjutnya
berada di lantai yeng berbeda.12
Siswa D : ”Penerapan moving class yang diterapkan di sekolah saya,
sebenarnya masih kurang tepat. Kami tetap mendapatkan teman sekelas yang
sama walaupun sudah moving. Pada dasarnya moving class ditujukan agar kita
belajar dikelas sesuai dengan level/kemampuan kita. Namun pada kenyataan
yang diterapkan sekarang tidak seperti itu. Moving class yang kami lakukan
hanya berpindah saja. Jadi sebenarnya tidak memberikan efek/perbedaan yang
mencolok ataupun manfaatnya. Akan tetapi sebagai siswa, saya merasa
dengan moving class yang telah diterapkan bisa menghilangkan sejenak rasa
penat di kelas. Karena kita bergerak dan pasti akan terhindar dari kantuk. Sisi
negatifnya, hal ini kurang efektif sering siswa terlambat masuk kelas”.13
Dari tanggapan para siswa diatas dapat dianalisis bahwa pembelajaran
melalui penerapan moving class merupakan sistem dimana siswa berpindah
kelas sesuai dengan apa yang dipelajarinya. Tujuan dari sistem ini adalah agar
siswa dapat melatih kemandirian, kerjasama, dan kepedulian sosial siswa,
12 Wawancara dengan Atikah Hafidhatun Munawaroh selaku siswa SMA Semesta pada
tanggal 30 Oktober 2010. 13 Wawancara dengan Healtha Padmanusa selaku siswa SMA Semesta, pada tanggal 30
Oktober 2010.
86
merangsang seluruh aspek perkembangan dan kecerdasan siswa (multiple
intelligences), sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran.
Tidak dapat dipungkiri bahwa penerapan moving class memberi
dampak negatif terhadap siswa yang terlambat, siswa juga kelelahan karena
harus pindah ke kelas yang jaraknya agak jauh dari kelas sebelumnya. Hal ini
membuat beberapa siswa agak mengeluh, akan tetapi ada beberapa siswa yang
senang dengan diterapkannya moving class karena setiap kelas menyediakan
media yang difokuskan dalam mata pelajaran tertentu sehingga guru lebih
mempersiapkan materi yang akan diajarkan oleh siswa, membuat fisik sehat,
juga membuat suasana kelas tidak membosankan.
Terkait dengan dampak negatif terhadap moving class perlu ditegaskan
kembali bahwa betapa urgentnya disiplin sekolah, karena dengan disiplin di
sekolah akan mempunyai pengaruhi positif bagi kehidupan peserta didik
dimasa yang akan datang. Pada mulanya memang disiplin dirasakan sebagai
suatu aturan yang mengekang kebebasan peserta didik. Akan tetapi bila aturan
ini dirasakan sebagai suatu yang memang seharusnya dipatuhi secara sadar
untuk kebaikan diri sendiri dan kebaikan bersama, maka lama kelamaan akan
menjadi suatu kebiasaan yang baik menuju ke arah disiplin diri sendiri (self
discipline).
Disiplin tidak lagi merupakan suatu yang datang dari luar yang
memberikan keterbatasan tertentu akan tetapi disiplin telah merupakan aturan
yang akan datang dari dalam dirinya sebagai suatu hal yang wajar dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari.
Pengalaman dasar dalam disiplin akan memberikan kerangka dalam
keteraturan hidup selanjutnya. Disiplin diri sendiri hanya akan tumbuh dalam
suatu suasana di mana antara guru dan para peserta didik terjalin sikap
persahabatan yang berakar pada dasar saling menghormati dan saling
mempercayai.
Untuk itu perlu adanya kerjasama antara guru dan siswa diantaranya:
87
1) Membudayakan disiplin waktu perpindahan belajar.
2) Membudayakan peserta didik jalan cepat.
3) Meningkatkan kepedulian guru bagi peserta didik yang lambat hadir.14
4) Menekankan agar guru lebih disiplin.
5) Menjaga agar jadwal tidak berubah-ubah.
