30
Paparan BPKIMI “Isu Strategis dan Program Aksi Tahun 2015 BPKIMI” Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri Kementerian Perindustrian 2015 Disampaikan pada Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015 Jakarta, 5 Februari 2015 O U T L I N E Profil Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri (BPKIMI) I 2 Rencana Kerja BPKIMI TA 2015 V Peran BPKIMI Dalam Peningkatan Daya Saing berdasarkan UU Perindustrian II Isu Strategis Dalam Peningkatan Daya Saing A. Pengembangan Standardisasi Industri B. Pengembangan Teknologi Industri C. Pengembangan Industri Hijau D. Dukungan Insentif III Permasalahan Sektor Industri IV

PaparanBPKIMI “Isu Strategis Program Aksi Tahun 2015 BPKIMI”rocana.kemenperin.go.id/phocadownload/Raker_2015/bpkimi.pdfIndustri ‐Bagian Keempat Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi

Embed Size (px)

Citation preview

Paparan BPKIMI

“Isu Strategis dan Program Aksi Tahun 2015BPKIMI”

Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu IndustriKementerian Perindustrian

2015

Disampaikan padaRapat Kerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015

Jakarta, 5 Februari 2015

O U T L I N E Profil Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri (BPKIMI)I

2

Rencana Kerja BPKIMI TA 2015V

Peran BPKIMI Dalam Peningkatan Daya Saing berdasarkan UU Perindustrian

II

Isu Strategis Dalam Peningkatan Daya Saing

A. Pengembangan Standardisasi IndustriB. Pengembangan Teknologi IndustriC. Pengembangan Industri HijauD. Dukungan Insentif

III

Permasalahan Sektor IndustriIV

Pengkajian Kebijakan

Iklim Industri• Insentif Fiskal• Insentif Non‐Fiskal• Ketentuan Global dibidang lingkunganhidup

Mutu Industri• Penelitian Teknologi• Standardisasi

BPKIMI(Pusat, Balai Besar, Baristand Industri dan Balai Sertifikasi Industri)

Unsur penunjang bagipengembangan industri yang dilakukan oleh 6 Direktorat

Jenderal (Ditjen)

Tugas Pokokdan

Fungsi

Pengembangan PerwilayahanIndustri• Ditjen PengembanganPerwilayahan Industri

Pengembangan KerjasamaInternasional• Ditjen Kerjasama IndustriInternasional

Pengembangan Industri• Ditjen Industri UnggulanBerbasis Teknologi Tinggi

• Ditjen Industri Basis IndustriManufaktur

• Ditjen Industri Agro• Ditjen Industri Kecil Menengah

33

Profil BPKIMI

Program Kerja

TA 2015

Aspek Pengaturandalam

UU No.3/2014Tentang

Perindustrian

I

• Sertifikasi ecolabel, GMP, HACCP, SMMSNI, ISO

• Pengujian Limbah & Lingk. • Inspeksi GMP, HACCP & ISO

Layanan jasa teknis dibidangpengujian, kalibrasi, dansertifikasi dalam rangkamenjamin kesesuaian standardan mutu produk

•Pelatihan ISO, HACCP, GMP•Pelatihan manajemen dandesain

Layanan jasa teknis dibidangpelatihan dan konsultasimelaluitraning/diklat teknis dantechnical assistance

Sektor Industri

Daya Saing

Komparatif

KompetitifFasilitasi Teknologi

4

•Penelitian tentang derivatisasiminyak atsiri, kelapa & turunanCPO•Penelitian pengembanganteknologi proses aneka produk

Layanan jasa teknis dibidangpenelitian dan pengembanganteknologi untuk meningkatkannilai tambah dan mutu produk

•Pembuatan peralatan prosesproduksi aram, biomassa, coklat•Pembangkit Listrik Mikro Hidro, Turbin•dan lain‐lain

Layanan jasa teknis dibidangrancang bangun dan perekaya‐saan industrimelalui pengem‐bangan desain dan prototype

•Pemberian konsultasi teknispenerapan Cleaner Production Technology•Pengoperasian IPAL

Layanan jasa teknis dibidangkonsultasi baik teknis maupunmanajemen terkait penanggu‐langan pencemaran industri

Contoh layanan

Peran Balai Besar dan Baristand Industri dalam mengembangkan Teknologi Industri

•Standardisasi Industri•(Bab VII Pembangunan Sarana dan PrasaranaIndustri ‐ Bagian Kedua StandardisasiIndustri)

MUTU

•Pengembangan danPemanfaatan Teknologi

•(Bab VI Pembangunan Sumber DayaIndustri ‐ Bagian Keempat Pengembangandan Pemanfaatan Teknologi)

•Pengembangan danPemanfaatan Teknologi

•(Bab VI Pembangunan Sumber DayaIndustri ‐ Bagian Keempat Pengembangandan Pemanfaatan Teknologi)

TEKNOLOGI 

•Pengembangan danPemanfaatan Teknologi

•(Bab VI Pembangunan Sumber DayaIndustri ‐ Bagian Keempat Pengembangandan Pemanfaatan Teknologi – Pasal 38 Ayat 2)

•Pengembangan danPemanfaatan Teknologi

•(Bab VI Pembangunan Sumber DayaIndustri ‐ Bagian Keempat Pengembangandan Pemanfaatan Teknologi – Pasal 38 Ayat 2)

KELITBANGAN•Perizinan,  Penanaman Modal Bidang Industri dan Fasilitas

•(Bab X Pemberdayaan Industri ‐ BagianKetiga Fasilitas Industri)

•Perizinan,  Penanaman Modal Bidang Industri dan Fasilitas

•(Bab X Pemberdayaan Industri ‐ BagianKetiga Fasilitas Industri)

