37
B A B I P E N D A H U L U A N 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar yang ada di dunia, Indonesia terdiri dari 17.508 pulau. Terbentang dari Sabang sampai dengan Merauke, terletak di antara benua Asia dan Australia, yang merupakan wilayah yang strategis, hal ini yang membuat Indonesia mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap sektor ekonomi, budaya, politik, dan sosial. Luasnya Negara Indonesia membuat Indonesia memiliki beragam kebudayaan dan suku-suku. Kebudayaan yang dimiliki Indonesia tak jarang menjadi alasan utama para turis-turis yang datang dari luar negeri, oleh karena itu kebudayaan yang ada di Indonesia harus di lestarikan agar tidak hilang digantikan oleh budaya modern yang sedang melanda dunia. Mengenai kebudayaan ini, saya ingin memaparkan kebudayaan dari salah satu kota di Indonesia, yaitu pulau Ternate, dimana kebudayaan di pulau Ternate ini terdapat 7 unsur-unsur kebudayaan di antaranya, bahasa, sistem pengetahuan, sistem religi, kesenian, sistem peralatan hidup, dan lain-lain. 4

paper B A B I

  • Upload
    hollyi

  • View
    1.522

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: paper B A B    I

B A B I

P E N D A H U L U A N

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar yang ada di dunia, Indonesia terdiri dari

17.508 pulau. Terbentang dari Sabang sampai dengan Merauke, terletak di antara benua

Asia dan Australia, yang merupakan wilayah yang strategis, hal ini yang membuat

Indonesia mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap sektor ekonomi, budaya,

politik, dan sosial.

Luasnya Negara Indonesia membuat Indonesia memiliki beragam kebudayaan dan suku-

suku. Kebudayaan yang dimiliki Indonesia tak jarang menjadi alasan utama para turis-turis

yang datang dari luar negeri, oleh karena itu kebudayaan yang ada di Indonesia harus di

lestarikan agar tidak hilang digantikan oleh budaya modern yang sedang melanda dunia.

Mengenai kebudayaan ini, saya ingin memaparkan kebudayaan dari salah satu kota di

Indonesia, yaitu pulau Ternate, dimana kebudayaan di pulau Ternate ini terdapat 7 unsur-

unsur kebudayaan di antaranya, bahasa, sistem pengetahuan, sistem religi, kesenian, sistem

peralatan hidup, dan lain-lain.

Ternate adalah salah satu pulau kecil di daerah Maluku Utara, yang terletak di pantai barat

dari sebuah pulau besar,yaitu Pulau Halmahera. Selain itu terdapat pula Pulau Tidore,

Pulau Makian, Pulau Morotai. Sekarang, Pulau ternate adalah ibu kota dari provinsi

Maluku Utara. Di Pulau Ternate terdapat istana para Sultan, dan banyak kastil-kastil

peninggalan dari jaman kolonial yang banyak sekali menyimpan sejarah dan budaya dari

masyarakat Ternate.

4

Page 2: paper B A B    I

Mengenai masalah kebudayaan, Ternate termasuk wilayah yang kaya akan kebudayaan di

Indonesia. Memiliki wilayah yang sangat luas, setidaknya ada 29 etnis yang tersebar di

Pulau Ternate. Puluhan etnis tersebut memiliki keragaman bahasa yang bahkan mereka

sendiri tidak mengerti bahasa tersebut namun tetap mempunyai rasa saling hormat terhadap

etnis lain. Ternate juga memiliki suku-suku yang masih terpencil dan asing seperti Tobaru

dan Togutil. Disini untuk lebih spesifiknya, penulis akan membahas suku Togutil.

5

Page 3: paper B A B    I

1.2 RUMUSAN MASALAH/PERMASALAHAN

Permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini, yaitu :

1. Bagaimana sistem teknologi pada suku Togutil?

2. Bagaimana sistem religi pada suku Togutil?

3. Bagaimana sistem bahasa pada suku Togutil?

4. Bagaimana sistem mata pencaharian pada suku Togutil?

5. Bagaimana sistem pengetahuan pada suku Togutil?

6. Bagaimana sistem organisasi sosial pada suku Togutil?

7. Bagaimana sistem kesenian pada suku Togutil?

1.3 TUJUAN dan MANFAAT PENULISAN

1.3.1 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari penulisan ini, yaitu :

Untuk mengetahui sistem teknologi pada suku Togutil.

Untuk mengetahui sistem religi pada suku Togutil.

