11
LANGKAH PENERAPAN KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH Ivan Dwi Jatmiko Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang Selatan [email protected] Abstract :Kebijakan redenominasi yang diwacanakan oleh Pemerintah Indonesia saat ini telah menjadi topic hangat di kalangan masyarakat Indonesia.Menurut berbagai kalangan kebijakan redenominasi sangat diperlukan karena uang rupiah saat ini dinilai kurang efesien dan memiliki pecahan nominal yang sangat besar. Kebijakan ini memang dirasa sangatlah tepat untuk mengatasi hal tersebut akan tetapi perlu diingat bahwa selain banyak negara yang sukses melakukan kebijakan ini tapi tidak sedikit yang mengalami kegagalan. Dalam paper ini akan dibahas mengenai tahapan-tahapan penerapan redenominasi dan syarat- syarat penerapannya agar kebijakan ini bisa berhasil dijalankan dan tidak menjadi blunder bagi perekonomian Indonesia. I. Latar Belakang Uang pecahan Indonesia yang terbesar saat ini Rp100.000,00. Uang rupiah tersebut mempunyai pecahan terbesar kedua di dunia, terbesar pertama adalah mata uang Vietnam yang mencetak 500.000 Dong. Namun hal itu tidak memperhitungkan negara Zimbabwe yang pernah mencetak 100 miliar dolar Zimbabwe dalam satu lembar mata uang. Di kawasan ASEAN, setelah pecahan 500 ribu Dong Vietnam dan Rp100 ribu, Cambodia Riel menyusul dengan pecahan 100 ribu, kemudian Laos Kip sebesar 50 ribu, Brunei Dollar paling besar pecahan 10 ribu, Dollar Singapura 10 ribu, Myanmar Kyat pecahan 5 ribu, Peso Filipina dan Thailand Baht 1.000. Sementara Ringgit Malaysia menjadi negara ASEAN dengan yang pecahan mata uangnya paling besar hanya 100. Terlihat bahwa rupiah tidaklah sederhana bila dibandingkan dengan kawasan Asean sendiri 1. Untuk menyederhanakan nilai Rupiah maka pada akhir tahun 2010 Bank Indonesia (BI) mewacanakan rencana redenominasi rupiah. Redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang tanpa mengubah nilai tukar uang tersebut. Misalnya, nilai Rp1.000 saat ini jika mengalami redenominasi akan mengalami penghilangan tiga angka nol dan akan menjadi Rp 1 akan tetapi nilainya tetap sama. BI juga menegaskan, pelaksanaan redenominasi mata uang rupiah membutuhkan waktu yang panjang dan payung hukum yang kuat.

Paper Redenominasi

  • Upload
    vandj86

  • View
    40

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Paper Redenominasi

LANGKAH PENERAPAN KEBIJAKAN REDENOMINASI RUPIAH

Ivan Dwi JatmikoSekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang Selatan

[email protected]

Abstract :Kebijakan redenominasi yang diwacanakan oleh Pemerintah Indonesia saat ini telah menjadi topic hangat di kalangan masyarakat Indonesia.Menurut berbagai kalangan kebijakan redenominasi sangat diperlukan karena uang rupiah saat ini dinilai kurang efesien dan memiliki pecahan nominal yang sangat besar. Kebijakan ini memang dirasa sangatlah tepat untuk mengatasi hal tersebut akan tetapi perlu diingat bahwa selain banyak negara yang sukses melakukan kebijakan ini tapi tidak sedikit yang mengalami kegagalan. Dalam paper ini akan dibahas mengenai tahapan-tahapan penerapan redenominasi dan syarat-syarat penerapannya agar kebijakan ini bisa berhasil dijalankan dan tidak menjadi blunder bagi perekonomian Indonesia.

