27
PANDUAN PENULISAN NASKAH PUBLIKASI JURNAL METABOLISME – STIKES PEMKAB JOMBANG TIPOGRAFI 1. Jenis Font : Calibri 2. Besar Font a. Judul : 12pt b. Penulis : 10pt c. Abstrak : 10pt d. Korespondensi : 9pt e. Isi Naskah : 10pt f. Judul tabel/gambar : 9pt g. Teks isi dalam tabel : 8pt h. Keterangan gambar/tabel : 8pt 3. Ukuran kertas A4 dengan margin atas (top) 3cm, bawah (bottom) 3cm, kiri (left) 3cm dan kanan (right) 3cm dengan format penyusunan menggunakan 2 kolom (columns) kecuali judul, penulis dan afiliasinya, abstrak, abstract serta tabel/ gambar yang berukuran besar dapat menggunakan format 1 kolom rata kanan-kiri (justify). 4. Naskah Publikasi terdiri dari MAKSIMAL 8 lembar (termasuk dengan COVER dan SURAT PERNYATAAN). 5. Karakteristik penulisan: a. Judul artikel: 1) Ditulis dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris, dengan posisi bahasa Indonesia di sebelah atas dan bahasa Inggris di sebelah bawah) 2) Cetak tebal, di tengah (center), kapital tiap awal kata kecuali kata sambung 3) Maksimal sebanyak 15 kata dalam bahasa Indonesia dan 10 kata dalam bahasa Inggris b. Nama penulis dan afiliasinya : 1)Nama lengkap TANPA GELAR 2) Cetak miring, tidak tebal, di tengah 3) Diberi penanda 1,2,3, dan seterusnya untuk afiliasi penulis 4)Urutan nama berdasarkan kontribusi penulisan (penulis utama, penulis kedua, dan seterusnya) 5)Ditulis dalam 1 atau 2 baris dengan afiliasi masing-masing penulis ditulis di bawah nama-nama penulis dengan barisan 1 | Page

Panduan Layouting Jurnal Metabolisme

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Panduan Layouting Jurnal Metabolisme

PANDUAN PENULISAN NASKAH PUBLIKASIJURNAL METABOLISME – STIKES PEMKAB JOMBANG

TIPOGRAFI1. Jenis Font : Calibri2. Besar Font

a. Judul : 12ptb. Penulis : 10ptc. Abstrak : 10ptd. Korespondensi : 9pte. Isi Naskah : 10ptf. Judul tabel/gambar : 9ptg. Teks isi dalam tabel : 8pth. Keterangan gambar/tabel : 8pt

3. Ukuran kertas A4 dengan margin atas (top) 3cm, bawah (bottom) 3cm, kiri (left) 3cm dan kanan (right) 3cm dengan format penyusunan menggunakan 2 kolom (columns) kecuali judul, penulis dan afiliasinya, abstrak, abstract serta tabel/ gambar yang berukuran besar dapat menggunakan format 1 kolom rata kanan-kiri (justify).

4. Naskah Publikasi terdiri dari MAKSIMAL 8 lembar (termasuk dengan COVER dan SURAT PERNYATAAN).

5. Karakteristik penulisan:a. Judul artikel:

1) Ditulis dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris, dengan posisi bahasa Indonesia di sebelah atas dan bahasa Inggris di sebelah bawah)

2) Cetak tebal, di tengah (center), kapital tiap awal kata kecuali kata sambung 3) Maksimal sebanyak 15 kata dalam bahasa Indonesia dan 10 kata dalam bahasa Inggris

b. Nama penulis dan afiliasinya :1) Nama lengkap TANPA GELAR2) Cetak miring, tidak tebal, di tengah 3) Diberi penanda 1,2,3, dan seterusnya untuk afiliasi penulis4) Urutan nama berdasarkan kontribusi penulisan (penulis utama, penulis kedua, dan

seterusnya)5) Ditulis dalam 1 atau 2 baris dengan afiliasi masing-masing penulis ditulis di bawah

nama-nama penulis dengan barisan kalimat yang terpisah untuk masing-masing afiliasi penulis dan disertai dengan alamat e-mail dengan tata tulis seperti berikut :

si Fulan1, Mulia Hakam2, Septi Fitrah Ningtyas3

1 Program Studi D-3 Keperawatan STIKES Pemkab Jombang; [email protected] Program Studi S-1 Keperawatan STIKES Pemkab Jombang; [email protected] Program Studi D-3 Kebidanan STIKES Pemkab Jombang; [email protected]

c. Abstrak:1) Judul ABSTRAK/ ABSTRACT di tengah, kapital semua, cetak tebal (tegak untuk bahasa

indonesia dan miring untuk bahasa Inggris)

1 | P a g e

Page 2: Panduan Layouting Jurnal Metabolisme

2) Maksimal terdiri 250 kata yang mengandung (implisit): latar belakang, tujuan, metode penelitian, hasil, dan kesimpulan dalam 1 paragraf.

3) Tata paragraf justify, isi abstrak dan abstract ditulis miring untuk bahasa inggris dan juga bahasa Indonesia

4) Untuk bahasa inggris kata “Keywords” dicetak tebal miring, sementara isinya dicetak miring saja, untuk bahasa indonesia kata “Kata kunci” hanya dicetak tebal saja

d. Subjudul bab: dicetak tebal, tegak, dan kapital semua (PENDAHULUAN, METODE PENELITIAN, HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, KESIMPULAN, DAFTAR PUSTAKA).

e. Set spasi paragraf untuk subjudul bab (before : 18pt dan after : 10pt); dan untuk isi paragraf (before : 10pt dan after : 6pt).

ABSTRAK/ ABSTRACT1. Maksimal sebanyak 250 kata yang mengandung (implisit): latar belakang, tujuan, metode,

hasil, dan kesimpulan dalam 1 paragraf dan 1 kolom (column)2. Ditulis menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa inggris (ada 2 abstrak)3. Tata paragraf justify, miring untuk bahasa inggris dan juga untuk bahasa Indonesia4. Kata kunci/ Keywords memuat variabel-variabel yang penting dan utama dalam penelitian

dan maksimal 5 kata.

PENDAHULUAN:1. Tata tulis 2 kolom rata kiri-kanan (justify)2. Bahasa inggris dicetak miring3. Mengungkap latar belakang masalah, pendekatan alternatif masalah yang sudah ada,

hipotesis, dan tujuan penelitian4. Tata tulisan berparagraf, tanpa ada poin-poin5. Kaidah kutipan tetap menggunakan Vancouver, dengan teknik penulisan sebagai

berikut : .....kalimat.... 1.

METODE PENELITIAN1. Sebaiknya tidak ada subjudul lagi dengan cara menampilkan dalam narasi paragraf, tetapi

jika terpaksa ada subjudul, boleh ditambahkan subjudul TANPA penomeran dengan dicetak miring, tebal, dan kapital di tiap awal kata kecuali kata hubung (dengan spasi paragraf before : 10pt dan after : 6pt)

2. Menampilkan : jenis penelitian, bahan, alat, kriteria sampel/subjek, protocol/prosedur penelitian, teknik analisis data, serta data-data lain yang utama saja.

