Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PENELITIANPEMETAAN DAN ANALIS IS S IS I P ASOKAN DUNIA PENDIDIKAN PADA PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT DALAM DIMENSI KUALITAS, KUANTITAS, LOKASI DANWAKTU DI
KAL IMANTAN SELATAN
OLEH
MARIANA ISMED SETYA BUDI
PENELITIAN INI DIBIAYAI OLEHDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NON
FORMAL DAN INFORMAL (PAUDNI)KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATJALAN BRIGJEND H. HASAN BASRY, KAYU TANGI, BANJARMASIN
TELPON 0511-3302789 / 0511-3305240
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Megatransformasi pendidikan di negeri ini adalah membangun
masyarakat berbasis pengetahuan untuk kesejahteraan bangsa. Semua
pihak dituntut untuk membangun kemuliaan keberadaban melalui ilmu,
kepribadian dan menanamkan cita-cita luhur.
Usaha mulia yang akan diraih ini penuh dengan tantangan. Realita
yang dihadapi, terjadi persaingan ketat diberbagai bidang. Era globalisasi
menuntut semua pihak untuk menyiapkan diri dalam segala hal agar tidak
tersisih dalam persaingan. Faktor penentu utama agar bisa bersaing di
era global saat ini adalah harus tersedia SDM yang berkualitas.
Pembangunan pendidikan berkualitas dilakukan banyak pihak, baik
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun Kementeri Negara
lainnya. Berbagai program pendidikan dilaksanakan secara formal,
informal maupun non-formal, dengan tujuan menghasilkan Sumber Daya
Manusia Indonesia yang handal.
Dokumen Renstra Kemendiknas 2010-2014 menyatakan bahwa
telah terjadi peningkatan capaian indikator Angka Penyerapan Kasar
(APK) yang menunjukkan secara generik bahwa terjadi peningkatan
penyerapan tenaga kerja di Indonesia, namun kenyataan bahwa angka
pengangguran masih relatif tinggi. Kondisi ini yang menuntut pemerintah
dan pihak terkait merumuskan sebuah kerangka kerja yang komprehensif
dengan memperhatikan berbagai kondisi baik internal maupun eksternal,
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 2
sehingga ke depan bisa terjadi peningkatan daya serap lulusan oleh dunia
kerja.
Pemerintah sesuai yang diamanahkan dalam Undang-Undang
Dasar 1945 bertanggungjawab terhadap pendidikan dan lapangan kerja
yang layak bagi warganya. Dengan demikian pendidikan merupakan hak
asasi bagi setiap warga negara Indonesia, dan untuk itu pula setiap warga
negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai
dengan minat dan bakat, tanpa memandang status sosial, ekonomi, suku,
etnis, agama, dan gender (Renstra Kemendiknas, 2010).
Pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan berperan
secara langsung pada warga negara Indonesia untuk memiliki kecakapan
hidup (life skills) sehingga mampu mendorong tegaknya pembangunan
manusia seutuhnya, serta masyarakat madani dan modern yang dijiwai
nilai-nilai Pancasila, sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Renstra Kemendiknas, 2010).
Oleh karena itu pula Universitas Lambung Mangkurat sebagai salah satu
ujung tombak terdepan pendidikan tinggi di Kalimantan Selatan dalam
mewujudkan pembangunan sumberdaya manusia yang berperan penting
dalam proses Pembangunan Nasional, dan sekaligus dalam membangun
daya saing bangsa di tengah persaingan dunia yang semakin kompetitif.
Penyelarasan pendidikan dengan dunia kerja dan dunia usaha
(DUDI) merupakan sebuah upaya komprehensif untuk mensinkronkan
pendidikan nasional dengan kebutuhan dunia kerja diberbagai bidang,
sehingga diharapkan akan terjadi keselarasan dalam pelaksanaannya.
Konsep program penyelarasan mengisyaratkan adanya kebutuhan
koordinasi yang baik antara pihak penyedia lulusan pendidikan dengan
pihak yang membutuhkan tenaga lulusan. Analisa kebutuhan dunia kerja
yang meliputi kualitas (kompetensi) dan kuantitas pada lokasi dan waktu
yang berbeda merupakan informasi awal yang perlu disediakan.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 3
Pengembangan kerangka kerja penyelarasan pendidikan dengan
dunia kerja terbagi dalam 3 bagian yaitu kerangka kerja sisi permintaan,
sisi pasokan dan mekanisme penyelarasan. Proyeksi kebutuhan kedepan
terhadap kompetensi yang dibutuhkan dari dunia kerja dan jumlahnya
pada setiap lokasi di Indonesia sangat diperlukan untuk mendesain sistem
pendidikan yang meliputi peningkatan kualitas pendidik, sarana prasarana
dan sistem pembelajarannya.
