31
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Anatomi Telinga Bagian Tengah 1.2 Fisiologi Telinga Bagian Tengah BAB 2. KELAINAN TELINGA TENGAH 2.1 Gangguan fungsi tuba 2.1.1 Tuba terbuka abnormal 2.2.1 Myoklonus Palatal 2.2.2 Palatoskizis 2.2.3 Obstruksi tuba 2.3.1 Barotrauma BAB 3. OTITIS MEDIA 3.1 Otitis Media Supuratif 3.1.1 Otitis Media Supuratif Akut 3.1.1.1 Patologi 3.1.1.2 Stadium OMA 3.1.1.3 Gejala klinik OMA 3.1.1.4 Terapi 3.1.1.5 Komplikasi 3.1.1.6 Miringotomi 3.1.2 Otitis media Supuratif Kronik 3.1.2.1 Perjalanan penyakit 3.1.2.2 Jenis OMSK 3.1.2.3 Gejala klinis 3.1.2.4 Terapi OMSK 3.1.2.5 Komplikasi

Otitis Media

Embed Size (px)

DESCRIPTION

v

Citation preview

Page 1: Otitis Media

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Anatomi Telinga Bagian Tengah

1.2 Fisiologi Telinga Bagian Tengah

BAB 2. KELAINAN TELINGA TENGAH

2.1 Gangguan fungsi tuba

2.1.1 Tuba terbuka abnormal

2.2.1 Myoklonus Palatal

2.2.2 Palatoskizis

2.2.3 Obstruksi tuba

2.3.1 Barotrauma

BAB 3. OTITIS MEDIA

3.1 Otitis Media Supuratif

3.1.1 Otitis Media Supuratif Akut

3.1.1.1 Patologi

3.1.1.2 Stadium OMA

3.1.1.3 Gejala klinik OMA

3.1.1.4 Terapi

3.1.1.5 Komplikasi

3.1.1.6 Miringotomi

3.1.2 Otitis media Supuratif Kronik

3.1.2.1 Perjalanan penyakit

3.1.2.2 Jenis OMSK

3.1.2.3 Gejala klinis

3.1.2.4 Terapi OMSK

3.1.2.5 Komplikasi

3.2 Otitis Media non Supuratif

3.2.1 Otitis Media serosa akut

3.2.1.1 Penyebab

3.2.1.2 Gejala dan tanda

3.2.1.3 Pengobatan

Page 2: Otitis Media

3.2.2 Otitis Media serosa kronik

3.2.2.1 Gejala dan tanda

3.2.2.2 Pengobatan

BAB 1PENDAHULUAN

Page 3: Otitis Media

Otitis media atau penyakit telinga tengah merupakan penyakit kedua tersering pada

anak- anak setelah infeksi saluran pernapasan atas. Penyakit ini sering ditemukan

dalam bentu kronik atau lambat yang menyebabkan kehilangan pendengaran dan

pengeluaran sekret

Anatomi telinga

1. Telinga Luar : daun telinga

liang telinga

Membran timpani

2. Telinga Tengah : Tuba Eustachius

Cavum Timpani

Mastoid

3. Telinga Dalam : Kokhlear / Rumah Siput

Vestibular / kanalis Semilunaris

Telinga bagian tengah terdiri dari :

a. Tuba Eustachius

Adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan

nasofaring

Tuba eustachius terdiri dari tulang rawan pada 1/3 ke arah nasofaring dan 2/3

terdiri dari tulang

Fungsi tuba eustachius :

1. Drainage sekret yang berasal dari antrum mastoid bersama – sama cavum

tymphani masuk ke nasofaring

2. Ventilasi : mengatur tekanan udara antara cavum tymphani dengan udara

luar ( 1 atm). Adanya fungsi ventilasi ini dapat dibuktikan dengan perasat

valsava dan persata toynbee

Pada anak – anak , fungsi tuba eustachius belumlah sempurna, diamter tuba

masih relatif lebih besar daripada dewasa dan kedudukannya lebih horizontal

sehingga mudah terjadi refluks dari nasofaring ke kavum timphani. Akibatnya

bila terjadi rhinitis pada anak mudah menjadi komplikasi menjadi Otitis Media

Page 4: Otitis Media

Akut (OMA). Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka apabila

O2 diperlukan masuk ke telinga tengah atau pada saat mengunyah , menelan

dan menguap.