6) Selalu memonitoring kehadiran guru di sekolah.
7) Mengadakan pendekatan persuasif kepada setiap siswa agar terbuka dan terbiasa bergaul dengan teman, tanpa membedakan kondisi dan status sosial.
8) Mengupayakan sendiri media-media yang dapat diusahakan oleh guru dan, alat peraga, bahan praktikum).15
Dengan adanya saling kerjasama antara guru dan siswa, antara siswa
dengan siswa dapat mengurangi sisi negatif penerapan moving class misalnya:
meningkatkan kesadaran betapa pentingnya disiplin dengan saling
membudayakan kedisiplinan, dan saling menghargai.
14 Kementerian Pendidikan Nasional Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas 2010., Petunjuk Teknis Pengembangan Strategi Belajar Sistem Kelas Bergerak, hlm. 8.
15 Purwanto, Moving Class, http://purwanto55.wordpress.com/2008/07/21/moving-class/ download tanggal 10 juli 2010.
88
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan tentang
optimalisasi pengelolaan moving class di SMA Semesta Semarang, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan pengelolaan moving class di SMA Semesta sudah
terlaksana dengan baik, terbukti dengan tanggapan sebagian besar para
siswa yang merasakan penerapannya. Siswa merasa lebih fresh karena
menempati ruang yang berbeda, dapat mengurangi rasa kantuk siswa,
serta dengan moving class dapat dijadikan sarana olah raga ketika
berpindah kelas.
2. Fungsi pengelolaan dalam sistem moving class di SMA Semesta
Semarang sudah menerapkan 4 fungsi pengelolaan secara optimal,
meliputi: (1) perencanaan yang melibatkan waka kurikulum, dewan
guru, tim Pengembang TIK. Perencanaan ini meliputi: rapat untuk
membahas ruang kelas, jam mengajar guru, pendistribusian jam, guru
mapel yang disesuaikan dengan jadwal pelajaran yang termuat dalam
pembuatan jadwal dengan menggunakan Asc. Timetables.
Perencanaan selanjutnya yaitu mengatur strategi penerapan moving
class yang meliputi: pengelolaan perpindahan peserta didik,
pengelolaan ruang belajar mengajar, pengelolaan pembelajaran,
pengelolaan administrasi guru dan peserta didik, pengelolaan remedial,
pengelolaan penilaian. (2) pengorganisasian dalam pengelolaan
moving class meliputi: pembagian kerja guru, wali kelas, masing-
masing guru per mapel, fasilitas kelas yang disesuaikan dengan
karakteristik mata pelajaran. (3) penggerakkan yang dilakukan waka
kurikulum sudah dilakukan dengan baik, yaitu dengan adanya kegiatan
Zume yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. (4)
89
Pengawasan, hasil dari pelaksanaan lalu di monitoring dengan
meninjau ulang masing-masing hasil laporan wali kelas di bawah
koordinator pendidikan Semesta.
B. Saran
Tanpa mengurangi rasa hormat (ta’dzim) kepada semua pihak dan
demi suksesnya kegiatan belajar mengajar dengan pengelolaan kelas dan
penerapan moving class di SMA Semesta, maka penulis memberikan
saran, antara lain :
1. Bagi pihak sekolah
Dengan banyaknya produk (lulusan) dari SMA Semesta maka
penulis hanya memberi saran agar tetap dipertahankan dan tambah
ditingkatkan lagi pembelajarannya sehingga menghasilkan produk
yang lebih berkualitas disegala bidang. Karena SMA Semesta
Semarang merupakan sekolah yang mempunyai kurikulum yang lebih
dibandingkan dengan sekolah konvensional.
2. Bagi pihak guru
a. Dalam kegiatan pembelajaran di SMA Semesta, siswa sudah bisa
terkontrol sangat baik, oleh karena itu guru harus tetap
mempertahankannya, agar siswa selalu ikut berperan aktif dalam
pembelajaran.
b. Fasilitas yang ada di SMA Semesta Semarang sudah sangat
lengkap, sudah mampu menunjang kegiatan pembelajaran, oleh
karena itu hendaknya guru lebih mengoptimalkan fasilitas yang
ada.