INSENTIF

•Industri Hijau•(Bab II Pemberdayaan Industri ‐ BagianKedua Industri Hijau)

•Industri Hijau•(Bab II Pemberdayaan Industri ‐ BagianKedua Industri Hijau)

INDUSTRI HIJAU

5

Sumber: UU No.3/2014 tentang Perindustrian

Peran BPKIMI Dalam Peningkatan Daya Saing berdasarkan UU PerindustrianII

Penugasan BPKIMI dalam Penyusunan Peraturan Pelaksanaan UU Perindustrian

Rancangan PeraturanPemerintah

(RPP)

•RPP tentang Pembangunan Saranadan Prasarana Industri mencakuptentang: a.Perencanaan, Penerapan,Pemberlakuan, Pembinaan danPengawasan SNI, Spesifikasi Teknis danPedoman Tata Cara Barang dan/atauJasa Industrib. Bentuk dan Tata Cara PemberianFasilitas Non‐Fiskal bagi Industri•RPP tentang Pembangunan SumberDaya Industri mencakup tentang:a. Penjamin Resiko atas PemanfaatanTeknologi Industrib. Sanksi Administasi dalam RangkaKewajiban Alih Teknologi melaluiProyek Putar Kunci•RPP tentang Pemberdayaan Industridan Tindakan PengamananPenyelamatan Industri mencakuptentang:a. Industri Hijaub. Penyelamatan Industri atasPengaruh Konjungtur Ekonomi Global

Rancangan PeraturanPresiden

(RPerPres)

•Pengadaan Teknologi melalui ProyekPutar Kunci

•Penyelamatan PerekonomianNasional melalui Sektor Industri

•Komite Industri Nasional

Rancangan PeraturanPemerintah

(RPermenperin)

•Pengadaan Teknologi

•Audit Teknologi Industri

•Pemberlakuan secara Wajib StandarIndustri Hijau

•Tata Cara memperoleh SertifikasiIndustri Hijau

•Manajemen Air

•Manajemen Energi

•Penetapan Kondisi Dalam RangkaPeningkatan Daya Saing IndustriDalam Negeri dan/atauPembangunan Industri Pionir

6Sumber: UU No.3/2014 tentang Perindustrian

Pengembangan Standardisasi Industri

Pengembangan Teknologi

Pengembangan Industri Hijau

Dukungan Insentif

Isu Strategis Dalam Peningkatan Daya SaingIII

A

B

C

D

7

BEBERAPA KENDALA YANG DIHADAPI SEKTOR INDUSTRI NASIONAL

Tingginya biaya logistik (buruknya infrastruktur)

Kenaikan Biaya-Biaya terkait Kegiatan Produksi (Upah Tenaga Kerja dan Tarif Tenaga Listrik)

Regulasi yang relatif belum pro bisnis

Kurangnya jaminan pasokan bahan baku (ketergantungan impor) dan energi bagi kegiatan produksi

Pangsa Ekspor Semakin Sulit (akibat berbagai Kebijakan/Hambatan)

Permasalahan Sektor Industri NasionalIV

No. Negara Peringkat Dunia Peringkat Subindexes 20142007 2010 2012 2014 Customs Infrastructure Internationa

l shipmentsLogistics

quality and competence

Tracking and tracing

Timeliness

1 Singapura 1 2 1 5 3 2 6 8 11 9

2 Malaysia 27 29 29 25 27 26 10 32 23 31

3 Thailand 31 35 38 35 36 30 39 38 33 29

4 Vietnam 53 53 53 48 61 44 42 49 48 56

5 Indonesia 43 75 59 53 55 56 74 41 58 506 Pilipina 65 44 52 57 47 75 35 61 64 90

7 Kamboja 81 129 101 83 71 79 78 89 71 129

8 Laos 117 118 109 131 100 128 120 129 146 137

9 Myanmar 147 133 129 145 150 137 151 156 130 117

Sumber: The Logistics Performance Index and Its Indicators, World Bank (2014)

Kinerja logistik Indonesia pada tahun 2014 mengalami peningkatan dibandingtahun 2012, yakni dari peringkat ke-59 menjadi peringkat ke-53 dari 160 negara.

Infrastruktur merupakan kendala terbesar, karena mendapatkan penilaianterburuk diantara komponen penilaian lainnya untuk Indonesia.

Untuk kawasan ASEAN, peringkat Indonesia masih di bawah Singapura,Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

A. BURUKNYA KINERJA LOGISTIK

Sumber: State of Logistics Indonesia, World Bank (2013)

Biaya logistik di Indonesia tergolong sangattinggi, mencapai 24,64% dari PDB nasionalpada tahun 2011.

Biaya tersebut relatif sangat tinggi jikadibandingkan dengan Singapura (8,0%),Malaysia (13,0%), Jepang (10,6%), Korea Selatan(16,3%), dan Thailand (20,0%).

Dari angka tahun 2011 tersebut, biayatransportasi menjadi beban logistik tertinggi(47,20% dari total biaya logistik).

Biaya Logistik Indonesia Tahun 2004-2011

Sumber: Analisis Dampak Perubahan Ekonomi Terhadap Struktur Biaya Industri, Kemenperin (2013)

Komposisi Biaya Industri Manufaktur Rata-Rata 2005-2011 (Persen)

Komposisi Biaya pada Industri

Manufaktur didominasi oleh:

1) Bahan Baku & Penolong,

2) Tenaga Kerja, 3) Bahan Bakar,

dan 4) Listrik.

