53
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam adalah keadaan suhu tubuh diatas normal yaitu 37,2 0 C dan sebagai pertanda adanya suatu proses inflamasi dengan tujuan agar kenaikan kecepatan metabolik akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri maupun virus. Demam bukanlah penyakit melainkan suatu mekanisme fisiologik yang bermanfaat melawan infeksi. Suhu tubuh normal berkisar antara 36-37,4 0 C aksila, 36,7-37,7 0 C oral atau 36,9-37,9 0 C rektal. Pengukuran suhu tubuh per rektal merupakan gold standard, pengukuran tersebut lebih superior dibandingkan dengan metode lain. Demam pada anak adalah salah satu gejala klinik yang paling sering ditangani oleh dokter anak dan petugas kesehatan, dan sering sekali menggelisahkan orang tua karena adanya berbagai penyerta seperti kejang, kesadaran menurun, menggigil dan muntah yang menyertainya. Demam merupakan masalah yang mengkhawatirkan untuk orang tua dan menjadi keluhan utama 10-15% kunjungan ke poliklinik dan unit emergensi pada kelompok usia kurang dari 3 tahun. Sebagian besar disebabkan oleh virus yang dapat sembuh sendiri dan sebagian kecil disebabkan infeksi bakteri yang serius

Panas weeee

Embed Size (px)

DESCRIPTION

weeee

Citation preview

38

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDemam adalah keadaan suhu tubuh diatas normal yaitu 37,20 C dan sebagai pertanda adanya suatu proses inflamasi dengan tujuan agar kenaikan kecepatan metabolik akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri maupun virus. Demam bukanlah penyakit melainkan suatu mekanisme fisiologik yang bermanfaat melawan infeksi.Suhu tubuh normal berkisar antara 36-37,40 C aksila, 36,7-37,70 C oral atau 36,9-37,90 C rektal. Pengukuran suhu tubuh per rektal merupakan gold standard, pengukuran tersebut lebih superior dibandingkan dengan metode lain. Demam pada anak adalah salah satu gejala klinik yang paling sering ditangani oleh dokter anak dan petugas kesehatan, dan sering sekali menggelisahkan orang tua karena adanya berbagai penyerta seperti kejang, kesadaran menurun, menggigil dan muntah yang menyertainya. Demam merupakan masalah yang mengkhawatirkan untuk orang tua dan menjadi keluhan utama 10-15% kunjungan ke poliklinik dan unit emergensi pada kelompok usia kurang dari 3 tahun. Sebagian besar disebabkan oleh virus yang dapat sembuh sendiri dan sebagian kecil disebabkan infeksi bakteri yang serius misalnya meningitis bakteriil, pneumonia bakteri, dan infeksi saluran kemih. Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi dan faktor non infeksi. Demam terjadi karena adanya pirogen, yaitu zat yang dapat menyebabkan demam. Terdiri dari pirogen eksogen dan pirogen endogen. Pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh manusia seperti toksin. Pirogen endogen adalah pirogen yang berasal daridalam tubuh manusia seperti IL-1, IL-6, TNF- dan IFN.Hampir separuh orang tua beranggapan bahwa suhu sebelum 380 C sudah termasuk demam dan harus diobati, 25% diantaranya akan mulai memberikan antipiretik pada suhu kurang dari 37,80 C. Dan 85% orang tua (n=340) membangunkan putranya dari tidurnya hanya untuk memberikan antipiretik.Pada tiap kelompok usia, terdapat perbedaan tingkat jenis kematangan, jenis infeksi, baik karena virus maupun kuman yang berbeda lokasi maupun severitasnya. 1.2 Rumusan masalahPenulis merumuskan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:1. Apakah definisi demam?2. Bagaimana insiden dari demam?3. Apakah etiologi demam?4. Bagaimana fisiologi demam?5. Bagaimana patogenesis demam?6. Bagaimana patofisiologi demam?7. Apakah klasifikasi demam?8. Bagaimana cara diagnosis dari demam?9. Bagaimana penatalaksanaan demam?

1.3 Tujuan PenulisanTujuan penulisan dari makalah ini antara lain:1. Untuk mengetahui definisi demam2. Untuk mengetahui insiden dari demam3. Untuk mengetahui etiologi demam4. Untuk mengetahui fisiologi demam5. Untuk mengetahui patogenesis demam6. Untuk mengetahui patofisiologi demam7. Untuk mengetahui klasifikasi demam8. Untuk mengetahui cara diagnosis dari demam9. Untuk mengetahui penatalaksanaan demam

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 DefinisiDemam adalah keadaan suhu tubuh diatas normal yaitu 37,20 C dan sebagai pertanda adanya suatu proses inflamasi dengan tujuan agar kenaikan kecepatan metabolik akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri maupun virus.Suhu tubuh normal : Pada aksilar berkisar antara 36,60 C sampai 37,20 C Pada oral dibawah 37,50 C Pada rektal dibawah 380 CPada dewasa, suhu tubuh rendah pagi hari lalu meningkat pada siang dan sore hari. Pada lingkungan panas dapat meningkatkan suhu hingga 0,50 C dari suhu normal

2.2 Insiden Demam merupakan masalah yang mengkhawatirkan untuk orang tua dan menjadi keluhan utama 10-15% kunjungan ke poliklinik dan unit emergensi pada kelompok usia kurang dari 3 tahun. Sebagian besar disebabkan oleh virus yang dapat sembuh sendiri dan sebagian kecil disebabkan infeksi bakteri yang serius misalnya meningitis bakteriil, pneumonia bakteri, dan infeksi saluran kemih. Hampir separuh orang tua beranggapan bahwa suhu sebelum 380 C sudah termasuk demam dan harus diobati, 25% diantaranya akan mulai memberikan antipiretik pada suhu kurang dari 37,80 C.