Program penyelarasan sistem pendidikan dengan dunia kerja
menitikberatkan pada pembekalan kompetensi lulusan yang selaras
dengan kebutuhan dunia kerja. Sebagai salah satu upaya untuk
memberikan jaminan pendidikan yang bermutu sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta relevan terhadap
kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Dengan berjalannya program ini
diharapkan nantinya dunia pendidikan mampu menyiapkan sumberdaya
manusia yang siap kerja dan/atau malah menciptakan lapangan kerja
serta mampu menghadapi berbagai tantangan kehidupan baik lokal,
nasional maupun internasional.
Masalah ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan juga mengalami
hal yang sama seperti daerah lainnya di Indonesia. Tingkat pengangguran
belum bisa teratasi dengan tuntas bahkan kecenderungan semakin
meningkat baik secara kuantitas maupun kualitas. Padahal Propinsi
Kalimantan Selatan memilki Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah
dengan jumlah penduduk yang relatif kecil serta wilayah yang luas.
Melalui program penyelarasan pendidikan dan dunia kerja yang
digagas oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Non-Formal
dan Informal (PAUDNI), maka Lembaga Penelitian Unlam Banjarmasin
berusaha berkontribusi membantu dalam proses pemetaan dan analisis
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 4
sisi pasokan dunia pendidikan dalam dimensi kualitas, kuantitas, lokasi
dan waktu di Kota Banjarmasin.
1.2 Tujuan Kegiatan Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan Program Pemetaan dan Analisis Sisi
Pasokan dunia pendidikan dalam Dimensi Kualitas, Kuantitas, Lokasi dan
Waktu di Kota Banjarmasin adalah didapatkannya masukan awal berupa
peta pendidikan di Kota Banjarmasin dalam dimensi kualitas, kuantitas,
lokasi dan waktu yang menyangkut jumlah lulusan, data laju pasokan
yang akhirnya akan diperoleh data akurat tentang model indeks
keselarasan (Alignment index).
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pelaksanaan kegiatan Program Pemetaan dan
Analisis Sisi pasokan dunia pendidikan dalam Dimensi Kualitas,
Kuantitas, Lokasi dan Waktu di Kota Banjarmasin, adalah:
1. Mengidentifikasi dan memproyeksikan kemampuan dunia
pendidikan di Kota Banjarmasin dalam menjawab kebutuhan
tenaga kerja saat sekarang dan masa yang akan datang dalam
dimensi kualitas, kuantitas, lokasi dan waktu.
2. Mendapatkan peta pasokan tenaga kerja dan tingkat
pemenuhannya yang sudah dilakukan dunia pendidikan
3. Rekomendasi strategi dalam meningkatkan indek keselarasan
dunia kerja dengan dunia pendidikan.
4. Merancang struktur basis data pemetaan pasokan pendidikan
dalam ruang lingkup Kota Banjarmasin yang dapat digunakan
dalam pemutakhiran data pada periode mendatang.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 5
5. Memberikan rekomendasi perbaikan kondisi pasokan dari dunia
pendidikan sebagai upaya terjadinya penyelarasan dengan dunia
usaha dan dunia industry (DUDI).
1.3. Indikator keberhasilan Capaian Tujuan
Indikator keberhasilan setiap tujuan program pemetaan sisi pasokan
pendidikan disusun sebagai berikut:
a. Menyusun struktur basis data pemetaan pasokan pendidikan
dalam ruang lingkup kota Banjarmasin, berupa :
a. Tersusunnya sebuah sistem/ mekanisme pengumpulan dan
pembaharuan data pasokan pendidikan di tingkat kota
Banjarmasin
b. Tersusunnya struktur data pemetaan pasokan pendidikan
di tingkat kota Banjarmasin
b. Melakukan pemetaan pasokan pendidikan di kota Banjarmasin
dengan metode sampling dan penggunaan instrumen kuesioner,
yakni :
a. Terkumpulnya data dan informasi detail seputar kondisi
pasokan angkatan kerja terdidik (data sekunder) di tingkat
kota Banjarmasin.
b. Terkumpulnya data dan informasi detail seputar kondisi
pasokan angkatan kerja terdidik (data primer) di tingkat
kota Banjarmasin.
c. Tersedianya hasil kajian terhadap data dan infomasi
seputar kondisi pasokan angkatan kerja terdidik di tingkat
kota Banjarmasin.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 6
BAB II METODOLOGI KAJIAN
2.1.Tahapan Penelitian
Berdasarkan latar belakang, ruang lingkup, dan target (tujuan)
kajian yang sudah dirumuskan, maka kajian ini akan menggunakan
metodologi dengan 5 tahapan yang meliputi:
1. Pemantapan metodologi dan perangkat yang diperlukan semua tim
pelaksana. Tahapan persiapan ini meliputi pemantapan metodologi
kegiatan sehingga diharapkan akan terjadi kesesuaian arah kajian
dengan kebutuhan Tim Penyelarasan Direktorat PAUDNI DIKTI.
