28
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmatnya saya dapat menyelesaikan paper ini. Makalah ini ditulis dari hasil ungkapan pemikiran saya sendiri yang bersumber dari internet dan buku sebagai referensi Saya berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, semoga hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara dan ideology dalam berbangsa dan bernegara serta sebagai dasar etika berpolitik, semoga nilai-nilai dalam Pancasila dapat di implementasikan dalam kehidupan kita sehari hari. sebagai calon pengganti pemimpin bangsa dimasa mendatang yang memahami makna serta kedudukan dan peranan Pancasila. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik. Demikan makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang membacanya, sehingga, menambah wawasan dan pengetahuan tentang Pancasila. Bali, 5 November 2015 Gede Eridya Bayu Seyoga 1

Paper Pancasila

  • Upload
    bayu

  • View
    80

  • Download
    17

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP, DASAR NEGARA, DAN IDEOLOGI, SERTA SEBAGAI DASAR ETIKA POLITIK BANGSA INDONESIA

Citation preview

Page 1: Paper Pancasila

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmatnya saya dapat

menyelesaikan paper ini. Makalah ini ditulis dari hasil ungkapan pemikiran saya sendiri yang

bersumber dari internet dan buku sebagai referensi

Saya berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,

semoga hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai kedudukan Pancasila sebagai dasar

Negara dan ideology dalam berbangsa dan bernegara serta sebagai dasar etika berpolitik, semoga

nilai-nilai dalam Pancasila dapat di implementasikan dalam kehidupan kita sehari hari. sebagai

calon pengganti pemimpin bangsa dimasa mendatang yang memahami makna serta kedudukan

dan peranan Pancasila. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Demikan makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang membacanya,

sehingga, menambah wawasan dan pengetahuan tentang Pancasila.

Bali, 5 November 2015

Gede Eridya Bayu Seyoga

1

Page 2: Paper Pancasila

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………1

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...2

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………...3

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………………..4

1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………………4

BAB II: PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika………………………………………………………………………………5

2.2 Pengertian Nilai, Norma, dan Moral………………………………………………………….6

2.2.1 Pengertian Nilai…………………………………………………………………...6

2.2.2 Pengertian Norma…………………………………………………………………7

2.2.3 Pengertian Moral………………………………………………………………….7

2.3 Pengertian Hierarkhi Nilai……………………………………………………………………8

2.4 Hubuangan antara Nilai, Norma, dan Moral………………………………………………….9

2.5 Pengertian Etika Politik dan Politik………………………………………………………….10

2.5.1 Pengertian Etika Politik…………………………………………………………..10

2.5.2 Pengertian Politik…………………………………………………………………11

2.6 Nilai-nilai yang Terkandung dalam Pancasila sebagai Sumber Etika Politik………………..11

2.7 Asal Mula Pancasila………………………………………………………………………….12

2.7.1 Asal Mula yang Langsung………………………………………………………..12

2.7.2 Asal Mula yang Tidak Langsung…………………………………………………13

2.8 Kedudukan Pancasila sebagai Pandangan Hidup, Dasar Negara, dan Ideologi Bangsa……..14

2.8.1 Kedudukan Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia……………..14

2.8.2 Kedudukan Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia…………………………..14

2.8.3 Kedudukan Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Indonesia………………………..15

2.9 Kedudukan Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia……………………………………17

BAB III: PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………...18

3.2 Saran………………………………………………………………………………………….18

3.3 Daftar Pustaka………………………………………………………………………………..19

2

Page 3: Paper Pancasila

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai sehingga

merupakan sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum, norma moral maupun

norma kenegaraan lainnya. Dalam Filsafat Pancasila terkandung di dalamnya suatu pemikiran-

pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis dan komperhensif (menyeluruh)

dan sistem pemikiran ini merupakan suatu nilai. Oleh karena itu suatu pemikiran filsafat tidak

secara langsung menyajikan norma-norma yang merupakan pedoman dalam suatu tindakan atau

aspek praksis melainkan suatu nilai-nilai yang bersifat mendasar.

Sebagai suatu nilai, Pancasila memberikan dasar-dasa yang bersifat fundamental dan

universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Adapun

manakala nilai-nilai tersebut akan dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau

kehidupan yang nyata dalam masyarakat, bangsa ataupun negara maka nilai-nilai tersebut

kemudian dijabarkan dalam suatu norma-norma yang jelas sehingga merupakan suatu pedoman.

