Upload
ari-novitasari
View
6
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
POD
Citation preview
1
PENTINGNYA PENDIDIKAN ORANG DEWASA
4.1 Pengertian Pendidikan Orang Dewasa
Pendidikan orang dewasa adalah pendidikan yang terorganisir. Menurut
Muljono (2007) proses pendidikan bertujuan untuk mengubah kesadaran dan
perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) manusia ke arah yang lebih baik
sehingga mereka menjadi berdaya dan dapat mencapai kehidupan yang lebih baik
dan sejahtera. Hal ini sesuai dengan hakekat ilmu yang berfungsi sebagai
pengetahuan yang membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.
Keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan apapun isi, tingkatan,
metodenya, baik formal atau tidak, yang melanjutkan maupun menggantikan
pendidikan semula di sekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang
membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan
kemampuannya (Suprijanto,2008).
4.2. Tujuan POD
Menurut Setiana (2005) tujuan daripada POD pada hakikatnya adalah agar
terjadi proses perubahan perilaku menuju kearah yang lebih baik dan
menguntungkan bagi kehidupan sasaran didik. Perilaku yang ditunjukkan sasaran
belajar adalah perilaku yang dilandasi oleh sikap, pengetahuan, ketrampilan, dan
material saat kini. Isnaini (2010) menambahkan bahwa seorang pendidik orang
dewasa memiliki tujuan untuk membantu sasaran untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan, membantu sasaran untuk mengembangkan sikap.
2
Unsur unsur perubahan meliputi :
1. Pengetahuan atau kognitif.
Menurut Achamat ( 2009) menjelasakan bahwa Prinsip prinsip kerja
kognitif yaitu; a) Proses kognitif adalah aktif bukan pasif, b) Proses kognitif dapat
ditandai secara efisien dan akurat, c) Proses kognitif menangani informasi yang
positif dengan lebih baik dibanding informasi yang negatif, d) Proses kognitif
saling berhubungan antara satu dengan lainnya, tidak bekerja sendiri sendiri, e)
Kebanyakan proses kognitif berlangsung secara top dan bottom down sekaligus.
Menurut Iriani dan Ninawati (2005) kapasitas kognitif dewasa muda
tergolong masa operasional formal, bahkan kadang-kadang mencapai masa post-
operasi formal. Taraf ini menyebabkan dewasa muda mampu memecahkan
masalah-masalah yang kompleks dengan kapasitas berpikir abstrak, logis dan
rasional.
2. Sikap
Menurut Muljono (2007) yaitu Suatu masyarakat yang memiliki
pengetahuan luas tentang berbagai ilmu dan teknologi, memiliki sikap yang
progresif untuk melakukan perubahan dan inovatif terhadap sesuatu (informasi)
yang baru, serta terampil dan mampu berswadaya untuk mewujudkan keinginan
dan harapan-harapannya demi tercapainya perbaikan kesejahteraan
keluarga/masyarakatnya.
Sikap manusia atau untuk singkatnya disebut sikap telah didefinisikan
dalam berbagai versi. Sikap merupakan derajat afek positif atau afek negatif
terhadap suatu objek psikologis (Azwar, 2007).
3
3. Keterampilan.
Menurut Sitohang (2009) menjelaskan bahwa perubahan perilaku terjadi
karena adanya perubahan sikap, maka jelas kiranya bahwa mengajar orang dewasa
tidak cukup hanya memberi penambahan pengetahuan. Betapapun pengetahuan
bertambah, apabila sikapnya masih tidak percaya diri, tertutup maka tidak akan
terjadi perubahan perilaku. Perlu juga diketahui bahwa walaupun penambahan
pengetahuan dan peningkatan ketrampilan telah diperolehnya serta perubahan
sikap mau dilakukannya,perubahan perilaku belum dimungkinkan apabila tidak
tersedia material untuk mewujudkan pengetahuan itu.
Keterampilan menurut Amirullah (2009) adalah suatu perbuatan atau tugas,
suatu kemampuan untuk mengoperasikan suatu pekerjaan secara mudah dan
cermat yang membutuhkan kemampuan dasar (basic ability).