I. Latar Belakang

Uang pecahan Indonesia yang terbesar saat ini Rp100.000,00. Uang rupiah tersebut mempunyai pecahan terbesar kedua di dunia, terbesar pertama adalah mata uang Vietnam yang mencetak 500.000 Dong. Namun hal itu tidak memperhitungkan negara Zimbabwe yang pernah mencetak 100 miliar dolar Zimbabwe dalam satu lembar mata uang. Di kawasan ASEAN, setelah pecahan 500 ribu Dong Vietnam dan Rp100 ribu, Cambodia Riel menyusul dengan pecahan 100 ribu, kemudian Laos Kip sebesar 50 ribu, Brunei Dollar paling besar pecahan 10 ribu, Dollar Singapura 10 ribu, Myanmar Kyat pecahan 5 ribu, Peso Filipina dan Thailand Baht 1.000. Sementara Ringgit Malaysia menjadi negara ASEAN dengan yang pecahan mata uangnya paling besar hanya 100. Terlihat bahwa rupiah tidaklah sederhana bila dibandingkan dengan kawasan Asean sendiri 1.

Untuk menyederhanakan nilai Rupiah maka pada akhir tahun 2010 Bank Indonesia (BI) mewacanakan rencana redenominasi rupiah. Redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang tanpa mengubah nilai tukar uang tersebut. Misalnya, nilai Rp1.000 saat ini jika mengalami redenominasi akan mengalami penghilangan tiga angka nol dan akan menjadi Rp 1 akan tetapi nilainya tetap sama. BI juga menegaskan, pelaksanaan redenominasi mata uang rupiah membutuhkan waktu yang panjang dan payung

hukum yang kuat. Menurut Ketua Baleg DPR, Ignatius Mulyono, redenominasi perlu dilakukan untuk memperkuat kurs rupiah terhadap mata uang asing. Redenominasi juga dimaksudkan untuk menyederhanakan mata uang dan bukan untuk memotong nilai mata uang. Redenominasi juga diperlukan oleh negara yang sedang menuju level negara maju.

Menurut Agus DW Martowardojo, Pelaksanaan Redenominasi harus dilakukan dengan sangat hati-hati khususnya dalam hal memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa redenominasi bukan sanering atau pemotongan nilai uang. Menurut Agus Marto, kebijakan Redenominasi sudah sangat diperlukan saat ini. Perkembangan ekonomi nasional yang sudah mencapai PDB USD845,6 miliar, belum didukung nilai pecahan Rupiah yang efisien. Saat ini Rupiah memiliki jumlah digit yang terlalu banyak sehingga berpotensi menyebabkan inefisiensi. Uang dengan jumlah digit yang terlalu banyak dapat menimbulkan kerumitan perhitungan dalam transaksi ekonomi sehingga berpotensi menimbulkan kekeliruan serta memakan waktu lebih lama.

Dengan berbagai keuntungan dari pemberlakuan kebijakan redenominasi tersebut, sudah siapkan Negara Indonesia untuk menerapkan kebijakan tersebut ataukah nanti bakal menjadi kebijakan yang bisa merusak perekonomian negara ini. Walaupun redenominasi sangat diperlukan tetapi

Page 2: Paper Redenominasi

penerapannya harus sangat hati-hati. Hal ini karena selain telah berhasil di sejumlah negara, redenominasi juga menemukan kegagalan di negara lain, seperti Rusia, Brazil, Argentina dan Zimbabwe. Kegagalan tersebut disebabkan antara lain karena waktu implementasinya kurang tepat yaitu pada saat kondisi fundamental perekonomian yang memburuk dan adanya kebijakan makro ekonomi yang tidak sehat.

Penerapan kebijakan redenominasi tidak bisa dilakukan secara langsung tapi melalui berbagai tahap. Tiap tahapan ini dilakukan agar para pelaku ekonomi baik itu masyarakat umum maupun pengusaha siap akan perubahan nilai mata uang dan tidak timbul gejolak ekonomi. Lalu tahapan-tahapan apa saja yang harus dilakukan oleh para pemegang kebijakan tersebut agar penerapan kebijakan redenominasi bisa berjalan lancar dan tidak menjadi blunder bagi perekonomian Indonesia. Tahapan lebih detail akan dibahas pada bab pembahasan.