B. KENAIKAN BIAYA-BIAYA TERKAIT KEGIATAN PRODUKSI

Kenaikan Upah Tenaga Kerja

507.697602.701

672.480745.709

841.530907.825

988.8291.088.903

1.296.908

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

UMP

18,71%11,58%

10,89%12,85%

7,88%8,92%

10,12%

19,10%

Sumber: Ditjen PHI Kemenakertrans, diolah Kemenperin (2013)

Sejak tahun 2005, upah minimum provinsi (UMP) terus mengalami peningkatan. Rata-rataupah di 33 provinsi selama periode 2005-2013 mengalami peningkatan lebih dari 5% pertahun nya, bahkan pada tahun 2013 meningkat 19,10% dibanding tahun sebelumnya.

Kenaikan UMP tersebut juga diiringi dengan kenaikan upah minimum Kabupaten/Kota Kenaikan upah tersebut mengakibatkan beban industri semakin besar, dan beberapa

industri berpotensi tutup.

Rata-Rata UMP di 33 Provinsi

12

Sumber: The 23rd Survey of Investment Related Costs in Asia and Oceania, Jetro (2013)

...”saat ini, upah minimumpekerja di Indonesiamerupakan yang tertinggi ke-3di ASEAN..”

Melihat kondisi saat ini, Indonesia berada di peringkat

ke-7 di ASEAN dalam hal menarik dunia bisnis dari sisi

upah minimum pekerja.

Upah Tenaga Kerja di Beberapa Negara

Kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL)

Sumber: Kem. ESDM, diolah Kemenperin (2014)

Sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No.9 Tahun 2014 tentang Tarif Tenaga Listrik YangDisediakan oleh Persero PLN, TTL untuk industri mengalami kenaikan setiap 2 bulan mulai1 Mei 2014, sehingga total kenaikan per 1 November 2014 akan mencapai 38,85% untukkelompok I-3 yang go public dan 64,73% untuk kelompok I-4.

Sebelumnya, TTL untuk industri juga telah beberapa mengalami kenaikan.

439

680

803

1.115

0

200

400

600

800

1000

1200

2004 2010 2013 2014

Rp./kW

h)

434

605

723

1.191

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

2004 2010 2013 2014

Rp./kW

h

54,90%

18,09%

38,85%

39,40%

19,50%

64,73%

Perkembangan TTL untuk kelompok I-3 Perkembangan TTL untuk kelompok I-4

Sumber: www.tradingeconomics.com (2014)

No. Country Interest Rate (%) Reference Date

1 Singapore 0.01 Jan-142 Cambodia 1.12 Dec-123 Thailand 2.25 Jan-144 Malaysia 3.00 Jan-145 Philippines 3.50 Feb-146 Laos 5.00 Dec-137 Brunei 5.50 Dec-138 Vietnam 7.00 Dec-139 Indonesia 7.50 Feb-1410 Myanmar 10.00 Dec-13

Myanmar menerapkan interest rate tertinggi di kawasan ASEAN Untuk kawasan ASEAN, interest rate di Indonesia merupakan tertinggi ke-2

(berada di peringkat ke-9 dalam hal daya tarik bagi dunia bisnis)

Interest Rate yang berlaku

.....“Selain interest rate yang relatif tinggi tersebut, beberapa industri dalam negeri jugamengalami kesulitan untuk mendapatkan sumber pembiayaan oleh perbankannasional....”

No. Negara Peringkat di Dunia (2014)

Peringkat Tahun 2013

1. Singapore 1 12. Malaysia 6 123. Thailand 18 184. Brunei Darussalam 59 795. Vietnam 99 996. Philippines 108 1387. Indonesia 120 1288. Cambodia 137 1339. Lao PDR 159 16310. Myanmar 182 -

Sumber: Doing Business, World Bank (2014)

Melakukan bisnis di Indonesia masih tergolong sulit. Diantara 189 negara, peringkat kemudahan memulai bisnis di Indonesia berada di

peringkat 120, meningkat 8 (delapan) peringkat dari tahun sebelumnya. Indonesia hanya lebih baik daripada Kamboja, Laos dan Myanmar.

Dari beberapa indikator dalam Doing Business, Indonesia masih sangat buruk dalam hal:Kemudahan memulai bisnis(akibat banyaknya prosedur dan lamanya waktu yang dibutuhkan)

C. KEMUDAHAN MELAKUKAN BISNIS

Perkembangan neraca perdagangan 9 (sembilan) kelompok industri yang impornya tertinggi:

IMPOR EKSPOR NERACA IMPOR EKSPOR NERACA

1KELOMPOK INDUSTRI MESIN DAN ALAT‐

ALAT LISTRIK 30.889,39          7.687,27       (23.202,12)       28.131,23         8.033,21             (20.098,02)  

2KELOMPOK INDUSTRI LOGAM (FERRO 

DAN NON FERRO) 21.495,82          10.560,12     (10.935,70)       20.662,47         9.870,95             (10.791,52)  

3 KELOMPOK INDUSTRI OTOMOTIF  11.146,83          4.604,39     (6.542,44)         9.540,40          4.309,29             (5.231,11)    

4 KELOMPOK INDUSTRI ELEKTRONIKA  16.702,53          9.444,06     (7.258,47)         16.564,45        8.520,12             (8.044,33)    

5 KELOMPOK INDUSTRI KIMIA DASAR  18.995,52          5.898,49     (13.097,03)      18.329,51        6.122,11             (12.207,41) 

6KELOMPOK INDUSTRI MAKANAN, 

MINUMAN DAN PAKAN TERNAK 8.958,09            5.278,72       (3.679,37)          8.845,77           6.117,18             (2.728,59)     