Untuk mengetahui sistem bahasa pada suku Togutil.

Untuk mengetahui sistem mata pencaharian pada suku Togutil.

Untuk mengetahui sistem pengetahuan pada suku Togutil.

Untuk mengetahui sistem organisasi pada suku Togutil.

Untuk mengetahui sistem kesenian pada suku Togutil.

1.3.2 MANFAAT PENULISAN

Sedangkan manfaat dari penulisan ini, yaitu :

Dapat menambah pengetahuan mengenai suku yang terdapat di Pulau Ternate.

Dapat dijadikan sebagai referensi bagi yang ingin mempelajari lebih dalam lagi

Suku terpencil yang ada di Pulau Ternate, yaitu suku Togutil.

Dapat dijadikan sebagai inspirasi bagi penulis-penulis lain yang ingin membuat

karya tulis mengenai suku terpencil yang ada di Pulau Ternate.

6

Page 4: paper B A B    I

1.4 BATASAN KONSEP/TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Untuk mempermudah pembaca dalam membaca penulisan ini, maka berikut adalah

tinjuan kepustakaan dari bahasa-bahasa yang digunakan oleh suku Togutil :

Balahitongi : pajak

Jou Kolano : Yang Mulia

Jo Boki : permaisuri

Kaicili Putra : anak putra sultan

Boki Putri : anak putrid sultan

1.5 METODELOGI PENULISAN

1.5.1 STUDI KEPUSTAKAAN

Penulis melakukan pencarian data-data mengenai suku-suku yang terletak d

Ternate,yang dibutuhkan untuk mendukung penulisan makalah

1.5.2 STUDI DUNIA MAYA

Dalam metode ini, penulis mengumpulkan data-data yang di ambil dari

internet untuk melengkapi bahan-bahan penulisan makalah ini.

1.5.3 INSTRUMEN PENELITIAN

Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan beberapa alat untuk

mempermudah pencarian data, diantaranya adalah sebagai berikut :

Note Book, untuk membuat data.

Internet, untuk sambungan koneksi pencarian data di internet.

7

Page 5: paper B A B    I

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan dibagi menjadi tiga bab yang akan menjabarkan tulisan-tulisan mengenai suku

aceh secara lengkap. Berikut adalah pembagian pembahasan setiap bab yang ditulis dalam

penelitian ini :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan tentang uraian latar belakang masalah, tujuan dan

Manfaat penulisan, rumusan masalah, batasan konsep/tinjuan

kepustakaan, metodelogi penulisan, demografi dan sistematika

BAB II : PEMBAHASAN

Berisikan mengenai suku Togutil secara keseluruhan berdasarkan 7

unsur kebudayaan.

BAB III : PENUTUP

Berisikan tulisan mengenai hasil dari penelitian serta saran-saran

kesimpulan dari hasil penelitian.

1.7 DEMOGRAFI

1.7.1 LETAK PUSAT DAERAH KEBUDAYAAN

Letak pusat daerah kebudayaan suku Togutil di wilayah Maluku Utara, di

wilayah Indonesia bagian barat

1.7.2 BATAS-BATAS GEOGRAFIS

Ternate Gunung Gamalama

8

Page 6: paper B A B    I

Ternate terletak pada 3LU-3LS dan 124 -129BT. Luas wilayah Pulau Ternate

140.255,32 Km. Dengan batas-batas wilayah : Samudera Pasifik di sebelah Utara,

Laut Seram di sebelah Selatan, Laut Halmahera di sebelah Timur, Laut Maluku di

sebelah Barat. Provinsi Maluku Utara mempunyai luas wilayah 145.818,1 km²,

terdiri dari 45.087,66 km² (30,92 %) wilayah daratan dan 100.731,44 km² (69,08 %)

wilayah perairan. Pulau Ternate didominasi oleh gunung vulkanik, seperti gunung

Gamalama. Dari lokasimya sangat pantas dijadikan pintu masuk menuju Halmahera

(1715m).

1.7.3 JUMLAH PENDUDUK

Masyarakat ternate menurut Jumlah Penduduk Kota Ternate menurut

kecamatan tahun 2008 adalah 172.387 jiwa. Ternate mengalami pertumbuhan

penduduk yang besar, karena pada tahun 2004, penduduk ternate hanya berjumlah

113.939 jiwa dan meningkat pesat hingga tahun 2008 kemarin.