C. Penutup
Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT sebagai rasa
syukur yang sangat mendalam sehingga penulis akhirnya dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan berkat rahmat, hidayah dan
inayah-Nya, penulis memiliki kemampuan untuk menyelesaikan
penyusunan skripsi yang sederhana ini.
90
Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu proses pelaksanaan penyusunan skripsi ini dari awal hingga
akhir. Semoga bantuan baik berupa do’a, materi maupun tenaga dan
pikiran yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dan
diterima sebagai amal saleh di hadapan Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan yang tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak sangat
penulis harapkan demi kelengkapan dan kesempurnaan skripsi ini. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca umumnya. Wa Allahu a’lam bi al-shawab.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharmi, Prosedur Penelitian Satuan Pendekatan Praktek, (Jakarta;
Rineka Cipta, 2006)
Abdilah, Abi Muhammad Bin Ismail Bukhari, Shahih Bukhari, (Singapura.TT)
Ali Muhammad, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung; Angkasa, 1993)
Bafadal Ibrahim, Dasar-Dasar Manajemen dan Supervisi Taman Kanak-Kanak,
(Jakarta; Bumi Aksara, 2004)
Bahri Syaiful Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta;
Rineka Cipta, 2005)
Bahri Syaiful Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Edisi revisi),
(Jakarta; Rineka Cipta, 2006)
Badan Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses
Untuk Satuan Dasar Dan Menengah.
Chuck Williams, Management, (United States Of Amerika; South-Western
College Publishing, 2000)
Danim Sudarwan, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan, (Bandung; Pustaka Setia, 2002)
David A. Jacobsen, et,al, Methods for Teaching: Promoting student learning In K-
12 Classroom, tej. Achmad Fawaid, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2009)
Echols John M, Kamus Inggris-Bahasa Indonesia, (Gramedia Pustaka Utama;
Jakarta, 2005)
Hasan Iqbal, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta; Ghalia Indonesia,
2002)
Kementerian Pendidikan Nasional Ditjen Manajamen Pendidikan Dasar Dan
Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas 2010,
Petunjuk Teknis Pengembangan Strategi Belajar Sistem Kelas Bergerak.
2010.
Kartono Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung; Mandar Maju,
1990)
Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2007)
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta; Rineka Cipta, 2000)
Moleong Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), (Bandung; Rosda
Karya, 2009)
Marland Michael, Seni Mengelola Kelas, (Semarang; Dahara Prize, 1990)
Nawawi Hadari, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta; Haji
masagung, 1989)
Nawawi,Hadari, Mimi Martini, Penelitian Terapan, (Yogyakarta; Gadjah Mada,
1996 University)
Nawawi Imam, Riyadusholihin Jilid 1, (Jakarta; Pustaka Amani, 1999)
Rohani Ahmad, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta; Rineka Cipta, 2004)
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung; CV. Alfabeta, 2008)
Sudjana Nana, & Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung; Sinar
Baru, 1989)
Sagala Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung; Alfabeta, 2008)
____________, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, (Bandung;
Alfabeta, 2010)
____________, Kemampuan Profesional Guru dan tenaga Pendidikan,
(Bandung; Alfabeta,2009)
Sudjana Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung; Algesindo,
2009)
Tim Dosen Administrasi Universitas Indonesia, Manajemen Pendidikan,
(Bandung;Alfabeta, 2009)
Tim Pengembangan MKDK, Administrasi Pendidikan, (Semarang; Pengadaan
Buku Pelajaran IKIP Semarang, 1991)
Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga),
(Jakarta; Balai Pustaka, 2005)
Wena Made, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta; Bumi
Aksara, 2009)
Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung; Jemmars, TT)
Animhadi, Mengapa Harus Menggunakan Moving Class,
http://animhadi.wordpress.com/2008/11/16/mengapa-harus-menggunakan-sistem-
moving-class/, download tanggal 3 juni 2010.