Norma-norma tersebut meliputi (1) norma moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku

manusia yang dapat diukur dari sudut baik maupun buruk. Sopan ataupun santun, susila ataupun

tidak susila. Dalam kapasitas inilah nilai-nilai Pancasila telah terjabarkan dalam suatu norma-

norma moralitas atau norma-norma etika sehingga Pancasila merupakan sistem etika dalam

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (2) norma hukum yaitu suatu sistem peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Dalam pengertian inilah maka Pancasila

berkedudukan sebagai sumber dari segala hukum di negara Indonesia. Sebagai sumber dari

segala sumber hukum nilai-nilai Pancasila yang sejak dahulu telah merupakan suatu cita-cita

moral yang luhur yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum

membentuk negara. Atas dasar pengertian inilah maka nilai-nilai Pancasila senbenarnya berasal

3

Page 4: Paper Pancasila

dari bangsa Indonesia sendiri atau dengan kata lain perkataan bangsa Indonesia sebagai asal-

mula materi (kausa materialis) nilai-nilai Pancasila.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini berikut beberapa rumusan masalah yang akan saya bahas :

1. Apa pengertian etika?

2. Bagaimana pengertian nilai, norma dan moral?

3. Apa itu hierarkhi nilai?

4. Bagaimana hubungan antara nilai, norma dan moral?

5. Bagaimana pengertian etika politik dan politik?

6. Nilai-nilai apa yang terkandung dalam pancasila sebagai sumber etika politik ?

7. Bagaimana asal mula Pancasila

8. Bagaimana kedudukan Pancasila sebagai pandangan hidup, dasar Negara, dan

ideology bangsa Indonesia?

9. Bagaimana kedudukan Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian nilai, norma dan moral dalam konteks pancasila sebagai

etika politik.

2. Dapat mengerti hubungan antara nilai, norma dan moral dalam konteks pancasila

sebagai etika politik.

3. Dapat memahami nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai sumber etika

politik.

4. Untuk mengetahui asal mula Pancasila dan kedudukannya sebagai pandangan hidup,

dasar Negara, dan indeologi bangsa Indonesia.

5. Untuk mengetahui kedudukan Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia.

4

Page 5: Paper Pancasila

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika

Sebagai suatu usaha ilmiah, filsafat dibagi, menjadi beberapa cabang menurut lingkungan

masing-masing. Cabang-cabang itu dibagi menjadi dua kelompok bahasan pokok yaitu filsafat

teoritis dan filsafat praktis. Filsafat pertama berisi tentang segala sesuatu yang ada sedangkan

kelompok kedua membahas bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang ada tersebut.

Misalnya hakikat manusia, alam, hakikat realitas sebagai suatu keseluruhan, tentang

pengetahuan, tentang apa yang kita ketahui dan tentang yang transenden.

Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi. dua kelompok yaitu etika

umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-

ajaran danpandangan-pandangan moral. itu dalam hubungannya dengan berbagai aspek

kehidupan manusia (Suseno, 1987). Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana

dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus menggambil

sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987). Etika

umum merupakan prinsip- prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia sedangkan etika

khusus membahas prinsip-prinsip Etika khusus dibagi menjadi etika individu yang membahas

kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan etika sosial yang membahas tentang kewajiban

manusia terhadap manusia lain dalam hidup masyarakat, yang merupakan suatu bagian terbesar

dari etika khusus.

Etika berkaitan dengan berbagai masalah nilai karena etika pada pada umumnya

membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai "susila" dan "tidak susila",

"baik" dan "buruk". Kualitas-kualitas ini dinamakan kebajikan yang dilawankan dengan

kejahatan yang berarti sifat-sifat yang menunjukan bahwa orang yang memilikinya dikatakan

orang yang tidak susila. Sebenarnya etika banyak bertangkutan dengan Prinsip-prinsip dasar

pembenaran dalam hubungan dengan, tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986). Dapat juga dikata-

kan bahwa etika berkaitan dengan dasar-dasar filosofis dalam hubungan dengan tingkah laku

manusia.

5

Page 6: Paper Pancasila

Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas bagaimana manusia

bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi dua kelompok. Etika merupakan suatu

pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika

adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran

tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral.