1.7.4 KEADAAN ALAM

Wilayah Ternate dipengaruhi oleh iklim laut tropis dan iklim musim dan

keadaan iklimnya sangat dipengaruhi oleh lautan dan bervariasi di tiap wilayahnya

dengan rata-rata curah hujan 2000-3000 mm.

Pulau Ternate sebagian besar adalah gunung yang berbuki dan terdiri dari

pulau-pulau vulkanis dan pulau karang, sedangkan sebagian lainnya merupakan

daratan.

Komoditas unggulan di Ternate adalah pda sektor perkebunan, antara lain

kelapa, kakao, pala, cengkeh, kopi, dan jambu mete. Sedangkan pada sektor

pertanian, dan holtikultura, menghasilkan, padi, palawija, ubi-ubian, holtikultura,

pisang, kacang tanah, dan kacang hijau. Pada sektor pertanian ini, Ternate memiliki

prospek yang menarik pada pasar dalam maupun luar negeri.

9

Page 7: paper B A B    I

1.7.5 SEJARAH KEBARADAAN MASYARAKAT

Suku togutil, suku terasing yang ada di Ternate, hidup secara nomaden di

pedalaman pulau Ternate. Istilah kata Togutil sendiri identik dengan makna

primitive, keterbelakangan, kebodahan, ketertinggalan, serta masih banyak lagi arti-

arti dengan makna yang sama.

Dalam keseharian kehidupan masyarakat di Maluku Utara yang hingga sekarang ini

juga telah memasuki era digital sebagaimana orang-orang di pulau Jawa, namun

ternyata masih ada saudara-saudaranya yang ada di pedalaman pulau Ternate yang

hidupnya masih primitif dan terbelakang serta jauh dari sentuhan modernisasi. Suku

Togutil ini adalah suku terasing yang hidup di negerinya sendiri, kita tidak

mengenal siapa mereka, dan mereka juga tidak mengenal siapa mereka. Namun

kehidupan mereka tidak merusak dan merubah alam.

Di pedalaman pulau Halmahera, komunitas suku pengembara ini ditemui di

beberapa kawasan. Di utara masih terdapat di pedalaman Tobelo, di tengah seperti

terdapat di Dodaga, di pedalaman Kao, di pedalaman Wasilei dan agak ke selatan

juga terdapat beberapa komunitas mereka di pedalaman Maba dan Buli. Setiap

komunitas suku primitif ini berbeda antara satu dengan yang lainnya. Bahkan

mereka berperang antara satu dengan yang lainnya.

Konflik-konflik di Ternate

Wilayah Maluku utara sering terjadi konflik-konflik. Pada awalnya, pihak-pihak

yang berseteru hanya penduduk dari pulau Makian, yang terletak di Maluku Utara

juga, dikarenakan bencana alam yang mengharuskan mereka untuk mengungsi di

kawasan Kao. Perseteruan tersebut diawali oleh putusan pemerintah Ternate untuk

memekarkan kecamatan Kao menjadi 2 kecamatan yakni kecamatan Kao yang

berisikan penduduk asli Kao dan kecamatan Makian-Malifut yang berisikan

penduduk Makian yang merupakan kaum pendatang di Halmahera. Pemekaran

kecamatan ini diikuti oleh perubahan status administratif wilayah kelima desa Kao

10

Page 8: paper B A B    I

ini kemudian menjadi masalah. Kelima desa ini menolak untuk bergabung dengan

orang-orang Makian karena mereka terikat kesatuan adat dengan sejumlah desa Kao

atas dasar sumpah leluhur. Warga Makian pun melakukan penyerangan terhadap

dua desa Kao ( desa Sosol dan Wangeorak). Diantara masyarakat Makian dan Kao

terdapat pula perbedaan keyakinan. Masyarakat Makian menganut agama Islam,

sedangkan masyarakat Kao menganut agama Kristen.

Penyerangan oleh masyarakat Makian ini kemudian dibalas oleh bantuan warga

masyarakat dari Kao Barat dan Kao Timur yang beragama Islam dan Kristen sekitar

1000 orang. Akibatnya terjadi konflik selama 4 hari, dan mengubah hubungan

antara kedua suku ini menjadi hubungan konflik. Motif konflik etnis ini kemudian

direkayasa untuk berubah menjadi konflik agama pada peristiwa di Tidore.

