Upload
merlin-yunaniar-pakpahan
View
116
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/12/2018 Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/optimisme-entrepreneur-menghadapi-krisis-eropa 1/11
1
“Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa”
Oleh: Merlin Dwi Yunaniar
Pendahuluan
Indonesia adalah salah satu negara sedang berkembang yang menganut perekonomian
terbuka (opened economy). Keterbukaan perekonomian tersebut mengalami tantangan yang
cukup berat dalam beberapa kurun waktu terakhir. Diantaranya adalah, krisis finansial global
pada 2008 yang dipicu oleh kegagalan pengelolaan bisnis di sektor real estate di Amerika
Serikat (AS). Hal itu sebagai akibat dari kejenuhan pasar properti yang dipaksakan dengan
melakukan spekulasi untuk mengantisipasi meningkatnya harga di masa mendatang (buble
economic). Sebagai negara dengan dominasi perekonomian yang besar, krisis AS dengan mudah
menimbulkan contagion effect pada negara-negara di dunia. Indonesia termasuk negara yang
dapat bertahan menghadapi dampak krisis tersebut. Hal ini tercermin melalui pertumbuhan
ekonomi tahun 2008 yang mencapai 6,1%. Meskipun melambat dibandingkan dengan tahun
2008, pertumbuhan ekonomi tahun 2009 dapat mencapai 4,5%, angka tersebut lebih tinggi
daripada pertumbuhan ekonomi dunia yang mencapai -0,7%, negara maju -3,7%, negara
berkembang 2,8% dan tertinggi ketiga di dunia setelah China dan India (Bank Indonesia, 2009).
Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar di tengah kontraksi perekonomian
global dapat dihindari oleh Indonesia karena struktur ekonomi yang banyak didorong oleh
permintaan domestik dan kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang tinggi
(Turinetti, 2009). Selama 1997-2006, kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto
mencapai 54%-57%. Indikator pentingnya peranan UMKM juga dapat dilihat dari kontribusi
UMKM terhadap penyerapan tenaga kerja yang mencapai 96%. Dampak krisis global juga dapat
diminimalisasi karena sebanyak 91% UKM melakukan kegiatan ekspor melalui pihak ketiga
eksportir atau pedagang perantara. Hanya 8,8% yang berhubungan langsung dengan pembeli
atau importir di luar negeri (BPS, 2007). Tingginya peranan UMKM bagi perekonomian nasional
tidak terlepas dari peranan wirausahawan (entrepreneur ) yang mengelola dan mengendalikan
usaha tersebut. Dengan demikian, Indonesia perlu meningkatkan jumlah unit usaha baru yang
5/12/2018 Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/optimisme-entrepreneur-menghadapi-krisis-eropa 2/11
2
dijalankan oleh wirausahawan-wirausahawan handal dalam rangka meningkatkan daya dukung
pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
Krisis global tidak hanya berakhir pada krisis finansial AS saja. Pada tahun 2010,
perekonomian dunia kembali mengalami shock dengan terjadinya krisis utang di negara-negara
Eropa. Krisis Eropa dipicu oleh masalah anggaran pemerintah yang berkepanjangan dan semakin
serius di negara PIGS (Portugal, Italia, Yunani, dan Spanyol). Krisis Eropa yang terjadi sejak
awal 2010 merupakan credit crunch, yaitu krisis kredit yang terjadi karena semakin rendahnya
ketersediaan kredit dari lembaga keuangan atau bank disertai dengan semakin tingginya suku
bunga yang berakibat pada munculnya problem likuiditas. Hardjopranoto (2011) menyatakan
bahwa krisis ini pada dasarnya merupakan imbas dari kegagalan pemerintah negara PIGS dalam
menyejahterakan penduduknya. Elit politik yang terpilih membuat berbagai program yang
mengakibatkan pertumbuhan government budget, tapi dibiayai dengan utang pemerintah.
Pengalokasian anggaran tersebut tidak disertai prinsip kehati-hatian (prudential) dan good
governance. Hal ini diperkirakan akan mempengaruhi siklus bisnis negara-negara lain di dunia.
Oleh karena itu, upaya Indonesia untuk meningkatkan unit usaha dan wirausahawan pun akan
kembali mengalami tantangan. Tulisan ini memaparkan tentang dampak krisis Eropa terhadapperekonomian dan dunia bisnis serta analisis peluang wirausahawan untuk memulai usaha baru.