Bandono, “SMA Negeri 7 Yogyakarta Mencoba Terapkan Moving Class”,
.http://sevenerrs.com/berita/sma-negeri-7-yogyakarta-mencoba-terapkan-moving-
class/10/07/10
Khusnurudlo. Moh, Strategi Pengelolaan Pengembangan Budaya dan Iklim
Sosial, http://www.Khusnurudlo.net/2010.06/strategi-pengelolaan-kelas-
dalam.html, download tanggal 10 juli 2010.
Kartiwa,artikelMovingClass,
http://blogkerenuntukorangkreatif.blogspot.com/2009/12/moving-
class.html, download tanggal 2 agustus 2010.
Mrnk001, Moving Class, http://kompasiana.com/2009/03/12/moving-class-2/,
download tanggal 2 agustus 2010.
Purwanto, Moving Class, http://purwanto55.wordpress.com/2008/07/21/moving-
class/ download tanggal 10 juli 2010.
Raras, “Moving Class”, http://rarasraras.wordpress.com/2009/03/, 10/07/10.
Sabirin Taufik, Kualitas Proses Pembelajaran di Kelas, http://TaufikSabirin.
Wordpress.com/2009/01/30/Team-Teaching, download tanggal 6
Oktober 2010.
Sirajuddin, “SMA Negeri 1 Talang Kelapa Mencoba Terapkan Moving Class”,
Http://Diknasba.Info/Banyuasin/Index.Php?Option=Com_Content&Task=Section
&Id=5&Itemid=37, 05/07/10
Santoso Edi, Moving Class Icon SBI, http://kesekolah.co/component/k2/item/3578 -moving-class-ikon-sbi.html,
download tanggal 3 juni 2010.
Pakde Sofa ”Memahami Kegiatan Remedial dan Pengayaan Untuk
PerbaikanPembelajaran”,Http://Massofa.Wordpress.Com/2008/01/20/M
emahami-Kegiatan-Remedial-Dan-Pengayaan-Untuk-Perbaikan-
Pembelajaran/hal.1,05/07/10.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Sri Wahyuningsih
Nim : 063311028
Alamat : Jl. Jujur RT/RW 01/01 Ds. Sidodadi Kec. Sidomulyo Kab.
Kalianda Lampung Selatan.
Tempat/tanggal lahir : Sidodadi, 2 Februari 1986.
Pendidikan
1. SD N 05 Sidorejo Lampung Selatan Lulus Tahun 1998
2. MTS. Matla’ul Anwar Sidorejo Lulus Tahun 2001
3. MAN Kalianda Lampung Selatan Lulus Tahun 2004
4. Mahasiswa IAIN Fakultas Tarbiyah Angkatan 2006
Semarang, 19 Desember 2010
Sri Wahyuningsih
HASIL WAWANCARA
A. Hari/Tanggal : Selasa, 5 Oktober dan rabu, 2 desember 2010 Tempat : Kantor SMA Semesta Semarang Waktu : 11.30.00 WIB
Narasumber : Waka Kurikulum, Bapak Riris Fatmanto.
1. Peneliti :Bagaimana mengelola jadwal dan perencanaan moving class di SMA Semesta Semarang? Waka. Kurikulum : Dalam merencanakan moving class, waka kurikulum beserta dewan guru merapatkan hal-hal yang terkait dengan moving class, yang meliputi: ruang kelas, jam mengajar, pendistribusian jam guru mapel yang disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran. Termuat dalam software Asc. Timetable. Perencanaan juga meliputi pembagian kerja guru, wali kelas, ruang kelas yang disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran. Misalnya kelas SMA ada 17 kelas, guru mapelnya siapa saja lalu disesuaikan dengan jadwal mengajarnya, dari situ di reng-reng dalam satu minggu dari hari senin-sabtu. Perencanaan ini melibatkan kepala sekolah, waka kurikulum, dewan guru.