b. Cavum tympani

Berbentuk kubus, merupakan rongga/ ruangan yang mempunyai 6 dinding,

yaitu :

1. Superior : Basis cranii

2. Inferior : Bulbus Jugularis

3. Posterior : Aditus ad antrum, kanalis semilnaris pars vertikalis

4. Anterior : Tuba Eustachius

5. Medial : Promontorium, foramen ovale, foramen rotundum

6. Lateral : Membran timpani

c. Tulang mastoid

Tulang mastoid terbentuk melalui proses pneumatisasi rongga mastoid

berhubungan dengan aditus ad antrum dan dibawahnya berjalan n. fascialis

Fisiologi Telinga

Fungsi telinga tengah adalah sebagai penghantar getaran suara ke telinga bagian

dalam yaitu :

Suara ditangkap oleh daunj telinga dan alirkan melalui liang telinga untuk

menggetrkan membran timphani, dan getaran tersebut diulajutkan ke tulang

maleus,lalu ke inkus dan ke stapes sehingga menimbulakn suatu gelombang di

membrana basilaris dan organ corti dengan menggerkkan perilimfe dan endolimfe

sehingga terjadi potensial aksi pada serabut – serabut saraf pendengaran , disini

gelombang suara mekanis diubah menjadi energi elektrokimia lalu ditransmisikan ke

saraf cranialis VIII dan meneruskannya ke pusat saraf sensorik pendengaran di otak

(area 39 – 40) melalu saraf pusat yang ada di lobus temporalis

Page 5: Otitis Media

BAB 2

KELAINAN TELINGA TENGAH

2.1 GANGGUAN FUNGSI TUBA EUSTACHIUS

Tuba eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah

dengan nasofaring. Fungsi tuba ini adalah untuk ventilasi, drainase sekret dan

menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah. Ventilasi berguna

untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengah selalu sama dengan tekanan

udara luar.Adanya fungsi ventilasi tuba ini dapat dibuktikan dengan melakukan

perasat valsava dan perasat toynbee

Perasat Valsava dilakukan dengan cara meniupkan dengan keras dari hidung

sambil hidung dipencet sambil mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka terasa udara

masuk kedalam rongga telinga tengah yang menekan membran timpani kearah lateral.

Perasat ini tidak boleh dilakukan apabila ada infeksi pada jalan napas atas.

Perasat Tonybee dilakukan dengan cara menelan ludah sambil hidung dipencet

serta mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka akan terasa membran timpani tertarik

kemedial. Perasat ini lebih fisiologis.

Tuba Eustachius terdiri dari tulang rawan pada dua pertiga kearah nasofaring

dan sepertiganya terdiri dari tulang. Pada anak, tuba lebih pendek, lebih lebar dan

kedudukannya lebih horizontal dari tuba orang dewasa. Panjang tuba orang dewasa

37,5 mm dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm.

Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka apabila oksigen

diperlukan masuk kedalam telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan, dan

menguap. Pembukaan tuba dibantu oleh otot tensor veli palatini apabila perbedaan

tekanan berbeda antara 20-40 mmHg. Gangguan fungsi tuba dapat terjadi oleh

beberapa hal, seperti tuba terbuka abnormal, myoklonus palatal, palatoskisis, dan

obstruksi tuba.

Page 6: Otitis Media

2.1.1 TUBA TERBUKA ABNORMAL

Tuba terbuka abnormal ialah tuba terus menerus terbuka, sehingga udara

masuk ke telinga tengah pada waktu respirasi. Keadaan ini dapat disebabkan oleh

hilangnya jaringan lemak disekitar mulut tuba sebagai akibat turunnya berat badan

yang hebat, penyakit kronis tertentu seperti rinitis atrofi dan faringitis, gangguan

fungsi otot seperti myasthenia gravis, penggunaan obat anti hamil pada wanita dan

penggunaan estrogen pada pria.