7KELOMPOK INDUSTRI TEKSTIL DAN 

PRODUK TEKSTIL (TPT) 6.805,46            12.446,51     5.641,04           7.116,16           12.661,68          5.545,52      

8

KELOMPOK INDUSTRI BARANG KIMIA 

LAINNYA, PLASTIK, PENGOLAHAN KARET 

DAN PRODUK FARMASI 

7.681,04            14.797,20     7.116,17           7.938,00           13.781,33          5.843,32      

9KELOMPOK INDUSTRI PULP DAN 

KERTAS 3.019,93            5.517,97       2.498,04           3.200,57           5.644,00             2.443,43      

TOTAL 9 KELOMPOK INDUSTRI 125.694,60       76.234,73   (49.459,87)     120.328,56      75.059,86         (45.268,70) 

TOTAL INDUSTRI 139.734,14       116.125,14 (23.609,01)     131.400,68      113.029,94       (18.370,74) 

PERSENTASE 89,95% 65,65% 91,57% 66,41%

NO 9 KELOMPOK INDUSTRI 2012 2013

Nilai: Juta US$

Dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, neraca perdagangan industri mengalami defisitsebesar USD 23,61 milyar (tahun 2012) dan USD 18,37 milyar (2013).Dari 9 kelompok industri yang mewakili sekitar 90% dari total nilai impor produkindustri, 6 kelompok industri diantaranya mengalami defisit yang cukup besar.

D. KETERGANTUNGAN IMPOR

Pada 2013, impor bahan baku dan penolong sebesar USD 89,54 miliar (68,14%), diikuti oleh barangmodal USD 31,49 miliar (23,96%), dan barang konsumsi USD 10,37 miliar (7,89%).

Catatan: Untuk kelompok industri kimia dasar, makanan, minuman dan pakan ternak, tekstil danproduk tekstil, barang kimia lainnya, plastik, pengolahan karet dan produk farmasi serta pulp dankertas barang modalnya termasuk didalam kelompok industri mesin dan alat‐alat listrik.

Komposisi Impor Berdasarkan Kategori Barang (Broad Economic Categories).

38.19

93.36

48.73 44.42

99.87

72.68

91.7181.98

97.87

4.44

1.11

17.00

2.25

0.13

27.32

8.2918.02

2.13

57.37

5.53

34.27

53.33

0.00 0.00 0.00

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

KELOMPOKINDUSTRI MESINDAN ALAT‐ALAT

LISTRIK

KELOMPOKINDUSTRI LOGAM(FERRO DAN NON

FERRO)

KELOMPOKINDUSTRIOTOMOTIF

KELOMPOKINDUSTRI

ELEKTRONIKA

KELOMPOKINDUSTRI KIMIA

DASAR

KELOMPOKINDUSTRIMAKANAN,

MINUMAN DANPAKAN TERNAK

KELOMPOKINDUSTRI TEKSTILDAN PRODUKTEKSTIL (TPT)

KELOMPOKINDUSTRI

BARANG KIMIALAINNYA, PLASTIK,PENGOLAHANKARET DAN

PRODUK FARMASI

KELOMPOKINDUSTRI PULPDAN KERTAS

Gambar Komposisi 9 Kelompok Industri Berdasarkan Penggunaan Barang 2013

Bahan Baku Dan Penolong Barang‐Barang konsumsi Barang‐Barang Modal

Beberapa Isu yang menghambat ekspor produk industri

‣ Penerapan standar yang makin diperketat dari beberapa negara mitra (terutama Uni Eropa)

‣ Isu lingkungan dan kesehatanMis.: hambatan untuk ekspor CPO terkait dengan isu lingkungan, seperti riwayatpenanaman sawit, tidak mau menerima CPO dari hasil perkebunan pada lahan gambut

‣ Munculnya proteksi “gaya baru” berupa non tariff barrier di beberapa negara mitraMis.: keharusan penerapan nutrient labeling untuk produk makanan, larangan pencantuman merk/label untuk produk rokok

‣ Uni Eropa melakukan hambatan ekspor dengan non tarif terhadap produk perikananmisalnya soal standar dengan memberlakukan sertifikasi wajib The Maritime Security Council (MSC).

‣ Pemulihan ekonomi global masih tetap rapuh dan tidak menentu

E. HAMBATAN DI PANGSA EKSPOR

Dampak Peningkatan Produk Impor(tanpa kendali)

•Defisit neraca perdagangan

• Industri dalam negeri kalahbersaing

•Ketergantungan tinggi padaproduk impor

Pengaruh dalamjangka pendek

•Pangsa pasar dikuasai olehproduk impor.

• Banyak industri yang ditutup.

•Meningkatnyapengangguran

Pengaruh dalamjangka menengah •Melambatnya

pertumbuhan ekonomi.

•Menurunnya daya saingindustri

Kondisi yang mungkin terjadi

1. Meningkatnya penguasaan teknologi industri dan penerapan HKI

2. Meningkatnya kemampuan Balai dan hasil litbang dalam rangka meningkatkan

daya saing industri

3. Meningkatnya penerapan standar

4. Meningkatnya industri yang menerapkan prinsip‐prinsip industri hijau

5. Meningkatnya investasi sektor industri

6. Meningkatnya layanan jasa teknis kepada industri

7. Meningkatnya fasilitasi kelembagaan teknologi, Industri hijau, sarana dan

prasarana dan SDM BPKIMI

21

Sasaran Kinerja BPKIMI TA 2015

Program Kerja BPKIMI TA 2015V

Program Kerja Iklim Usaha Industri

No Kegiatan OutputTarget Volume

1 Pengembangankebijakan danfasilitasi dalammeningkatkan iklimusaha industri

Tersusunnya kebijakan penciptaan iklim usaha yg kondusif :