Rekayasa ini terlihat dari surat palsu dari ketua Sinode GPM yang berbau provokasi

konflik agama dengan sasaran awal adalah etnis Makian. Dengan sengaja surat ini

diedarkan kepada masyarakat Tidore yang beragama muslim dan para pengungsi

dari Makian di Tidore dan selanjutnya melebar dan meluas ke pulau Ternate dan

berbagai kawasan di pulau Halmahera.

Puncak konflik kedua kesultanan ini terjadi dalam bentuk konflik kekerasan yang

terjadi di mana-mana. Dengan mengerahkan masa pendukungnya dari Makian dan

para pendukung Jihad, aksi penguasaan ini menjalar ke tempat-tempat lain sampai

pada akhirnya mereka mendapat perlawanan keras dari masyarakat asli Halmahera

di Tobelo dan Galela yang kebetulan mayoritas Kristen. Perlawanan masyarakat

Halmahera ini kemudian direspon oleh sebuah kelompok masa lain yang patut

diperhitungkan kekuatan tempur magisnya yaitu suku Togutil, sebuah suku asli

yang terasing di Ternate. Suku Togutil tidak menganut agama Islam atau Kristen,

mereka masi menganut agama adat yang berbau animisme dan dinamisme.

Keterlibatan mereka berperang dikarenakan ingin membalas dendam atas

terbunuhnya keluarga mereka yang menikah dengan orang Kristen Halmahera dank

arena ingin membela eksistensi diri dan wilayah Halmahera dari ekspansi

penghancuran oleh kaaaum pendatang.

11

Page 9: paper B A B    I

Ikut sertanya suku Togutil ini menyebabkan persoalan konflik di Maluku utara

semakin rumit karena kemampuan magis dan sikap agresif kekerasan dari suku

Togutil ini telah dibenarkan dan didukung oleh adat mereka, karena selama mereka

berperang bukan untuk menunjukkan aksi solider, melainkan panggilan ritual adat

yang serius. Dengan adanya dukungan magis ini, warga suku Togutil bisa terbang,

berjalan di atas air, hingga anti peluru. Keikutsertaan suku Togutil ini menyebabkan

banyaknya korban jiwa yang berjatuhan di pihak pendatang. Bila agresi suku

Togutil ini tidak segera dihentikan, maka agresi pasukan Jihad yang mereka anggap

sebagai kaum pendatang juga tidak bisa menghentikan agresi mereka, dan hal ini

akan menyebabkan bertambahnya korban jiwa.

12

Page 10: paper B A B    I

B A B I IP E M B A H A S A N

2.1 Sistem Teknologi

2.1.1 Barang – Benda (Material Culture)

Rumah Adat : Baileo

Seni / Ragam Hias : Tarian Legu

13

Page 11: paper B A B    I

Pakaian Adat

Senjata

14

Page 12: paper B A B    I

Ini adalah senjata yang digunakan oleh masyarakat suku Togutil dalam

berperang, tetapi mereka lebih banyak menggunakan hal-hal magis dalam

berperang menghadapi lawan.

2.1.2 Jasa – Tindakan (Non Material Culture)

Orang-orang suku Togutil sampai saat ini belum mengenal sistem bertani,

apabila mereka belum kehabisan cadangan makanan, mereka tidak akan mencari

makanan. Mereka akan kembali melakukan pengumpulan makanan dan berburu

apabila cadangan makanan hampir habis. Orang suku Togutil biasanya mendapatkan

makanan langsung dari pohonnya, seperti; buah-buahan dan umbi-umbian.

2.2 Sistem Religi

Suku Togutil tidak menganut agama Islam ataupun Kristen, mereka menganit

agama yang berbau animisme dan dinamisme, yaitu kepercayaan terhadap roh-roh

ataupun benda-benda gaib. Dalam berperang mereka juga melakukan ritual-ritual

gaib untuk melawan musuhnya.

2.2.1 Simbol yang Digunakan

Simbol yang digunakan oleh masyarat Ternate, yakni burung garuda. Lambang

burung garuda berkepala dua berarti kerajaan Moloku Kie Raha terbentuk pada

1322. Sementara simbol burung hati terbalik mengandung makna, Sultan Ternate

harus selalu mengutamakan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadinya.

2.2.2 Mitos

Pola hidup mereka berpindah-pindah tempat. Praktek semacam ini juga dilakukan

oleh beberapa keluarga yang tinggal di Tobelo, Halmahera Utara. Mereka sering

15

Page 13: paper B A B    I

menanam satu buah pohon sebagai simbol kehadiran seorang bayi ditengah-tengah

keluarga.