3. Tegaskan bahwa metode harus dituliskan dalam kalimat lengkap bukan kalimat instruksi seperti buku petunjuk laboratorium.

HASIL PENELITIAN1. Menampilkan hasil penelitian dalam bentuk narasi, yakni bagaimana hasil penelitiannya,

bagaimana interpretasi analisis statistiknya, serta interpretasi hasil dalam kalimat yang singkat dan jelas.

2. Menampilkan data pendukung yang penting saja, seperti tabel dan gambar dengan tampilan yang ringkas, padat dan jelas. Jika data tabel atau gambar dirasa terlalu banyak, yang ditampilkan cukup 1 tabel yang meringkas beberapa tabel yang berkaitan.

2 | P a g e

Page 3: Panduan Layouting Jurnal Metabolisme

a. Gambar dan tabel yang disajikan harus mendukung isi, bersifat memperkuat dan tidak saling mengulang antara tabel/gambar dan narasi.

b. Penulis harus memilih satu bentuk penyajian yaitu tabel atau gambar ketika menyajikan satu hasil yang sama, misalnya gambaran deskriptif atau rerata tidak perlu disajikan dalam tabel dan grafik. Jika ada banyak variabel yang disajikan tidak perlu satu variabel satu tabel, tetapi jika cara penyajian serupa maka semua variabel dapat disajikan dalam satu tabel deskriptif.

c. Tabel karakteristik responden atau subyek penelitian tidak perlu disajikan kecuali menjadi tujuan penelitian. Fakta dalam tabel karakteristik cukup diuraikan dalam narasi.

d. Setiap tabel dan gambar harus dibahas atau diinterpretasikan dalam narasi hasil. Narasi tabel dan gambar dalam hasil tidak boleh sekedar mengulang isi tabel dan gambar tetapi harus bersifat interpretative atau memberikan makna dari isi tabel dan gambar.

e. Hasil statistik jika bersifat satu baris tidak harus disajikan dalam tabel, tetapi cukup dinarasikan. Hindari membaca statistic secara teknis tetapi harus dijelaskan makna hasil statistik tersebut.

f. Penulisan atau pembacaan hasil statistik dan penyajiannya mengikuti manuskrip jurnal nasional terakreditasi (lihat lampiran template).

3. Tata letak tabel yang mempunyai kolom < 3 kolom, dan atau isinya tidak penuh melebar, maka sebaiknya dibuat di satu kolom saja (dengan rata kiri-kanan paragraf), sedangkan jika > 3 kolom, dan atau isinya penuh melebar, maka sebaiknya diletakkan di tengah halaman dengan rata kiri-kanan halaman.

4. Garis tabel hanya ada 3 garis horisontal (2 garis di atas untuk mengurung subjudul tabel, dan 1 garis paling bawah untuk menutup tabel) dengan tepi garis sejajar dengan tepi paragraph.

5. Tata letak gambar dapat di satu kolom saja bila mencukupi ruangnya, atau diletakkan di tengah halaman bila memang dibutuhkan dengan judul gambar dicetak tebal dan di tengah (lihat aturan di atas).

6. Gambar tidak boleh diberi garis kotak, berlatarbelakang warna tertentu (terutama gambar grafik), dan sebaiknya untuk grafik tidak diberi warna selain hitam atau gradasinya.

7. Jarak antar paragraf dengan judul tabel/gambar dan akhir keterangan gambar/tabel adalah 12pt, sedangkan jarak antara judul tabel/gambar dengan tabel/gambar adalah 6pt.

8. Jumlah maksimal tabel/gambar dalam 1 artikel adalah 8 buah.

PEMBAHASAN1. Pada intinya mengandung alur perumusan sintesis (pengolahan) hasil penelitian, analisis

penyebabnya, hingga menjadi fakta/fenomena/kesimpulan baru atau berbeda dengan menunjukkan kajian pustaka yang relevan. Antara lain dengan :a. Menjelaskan fenomena “hasil” yang didapatkan dengan kajian teori, pustaka, atau hasil

penelitian lain, baik yang selaras maupun yang berlawanan dengan hasil penelitian.b. Mengungkap kemungkinan-kemungkinan penyebab mengapa penelitian ini menghasilkan

data-data yang sesuai atau tidak sesuai dengan hipotesis.c. Pembahasan juga menyajikan implikasi hasil penelitian secara praktis maupun teoritis

sebagai bentuk ekstrapolasi hasil penelitian.d. Pembahasan juga perlu mendiskusikan keterbatasan penelitian, dampak dari

keterbatasan tersebut dan bagaimana mengelola keterbatasan tersebut.

3 | P a g e

Page 4: Panduan Layouting Jurnal Metabolisme

e. Mengakhiri pembahasan dengan ringkasan dan ditutup dengan kesimpulan di paragraf terakhir atau dalam bab KESIMPULAN tersendiri.

2. Kaidah kutipan tetap menggunakan Vancouver, dengan teknik penulisan sebagai berikut : .....kalimat.... 1.

KESIMPULAN1. Dapat terungkap di paragraf terakhir pada PEMBAHASAN atau ter-bab-kan sendiri dalam

KESIMPULAN2. Mengandung kesimpulan, yakni kalimat yang menyatakan hubungan antar variabel yang

diteliti (hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung).3. Dinarasikan dalam 1 paragraf, tanpa bentuk poin-poin, ringkas, padat dan jelas.4. Boleh ditambahkan saran atau kalimat yang mengandung saran

UNGKAPAN TERIMA KASIHBoleh dicantumkan atau tidak

DAFTAR PUSTAKA1. Aspek substansi :

a. Pustaka yang dikutip berjangka waktu maksimal 5 (LIMA) tahun terakhirb. Proporsi pustaka primer minimal sebesar 80% dari keseluruhan pustaka yang dikutipc. Sumber-sumber pustaka yang tidak boleh dikutip contohnya antara lain adalah: majalah

umum, koran, brosur, maupun situs-situs blog pribadi atau situs nonlembaga resmi yang sulit dipertanggungjawabkan aspek keilmiahannya.

2. Contoh penulisan:a. Jurnal:Boddie AM, Dedlow ES, Nakashi JA, Opalko FJ, Kouwell GP., 2000, Folate Absorption In Women With A History Of Neural Tube Defect-Affected Pregnancy. Am. J. Clin. Nutr. 72: 154-158.

b. Buku:Sargowo D., 2006, Atherosclerosis and Endothelial Dysfunction. 3rd edition. Media Pustaka, Malang; hal. 137-350.

c. Bab dalam buku/ Buku dalam Buku:Katzung BG, Chatterjee K., 2004, Vasodilator dan Pengobatan Angina Pektoris. Didalam: B.G. Katzung (Ed), 2006, Farmakologi Dasar dan Klinik. edisi 6. EGC, Jakarta; hal. 184-201.

d. Prosiding:Abdurrahman, 2003, Pendekatan Multidisiplin pada Penanganan Patologi Muskuloskeletal. Proceeding Scientific Meeting & Workshop of Indonesian Musculoskeletal Pathology. Surabaya, March 22-23; hal. 1-8.