2.3 EtiologiDemam dapat disebabkan oleh faktor infeksi dan faktor non infeksi. Demam terjadi karena suatu zat yang disebut pirogen, meliputi pirogen eksogen dan pirogen endogen. Pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh manusia yaitu suatu produk mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri Gram negatif atau peptidoglikan yang dihasilkan bakteri Gram positif. Pirogen endogen adalah pirogen yang berasal daridalam tubuh manusia seperti IL-1, IL-6, TNF- dan IFN. Sumber dari pirogen endogen ini umumnya adalah monosit, neutrofil dan limfosit.

Tabel 1. Aktivitas Sitokin Dalam Proses Demam

2.4 Fisiologi DemamDemam bukanlah penyakit melainkan suatu mekanisme fisiologik yang bermanfaat melawan infeksi. Demam menghambat pertumbuhan dan reproduksi bakteri dan virus, memacu produksi neutrofil dan proliferasi limfosit T, serta membantu tubuh melakukan reaksi fase akut. Suhu tubuh dipertahankan melalui keseimbangan antara produksi panas dan pengeluaran panas. Pusat pengaturan proses suhu terdapat di hipotalamus. Pada keadaan normal dapat terjadi peningkatan produksi panas, tetapi diikuti oleh pengeluaran panas melalui vasodilatasi perifer, sehingga suhu tubuh selalu konstan. Pada keadaan demam produksi panas tidak diikuti dengan pengeluaran panas yang seimbang sehingga suhu meningkat. Demam terjadi apabila hypothalamic set point untuk suhu tubuh dinaikkan menjadi lebih tinggi, dan yang mampu menaikkan ini adalah pirogen. Demam sangat dipertahankan selama perjalanan evolusi manusia dan diregulasi sepenuhnya oleh sistem saraf pusat. Peningkatan suhu tubuh mampu menghambat replikasi kuman dan virus, dan memperkuat respon imun terhadap patogen.Sementara untuk hipertermi merupakan respon patofisiologik atas kegagalan homeostatis normal (tidak ada perubahan dalam hypothalamic set point) menimbulkan heat production yang melampaui kemampuan menurunkan panas. Karakteristik hipertermia berupa demam tinggi, kulit kering, disfungsi sistem saraf pusat berupa delirium, kejang atau koma. Hipertermia harus segera diatasi, oleh karena suhu tubuh diatas 41-420 C akan mengakibatkan efek samping.2.5 Patogenesis Demam

Gambar 1. Patogenesis DemamProses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih (monosit, limfosit dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan pirogen endogen. Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang endotelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin yang kemudian akan meningkatkan set point di pusat termoregulasi hipotalamus. Pemicu kenaikan suhu yang diketahui antara lain adalah IL-1, Tumor Necroting Factor (TNF), Interferon (IFN) dan IL-6. Sitokin ini bila terbentuk akan masuk sirkulasi sitemik dan pada daerah preoptik hipotalamus merangsang phospholipase A2, melepas plasma membrane arachidonic acid untuk masuk ke jalur cyclooxygenase, yang meningkatkan ekspresi cyclooxygenase dalam melepas prostaglandin E-2 yang mudah masuk blood brain barrier. Set point yang tinggi memerintahkan tubuh untuk menaikkan suhu lewat rangkaian simpatetik dan saraf efferent adrenergik akan memicu konservasi panas (dengan cara vasokonstriksi) dan kontraksi otot (menggigil).Jalur autonomik dan endokrine ikut menurunkan penguapan dan mengurangi jumlah cairan yang akan dipanaskan. Proses ini berjalan terus sampai suhu sudah sesuai dengan termostat, suhu tubuh terukur akan diatas suhu rata-rata. Bilamana rangsangan sitokin telah menurun, termostat diturunkan kembali, sehingga proses pengeluaran panas dan penambahan jumlah cairan akan berjalan. Termoregulasi ini dibantu konteks serebri dalam menyesuaikan dengan perilaku. Aspek klinik demam terlihat dari variasi suhu badan sesuia dengan kegiatan, meskipun pada anak kecil lonjakan tajam tidak jelas. Intrepretasi demam pada bayi dan anak harus dibedakan antara demam (diatas 380 C) dan hipertermia (di atas 39,50 C). Demam dan hipertermia adalah 2 hal yang berbeda.