4. Material
Bahan ajar atau materi adalah seperangkat sarana atau alat pelajaran yang
berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi
yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan. Tujuan yang diharapkan yaitu pencapaian kompetensi dengan segala
kompleksitasnya (Lestari, 2013).
Menurut Ruhimat (2011) bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya
adalah “isi” dari kurikulum yakni berupa mata pelajaran atau bdang studi dengan
topic atau sub topik dan rinciannya. Bahan ajar akan dengan mudah membantu
untuk memahami materi ajar yang didalamnya.
4
4.4. Hambatan Psikologis
Hambatan psiklogis yang mempengaruhi pendidikan orang dewasa adalah
motivasi.
1. Orang Dewasa Tidak Diajar Tapi Dimotivasi
Motivasi diartikan sebagai dorongan seseorang untuk maju.Menurut
Mappeasse (2009) Motivasi adalah suatu keadaan dalam diri individu yang
menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.
Motivasi untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan dengan memberikan
yang terbaik pada dirinya demi tercapainya tujuan yang diinginkan.Menurut
Sitohang (2009) menjelaskan bahwa seseorang akan termotivasi untuk belajar
apabila ia dapat memenuhi keinginan dasarnya. Keinginan dasar tersebut, antara
lain (1) keamanan, (2) kasih sayang atau respons, (3) pengalaman baru, (4)
pengakuan. Sementara faktor fisik seperti suasana belajar, ruangan, penerangan.
2. Pesan Berhubungan Dengan Kebutuhan
Sitohang (2009) menjelasakan bahwa (a) Belajar adalah suatu pengalaman
yang diinginkan orang dewasa itu sendiri, (b) Orang dewasa kalau ditemukannya
arti bagi pribadi dan menguntungkannya, (c) Belajar bagi orang dewasa kadang-
kadang merupakan proses yang menyakitkan karena dengan belajaria dipaksa
untuk meninggalkan kebiasaan lama.
Menurut Bambang (2010) orang dewasa tidak akan membutuhkan suatu
ilmu jika itu tidak berperan penting dalam kehidupannya. Hal tersebut antara lain,
kebutuhan fisik dan sandang pangan. Proses mendapatkan kebutuhan fisik
tersebut individu membutuhkan apa yang dinamakan sebagai harga diri.
5
3. Belajar adalah Menyakitkan
Padmowihardjo (2006) menyatakan bahwa belajar menyakitkan karena
kurang percaya diri atas kemampuan diri yang mereka miliki untuk belajar
kembali. Kepercayaan- kepercayaan yang tidak benar tentang belajar, usia lanjut
dan faktor fisik juga dapat meningkatkan ketidakpercayaan diri orang dewasa
untuk kembali belajar.
Dimyati (2010) menjelaskan bahwa orang dewasa seolah-olah sudah yakin
terhadap apa yang pernah dipelajari. Mereka sulit untuk menerima gagasan,
konsep, metode dan prinsip yang baru. Hal ini yang menyebabkan mereka
bertindak secara otoriter sebagai cara untuk mempertahankan diri.
4. Belajar adalah Memahami Sesuatu Bukan Dimarahi atau Digurui
Muchlis (2011) mengungkapkan bahwa belajar merupakan perubahan
perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Sebaik-baik belajar adalah dengan
mengalami sesuatu, bukan digurui atau dimarahi. Mengalami sesuatu yaitu dengan
mempergunakan panca indera mata untuk mengamati, telinga untuk mendengar,
hidung untuk mencium, lidah untuk merasa, kulit juga untuk merasakan sesuatu.
Sehingga seseorang diharapkan mampu membaca, mengamati, meniru dan
kemudian mengolahnya.
Belajar itu sendiri adalah proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Faktor
penyebabnya adalah orang dewasa tidak bisa diperlakukan seperti murid yang
mengenyam pendidikan di bangku sekolah (Meyer, 2007).
6
5. Belajar adalah Khas dan Bersifat Individual
Pertumbuhan orang dewasa dimulai pertengahan masa remaja sampai
dewasa. Setiap individu tidak hanya memiliki kecenderungan tumbuh kearah
menggerakkan diri sendiri tetapi secara aktual dia menginginkan orang lain
memandang dirinya sebagai pribadi yang mandiri yang memiliki identitas diri
(Arif, 2005). Dengan begitu orang dewasa tidak memandangnya apalagi
memperlakukan dirinyadirinya seperti anak-anak.