Masyarakat Togutil menganggap bahwa kaitan antara anak yang dilahirkan dengan

pohon yang ditanam adalah kehidupan mereka sebenarnya, seperti pohon itu, yang

akan tumbuh besar dan menghasilkan sesuatu yang bisa berguna bagi semua orang.

2.2.3 Ritual

Inilah ritual keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat suku togutil yang

menganut animisme-dinamisme.

2.2.4 Gerakan dari kepercayaan tersebut

Gerakan yang dilakukan oleh masyaraka suku Togutil sebagai refleksi dari sisi

religinya adalah melakukan ritual sembayang atau menyembah kepada roh-roh halus

ataupun benda-benda yang diyakini memiliki nilai spritiualnya. Biasanya ritual sembayang

yang dilakukan adalah memberikan sesajen, seperti bunga-bunga, kembang tujuh rupa,

kemenyan, semacam cerutu, buah-buahan dan kopi.

16

Page 14: paper B A B    I

2.3 Sistem Bahasa

2.3.1 Penyebaran Bahasa

Pada umumnya di Ternate mempunyai bahasa sendiri, yaitu bahasa Ternate. Para

ahli berpendapat bahwa bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Halmahera

Utara, yang merupakan kelompok bahasa non-Austronesia. Namun di Ternate

terdapat beberapa wilayah seperti Tidore, Ibu, Waiyoli, Tobaru, Madole, Tobelo,

Loloda, Galela, Tololiku, Isam yang memiliki perbedaan pelafalan, dan penulisan

bahasa Ternate.

2.3.2 Tata Cara Penggunaan Bahasa

Berikut ini adalah contoh penggunaan bahasa Ternate dalam kosakata umum :

2.4 Sistem Mata Pencaharian

2.4.1 Setiap orang untuk hidup harus makan

Dalam memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari, mereka akan melakukan

pemburuan, masuk ke dalam hutan-hutan untuk mengumpulkan hasil hutan dan berburu

untuk jangka waktu tertentu, kemudian hasil yang didapatkan akan dibagi dan dimakan

secara bersama-sama. Apabila bahan makanan yang mereka dapatkan dari hasil berburu

di hutan itu belum habis, mereka tidak akan melakukan kegiatan mencari makan atau

pemburuan sampai sisa persediaan makanan yang ada hampir habis. Jadi apabila

persediaan makanan sudah hampir habis, mereka akan kembali melakukan pencarian

17

Page 15: paper B A B    I

makanan dan berburu. Orang suku Togutil biasanya mendapatkan makanan langsung dari

pohonnya, seperti buah-buahan dan umbi-umbian.

2.4.2 Kehidupan apa yang dipilih oleh masyarakat tersebut untuk mendapatkan

makanan

Kehidupan yang dipilih oleh masyarakat suku Togutil dalam mengumpulkan

makanan adalah berburu. Berburu dilakukan oleh semua orang laki-laki dari anggota

keluarga luas, dengan menggunakan anjing. Alat-alat berburu yang digunakan adalah

tombak, parang, dan panah disertai dengan tuba ( racun). Dalam usaha menangkap

buruan, mereka juga sudah mengenal penggunaan jerat. Masyarakat dari suku Togutil

mahir membuat jerat dari seutas rotan dan tanaman muda yang lentur melengkung untuk

menjerat. Jenis binatang yang diburu adalah babi, rusa, ayam hutan, burung, kuskus, ular,

biawak, dan kelelawar. Hasil yang mereka tangkap akan mereka masak bersama-sama .

2.4.3 Penyebarannya

Dalam usaha mengumpulkan makanan, masyarakat suku Togutil melakukan secara

berkelompok, misalnya meramu sagu, atau sendiri-sendiri seperti mengumpulkan umbi-

umbian dan buah-buahan. Kadang dalam pencarian makanan pokok mereka, mereka

pergi ke aliran sungai yang dekat dengan rumah mereka untuk menangkap ikan

menggunakan bambu runcing. Terkadang seruas bamboo dibuat menjadi panic penanak

nasi atau ramuan obat, dan selembar manggar, daun lontar muda dirangkai menjadi takir,

atau cangkir alami. Getah dammar dari hibum, kenari yang memiliki ukuran sebesar bola

tenis, di potong bagian kulitnya, dibakar, dan nyala apinya digunakan sebagai penerang

apabila ingin melakukan perburuan pada waktu malam hari.