Model Wirausaha Wennekers dan Thurik: Prekondisi Memulai Usaha
Gambar 1: Model Wirausaha Wennekers dan Thurik
Sumber: Carree dan Thurik, 2002
Individual
Level
Macro
Level
Firm
Level
Economic
Performance
Business
Culture
Psychological
Endowments
Start up, entry
into new
markets
innovation
Level of
Analysis
Condition for
Entrepreneurship
Personal
Wealth
Firm
Performance
Economic
Growth
5/12/2018 Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/optimisme-entrepreneur-menghadapi-krisis-eropa 3/11
3
Drucker dalam Afiah (2009) mendefinisikan kewirausahaan sebagai kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Selain itu, kegiatan kewirausahaan juga mencakup
indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi. Seorang wirausahawan pada dasarnya
menghadapi beberapa peluang untuk memulai suatu bisnis atau usaha. Carree dan Thurik (2002)
menjelaskannya dalam suatu kerangka yang digambarkan pada gambar di atas. Pada saat suatu
negara berada dalam kondisi krisis, seorang wirausahawan harus dapat menganalisis peluang dan
mengelola risiko sebagai dampak dari krisis tersebut untuk memulai usaha. Kerangka model
tersebut membedakan dalam analisis memulai usaha dalam tiga level, yaitu individual level, firm
level dan macro level. Kegiatan wirausaha membutuhkan karakter dan sikap psikologis individu
wirausahawan yang kreatif, inovatif dan berani mengambil risiko. Selain itu, dalam memulai
usaha juga diperlukan dukungan dari iklim bisnis dan indikator makroekonomi yang dapat
mendorong terciptanya investasi dan iklim usaha yang kondusif. Pada akhirnya, kesejahteraan
wirausahawan, eksistensi bisnis dan pertumbuhan ekonomi dapat tercapai.
Individual Level
Karakter dan sikap psikologis dalam berbisnis adalah suatu syarat awal mutlak yang
harus dimiliki oleh calon entrepreneur dalam memulai usaha skala kecil, menengah, maupun
besar. Hal ini dilatarbelakangi karena banyaknya ancaman ketidakpastian perekonomian atau
krisis ekonomi yang sewaktu-waktu dapat mempengaruhi kinerja suatu bisnis. Oleh karena itu,
wirausahawan paling tidak harus memiliki tiga karakter di bawah ini:
1. Memiliki daya pikir kreatif, yang meliputi:
a. Selalu berpikir secara visionaris (melihat jauh ke depan), sehingga memiliki
perencanaan tidak saja jangka pendek, namun bersifat jangka panjang (strategis).
b. Belajar dari pengalaman orang lain, kegagalan, dan dapat terbuka menerima kritik dan
saran untuk masukan pengembangan bisnis/usaha.
2. Bertindak inovatif, yang meliputi:
a. Selalu berusaha meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas dalam setiap
aspek kegiatan bisnis.
b. Meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi persaingan bisnis.
5/12/2018 Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/optimisme-entrepreneur-menghadapi-krisis-eropa 4/11
4
3. Berani mengambil resiko, dan menyesuaikan profil resiko serta mengetahui resiko dan
manfaat dari suatu bisnis. Masing-masing unit usaha harus memiliki manajemen resiko
dalam segala aktivitas usahanya.
Karakter tersebut adalah suatu fixed asset yang masing-masing individu memiliki kadar
yang berbeda-beda yang harus dipupuk. Pada situasi krisis maupun situasi normal, eksistensi
karakter tersebut tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi. Sehingga, dapat dikatakan bahwa pada
level individu inilah merupakan modal dasar dalam memulai usaha.
Firm Level dan Macro Level
Wirausahawan yang ingin memulai usaha juga harus mempertimbangkan siklus bisnis
dan keadaan perekonomian suatu negara. Inovasi dan ide-ide kreatif yang dimiliki oleh masing-
masing wirausahawan harus didukung oleh iklim bisnis dan perekonomian yang kondusif.
Pengaruh krisis Eropa yang terhadap peluang seorang wirausahawan untuk memulai bisnis dapat
dianalisis melalui beberapa jalur kinerja indikator makroekonomi Indonesia (UNCTD, 2004).
1. Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi
Jalur yang pertama adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang lebih
rendah akan mengurangi kesempatan para wirausahawan untuk melakukan ekspansi
bisnis.
Gambar 2: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Kelompok Negara Dunia
Sumber: IMF, World Economic Outlook, September 2011
Pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan tren yang terus meningkat. Pada
tahun 2009, disaat perekonomian dunia dan negara maju mencapai angka negatif
5/12/2018 Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/optimisme-entrepreneur-menghadapi-krisis-eropa 5/11
5
perekonomian Indonesia mampu tumbuh 2,6% lebih rendah daripada negara berkembang
Asia seperti China dan India yang pada saat itu mencapai 7,2% dan lebih tinggi 1,8%
dibanding negara berkembang dunia. Pada tahun 2011, di saat krisis Eropa berdampak
pada penurunan pertumbuhan Ekonomi di semua kelompok negara dunia, namun kinerja
perekonomian Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang justru meningkat dari
6,1% menjadi 6,6%. Pemerintah melalui Bank Indonesia optimis memproyeksi
pertumbuhan ekonomi tahun 2012 dapat meningkat menjadi 6,7%.
Gambar 3: Trend Inflasi Indonesia dan Negara BRIC
Sumber: Bloomberg, 2011
Tingkat inflasi Indonesia pada September 2011 menurun jika dibanding
September 2010. Inflasi Indonesia yang mencapai 4,61% merupakan inflasi paling rendah
jika dibandingkan dengan negara BRIC (Brazil, Rusia, India, dan China) yang diprediksi
akan menjadi kekuatan ekonomi dunia yang baru. Tingkat inflasi yang rendah dan stabil
tersebut akan menjaga kestabilan harga. Sehingga, biaya operasional suatu bisnis akan
lebih rendah dan lebih mudah bagi wirausahawan untuk memulai usaha. Selain itu, harga
produk dan jasa yang dihasilkan oleh suatu unit usaha mampu bersaing dan dijangkau
oleh konsumen kalangan atas maupun bawah
5/12/2018 Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/optimisme-entrepreneur-menghadapi-krisis-eropa 6/11
6
2. Pengeluaran Pemerintah: Pendidikan, Ketertiban Sosial dan Ekonomi
Gambar 4: Pengeluaran Pemerintah Berdasarkan Fungsinya
Sumber: Silalahi, 2011
Jalur kedua adalah dengan melihat perkembangan pengeluaran pemerintah untuk
beberapa bidang strategis, yaitu pendidikan, ketertiban dan keamanan dan bidang
ekonomi. Pada saat krisis banyak negara yang menerapkan budget deficit dengan
mengurangi pengeluaran pada beberapa pos-pos tertentu. Tidak demikian dengan
Indonesia, Pengeluaran pemerintah untuk ketiga bidang tersebut terus meningkat selama
2010, 2011 dan proyeksi 2012. Peningkatan yang paling tinggi adalah pengeluaran
bidang ekonomi pada tahun 2011. Hal ini sebagai langkah konkret yang dilakukan
pemerintah untuk memberikan stimulus-stimulus ekonomi dalam upaya penekanan
dampak krisis Eropa.
Pengeluaran di bidang pendidikan adalah investasi jangka panjang untuk
menghasilkan wirausahawan yang berkualitas dan kemampuan untuk memulai bisnis.
Pendidikan yang tinggi akan meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya
berwirausaha dan penciptaan lapangan kerja. Di sisi lain, dengan pendidikan yang tinggi
dapat berkorelasi positif dengan kualitas dan tingkat upah. Sementara itu, pengeluaran di
bidang ketertiban dan keamanan sosial akan memberikan dampak langsung pada bisnis
yang dijalankan oleh seorang wirausahawan. Ketertiban dan keamanan akan mengurangi
risiko usaha dan meningkatkan kelancaran arus distribusi barang dan jasa yang dihasilkan
wirausahawan ke konsumen akhir.