Kedua kelompok etika itu adalah sebagai berikut :

1. Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan

manusia.

2. Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam hubungannya dengan

berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etikaindividual) maupun

mahluk sosial (etikasosial).

2.2 Pengertian Nilai, Norma, dan Moral

2.2.1 Pengertian Nilai

Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda

untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat

seseorang atau kelompok. Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah sifat dan kualitas yang

melekat pada suatu obyeknya. Dengan demikian,maka nilai itu adalah suatu kenyataan

yang tersembunyi dibalik kenyataan-kenyataan lainnya.

Menilai berarti menimbang, suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan

sesuatu dengan sesuatu yang lain kemudian untuk selanjutnya diambil keputusan.

Keputusan itu adalah suatu nilai yang dapat menyatakan berguna atau tidak berguna,

benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, dan seterusnya. Penilaian itu pastilah

berhubungan dengan unsur indrawi manusia sebagai subjek penilai, yaitu unsur jasmani,

rohani, akal, rasa, karsa dan kepercayaan.

6

Page 7: Paper Pancasila

2.2.2 Pengertian Norma

Kesadaran akan hubungan yang ideal akan menumbuhkan kepatuhan terhadap

peraturan atau norma. Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam

kehidupan sehari-hari berdasarkan motivasi tertentu.

Norma sesungguhnya perwujudkan martabat manusia sebagai makhluk budaya,

sosial, moral dan religi. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang

dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh sebab itu, norma dalam perwujudannya

dapat berupa norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum, dan norma

sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dapat dipatuhi, yang dikenal dengan sanksi,

misalnya:

a. Norma agama, dengan sanksinya dari Tuhan

b. Norma kesusilaan, dengan sanksinya rasa malu dan menyesal terhadap diri

sendiri,

c. Norma kesopanan, dengan sanksinya berupa mengucilkan dalam pergaulan

masyarakat,

d. Norma hukum, dengan sanksinya berupa penjara atau kurungan atau denda

yang dipaksakan oleh alat Negara.

2.2.3 Pengertian Moral

Moral berasal dari kata mos (mores) yang artinya kesusilaan, tabiat, kelakuan.

Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan

perbuatan manusia. Seorang yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma

yang berlaku dalam masyarakatnya ,dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral.

Jika sebaliknya terjadi, pribadi itu dianggao tidak bermoral. Moral dalam perwujudannya

dapat berupa peraturan, prinsip-prinsip yang benar, baik, terpuji, dan mulia. Moral dapat

berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma, moral pun dapat dibedakan seperti

moral ketuhanan atau agama, moral, filsafat, moral etika, moral hukum, moral ilmu, dan

sebagainya. Nilai, norma dan moral secara bersama mengatur kehidupan masyarakat

dalam berbagai aspeknya.

7

Page 8: Paper Pancasila

2.3 Pengertian Hierarkhi Nilai

Hierarkhi nilai sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandang individu –

masyarakat terhadap sesuatu obyek. Misalnya kalangan materialis memandang bahwa nilai

tertinggi adalah nilai meterial. Max Scheler menyatakan bahwa nilai-nilai yang ada tidak sama

tingginya dan luhurnya. Menurutnya nilai-nilai dapat dikelompokan dalam empat tingkatan

yaitu :

1. Nilai kenikmatan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan indra yang memunculkan rasa

senang, menderita atau tidak enak,

2. Nilai kehidupan yaitu nilai-nilai penting bagi kehidupan yakni : jasmani, kesehatan serta

kesejahteraan umum,

3. Nilai kejiwaan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan kebenaran, keindahan dan

pengetahuan murni,

4. Nilai kerohanian yaitu tingkatan ini terdapatlah modalitas nilai dari yang suci.

Walter G . everet menggolongkan nilai – nilai manusiawi kedalam delapan kelompok yaitu:

a) Nilai – nilai ekonomis

b) Nilai – nilai kejasmanian

c) Nilai – nilai hiburan

d) Nilai – nilai sosial

e) Nilai – nilai watak

f) Nilai – nilai estetis

g) Nilai – nilai intelektual

h) Nilai – nilai keagamaan

Sementara itu, Notonagoro membedakan menjadi tiga, yaitu :

1. Nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia,

2. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan suatu

aktivitas atau kegiatan,

8

Page 9: Paper Pancasila

3. Nilai kerokhanian yaitu segala sesuatu yang bersifat rokhani manusia yang dibedakan

dalam empat tingkatan sebagai berikut :

a. Nilai kebenaran yaitu nilai yang bersumber pada rasio, budi, akal atau cipta manusia.

b. Nilai keindahan/estetis yaitu nilai yang bersumber pada perasaan manusia.

c. Nilai kebaikan atau nilai moral yaitu nilai yang bersumber pada unsur kehendak

manusia.

d. Nilai religius yaitu nilai kerokhanian tertinggi dan bersifat mutlak.

