Upload
aa-yui-mey-ningrat
View
86
Download
20
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Paper FKH
Citation preview
TUGAS BEDAH VETERINER KHUSUS
“ Operasi Dermoid “
Disusun Oleh Kelompok 2
Anggota :
Resha Surya Putri 1209005008
Mega Mijil Pawestri 1209005009
Ni Made Riska Adyani 1209005010
A.A Ngurah Indra Vikan Nanda 1209005011
Putu Agus Trisna Kusuma Antara 1209005012
Syahrir Ramadhan 1209005013
Ayu Mey Ningrat 1209005014
Hanif Wahyu Wibisono 1209005028
Ester Muki Apriyani 1209005029
Putu Chyntia Nirmalasari Mantrawan 1209005030
Grace sophia Juliani Manik 1209005031
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan. Karena berkat limpahan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan paper “Operasi Dermoid” ini dengan baik.
Penyusunan paper ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Bedah
Veteriner Khusus. Dalam paper ini diberikan berbagai penjelasan mengenai
dermoid pada kornea serta teknik operasi beserta perawatan pasca operasinya.
Materi yang disajikan cukup terperinci agar mudah dipahami oleh pembaca.
Paper ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Seluruh dosen mata kuliah Bedah Veteriner Khusus yang telah
membimbing dalam penyusunan paper ini.
2. Teman-teman yang telah memberi dorongan dan masukan demi
terselesainya paper ini.
Kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
paper ini untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Namun kami
menyadari bahwa paper ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
harapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan paper-paper yang
selanjutnya. Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Denpasar, 15 Semtember 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan masalah................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan...............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
2.1 Definisi dermoid..................................................................................3
2.2 Dermoid pada kornea...........................................................................3
2.3 Teknik operasi dermoid.......................................................................5
2.4 Perawatan pasca operasi......................................................................6
BAB III PENUTUP..........................................................................................8
3.1 Kesimpulan .........................................................................................8
3.2 Saran ...................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................9
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Dermoid pada mata kiri anjing shih-tzu.........................................5
Gambar 2. Teknik operasi dermoid pada anjing...............................................6
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata merupakan salah satu panca indra yang berfungsi sebagai indra
penglihatan. Mata terdiri dari Superior Rectus Muscle (otot mata bagian atas
yang berfungsi menggerakkan mata ke atas), Sclera (bagian pelindung mata
yang berwarna putih pada bagian luar bola mata ), Iris (member warna pada
mata), Lensa (lensa kristalin yang jernih sekali dan ini sebagai media refraksi
untuk kita bisa melihat), Kornea (bagian paling depan dari mata, kornea tidak
ada pembuluh darah dan mempunyai kekuatan yang besar untuk membiaskan
sinar yang masuk ke mata), Anterior Chamber (bilik mata depan), Posterior
Chamber (bilik mata belakang), Conjunctiva (lapisan tipis bening yang
menghubungkan sklera dengan kornea), Inferior Rectus Muscle (otot mata
bagian bawah), vitreous chamber (aquos humor yang beruap seperti jel/gel
yang mengisi bola mata), Retina (lapisan yang akan menerima sinar yang di
terima oleh mata), Fovea centralis (daerah di retina yang paling tinggi
resolusinya untuk mendapatkan sinar yang masuk ke mata), Optic Nerve
(saraf mata yang menghantarkan sinar ke otak untuk diterjemahkan sebagai
penglihatan yang dilihat).
Kornea adalah bagian terjelas dari mata yang terletak tepat di bagian
depan. Lapisan kornea adalah salah satu lapisan sel endothelium yang serupa
dengan sel-sel yang melapisi pembuluh darah. Bila kornea mengalami
gangguan, maka akan terlihat jelas dari luar (di atas permukaan bola mata).
Terdapat beberapa kelainan pada mata, contohnya dermoid pada kornea.