5/12/2018 Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/optimisme-entrepreneur-menghadapi-krisis-eropa 7/11
7
3. Permintaan Pasar
Ekspansi bisnis juga harus mempertimbangkan sisi demand sebagai pihak yang
akan menggunakan barang atau jasa yang akan dihasilkan. Pihak tersebut adalah
konsumen rumah tangga, pemerintah maupun industri. Konsumsi rumah tangga pada
tahun 2010 menurun tajam sebagai dampak dari krisis Eropa pada awal 2010 (gambar 5).
Banyak masyarakat yang menempatkan sebagian pendapatannya untuk ditabung sebagai
antisipasi dari persepsi masyarakat terhadap kemungkinan penurunan pendapatan di
tahun berikutnya. Namun, pada tahun 2011 pengeluaran masyarakat kembali meningkat
karena kondisi perekonomian yang cukup stabil dan peningkatan pendapatan perkapita.
Di sisi lain, perekonomian Indonesia pada 2011 dapat bertahan dari krisis Eropa karena
dominasi konsumsi domestik seperti yang ditunjukkan pada gambar 6. Meskipun,
konsumsi domestik diproyeksikan akan turun pada 2012, pelaku usaha masih dapat
menangkap peluang tingginya konsumsi rumah tangga pada 2012 dan diversifikasi
ekspor yang dapat meningkatkan porsi konsumsi asing.
Gambar 5: Tingkat Konsumsi Gambar 6: Tingkat Konsumsi Domestik
Rumah Tangga dan Asing
Sumber: BI, 2011 Sumber: BI, 2011
5/12/2018 Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/optimisme-entrepreneur-menghadapi-krisis-eropa 8/11
8
4. Pembiayaan Usaha
Gambar 6: Kredit Modal Kerja Yang Disalurkan Berdasarkan Sektor Usaha
Sumber: BI, 2011
Apabila ketiga aspek di atas telah terpenuhi, seorang wirausahawan belumlah siap
untuk memulai usaha tanpa aspek keempat, yaitu pembiayaan usaha. Ekspansi usaha
dapat didanai oleh modal sendiri maupun modal pinjaman dari pihak lain. Sebagian besar
sektor usaha yang dipilih oleh wirausahawan adalah sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran (PHR) dan sektor industri pengolahan. Hal ini sejalan dengan bantuan kredit
yang disalurkan oleh Bank Umum maupun BPR. Kredit modal kerja yang disalurkan
pada Oktober 2011 lebih tinggi dari pada Oktober 2010 untuk semua sektor usaha.
Penyaluran kredit tertinggi adalah PHR, kemudian industri pengolahan, jasa-jasa dan
sektor keuangan. Sementara sektor Listrik, Gas dan Air bersih (LGA) paling sedikit
mendapat bantuan kredit. Bank Indonesia juga memperkirakan suku bunga acuan BI
masih pada rentang 6,6-6,7%, sama seperti tahun 2011.
Kondisi perekonomian dan dukungan yang positif dari pemerintah tersebut
memberikan peluang yang lebih besar pada calon-calon wirausahawan untuk memulai
bisnis baru maupun wirausahawan lama yang ingin berekspansi usaha. Adanya krisis
Eropa tidak terlalu memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi dunia bisnis di
Indonesia. Hal ini tercermin melalui realisasi investasi usaha yang terus meningkat dari
2010 hingga 2011 dan indeks tendensi bisnis pada 2011 yang terus meninggi.
5/12/2018 Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/optimisme-entrepreneur-menghadapi-krisis-eropa 9/11
9
Gambar 7: Realisasi Investasi Gambar 8: Indeks Tendensi Bisnis
39.03
41.06 43.95
28.5428.09
33.58
45.92
48.05
49.37
54.17
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0
45.0
50.0
55.0
60.0
H I H II H I H II H I H II H I H II H I H II*
2007 2008 2009 2010 2011
Investment value (net balance)%
Source: BusinessActivity Survey, DSM
85
90
95
100
105
110
115
80
90
100
110
120
130
I II III IV I II III IV I II III IV I II III*
2008 2009 2010 2011
B uz-Te ndency Index ( rhs) Earning C ap-Uti li zation Work ing hours
Index Index
Source: Business Tendency Index, BPS
Kesimpulan
1. Ekspansi bisnis memerlukan analisis pada individual level, firm level dan macro
level.