4 | P a g e

Page 5: Panduan Layouting Jurnal Metabolisme

e. Skripsi / Tesis / Disertasi:Masyhur M., 2011, Uji Efektivitas Quercetin sebagai Penghambat Aktivasi NF-kB dan Kadar MCP-1 pada Kultur Sel Endothel Manusia (HUVECs) yang Dipapar dengan Hiperleptin. [Thesis]. Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang.

f. Internet/ Jurnal Online:Njoku OU, Ononogbu IC, Nwachukwu DE., 2006, Plasma Cholesterol, B-carotene and ascorbic acid changes in Human Malaria. Online [http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/PubMed., diakses tanggal 17 September 2011.

REDAKSINaskah diterima dalam bentuk hardcopy (print out) dan softcopy (CD) file dengan format Microsoft Word (Ms. Word) dan telah mendapatkan persetujuan dari pembimbing selanjutnya dikirim ke :

1. Sdr. Rifa’i (Bag. Pengelolaan Jurnal Ilmiah dan HAKI)2. Sdr. Izzur M. Masyhur (Redaksi Jurnal Metabolisme)

Sekretariat Jurnal Metabolisme LPPM - STIKES PEMKAB JOMBANGJl. Dr Soetomo No.75-77 Jombang Telp./ Fax. (0321) 870214

JAWA TIMUR INDONESIAwebsite : jurmet.stikespemkabjombang.ac.id e-mail : [email protected]

hotline : +6281 33 489 8558

5 | P a g e

Page 6: Panduan Layouting Jurnal Metabolisme

6 | P a g e

Page 7: Panduan Layouting Jurnal Metabolisme

UJI EFEKTIFITAS QUERCETIN SEBAGAI PENGHAMBAT

AKTIVASI NUCLEAR FACTOR KAPPA BETHA (NF-κβ) DAN KADAR MONOCYTE

CHEMOATTRACTANT PROTEIN-1 (MCP-1) PADA KULTUR SEL ENDOTEL MANUSIA

(HUVECs) YANG DIPAPAR DENGAN LEPTIN

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh :

MUHAMMAD MASYHUR

0620708007

MINAT STUDI/ KEKHUSUSAN

IMMUNOLOGI KEDOKTERAN

PROGRAM MAGISTER ILMU BIOMEDIK

PASCA SARJANA – FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2010

7 | P a g e

TEMPLATE NASKAH PUBLIKASI

Telah disetujui pada tanggal : ……………………………………………..

Pembimbing I

Prof. Dr. dr. Kusworini Handono, M.Kes, Sp.PD.

Pembimbing II

Dr. dr. Loeki Enggar Fitri, M.Kes, Sp.ParK.

Page 8: Panduan Layouting Jurnal Metabolisme

UJI EFEKTIFITAS QUERCETIN SEBAGAI PENGHAMBAT AKTIVASI NUCLEAR FACTOR KAPPA BETHA (NF-κβ) DAN KADAR MONOCYTE

CHEMOATTRACTANT PROTEIN-1 (MCP-1) PADA KULTUR SEL ENDOTEL MANUSIA (HUVECs) YANG DIPAPAR DENGAN LEPTIN

Muhammad Masyhur1, Kusworini Handono2, Loeki Enggar Fitri3, M. Rasjad Indra4

1. Ilmu Biomedik, Program Pascasarjana, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya2. Laboratorium Patologi Klinik, RSUD Dr. Saiful Anwar Malang 3. Laboratorium Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya4. Laboratorium Fisiologi dan Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Pada keadaan obesitas terjadi resistensi leptin di hipotalamus sehingga menyebabkan gangguan transport leptin melalui blood brain barrier dan regulator negatif tyrosine phosphatase dan supresor of cytokine signalling (SOCS). Perubahan ini menyebabkan peningkatan konsentrasi leptin di plasma darah dan keadaan ini mempengaruhi proses oksidasi enzim N-acetyldiphosphat (NADPH) yang berfungsi pada proses metabolisme dan reaksi redoks sehingga terjadi peningkatan radikal hidroksida (OH*), superoksid (O*), dan hidrogen peroksida (H2O2). Senyawa-senyawa ini menyebabkan peningkatan stres oksidatif di endotel yang akhirnya terjadi akumulasi radikal bebas. Peningkatan ROS menyebabkan aktifnya nuclear factor kappa betha (NF-κβ) yang mengubah reaksi redoks di dalam sel melalui dimer p50 dan p65 yang bertranslokasi ke inti sel yang akan mempengaruhi gen promoter untuk mengekspresikan faktor kemotaksis yaitu monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1). Tujuan penelitian ini adalah melihat efektifitas Quercetin yang merupakan senyawa aktif flavonoid yang banyak dihasilkan dari buah dan sayur yang selama ini diketahui mempunyai efek pada penurunan ekspresi protein proinflamasi penyebab aterosklerosis. Penelitian ini merupakan eksperimental murni dengan menggunakan sampel kultur sel endothel manusia (HUVECs) yang diberi leptin 500ug/mL dan diinkubasi selama 6 jam yang selanjutnya diberi perlakuan Quercetin dengan variasi dosis 0µM, 50µM, 125µM dan 625µM dan diamati aktivasi NF-κβ menggunakan metode immunofluorescence dan kadar MCP-1 menggunakan teknik ELISA. Hasil analisa data dengan menggunakan Tukey menunjukan adanya penurunan aktivasi NF-κβ yang signifikan setelah diinkubasi dengan Quercetin dosis 125uM dan 625µM (p=0,00) dan penurunan kadar MCP-1 (p=0.00) apabila dibandingkan dengan kontrol positif. Dosis optimal Quercetin adalah perlakuan dengan dosis 50µM karena telah memberikan pengaruh yang signifikan dalam menurunkan kadar MCP-1 dan penghambatan aktivasi NF-κβ (p=0.00), sedangkan dosis 625µM hanya menghambat aktivasi NF-κβ tetapi tidak signifikan dalam menurunkan kadar MCP-1 (p=0.916). Hubungan perlakuan antara aktivasi nuclear factor kappa betha (NF-κβ) dengan kadar monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1) adalah sangat signifikan (r=0.800). Hal itu menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penurunan aktivasi NF-κβ dengan kadar MCP-1 pada kultur sel endotel yang sebelumnya telah dipapar dengan hiperleptin. Hal ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan quecertin sebagai antioksidan membutuhkan hanya dosis rendah untuk menghindari efek pro-oksidan.

Kata Kunci : Quercetin, Leptin, Disfungsi Endotel, MCP-1 dan aktivasi NF-κβ.