Dermoid pada kornea merupakan kelainan lapisan kornea yang terjadi secara
congenital dengan karakteristik adanya lapisan meyerupai kulit pada bagian
kornea, konjungtiva atau keduanya. Kornea dermoid dapat terjadi unilateral
maupun bilateral serta dapat dengan mudah dilihat bila kelopak mata terbuka.
Akan tetapi kasus dermoid ini dapat menyebabkan iritasi yang sangat sehingga
hewan yang mengalami kasus ini sering diikuti dengan klinis berupa adanya
discharge mukopurulen dan bleparospasmus. Percobaan yang dilakukan
1
terhadap hewan membuktikan bahwa hewan yang menderita dermoid
memperlihatkan gejala radang selaput mata yang seringkali parah dan
bernanah. Kotoran bernanah tersebut mengumpul diatas kelopak mata. Hewan
mengalami takut cahaya dan selalu mengeluarkan air mata. Sering kali terjadi
kekeruhan pada kornea dengan gangguan pengelihatan. Beberapa kasus yang
terjadi pada kasus dermoid penangananya harus dilaksanakan operasi. Namun
pelaksanaannya harus sangat terampil. Jika dermoid sudah berakar pada
kornea, agak sulit penanganannya, sehingga memungkinkan akan kambuh
lagi. Berlatarbelakang dari hal tersebut, penulis tertarik mengangkat judul
“Teknik Operasi Dermoid”.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dari dermoid?
1.2.2 Bagaimana karakteristik dari dermoid pada kornea?
1.2.3 Bagaimana teknik operasi dermoid?
1.2.4 Bagaimana perawatan pasca operasi dermoid?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari dermoid.
1.3.2 Untuk mengetahui karakteristik dari dermoid pada kornea.
1.3.3 Untuk mengetahui teknik operasi dermoid.
1.3.4 Untuk mengetahui perawatan pasca operasi dermoid.
1.4 Manfaat Penulisan
Diharapkan melalui paper ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan pembaca mengenai teknik operasi dermoid yang pada umumnya
sering terjadi pada anjing. Sehingga dengan pemahaman bagaimana teknik
operasi dermoid akan memudahkan dalam melakukan tindakan operasi
tersebut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Dermoid
Dermoid adalah suatu kelainan choristoma bawaan yang pada
kenyataannya merupakan bagian ektopik dari kulit. Malformasi ini dapat
terletak pada kelopak mata (palpebral ) pada bagian palpebral atau bulbar dari
penghubung tersebut. Pada kelopak mata ketiga atau pada kornea tepi limbus
dari kelopak mata. Dermoid mata terdiri dari epitel squamus berlapis-cornified
yang dapat berpigmen untuk berbagai derajat dan terletak di dermis dimana
terdapat folikel rambut, kelenjar keringat dan lemak, dan dalam kasus yang
jarang, tulang rawan dan tulang juga dapat teramati (Jena et al, 2015).
Dermoid mata dapat terlihat diatas permukaan bola mata. Lokasinya
diatas selaput mata, meliputi selaput putih di dekat sudut mata bagian luar.
Percobaan yang dilakukan terhadap hewan membuktikan bahwa hewan yang
menderita dermoid memperlihatkan gejala radang selaput mata yang
seringkali parah dan bernanah. Kotoran bernanah tersebut mengumpul diatas
kelopak mata. Hewan mengalami takut cahaya dan selalu mengeluarkan air
mata. Sering kali terjadi kekeruhan pada kornea dengan gangguan
pengelihatan (Shadily, 2008). Dermoid pada mata telah dilaporkan di
beberapa hewan domestik seperti anjing, kucing, kuda, domba, hewan ternak
lainnya, kelinci, marmut, dan burung (Korkmaz et al, 2013). Dermoid pada
mata berprediposisi pada ras anjing German Shepherd (Jhala et al, 2010),
Saint Bernard, Golden Retriever dan Dachshunds (Erdikmen et al, 2011).
