Orang Miskin Dilarang Sakit

Embed Size (px)

Citation preview

Orang Miskin Dilarang Sakit Terdapat banyak cerita tantang orang sakit di rumah sakit, untuk mereka yang mampu dan berlebih maka rumah sakit memberi kemudahan. Berbagai fasilitas dengan sangat mudah didapat, namun lain hal bagi orang miskin. Singkatnya rumah sakit adalah sebuah sarana pengobatan dan tempat menyenangkan serta mengembirakan bagi mereka yang berlebih sisi ekonominya. Mungkin kesehatan adalah harapan palsu dan mimpi bagi orang miskin. Mana bisa kita sebagai manusia berada dalam kondisi kesehatan yang prima terus menerus. Makanya kesehatan mahal bukan sekedar biaya pendidikan kedokteran yang selangit namun birokrasi dan berbagai macam komersial. Kesehatan gratis bukan soal slogan atau iklan melainkan kenyataan yang dirasakan secara langsung. Berawal dari anggaran kesehatan, anggaran merupakan hal yang terpenting bagi pemerintahan untuk mengarahkan pembangunan sosial, ekonomi, menjamin kesinambungan dan meningkatkan kualitas hidup. Menurut standar WHO, anggaran kesehatan minimal 5% dari PDRB atau setara dengan minimal 15% APBN, namun Negara Indonesia ini mengeluarkan anggaran hanya berkisaran 2.4% dari APBN dan terpuruk lagi hal ini berjalan hanya administratif saja. Sedangkan anggaran untuk kegiatan operasional cenderung stagnan. Hal ini menjadi akar masalah dari status kesehatan masyarakat yang buruk sampai saat ini. Diperburuk lagi dengan keadaan globalisasi, dimana orang yang memiliki uang lebih dengan sangat mudah dapat apa yang diinginkan, namun bagi orang yang berekonomi menenggah kebawah sangat sulit mendapatkan akses kesehatan yang layak. Berbagai cara Kementerian Kesehatan melakukan upaya untuk menjangkau kesehatan seperti promosi kesehatan, memberikan Jamkesnas, program lingkungan sehat atau sebagianya, namun hal ini terbatas sehingga masih banyak kalangan ekonomi rendah lainnya tidak mendapatkan fasilitas kesehatan yang diberikan pemerintah. Jika dibandingkan dengan Negara Filipina saja tentang anggaran kesehatan yang diberikan pemerintah masih sangat jauh, padahal pendapatan per kapita kita dua kali lipat dari pendapatan per kapita Negara Filipina. Hal ini menunjukan bahwa Negara ini belum menjadikan pembangunan kesehatan sebagai arus utama dalam kemajuan bangsa ini. Dan hal ini juga mengidentifikasi ketidakmampuan bangsa ini menjalankan amanden dan rekomendasi WHO, secara

umum pemerintah bertanggungjawab terhadap pembangunan kesehatan nasional baik meliputi upaya promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitatif. Dan pemerintah juga bertanggungjawab untuk pemeliharaan dan operasional seluruh fasilitas yang telah dibangun seperti RS, Puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya. Bayangkan saja dengan alokasi anggaran yang terbatas, maka kesehatan telah menjadi bahan olahan bisnis gurih. Bukan lagi bermisi pelayanan kesehatan sosial melainkan perusahaan yang menguntungkan. Permasalahan umum yang sering terjadi adalah dengan layanan kesehatan yang diberikan pemerintah tidak semudahnya didapat oleh siapapun, dan seringkali fasilitas kesehatan yang diberikan pemerintah seperti asuransi kesehatan pemerintah sering ditolak oleh RS untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi mereka yang miskin, lemah dan terpinggirkan. Permasalahan selanjutnya jika orang miskin diterima di RS, seringkali terjadi diskriminasi dalam hal pelayanan. Pelayanan yang diberikan sangat berbeda dengan mereka yang kaya. Tapi untuk mereka yang miskin fasilitas kesehatan menyimpan wibawa. Biasanya memiliki prosedur tetap, orang miskin pantas untuk dicurigai. Bukan curiga apa penyakitnya melainkan bagaimana cara mereka melunasi biaya kesehatannya. Akhirnya kita menyadari bahwa Negara ini belum menunjukkan keberpihakkannya pada rakyat kecil. Anggaran sangat terbatas dan prioritas tidak untuk penanganan penyakit atau perlindungan. Bagian besarnya adalah pemberian alat-alat kesehatan, cara klasik advokasi dalam mengontrol penggunaan anggaran dan desakkan menambah besaran budget anggaran. Tak lain kebanyakan dana untuk mengurus kesejahteraan pegawai dan apartus parlemen. Salah satu masalah krusial yang mesti dicermati akan derasnya arus globalisasi dinegara ini adalah krisis kebijakan publik. Proses penyalahgunaan dan peyalahtafsiran memungkinkan oleh praktek teknokrasi yang kuat dalam proses pembuatan kebijakan publik yang cenderung elitis dan tidak transparan sehingga menjadi tidak partisipatif dan tidak dapat dukungan penuh dari publik. Dalam konteks Negara demokrasi, ada banyak alasan proses pembuatan kebijakan publik harus melibatkan partisipasi masyarakat. Ada empat faktor yang mempengaruhi lahirnya keputusan, yaitu : lingkungan (kondisi stabilitas sosial, ekonomi, dan politik), persepsi pembuat kebijakan lingkungan, aktivitas pemerintah perihal kebijakan, dan aktivitas masyarakat perihal kebijakan. Tatkala kita berbicara tentang anggaran, maka kita tidak pernah lepas dari aspek politik. Dalam konteks anggaran, keputusan kebijakan berkaitan dengan analisa