18

Page 16: paper B A B    I

2.4.4 Bagaimana mereka memenuhi kebutuhannya yang beragam

Bagi orang-orang suku Togutil, anjing merupakan harta yang paling tinggi.

Seorang Togutil tanpa anjing akan lumpuh dalam pekerjaan dan tidak bergairah. Hal ini

mungkin karena peranan anjing begitu besar dalam kehidupan seorang Togutil di hutan,

baik dalam berburu maupun mencari nafkah. Kemanapun orang suku Togutil pergi, ia

akan disertai anjingnya. Karena itulah tidak heran bila seekor anjing dapat menimbulkan

permasalahan persengketaan antar perorangan maupun antar kelompok yang berujung

pada perang kecil. Masalah bunuh-membunuh, keretakan hubungan antar kerabat dan

antar kelompok bisa saja dapat timbul akibat seekor anjing.

2.5 Sistem Pengetahuan

2.5.1 Kemampuan yang berkembang pada suatu masyarakat untuk mempermudah hidup

Masyarakat Togutil merupakan suku terpencil, jauh dari peradaban modern,

meskipun begitu mereka bisa melakukan hal-hal yang bisa untuk memenuhi kebutuhan

hidup mereka sehari-hari. Misalnya seperti dalam berburu, mereka sudah membuat

senjata-senjata yang bisa digunakan untuk membunuh binatang-binatang yang bisa

dijadikan untuk bahan makanan. Masyarakat suku Togutil juga bisa membuat penerangan

di malam hari dengan menggunakan biji kenari yang telah diolah lebih dahulu.

2.5.2 Pengetahuan meliputi :

Waktu

Arah

Kehidupan berburu

Kehidupan bercocok tanam

19

Page 17: paper B A B    I

2.6 Sistem Organisasi Sosial

2.6.1 Sistem politik dan pemerintahan

Sistem politik dan pemerintahan Ternate masih bersifat tradisional dan cenderung

ke arah monarkis. Hal ini menyebabkan masyarakat Ternate menjadi terbagi-bagi

ke dalam strata sosial yang membedakan masyarakat Ternate yang satu dengan

yang lainnya.

2.6.2 Struktur pemerintahan yang dianut

Struktur pemerintahan yang dianut oleh masyarakat Ternate adalah struktur sosial

feodal, namun terdapat penggolongan yang bertolak atas dasar keturunan. Dengan

demikian pembagian masyarakat tradisional di Ternate tidak bersifat fungsional.

Adapun stratifikasi sosial masyarakat adat di Ternate terbagi atas :

Golongan Jou

Yaitu golongan istana yang terdiri dari sultan dan keluarganya, sampai tiga

turunan dalam satu garis lurus langsung. Sebutan terhadap kedua golongan

ini misalnya : Jou Kolano, Jo Boki, Kaicili Putra, dan Boki Putri

Penutup kepala berwarna putih hanya dipakai oleh golongan Jou

20

Page 18: paper B A B    I

Golongan Dano

Yaitu golongan keluarga cucu sultan dan anak-anak yang dilahirkan dari

putri sultan dengan orang dari luar lingkungan istana atau masyarakat biasa,

juga termasuk keturunan dari kakak maupun adik kandung sang Sultan.

Golongan Bala

Golongan ini sering disebut dengan Bala Kusu se-Kano-Kano, yaitu mereka

yang berada di luar kedua golongan di atas termasuk dalam golongan rakyat

biasa.

Penutup kepala pejabat kesultanan

Dengan adanya Golongan Jou dan Dano, bukanlah berarti bahwa jabatan-

jabatan tinggi dalam Struktur Dewan Adat baik dalam bidang urusan

duniawi atau sosial (Bobato Dunia) maupun urusan keagamaan (Bobato

Akhirat) tertutup bagi golongan rakyat. Sebagai contoh; kepala adat dan

rumah-tangga istana biasanya dijabat oleh golongan rakyat.

21

Page 19: paper B A B    I

Namun seiring dengan perkembangan jaman hingga saat ini, perkembangan

eksistensi dari penggolongan stratifikasi sosial dalam masyarakat Ternate

kian memudar dari waktu ke waktu. Fenomena ini terjadi karena tuntutan

jaman yang mau tidak mau menggiring pandangan masyarakat Ternate

modern ke arah persamaan hak dan derajat. Seperti halnya daerah lain di

Nusantara yang nota bene bekas suatu kerajaan atau kesultanan, masyarakat

Ternate modern juga berpandangan bahwa status sosial seseorang bukan

lagi ditentukan oleh faktor Genealogis, malainkan dari aspek SDM-nya.