II. Rumusan Masalah

Penerapan kebijakan redenominasi merupakan langkah yang harus dilakukan agar lebih nilai rupiah efisien. Kebijakan redenominasi bukanlah kebijakan sanering yang sering salah diartikan oleh masyarakat. Dalam penerapan kebijakan redenominasi terdapat berbagai syarat yang harus dipenuhi agar kebijakan ini bisa berhasil. Selain syarat-syarat tersebut tahapan-tahapan dalam penerapan kebijakan redenominasi sangat diperlukan agar masyarakat siap menghadapi kebijakan ini. Dalam paper ini membahas mengenai perbedaan nyata antara redenominasi dan sanering serta apa saja syarat yang harus dipersiapkan untuk keberhasilan redenominasi serta tahapan-tahapan yang perlu dilakukan dalam penerapan kebijakan redenominasi.

III. Metodologi

Dalam pemulisan paper ini, metode yang akan digunakan adalah metode studi pustaka dengan mengumpulkan, membaca dan menelaah bahan, materi, data dan informasi yang diperoleh dari buku, jurnal, internet dan media lain yang mendukung kajian ini

IV. Landasan Teori

RedenominasiDefinisi dari redenominasi menurut

Dogarawa 2 adalah sebuah kebijakan untuk mengubah nilai mata uang pada rasio tertentu. Redenominasi mata uang juga dapat menjadi sarana yang pemerintah berusaha untuk menegaskan kembali kedaulatan moneter dan sebagai akhir dari proses reformasi, bukan sebagai instrumen stabilisasi itu sendiri 3.

Secara sederhana redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang tanpa mengubah nilai tukar uang tersebut. Misalnya satuan Rp.1000 disederhanakan menjadi Rp.1. Hal ini berlaku menyeluruh ke semua harga-harga barang dan jasa di negara tersebut. Dalam hal ini tidak ada yang dirugikan dari sistem redenominasi. Dalam redenominasi, akan ada pemotongan angka nol pada nilai mata uang. Menurut Mas (1995) 4 redenominasi juga termasuk menambahkan angka nol pada mata uang seperti yang terjadi pada periode pasca kemerdekaan di Afrika Selatan tahun 1961, Sierra Leone tahun 1964, Ghana tahun 1965, Australia tahun 1966, Bahama tahun 1966, Selandia Baru tahun 1967, Fiji tahun 1969, Gambia tahun 1971, Malawi tahun 1971 dan Nigeria tahun 1973

Keputusan untuk melakukan redenominasi dan rancangan mata uang lebih disebabkan karena alasan teknis daripada alasan politis, seperti misalnya untuk pengendalian pemerintahan danadministrasi mata uang serta lebih luas transaksi mata uang dalam batas-batasnya, kesemuanya ini juga merupakan indikator keberhasilan dari negara yang dianggap modern. Pemerintah mulai melakukan pengendalian moneter pada pertengahan abad ke 19, namun saat ini banyak yang berjuang menjaga pengendalian ini, khususnya dalam menghadapi konflik sipil dan kejatuhan ekonomi (Woodruff, 1990 in Mosley 2005) 3.

Saneringsanering atau pemotongan daya beli

masyarakat melalui pemotongan nilai uang. Sanering dilakukan dalam kondis perekonomian yang tidak sehat, dimana yang dipotong hanya nilai uangnya. Indonesia memiliki pengalaman

Page 3: Paper Redenominasi

tiga kali melakukan sanering. Pertama, sanering dilakukan pada 19 Maret 1950 dengan memangkas Rp5 menjadi Rp2. Sanering kedua dilakukan pada 25 Agustus 1959 dengan memangkas Rp1000 menjadi Rp100. Sanering terakhir terjadi pada 13 Desember 1965 dengan memotong Rp1000 menjadi Rp1.