2. Peneliti : Mata pelajaran apa saja yang dimovingkan ? Waka. Kurikulum : Semua mata pelajaran
3. Peneliti : Aspek apa saja yang yang menjadi pengelolaan moving class? Waka. Kurikulum :(1)pengelolaan perpindahan peserta didik, meliputi: (a)peserta didik berpindah ruang sesuai mata pelajaran yang diikuti berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan.(b)peraturan waktu perpindahan antar kelas 5 menit. (c) peserta didik diberi kebebasan untuk menentukan tempat duduknya sendiri. (d) bel tanda perpindahan suatu kegiatan pembelajaran dibunyikan pada saat pelajaran kurang dari 5 menit.(e) tata tertib pembelajaran paling tidak peserta didik duduk sopan, tidak mencoret-coret meja, dan tidak boleh membuang sampah sembarangan. (f) peserta didik diberi toleransi keterlambatan 5 menit, diluar waktu tersebut peserta didik tidak diperkenankan masuk sebelum melapor kepada koordinator kedisiplinan dan koordinator pendidikan. (2) ruang belajar-mengajar meliputi: (a)guru diberi kewenangan untuk mengatur ruang belajar sesuai karakteristik mata pelajaran (b)ruang belajar memiliki sarana dan media pembelajaran (c)tiap rumpun mata pelajaran telah disediakan prasarana multimedia (d) guru mata pelajaran mempuyai tanggung jawab terhadap ruang belajar yang ditempatinya seperti merawat penggunaan kelas, (3) pengelolaan pembelajaran, meliputi:(a)pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan (personal),(b)apabila guru tidak dapat mengajar karena berhalangan maka prosedur pertama adalah guru mapel mencari pengganti sebelumnya harus ada konfirmasi kepada manajer/ koordinator pendidikan yaitu harus mendapat izin terlebih dahulu, prosedur kedua jika guru mapel tidak dapat digantikan oleh guru mapel lain maka guru tersebut memberi tugas kepada peserta didik dengan menitipkan tugas kepada guru piket. (4)
Pengelolaan administrasi guru dan peserta didik,meliputi: (a)guru berkewajiban mengisi daftar hadir dengan menggunakan sistem sidik jari dan guru mengisi daftar hadir siswa dengan mengisi jurnal.(b)guru mengisi laporan kemajuan peserta didik (c) guru membuat jadwal topik/materi yang diajarkan kepada peserta didik. (5) pengelolaan remedial dan pengayaan,meliputi: (a) pelaksanaan remedial dilaksanakan diluar jam kegiatan tatap muka dan praktek.(b) pelaksanaan remedial dilaksanakan oleh guru mapel.(6)pengelolaan penilaian.
4. Peneliti : Apa saja tugas pengembang TIK? Waka Kurikulum : Melakukan pengolahan nilai, membuat rekap tingkat kehadiran siswa, berdasarkan data yang diperoleh dari wali kelas dan hasil input sistem informasi manajemen (SIM) guru dan karyawan Semesta.
5. Peneliti : Apa saja tugas penanggung jawab akademik ? Waka Kurikulum : Program koordinasi orang tua murid, koordinasi kelas, sebagai konsultasi bimbingan,program camping, reading program, sebagai pengganti orang tua murid, merekap tingkat kehaditan siswa serta mengumpulkan nilai yang diserahkan kepada bagian administrasi pengolahan nilai.
6. Peneliti : Apa yang membedakan sekolah Semesta dengan sekolah konvensional? Waka Kurikulum :Perpaduan antara kurikulum Diknas dan Kurikulum dari turki.
7. Peneliti : Bagaimana mengevaluasi pengelolaan moving class? Waka Kurikulum : Dengan mengontrol dan meninjau ulang masing-masing kelas yang bertanggung jawab dalam hal ini selakuk wali kelas masing-masing dengan melaporkan semua aktivitas warga kelas di bawah koordinator pendidikan yang dilaksanakan dalam rapat pendidikan rutin setiap hari senin.
B. Hari/Tanggal : Sabtu, 30 Oktober 2010 Tempat : Ruang Guru SMA Semesta Waktu : 10.30 WIB Nara sumber :Guru PAI, Ida Verawati 1. Peneliti : Bagaimana prosedur penjurusan siswa?