2.6 Patofisiologi DemamInfeksi, endotoksin atau enterotoksin masuk ke sirkulasi, merangsang monosit dan mampu mengubah setpoint di hipotalamus. Jalur lain adalah merangsang fagosit, endotel dan sel T untuk memproduksi IL-1, TNF, IL-6 masuk ke dalam sirkulasi, merangsang reseptor sitokin dan memaksa COX menghasilkan PGE dan memicu jalur saraf ke perifer untuk mendorong vasokonstriksi.Hasil akhir mekanisme kompleks ini adalah peningkatan thermostatic setpoint yang akan memberi isyarat serabut saraf eferen, terutama serabut saraf simpatis untuk memulai menahan panas dan produksi panas. Peningkatan setpoint kembali normal apabila terjadi terjadi penurunan konsentrasi IL-1 atau pemberian antipiretik dengan menghambat sintesis PGE-2 . PGE-2 diketahui mempengaruhi secara negative feed-back dalam pelepasan IL-1, sehingga dapat mengakhiri mekanisme ini awalnya diinduksi demam. Kembalinya suhu menjadi normal diawali oleh vasodilatasi dan berkeringat melalui peningkatan aliran darah kulit dikendalikan oleh serabut saraf simpatis.Demam memiliki 3 fase yaitu fase kedinginan, fase demam dan fase kemerahan.1. Fase kedinginanFase peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan aktivitas otot yang berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan menggigil. 2. Fase demamFase keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat3. Fase kemerahanFase penurunan suhu yang ditandai dengan vasodilatasi pmbuluh darah dan berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan panas.

2.7 Klasifikasi DemamDemam dibagi menjadi 3 golongan yaitu:1. Demam derajat rendah (sumer), bila suhu tubuh antara 37,30 380 C2. Demam derajat sedang (demam), bila suhu tubuh antara 38,10 390 C3. Demam tinggi bila suhu tubuh antara 39,10 410 C

Pengantar pendekatan klinikPada umumnya penggolongan anak dengan demam berdasarkan ada tidaknya fokus, infeksi virus atau kuman, kelompok usia atau masing-masing dalam gabungan. 1. Fokus vs anak dengan demama. Demam dengan fokus yang jelasAnak demam dengan fokus yang jelas akan mudah dikenali secara klinikb. Demam tanpa fokus yang jelasInfeksi selain menyebabkan kelainan anatomik juga dapat menyebabkan kelainan fungsional, akibat reaksi radang dengan fokus yang tidak jelas. Gejala kliniknya disebabkan oleh adanya mediator yang menyebabkan perubahan faal.c. Demam tanpa penyebab yang jelasTerdapat pada infeksi yang kronik dan berjalan pelan, tidak menunjukkan fokus dan tidak terdapat gejala lain yang mencolok, kecuali demam2. Kelompok usia vs anak dengan demama. Bayi muda (0-48 hari)Demam pada anak usia 80%)

2.8 Diagnosis 1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik Mencari kausa demam Durasi dan pola demam harus dicatat Berapa lama anak menderita demam dan berapa suhu maksimal Apakah suhu bervariasi dengan waktu Apakah disertai gejala lain seperti diare, ruam, batuk dan nyeri Apakah demam menetap lebih dari 1 minggu tanpa kausa yang jelasAnamnesis berdasarkan umur dan gejala yang ditemukan akan menentukan prosedur selanjutnya. Neonatus dan anak-anak yang mempunyai masalah seperti dibawah ini, kemungkinan menderita Severe Bacterial Infection (SBI) 3 kali lipat lebih sering: Acquired immune defects, misal terapi imunosupresan Primary immunodeficiencies Kelainan hematologi dan gangguan fungsi lien Penyakit jantung kongenital KeganasanPemeriksaan fisik dilakukan untuk menjawab 2 pertanyaan yang penting yaitu:1. Apakah ditemukan kelainan fisik?Respirasi, nadi, tekanan darah harus diukur. Tngkah laku, timgkat kesadaran dan reaksi terhadap stimulus harus diamati. Serta turgor dan warna kulit.2. Apakah ditemukan sumber penyebab demam?Inspeksi pada tenggorok dan telinga, auskultasi pada paru dan jantung. Menetapkan status lokal nyeri jika anak mengeluh sakit.

2.9 Perubahan Hematologi Pada DemamSel mononuklear bertanggung jawab terhadap produksi IL-1 dan terjadinya demam. Tersebar dalam darah perifer dan juga di organ seperti paru (makrofag alveolar), hepar (sel kuffer), otak (sel astrosit), tulang (osteoclast) dan jaringa subkutan. Dua produk utama monosit makrofag adalah IL-1 dan Tumor Necroting Factor.

2.9.1 Patofisiologi Perubahan Hematologi Pada DemamIL-1 mempunyai fungsi primer menginduksi demam pada hipotalamus untuk menaikkan suhu. Peran untuk proliferasi sel-T serta aktivasi sel-B. IL-1 merangsang beberapa protein tertentu di hati, seperti protein fase akut sedangkan sintesis albumin dan transferin menurun. Akan terlihat penurunan konsentrasi zat besi (Fe) serta seng (Zn) dan peningkatan Cu. Keadaan hipoferimia sebagai akibat penurunan asimilasi Fe pada usus dan peningkatan cadangan Fe dalam hati. Perubahan ini mempengaruhi daya tahan tubuh hospes oleh karena menurunkan daya serang mikroorganisme dengan mengurangi nutrisi esensialnya. Dapat timbul leukositosis, peningkatan kortisol dan LED. Infeksi dan invasi mikroorganisme dapat mempengaruhi homeostasis tubuh dalam metabolisme zat besi. Mekanisme ini menyebabkan konsentrasi besi di sirkulasi menurun dan mempengaruhi ketersediaan besi baik untuk metabolisme sel-sel tubuh maupun untuk proses eritropoeisis yang akan berkembang menjadi anemia dan dapat membatasi perkembangan invasi mikroorganisme yang juga membutuhkan besi untuk proliferasi.