Dalam pelaksanaanya, nilai-nilai dijabarkan dalam wujud norma, ukuran dan kriteria sehingga

merupakan suatu keharusan anjuran atau larangan, tidak dikehendaki atau tercela. Oleh karena

itu, nilai berperan sebagai pedoman yang menentukan kehidupan setiap manusia. Nilai manusia

berada dalam hati nurani, kata hati dan pikiran sebagai suatu keyakinan dan kepercayaan yang

bersumber pada berbagai sistem nilai.

Dari uraian mengenai macam – macam nilai diatas, dapat dikemukakan pula bahwa yang

mengandung nilai itu bukan hanya sesuatu yang bewujud material saja, akan tetapi juga sesuatu

yang berwujud non material atau immatrial. Notonagoro berpendapat bahwa nilai – nilai

pancasila tergolong nilai – nilai kerokhanian, tetapi nilai – nilai kerohanian yang mengakui

adanya nilai material dan vital. Dengan demikian nilai – nilai lain secara lengkap dan harmonis,

baik nilai matrial, nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan, nilai kebaikan atau nilai moral,

maupun nili kesucian yang sistematika-hierarkis, yang dimulai dari sila Ketuhanan yang Maha

Esa sebagai ‘dasar’ sampai dengan sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai

‘tujuan’.

2.4 Hubungan antara Nilai, Norma, dan Moral

Keterkaitan nilai, norma dan moral merupakan suatu kenyataan yang seharusnya tetap

terpelihara di setiap waktu pada hidup dan kehidupan manusia. Keterkaitan itu mutlak digaris

bawahi bila seorang individu, masyarakat, bangsa dan negara menghendaki fondasi yang kuat

tumbuh dan berkembang.

Sebagaimana tersebut di atas maka nilai akan berguna menuntun sikap dan tingkah laku

manusia bila dikongkritkan dan diformulakan menjadi lebih obyektif sehingga memudahkan

9

Page 10: Paper Pancasila

manusia untuk menjabarkannya dalam aktivitas sehari-hari. Dalam kaitannya dengan moral

maka aktivitas turunan dari nilai dan norma akan memperoleh integritas dan martabat manusia.

Derajat kepribadian itu amat ditentukan oleh moralitas yang mengawalnya. Sementara itu,

hubungan antara moral dan etika kadang-kadang atau seringkali disejajarkan arti dan maknanya.

Namun demikian, etika dalam pengertiannya tidak berwenang menentukan apa yang boleh dan

tidak boleh dilakukan seseorang. Wewenang itu dipandang berada di tangan pihak yang

memberikan ajaran moral.

2.5 Pengertian Etika Politik dan Politik

2.5.1 Pengertian Etika Politik

Etika, atau filsafat moral mempunyai tujuan menerangkan kebaikan dan

kejahatan. Etika politik yang demikian, memiliki tujuan menjelaskan mana tingkah laku

politik yang baik dan mana yang jelek. Standar baik dalam konteks politik adalah

bagaimana politik diarahkan untuk memajukan kepentingan umum. Jadi kalau politik

sudah mengarah pada kepentingan pribadi dan golongan tertentu, itu etika politik yang

buruk. Sayangnya, itulah yang terjadi di negeri ini.Etika politik bangsa Indonesia

dibangun melalui karakteristik masyarakat yang erdasarkan Pancasila sehingga amat

diperlukan untuk menampung tindakan-tindakan yang tidak diatur dalam aturan secara

legal formal. Karena itu, etika politik lebih bersifat konvensi dan berupa aturan-aturan

moral. Akibat luasnya cakupan etika politik itulah maka seringkali keberadaannya

bersifat sangat longgar, dan mudah diabaikan tanpa rasa malu dan bersalah. Ditunjang

dengan alam kompetisi untuk meraih jabatan (kekuasaan) dan akses ekonomis (uang)

yang begitu kuat, rasa malu dan merasa bersalah bisa dengan mudah diabaikan.