fiskal, sedangkan perencanaan operasional anggaran lebih ditekankan pada alokasi sumber daya. Suatu masalah untuk masuk kedalam agenda kebijakan harus memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti masalah tersebut memiliki dampak yang besar bagi masyarakat dan membutuhkan penanganan yang harus segera dilakukan.Pihak eksekutif dan legislatif biasanya akan memperdebatkan urgensi masing-masing program yang disusulkan. Terdapat banyak interaksi kepentingan dan kekuasaan saat pengambilan keputusan. Proses pembentukan kebijakan ini tidak dapat menghindar dari upaya individual atau kelompok yang berusaha mempengaruhi para pengambil keputusan agar suatu kebijakan lebih menguntungkan pihaknya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyebab rendahnya anggaran kesehatan, yaitu : tidak adanya undang-undang yang secara jelas menyebutkan besarnya minimal anggaran kesehatan, rendahnya komitmen pemerintah, skala prioritas yang tidak tepat dan kurangnya advokasi. Bila mau diringkas lagi dari beberapa faktor tersebut bisa menjadi satu faktor yang penting, yaitu ketidak adanya kemauan politik pemerintah dalam menanggani masalah anggaran kesehatan dengan serius. Biaya pelayanan kesehatan yang bertujukan untuk upaya promotif dan preventif, jauh lebih murah dibandingkan denan upaya kuratif dan rehabilitative. Namun ternyatanya banyak penyimpangan dalam aplikasi Paradigma sehat, seharusnya Negara ini menempatkan prioritas pembangunan kesehatan pada aspek promotif dan preventif. Rekapitulasi faktor-faktor yang mempengaruhi anggaran kesehatan yang sangat minim di Indonesia adalah anggaran dialokasi yang kurang tepat, belum adanya advokasi dari profesi untuk meningkatkan kesehatan, kemampuan keuangan Negara yang terbatas. Ujung pembelaan berada disana, bagaimana memperkuat tradisi layanan medis yang tidak diskriminatif. Kontrol bukan sekedar budget, melainkan pada peranan masyarakat dalam menjalankan pencengahan. Jika anggaran yang dialokasikan itu rendah, maka rendah pula pelayanan kesehatan yang diberikan. Mendesakkan anggaran kesehatan bukan berarti memanjakan mereka yang kaya dan melepas kemandirian mereka. Dalam hal ini, orang yang kaya tetap harus mengeluarkan biaya pelayanan kesehatan bahkan jika memungkinkan untuk bersubsidi mereka yang kurang mampu. Tak bisa lagi diandalkan kepemimpinan yang lamban, kurang cekatan dan penuh keinginan bersolek dalam berpolitik, pembenahan masalah kesehatan harus dilakukan dari sekarang, menyeluruh dan

menyentuh operasi perusahaan farmasi, meluasnya privatisasi rumah sakit dan pemotongan subsidi. Tumpuan semua masalah ini ada pada kepemimpinan. Kepemimpinan yang memahami kalau medis bukan semata-mata penangganan dan alokasi budget tapi mulai menilai ancaman kesehatan bermula dari lobi para mafia untuk membuat praktek kesehatan mirip sepertti swalayan. Wajar jika pengobatan yang diberikan sesuai dengan harga yang dibayar, yang mengakibatkan pemberian layanan kesehatan disesuaikan dengan status ekonomi sosial pasien. Pemimpin juga harus melihat terhadap monopoli kesehatan dan obat yang telah membunuh pilihan warga dan membawa kesehatan dalam persoalan yang rumit dan tak bisa diselesaikan dengan mudah. Jadi sistem kesehatan kita sesungguhnya berada di bawah sistem yang kapitalistik. Diperas dalam analisis sederhana, sistem ini beroperasi dengan motif mencari laba. Semua selalu dikatakan sebagai ketidakmampuan merawat lingkungan, tingkat hunian yang padat dan malahan konsumsi gizi yang terbatas. Terang-terang sebab utama kesehatan tak lain adalah proyek yang dikembangkan oleh semangat pasar bebas. Sekian!