Belajar adalah suatu proses atau usaha sadar yang dilakukan oleh individu
untuk menghasilkan perubahan tingkah laku baik dalam aspek kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap dan nilai), maupun psikomotor (keterampilan)
sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan untuk mencapai tujuan tertentu.
Belajar merupakan tindakan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
(Sumendra, 2014).
6. Sumber Terkaya pada Pengalaman
Menurut Achamat (2009) menjelaskan bahwa Orang dewasa telah
megakumulasi pengalaman –pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan, termasuk
aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan, tanggung jawab, dalam
keluarga dan pendidikan sebelumnya.Menurut Iriani dan Ninawati (2005)
menjelaskan bahwa Pengalaman diri merupakan kecakapan orang dewasa pada
masa kini seabagai akibat dari berbagai pengalaman masa yang telah
lalu.Penerapan praktis dalam pembelajaran, orang dewasa mampu berkontribusi
dalam dalog untuk memecahkan masalah berdasarkan pengalaman yang telah
dimilikinya selama ini.
7
7. Belajar adalah Proses Emosional dan Intelektual
Kartono (2005) menyatakan bahwa pendidikan itu secara langsung atau
tidak langsung, secara inplisit atau eksplisit pasti memainkan peranan besar dalam
mempersiapkan anak dan orang dewasa untuk memperjuangkan eksistensinya
ditengah masyarakat. Sekolah dan pendidikan menjadi sarana ampuh untuk
melakukan proses integrasi maupun disintegrasi sosial di tengah masyarakat.
Kecepatan memperoleh informasi secara pelan-pelan memang akan
mengalami penurunan pada masa dewasa akhir, namun faktor individual
difference juga berperan dalam hal ini. Belajar juga melibatkan proses emosional,
pengalaman yang banyak dan menyempitnya persepsi dan perhatian orang dewasa
menyebabkan mereka sulit memusatkan perhatian dan menata memorinya secara
baik sehingga akan menimbulkan problem yang tidak diinginkan sebelumnya
(Setyabudi, 2011).
8. Belajar adalah Hasil Kerjasama
Penyuluh harus bekerjasama dengan masyarakat, dan bukannya berkerja
untuk masyarakat. Kehadiran penyuluh bukan sebagai penentu atau pemaksa,
tetapi ia harus mampu menciptakan suasana dialogis dengan amsyarakat dan
mampu menumbuhkan, menggerakkan, serta memelihara partisipasi masyarakat
(Muljono,2007).
Perubahan perilaku dalam hal kerjasama dalam berbagai kegiatan,
merupakan hasil dari adanya perubahan setelah adanya proses belajar.
Kemampuan bekerjasama sangat diperlukan karena kita merupakan makhluk
sosial yang membutuhkan orang lain untuk saling tolong menolong (Lie, 2008).
8
9. Belajar adalah Proses Evolusi
Belajar adalah proses evolusi yang merupakan suatu perubahan. Perubahan
dari proses pembelajaran cara lama dengan berganti menjadi cara baru. Menurut
Lunandi (2007) belajar dapat diartikan sebagai suatu proses evolusi. Artinya
penerimaan ilmu tidak dapat dipaksakan sekaligus begitu saja, tetapi dapat
dilakukan secara bertahap melalui suatu urutan proses tertentu.
Belajar adalah pengalaman yang terjadi didalam diri individu yang
diaktifkan oleh individu itu sendiri. Belajar bukan melakukan apa yang diakatakan
atau yang diperbuat pengajar saja tetapi merupakan proses perubahan dalam diri
pelajar untuk melakukan kemauan sendiri apa yang dikehendaki olehnya dengan
mempertimbangkan baik buruknya tindakan tersebut (Puspita, 2010).
Perilaku yang Menghambat :
a) Timbul kebosanan
Harapan seseorang untuk mendapatkan hal-hal baru, namun yang
didapatkan tidak sesuai dengan harapan sehingga yang bersangkutan menjadi
tidak respons atau tidak tertarik lagi terhadap apa yang diberikan dalam proses
belajar yang sedang berlangsung (Ahmad, 2011).