Akibatnya ada dua hal: (a) pudarnya nilai-nilai etis yang sudah ada, dan (b) tidak

berkembangnya nilai-nilai tersebut sesuai dengan moralitas publik. Untuk memaafkan

fenomena tersebut lalu berkembang menjadi budaya permisif, semua serba boleh, bukan

saja karena aturan yang hampa atau belum dibuat, melainkan juga disebut serba boleh,

karena untuk membuka seluas-luasnya upaya mencapai kekuasaan dan uang dengan

mudah.

10

Page 11: Paper Pancasila

2.5.2 Pengetian Politik

Pengertian ‘politik’ berasal dari kosakata ‘politics’, yang memiliki makna

bermacam – macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau ‘ negara’, yang menyangkut

proses penentuan tujuan – tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan

itu. Berdasarkan pengertian – pengertian pokok tentang politik maka secara operasional

bidang politik menyangkut konsep – konsep pokok yang berkaitan dengan negara ( state),

kekuasaan ( power), pengambilan keputusan ( decision making), kebijaksanaan ( policy),

pembagian ( distribution), serta alokasi ( allocation).

Pengertian politik secara sempit, yaitu bidang politik lebih banyak berkaitan

dengan para pelaksana pemerintahan negara, lembaga – lembaga tinggi negara, kalangan

aktivis politik serta para pejabat serta birokrat dalam pelaksanaan dan penyelengaraan

negara. Pengertian politik yang lebih luas, yaitu menyangkut seluruh unsur yang

membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut masyarakat negara.

2.6 Nilai-nilai yang Terkandung dalam Pancasila sebagai Sumber Etika Politik

Sila pertama ‘Ketuhanan yang Maha Esa’ serta sila kedua ‘ Kemanusiaan yang Adil dan

Beradab’ adalah merupakan sumber nilai –nilai moral bagi kehidupan kebangsaan dan

kenegaraan.Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, etika politik menuntut agar

kekuasaan dalam negeri di jalankan sesuai dengan:

a) Asas legalitas ( legitimasi hukum).

b) Di sahkan dan dijalankan secara demokratis ( legitimasi demokratis)

c) Dilaksanakan berdasarkan prinsip – prinsip moral / tidak bertentangan dengannya

(legitimasi moral).

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki tiga dasar tersebut. Dalam pelaksanaan

dan penyelenggaraan negara, baik menyangkut kekuasan, kenijaksanan yang menyangkut publik,

pembagian serta kewenangan harus berdasarka legitimasi moral religius ( sila 1 ) serta moral

kemanusiaan ( sila 2). Negara Indonesia adalah negara hukum, oleh krena itu ‘ keadilan’ dalam

hidup bersama ( keadilan sosial ) sebgai mana terkandung dalam sila 5, adalah merupakan tujuan

11

Page 12: Paper Pancasila

dalam kehidupan negara. Oleh karena itu dalam pelaksanaan dan pnyelenggraan negara, segala

kebijakan, kekuasaan, kewenangan, serta pembagian senantiasa harus berdasarkan atas hukum

yang berlaku

Negara adalah berasal dari rakyat dan segala kebijaksanaan dan kekuasaan yang

dilakukan senantiasa untuk rakyat ( sila 4). Oleh karena itu rakyat adalah merupakan asal mula

kekuasan negara. Oleh karena itu pelaksanaan dan pnyelenggraan negara segala kebijaksanaan,

kekuasaan, serta kewenangan harus dikembalikan pada rakyat sebagai pendukung pokok negara.

2.7 Asal Mula Pancasila

2.7.1 Asal Mula yang Langsung

Asal mula yang langsung tentang Pancasila adalah asal mula yang langsung

terjadinya Pancasila sebagai dasar filsafat Negara yaitu asal mula yang sesudah dan

menjelang proklamasi kemerdekaan. Adapun rincian asal mula langsung Pancasila

tersebut menurut Notonagoro (1975) adalah sebagai berikut:

a. Asal mula bahan (Kausa Materialis)

Asal bahan Pancasila adalah bangsa Indonesia sendiri yang terdapat dalam

kepribadian dan pandangan hidup. Unsure-unsur Pancasila tersebut dapat berupa nilai-

nilai adat istiadat kebudayaan serta nilai-nilai religius yang terdapat dalam kehidupan

sehari-hari bangsa Indonesia.

b. Asal mula bentuk (Kausa Formalis)

Asal mula bentuk Pancasila adalah Ir. Soekarno bersama-sama dengan Drs. Moh.