2.9.2Perubahan sel darah merahBeberapa demam karena infeksi, terutama virus dapat menyebabkan aplasia sumsum tulang secara transien atau aplasia eritroid selektif. Pasien dengan anemia hemolitik bisa mengalami penurunan Hb secara cepat karena selama terjadinya infeksi oleh virus atau bakteri. Inflamasi yang menimbulkan demam bisa menurunkan Hb.2.9.3 Perubahan pada leukositLeukosit bisa rendah, normal, atau tinggi pada demam oleh karena infeksi. Infeksi karena virus, leukositnya < 5000/mm3, walau infeksi bakteri pada jenis tertentu bisa sebabkan leukopeni. Neutrofilia dengan atau tanpa peningkatan stab sering terjadi pada demam karena infeksi pada bakteri. Leukositisis terjadi akibat limfositosis. Demam yang sering menimbulkan limfositosis adalah karena pertusis.Limfosit T sering dijumpai setelah infeksi virus campak. Eosinophilia sering karena infeksi parasit yang umumnya tidak memberi gejala demam. Monositosis dijumpai diawal infeksi dan menjelang penyembuhan infeksi. Basophilia jarang dijumpaipada demam karena penyakit infeksi.

2.9.4 Gangguan pembekuan darah dan trombositopeniaDemam yang disebabkan karena infeksi bakteri kuman Gram negatif sering menimbulkan aktivasi menimbulkan aktivasi sistem pembekuan darah yang menimbulkan DIC. Demam karena virus dapat menimbulkan consumtive coagulopathy menimbulkan purpura fulminant. Trombositopenia dengan demam sering disebabkan infeksi bakteri atau virus karena terjadi penekanan produksi megakariosit di sumsum tulang dan pemecahan trombosit di perifer.

2.10Hubungan Demam Dengan Infeksi Saluran Kemih Pada AnakDefinisi ISKInfeksi saluran kemih adalah adanya pertumbuhan dan berkembangbiaknya mikroba dalam saluran kemih dalam jumlah yang banyak.Klasifikasi ISK :ISK pada anak dapat dibedakan berdasarkan : Gejala klinis ISK Asimtomatik adalah bakteriuria bermakna tanpa gejala klinis ISK Simptomatik adalah bakteriuria bermakna disertai gejala dan tanda klinis Lokasi Infeksi ISK atas (pielonefritis) adalah infeksi bakteri pada jaringan parenkim ginjal ISK bawah (sistitis) adalah infeksi bakteri pada kandung kemih Kelainan saluran kemih ISK simpleks adalah tanpa disertai kelainan anatomikdan fungsional saluran kemih ISK Kompleks adalah ISK disertai kelainan anatomi atau fungsi saluran kemih yang menyebabkan gangguan aliran dari air kemih dapat berupa batu, sumbatan, kista ginjal. ISK kambuh yaitu bakteriuri yang kambuh kembali setelah pengobatan dengan jenis kuman yang sama dengan kuman saat biakan urin pertama kali ISK atipik ISK dengan keadaan penderita sakit berat dan septikima.

Patogenesis ISKPada prinsipnya terjadinya ISK tergantung pada kuman penyebab, keadaan host dan lingkungan. ISK terjadi jika ada faktor predisposisi infeksi seperti pimosis, kongenital kandung kemih, batu pada saluran kemih, benda asing dan konstipasi lama. Patogenesis ISK pada anak umumnya infeksi asending dan akibat penyebaran hematogenus. E. Coli sebagai penyebab utama ISK bersifat virulen karena mempunyai:1. Polisakarida (antigen O atau endotoksin)2. Kapsul atau antigen K3. Kekebalan terhadap bakterisidal dalam serumAntigen O bersifat toksik dan menginduksi proses inflamasi serta timbulnya panas. Antigen K meningkatkan pertahanan bakteri sehingga resisten terhadap fagositosis dan efek bakterisidal. Selanjutnya terjadi proses inflamasi, sel epitel saluran kemih akan mengeluarkan sitokin IL-6 dan IL-8. Hal ini akan merangsang migrasi sel radang neutrofil menuju tempat infeksi. Akibatnya terjadi fagositosis dari kuman yang bertujuan untuk mengatasi infeksi. Pertahanan utama terhadap infeksi asending ini adalah sistem imun lokal dari mukosa saluran kemih. (110-111)Pada anak, imun sistemik memegang peran penting terjadinya ISK. Sangat penting mengetahui apakah ISK terjadi di bagian atas atau bawah. Hal ini untuk mengantisipasi adanya komplikasi seperti pielonefritis. (112)Menurut American Academy Of Pediatrics (AAP, 2011), anak atau bayi dengan ISK disertai panas >390 C adalah indikator penting terjadinya pielonefritis. Sedangkan anak atau bayi ISK dengan panas 380 C adalah indikator ISK bawah (sistitis). (113)American Academy Of Pediatrics (AAP, 2011) menyatakan bahwa antibiotik dapat segera diberikan pada anak dengan panas tinggi tanpa diketahui penyebab yang jelas dengan terlebih dahulu memeriksa kultur urin. (116)ISK pada usia < 24 bulan harus dietrapi sebagai pielonefritis. Terlambat memberi antibiotik mempunyai resiko terjadinya parut ginjal. Terapi empiris antibiotik pada ISK atas adalah golongan aminoglikosida, cephalosporin generasi ketiga secara IV. Pemberian antibiotik selama 10-14 hari. Infeksi saluran kemih bagian bawah antibiotik dapat diberi secara peroral. (123)Gejala KlinisGejala klinis ISK atas berbeda dengan ISK bawah. Gejala klinis ISK atas adalah panas tinggi , nyeri daerah punggung serta gejala yang tidak spesifik seperti mual, muntah, diare. Sedangkan pada ISK bawah adalah nyeri saat kencing (dysuria), sering kencing, kadang nyeri perut bagian bawah.