8 | P a g e

1. Biomedik Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

2. Laboratorium Sentral Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar

3. Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

4. Guru Besar Ilmu Kedokteran, Laboratorium Fisiologi/ Ilmu Faal Universitas Brawijaya

Page 9: Panduan Layouting Jurnal Metabolisme

THE EFFECTIVENESS OF QUERCETIN IN REDUCINGACTIVATION OF NUCLEAR FACTOR KAPPA BETHA (NF-κβ) AND

DECREASING MONOCYTE CHEMOATTRACTANT PROTEIN-1 (MCP-1) LEVELOF HYPERLEPTIN INDUCED HUMAN UMBILICAL VEIN ENDOTHELIAL CELLS

(HUVECs)

Muhammad Masyhur1, Kusworini Handono2, Loeki Enggar Fitri3, M. Rasjad Indra4

1. Biomedic Studies, Post graduate program, Medical Faculty, Brawijaya University2. Clinical Pathology Laboratory, Dr. Saiful Anwar Hospital3. Parasitology Laboratory, Medical Faculty, Brawijaya University4. Laboratory of Physiology, Medical Faculty, Brawijaya University

SUMMARY

In the state of obesity, leptin resistance will occur in the hypothalamus, causing impaired leptin transport through the blood brain barrier and negative regulator of tyrosine phosphatase and suppressor of cytokine signaling (SOCS). These changes lead to increased concentrations of leptin in plasma and affects the oxidation of the enzyme N-acetyldiphosphat (NADPH) that function at metabolism processes and redox reactions. This situation increase the hydroxide radical (OH*), superoxide (O*), and hydrogen peroxide (H2O2) that cause oxidative stress in endothelial cells. Increased ROS causes activation of nuclear factor kappa betha (NF-κβ) which alter the redox reactions in cells through translocation of p50 – p65 dimer to the cell nucleus that would affect the gene promoter to express the chemotaxis factor of monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1). The purpose of this study is to see the effectiveness of Quercetin in inhibiting the activation of nuclear factor kappa beta (NF-κβ) and reduce the level of monocytes Chemoattractant protein-1 (MCP-!) in Human Veins Endothelial Cells (HUVECs) exposed with Leptin. This research was a true experimental study using cultured of human endothelial cells (HUVECs) that were given leptin 500ug/mL and incubated for 6 hours then treated with a variety of doses of Quercetin, those were 0μM, 50μM, 125μM and 625μM for 24 hours and than observed for the activation of NF-κβ 1 using the methods of immunofluorescence and the levels of MCP -1 using ELISA. The results of data analysis using the Tukey showed a significantly decreasing in the activation of NF-κβ in the group that treated with125μM and 625μM dose of Quercetin when compared with positive controls or group that incubated with leptin but no treatment (p=0.00), the levels of MCP-1 showed a significantly decreasing in the group that treated with a dose of 125μM (p=0.00). ). The optimal dose of Quecertin as antioxidant is dose of 50μM because it was provides a significant effect in lowering levels of MCP-1 and inhibition of activation of NF-κβ (p=0.00), whereas the dose of 625μM only inhibits the activation of NF-κβ but not significant in reducing the levels of MCP-1 (p=0.916). Treatment relation between activation of nuclear factor kappa betha (NF-κβ) and monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1) level is significant (r=0.800). That showed a significantly decreasing in the activation of NF-κβ with lowering levels of MCP-1 in endothelial cells was hyperleptin exposed. It can be concluded that the use of quecertin as antioxidant need only a low dose to avoid pro-oxidant effect.

Key word : Quercetin, Leptin, Endothelial Dysfunction, MCP-1 and NF-κβ activation.

9 | P a g e

Page 10: Panduan Layouting Jurnal Metabolisme

A. PENDAHULUANObesitas sering didefinisikan sebagai

kondisi abnormal atau kelebihan lemak yang serius dalam jaringan adiposa sehingga mengganggu kesehatan (1). Saat ini terdapat bukti bahwa prevalensi overweight (kelebihan berat badan) dan obesitas meningkat sangat tajam di seluruh dunia yang mencapai tingkatan yang membahayakan. Kejadian obesitas yang ada di negara-negara maju seperti di negara-negara Eropa, USA dan Australia telah mencapai tingkatan epidemi. Akan tetapi, keadaan tersebut tidak hanya terjadi di negara-negara maju, bahkan di beberapa negara berkembang obesitas justru telah menjadi masalah kesehatan yang lebih serius. Sebagai contoh, 70% penduduk dewasa Polynesia di Samua masuk kategori obes (2).

Secara singkat dapat dikatakan bahwa obesitas merupakan akibat dari adanya ketidak-seimbangan antara energy intake (asupan energi) yang melebihi energi yang digunakan (energy expenditure). Beberapa mekanisme fisiologis berperan penting dalam diri individu untuk menyeimbangkan keseluruhan asupan energi dengan keseluruhan energi yang digunakan dan untuk menjaga berat badan stabil dalam jangka waktu yang cukup panjang. Obesitas hanya akan muncul apabila terjadi ketidakseimbangan energi untuk periode waktu yang cukup panjang (2).

Pada keadaan obesitas terjadi resistensi leptin di hipotalamus sehingga menyebabkan gangguan transport leptin melalui blood brain barrier dan adanya gangguan dari supresor of cytokine signalling (SOCS). Perubahan keadaan ini menyebabkan peningkatan konsentrasi leptin di plasma darah pada penderita obesitas yang disebut hiperleptinemia (3).

Hiperleptinemia merupakan salah satu ciri dari obesitas dan keadaan ini mempengaruhi proses oksidasi enzim N-acetyldiphosphat (NADPH) yang berfungsi pada proses metabolisisme dan reaksi redoks, peningkatan radikal hidroksida (OH*), superoksid (O*), dan hidrogen peroksida (H2O2) baik secara in-vitro maupun in-vivo (Libby, 2002). Senyawa-senyawa ini menyebabkan terjadinya peningkatan stres oksidatif di endotel yang akhirnya terjadi akumulasi radikal bebas dalam hal ini Reactive Oxigen Species (ROS) (4).

Adanya ikatan leptin dengan reseptor leptin (obR) menyebabkan timbulnya akumulasi ROS yang berakibat pembentukan radikal bebas superoksida dan selanjutnya NF-κβ mengalami aktivasi. Aktifnya NF-κβ dapat menginduksi terbentuknya protein-protein sistem imun seperti sitokin meliputi tumor necrosis factor-α (TNF-α) dan Interleukin-1 (IL-1), molekul adesi yang meliputi VCAM dan ICAM-1, zat vasoaktif meliputi eNOS dan NO serta faktor kemotaksis seperti MCP-1. Kejadian tersebut meningkatkan progresifitas aterosklerosis sehingga mengakibatkan pembuntuan arteri koroner. Melihat inflamasi menjadi faktor utama dari patogenitas aterosklerosis, maka pencegahan dan pengobatan dapat dimulai dengan penghambatan aktivasi protein yang menimbulkan inflamasi, yaitu NF-κβ sebagai target (5,6,7). Pengobatan yang sering dilakukan untuk menghambat proses aterogenesis bermacam-macam, seperti penggunaan statin dan ACE inhibitor. Selain itu, salah satu bahan yang dapat mencegah terjadinya aterosklerosis adalah antioksidan, alkaloida, flavonoid seperti halnya quercetin dan mengontrol pola makan dengan banyak mengkonsumsi sayur dan buah. (8).