Hatta serta anggota BPUPKI lainnya merumuskan dan membahas Pancasila terutama

dalam hal bentuk, rumusan serta nama Pancasila.

c. Asal mula karya (Kausa Effisien)

Asal mula karya yaitu asal mula yang menjadikan Pancasila dari calon dasar

negara menjadi dasar negara yang sah. Adapun asal mula Pancasila adalah PPKI sebagai

pembentuk negara dan atas kuasa pembentuk negara yang mengasahkan Pancasila

12

Page 13: Paper Pancasila

menjadi dasar negara yang sah, setelah dilakukan pembahasan baik dalam siding-sidang

BPUPKI maupun oleh Panitia Sembilan.

d. Asal mula tujuan (Kausa Finalis)

Tujuan dirumuskan dan dibahasnya Pancasila adalah untuk dijadikan sebagai

dasar negara. Adapun asal mula tujuannya yaitu para anggota BPUPKI dan Panitia

Sembilan termasuk Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta yang menentukan tujuan

dirumuskannya Pancasila sebelum ditetapkan oleh PPKI sebagai dasar negara yang sah.

2.7.2 Asal Mula yang Tidak Langsung

Asal mula tidak langsung Pancasila adalah asal mula sebelum proklamasi

kemerdekaan yang terdapat pada kepribadian serta dalam pandangan hidup sehari-hari

bangsa Indonesia. Adapun rincian asal mula tidak langsung Pancasila adalah sebagai

erikut:

Nilai-nilai yang menjadi unsur-unsur Pancasila sebelum secara langsung dirumuskan

menjadi dasar negara yaitu: nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai

kerakyatan, dan nilai keadilan telah ada dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari

bangsa Indonesia sebelum membentuk negara.

Nilai-nilai tersebut terkandung dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia

sebelum membentuk negara dan dijadikan pedoman dalam memecahkan problema

kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia.

Dengan demikian asal mula tidak langsung Pancasila adalah bangsa Indonesia sendiri

sebagaiKausa Materialis yaitu sebagai asal mula tidak langsung nilai-nilai Pancasila.

Berdasarknan tinjauan kausalitas tersebut, pada hakikatnya Pancasila sebagai

pandangan hidup bangsa Indonesia jauh sebelum bangsa Indonesia membentuk Negara,

nila-nilai tersebut telah tercermin dan teramalkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu

tinjauan tersebut memberikan bukti bahwa terbentuknya pancasila bukan merupakan

hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok orang dan bukan hasil

pengaruh dari paham-paham besar dunia, melainkan nilai-nilai Pancasila secara tidak

langsung telah terkandung dalam pandangan hidup bangsa Indonesia.

13

Page 14: Paper Pancasila

2.8 Kedudukan Pancasila sebagai Pandangan Hidup, Dasar Negara, dan Ideologi Bangsa

2.8.1 Kedudukan Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam perjuangan untuk

mencapai kehidupan yang lebih sempurna, senantiasa memerlukan nilai-nilai luhur yang

dijunjungnya sebagai suatu pandangan hidup. Pandangan hidup tersebut berfungsi

sebagai kerangka acuan untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam interaksi

antar manusia dalam masyarakat serta alam sekitarnya.

Sebagai makhluk individu dan sosial manusia akan senantiasa hidup sebagai

bagian dari lingkungan sosial yang lebih luas mulai dari lingkungan keluarga, sekolah,

masyarakat, bangsa dan negara. Dalam kehidupan bersama tersebut, muncul pandangan

hidup dalam masyarakat yang dituangkan dan dilembagakan menjadi pandangan hidup

bangsa, selanjutnya pandangan hidup bangsa dituangkan dan dilembagakan menjadi

pandangan hidup negara.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa memberikan pedoman dan kekuatan

rohaniah bagi bangsa untuk berperilaku luhur dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara. Sehingga dalam Pancasila terkandung konsep dasar mengenai

kehidupan yang dicita-citakan serta dasar pemikiran dan gagasan mengenai wujud

kehidupan yang dianggap baik (Darmohardjo, 1996).