Diagnosis Diagnosis ISK ditegakan dengan kultur urin. Bila didapatkan pertumbuhan kuman 105 colony forming unit (CFU)/ml. Beberapa pemeriksaan selain kultur urin, yaitu pemeriksaan urin dengan dipstick, pemeriksaan sedimen urin dengan mikroskop merupakan pemeriksaan sangat penting. Tata Laksana ISKTata laksana ISK meliputi 4 hal utama yaitu penegakan diagnosis ISK, lokasi infeksi, penyebab ISK dan terapi. Pada anak dengan ISK dan demam evaluasi dan tata laksana lebih dirasakan urgensinya karena keterlambatan pemberian antibiotik adalah faktor risiko penting terhadap terjadinya jaringan parut pada pielonefritis. Penanganan ISK pada anak dilakukan lebih awal guna mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut.

Terapi konservatif1. Eradikasi infeksi akutBertujuan mengatasi keadaan akut, mencegah terjadinya urosepsis dan kerusakan parenkim ginjal. Terapi harus dimulai dalam 48 jam dan dievaluasi ulang bila muncul demam. Umumnya hasil pengobatan sudah tampak dalam 48-72 jam. Bila belum terlihat, mungkin antibiotik yang diberikan tidak sesuai. Antibiotik oral efektif diberikan pada pielonefritis dan sistitis. Alogaritma tata laksana pada anak dengan ISK dan demam berdasarkan pada klasifikasi ISK secara klinis, usia, keadaan umum dan respon klinis terhadap antibiotika empiris. (151)

Gambar 1. Alogaritma tata laksana pada anak dengan ISK dan demam

2. Infeksi berulangMerupakan faktor risiko terjadinya parut ginjal. Beberapa faktor risiko pada terjadinya ISK berulang adalah pemakaian pakaian dalam terlalu sempit, adanya konstipasi, gamgguan pengosongan kandung kemih, preputium yang belum disirkumsisi, dan infestasi parasit. Asupan cairan yang baik dan miksi teratur bermanfaat mencegah ISK berulang. Sirkumsisi terbukti efektif menurunkan kejadian ISK.

Indikasi Rawat InapIndikasi rawat inap pasien ISK adalah : ISK pada neonatus Pielonefritis akut ISK dengan gangguan ginjal akut dan hipertensi ISK dengan sepsis atau syok, asupan oral berkurang, muntah dan dehidrasiterapi SuportifTerapi SuportifPengobatan suportif dan simptomatik perlu diperhatikan misalnya demam dan muntah. Terapi cairan harus adekuat untuk menjamin diuresis yang lancar. Anak yang sudah besar dapat disuruh untuk mengosongkan kandung kemih setiap miksi. Higiene perineum perlu diperhatikan.

Prognosis Pada umumnya, infeksi saluran kemih memiliki prognosis yang baik kecuali ISK atippik, ISK kompleks, ISK berulang dan ISK atas.

2.11Febrile NeutropeniaInfectious Diseases Society of America (IDSA) mendefinisikan panas sebagai pengukuran tunggal temperatur oral 38,30 C atau 380 C selama 1 jam. Neutropenia adalah jumlah neutrofil absolut 500 sel/L atau 1000 sel/L dengan kecenderungan menurun hingga 500 sel/L dalam 48 jam. (129)

Fibrile Neutropenia Pada MalignansiPedoman tata laksana FN adalah Multinational Association for Supportive Care (MASCC) index. Risiko rendah jika didapatkan skor 21. (132)

Tabel 1. Indeks Skor Multinational Association for Supportive Care (MASCC)

Gambar. 2

Pada penderita risiko rendah dengan hemodinamik stabil tidak didapatkan gagal organ dapat dipertimbangkan penggunaan antibiotik oral. Sedangkan penderita FN risiko tinggi digunakan antibiotik spektrum luas IV dan rawat inap. (133)Rekomendasi IDSA menyarankan pemberian antibiotik dengan sefalosporin atau carbapenenm pada penderita FN yang tidak berat. Untuk penderita FN yang berat, kombinasi 2 antibiotik. (134)Efikasi pemberian antibiotik harus dievaluasi dalam 3-5 hari. Jika sudah tidak panas dalam 3-5 hari, pemberian antibiotik dilanjutkan sampai 7 hari atau didapatkan hasil kultur yang menunjukkan mikroorganisme penyebab infeksi.(134)

Gambar 3.