Harapan memiliki keterkaitan erat dengan efikasi diri. Efikasi diri pada setiap
orang bervariasi, tergantung pada kompetensi yang dibutuhkan untuk kegiatan
yang berbeda. kompetensi yang dipersepsikan dari orang lain tersebut, terutama
apabila mereka lebih condong terhadap kegagalan atas performa daripada
keberhasilan; kondisi psikologis yang mendampinginya,terutama adanya rasa
kelelahan, kecemasan,apatis dan ketidakberdayaan (Cervone dan Pervin, 2012).
9
Kejenuhan merupakan suatu kondisi mental siswa dalam rentang waktu
tertentu seperti malas, lelah, bosan, lesu, tidak bersemangat, tidak bergairah untuk
melakukan aktivitas belajar (Ali, 2009). Kejenuhan dalam belajar mengakibatkan
ilmu yang disampaikan tidak masuk atau tdak tersampaiakan. Karena materi tidak
didengarkan dengan baik.
Menurut Fabella (2010) kejenuhan ada yang bersifat negatif. Kejenuhan
negatif adalah kejenuhan yang berat, merusak kehidupan dan bias memicu
timbulnya keburukan-keburukan lainyang lebih serius. Kejenuhan negative,
misalnya kejenuhan akibat kegagalan, kesempitan hidup, penganiayaan, sakit hati
dan lain-lain.
b) Meragukan Penerapan dalam Praktek
Ketidak selarasan antara harapan peserta didik dengan harapan
penyelenggara menimbulkan keraguan. Keraguan (skeptis) tersebut biasanya
sering dialami oleh penyelenggara/pendidik/penyuluh apakah materi yang di
ajarkan pada peserta sesuai atau tidak dengan harapan peserta didik,hal tersebut
keraguan muncul karena diawali dari kecemasan (Fiest, 2010).
Seseorang yang membuat semacam alat penampungan (reservoair)
pengalaman yang kemudian akan merupakan sumber belajar yang sangat
bermanfaat bagi diri sendiri mau pun bagi orang lain. Lagi pula seseorang akan
menangkap arti dengan lebih baik tentang apa yang dialami daripada apabila
mereka memperoleh secara pasif, oleh karena itu teknik penyampaian yang utama
adalah eksperimen, percobaan-percobaan di laboratorium, diskusi, pemecahan
masalah, latihan simulasi, dan praktek lapangan (Arif, 2009).
10
Pendidikan orang dewasa adalah apa yang dipelajari pelajar, bukan apa yang
diajarkan pengajar. Artinya, hasil akhir yang dinilai adalah apa yang diperoleh
orang dewasa dan pertemuan pendidikan/pelatihan, bukan apa yang dilalukukan
pengajar, pelatih atau penceramah dalam pertemuannya (Yuniarto, 2011).
Banyak orang dewasa yang merasa sudah tua yakin bahwa mereka lebih sukar
dilatih. Mereka kurang bisa menyesuaikan diri dengan perubahan dan terlalu tua
untuk belajar. Sifat ini akan lebih menekan apabila mereka diperlakukan seperti
anak-anak. Orang tua yang diperlakukan seperti anak-anak akan menimbulkan
banyak masalah seperti motivasi yang rendah, serta bakan dan pengalaman
mereka tidak dapat dimanfaatkan dan dikembangkan (Legiman, 2013).
c) Harus Mencari Pemecahan Sendiri
Proses–proses kognitif berkaitan dengan afektif dimana meliputi semua
aspek psikologis,sosial,dan fisiologis dari manusia yang menyebabkan mereka
berinteraksi dengan lingkungan merekadengan variasi yang lebih stabil (Fiest,
2010).
Orang dewasa kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada
pemecahan problem kehidupan (problem centered orientation). Orang dewasa
perspektif waktu belajarnya lebih bersifat segera mengambil manfaat atau aplikasi
diri sesuatu yang dipelajari. Pemaksaan untuk menerima salah satu sebagai yang
paling tepat,paling benar,dapat menghambat proses belajar. Keraguan harus
diperkenankan dalam waktu yang cukup,agar tercapai keputusan akhir yang
memuaskan,dengan kata lain pendidik memberikan waktu bagi peserta didik
untuk berfikir (Sitohang, 2009).