Guru PAI : Penjurusan dianalisa dengan hasil rapat kepala sekolah dengan guru Mapel. Karena mayoritas besar siswa mengambil jurusan IPA. Maka SMA Semesta semenjak tahun 2008 hanya membuka jurusan ilmu pengetahuan alam.
2. Peneliti : Bagaimana pengaturan duduk di SMA Semesta? Guru PAI : Pembelajaran di Semesta dilaksanakan di dalam kelas, sedangkan pengaturan tempat duduk, siswa di bebaskan menentukan tempat duduknya sendiri. Guru juga memberi otonomi dalam menentukan tempat duduk, ketika menyesuaikan Mapel yang akan disampaikan, seperti diskusi.
3. Peneliti : Bagaimana ketika terdapat siswa yang terlambat?
Guru PAI : Tidak diperkenankan masuk sebelum melapor kepada koordinator kedisiplinan, dan koordinator pendidkian.
4. Peneliti : Bagaimana pengaturan remedial dan pengayaan? Guru PAI : Menyesuaikan guru mata pelajaran, dengan waktu 60 menit-90 menit.
5. Peneliti : Catatan apa saja untuk melihat perkembangan kemajuan siswa? Guru PAI : Dengan memetakan per bab materi yang telah disampaikan , dari situ guru mengetahui sejauh mana pemahaman siswa.
6. Peneliti : Penilaian apa saja yang menjadi acuan? Guru PAI : selain afektik, kognitif, psikomotorik, juga dilihat dari keaktifan siswa, semangat belajar siswa, inisiatif siswa.
7. Peneliti : Penugasan apa saja yang diberikan oleh siswa? Guru PAI : PR, membuat slide, membaca buku di perpustakaan yang di sesuaikan dengan kurikulum, projek (karya ilmiah), praktek.
8. Peneliti : Bagaimana prosedur jika guru berhalangan mengajar? Guru PAI : Pertama, guru yang berhalangan mengajar mencari pengganti sebelumnya harus ada konfirmasi dengan koordinator pendidikan, kedua, jika tidak dapat digantikan maka guru memberi tugas kepada siswa dengan menitipkan kepada guru piket.
9. Peneliti : Bagaimana dalam pembinaan dan pembimbingan
siswa? Guru PAI : Memberikan pesan moral dan agama untuk menambah wawasan siswa mengenai wawasan non akademik, jika terdapat siswa yang terlambat, guru juga menasehati diakhir pelajaran, dengan mensupport siswa agar lebih bersemangat.
10. Peneliti : Dari hasil penilaian siswa apakah guru memberikan
hasil penilaian ulangan harian. Mid semester, semester untuk diolah? Guru PAI : Hasil penilaian dimasukkan kedalam format penilaian, lalu diserahkan kepada pengembang TIK untuk diolah ke dalam SIM sebagai data. Dari SIM data nilai lalu pengembang TIK memberikan soft copy atau print out kepada guru mapel
11. Peneliti : Apakah ada kegiatan para guru untuk meningkatkan pembelajaran? Guru PAI : Ada, seperti Zumre (dalam bahasa turki) yaitu kegiatan antar guru mapel, meliputi: micro teaching antar guru mapel, pembagian tugas membuat soal, menyamakan materi, saling menukar materi, rapat mid, persiapan semesteran, saling mengevaluasi yang tujuannya adalah untuk meningkatkan pengajaran.
12. Peneliti : Bentuk pengorganisasian apa saja oleh siswa dalam kelas? Guru PAI : seperti penunjukkan ketua kelas dan anggotanya, program dekorasi kelas yaitu program antara wali kelas dan siswa. Lalu pengawasan
kelas yaitu wali kelas menunjuk beberapa orang terdiri dari ketua dan anggota yang bertugas mengawasi aktifitas teman-temannya, sehingga wali kelas dapat mengetahui aktifitas siswanya.