Malformasi ini umumnya bersifat bawaan tapi tidak terjadi secara turun
temurun (Kalpravidh et al, 2009).
2.2 Dermoid pada Kornea
Dermoid pada kornea merupakan kelainan lapisan kornea yang terjadi
secara congenital dengan karakteristik adanya lapisan meyerupai kulit pada
bagian kornea, konjungtiva atau keduanya. Kasus ini sering terjadi pada
hewan, terutama pada sapi jenis Hereford dan juga pada anjing dengan lesi
yang sering berlokasi di daerah temporal. Kornea dermoid dapat terjadi
3
unilateral maupun bilateral serta dapat dengan mudah dilihat bila kelopak
mata terbuka. Akan tetapi kasus dermoid ini dapat menyebabkan iritasi yang
sangat sehingga hewan yang mengalami kasus ini sering diikuti dengan klinis
berupa adanya discharge mukopurulen dan bleparospasmus. Secara
mikroskopis, lesinya berupa sel–sel keratin squamus epitel (baik yang
berpigmen atau tidak) menutupi jaringan kulit dengan folikel rambut, kelenjar
keringat dan kelenjar sebacea. Kornea dermoid dapat diklasifikasikan menjadi
dua jenis:
1. Limbal atau epbulbar dermoid, suatu dermoid yang meliputi sebagian
besar atau seluruh kornea atau suatu dermoid yang meliputi segmen
depan seluruh mata.
2. Coloboma, menyajikan kelainan bawaan yang ditandai dengan tidak
adanya kelopak mata dan dapat berada diatas atau di tutup lebih
rendah.
Sejumlah besar kondisi kornea telah diidentifikasi pada anjing.
Kondisi bawaan termasuk dermoid kornea yang umum. Dermoid biasanya
melibatkan kornea dan konjungtiva, selaput mata (membran yang terlibat
dalam mengedip pada kelopak mata) dan lebih umum disebut kelopak mata.
Dermoid cukup umum pada anjing dan biasanya mempengaruhi satu mata.
Secara teknis, dermoid kornea diklasifikasikan sebagai jenis choristoma.
Choristoma adalah cacat perkembangan dimana kelompok sel dari satu organ
yang terletak di organ terdekat dimana mereka tidak termasuk dermoid.
Rumah sakit Veterinary Medical Teaching Universitas Chungnam
melaporan kejadian dermoid pada anjing shih-tzu, anjing tersebut memerlukan
perbaikan choristoma bawaan pada mata kiri. Dilaporkan bahwa pasien
menderita depifora kronis dan beberapa debit mata selama 3 bulan. Pada
pemeriksaan mata, mata kiri mengalami hiperemia ringan pada konjungtivitis
di canthus temporal. Tanda-tanda vital dan hasil pemeriksaan darah berada
pada kisaran normal. Ditemukan sebuah lesi warna peach terang berukuran 3-
5 mm di limbus, dan ada rambut yang tumbuh dari permukaan. Permukaan
lesi kasar dan sedikit menonjol dibandingkan dengan kornea normal di
sekitarnya.
4
Gambar 1. Dermoid pada mata kiri anjing shih-tzu
2.3 Teknik Operasi Dermoid
Beberapa kasus yang terjadi pada kasus dermoid penangananya harus
dilaksanakan operasi. Namun pelaksanaannya harus sangat terampil. Jika
dermoid sudah berakar pada kornea, agak sulit penanganannya, sehingga
memungkinkan akan kambuh lagi. Pada kasus dermoid pasien minimal
berumur 3 bulan untuk dilakukan operasi. Salah satu khasus terjadi kasus
dermoid adalah anjing shih tzu yang berumur 8 bulan dengan berat 5 kg.
Langkah-langkah penangannya seperti berikut :
1) Hewan dibaringkan ke sebelah lateral (Mahesh et al, 2014).