Disamping pembagian struktur kehidupan sosial tersebut di atas, masih ada

lagi pembagian kelompok kekerabatan besar yang membagi seluruh

masyarakat Ternate atas 41 kelompok kekerabatan berdasarkan wilayah,

yaitu :

1. SOA SIO

Yaitu komunitas atau kelompok kekerabatan besar yang terbagi lagi

dalam beberapa Soa/Marga. Soa Sio terdiri dari 9 kelompok

Soa/Marga yang berada di di wilayah pusat Kesultanan).

2. SANGAJI

Yaitu komunitas atau kelompok kekerabatan pada beberapa distrik di

negeri seberang/di luar pulau Ternate.

3. HEKU

Yaitu komunitas atau kelompok kekerabatan masyarakat Ternate yang

wilayahnya mulai dari Ake Santosa (sekarang Kelurahan Salero) ke

arah utara hingga ke pulau Hiri termasuk Halmahera muka).

22

Page 20: paper B A B    I

4. CIM

Yaitu kelompok kekerabatan atau komunitas masyarakat Ternate yang

wilayahnya dari Ake Santosa ke salatan hingga mencapai batas desa

Kalumata.

Meskipun sekarang struktur sosial sudah tidak terlalu ditentukan oleh faktor

genealogis, tetapi stratifikasi sosial tradisional Ternate masih tetap eksis di kalangan

tertentu, terutama di dalam masyarakat adat yang hingga saat ini masih tetap setia dengan

kebesaran dan kejayaan kesultanan Ternate pada masa lampau.

Pembagian kelompok kekerabatan murni yang terdiri dari 41 kelompok

kekerabatan seperti yang diuraikan di atas hingga saat ini masuh dipertahankan oleh

sebagian kalangan dan dalam bentuk kesatuan masyarakat. Saat ini masih banyak yang

menggunakan embel-embel nama marga di belakang nama orang tersebut.

23

Page 21: paper B A B    I

2.7 Sistem Kesenian

2.7.1 Ragam kesenian yang dilakukan

Alat-alat musik

Di Ternate, pohon bambu, selain digunakan sebagai bahan baku untuk

peratalan pekerjaan, bisa digunakan juga sebagai alat musik, yang dikenal

dengan ” Musik Bambu Hitada” atau sering juga disebut dengan ”Hitadi”.

Alat musik utama pada musik Bambu Hitada adalah batangan bambu itu

sendiri, yang biasanya hanya terdiri dari 2 ruas saja dan panjangnya tidak lebih

dari 1,75 m. Biasanya batang bambu ini sudah sudah dilobangi sesuai nada

tone, dan dicat warna-warni untuk membuat tampilan bambu menjadi lebih

indah.

Hitadi

Selain Hitadi ada juga ”Musik Yanger” yaitu musik yang tidak menggunakan

bambu.

Musik Yanger

Musik Bambu Hitada dan Yanger ini biasanya hanya dimainkan pada acara-

acara tertentu saja, seperti perkawinan, pesta syukuran, pesta rakyat, dll.

Permainan musik ini biasanya dimainkan oleh group yang beranggotakan 5-14

orang.

24

Page 22: paper B A B    I

Selain itu ada juga alat musik “Cikir” yang terbuat dari batok buah kelapa

yang masih utuh dan diisi dengan beberapa butir kerikil bulat atau biji kacang

hijau kering. Setiap musik yang dimainkan biasanya mengiringi dua orang

vokalis atau lebih yang menyanyikan sebuah lagu tradisional. Seperti biasanya

orang menyanyi, pada musik tradisional orang Ternate ini, durasinya antara 5

hingga 10 menit per lagu. Satu hal yang perlu diketahui bahwa, semua personil

group musik ini, biasanya adalah kaum laki-laki. Jarang terlihat kaum wanita

bergabung dalam group musik tradisional ini, kalaupun ada mereka hanya

berperan sebagai vokalis saja.

Cikir

2.7.2 Peranan kesenian dalam masyarakat

Kesenian memiliki sangat melekat dalam diri masyarakat Ternate. Mereka biasanya

bersama-sama dalam membuat musik, yang biasanya akan dipentaskan ke dalam

upacara adat, pesta perkawinan, dan syukuran. Jadi kesenian tradisional Ternate

jarang akan dipentaskan apabila ada acara-acara tertentu saja.