11
Kemampuan berpikir luwes atau fleksibel (flexibility) Merupakan kemampuan
untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan,
orang yang kreatif adalah orang yang kreatif dalam berpikir, mereka dapat dengan
mudah meninggalkan cara berpikir yang lama dan menggantikan dengan cara
berpikir yang baru. Hal ini bisa dilakukan dengan fleksibilitas yang spontan dan
adaptif. Fleksibilitas spontan adalah kemampuan untuk menyampaikan berbagai
macam ide tentang apa saja tanpa rasa takut salah (Munandar, 2014).
d) Pesan Bersifat Umum, tidak Spesifik
Pesan bersifat umum, tidak spesifik terhadap suatu permasalahan
maksudnya pesan yang disampaikan tidak menuju pada suatu persoalan yang
mendalam, sehingga tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapai
peserta. Keaktifan belajar dapat terjadi apabila pendidik dan peserta didik
memiliki kesadaran penuh dan keterbukaan pikiran (Setiana, 2005).
Tidak menghargai (meremehkan dan menyampingkan) harga diri mereka,
hanya akan mematikan gairah belajar orang dewasa. Percaya diri merupakan hal
yang penting dalam pembelajaran orang dewasa. Tanpa kepercayaan diri tersebut,
maka suasana belajar yang kondusif tak akan pernah terwujud (Asmin, 2009).
Proses belajar membutuhkan pengalaman. Pengalaman merupakan sumber
terkaya dalam pembelajaran sehingga orang dewasa semakin kaya akan
pengalaman dan termotivasi untuk melakukan upaya peningkatan hidup.Sifat
belajar orang dewasa bersifat subyektif dan unik, hal itulah yang membuat orang
dewasa untuk semakin berupaya semaksimal mungkin dalam belajar, sehingga
apa yang menjadi harapan dapat tercapai (Sujarwo, 2010).
12
Suprijatno (2008), pembelajaran adalah keseluruhan proses pendidikan yang
diorganisasikan apapun isi, tingkatan, metodenya, baik formal atau tidak, yang
melanjutkan maupun menggantikan pendidikan semula di sekolah, yang membuat
orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya
dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam persfektif
e) Sulit Menerima Perubahan
Perubahan perilaku akan menjadi sulit diwujudkan. Orang dewasa sering kali
merasa telah memiliki pengetahuan yang juga telah dianggapnya benar dan
bermanfaat. Pengetahuan yang telah dirasakan dimiliki semacam ini, belum tentu
akan secara mudah dapat digantikan dengan pengetahuan yang baru, apalagi jika
pengetahuan yang baru tersebut tidak sejalan dengan yang telah ia miliki tersebut
(Lunandi, 2007).
Pendidik tidak jarang menghadapi peserta didik yang sulit menerima
perubahan. Berdasarkan hal tersebut maka pendidik perlu mengubah jenis sasaran
peserta didik ke pengetrap awal. Menurut King (2010) pengetrap awal yang di
jadikan sasaran pendidikan adalah mereka yang mengalami perubahan fisik pada
masa dewasa awal dan mereka yang mengalami perubahan fisik pada dewasa
tengah.
Pendidikan orang dewasa itu sendiri menurut Bryson adalah semua aktivitas
pendidikan yang dilakukan oleh orang dewasadalam kehidupan sehari-hari yang
hanyamenggunakan sebagian waktu dan tenaganyauntuk mendapatkan tambahan
intelektual (Suprijanto, 2008).
13
Orang dewasa seolah-olah sudah yakin terhadap apa yang pernah dipelajari,
sehingga cinderung untuk menolak hal-hal yang sifatnya baru. Mereka sulit
menerima gagasan, konsep, metode, dan prinsip yang baru. Hal ini yang
menyebabkan mereka bertindak secara otoriter sebagai cara untuk
mempertahankan diri (Dimyati, 2010).
14
DAFTAR PUSTAKA
Achamat, Z. 2009. Merancang Pelatihan yang Efektif. Jurnal Psikologi Undip. Vol 5 .No. 2
Ahmad, Asykhiyah. 2011. Pendidikan Orang Dewasa. Jurnal Psikologi 1(2):12-19
Ali, S. 2009. Hakikat Pembangunan Pendidikan dalam Menciptakan Sumber Daya Manusia dan Kepemimoinan Generasi Muda. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Jakarta.