2.8.2 Kedudukan Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia

Pancasila sebagai dasar negara merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk

mengatur penyelenggaraan negara. Akibatnya seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan

Negara terutama peraturan perundang-undangan harus dijabarkan dan dirumuskan dari

nilai-nilai Pancasila. Maka Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukumyang

mempunyai kekuatan mengikat secara hukum.

Menurut Kaelan (2004) kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dapat dirinci

sebagai berikut:

14

Page 15: Paper Pancasila

Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum

(sumber tertib hukum) Indonesia. Sehingga Pancasila merupakan asas kerokhanian

tertib hukum Indonesia.

Meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar 1945.

Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara baik hukum dasar tertulis

maupun tidak tertulis.

Mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang Dasar mengandung isi

yang mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara memegang teguh cita-cita

moral rakyat yang luhur.

Pancasila sebagai sumber semangat bagi Undang-Undang Dasar 1945, bagi

penyelenggara Negara, dan para pelaksana pemerintahan.

Dasar formal kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia

tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV, Ketetapan No. XX/MPRS/1966,

Ketetapan MPR No. V/MPR/1973 dan Ketetapan No. IX/MPR/1978.

2.8.3 Kedudukan Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia

Sebagai suatu ideologi bangsa dan Negara Indonesia maka pancasila pada

hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang

atau kelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia, namun pancasila

diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai-nilai budaya serta nilai religious yang terdapat

dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk Negara, dengan kata

lain unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) pancasila tidak lain diangkat dari

pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kausa

materialis (asal bahan) pancasila.

1. Pengertian Ideologi

Istilah ideologi berasal dari kata ‘idea’ yang berarti “gagasan, konsep, pengertian

dasar, cita-cita’ dan ‘lagos’ yang berarti ‘ilmu’. Kata ‘idea’ berasal dari kata bahasa

Yunani ‘eidos’ yang berarti ‘bentuk’. Di samping itu ada kata ‘idein’ yang artinya

‘melihat’. Maka secara harafiah, ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar. Dalam

pengertian sehari-hari, ‘idea’disamakan artinya dengan ‘cita-cita’. Cita-cita yang

15

Page 16: Paper Pancasila

dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap itu sekaligus merupakan dasar, pandangan

atau faham. Memang pada hakikatnya, antara dasar dan cita-cita itu sebenarnya dapat

merupakan satu kesatuan. Dasar ditetapkan karena atas suatu landasan, asas atau dasar

yang telah ditetapkan pula. Dengan demikian ideologi mencangkup pengertian tentang

idea-idea, pengertian dasar, gagasan dan cita-cita (Kaelan, 2004).

2. Pancasila sebagai Ideologi terbuka dan ideologi tertutup

Ideologi sebagai suatu sistem pemikiran (system of thought), maka ideologi

terbuka itu merupakan suatu sistem pemikiran terbuka, sedangkan ideologi tertutup itu

merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Suatu ideologi tertutup dapat dikenali dari

berbagai ciri khas. Ideologi itu bukan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat,

melainkan merupakan cita-cita suatu kelompok orang yang mendasari suatu program

untuk mengubah dan memperbaharui masyarakat. Dengan demikian adalah menjadi cita-

cita ideologi tertutup, bahwa atas nama ideologi dibenarkan pengorbanan-pengorbanan

yang dibebankan kepada masyarakat.

3. Hubungan antara filsafat dan ideologi

Filsafat sebagai pandangan hidup dan hakikatnya merupakan system nilai yang

secara epistemologis kebenarannya telah diyakini sehingga dijadikan dasar atau pedoman

hidup manusia dalam memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa

dan negara, tentag makna hidup serta sebagai dasar pedoman bagi manusia dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan (Abdulgani, 1986).

Tiap ideologi sebagai suatu rangkaian kesatuan cita-cita yang mendasar dan

menyeluruh yang saling menjalin menjadi satu sistem pemikiran yang logis dan

bersumber kepada filsafat. Dengan kata lain, ideologi sebagai system of trought mencari

nilai, norma dan cita-cita yang bersumber kepada filsafat.