1. Rekomendasi Kebijakan Perpajakan Sektor Industri 2 Rekomendasi

2.  Rekomendasi Kebijakan Tarif dan Non Tarif Sektor Industri 4 Rekomendasi

3. Rekomendasi Kebijakan Non Fiskal dan Moneter BagiIndustri

1 Rekomendasi

4.  Kebijakan yang Diusulkan Untuk Direkomendasikan 3 Rekomendasi

Meningkatnya pemanfaatan insentif (fiskal dan non‐fiskal) oleh industri : 

1. Insentif untuk Industri 50  Industri

2. Diseminasi Pemanfaatan Insentif Oleh Industri 3 Lokasi

V. 1.

22

Program Kerja Standardisasi

No Kegiatan Output Target Volume

2 PengembanganStandardisasiIndustri

Tersedianya RSNI, ST, PTC (standar) :

1. Penyusunan RSNI, PT, dan PTC  100 RSNI/PT/PTC

2. Kajian Pengembangan Standar 2 Kajian

Tersedianya Regulasi Teknis Standardisasi Industri (regulasi) :

1.  Penyusunan regulasi Teknis 10 Regulasi

2. Penunjukan LPK 5 LPK

3. Penyusunan Skema Sertifikasi 6 Skema

Tersedianya SDM dibidang Standardiasi Industri (orang)

1. Pengembangan SDM Standardisasi 200 Orang

2. Pemasyarakatan Standardisasi dan Regulasi Teknis 180 Industri

Pembentukan Lembaga Penilaian Kesesuaian :

1.  LSPro Pelaksana Penilaian Kesesuaian 2 LSPro

2. Pengembangan Lab Uji/Kalibrasi PelaksanaPenilaian Kesesuaian

3 lab

V. 2.

23

Program Kerja Pengembangan Industri Hijau

No Kegiatan Output Target Volume

3 Pengembangan Tersusunya Kebijakan Industri Hijau :

Industri Hijau 1. Penyusunan Pedoman Teknis Konservasi Energidan Pengurangan Emisi GRK

2 Pedoman

2. Penyusunan Kebijakan terkait Konvensi Minamata 1 Pedoman

3. Penyusunan Kebijakan Penghapusan BPO 1 Kajian

4. Penyusunan Kebijakan Mitigasi Perubahan Iklim 1 Pedoman

5. Penyusunan Kebijakan Pengendalian PencemaranIndustri

2 Pedoman

Pengembangan Infrastruktur Industri Hijau:

1. Pelatihan sistem Informasi Monitoring emisi GRK 160 Industri

2. Penyusunan Standar Industri Hijau 2 Standar

3. Peningkatan Kopetensi SDM Auditor Industri Hijau 10 Orang

V. 3.

24

Program Kerja Pengembangan Industri Hijau (lanjutan)

No Kegiatan Output Target Volume

Pengembangan Industri Yang Menerapkan Industri Hijau

1. Pemberian Penghargaan Industri Hijau 85 Industri

2. Expo Industri Hijau 12 Perusahan

3. Penyebarluasan Informasi Benefit Penarapan IndustriHijau

420 Industri

25

Program Kerja Pengembangan Teknologi dan HKI

No Kegiatan Output Target Volume

4 Pengkajian dan Tersedianya rumusan Kebijakan Teknis Bidang

Pengembangan Teknologi Industri dan HKI :

Teknologi dan HKI 1.  Penyusunan Kebijakan Teknis Bidang Teknologi 2 Kebijakan

Industri dan HKI

Tersedianya sistem dan infrastruktur audit teknologi :

1. Pembentukan Sistem dan Infrastruktur Audit  1 Sistem

Teknologi

Terfasilitasinya pemanfataan dan penerapanteknologi industri

1. Fasilitasi Pengembangan STP 3 Balai

2.  Penerapan Teknologi Hasil Litbang 5 Paket Tek

IV. 4.

26

Program Kerja Pengembangan Teknologi dan HKI(lanjutan)

No Kegiatan Output Target Volume

Terlaksanya Pembinaan Perlindungan HKI di BidangTeknologi Industri

1. Perlindungan HKI 5 Paten

2. Peningkatan Kompetensi SDM Bidang HKI 30 Orang

3. Pelayanan Konsultasi HKI Sektor Industri 4 Kasus

Terlaksananya Monitoring PelaksanaanPengembangan Teknologi dan HKI

1. Pelaksanaan Monitoring 6 Laporan

27

Program Kerja Fasilitasi dan Pelayanan

No Kegiatan Output Target Volume

5 Penyusunan dan Terwujudnya kebijakan dan program BPKIMI yang

Evaluasi Program berkualitas dan berkelanjutan :

Pengembangan 1.  Penyusunan rencana Program dan Kegiatan 2 Dokumen

Teknologi dan Sistem dan Tata Kelola Keuangan Yang Akuntable

Kebijakan Industri 1. Akuntabilitas Pertanggungjawaban Keuangan WTP

Terwujudnya Sistem Informasi Yang Handal :

1. Pemasaran Hasil Litbang 1 Kali

Terwujudnya Peningkatan Kompetensi SDM Litbang

1.  Pengembangan Kompetensi SDM Litbang (S3) 18 Orang

V. 5.

28

Penutup

29

Defisitnya neraca perdagangan pada kelompok industri, menggambarkan masihlemahnya daya saing produk industri . Perlu penguatan struktur industri untukmemperkecil ketergantungan atas impor bahan baku dan penolong.

Dalam upaya menguatkan posisi nilai tambah industri, pemerintah harus segeramendorong berkembangnya industri yang memiliki keunggulan komparatif dan yangproduknya berpotensi bergerak ke nilai tambah yang tinggi. Dalam hal ini diharapkanindustri berperan sangat aktif dan terus berupaya untuk meningkatkan produktivitasdan daya saing melalui penguasaan teknologi dan mengembangkan inovasi.