Quercetin merupakan senyawa aktif yang banyak dihasilkan dari buah-buahan misalnya apel, tomat, anggur merah dan juga dari sayur-sayuran seperti buncis, cabe dan bawang. Dinyatakan bahwa paling banyak didapatkan pada bawang (347 mg/Kg), Apel (36 mg/Kg) dan anggur merah (11 mg/Kg). Quercetin termasuk kedalam famili flavonoid yang selama ini diketahui mempunyai efek pada penurunan beberapa ekspresi protein proinflamasi.(9)

Pada penelitian ini, dilihat pengaruh pemberian quercetin pada kultur sel endotel (HUVECs) normal dan kultur sel endotel yang telah dipapar dengan leptin kemudian dilakukan pengamatan terhadap aktivasi NF-κβ dan kadar Monocyte Chemoattractant Protein-1 (MCP-1). Apakah pemberian quercetin dapat menghambat aktivasi nuclear factor kappa beta (NF-κβ) dan menurunkan kadar monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1) akibat paparan hiperleptin pada kultur sel human umbilical vein endothelial cells (HUVECs) ?

B. MATERI DAN METODE

10 | P a g e

Page 11: Panduan Layouting Jurnal Metabolisme

Penelitian ini menggunakan desain eksperimen murni (true eksperimental) dengan rancangan acak lengkap (RAL), sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah kultur human umbilical vein endothelial cells (HUVECs) yang terlebih dahulu diinduksi oleh paparan hiperleptin (500ng/mL).

Perlakuan terhadap semua sampel dilakukan secara bersamaan dan setelah perlakuan dilakukan pengamatan secara bersama-sama pula dengan menggunakan rancangan Postest Only Control Group Design, yaitu diberi perlakuan quercetin dengan variasi pemberian (0µM, 50µM, 125µM dan 625µM) yang didapat dari penelitian pendahuluan. Diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37oC, kemudian diukur aktivasi NF-κβ dan kadar MCP-1.

Variabel Penelitian

1. Variabel BebasPemberian Quercetin dan leptin terdiri

dari 5 kelompok dengan pembagian kelompok dan perlakuan sampel percobaan adalah sebagai berikut : Kelompok kultur HUVECs tanpa paparan

leptin dan tanpa quercetin sebagai kontrol negatif.

Kelompok kultur HUVECs dengan paparan leptin 500 µg/ml kemudian ditambah quercetin dengan dosis 0µM sebagai kontrol positif.

Kelompok kultur HUVECs dipapar dengan leptin 500 µg/ml kemudian diinkubasi dengan quercetin dengan dosis 50µM.

Kelompok kultur HUVECs dipapar dengan leptin 500 µg/ml kemudian diinkubasi dengan quercetin dengan dosis 125µM.

Kelompok kultur HUVECs dipapar dengan leptin 500 µg/ml kemudian diinkubasi dengan quercetin dengan dosis 625µM.

2. Variabel TerikatVariabel terikat dalam penelitian ini

adalah Aktifasi NF-κβ dan Kadar protein MCP-1

Pengukuran ikatan p50-p65 (dimer NF-κβ) dengan metode immunofluorescence

Kultur sel yang telah siap (monolayer) selanjutnya difiksasi dengan menggunakan methanol 4% dan selanjutnya dicuci dengan

PBS-T 0,1% 3x masing-masing selama 3 menit. Ditambahkan Triton-X 0,2% pada ice-cold dan diinkubasi selama 5 menit selanjutnya dicuci kembali dengan PBS-T 0,1% 3x masing-masing selama 3 menit. Blocking dengan BSA selama 30 menit dan kemudian dicuci dengan PBS-T 0,1% 3x masing-masing selama 3 menit selanjutnya menambahkan anti p50 (antibody primer) dalam blocking selama semalam (overnight). Setelah itu dicuci kembali dengan PBS-T 0,1% 3x masing-masing selama 3 menit, kemudian ditambahkan antibodi sekunder (FITC) inkubasi gelap selama 2 jam dalam kondisi dingin dan dicuci dengan PBS-T 0,1% 3x masing-masing selama 3 menit selanjutnya coverslip diambil kemudian siap dibaca menggunakan Confocal Scanning Laser Mycroscope (CSLM) pada perbesaran 600x dan perhitungannya dilakukan dengan Immunofluorescence Imaging software.

Pemeriksaan kadar MCP-1 dengan menggunakan metode ELISA

Supernatan dari kultur umbilikus ditempelkan kedalam dinding plate Elisa dan diinkubasi semalam (overnight), selanjutnya dicuci dengan PBS-T sebanyak 6x selama 3 menit kemudian ditambahkan 50µl rabbit polyclonal to MCP-1 dalam assay buffer diinkubasi selama 2 jam pada suhu kamar dan dishaker selama 5 menit. Cuci dengan PBST sebanyak 6x selama 3 menit dan ditambahkan 50µl goat IgG biotin anti rabbit dalam assy buffer diinkubasi selama 1 jam dan dishaker selama 5 menit kemudian dicuci dengan PBS-T sebanyak 6x selama 3 menit selanjutnya ditambah 50µl SAHRP dalam assay buffer dan dicuci dengan PBS-T sebanyak 6x selama 3 menit kemudian ditambah substrat Toluen Metiline Blue (TMB) 100µl diinkubasi selama 10 menit pada suhu kamar dan dishaker selama 5 menit. Ditambahkan 100µl HCL 1N (stop solution) kemudian siap dibaca dengan ELISA reader λ 450nm. Untuk mengetahui standar pemeriksaan, data yang telah diperoleh selanjutnya dihitung dengan menggunakan grafik nilai absorbansi sebagai komparasinya.

Analisis Data

Seluruh teknis pengolahan data dianalisis secara komputerisasi menggunakan software Statistical Product and Service

11 | P a g e

Page 12: Panduan Layouting Jurnal Metabolisme

Solution 14,0 (SPSS 14). Serta Corel Draw ver. 11 dengan taraf signifikan (P<0,05). Untuk membuktikan adanya hubungan antara aktivasi NF-κβ dan kadar MCP-1 dilakukan uji regresi korelasi, sedangkan untuk membuktikan adanya perbedaan antara kelompok kontrol dan perlakuan dilakukan pengujian dengan menggunakan uji Analysis of Varians (ANOVA), kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda secara bermakna.