2.7.3 Contoh keseniannya :

Seni lukis

Seni pahat

Seni tari

Seni musik

25

Page 23: paper B A B    I

B A B I I I

P E N U T U P

3.1 KESIMPULAN

Dari hasil penulisan pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh adalah

1. Masih adanya nilai-nilai adat yang sangat melekat dalam darah orang Ternate

2. Kehidupan suku Togutil yang jauh dari peradaban dunia modern, hidup menggembara

di pedalaman untuk bertahan hidup

3. Masih adanya kehidupan yang membedakan satu orang dengan yang lainnya

berdasarkan stratifikasi sosial

3.1 SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka diberikan saran-saran yang sekiranya

dapat membantu para pembaca untuk masa mendatang, yaitu

1. Para pembaca harus lebih concern terhadap kehidupan asing di suku-suku lain di

Indonesia

2. Pemerintah harus menjaga suku-suku asing yang ada di Indonesia agar mereka tidak

punah

26

Page 24: paper B A B    I

BIOGRAFI PENULIS

Wendy Kosasih, lahir di Jakarta, 25 Agustus 1989. Ia sekarang sedang menyelesaikan masa

kuliah di London School of Public Relations Jakarta semester 4. Hobinya adalah bermain basket,

nonton film-film terbaru di bioskop, membaca majalah, dan travelling. Keinginan untuk

travellingnya saat ini adalah ingin mengunjungi Los Angeles.

“what doesn’t kill you makes you stronger”

27

Page 25: paper B A B    I

D A F T A R P U S T A K A

Mus J. Huliselan, Masalah Pemukiman Kembali Suku Bangsa Togutil di Kecamatan Wasilei Halmahera Tengah Sebuah Laporan Pejajagan, Universitas Patimura, Ambon, 1980. Majalah Ilmu-Ilmu Sastra - Indonesian Journal of Cultural Studies, Jilid VIII No.2, Edisi Nopember 1979, Penerbit Bharatara.

Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia, (LP3ES, 1996).

Diejen-Roemen J. M. v., Uit het land waar St. Franciscus leefde. Over bewoners van Tobelo Boeeng. (Togutil, Lino, Biri-biri). Sejarah Masuknya Agama Kristen di Tobelo-Maluku Utara, 1956.

Martodirdjo H. S, Orang Togutil di Halmahera Tengah, 1984.

Organisasi Sosial Orang Togutil di Halmahera Tengah, 1985, p.35.

Anthon Ngarbingan, Pohon Sebagai Simbol Kelahiran : Mempertimbangkan Pemahaman Lokal tentang Pohon dalam Upaya Pemulihan Kerusakan Hutan, Lomba YPHL, 2008.

John Sharpe & Andrew A. Snelling, Evangelization of the Togutil, March 1994.

B. Soelarto, Sekelumit Monografi Daerah Ternate, Depdikbud, Jakarta.

Sumber :

http://www.indonesia.go.id/id/index.php?

option=com_content&task=view&id=112&Itemid=1722 \

http://en.wikipedia.org/wiki/Ternate

http://busranto.blogspot.com/2009/03/mengenal-orang-togutil-suku-terasing-di.html

http://www.geocities.com/alifuru67/y2000/sagu2801y2kb.htm

http://www.halmaherautara.com/artikel.php?id=38

http://ternate.popsick.com/pariwisata.html

http://reyhan07.wordpress.com/category/ternate/

www.busranto.blogspot.com

www.ternate.wordpress.com

28

Page 26: paper B A B    I

http://ternate.wordpress.com/2008/01/17/stratifikasi-sosial-masyarakat-adat-di-

ternate/

http://ternate.wordpress.com/2008/01/17/stratifikasi-sosial-masyarakat-adat-di-

ternate/

www.halmaherautara.com

http://ternate.wordpress.com/2009/03/20/%E2%80%9Cthe-hidden-history-of-

jailolo%E2%80%9D-menelusuri-jejak-jejak-sejarah-kesultanan-jailolo/#more-172

gambar :

http://busranto.blogspot.com/2009/03/mengenal-orang-togutil-suku-terasing-di.html

http://ternate.popsick.com/pariwisata.html

http://ternate.wordpress.com/

http://ternate.wordpress.com/2009/03/20/%E2%80%9Cthe-hidden-history-of-

jailolo%E2%80%9D-menelusuri-jejak-jejak-sejarah-kesultanan-jailolo/#more-172

29