UU No.3 tentang Perindustrian memberikan legitimasi yang besar bagi pemerintahpusat dan daerah untuk meningkatkan daya saing industri melalui pembangunansumber daya manusia industri, pengembangan dan pemanfaatan teknologi industri,pembangunan sarana dan prasarana industri, pemberdayaan industri, industri hijaudan fasilitas industri.

Terima kasihBadan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri

Kementerian PerindustrianJln. Gatot Subroto Kav. 52 – 53

Lantai 19 ‐20, Jakartahttp://bpkimi.kemenperin.go.id

30

B. Pengembangan Teknologi

AMANAT RANCANGAN PERATURAN PELAKSANAAN UU NO. 3/2014 TERKAIT PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI INDUSTRI

PengadaanTeknologi

PemanfaatanTeknologi

Pengadaan Pemerintah melalui penelitian dan pengembangan, kontrakpenelitian dan pengembangan, usahabersama, pengalihan hak melalui lisensi, dan/atau akuisisi teknologi(PERMENPERIN)

Pengadaan Pemerintah melalui TurnkeyProject (Proyek Putar Kunci) (PERPRES)

Pemberian penjaminan risiko ataspemanfaatan teknologi industri yang berasal dari dalam negeri (digabungdalam PP SDI)

Pengendalian pemanfaatan teknologiindustri melalui audit teknologi(PERMENPERIN)

PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN 

TEKNOLOGI INDUSTRI

Arah Kebijakan Litbang BPKIMI Subtitusi terhadap ketergantungan bahan baku/penolong

terutama yang raw materialnya tersedia di dalam negeri,

Teknologi proses dengan penggunaan energi lebih efisien, produk-produk yang lebih ramah lingkungan (dalam artimenggunakan bahan-bahan yang terbarukan dan non hazardous serta minimum waste);

Teknologi pengendalian pencemaran lingkungan sejalandengan konsepsi pembangunan industri hijau yang sedangdigalakkan dan merupakan trend pasar global.

Program prioritas litbangyasa ditetapkan melalui peraturan Kepala BPKIMI No 68/BPKIMI/05/2013 tentang Panduan Umum Pelaksanaan Litbangyasa industri di lingkungan BPKIMI tanggal 1 mei 2013

KEBIJAKAN LITBANG BPKIMI 

KEBIJAKAN PROGRAM PRIORITAS LITBANG INDUSTRI

Memberikan arahan/acuan kepada

para peneliti untuk melakukan penelitiandan pengembanganteknologi industri yang sesuai kebutuhan

industri

Untuk lebih mengefektifkan litbang industri dalam mengatasi

permasalahan yang dihadapi oleh dunia usaha

industri serta untuk meningkatkan nilai

tambah sumber daya alam yang ada

Melalui Peraturan Kepala BPKIMI No 68/BPKIMI/05/2013 tentang PANDUAN

UMUM PELAKSANAAN LITBANGYASA INDUSTRI DI LINGKUNGAN BPKIMI

TANGGAL 1 MEI 2013

PROGRAM PRIORITAS LITBANGYASA

• Program prioritas litbang industri di bidang Agro untuk 4komoditi yaitu Kakao, Kelapa Sawit, Karet, dan Tekstil.

• Program prioritas di bidang Mineral dan Hasil tambanguntuk komoditi : Coating, Besi, Almunium, Nikel, Timah,Tembaga dan Rare Earth Material.

• Program prioritas di bidang Energi untuk komoditi : PanelSurya (Solar Cell);

A. Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun2006 Tentang Pembentukan Tim Nasional PenanggulanganPelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (Timnas PP HKI).

1. HKI memiliki peranan yang penting dalam pembangunan nasionaldi berbagai aspek.

2. HKI memiliki nilai ekonomi, sehingga pelanggaran hak tersebutselain merugikan pemegang hak juga merugikan kepentingannegara dan dapat mengganggu hubungan perdaganganinternasional.

3. Menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan danperlindungan HKI agar lebih mendorong kreatifitas, inovasi,kegiatan usaha dan industri.

B. Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 10/M‐IND/PER/2/2014Tentang Pembentukan “Pusat Manajemen Hak Kekayaan Intelektual“Kementerian Perindustrian.

LANDASAN HUKUM PM HKI

BACK

C. Pengembangan Industri Hijau

KEBIJAKAN INDUSTRI HIJAU 

DALAM UU 

PERINDUSTRIAN 

Untuk mewujudkan Industri Hijau, Pemerintah melakukan:1.Perumusan kebijakan.2.Penguatan kapasitas kelembagaan:

peningkatan kemampuan dalam litbang; pengujian; sertifikasi danpromosi (pasal 78).

3.Standardisasi: menyusun dan menetapkan standar Industri Hijau, paling sedikit memuat ketentuan mengenai bahan baku, bahan penolong, dan energi; proses produksi; produk; manajemenpengusahaan; dan pengelolaan limbah (pasal 79).

4.Pemberian fasilitas.