2) Pasien Harus di anastesi terlebih dahulu dengan menggunakan
Xylazine sebesar 0,2 ml + ketamin sebesar 0,2 ml dalam satu jarum
suntik = 0,4 ml IV. (Pedoman adalah 0,25 + 0,25 = 0,5 ml untuk anjing
kg 5).
3) Setelah 5 menit diinjeksikann zoletil (untuk relaksasi otot) 0.1 ml
dengan cara intra muskular.
4) Pada daerah mata diinjeksikan 2% lignocaine hydrochloride untuk
memblok saraf sensorik pada kelopak mata (Mahesh et al, 2014).
5) Laksanakan pembedahan dengan selang waktu pembedahan adalah
kurang dari 15 menit.
6) Jika pembedahan menggunakan isoflurane (anastesi gas) tidak perlu
pemberian zoletil. Namun dalam prosesnya tidak menggunakan
5
isoflurance, harus diberikan zoletil 0.1 ml setiap kurang lebih 5 menit
(tergantung kondisi anjing).
Gambar 2. Teknik operasi dermoid pada anjing
Selain menggunakan xilazin dan atropin teknik operasi dermoid ini
dapat juga dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
1) Pasien diberikan premedikasi dengan atropin sulfat secara sub kutan
(Lee et al, 2005)..
2) Anestesi diinduksi dengan natrium thiopental (IV) dan dipelihara
dengan isoflurane. Pasien diberikan suatu larutan elektrolit yang
seimbang (IV) dan cefazolin natrium (IV) sebagai pengobatan
profilaksis diberikan sebelum operasi (Lee et al, 2005)..
3) Setelah teranestesi sempurna (stadium 3 plan 3), lesi yang terdapat
pada lapisan stromal dari kornea dan telah meluas ke limbus dan
konjungtiva di operasi. Jaringan abnormal pada konjungtiva dan
kornea diincisi menggunakan pisau (No. 11) dan instrumen mikro
(Lee et al, 2005).
4) Kemudian perbaikan jaringan konjungtiva akan berefek pada
perbaikan jaringan epitel dan vaskularisasi pembuluh darah di daerah
mata.
5) Setelah incisi atau reseksi telah selesai, dilakukan penjahitan dengan
menggunakan pola simple interrupted sutures dengan menggunakan
benang 6-0 chromic catgut.
6) Setelah operasi, diberikan tetes mata gentamisin sulfat, diklofenak
natrium dan sistemik antibiotik yang diresepkan untuk 2 minggu (Lee
et al, 2005).
6
2.4 Perawatan Pasca Operasi
Jahitan pasien dapat dibuka 4 hari setelah penjahitan namun harus
sering diberikan tetes mata selama kurang lebih 1 bulan untuk perawatan serta
pasien disarankan untuk tidak keluar rumah selama 3-4 minggu untuk
menghindari iritasi. Sebagai perawatan pasca operasi pasien dapat diberikan
obat tetes mata gentamisin sulfat. Obat gentamisin sulfat ini tersedia dalam
bentuk salep dan tetes mata, gentamisin sulfat merupakan antibiotik golongan
aminoglikosida yang efektif menghambat pertumbuhan bakteri gram positif
maupun gram negatif yang dikhawatirkan menyerang mata pasien pasca bedah
dermoid.
Pasca operasi pasien dapat juga diberikan diklofenak natrium sebagai
pereda rasa nyeri pasca pembedahan. Diklofenak natrium adalah obat anti-
inflamasi nonsteroid (NSAID) yang terutama digunakan untuk membantu
mengobati gejala radang. Obat natrium diklofenak dan golongan NSAID
lainnya juga dapat membantu mengurangi pembengkakan dan peradangan
yang disebabkan oleh penyakit tertentu sehingga membantu memberikan
kenyamanan. Pemberian diklofenak natrium pasca operasi pada hewan
sebenarnya hanya untuk mengurangi rasa nyeri saja dan memberikan rasa
nyaman pada pasien. Bila pemulihan pasca operasi berjalan lancar, maka
pemeriksaan ulang setelah dua bulan tidak mengungkapkan terulangnya kasus
dermoid kembali (Mahesh et al, 2014).