C. Hari/Tanggal : Sabtu, 30 Oktober 2010
Tempat : Ruang kelas SMA Semesta Nara sumber :Siswa, Devi Mayang Sari, Khafidatul Ilmiah, Atika
Hafidhatun Munawaroh, Healtha Padmanusa. 1. Peneliti :Bagaimana pendapat anda setelah melaksanakan
pembelajaran dengan penerapan Moving Class? Siswa : Saya senang, karena pembelajarannya tidak hanya satu
tempat saja, akan tetapi setiap pelajaran berbeda kela sesuai akan tetapi setiap pelajaran berbeda kelas sesuai dengan mata pelajaran sehingga membawa suasana belajar yang berbeda pula, sehingga kita lebih aktif dalam berbagai kegiatan, dan juga kita lebih membaur dengan teman dari kelas lain.
2. Peneliti : Bagaimana pendapat anda setelah melaksanakan pembelajaran dengan penerapan moving class? Siswa : Moving class, ketika pertama kali dilaksanakan, saya
merasa sangat senang karena sepertinya seru, tapi tidak dipungkiri bahwa moving class cukup melelahkan. Pagi hari, diawal-awal pelajaran, umumnya kami bersemangat untuk melakukan moving class. Namun, ketika beranjak ke siang hari, apalagi harus naik turun lantai paling bawah ke paling atas, cukup melelahkan! Tetapi bagi saya, itu cukup membantu. Untuk orang ngantuk seperti saya, naik turun tangga bisa mengusir rasa kantuk. Moving class juga berguna sebagai sarana olahraga. Agar kita tidak hanya duduk diam di satu kelas (bagi anak yang tidak suka bergerak) dan lebih aktif”.
3. Peneliti : Bagaimana pendapat anda setelah melaksanakan pembelajaran dengan penerapan moving class? Siswa : Bagi saya, pelaksanaan sistem pembelajaran dengan
penerapan moving class memiliki sisi negatif dan positif. Sisi positifnya adanya penerapan moving class menjadikan siswa tidak jenuh dengan kondisi kelas yang sudah digunakan sebelumnya. Selain itu, guru juga memiliki persiapan yang lebih untuk mempersiapkan bahan pengajaran dengan adanya sistem moving class ini, setiap guru hanya akan menggunakan ruangan kelasnya untuk mengajar sesuai dengan bidangnya. Penerapan moving class juga lebih efektif digunakan untuk proses belajar mengajar di kelas, karena setiap kelas didesain dengan
berbagai macam hiasan, artikel-artikel ataupun tulisan-tulisan yang berhubungan dengan mata pelajaran, misalnya ruang bahasa turki dihiasi dengan kalimat-kalimat bahasa turki. Selain itu, siswa juga dapat lebih menjernihkan dan mengistirahatkan pikirannya dengan moving class. Sebaliknya sisi negatif dari penerapan moving class dapat menjadikan siswa lelah untuk menuju ke kelas selajutnya, apalagi jarak kelas sebelumnya dengan kelas yang dipakai untuk mata pelajaran selanjutnya berada di lantai yeng berbeda.
4. Peneliti : Bagaimana pendapat anda setelah melaksanakan pembelajaran dengan penerapan moving class? Siswa : Penerapan moving class yang diterapkan di sekolah saya,
sebenarnya masih kurang tepat. Kami tetap mendapatkan teman sekelas yang sama walaupun sudah moving. Pada dasarnya moving class ditujukan agar kita belajar dikelas sesuai dengan level/kemampuan kita. Namun pada kenyataan yang diterapkan sekarang tidak seperti itu. Moving class yang kami lakukan hanya berpindah saja. Jadi sebenarnya tidak memberikan efek/perbedaan yang mencolok ataupun manfaatnya. Akan tetapi sebagai siswa, saya merasa dengan moving class yang telah diterapkan bisa menghilangkan sejenak rasa penat di kelas. Karena kita bergerak dan pasti akan terhindar dari kantuk. Sisi negatifnya, hal ini kurang efektif sering siswa terlambat masuk kelas.