Kegiatan Tracer Study dijalankan untuk memotret beberapa
informasi indikator penting terkait dengan aktivitas lulusan.
2. Membuat klasifikasi sektor unggulan yang menjadi target kajian
dengan merancang komposisi dan proporsi jumlah target
responden pasokan pendidikan (P1) dengan mengacu pada
komposisi dan proporsi jumlah DUDI yang meliputi : penentuan
proporsi jumlah sample calon responden/ satuan pendidikan dan
memilih beberapa lembaga/ satuan pendidikan yang diharapkan
akan menjadi pemasok data responden.
3. Pengumpulan data awal (khususnya data sekunder) termasuk
mencari informasi tentang institusi/ sub-institusi (departemen)
beserta contact personnya.
4. Survei ke lokasi/instansi pendidikan yang jadi target
5. Menentukan gambaran umum situasi dan kondisi pendidikan setiap
satuan pendidikan.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 7
6. Tracer study. Teknik Tracer Study dilakukan dengan menggunakan
mekanisme e-mail, telpon, dan pengisian kuisioner online. Hasil
dan analisis lebih detail terkait dengan parameter-parameter
penting tracer study akan dibahas secara lebih mendetail dengan
teknik analisis menggunakan evaluasi secara statistik deskriptif
maupun inferensi untuk mendapatkan informasi indikator-indikator
penting berdasarkan hasil sampling yang dilakukan.
7. Pengolahan data hasil survey
8. Diskusi tim peneliti dengan pihak kompeten di dunia pendidikan
9. Korelasi data sehingga mampu menggambarkan kondisi dunia
pendidikan saat ini dan di masa yang akan datang berdasarkan
prediksi
Selain akan menganalisis Hasil Tracer Study, bagian penting
lainnya adalah pengukuran indeks keselarasan (alignment index). Secara
konsep, perhitungan Alignment Index (Index Keselarasan) adalah salah
satu ukuran untuk melihat tingkat penyerapan dunia usaha/dunia industri
terhadap lulusan (output) dunia pendidikan. Secara umum, perhitungan
Alignment Index (AI) dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 8
1.2. Pendekatan Penelitian
Penelitian dalam rangka kegiatan pemetaan dan analisis sisi
pasokan dunia pendidikan ini merupakan penelitian eksploratori yang
bertujuan menggali informasi, mengidentifikasi dan memproyeksikan
pasokan dunia pendidikan dalam empat dimensi, yaitu; kualitas, kuantitas,
lokasi dan waktu.
Penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode survai
dimana peneliti menggunakan instrumen kuesioner sebagai alat
pengumpul data yang utama.
2.3 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kota Banjarmasin Propinsi Kalimantan
Selatan, karena sebagian besar lembaga pendidikan berada di pusat ibu
kota propinsi ini. Namun juga terpaksa melibatkan SMK yang ada di
beberapa Kabupaten lainnya yang jauh dari kota Banjarmasin karena
SMK tersebut justru mencetak alumni yang sesuai koridor MP3EI, yakni
SMK pertambangan dan SMK Perkebunan (kelapa sawit).
2.4. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel
Pemetaan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran kemampuan
pasokan dunia pendidikaan dan proyeksi kebutuhan dunia kerja di masa
yang akan datang dalam dimensi kualitas, kuantitas, lokasi dan waktu.
Populasi penelitian ini adalah seluruh lembaga pendidikan yang ada
kaitannya dengan sektor unggulan daerah Kalimantan Selatan.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik
random sampling. Menurut Gay (1976) untuk penelitian deskriptif dengan
populasi yang relatif kecil jumlah sampel yang diambil minimal 20%.