2. Setiap wirausahawan yang ingin memulai usaha harus bersikap kreatif, inovatif
dan berani mengambil risiko. Karakter psikologis itu adalah fixed asset dan modaldasar yang melekat pada masing-masing wirausahawan
3. Krisis Eropa tidak terlalu berdampak pada dunia bisnis. Beberapa indikator
ekonomi menunjukkan insentif positif bagi wirausahawan untuk menangkap
peluang ekspansi ataupun memulai bisnis.
Rekomendasi
Bagi Wirausahawan:
1. Wirausahawan harus mampu menangkap peluang adanya MP3EI (Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) 2011-2025 dan
pencapaian Indonesia dalam Investment Grade. Hal ini memungkinkan
banyaknya investor asing maupun domestik yang akan memberikan pendanaan
bagi usaha skala besar maupun UMKM.
2. Meskipun krisis Eropa tidak terlalu memberikan pengaruh signifikan, namun
wirausahawan harus menerapkan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan bisnis.
5/12/2018 Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/optimisme-entrepreneur-menghadapi-krisis-eropa 10/11
10
3. Diversifikasi ekspor ke negara di benua Afrika dan negara-negara Oceania
sebagai potensi pasar yang luas namun kurang mendapat oleh sebagian besar
pelaku bisnis. perhatian perlu digalakkan karena luasnya pasar di daerah tersebut.
4. Potensi domestik harus tetap ditingkatkan, baik itu sebagai konsumen produk
maupun stake holder yang memberikan modal usaha.
5. Wirausahawan harus mengantisipasi terhadap kekuatan ekonomi negara BRIC,
terutama China dan India. Barang atau jasa yang dihasilkan oleh wirausahawan
lokal harus mampu bersaing dengan kualitas yang tinggi dan biaya-biaya produksi
yang efisien.
6. Meningkatkan kualitas personal dengan aktif berpartisipasi dalam seminar,
diskusi dengan pemerintah maupun kelompok-kelompok wirausahawan yang lain
dalam rangka memantau kondisi perekonomian dan peluang bisnis.
7. Mempertimbangkan peluang bisnis ke sektor yang lain, selain PHR dan industri
pengolahan. Terbatasnya pelaku usaha di sektor-sektor minor tersebut justru akan
meningkatkan peluang wirausahawan baru dalam berekspansi dan tingkat
kompetisi yang relatif lebih rendah.
8. Melakukan promosi yang aktif dan menerapkan e-promoting dengan
maksimalisasi internet sebagai media promosi bagi konsumen domestik maupun
asing.
Bagi Pemerintah:
1. Mempertahankan iklim bisnis yang kondusif.
2. Memberikan insentif yang tinggi pada investor domestik dan asing.
3. Regulasi dan birokrasi yang mudah, namun tetap cermat dalam legalisasi usaha.
4. Mengadakan pelatihan bagi wirausahawan tentang edukasi pengelolaan keuangan,
motivasi bisnis, dan manajemen risiko.
5. Melakukan pendampingan pada usaha-usaha kecil.
6. Meningkatkan penyaluran kredit pada sektor-sektor minor yang potensial.
5/12/2018 Optimisme Entrepreneur Menghadapi Krisis Eropa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/optimisme-entrepreneur-menghadapi-krisis-eropa 11/11
11
Bagi masyarakat:
1. Menggunakan produk-produk dalam negeri.
2. Membantu pemerintah dalam membina ketentraman dan keamanan sosial dan
politik.
Referensi
Afiah, Nunuy. 2009. Peran Kewirausahaan Dalam Memperkuat UKM Indonesia Menghadapi
Krisis Finansial Global. Bandung: Working Paper Accounting and Financial Unpad
Carree, M, dan Thurik, Roy. 2002. The Impact of Entrepreneurship on Economic Growth.
Boston: Kluwer Academic Publisher
Hardjopranoto, Wibisono. 2011. Dampak Krisis Eropa dan Amerika Serikat Bagi Iklim Bisnis
Indonesia. Surabaya: Ubaya
Silalahi, Pande Radja. 2011. Kinerja Perekonomian Indonesia. Jakarta
Turinetti, Palazzo. 2009. The Impact of The Global Crisis on SME & Entrepreneurship
Financing and Policy Responses. Italia: OECD
UNCTD. 2004. Entrepreneurship and Economic Development: The Empretec Showcase. Geneva
websites:
BI, BPS, Bloomberg, IMF