18
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Neuralgia trigeminal atau trigeminal neuralgia atau yang dikenal juga sebagai tic doloreux merupakan inflamasi pada nervus trigeminus yang mengakibatkan sensasi nyeri yang ekstrim dan menyebabkan spasme pada otot wajah. 1 Sensasi nyeri yang dirasakan yaitu seperti sengatan listrik, yang terjadi secara tiba-tiba akibat stimulus yang dihantarkan pada bagian-bagian sensitif wajah (trigger zone), yaitu pada bagian nasolabialis dan daerah dagu. Keluhan berupa serangan nyeri hebat di wajah pada salah satu sisi yang berulang dan dapat berlangsung dalam beberapa detik sampai menit. 2 Prevalensi penyakit ini diperkirakan 107,5 pada lelaki dan 200,2 pada perempuan per 1 juta populasi penyakit ini lebih sering terjadi pada sisi kanan wajah dibandingkan dengan sisi kiri (rasio 3:2) dan merupakan penyakit pada kelompok usia dewasa. Di indonesia, jumlah penderita neuralgia trigeminal (NT) diperkirakan mencapai 30.000 orang. 3 Diagnosis neuralgia trigeminal sepenuhnya berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan klinis.

Paper Neuro Trigeminal Neuralgia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas

Citation preview

12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Neuralgia trigeminal atau trigeminal neuralgia atau yang dikenal juga sebagai tic doloreux merupakan inflamasi pada nervus trigeminus yang mengakibatkan sensasi nyeri yang ekstrim dan menyebabkan spasme pada otot wajah. 1 Sensasi nyeri yang dirasakan yaitu seperti sengatan listrik, yang terjadi secara tiba-tiba akibat stimulus yang dihantarkan pada bagian-bagian sensitif wajah (trigger zone), yaitu pada bagian nasolabialis dan daerah dagu. Keluhan berupa serangan nyeri hebat di wajah pada salah satu sisi yang berulang dan dapat berlangsung dalam beberapa detik sampai menit.2

Prevalensi penyakit ini diperkirakan 107,5 pada lelaki dan 200,2 pada perempuan per 1 juta populasi penyakit ini lebih sering terjadi pada sisi kanan wajah dibandingkan dengan sisi kiri (rasio 3:2) dan merupakan penyakit pada kelompok usia dewasa. Di indonesia, jumlah penderita neuralgia trigeminal (NT) diperkirakan mencapai 30.000 orang.3

Diagnosis neuralgia trigeminal sepenuhnya berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan klinis. Pemeriksaan pemeriksaan penunjang hanya bertujuan untuk membedakan neuralgia trigeminal idiopatik dan simptomatik.4

Terapi yang digunakan, yaitu medikamentosa yang efektif dalam 80% kasus. Untuk 20% kasus yang tidak mengalami perbaikan dengan terapi medikamentosa, maka terapi dengan pembedahan menjadi pilihan.5

Penyakit ini dapat menyebabkan morbiditas akibat nyeri wajah yang kronis dan berulang, bahkan tidak jarang menyebabkan para penderitanya menghindari kegiatan tertentu (menguap atau menguyah). Selain itu, tidak jarang pula menyebabkan depresi bagi penderitanya.6 Oleh sebab itu, perlu diketahui gejala awal, deteksi dini, dan tata laksana yang tepat untuk mengatasi neuralgia trigeminal ini dan menghindarkan berbagai permasalahan yang telah diuraikan di atas

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Neuralgia Trigeminal (NT) digambarkan oleh IASP (International Association for the Study of Pain ) sebagai nyeri di wajah yang timbulnya mendadak, biasanya unilateral. Nyerinya singkat dan berat seperti ditusuk disalah satu cabang nervus trigeminus.3

Dalam Konsensus Nasional II kelompok studi nyeri kepala Perdossi, neuralgia trigeminal dideskripsikan sebagai suatu serangan nyeri wajah dengan gejala khas berupa nyeri unilateral, tiba tiba, seperti tersengat aliran listrik berlangsung singkat, jelas terbatas pada satu atau lebih distribusi cabang nervus trigeminus. Nyeri umumnya dicetuskan oleh stimulus ringan dan timbul spontan. Pada umumnya terjadi remisi dalam jangka waktu yang bervariasi.5

2.2 EPIDEMIOLOGI

Prevalensi neuralgia trigeminal adalah 15 kasus tiap 100.000 orang, dengan predisposisi perempuan dua kali lebih beresiko untuk menderita neuralgia trigeminal dibandingkan dengan laki-laki. Pada 90% pasien didapatkan bahwa usia tersering untuk menderita neuralgia trigeminal adalah pada usia di atas 40 tahun, umumnya pada usia 60-70 tahun.6 Kadang kadang penyakit ini dapat ditemukan pada usia muda terutama jenis atipikal atau sekunder, dan ada yang melaporkan kasus neuralgia trigeminal pada anak-anak, walaupun sangat jarang.7

Faktor ras dan etnik tampaknya tidak berpengaruh terhadap kejadian Neuralgia Trigeminal.4

2.3 ANATOMI NERVUS TRIGEMINUS

Nervus trigeminus merupakan nervus cranialis (Nervus ke-V) yang memiliki tiga cabang yang mensarafi daerah kepala dan wajah.1

Ketiga cabang nervus trigeminug, yaitu :

1. Nervus V1 (N.oftalmikus), membawa informasi sensorik dari daerah kulit kepala, kening, kelopak mata atas, konjungtiva, kornea, hidung, mukosa nasal, sinus frontalis, dan sebagian meningens.