InflasiDefinition of inflation according to

Gottfried (1960) is the condition of rising prices, an expansion in the monetary circulation; more precisely, as an increase in the quantity of money times the velocity of circulation of money, market value for short. Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang.

Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruhmempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.

V. Pembahasan

Perbedaan Redenominasi dengan SaneringDi dalam masyarakat Indonesia masing

sering terdapat pandangan yang rancu mengenai redenominasi dengan sanering. Menurut Bank Indonesia kedua hal tersebut adalah sesuatu yang sangat berbeda. Untuk menghindari terjadinya salah persepsi antara kedua hal tersebut BI telah memberikan penjelasan mengenai perbedaan antara redonimasi dengan sanering 5.

Aspek pertama yaitu pengertian, redenominasi adalah Menyederhanakan denominasi (pecahan) mata uang menjadi pecahan lebih sedikit dengan cara mengurangi digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut. Misal Rp 1.000 menjadi Rp 1. Hal yang sama secara bersamaan dilakukan juga pada harga-harga barang, sehingga daya beli masyarakat tidak berubah. Sedangkan sanering adalah Pemotongan daya beli masyarakat melalui pemotongan nilai uang. Hal yang sama tidak dilakukan pada harga-harga barang, sehingga daya beli masyarakat menurun. Dari aspek dampak bagi masyarakat, redenominasi tidak ada kerugian karena daya beli tetap sama sedangkan sanering menimbulkan banyak kerugian karena daya beli turun drastis.

Dari aspek tujuan redenominasi memeiliki tujuan menyederhanakan pecahan uang agar lebih efisien dan nyaman dalam melakuan transaksi serta mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan negara regional. Sedangkan sanering Mengurangi jumlah uang yang beredar akibat lonjakan harga-harga. Dilakukan karena terjadi hiperinflasi (inflasi yang sangat tinggi). Ditinjau dari aspek nilai uang terhadap barang, redenominasi nilainya tidak berubah, karena hanya cara penyebutan dan penulisan pecahan uang saja yang disesuaikan. Sedangkan sanering nilai uang terhadap barang berubah menjadi lebih kecil, karena yang dipotong adalah nilainya.

Redenominasi dilakukan saat kondisi makro ekonomi stabil dan ekonomi tumbuh dan inflasi terkendali sedangkan sanering kondisii makro ekonomi tidak sehat dan Inflasi sangat tinggii (hiperinflasi). Masa transisi untuk redenominasi Dipersiapkan secara matang dan terukur sampai masyarakat siap, agar tidak menimbulkan gejolak di masyarakat sedangkan sanering tidak ada masa transisi dan dilakukan secara tiba-tiba.

Dilihat dari berbagai aspek di atas Nampak jelas bahwa redenominasi bukanlah sanering yang merupakan pemotongan nilai mata uang tetapi lebih kepada penyederhanaan mata uang yang tidak merubah nilai mata uang tersebut. Dengan pemahaman yang detail seperti ini diharapkan penerapan kebijakan redenominasi

Page 4: Paper Redenominasi

tidak membuat masyarakat mengalami ketakutan akibat dari trauma masa lalu mengenai kebijakan sanering di tahun 1950-an.

RedenominasiBelajar dari pengalaman negara-negara

yang telah sukses melakukan kebijakan redenominasi, kebijakan ini bukanlah suatu kebijakan yang bersifat instan. Butuh waktu yang lama dalam pelaksanaannya sampai benar-benar siap menggunakan kebijakan ini. Negara turkey sebagai salah satu contoh negara yang telah sukses melakukan kebijakan ini membutuhkan waktu 10 tahun mulai tahun 1998-2008 agar kebijakan redenominasi berjalan.

Secara garis besar kebijakan redenominasi yang akan dilakukan secara keseluruhah ini akan dilakukan dalam 3 tahapan kegiatan, yaitu tahap persiapan, tahap transisi/ paralelisasi dan tahap phasing out. Berdasarkan Ke tiga tahapan ini diperkirakan akan memerlukan waktu sekitar 6 tahun 6.