Jadi filsafat sebagai dasar dan sumber bagi perumusan ideologi yang menyangkut

stategi dan doktrin, telah timbul di dalam kehidupan bangsa dan Negara, termasuk di

dalamnya menentukan sudut pandang atau filsafat hidup yang merupakan norma ideal

yang melandasi ideologi (Kaelan, 2004).

16

Page 17: Paper Pancasila

2.9 Kedudukan Pancasila sebagai jati diri Bangsa Indonesia

Pancasila adalah suatu filsafat yang merupakan fundamen pikiran, jiwa dan hasrat yang

sedalam-dalamnya yang di atasnya didirikan gedung Indonesia merdeka yang kekal dan abadi.

(Prof. Drs. Sunaryo Wreksosuhardjo, 2008). Tidak pernah ada suatu bangsa hidup terpisah dari

akar tradisinya sebagaimana tidak ada pula suatu bangsa yang hidup tanpa pengaruh dari luar.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang hidup dengan kelenturan budayanya untuk mengadaptasi

unsur-unsur luar yang dianggap baik dan dapat memperkaya nilai-nilai lokal yang dimiliki.

Ketidakmampuan beradaptasi dengan budaya luar acap kali menempatkan bangsa tersebut ke

dalam kisaran kekeringan atau kekerdilan identitas. Namun demikian, terlalu terobsesi dengan

budaya luar dan pada saat yang sama mencampakkan tradisi dan nilai-nilai baik lokal berpeluang

menjadikan bangsa tersebut kehilangan identitas. Akibatnya bangsa tersebut tidak pernah

menjadi dirinya sendiri.

Yang dimaksud jati diri bangsa adalah pandangan hidup yang berkembang didalam

masyarakat yang menjadi kesepakatan bersama, berisi konsep, prinsip, dan nilai dasar yang

diangkat menjadi dasar negara sebagai landasan statis, ideologi nasional, dan sebagai landasan

dinamis bagi bangsa yang bersangkutan dalam menghadapi segala permasalahan menuju cita-

citanya.

Pancasila menjadi jati diri bangsa Indonesia mengandung arti bahwa Pancasila menjadi

ciri khas bangsa Indonesia yang tidak ditemukan pada bangsa lain. Oleh karena itu bangsa

Indonesia berkewajiban mempertahankan kemurnian Pancasila ditengah gencarnya arus

globalisasi. Selain itu, Pancasila tidak hanya dijadikan pedoman bangsa, namun harus diamalkan

dalam kehidupan sehari-hari, agar tetap tegak berdiri dalam wadah NKRI

17

Page 18: Paper Pancasila

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah :

1. Pancasila adalah sebagai suatu sistem filsafat yang pada hakikatnya merupakan

nilai sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran norma baik norma

hukum, norma moral maupun norma kenegaraan laianya.

2. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang prinsip – prinsip yang berlaku

bagi setiap tindakan manusia yang membicarakan masalah – masalah yang

berkaitan dengan predikat “susila” dan “tindak susila”, “baik” dan “buruk”.

3. Hubungan sistematik antara nilai, norma dan moral tersebut terwujud dalam suatu

tingkah laku praktis dalam kehidupan manusia.

4. Etika politik adalah termasuk lingkup etika sosial manusia yang secara harfiah

berkaitan dengan bidang kehidupan politik.

5. Asal Mula terbentuknya Pancasila dibagi menjadi dua yaitu, a) Asal mula yang

langsung dan b) Asal mula yang tidak langsung.

6. Pancasila memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Bangsa Indonesia yaitu

sebagai pandangan hidup, dasar Negara, dan Ideologi , serta jati diri Bangsa.

3.2 Saran

Kita sebagai bangsa Indonesia harus menerapkan niai-nilai yang terkandung pada

pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia

sangat cocok untuk dijadikan pedoman dalam melakukan setiap perbuatan yang

sesuai dengan aturan yang berlaku di dalam masyarakat.

18

Page 19: Paper Pancasila

3.3 Daftar Pustaka

Kaelan, H. 2014. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Muhammad Hidayatulloh. 2015. Pancasila Sebagai Jati diri Bangsa

Indonesia. http://muringkay.blogspot.co.id/2012/10/pancasila-sebagai-jati-

diri-bangsa.html, 5 November 2015.

Diky Mulyana Sanjaya. 2015. Asal mula pancasila.

http://pancasilagunadarma.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-asal-mula-

pancasila.html, 5 November 2015.

19