Jika masih didapatkan panas pada hari ke 5 pemberian antibiotik dan kultur tidak ditemukan mikroorganisme penyebab, maka ada 3 alternatif pilihan yaitu:1. Melanjutkan pemberian antibiotik yang sama jika kondisi penderita stabil2. Mengubah antibiotik jika terdapat penurunan kondisi penderita atau ada reaksi toksisitas obat3. Menambah antifungal jika diduga penderita akan mengalami neutropenia > 5-7 hari.(135)

Gambar.4

Jumlah absolut neutrofil merupakan penentu utama dalam penghentian antibiotik. Jika jumlah neutrofil 500 sel/L dalam 2 hari, tidak ada gejala infeksi, tidak panas selama 48 jam dan hasil kultur darah negatif, antibiotik dapat dihentikan. Jika jumlah neutrofil 500 sel/L, tidak ada komplikasi, tidak panas selama 5-7 hari antibiotik juga dapatdihentikan.(136)

Gambar 4

2.11Hubungan Panas pada Common ColdPanas merupakan gejala awal dari common cold. Panas yang disebabkan infeksi virus lebih sering dijumpai pada anak-anak, dimana gejala panas ini akan timbul pada awal penyakit dan mereda setelah 1-2 hari.(181)Vasokonstriksi pada pembuluh darah kulit menyebabkan turunnya suhu pada kulit sehingga sebabkan perasaan dingin dan menggigil. Namun rasa dingin ini dapat timbul walau tidak didapatkan perubahan suhu tubuh. Hal ini disebabkan karena sitokin inflamasi yang terbentuk dapat langsung menyebabkan rangsangan sentral pada hipotalamus yang mengatur suhu tubuh. Sitokin yang bersifat pirogen endogen dikeluarkan oleh makrofag dan sel leukosit sebagai respon terhadap infeksi. Sitokin ini dapat melalui sawar darah otak dan berinteraksi dengan nervus vagus dalam memberi signal pada pusat kontrol temperatur di hipotalamus untuk meningkatkan thermal set point. Rangsangan pada hipotalamus ini akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah di kulit. (182)

2.11.1 Pertimbangan Antibiotik Pada Common ColdPertimbangan untuk memberikan antibiotik adalah biila didapatkan perburukan gejala pernapasan seperti batuk, pilek, hidung buntudalam 10 hari tidak ada tanda membaik, panas menetap 38,50 C lebih dari 3 hari, disertai konjungtivitis purulen dan gejala gastrointestinal merupakan tanda dari infeksi bakteri. (192)

Penatalaksanaan DemamObat antipiretik termasuk dalam golongan analgetik antipiretik dan obat anti inflamasi non steroid (OAINS). Golongan obat ini digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan menurunkan suhu tubuh. Golongan obat ini terdiri dari :1. Golongan OAINSOAINS mempunyai kemampuan menghambat siklooksigenase dan inhibisi sintesis protaglandin. Penurunan suhu tubuh dengan meningkatkan pengeluaran panas melalui vasodilatasi perifer dan pengeluaran keringat. Selama demam, pirogen endogen (IL-1) dilepaskan dari leukosit dan bekerja langsung pada pusat termoregulator hipotalamus untuk menaikkan suhu tubuh. Derivat asam salisilat : aspirin Derivat pirazolon : dipiron (metampiron, metamizol), fenilbutazon Derivat asam propionat : ibuprofen, naproksen Golongan analgetik antiinflamasi lain : fenilbutazon. Indometasin, asam mefenamat, piroksikam,. Penghambat COX-2 selektif2. Golongan analgetik antipiretik saja : parasetamol Asam asetil salisilatAsam asetil salisilat atau asetosal atau aspirin adalah senyawa organik mempunya efek analgetik, antipiretik, antiinflamasi, antireumatik dan urikosurik pada manusia. Pada pemberian oral absorpsi berlangsung cepat. Kadar terapi tercapai dalam 30 menit. Kadar maksimum tercapai setelah 1-2 jam. Dosis antipiretik pada anak 10-15 mg/kgbb tiap 4-6 jam. Efek samping berupa iritasi, perdarahan lambung, reaksi alergi dan gangguan fungsi ginjal.