Pertama adalah tahap persiapan di mana kegiatan utama adalah penyusunan RUU Redenominasi hingga disahkan menjadi UU. Selain itu penyusunan dasar hukum kegiatan lain yang akan dilaksanakan adalah rencana pencetakan uang dan distribusinya, penyesuaian infrastruktur dan teknologi informasi sistem pembayaran, akuntansi serta komunikasi kepada seluruh lapisan masyarakat.

Tahap kedua adalah tahap transisi dilakukan dengan penukaran secara bertahap Rupiah “lama” dan Rupiah “baru”. Nantinya akan ada dua mata uang yang beredar di masyarakat yaitu Rupiah “lama” dan Rupiah “baru” yang akan diberlakukan. Pada tahapan ini nantinya akan diberlakukan dual proce tagging yaitu tiap pedagang atau pelaku ekonomi diwajibkan mencantumkan harga barang atau jasa dalam dua bentuk harga yaitu harga berdasarkan Rupiah “lama” dan harga berdasarkan Rupiah “baru”. Dalam tahap ini perlahan-lahan uang yang lama juga ditarik dari peredarannya.

Tahap Terakhir adalah tahap phasing out, dalam tahap ini seluruh transaksi yang terjadi di kehidupan sehari-hari masyarakat akan menggunakan Rupiah “baru”.

Selain membutuhkan waktu yang lama dalam penerapannya, kebijakan redenominasi juga memerlukan berbagai syarat yang harus dipenuhi agar kebijakan ini bisa berjalan dengan berhasil. Belajar dari pengalaman di Turkey, Bank Indonesia menetapkan persyaratan yang diperlukan terdiri dari lima 7 yaitu :

Pertama yaitu stabilitas ekonomi, bahwa kondisi makro ekonomi haruslah stabil. Kondisi makroekonomi suatu negara bisa dilihat dari beberapa indikator yang diantaranya tingkat inflasi dan nilai tukar mata uang serta pertumbuhan ekonomi. Tingkat Inflasi di Indonesia masih dalam tingkat yang terkendali dibawah 10% walaupun terdapat kenaikan inflasi yang cukup signifikan dari tahun 2012 ke tahun 2013. Tingkat inflasi bisa dilihat di tabel berikut ini :

Tabel 1 : Tingkat Inflasi 2008-2013BULAN

Jan 1.77 -0.07 0.84 0.89 0.76 1.03

Feb 0.65 0.21 0.30 0.13 0.05 0.75

Mar 0.95 0.22 -0.14 -0.32 0.07 0.63

Apr 0.57 -0.31 0.15 -0.31 0.21 -0.10

Mei 1.41 0.04 0.29 0.12 0.07 -0.03

Jun 2.46 0.11 0.97 0.55 0.62 1.03

Jul 1.37 0.45 1.57 0.67 0.70 3.29

Agt 0.51 0.56 0.76 0.93 0.95 1.12

Sep 0.97 1.05 0.44 0.27 0.01 -0.35

Okt 0.45 0.19 0.06 -0.12 0.16 0.09

Nov 0.12 -0.03 0.60 0.34 0.07 0.12

Des -0.04 0.33 0.92 0.57 0.54 0.55

Tahunan 11.06 2.78 6.96 3.79 4.30 8.38

20132008 2009 2010 2011 2012

(Sumber : BPS.go.id)Terlihat bahwa tingkat inflasi pada 2013

sebesar 8,38%. Inflasi ini berada di atas sasaran inflasi yang ditetapkan Bank Indonesia ketika awal tahun 2013 yang lalu yakni di 4,5% ±1% dan pemerintah telah merevisi kembali target inflasi 2013 menjadi sekitar 9,2%. Capaian inflasi ini masih sesuai dengan prakiraan Bank Indonesia pada Rapat Dengar Perdapat pada 12 Desember 2013, bahwa inflasi keseluruhan tahun 2013 dapat lebih rendah dari 8,5%. Secara keseluruhan tingkat inflasi 2013 masih tergolong stabil dan diperkirakan oleh Bank Indonesia akan terus menurun di 2014 ini.