Keluhan pasien biasanya berupa rasa penuh dalam telinga atau autofoni (gema

suara sendiri terdengar lebih keras). Keluhan ini kadang-kadang sangat mengganggu,

sehingga pasien mengalami stress berat.

Pada peneriksaan klinis dapat dilihat membran timpani yang atrofi, tipis dan

bergerak pada respirasi ( a telltale diagnostic sign).

Pengobatan pada keadaan ini kadang-kadang cukup dengan memberikan obat

penenang saja. Bila tidak berhasil dapat dipertimbangkan untuk memasang pipa

ventilasi (Grommet).

2.2.1 MYOKLONUS PALATAL

Myoklonus palatal ialah kontraksi ritmik dari otot-otot palatum yang terjadi

secara periodik. Hal ini menimbulkan bunyi “klik” dalam telinga pasien dan kadang-

kadang dapat terdengar oleh pemeriksa. Keadaan ini jarang terjadi dan penyebab yang

pasti belum diketahui. Biasanya tidak memerlukan pengobatan.

2.2.2 PALATOSKISIS (SUMBING LANGIT-LANGIT)

Pada palatoskisis terjadi gangguan otot tensor veli palatini dalam membuka

tuba hal ini menyebabkan kemungkinan terjadinya kelainan ditelinga tengah pada

anak dengan palatoskisis, lebih besar dibandingkan dengan anak normal. Oleh karena

itu dianjurkan untuk melakukan koreksi palatoskisis sedini mungkin.

Page 7: Otitis Media

2.2.3 OBSTRUKSI TUBA

Obstruksi tuba dapat terjadi oleh berbagai kondisi, seperti peradangan di

nasofaring, peradangan adenoid atau tumor nasofaring. Gejala klinik awal yang

timbul pada penyumbatan tuba oleh tumor adalah terbentuknya cairan pada telinga

tengah (otitis media serosa). Oleh karena itu setiap pasien dewasa dengan otitis media

serosa kronik unilateral harus dipikirkan kemungkinan adanya ca nasofaring.

Sumbatan mulut tuba di nasofaring juga dapat tejadi oleh tampon posterior hidung

(Bellocq tampon) atau oleh sikatriks yang terjadi akibat trauma operasi

(adenoidektomi).

2.3.1 BAROTRAUMA (AEROTITIS)

Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-

tiba diluar telinga tengah sewaktu pesawat terbang atau menyelam, yang

menyebabkan tuba gagal untuk membuka. Apabila perbedaan tekanan melebihi 90

cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada saat ini

terjadi tekanan negatif dirongga telinga tengah, sehingga cairan keluar dari pembuluh

darah kapiler mukosa dan kadang-kadang disertai dengan ruptur pembuluh darah,

sehingga cairan ditelinga tengah dan rongga mastoid bercampur darah.

Keluhan pasien berupa kurang dengar, rasa nyeri dalam telinga, autofoni,

perasaan ada air dalam telinga dan kadang-kadang tinitus atau vertigo. Pengobatan

biasanya cukup dengan cara konservatif saja, yaitu dengan memberikan dekongestan

lokal atau dengan melakukan perasat valsava selama tidak terdapat infeksi dijalan

napas atas. Apabila cairan atau cairan yang bercampur darah menetap ditelinga tengah

sampai beberapa minggu, maka dianjurkan untuk tindakan miringotomi dan bila perlu

memasang pipa ventilasi (Grommet).

Usaha preventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu

mengunyah permen karet atau melakukan perasat valsava, terutama sewaktu pesawat

terbang mulai turun untuk mendarat.

Page 8: Otitis Media

BAB 3

OTITIS MEDIA

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah , tuba

eustachius , antrum mastoid, dan sel mastoid.

Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan non supuratif (= otitis media serosa

= otitis media sekretoria = otitis media musinosa = otitis media efusi)

Masing – masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis , yaitu otitis media

supuratif akut (Otitis Media Akut= OMA) dan Otitis Media Supuratif Kronis

(OMSK). Begitu pula otitis media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut

(barotrauma = aerotitis ) dan otitis media serosa kronis . Selain itu terdapat juga otitis

media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis

media adhesiva.

Skema pembagian otitis media

Otitis media supuratif akut(OMA)

Otitis MediaSupuratif

Otitis MediaSupuratif kronis (OMSK)

Otitis Media

Otitis Media serosa akut(Barotrauma)

Otitis MediaNon supuratif

Otitis Media serosa kronis(Bila sekret kental/mukoid glue ear)

Page 9: Otitis Media

Patogenesis terjadi otitis mediaOMA – OME – OMSK / OMP

Sembuh / normal

f. tuba tetapterganggu

Gangguan tuba Tekanan Efusi OME Negatif telinga Infeksi (-)Tengah

Etiologi :Perubahan tekanan udara tiba-tibaAlergiInfeksiSumbatan : Sekret

Tampon Tumor

OMA

Sembuh OME OMSK/OMP

Page 10: Otitis Media

3.1 OTITIS MEDIA SUPURATIF

Telinga tengah biasanya steril meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring.

Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam

telinga tengah oleh silia mukosa dan tuba eustachius, enzim dan antibodi.

Otitis media terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba

eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsinya

terganggu, pencegahan muasi hormon ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan.

Pencetus lain adalah infeksi saluran nafas atas.

Otitis media supuratif terbagi 2 :

1. OM Supuratif Akut (OMA)

2. OM. Supuratif Kronis (OMSK)

Penyebab keduanya adalah bakteri golongan coconus.

3.1.1 OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT

Otitis media akut terjadi karena factor pertahanan ini terganggu. Sumbatan tuba

eustachius meriupakan p[enyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba

terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu,

sehingga kuman masuk ke telinga tengah dan terjadi peradangan.

Pencetus OMA ialah infeksi saluuran napas atas.

Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran napas atas maka makin besar

kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi, terjadinya OMA dipermudah oleh karena

tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan agak horizontal letaknya.

3.1.1.1 Patologi

Kuman penyebab utama adalah sterptococus hemoliticfus, staphilococus aureus,

pneumococus. kadang ditemukan haemofillus influenza, e.coli, sterptococus

anhaemoliticus, proteus vulgaris, dan pseudomonas aeruginosa.

H. Influenza sering ditemukan pada anak yang berusia di bawah 5 tahun

3.1.1.2 Stadium OMA

Perubahan nukosa telinga tengah sebagai akibat infejsi dapat dibagi atas 5 stadium :

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Page 11: Otitis Media

Adanya gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif

di dalam telinga tengah, karena adanya absorpsi udara.

Kadang membran timpani terlihat normal atau berwarmna keruh pucat.

Efusi mungkin telah terjadi , tapi tidak dapat dideteksi

Stadium ini sulit dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh

virus atau alergi

2. Stadium Hiperemis

Tampak pembuluh darah melebar di membran timpani sehingga membran

timpani tampak hipermeis serta edema.

Sekret yang terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga

suikar dilihat

3. Stadium Supurasi

Edema yang hebat pada mukosa telinga tenagh dan hancurnya sel epitel

superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani yang

menyebakan membran timpani menonjol (bulging) ke arah telinga luar

Pasien tampak sangat sakit, dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga

bertambah hebat.

Bila tidak dilakukan insisi (miringotomi) pada stadium ini, kemungkinan besar

membran timpani akan ruptur dan keluar nanah ke liang telinga luar. Dann

bila ruptur, maka lubang tempat ruptur ( perforasi ) tidak akan menutup

kembali

4. Stadium Perforasi

Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau

virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani

5. Stadium Resolusi

3.1.1.3 Gejala Klinik OMA

Gejala tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien.

Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utamanya adalah rasa nyeri didalam

telinga dan panas yang tinggi, biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya,.

Page 12: Otitis Media

Pada anak yang sulebih besar/ pada dewasa, disamping rasa nyeri juga terdapat

gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar.

Pada bayi dan anak kecil, gejala khas OMA adalah suhu tubuh tinggi dapat sampai

39,5 C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba – tiba anak menjerit

waktu tidur, diare, kejang, dan kadang – kadang anak memegang telinga yang sakit.

Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga , suhu

tubuh turun anak tertidur tenang

3.1.1.4 Terapi

Pengobatan OMA tergntung stadium penyakitnya.

Pada stadium oklusi, penggobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba

eustachius, sehingga tekanan negatif pada telinga tengah hilang, sehingga diberikan

obat tetes hidung HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik untuk anak <12 tahun,

atau HCl efedrin 1 % dalam larutan fisiologik untuk anak > 12 tahun dan pada orang

dewasa.

Sumber infeksi harus diobati

Antibiotik diberikan jika penyebabnya kuman, bukan oleh virus atau alergi

Stadium Presupurasi adalah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Bila

membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi.

Antibiotik yang dianjurkan ialah golongan penisilin (ampicillin)..

Antibiotik yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau ampicilin. Terapi awal

diberikan penicillin intramuscular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat di dalam

darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung,. Gangguan pendengaran

sebagai gejala sisa dan kkekambuhan. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal 7

hari . Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin.

Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50 – 100 mg/kgBB per hari, dibagi

dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mb/kgBB dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40

mg/kgBB/hari

Pada stadium supurasi disamping diberikan antibiotik, idealnya harus disertai

dengan miringotomi, bila membran timpani masih utuh.

Page 13: Otitis Media

Dengan miringotomi gejal – gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat

dihindari.

Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat

keluarnya sekret secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat

cuci telinga H2O2 3% selama 3 – 5 bhari serta antibiotik yang adekuat. Biasanya

sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7 – 10 hari

Pada stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret

tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup.

Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar

melalui perforasi membran timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena

berlanjutnya edema mukosa teling tengah. Pada keadaan demikian, antibiotika dapat

dilajutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setrelah pengobatan sekret masih tetap

banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.

Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tenagh lebih dari 3 minggu,

mka keadaan ini disebut OMS subakut.

Bila perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua

bulan, maka keadaan ini disebut OMSK

3.1.1.5 Komplikasi

Sebelum adanya antibiotika, , OMA dapat menimbulkan yaitu abses subperiosteal

sampai komplikasi yang berat (meningitis dan abses otak)

3.1.1.6 MIRINGOTOMI

Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars lensa membran timpani , agar terjadi

drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar.

Istilah ini sering dikacaukan dengan parasintesis, dimana parasintesis adalah pungksi

membran timpani untuk mendapatkan sekret guna pemeriksaan mikrobiologik

(dengan semprit atau jarum khusus)

Page 14: Otitis Media

Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang dilakukan dengan syarat

tindakan terseebut harus secara a-vue(dilaihat langsung), anak harus tenang dan dapat

dikuasai, sehingga membran timpani dapat terlihat dengan baik.

Lokasi miringotomi adalah di kuadran postero-inferior

Untuk tindakan ini memerlukan lampu kepala dengan sinar yang cukup terang,

memakai corong telinga yang sesuai dwengan besar liang telinga, dan pisau

parasintesis yang digunakan berukuran kecil dan steril

Komplikasi miringotomi

Pendarahan akibat trauma pada liang telinga luar

Dislokasi tulang pendengaran

Trauma pada fenestra rotundum

Trauma pada n. fasialis

Trauma pada bulbus jugulare

Mengingat kemungkinan komplikasi itu, maka dianjurkan untuk emlakukan

miringotomi dengajn narkose umum dan memakai mikroskop

Tindakan miringotomi dengan memakai mikroskop, selain aman, dapat juga untuk

menghisap sekret dari telinga tengah sebanyak – bayanknya. Hany dengan cara ihi

biayanya lebih mahal

Bila terapi yang diberikan sudah adekuat, sbetulnya miringotomi tidak perlu

dilakukan , kecuali bila jelas tampak adanya nanah di telinga tengah.