PirazolonMerupakan analgetik antipiretik dengan antiinflamasi yang lemah. Termasuk dalam golongan ini adalah fenilbutazon, dipiron. Efek samping berupa anemia aplastik dan trombositopenia. Serta dapat menimbulkan mual, muntah, perdarahan lambung dan anuria. Asam mefenamatEfek analgetik lebiih menonjol dibanding antipiretik. Tidak dianjurkan pemakaian lebih dari 1 minggu untuk anak. Dosis antipireti pada anak 10 mg/kgbb tiap 8 jam. IndometasinMempunyai efek analgetik, antipiretik dan antiinflamasi. Efek antiinflamasinya lebih kuat, lebih ditujuka untuk pengobatan arthritis rheumatoid, osteoartritis dan penyakit pirai. Efek samping berupa reaksi alergi, mual, muntah,diare. IbuprofenMempunyai efek klinik yang lebih lama dalam menurunkan suhu tubuh. Efek terjadi dalam 3-4 jam. Efek samping berupa gastritis, ulkus gaster, dan nefrotoksik. Ibuprofen dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal terutama pada anak yang menderita dehidrasi. ParasetamolMempunyai efek analgetik, antipiretik tetapi tidak mempunyai efek antiinflamasi dan urikosurik. Tidak menimbulkan iritasi lambung, atau keseimbangan asam basa. Absorpsi pemberian oral lebih cepat. Kadar terapi dalam plasma tercapai 30 menit. Pemberian oral dengan dosis 10-15 mg/kgbb setiap 4-6 jam sekali. Parasetamol membutuhkan waktu 30-60 menit untuk menimbulkan efek. Dapat diberkan secara intravena atau suppositoria. Pada dosis berlebihan bisa terjadi methemoglobinemia. Parasetamol dapat bersifat hepatotoksik.

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN 1. Nama: An. A 2. Umur : 2 tahun 3. Jenis kelamin : Laki-laki 4. Agama : Islam 5. Suku : Jawa 6. Alamat : Dusun Rancak 02/06 Kanogoro Rembang, Pasuruan, Jawa Timur 7. Tanggal masuk RS : 13 Juli 2014

Orang tua Ayah 1. Nama : Tn. S 2. Agama : Islam 3. Suku : Jawa 4. Pekerjaan: Petani

Ibu 1. Nama : Ny. M 2. Agama : Islam 3. Suku : Jawa 4. Pekerjaan : Petani

ANAMNESIS Dilakukan autoanamnesis dengan pasien sendiri dan alloananamnesis dengan ibu dan ayah pasien pada hari Senin tanggal 14 Juli 2014 pada jam 13.00 WIB.

KELUHAN UTAMA : Nyeri saat buang air kecil.

KELUHAN TAMBAHAN : Panas sudah 3 hari, nyeri saat buang air kecil dan berwarna putih keruh kurang lebih 1 bulan, serta nafsu makan yang berkurang.

RIWAYAT PERJALANAN PEYAKIT :

3 hari sebelum masuk rumah sakit, ibu pasien mengatakan bahwa pasien panas tinggi tiba-tiba pada malam hari. Demam naik turun, tidak disertai menggigil, berkeringat dan mengigau. Saat buang air kecil, pasien mengeluh kesakitan. Ibu pasien membawa pasien ke puskesmas dan pasien dirawat inap di puskesmas.

2 hari sebelum masuk rumah sakit, ibu pasien mengatakan panas pasien turun setelah pasien meminum obat penurun panas dari puskesmas. Pasien tetap merasa nyeri saat buang air kecil, dan warna urin yang keruh.

1 hari sebelum masuk rumah sakit, ibu pasien mengatakan pasien masih demam. Buang air kecil berwarna keruh dan terasa nyeri saat kencing. Selain itu, pasien tidak mau makan dan hanya sedikit minum.

Beberapa jam sebelum masuk rumah sakit, pasien datang ke IGD RSUD Bangil dibawa oleh orang tuanya karena keluhannya tidak sembuh setelah mendapatkan pengobatan dan untuk mendapatkan perawatan lanjut di rumah sakit.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU : Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya dan dirawat di rumah sakit pada. Riwayat asma dan alergi makanan disangkal.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA: Ayah pasien pernah mengalami nyeri saat buang air kecil selama 1 minggu dan sembuh dengan obat yang dibeli di warung.

RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

KEHAMILAN

Morbiditas Kehamilan

Tidak ada

Perawatan Antenatal

Ke puskesmas

KELAHIRAN

Tempat Kelahiran

Puskesmas

Penolong Persalinan

Bidan

Cara Persalinan

Spontan Tidak ada penyulit atau kelainan

Masa GestasiCukup Bulan

Keadaan Bayi

Berat lahir: 2400 gr Panjang: tidak diketahui Lingkar kepala: tidak diketahui Langsung Menangis Kulit warna merah Nilai Apgar: tidak diketahui Kelainan Bawaan: tidak ada

Kesimpulan riwayat kehamilan/ kelahiran : BBLR dengan usia kehamilan aterm dan tidak ada kelainan bermakna.

RIWAYAT PERKEMBANGAN

1. Pertumbuhan gigi : tidak diketahui 2. Psikomotor Tengkurap : 9 bulan Berjalan : 19 bulan Duduk : 19 bulan Bicara : 7 bulan Berdiri : 19 bulan Kesimpulan riwayat perkembangan: Riwayat perkembangan sesuai umur pasien saat itu.