Indikator kedua yaitu nilai tukar kurs rupiah terhadap dollar, nilai rupiah terus mengalami pelemahan sejak awal 2013. Grafik

Page 5: Paper Redenominasi

nilai kurs rupiah di sepanjang tahun 2013 bisa dilihat pada grafik dibawah ini:

Terlihat dari grafik di atas bahwa pada awal Januari 2013 nilai tukar rupiah berada di angka Rp9.700,00 dan terus mengalami pelemahan sampai akhir 2013 dengan nilai tukar kurs berada di angka Rp12.128,00. Walaupun terjadi pelemahan nilai tukar tetapi di akhir desember 2013 nilai tukar rupiah sudah stabil dikisaran Rp12.000,00.

Dari sisi pertumbuhan ekonomi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2013 mencapai 5,62 persen atau relatif melambat di banding periode sama di 2012. Hingga akhir 2013, pertumbuhan ekonomi nasional diproyeksikan di kisaran 5,6-5,8 persen 8. Pertumbuhan ini walaupun melambat dipandang masih cukup kokoh di tengah ketidakpastian global yaitu pertama, guncangan ekonomi terjadi di pasar keuangan global. Ketidakpastian pasar keuangan global meningkat sejalan dengan sentimen negatif terhadap rencana pengurangan stimulus moneter alias tapering off di AS. Sementara kondisi ekonomi global yang menurun akhirnya mengakibatkan terjadinya guncangan kedua. Guncangan kedua ini adalah tekanan terhadap Neraca Pembayaran Indonesia tahun 2013. Defisit transaksi berjalan diperkirakan mencapai 3,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Lebih tinggi pula dari defisit pada tahun 2012 sebesar 2,8%. Surplus di sisi transaksi modal dan finansial pun menurun. Tak sampai di situ, nilai tukar rupiah di tahun 2013 juga terus terdepresiasi disertai volatilitas yang meningkat. Pelemahan rupiah ini searah dengan pelemahan mata uang di negara kawasan 9.

Dilihat dari berbagai aspek di atas dapat dikatakan bahwa sampai saat ini kondisi ekonomi di negara Indonesia masih terkendali. Akan tetapi pelemahan nilai tukar rupiah harus menjadi perhatian agar stabilitas ekonomi bisa tetap terjaga.

Syarat kedua adalah dukungan yang penuh dari seluruh lapisan masyarakat termasuk pemerintah, parlemen, otoritas terkait, dan pelaku bisnis. Hal ini sangat penting dalam menyukseskan redenominasi karena merekalah yang akan menerapkan kebijakan ini dan ikut merasakan efek dari kebijakan redenominasi. Tanpa adanya dukungan dari masyarakat secara keseluruhan dapat dipastikan bahwa kebijakan ini hanya akan menajadi blunder dalam perekonomian Indonesia.

Syarat ketiga, tersedianya landasan hukum yang cukup kuat yang mengatur redenominasi dan mekanisme pendukung lainnya untuk menjamin stabilitas harga dan ketersediaan

Page 6: Paper Redenominasi

barang. Sampai dengan saat ini RUU tentang Redenominasi masih dalam pembahasan di DPR dan telah menjadi prioritas Prolegnas tahun 2013. Diharapkan dengan disahkannya UU tersebut akan mampu menjadi paying hukum yang kuat untuk mengatur kebijakan yang berskala nasional ini. Selanjutnya Pemerintah harus mampu menyediakan mekanisme pendukung untuk menjamin stabilitas harga dan ketersediaan barang agar tidak kenaikan inflasi di masyrakat. Belajar dari pengalaman negara Rusia yang gagal menerapkan kebijakan redenominasi salah satu sebabnya adalah lemahnya mekanisme control pemerintah dalam mengawasi harga barang dimasyarakat 10.