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dermoid adalah suatu kelainan choristoma bawaan yang pada
kenyataannya merupakan bagian ektopik dari kulit. Dermoid ini terlihat pada
permukan mata, lokasinya diatas selaput mata, meliputi selaput putih di dekat
sudut mata bagian luar. Hewan yang menderita dermoid memperlihatkan
gejala radang selaput mata yang seringkali parah dan bernanah. Kotoran
bernanah tersebut mengumpul diatas kelopak mata. Dermoid pada kornea
merupakan kelainan lapisan kornea yang terjadi secara congenital dengan
karakteristik adanya lapisan meyerupai kulit pada bagian kornea, konjungtiva
atau keduanya. Pada kasus dermoid penangananya harus dilaksanakan operasi.
Operasi yang dilakukan dengan teknik anestisi total menggunakan Xylazin
dan ketamin, lalu bisa juga diinjeksikan zolatil untuk relaksasi otot. Selain itu
dapat juga pasien diberikan atropin sulfat sebagai premedikasi, lalu diberikan
anestesi natrium thiopental secara intra vena. Jahitan pada mata dapat dibuka 4
hari setelah operasi. Dalam perawatan pasca operasi pasien memerlukan
pemberian obat tetes mata seperti gentamisin sulfat sebagai antibiotik. Sebagai
pereda rasa nyeri pasca operasi pasien bedah dermoid dapat juga diberikan
diklofenak natrium. Untuk menghindari terjadinya iritasi sebaiknya pasien
agar tidak keluar rumah dulu selama 3-4 minggu pasca operasi
3.2 Saran
Disarankan untuk mahasiswa khususnya kedokteran hewan agar
memperhatikan benar-benar penanganan pada operasi dermoid demi
kelancaran kinerja di lapangan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Erdikmen, DO., Aydin D., Saroglu M., Güzel O., Hasimbegovic H., Ekici A., Yubasioglu Ozturk G. 2013. Surgical correction of ocular dermoids in dogs: 22 cases. Kafkas Univ Vet Fak Derg,19 (Suppl-A): A41-A47.
Jena, B., A. Ahmed., and N.K. Pagrut. 2015. Surgical management of islands of ocular dermoids in a holstein friesian cross bred calf – a case study. J. Livestock Sci. 6:1-3.
Jhala, SK., Joy N., Patil DB., Parikh PV., Kelawala NH., Patel AM. 2010. Removal of dermoid cyst in a German shepherd dog. Vet World, 3, 339.
Kalpravidh, M., Tuntivanich P., Vongsakul S., Sirivaidyapong S. 2009. Canine amniotic membrane transplantation for corneal reconstruction after the excision of dermoids in dogs. Vet Res Commun, 33, 1003-1012.
Korkmaz , Musa., Unal Yavuz., H. Huseyin Demirel., Ibrahim Demirkan. 2013. Conjunctival Dermoid in A Belgian Malinois Dog. Kafkas Univ Vet Fak Derg. 19 (6): 1057-1059.
Lee, Jae-il., Myung-jin Kim., Il-hwan Kim., Yeoung-bum Kim., Myung-cheol Kim. 2005. Surgical selection of corneal dermoid in a dog. Journal of Veterinary Science. 6 (4), 369–370.
Mahesh, R., V Devi Prasad., G Kamalakar and J Devarathnam. Surgical Management of Conjuctival Dermoid in a Cross-Bred Calf-A Case Report. 2014. International Journal of Food, Agriculture and Veterinary Sciences. Vol. 4 (2).
Shadily, Hasan. 2008. "Ensiklopedia Indonesia". Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve. pp. 793–794.
9