RIWAYAT MAKANANUmur (bulan)

ASI/PASI

Buah/Biskuit

Nasi Tim

0-2 bulan+

2-4 bulan+

4-6 bulan+

6-8 bulan+++

8-10 bulan+++

10-12 bulan+++

2 tahun+++

Umur diatas 1 tahun

Jenis MakananFrekuensi dan Jumlah

Nasi3x/hari, satu piring

Sayur 1x/hari, satu porsi kecil

Daging 1x/minggu,satu potong

Telur 2x/minggu,satu potong

Ikan 1x/minggu,satu potong

Tahu 3x/hari, satu potong

Tempe 3x/hari, satu potong

Susu Hanya ASI

Kesimpulan riwayat makanan : Nafsu makan berkurang sejak sakit.

RIWAYAT IMUNISASIVaksinDasar (umur)Ulangan (umur)

BCG

DPT/DT

POLIO3XX

CAMPAK9XX

HEPATITIS B

MMR

Kesimpulan riwayat imunisasi : Imunisasi dasar tidak lengkap.

RIWAYAT LINGKUNGAN RUMAH

Rumah : Rumah sendiri Keadaan rumah : Tinggal berempat, pasien dan orang tuanya serta kakak. Daerah/lingkungan : Padat penduduk, ventilasi cukup, pasien dan keluarga tidak mempunyai kamar mandi tapi mempunya 1 sumur. Sehari-hari mencuci baju, mandi, buang air besar dan buang air kecil di sungai dekat rumah. Sekitar rumah tidak ada yang menderita penyakit yang serupa. Kesimpulan riwayat lingkungan perumahan : Lingkungan rumah tidak sesuai dengan standar.RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITAPenyakitUmurPenyakitUmurPenyakitUmur

Alergi -Difteria-Jantung -

Cacingan-Kejang -Ginjal -

Demam Berdarah-Kecelakaan-Darah -

Demam Thypoid-Diare Radang Paru-

Otitis -Morbili -Tuberkulosis-

Parotitis -Operasi -Lainnya Demam

PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 14 Juli 2014, Pukul 14.00 WIB)

1. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan Kesadaran : Compos mentis Vital sign Frekuensi Nadi: 110 kali/menit, reguler. Frekuensi Napas : 32 kali/menit, reguler Suhu Tubuh : 37,10 C

2. Antropometri Berat Badan :11,2 kg Tinggi Badan : 83 cm Status Gizi (WHO) : TB/U : -2 s/d +2 BB/U : -2 s/d +2BB/TB : -2 s/d +2BBI : 2n + 8 = (2x2) +8 = 12 kg% BBI: 11,2 /12 X 100% = 93,3 %Kesimpulan : Gizi baik

Pemeriksaan Fisik 1. Kepala Normocephali Rambut hitam distribusi merata dan tidak mudah dicabut Mata Konjungtiva anemis -/- Sclera ikterik -/- Pupil bulat isokor Mata cekung (-/-) Telinga Normotia Sekret -/- Serumen -/- Hidung Lapang Deviasi septum (-) Concha hiperemis (-/-) Mulut Bibir kering Lidah tidak kotor Gigi Tidak ada karies Faring : dalam batas normal Tenggorokan : dalam batas normal Leher : KGB dan tiroid tidak teraba membesar

2. Toraks Jantung S1 dan S2 tunggal Murmur (-) Gallop (-) Paru Suara napas vesikuler Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-) 3. Abdomen Supel Datar Nyeri tekan epigastrium (-) Meteorismus (-) Hepar dan lien tidak teraba membesar Bising usus (+) meningkat Turgor kulit baik 4. Genitalia Kelamin laki-laki Nyeri tekan pada pubis (+) Phimosis (-)5. Anggota Gerak Akral hangat Sianosis (-) Oedem (-) 6. Tulang Belakang Scoliosis (-) Lordosis (-) Kiposis (-)Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan Hematologi Tanggal 13 Juli 2014Pemeriksaan

Hasil Nilai normal

Hb7,8 g/dl11,0-16,0 g/dl

Leukosit30,2 x 103 /4,3-10,5 x 103 /

Eritrosit4,59 x 106 /4,00-6,00 x 106 /

HCT26,7 %35,0-60,0 %

MCV58,2 fL80,0-99,0 Fl

MCH17,0 pg27,0-31,0 pg

MCHC29,2 g/dl33,0-37,0 g/dl

RDW17,9 %11,6-13,7 %

PLT487 x 103 /150-450 x 103 /

Tanggal 16 Juli 2014Pemeriksaan

Hasil Nilai normal

Hb7,86 g/dl11,0-16,0 g/dl

Leukosit19,3 x 103 /4,3-10,5 x 103 /

Eritrosit4,97 x 106 /4,00-6,00 x 106 /

HCT29 %35,0-60,0 %

MCV58,4 fL80,0-99,0 Fl

MCH15,8 pg27,0-31,0 pg

MCHC27,1 g/dl33,0-37,0 g/dl

RDW13,7 %11,6-13,7 %

PLT460 x 103 /150-450 x 103 /

Pemeriksaan Kimia Klinik 14 Juli 2014Pemeriksaan Hasil Nilai normal

BUN14,9 mg/dl6-20 mg/dl

Kreatinin serum1,21 mg/dl