• Mengatur tentang pemanfaatansumber daya alam (bahan baku, energi dan air) secara efisien, ramahlingkungan dan berkelanjutan

• Kewajiban perusahaan industri dan kawasan industri tertentu untuk melakukan manajemen energi dan manajemen air

Salah satu azas penyelenggaraanperindustrian adalah : efisien, ramahlingkungan dan berkelanjutan

Pasal 30 ‐ 35

Pasal 77 Pasal 2

Salah satu tujuan perindustrian adalahmewujudkan industri yang maju,berdaya saing, dan mandiri sertaIndustri Hijau

Pasal 3

Pemberlakukan Standar IndustriHijau dan Sanksi

Pasal 80

Sertifikasi Industri Hijau danLembaga Sertifikasi Industri Hijau

Pasal 81

Tahapan guna mewujudkan IndustriHijau

Pasal 82

C.1. Kebijakan Industri Hijau dalam UU Perindustrian

Sumber: UU No.3/2014 tentang Perindustrian

Greening of Existing Industries 

Mengembangkan Industri yang sudah ada

menuju Industri Hijau

Creation of  New Green Industries

Membangun Industri baru dengan prinsip 

Industri  Hijau

C.2. Strategi Pengembangan Industri Hijau

SUPPORTING

•Standard  •Lembaga Sertifikasi •Kerjasama • Pembiayaan• SistemInformasi•Insentif

•Pendidikan dan Pelatihan

•R & D • BantuanTeknis

Green Production

EcoFriendly

EcoFriendly

Supplier

Energi

Material Input & Kemasan

Teknologi/Mesin

Proses Produksi

Produk & kemasan

Limbah/Emisi

Business as Usual

Sisa Produk dan kemasan

Air 40

• Low Carbon Technology

• Material input Ramah Lingkungan dan terbarukan (jika tersedia)

• Efisien &  efektif dalam penggunaan sumber daya 

• Penerapan 3R (Reduce, Reuse, Recycle)

• Pendayagunaan SDM berwawasan lingkungan

• Penerapan SOP • Penerapan tataletak pabrik yang efisien danefektif

• Eco‐Product• Rendah/ zero waste dan memenuhi BML

• Memenuhi ketentuan PROPER

C.3. Pola Pikir Industri Hijau

Komitmen Presiden pada G-20 Tahun 2009 di Pittsburgh dan COP15

Menurunkan emisi gas rumah kaca pada tahun 2020

26%

15%

Upaya sendiri

Upaya sendiridan Dukungan internasional

RAN-GRK/ RAD-GRK

26%

41%

• Telah diterbitkan Perpres No. 61/2011 tentang Rencana Aksi Nasionalpenurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

• Masing‐masing sektormempunyai kewajiban dan target penurunan emisiGRK sampai dengan tahun 2020 

C.4. Penurunan Emisi GRK

C.5. Sumber Emisi GRK Sektor Industri 

GRK

Limbah

Proses Energi

Bahan baku Bahan bakar

GRKGRK

Inventarisasi Sektor Energi

Inventarisasi Sektor IPPU

Inventarisasi Sektor Limbah

Penggunaan Produk• Refrigerant• Aerosol• Pelarut• Dll.

GRK

GRK

Limbah

Proses Energi

Bahan baku Bahan bakar

GRKGRK

Inventarisasi Sektor Energi

Inventarisasi Sektor IPPU

Inventarisasi Sektor Limbah

Penggunaan Produk• Refrigerant• Aerosol• Pelarut• Dll.

GRK

Penyusunan Peraturan Pemerintah tentang Industri Hijau

Penyusunan Standar Industri Hijau (SIH)

Pembentukan Lembaga sertifikasi Industri Hijau (LSIH)

Pedoman teknis konservasi energi dan penurunan emisi GRK

Penyiapan Insentif untuk Pengembangan Industri Hijau

Pemberian Penghargaan Industri Hijau

C.6. Upaya yang sedang dan akan dilakukan

PenjabaranUU No.3/2014

Peraturan Menteri tentang Tata Cara Sertifikasi Industri Hijau,Manajemen Energi, Manajemen Air

BACK

D. Dukungan Insentif

D. 1. Insentif Bagi Industri (Fiskal dan Non‐ Fiskal)

45

Non Fiskal

Fiskal Perpajakan:1. Pembebasan/Pengurangan PPh 2. Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung

Pemerintah (PPN-DTP)3. Pembebasan PPN Impor4. Penyusutan dan amortisasi dipercepat 5. Pengurangan pajak dividen6. Kompensasi kerugian

Fiskal Kepabeanan:1. Pembebasan Bea Masuk,

keringanan Bea Masuk, pengembalian Bea Masuk dan penangguhan Bea Masuk

2. Tarif preferensi 3. Bea Masuk Ditanggung

Pemerintah (BMDTP)

1. Pelayanan Terpadu Satu Pintu 2. Perizinan Keimigrasian bagi Tenaga

Kerja Asing 3. Kemudahan usaha di Kawasan Ekonomi

Khusus4. Layanan Kepabeanan Pemberitahuan Pendahuluan

(Prenotification) Pelayanan Segera (Rush Handling) Vooruitslag Pembongkaran/Penimbunan di Luar

Kawasan Pabean Importir Jalur Prioritas

1. Penurunan suku bunga bank (Contoh: Kebijakan Okt-Nov 2011 tentangpenurunan suku bunga bank)

2. Keringanan pinjaman bank (Contoh: Kredit Usaha Rakyat)

Moneter

Fiskal

FASILITAS

• Tax Holiday(PMK 192/2014 jo.130/2011)

• Tax Allowance (PP 52/2011)

• Bea Masuk Ditanggung Pemerintah-BMDTP(PMK Induk dan PMK sektor yang ditetapkan setiap tahunnya)

• Pembebasan Bea Masuk untuk Penanaman Modal (PMK 76/2012 jo. PMK 176/2009)

46

D.1. Fasilitas Fiskal Untuk Sektor Industri

Diberikan kepada industri pionir: Minimal

investasi Rp. 1 Triliun

Badan Hukum setelah 15 Agustus 2010

Bentuk fasilitas:Industri logam dasar

Industri pengilangan minyakbumi dan/atau industri kimiadasar organik yang bersumberdari minyak bumi dan gas alam

Industri permesinan

Industri di bidang sumberdaya alam terbarukan

Industri peralatankomunikasi

Pembebasan PPh Badan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sampai paling lama 10 (sepuluh) tahun

Pengurangan PPh Badan sebesar 50 % dari PPh Badan terutang selama 2 (dua) tahun

1.