Untuk penelitian ini jumlah sampel lembaga pendidikan diusahakan
semuanya terambil.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 9
Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini berupa data primer dan
data sekunder. Adapun penjelasan dari kedua sumber data tersebut,
yaitu:
a. Data Primer, adalah data yang berasal dari sumber asli dan
dikumpulkan secara khusus untuk menjawab pertanyaan penelitian
(Cooper & Emory, 1996). Data primer diperoleh melalui observasi,
wawancara atau kuesioner kepada setiap alumni yang bisa
dihubungi. Metode pengumpulan data utama dalam penelitian ini
adalah melalui kuesioner yang diberikan kepada tiap lembaga
pendidikan di Kota Banjarmasin dan beberapa yang ada di
Kabupaten lainnya
b. Data Sekunder, yaitu data yang dikumpulkan melalui studi oleh
pihak lain untuk sasaran mereka sendiri (Cooper dan Emory, 1996).
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai pihak
terkait, Lembaga pendidikan dan Dinas Pendidikan Kota
Banjarmasin.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
sebagai berikut:
a. Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan data dengan
cara membagi daftar pertanyaan kepada responden. Syarat
yang paling penting untuk memilih kuesioner sebagai suatu
teknik pengumpulan data menurut Rintuh (1994) adalah bahwa
responden mampu memberikan responsi atau tanggapan baik
secara tertulis maupun lisan atas pertanyaan atau pernyataan
tersebut.
b. Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan
dengan menggunakan panca indra untuk mengetahui kondisi
dan situasi pada lembaga pendidikan di Kota Banjarmasin.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 10
c. Wawancara mendalam (in depth interview) adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan bertatapan muka
(face to face) antara peneliti dengan responden dengan atau
tanpa menggunakan pedoman wawancara (interview guide)
tapi dengan kuesioner.
d. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang
diperoleh dengan cara mengumpulkan catatan-catatan atau
dokumen dari instansi yang terkait dengan permasalahan
penelitian ini, melalui pihak sekolah dan lembaga kursus yang
ada.
2.5. Teknik Analisis
a. Analisis Deskriptif
Analisis ini bertujuan untuk mendeskripsikan data lembaga
pendidikan yang dipetakan, data kualifikasi/kompetensi siswa, dan
lain-lain yang meliputi dimensi kualitas, kuantitas, lokasi dan
waktu. Data disajikan dalam bentuk tabel, diagram, grafik, maupun
gambar.
b. Analisis Proyeksi Kebutuhan
Analisis proyeksi pasokan dunia pendidikan saat ini dan di tahun-
tahun mendatang dihitung dengan menggunakan teknik Least
Squares Prediction Analysis atau metode kuadrat terkecil.
Persamaan Least Squares adalah sebagai berikut:
Y = a + bX
dimanaY = Kebutuhan Dunia Kerja a = nilai intercept b = nilai slope X= tahun yang diproyeksikan
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 11
Nilai intercept (a) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
a =
Sedangkan nilai slope (b) dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
b =
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 12
BAB III ANALISIS SITUASI KALIMANTAN SELATAN
3.1. Latar Belakang Wilayah
3.1.1. Keadaan Geografis Kalimantan Selatan
Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Banjarmasin terdiri
atas 11 kabupaten dan 2 kota, terletak antara 114 °19' 13'' - 116°33' 28''
Bujur Timur dan 1° 21' 49'' – 4 °10' 14'' Lintang Selatan, memiliki luas
wilayah hanya 6,98 persen dari luas Pulau Kalimantan secara
keseluruhan yaitu seluas 37.530,52 km2 dengan batas–batas: sebelah
barat dengan Provinsi Kalimantan Tengah, sebelah timur dengan Selat
Makasar, sebelah selatan dengan Laut Jawa, dan sebelah utara dengan
Provinsi Kalimantan Timur.
Penggunaan lahan di Kalimantan Selatan meliputi lahan
pemukiman/kampung seluas 59.563 ha, industri 2.489 ha, pertambangan
42.111 Ha, sawah 426.067 ha, pertanian lahan kering semusim 60.680
ha, kebun campuran 171.642 ha, perkebunan 486.448 ha, padang/semak
belukar/alang-alang 830.684 ha, hutan 1.613.431 ha, perairan darat
45.731 ha, tanah terbuka 3.713 ha, dan lain-lain 59.997 ha (Bappeda,
2009)
Wilayah Kalimantan Selatan kaya akan sumber daya alam (SDA)
yang menyimpan beberapa potensi bahan galian pertambangan seperti
mineral, batu bara, minyak, biji besi, gas bumi, intan, dan lain-lain.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 13
3.1.2. PERKEMBANGAN PENDUDUK KALIMANTAN SELATAN
Penduduk di Provinsi Kalimantan Selatan berjumlah 3.396.680 jiwa
(tahun 2007), bertambah menjadi 3.446.631 jiwa (tahun 2008), 3.503.156
jiwa (tahun 2009). Pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 1,70 persen
per tahun.