C. HASIL DAN ANALISA DATA

Pengukuran Ekspresi Nuclear Factor Kappa Betha (NF-κβ) dengan metode Immunofluorescence

Kultur sel endotel yang telah dalam keadaan monolayer, kemudian diberi perlakuan pemberian leptin selama 6 jam untuk memberikan efek peningkatan stress oksidatif pada sel endotel. Sel endotel yang tidak dan diberi perlakuan quercetin selama 24 jam, kemudian dilakukan pemeriksaan aktivasi NF-κβ dengan metode Immunofluorescence (Gambar 1). Pada gambar tersebut terjadi penurunan aktivasi Nuclear Factor Kappa Betha (NF-κβ) pada sel endothel yang diberi perlakuan quercetin (Gambar 1 C, D dan E).

Gambar 1. Penghambatan Quercetin terhadap peningkatan aktivasi NF-κβ pada sel endotel yang telah diinduksi oleh 500 ng/mL leptin. A. Kontrol (tanpa pemberian 500 ng/mL leptin dan Quercetin), B. Kontrol leptin, C.

perlakuan kombinasi 500 ng/mL leptin dan 50 µM Quercetin (L500Q50), D. L500Q125, E. L500Q625 direkam dengan Confocal Scanning Laser Mycroscop dengan perbesaran 600x.

Pada gambar hasil pengamatan menunjukkan bahwa terjadi penurunan aktivasi NF-κβ pada sel endotel yang dipapar dengan hiperleptin setelah diberi perlakuan dengan berbagai dosis Quercetin. Ekspresi yang mengindikasikan adanya aktivasi NF-κβ pada kultur HUVECs yang dipapar Quercetin dengan dosis 625µM (7567.80 ± 449.96689) adalah signifikan (p=0,00) dibandingkan kelompok D (13996.60 ± 1651.18785) dan kelompok C (24727.40 ± 2755.24859). Selain pada dua kelompok perlakuan tersebut, perlakuan E (dosis 625µM) juga menunjukkan pengaruh yang signifikan apabila dibandingkan dengan kelompok B (36096.60 ± 144.99241) dan kelompok E (7567.80 ± 449.96689) tersebut apabila dibandingkan dengan kelompok A (1490.20 ± 115.15945) memberikan pengaruh yang signifikan (p=0.00) (Tabel 2).

Tabel 1. Hasil analisis Tukey jumlah NF-κβ yang teraktivasi pada sel endothel

PerlakuanAktivasi NF-kB (%)

Mean ± SD*

Kontrol 1490.20 ± 115.15945a

Kontrol Leptin 36096.60 ± 144.99241e

L500 Q50 24727.40 ± 2755.24859d

L500 Q125 13996.60 ± 1651.18785c

L500 Q625 7567.80 ± 449.96689b

Keterangan : *) Notasi yang berbeda menunjukkan perbedaan

yang signifikan (p<0,05)

Hasil uji dengan analisis one way Anova menunjukkan penurunan aktivasi NF-κβ yang signifikan (p<0,05) pada perlakuan Quercetin 50µM, 125µM, dan 625µM dibandingkan dengan kelompok kontrol positif dengan pemberian 500ng/mL leptin. Keadaan ini menunjukkan bahwa semakin besar dosis Quercetin yang diberikan pada kultur sel endotel yang dipapar oleh leptin, maka semakin menurun/ sedikit aktivasi NF-κβ yang terekspresikan. Dosis maksimal yang digunakan dalam penelitian ini adalah 625µM

12 | P a g e

Page 13: Panduan Layouting Jurnal Metabolisme

yang diyakini dapat menurunkan aktivasi NF-κβ di kultur sel endotel (Gambar 2).

Berdasarkan dari hasil analisa uji Tukey yang telah dilakukan, maka gambaran perbandingan nilai rata-rata aktivasi NF-κβ pada sel endotel antar berbagai kelompok perlakuan Quercetin (50µM, 125µM, dan 625µM) menunjukkan hasil yang signifikan dengan taraf signifikansi 5% (p<0.05). Ekspresi yang menunjukkan adanya aktifasi NF-κβ dapat menurun seiring dengan pertambahan dosis Quercetin yang diberikan. Uji korelasi antara aktivasi NF-κβ dengan berbagai perlakuan Quercetin (50µM, 125µM, dan 625µM) menunjukkan hubungan yang signifikan (r=-0.803). Hal tersebut membuktikan bahwa penurunan yang terjadi pada ekspresi NF-κβ disebabkan oleh peningkatan dosis quercetin yang diberikan.

Hal itu dapat dilihat pada gambar diagram di bawah ini dimana rata-rata aktivasi NF-κβ mengalami penurunan yang sangat signifikan dibandingkan dengan kontrol.

Gambar 2 Diagram rerata aktivasi NF-κβ berdasarkan kelompok perlakuan

Pemeriksaan Kadar Monocyte Chemoattractant Protein-1 (MCP-1) dengan metode ELISA

Data pengamatan (tabel 2) tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar MCP-1 setelah diberi perlakuan Quercetin dengan berbagai dosis (50µM, 125µM dan 625µM). Data hasil uji dengan analisis one way Anova menunjukkan adanya perbedaan kadar MCP-1 yang signifikan dengan taraf signifikansi sebesar 5% (p<0,00) di antara kelompok kontrol dan perlakuan. Penurunan kadar MCP-1 terbesar terjadi pada perlakuan D yaitu kelompok yang diberi dosis pemberian

Leptin 500µg/mL ditambah dengan Quercetin 125µM. Kadar MCP-1 pada kultur HUVECs yang diinkubasi dengan Quercetin pada dosis 125µM ini adalah 481,40 ± 22,54551ng/ml dan berbeda signifikan dibandingkan kelompok B (p=0,00) demikian juga berbeda dengan kelompok kontrol positip yang hanya mendapat pemberian leptin 500µg/ml dan dengan kelompok yang diberi quecertin 50ug/ml.

Kadar MCP-1 pada perlakuan L500Q625 (503,40 ± 23,93324) meningkat dibandingkan dengan kelompok D atau L500Q125 dan kelompok C (L500Q50) tetapi peningkatan tersebut tidak signifikan (p=0.916 dan p=0.90). Kadar MCP-1 yang terjadi pada kelompok E ini (L500Q625) masih rendah jika dibandingkan dengan kelompok A dan dengan uji statistik didapatkan tidak ada perbedaan yang signifikan (p=1.00) jika dibandingkan dengan kelompok A (Kontrol -) (Tabel 2). Selain itu kadar MCP pada kelompok E masih berbeda secara signifikan apabila dibandingkan dengan perlakuan kelompok B (656,00 ± 73,42683) dengan nilai p=0.00 .

Jadi perlakuan Quercetin yang efektif adalah perlakuan dengan dosis 50µM karena dosis tersebut telah terbukti dapat menurunkan kadar monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1) dan menghambat aktivasi nuclear factor kappa betha (NF-κβ).

Perbandingan nilai rata-rata kadar MCP-1 pada sel endotel antar berbagai kelompok perlakuan Quercetin setelah di analisis secara oneway Anova dapat dilihat pada gambar diagram di bawah ini dimana rata-rata kadar MCP-1 mengalami penurunan yang sangat signifikan dibandingkan dengan kontrol.