2. Nervus V2 (N.maksilaris), membawa informasi sensorik dari daerah kelopak mata bawah, pipi, gusi, dan gigi bagian atas, bibir atas, palatum dan atap faring, sinus maksilaris, sinus ethmoid, dan sinus sphenoid.

3. Nervus V3 (N.mandibularis), membawa informasi sensorik dari bibir bawah, gusi dan gigi bagian bawah, dagu dan rahang, sebagian aurikula eksterna, dan sebagian meningens. Nervus V3 juga memiliki cabang motorik yang mempersarafi otot-otot mastikasi (m.masseter, m.temporalis, m.pterygoid medial, m.pterygoid lateralis) dan otot-otot lain, yaitu m.tensor veli palatini, m.mylohyoid, m.tensor timpani, dan bagian anterior m.digastricus).6

2.4 ETIOLOGI

Penyebab neuralgia trigeminal bersifat multifaktorial.6 Ada juga sumber yang menyebutkan bahwa penyebab neuralgia trigeminal masih belum jelas.5 Diyakini bahwa penyebab mendasar neuralgia trigeminal adalah kompresi vaskular radiks trigeminal yang menyebabkan demielinisasi dan menyebabkan gangguan fungsi pada tingkat axonal.7

Menurut International Headache Society, neuralgia trigeminal dapat dibagi menjadi 2 kategori :

1. Classical Neuralgia Trigeminal, yaitu neuralgia trigeminal tanpa penyebab yang jelas (idiopatik). Dapat disebut juga sebagai neuralgia trigeminal primer.

2. Symptomatic Neuralgia Trigeminal, yaitu adanya tumor, aneurisma, inflamasi meningeal kronis, infeksi virus, multipel sklerosis, atau kelainan di basis kranii yang menyebabkan kompresi radiks trigeminal. Symptomatic neuralgia trigeminal ini disebut juga sebagai neuralgia trigeminal sekunder.7 Sebagai indikator neuralgia trigeminal simptomatik adalah defisit sensorik n. trigeminus, terlibatnya nervus trigeminus bilateral atau kelainan refleks trigeminus.5

2.5 PATOFISIOLOGI

Nervus trigeminus dapat menyebabkan nyeri karena fungsi utamanya adalah sensorik. Pada neural trigeminal klasik atau idiopatik terdapat patofisiologi yang mendasari, yaitu kompresi vaskular, yaitu vena atau arteri pada area masuk saraf trigeminus ke pons yang menyebabkan demielinisasi fokal nervus trigeminus. Nyeri neuropatik merupakan tanda utama jejas pada daerah serat aferen nosiseptif yang tidak termielinisasi atau hanya memiliki lapisan mielin yang tipis.6

Sumber lain menyebutkan bahwa terdapat mekanisme sentral dan perifer yang berperan dalam menyebabkan neuralgia trigeminal.7

Sebagai mekanisme sentral, yaitu :

1. Adanya periode laten yang dapat diukur antara waktu stimulus terhadap trigger poin dan onset NT.

2. Serangan tak dapat dihentikan apabila sudah berlangsung.

3. Setiap serangan selalu diikuti oleh periode refrakter dan selama periode ini pemicu apapun tidak dapat menimbulkan serangan.

4. Serangan seringkali dipicu oleh stimulus ringan yang pada orang normal tidak menimbulkan gejala nyeri.

5. Nyeri yang menyebar keluar daerah yang diberi stimulus.

Sebagai mekanisme perifer, yaitu :

1. Ditemukannya peregangan atau kompresi nervus V.

2. Ditemukannya malformasi vaskular pada beberapa penderita NT.

3. Adanya tumor dengan pertumbuhan yang lambat.

4. Adanya proses inflamasi pada N.V.5

Multiple sclerosis, diyakini sebagai salah satu penyebab yang mempengaruhi mekanisme sentral, dan adanya tumor diyakini sebagai salah satu penyebab yang mempengaruhi mekanisme perifer.8

2.6 MANIFESTASI KLINIS

- Gejala

1. Nyeri wajah unilateral, terasa seperti tertusuk, dicetuskan dengan mengunyah atau aktivitas serupa, atau menyentuh daerah yang terlibat di wajah.

2. Nyeri lima kali lebih sering melibatkan sisi wajah sebelah kanan daripada sebelah kiri.

3. Sindrom pretrigeminal neuralgia : nyeri sinus atau sakit gigi yang berlangsung berjam-jam yang dicetuskan ketika menggerakkan rahang atau minum cairan.

4. Nyeri dapat dilokalisasi secara tepat pada pasien. Sebanyak 60% pasien mengeluh nyeri menusuk dari tepi mulut ke arah sudut rahang. 30% mengalami nyeri dari bibir atas atau gigi taring ke arah mata dan alis, kurang dari 5% mengalami keterlibatan cabang oftalmikus.

5. Karakteristik nyeri : berat, mendadak, dan menusuk. Diawali dengan sensasi kejutan listrik dan memberat dalam 20 detik menjadi nyeri yang terasa di dalam wajah. Awitan nyeri menyebabkan perubahan ekspresi pada wajah pasien.

6. Jumlah serangan bervariasi dari