Syarat keempat, Sosialisasi kepada publik dan edukasi yang intensif. Hal ini sangat diperlukan untuk mengatasi kepanikan masyarakat yang bisa mendorong terjadinya inflasi selain itu untuk mencegah tindakan pelaku ekonomi yang memanfaatkan struktur pasar oligopolistik (spekulan) untuk sejumlah barang kebutuhan pokok masyarakat sehingga barang kebutuhan tersebut akan menjadi langka dan harganya naik. Sosialisasi juga diperlukan agar masyarakat tidak menganggap redenominasi sebagai sanering.

Syarat kelima adalah pemilihan waktu yang tepat. Dalam menetukan waktu yang tepat harus mempertimbangkan syarat pertama tadi dan kesiapan masyarakat dalam menerima kebijakan redenominasi ini. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan penerapan kebijakan ini disebabkan pemilihan waktu yang tidak tepat dalam penerapan kebijakan dimana perekonomian negara tersebut belum mapan dalam menjaga stabilitas perekonomian dan kepercayaan publik. Selain itu pelaksanaan redenominasi tidak dapat dilaksanakan sekaligus pada satu waktu, namun memerlukan masa transisi/tahapan seperti telah diuraikan dalam tahapan pelaksanaan redenominasi di atas.

VI. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan redenominasi yang akan rencananya akan diterapkan oleh Pemerintah

Indonesia harus di buat dengan perencanaan yang sangat baik. Dalam pelaksanaan penerapan kebijakan tersebut tidak bisa dilakukan dengan serta merta tetapi harus melalui berbagai tahapan untuk menghindari efek shock dan panic dari masyarakat serta menghindari terjadinya inflasi yang berlebihan. Dalam penerapan kebijakan redenominasi Pemerintah Indonesia harus memperhatikan kelima syarat di atas agar kebijakan ini bisa berhasil dilaksanakan dan diterapkan. Selain itu sosialisasi kepada masyarakat mengenai perbedaan sanering dan redenominasi harus dilakukan ke seluruh lapisan masyarakat agar tidak terjadi kesalahan persepsi.

Page 7: Paper Redenominasi

Daftar Referensi

x

[1] (2013, January) Infobanknews.com. [Online]. http://www.infobanknews.com/2013/01/rupiah-di-posisi-kedua-mata-uang-negara-asean-dengan-pecahan-terbesar/

[2] Ahmad Bello Dogarawa, "The Economics of Currency Redenomination: An Appraisal of CBN Redenomination Proposal," Abuja Journal of Business Administration, vol. 1, pp. 23-29, 2007.

[3] Layna Mosley, "Dropping Zeros, Gaining Credibility?Currency Redenomination in Developing Nations," pp. 1-27, 2005.

[4] Mas I, Things Governments do to Money: A Recent History of Currency Reform Schemes and Scams., 1995, pp. 48: 483-512.

[5] (2013) [Online]. http://www.redenominasirupiah.com/perbedaan-redenominasi-rupiah-dengan-sanering-rupiah/

[6] Kementerian Keuangan. (2013, January) Website Kementerian Keuangan. [Online]. http://www.kemenkeu.go.id/Berita/3-tahap-redenominasi-diperkirakan-6-tahun

[7] Hamidi, Adyawarman, Prima Chairil. (2012, Desember) Sekretariat Negara Website. [Online]. http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=6730

[8] (2013, Desember) [Online]. http://www.jurnas.com/news/118733/_Catatan_Ekonomi_2013/1/Nasional/Opini

[9] Departemen Komunikasi Bank Indonesia. (2014, Januari) Bank Indonesia Web Site. [Online]. http://www.bi.go.id/id/ruang-media/info-terbaru/Pages/Evaluasi-Perekonomian-2013,-Prospek-2014-dan-Arah-Kebijakan-Bank-Indonesia-Ke-Depan.aspx

[10] (2013, September) [Online]. http://dimasyanuarl.blogspot.com/2013/02/turki-sukses-setelah-10-tahun-rusia.html

x