Tabel 2. Hasil analisis statistik (Tukey) kadar MCP-1 pada sel endothel

PerlakuanKadar MCP-1 (ng/ml)

Mean ± SD*

Kontrol 504,80 ± 16,75410ab

Kontrol Leptin 656,00 ± 73,42683c

L500 Q50 574,40 ± 43,72414b

L500 Q125 481,40 ± 22,54551a

L500 Q625 503,40 ± 23,93324ab

Keterangan : *) Notasi yang berbeda menunjukkan perbedaan

yang signifikan (p<0,05)

13 | P a g e

1490.2

36096.6

24727.4

13996.6

7567.8

-10000

0

10000

20000

30000

40000

50000

Kontrol Kontrol Leptin L500Q50 L500Q125 L500Q625

Page 14: Panduan Layouting Jurnal Metabolisme

Keadaan ini menunjukkan bahwa semakin besar dosis Quercetin yang diberikan pada kultur sel endhotel (HUVECs) yang dipapar oleh leptin, maka dapat menurunkan kadar MCP-1. Selain itu, uji korelasi menunjukkan bahwa hubungan perlakuan antara monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1) dengan berbagai perlakuan Quercetin (50µM, 125µM, dan 625µM) adalah signifikan (r=-0.498). Hal tersebut membuktikan bahwa penurunan yang terjadi pada kadar MCP-1 disebabkan oleh pemberian dosis quercetin yang meningkat.

Gambar 3. Diagram rerata kadar MCP-1 pada masing-masing kelompok perlakuan.

Hubungan antra ekspresi NFKB dan MCP-1

Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa hubungan perlakuan antara aktivasi nuclear factor kappa betha (NF-κβ) dengan kadar monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1) adalah sangat signifikan (r=0.800). Hal itu menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penurunan aktivasi NF-κβ dengan kadar MCP-1 pada kultur sel endotel yang sebelumnya telah dipapar dengan hiperleptin. Keadaan yang sama juga terjadi pada korelasi aktivasi NF-κβ dengan berbagai perlakuan Quercetin dimana hasil analisanya menunjukkan tingkat korelasi yang sangat signifikan pula (r=-0.803) dan juga korelasi kadar MCP-1 dengan berbagai perlakuan Quercetin (50µM, 125µM, dan 625µM) dengan nilai korelasi r=-0.498.

D. PEMBAHASAN

Pengukuran aktivasi NF-κβ yang dianalisis dengan one way Anova dan uji Tukey dengan taraf signifikan 5% (p<0.05) didapatkan bahwa pemberian Quercetin dengan dosis 625µM dapat menurunkan aktivasi NF-κβ secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol leptin dan kelompok perlakuan lainnya. Dosis dari Quercetin yang memberikan pengaruh maksimal pada aktivasi NF-κβ dalam penelitian ini adalah dosis Quercetin 625µM. Kejadian serupa juga terjadi pada penelitian terdahulu yang memberikan perlakuan Quercetin pada kultur otot polos, dengan potensi Acetyl-11-Keto-β-Boswellic Acid (AKβBA) dosis (10 – 100µM) yang bereaksi melalui penghambatan phosporilasi C-Jun yang selanjutnya menurunkan aktifitas signaling pada AP-1 dan NF-κβ. Keadaan tersebut disebabkan adanya aktifitas antiinflamatori yang ada pada Quercetin yang merupakan flavonoid (antioksidan). (10)

Monocyte Chemoatractant Protein-1 (MCP-1) merupakan bagian dari molekul proatherogenik yang memicu inflamasi vaskuler kronik melalui perekrutan dan aktivasi monosit yang memainkan peran provital pada perkembangan atherosklerosis. Sel endotel, vascular smooth muscle cells (VSMC) dan leukosit ditunjukkan pada kerusakan vaskuler yang disebabkan oleh MCP-1. Dimana dilaporkan bahwa ekspresi dari protein MCP-1 ini dapat disebabkan oleh oxidative stress, lipid inflammatory teroksidasi dan Angiotensin II. (11). Pada penelitian ini terlihat produksi MCP-1 diendotel semakin meningkat setelah pemberian leptin. Kadar MCP-1 pada kelompok A (504,80 ± 16,75410) lebih rendah dibandingkan dengan kelompok B (kontrol leptin) sebesar 656,00 ± 73,42683. Hal tersebut terjadi kemungkinan akibat adanya peningkatan proses stress oksidatif di sel endotel yang ditengarai akibat adanya induksi hiperleptin yang bertindak sebagai stimulator.

Pemberian perlakuan Quercetin terhadap penurunan ekspresi kadar MCP-1 pada kultur sel endotel yang dipapar dengan hiperleptin terlihat sangat signifikan, hal itu terlihat dari data ekspresi kadar MCP-1 dengan berbagai dosis yang selanjutnya dianalisis dengan one way Anova dan Tukey yang menunjukan penurunan yang signifikan dengan taraf signifikansi 5% (p<0,05) antar kelompok perlakuan Quercetin. Dosis optimal dalam menurunkan ekspresi kadar MCP-1 adalah

14 | P a g e

504.8

656

574.4

481.4 503.4

0

100

200

300

400

500

600

700

800

Kontrol Kontrol Leptin L500Q50 L500Q125 L500Q625

Page 15: Panduan Layouting Jurnal Metabolisme

125µM karena penurunannya terlihat berbeda secara signifikan (p=0,00) dibandingkan dengan kontrol leptin, perlakuan Quercetin 50µM dan 625µM. Dimana Quercetin mampu menghambat phosporilasi dari berbagai reseptor growth factor dan pada jalur reactive oxygen species (ROS) serta jalur transkripsi gen. Quercetin juga merupakan anti mitogenik dan anti proliferasi (12).

Proses penghambatan pada aktivasi NF-κβ dan MCP-1 dimungkinkan terjadi melalui beberapa proses penghambatan (Gambar 4), diantaranya : Menghambat aktivitas NADPH oksidase

guna mencegah terjadinya akumulasi Reactive Oxygen Species (ROS) dan enzim yang diperlukan leptin dalam proses reduksi oksidasi (redox). Proses reaksi redox akan meningkatkan sekresi stress oksidatif dalam hal ini superoxid (O*) yang merupakan komponen ROS yang juga akan menghambat pengaktifan signal tranduksi di intra seluler. Sedangkan Quercetin berperan sebagai anti oksidan yang bertindak sebagai scavenger. (13)

Quercetin yang merupakan flavonoid mampu mengikat gugus kinase, dalam hal ini adalah Mitogen Aktivated Protein Kinase pathway (MAPK). Aktivitas MAPK sebagai enzim tidak mampu meningkatkan fosforilase c-Jun dan inisiasi jalur Activator Protein-1 (AP-1) pada sel endotel (4,9)

Quercetin dalam hal ini mampu menghambat aktivasi NF-κβ dengan penghambatan degradasi ikB dan tidak terjadinya fosforilase. Akibatnya dimer dari NF-κβ (p50 dan p65) tidak terpelas dan selanjutnya tidak terjadi translokasi protein p50 dan protein p65 ke dalam nuklues (6).