2.

3.

4.

5.

D.1.1. Fasilitas Tax Holiday

Pemberian Fasilitas Fiskal Dalam Rangka Penanaman Modal (PP No.52Tahun 2011)

• Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari jumlah Penanaman Modal. dibebankanselama 6 tahun masing- masing sebesar 5% per tahun

• Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat• Pengenaan Pajak Penghasilan atas deviden yang dibayarkan kepada Subjek Pajak Luar

Negeri sebesar 10%. atau tarif yang lebih rendah menurut Persetujuan Penghindaran PajakBerganda yang berlaku

• Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 tahun tetapi tidak lebih dari 10 tahun

• Untuk meningkatkan kegiatan investasi guna mendorongpertumbuhan ekonomi. serta untuk pemerataanpembangunan dan percepatan pembangunan bagi bidangusaha dan/atau daerah tertentu

Tujuan

PP No.52/2011

Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 2011tentang Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal dibidang-bidang usahatertentu dan/atau di daerah – daerah tertentu

D.1.2. Insentif bagi industri – Tax Allowence

Sektor Industri yang dapat memanfaatkan fasilitas Tax Allowance

1. Industri pemurnian dan pengolahan gas bumi

2. Industri pengolahan susu bubuk, makanan bayi, makanan dari cokelat dan makanan lainnya

3. Industri pemurnian dan pengolahan gas bumi

4. Industri besi dan baja dasar serta kapur

4 Sektor Tax Allowance 2014

Jumlah KBLI dalam PP 52 Tahun 2011 adalah 52 dalam lampiran I dan 77 dalam Lampiran II, sehingga total bidang usaha penerima fasilitas sebanyak129.

Jumlah KBLI dalam revisi PP 52 tahun 2011 adalah 64 KBLI dalam Lampiran I dan 80 KBLI dalam Lampiran II, sehingga total bidang usaha yang diusulkansebanyak 144 KBLI.

TUJUAN PEMBERIAN  BMDTPUntuk meningkatkan daya saing industri dan memperdalamstruktur industri nasional serta menciptakan iklim usaha

yang kondusif dengan mengurangi beban/costbea masuk untuk bahan baku/bahan penolong /komponen

yang diperlukan bagi industri

IMPORT

LUAR NEGERI

PRODUSEN DALAM NEGERI

PMA

PMDN

Industri

Output

Industri

IMPORT

LUAR NEGERI

PRODUSEN DALAM NEGERI

PMA

PMDN

Output

BAHAN BAKU DALAM KATEGORI BMDTP

2008

Industri Sebelum BMDTP Industri Setelah BMDTP

D.1.3. Insentif bagi industri – BMDTP

KRITERIA INDUSTRI YANG MENDAPATKAN BMDTP

No. KriteriaBobot(%)

1 Memenuhi penyediaan barang dan/atau jasauntuk kepentingan umum, dikonsumsi masyarakatluas, dan/atau melindungi kepentingan konsumen

40

2 Meningkatkan daya saing 30

3 Meningkatkan penyerapan tenaga kerja 20

4 Meningkatkan pendapatan negara 10

a. Belum diproduksi di dalam negeri;

b. Sudah diproduksi di dalam negeri namun belummemenuhi spesifikasi yang dibutuhkan; atau

c. Sudah diproduksi di dalam negeri namunjumlahnya belum mencukupi kebutuhanindustri.

KRITERIA BARANG DAN BAHAN YANG MENDAPATKAN BMDTP 

• Penyusunan exit strategy dalam rangkamengurangi ketergantungan import danneraca perdagangan, sehingga pada tahun2019 fasilitas BMDTP ini sudah tidakdiberikan lagi.

• Mengusulkan insentif baru ke KementerianKeuangan yaitu insentif untuk industri yangmenghasilkan intermediate goods (barangantara).

Kebijakan BMDTP yang akan datang

BACK

A. Pengembangan StandardisasiIndustri

Tujuan Pemberlakuan SNI/ST/PTCA.1.

a. perlindungan keamanan, kesehatan, dankeselamatan manusia, hewan, dan tumbuhan; 

b. pelestarian fungsi lingkungan hidup; 

c. persaingan usaha yang sehat; 

d. peningkatan daya saing; dan/atau

e. peningkatan efisiensi dan kinerja Industri. 

• Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri

Sasaran Strategis

Pelaksanaan Pemberlakuan SNI/ST/PTCA.2.

RegulasiTeknis

SNI / ST/ PTC Wajib =

98

252 No. HS

Lembaga Penilaian Kesesuaian yang ditunjuk: 33 LSPro, 69 Lab. Uji DN, 50 Lab. Uji LN

2.829 SPPT SNI : DN 1.813, LN 1.016.

Pelaksanaan Pemberlakuan SNI/ST/PTCA.3.

Data dalam Juta US$Sumber : Dit. PMB dan Pusdatin, Kemendag

Pelaksanaan Pemberlakuan SNI/ST/PTCA.4.

Data dalam Juta US$Sumber : Dit. PMB dan Pusdatin, Kemendag

Langkah‐langkah ke depanA.5

59

Kegiatan Pengembangan Standardisasi Industri

b

Kerangka Regulasi RPJMN 2015‐2019 Terkait Standardisasi Industri

a

Target 2015‐2019 Kegiatan Standardisasi Industri

c

BACK