Arif, Z. 2005. Andragogi. Penerbit Aksara. Bandung_____ . 2009. Andragogi Edisi ke 2. Penerbit Aksara. Bandung Amirullah. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran. Bumi Aksara.
Jakarta
Asmin, 2009. Konsep dan Metode Pembelajaran Untuk Orang Dewasa (Andragogi). Jurusan Pendidikan Luar Sekolah. UPI
Azwar A., 2007. Sikap Manusia (Teori Pengukurannya). Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Bambang, 2010. Kelemahan dan Keunggulan Teori Belajar Andragogi. Gramedia pustaka. Jakarta
Cervone, D dan L. A Pervin. 2012. Kepribadian: Teori dan Penelitian Edisi 10 Buku ke-2. Salemba Humanika. Jakarta
Dimyati, 2010. Pendidikan Orang Dewasa. Lembaga Administrasi Negara. Jakarta
Fabella, S. 2010. Investasi Sumber Daya Manusia Melalui Pendidikan. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang
Fiest, F. 2010. Sosiology 5th Editions.Polity Press. Manchester
Iriani ,F. dan Ninawati. 2005. Gambaran Kesejahteraan Psikologis Pada Dewasa Muda Ditinjau Dari Pola Attachment. Jurnal Psikologi Vol. 3 No. 1
15
Isnaini. 2010. Pendidikan dan Hubungan Antar kelompok . Skripsi. Universitas Negeri Makassar. Makassar.
Kartono,K.2005.Pengantar Psikologi Sosial.Bandung.Alumni.
King, Laura A., .2010. Psikologi Umum : Sebuah Pandang Apresiatif, Buku 1.Penerjemah: Brian Marwensdy. Salemba Humanika. Jakarta
Legiman, 2013. Pembelajaran Orang Dewasa. Jurnal UPI. Jakarta
Lestari, M. 2013. Dinamika Kelompok dan Kemandirian Anggota Kelompok Tani dalam Berusaha Tani di Kecamatan Pancawarna Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah.Thesis.Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Lie, Anita. 2008. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. PT Grasindo. Jakarta
Lunandi, A, G. 2007. Pendidikan orang dewasa. Gramedia. Jakarta
Mappeasse , Muh. Yusuf.Pengaruh 2009.Cara Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Programmable Logic Controller (Plc) Siswa Kelas Iii Jurusan Listrik Smk Negeri 5 Makassar.Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 2.
Meyer, H. 2007. Manajemen dengan Kecerdasan Emosional. Penerbit Nuansa. Bandung.
Muchlis, 2011.Belajar Dan Mengajar dalam Pandangan Al-Ghazâlî. STAIN Pamekasan
Muljono ,Pudji .2007. Learning Society, Penyuluhan Dan Pembangunan Bangsa.Jurnal Penyuluhan IPB. Vol. 1.No.1.
Munandar. 2014. Manajemen Kinerja Sektor Publik. UPP STIM YKPN. Yogyakarta
Nursalam. 2009. Pendidikan dalam Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta
Padmowihardjo. 2006. Pendidikan Orang Dewasa. Universitas Terbuka. Jakarta
Puspita, P D. 2010. Prinsip Belajar. Erlangga. Jakarta
Ruhimat. 2011. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. BPFE. Yogyakarta
16
Setiana, L. 200. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Ghalia Indonesia. Bogor
Setyabudi, Iman. 2011. Hubungan Antara Adversiti Dan InteligensiDengan Kreativitasi 9 (11) : 7-8.
Sitohang, Sonang. 2009. Penyuluhan Serta Peranannya Terhadap Industri Mikro Dan Kecil di Indonesia. JAMBSP 6 (1):106–128
Sujarwo, 2010. Strategi Pembelajaran Orang Dewasa(PendekatanAndragogi). Thesis. Universitas Negeri Yogyakarta.
Sumendra, W. 2014. Belajar untuk Orang Dewasa. Skripsi. UT. Jakarta
Suprijanto. 2008. Pendidikan Orang Dewasa, dari Teori Hingga Aplikasi.PT. Bumi Aksara. Jakarta
Yuniarto, Saiful Rahman. 2011. Pembelajaran Untuk Orang Dewasa. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang
17
18