Peranan penting Quercetin dalam menghambat gen promotor pada inti sel sehingga tidak melangsungkan traskripsi protein yang bersifat proinflmatori yang disebabkan adanya stimulus dari leptin. Kemampuan Quercetin dalam menghambat promoter gen di inti sel melalui interaksi bioaktif dari Quercetin dengan gen penyandi transkripsi/ translasi (Nutrigenomik).

Penelitian ini menunjukkan peningkatan MCP-1 yang ternyata secara phatologi tidak baik untuk sel endotel karena dapat memicu sekresi beberapa protein proinflamasi yang menimbulkan terjadinya proliferasi sel sehingga selanjutnya sel endotel mengalami formasi remodelling. Quercetin dalam hal ini mampu mencegah terekspresinya growth factor ini melalui mekanisme yang telah dibahas di atas. Hal itu dapat terjadi karena ketika protein MCP-1 disekskresikan, protein itu diduga belum melakukan interaksi sehingga kemungkinan kerjasama antar protein belum terjadi atau diduga pada tahap ini, protein tersebut masih menjalankan perannya secara sendiri-sendiri. Tapi apabila protein tersebut kembali dikeluarkan dari sel endotel, kemungkinannya terjadi proses interaksi antara MCP-1 dengan protein lain (growth factor) yang akan menstimulus mekanisme inflamatori dengan merangsang sekresi sitokin proinflamatori (TNF-α, IL-1β, IL-6, E-selektin, ICAM dan VCAM) dan molekul adhesi (14).

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan dari hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat dibuat kesimpulan yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan aktivasi NF-κβ dan MCP-1 pada kultur sel HUVECs setelah diberikan leptin. Selain itu, Quercetin dapat menurunkan aktivasi NF-κβ pada kultur HUVECs yang dipapar dengan leptin dan juga Quercetin dosis rendah sudah dapat menurunkan kadar MCP-1 pada kultur HUVECs yang diinduksi paparan leptin.

Disarankan supaya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang antioksidan dan senyawa flavonoid terhadap faktor inflamasi lainnya seperti Vascular Cell Adhesion Molecule-1

15 | P a g e

Gambar 4 Mekanisme jalur penghambatan Quercetin

Page 16: Panduan Layouting Jurnal Metabolisme

(VCAM-1) dan Intercelular Adhesion Molecule-1 (ICAM-1) dan beberapa protein sitokin lainnya yang diinduksi oleh paparan MCP-1 secara in vitro.

DAFTAR PUSTAKA

1. Weiss T. dan Shore S., 2004. Obesity and Asthma Direction for Research, Amandemen, J. Res., Critical Care Metabolism:169:963-968.

2. WHO., 2000, Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic. Geneva, Swiss.

3. Dötsch Jörg, Rascher W,Meißner, 2005, New Insights into leptin resistance by modifying cytokine reseptor signal transduction, European, J. End., 152, 3:333-334.

4. Bouloumie, Anne, Marumo T., Lafontan M., and Busse R., 1999. Leptin Induces oxidative stress in human endothelial cells. J. Biol. Chem. 13:1231-1238.

5. Biegelsen E.S., Loscalszo J., 1999, Endothelial Function and Atherosclerosis Coronary Artery Disease, Lancet J., Canada, London. 61:751-760

6. Middleton et al., 2000, The Effect of Plant Flavonoids on Mammalian Cells : Implications for Inflamation, Heart Disease and Cancer, Departement of Pharmacology Experimental Therapeutics, Tufts University School of medicine, Boston, Massachusetts (T.C.T), 52 (4): 673-751.

7. Rosicka M, Kresek M, Moutule M. dan Jarkorvska Z., 2003, Serum ghrelin levels in obese patient: There relationship to serum

leptin levels and soluble leptin receptor levels, Physiology Research. 52:6-66.

8. Hansson, G.K.. 2005. Mechanisms of Disease Inflammation, Artherosclerosis, and Coronary Artery Disease. N Engl J Med. 352:1685-1695.

9. Ferry D.R., Smith A., Malkhandi J., Fyfe D.W, deTakats P.G., Anderson D., Baker J. dan Kerr D.J., 1996, Phase I Clinical Trial of The Flavonoid Quecertin : Pharmacokinetics and Evidence for in Vivo Tyrosine Kinase Inhibitor, Cancer Research Campaign Institute for Cancer Studies, University of Birmingham, United Kingdom.

10. Clarisse Cuaz-Pérolin, Ludivine Billiet, Eric Baugé, Corinne Copin, Daniel Scott-Algara, Felicitas Genze, Berhold Büchele, Tatiana Syrovets, Thomas Simmet dan Mustapha Rouis, 2007, Antiinflammatory and Antiatherogenic Effects of the NF-κβ Inhibitor Acetyl-11-Keto-β-Boswellic Acid in LPS-Challenged ApoE-/- Mice, Institut Pasteur de Lille, France F-59019

11. Lawrence G.S., 2006, Implikasi Klinis Disfungsi Endotel dan Radikal Bebas, Unit Riset Vaskuler, Bagian Patologi, FK-Universitas Hasanuddin, RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar.

12. Gunawan, D., dan Mulyani, S., 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi), Jilid 1, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

13. Milner, J. A. 2004. Molecular targets for Bioactive Food Components. J. Nutri.. 134:2492S-2498S.

14. Baratawidjaja K.G., 2006, Imunologi Dasar edisi ke-7, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

16 | P a g e

Page 17: Panduan Layouting Jurnal Metabolisme

17 | P a g e

Page 18: Panduan Layouting Jurnal Metabolisme

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini;

Nama : Muhammad Masyhur

NIM : 12345678900

Prodi : S-1 Keperawatan

PT : STIKES Pemkab Jombang

Menyatakan bahwa Naskah Publikasi dengan judul :

Uji Efektivitas Quercetin sebagai Penghambat Aktivasi Nuclear Factor Kappa

Betha (NF-kB) dan Kadar Monocyte Cemoattractant Protein-1 (MCP-1) pada

Kultur Sel Endothel Manusia (HUVECs) yang Dipapar dengan Hiperleptin

adalah hasil penelitian yang telah saya lakukan dan belum pernah saya publikasikan

dalam bentuk apapun serta dengan ini saya mengijinkan untuk dipublikasikan dalam

Jurnal atau media lainnya yang relevan dengan tetap mencantumkan nama saya

sebagai Penulis Pertama.

Demikian Surat Penyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jombang, 11 September 2011

Yang Menyatakan

Tandatangan

Muhammad Masyhur

18 | P a g e

Page 19: Panduan Layouting Jurnal Metabolisme

19 | P a g e