Komplikasi parasentesis kurang lebih sama dengan komplkasi miringotomi

3.1.2 OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

Dulu disebut otitis media perforata atau dalam sebutan sehari – hari adalah congek.

otitis media supuratif kronis adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi

membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus – menerus atau

hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.

3.1.2.1 Perjalanan Penyakit

Page 15: Otitis Media

Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media supuratif

kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2

bulan disebut otitis media supuratif sub akut.

Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK adalah :

1. Terapi yang terlambat diberikan.

2. Terapi yang tidak adekuat.

3. Virulensi kuman yang tinggi.

4. Daya tahan tubuh pasien rendah (kurang gizi).

5. Higiene buruk.

Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe OMSK. Perforasi

membrana timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik.

3.1.2.2 Jenis OMSK

OMSK dibagi atas 2 jenis yaitu : 1. OMSK tipe “Benigna” (tipe aman), 2. OMSK tipe

“Maligna” (tipe bahaya). Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal juga

OMSK aktif dan OMSK tenang, OMSK aktif adalah OMSK dengan sekret yang

keluar dari capung cavum timpani secara aktif, sedangkan OMSK tenang adalah yang

keadaan cavum timpani terlihat basah / kering.

Proses peradangan pada OMSK tipe benigna terbatas pada mukosa saja, dan biasanya

tidak mengenai tulang, perforasi terletak di sentral, umumnya tipe benigna jarang

menimbulkan komplikasi yang berbahaya, juga tidak terdapat kolestaetom

Yang dimaksud OMSK tipe maligna adalah OMSK yang disertai oleh kolestaetom,

jenis ini dikenal dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe tulang, perforasi terletak

di marginal atau atik, kadang –kadang terdapat juga koleteatom pada OMSK dengan

perforasi sub total, sebagian besar komplikasinya berbahaya dan fatal.

3.1.2.3 Gejala Klinis

Mengingat OMSK tipe maligna seringkali menimbulkan komplikasi yang berhahaya,

maka perlu ditegakkan diagnosis dini. Walaupun diagnosis pasti baru dapat

ditegakkan di kamar operasi, namun beberapa tanda klinik dapat menjadi pedoman

akan adanya OMSK tipe maligna, yaitu :

Page 16: Otitis Media

1. Perforasi pada marginal atau pada atik, tanda ini biasanya tanda dini dari

OMSK tipe maligna, sedangkan kasus yang sudah lanjut dapat terlihat.

2. Abses atau fistel retro – auriguler (belakang telinga).

3. Polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari telinga

tengah.

4. Sekret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatom).

5. Terlihat bayangan kolesteatom pada poto rontgen mastoid.

3.1.2.4 Terapi OMSK

Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama serta harus berulang –

ulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi.

Keadaan ini antara lain disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu :

1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen.

2. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal.

3. Sudah terbentuk jaringan patologik yang irreversible dalam rongga mastoid.

4. Gizi dan higiene yang kurang

Prinsip terapi OMSK tipe benigna adalah konservatif atau dengan

medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus – menerus, maka diberikan obat

pencuci telinga, berupa larutan H202 3 % selama 3 – 5 hari. Setelah sekret berkurang,

maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung AB

dan kortikosteorid. Obat tetes telinga sebaiknya jangan diberikan secara terus

menerus lebih dari 1 atau 2 Minggu atau pada OMSK yang sudah terkena obat tetes

sebanyak yang bersifat ototoksik. Secara oral diberikan AB dari golongan ampisilin,

atau eritromisin. Pada infeksi yang dicurigai penyebabnya telah resisten terhadap

ampisilin dapat diberikan ampisilin as. Klavulanat.

Bila sekret telah kering, terapi perforasi masih ada setelah di observasi selama

2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini

bertujuan menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani

yang perforasi, mencegah terjadinya perforasi atau perusakan pendengaran yang lebih

berat, serta memperbaiki pendengaran.

Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadi

infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati lebih dahulu, mungkin juga

perlu dilakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi atau tonsilektomi.

Page 17: Otitis Media

Prinsip OMSK tipe maligna yaitu pembedahan mastoidektomi. Terapi

konservatif dengan medikamentosa hanya merupakan terapi sementara sebelum

dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses sub periosteal retroaurikuler, maka

dilakukan insisi abses, sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum dilakukan

mastoidektomi.

Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan langsung melalui aditus ad

antrum, oleh karenanya infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung lama

biasanya disertai infeksi kronis dari rongga mastoid yang dikenal dengan mastoiditis.

Beberapa ahli menggolongkan mastoiditis ke dalam komplikasi OMSK.

Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan

pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna antara lain :

1. Mastoidektomi sederhana.

2. Mastoidektomi radikal.

3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi.

4. Miringoplasti.

5. Timpanoplasti.

6. Pendekatan ganda timpanoplasti.

Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau

kolesteatom, sarana yang tersedia, serta pengalaman operator. Kadang dilakukan

kombinasi dari jenis operasi itu sesuai dengan luasnya infeksi atau kerusakan.

3.1.2.5 Komplikasi

Komplikasi otitis media terjadi bila sawar (barier) pertahanan telinga tengah

yang normal dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur

sekitarnya. Pertahanan pertama ialah mukosa cavum timpani yang menyerupai

mukosa saluran nafas yang mampu melokalisasi dan mengatasai infeksi.

Bila sawar ini runtuh, masih ada sawar yang kedua, yaitu dinding tulang

cavum timpani dan sel mastoid. Bila sawar ini masih runtuh, maka struktur lunak di

sekitarnya akan terkena. Runtuhnya periosteum akan menyebabkan terjadinya abses

sub periosteal, suatu komplikasi yang relatif tidak berbahaya.

Tetapi bila infeksi mengarah ke dalam, ke tulang temporal dan ke arah kranial

relatif berbahaya. Pada kebanyakan kasus, bila sawar tulang terlampaui, suatu dinding

pertahanan ketiga yaitu jaringan granulasi akan terbentuk. Pada kasus akut atau suatu

Page 18: Otitis Media

eksaserbasi akut, penyebaran biasanya melalui osteotromboflebitis (hematogen).

Pada kasus ini, terutama yang kronis penyebaran biasanya melalui erosi tulang. Cara

penyebaran yang lainnya ialah melalui jalan yang sudah ada misalnya fenestra

rotundum, meatus akustikus interna, duktus perilimfatik atau duktus endolimfatik.

3.2 OTITIS MEDIA NON SUPURATIF3.2 OTITIS MEDIA NON SUPURATIF

Nama lainnya adalah otitis media musinosa , otitis media efusi, otitis media

sekretoria, otitis media mucoid (glue ear).

Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret yang non purulen di telinga

tengah , sedangkan membran timpani terlihat utuh. Adanya cairan di telinga tengah

dengan membran timpani yang utuh tanpa adanya tanda – tanda infeksi disebut otitis

media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan

apabila kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).

Ottis media efusi terbatas pada keadaan timpani utuh tanpa ada tanda radang . Bila

efusi tersebut berbentuk pus, membran timpani utuh dan disertai tanda – tanda radang

maka disebut otitis media akut

Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang

mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat

adanya tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid, cairan yang ada di

telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat di

dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga mastoid. Faktor yang

berperan utama adalah terganggunya fungsi tuba eustachius. Faktor lainnya adalah

adenoid hipertropi , adenoiditis, sumbing palatum, tumor di nasofaring, barotrauma,

sinusitis, rhinitis, defisiensi imunologik atau metabolik. Keadaan alergi sering

berperan sebagai faktor tambahan dalam timbulnya cairan dalam telinga tengah.

Pada dasarnya otitis media serosa dibagi atas dua jenis, yaitu :

3.2.1 Otitis media serosa akut (Barotrauma)

Adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba – tiba yang

disebabkan oleh gangguan fungsi tuba.

Page 19: Otitis Media

Otitis media serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa

3.2.1.1 Keadaan akut ini dapat disebabkan oleh :

sumbatan tuba, misalnya pada barotrauma

virus, biasanya infeksi virus saluran napas atas

alergi pada jalan napas atas

idiopatik

3.2.1.2 Gejala dan tanda:

Gejala yang menonjol adalah pendengaran berkurang

Telinga terasa tersumbat

Suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda pada telinga yang sakit

(diplacusis binauralis)

Kadang terasa ada cairan yang bergerak pada telinga saat posisi kepala

berubah.

Terdapat sedikit nyeri pada telinga saat awal tuba terganggu dimana timbul

tekanan negatif pada telinga tengah (misalnya pada barotrauma). Setelah

sekret terbentuk, tekanan ini pelan – pelan menghilang.

Nyeri tidak ada jika penyebabnya virus atau alergi

Kadang terdapat vertigo, tinitus, pusing

Pada otoskop, membran timpani terlihat retraksi. Kadang terlihat gelembung

udara atau permukaan cairan pada cavum timpani

Tuli konduktif dapat terdeteksi dengan garpu tala

3.2.1.3 Pengobatan :

Medika mentosa

Yaitu : obat vasokostriktor lokal(tetes hidung), antihistamin

Pembedahan

Dilakukan jika dalam 1 atau 2 minggu gejala masih menetap.

Dilakukan miringotomi, serta pemasangan pipa ventilasi( grommet tube)

3.2.2 Otitis media serosa kronik (glue ear)

Adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara bertahap tanpa rasa

nyeri dengan gejala – gejala pada telinga yang berlangsung lama.

Bila sekret kental seperti lem maka disebut glue ear

Page 20: Otitis Media

Otitis media serosa kronik sering terjadi pada anak – anak.

Otitis media serosa unilateral pada orang dewasa tanpa penyebab yang jelas harus

dipikirkan kemungkinan karsinoma nasofaring.

Otitis media serosa kronik dapat terjadi sebagai gejala sisa dari otitis media akut

yang tidak sembuh sempurna , infeksi virus, keadaan alergi, atau gangguan

mekanis pada tuba.

3.2.2.1 Gejala dan tanda :

Tuli lebih menonjol daripada otitis media serosa akut, yaitu 40- 50 dB

Membran timpani terlihat utuh, retraksi,suram, kuning kemerahan atau keabu-

abuan

3.2.2.2 Pengobatan :

Jika masih baru, bisa diberikan dekongestan tetes hidung serta kombinasi anti

histamin – dekongestan per oral.Pengobatan dilakukan selama 3 bulan.

Jika pengobatan medikamentosa tidak berhasil,maka dilakukan pengeluarkan

sekret dengan miringotomi dan memasang pipa ventilasi (grommet tube)

Atasi/obati faktor penyebab, seperti alergi, pembesaran adenoid atau

tonsil,infeksi hidung atau sinus

DAFTAR PUSTAKA

1. Boeis : Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid; Buku Ajar Penyakit THT, Edisi 6, Cetakan III, 1997; 88 – 112.

Page 21: Otitis Media

2. Hendarto H dan Entjep. H : Telinga, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan; Edisi Kedua, FKUI, 1995; 1 – 6.

3. Zainul A. Jafar : Kelainan Telinga Tengah, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan; Edisi Ketiga, FKUI, 1997; 54 – 60.

4. Helmi : Komplikasi OMSK dan Mastoiditis, Buku Ajar THT; Edisi Empat, FKUI, 2000; 62 – 65.