Penduduk terbanyak berada di kota Banjarmasin dengan jumlah
639.978 jiwa pada tahun 2009 atau sekitar 18,27% dari seluruh penduduk
di Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten Banjar memiliki penduduk
terbanyak kedua dengan jumlah 498.886 jiwa pada tahun 2009 atau
sekitar 14,24%. Perkembangan penduduk Kalimantan Selatan selama
tahun 2007 s.d 2009 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Per Kabupaten di Kalimantan Selatan
No. Kabupaten/Kota Tahun2007 2008 2009
1 Tanah laut 265.629 270.091 275.0072 Kotabaru 272.000 276.574 281.3313 Banjar 480.010 489.056 498.8864 Barito Kuala 269.448 272.332 275.2735 Tapin 152.077 153.066 154.3366 Hulu Sungai Selatan 207.402 208.571 209.9487 Hulu Sungai Tengah 242.189 244.192 246.4878 Hulu Sungai Utara 214.191 216.181 218.2789 Tabalong 191.000 193.082 195.63110 Tanah Bumbu 221.304 226.208 231.29811 Balangan 101.860 102.296 102.76712 Kota Banjarmasin 615.570 627.245 639.97813 Kota Banjarbaru 164.000 167.737 170.82314 Kalimantan Selatan 3.396.680 3.446.631 3.503.156
Sumber : Badan Pusat Ststistik Kalimantan Selatan.
Struktur penduduk di Provinsi Kalimantan Selatan selama tahun
2007-2009 tidak mengalami banyak perubahan yang berarti. Berdasarkan
tabel tersebut diatas, pada tahun 2008 terjadi penambahan penduduk
sebesar 1,49% dan pada tahun 2009 sebesar 1,64%.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 14
Laju pertumbuhan penduduk per Kabupaten/Kota di Kalimantan
Selatan, dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Laju pertumbuhan Penduduk Per-Kabupaten di Kalsel
No. Kabupaten/Kota Tahun2003 – 2005
Tahun2005 - 2008
1 Tanah laut 2,01 1,712 Kotabaru+Tanah Bumbu - 1) 1,713 Banjar + Banjarbaru 2,22 3) 1,914 Barito Kuala 1,02 1,15 Tapin 1,12 0,686 Hulu Sungai Selatan 0,8 0,597 Hulu Sungai Tengah 1,1 0,858 Hulu Sungai Utara - 2) 0,969 Tabalong 1,72 1,1210 Tanah Bumbu - 2,2411 Balangan - 0,4512 Kota Banjarmasin 2,24 1,9213 Kota Banjarbaru 4,27 2,3114 Kalimantan Selatan 1,91 1,49
Sumber : BPS Provinsi
Dari aspek keberagaman suku bangsa yang ada di Kalimantan
Selatan, secara umum didalam komposisi penduduk didominaasi oleh
suku asli Banjar (Tabel 3). Beberapa suku bangsa antara lain suku Jawa,
Madura, Bugis, Batak dan Sunda, serta sebagian kecil suku keturunan
Tionghoa. Jumlah mereka relatif kecil, dan komposisinya secara statistik
cenderung stabil dari tahun ketahun. Secara umum kondisi pergaulan
diantara suku bangsa yang ada sudah sangat kondusif dan hidup secara
damai. Kondisi inilah yang sangat membantu dan merupakan modal dasar
dalam melakukan kegiatan pembangunan di segala bidang kehidupan.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 15
Tabel 3. Lima suku terbesar pada tiap Kabupaten di Kalsel
Kabupaten/Kota
Suku BangsaTotalBanjar,
Melayu banjar
Jawa Bugis Madura Sunda Lainnya
Tanah LautKota BaruBanjarBarito KualaTapinHSSHSTHSUTabalongTan BumbuBalanganBanjarmasinBanjar Baru
61,7939,7987,8074,8980,8996,4295,6798,7582,8034,5687,6879,1260,93
31,7020,56
7,2415,0915,38
1,181,520,79
11,6730,44
4,5510,7230,63
1,3311,99
0,200,090,080,030,080,030,30
19,890,120,540,76
1,420,863,170,120,920,160,030,070,140,920,052,420,95
1,191,080,290,510,880,080,100,070,561,910,170,441,75
2,5825,71
1,319,301,862,132,610,304,54
12,297,426,764,97
100100100100100100100100100100100100100
Kal Sel 76,34 13,14 2,45 1,22 0,62 6,22 100Sumber : Badan Pusat Statistik.
3.1.3. Potensi Pengembangan Wilayah Kalimantan Selatan
Potensi pengembangan wilayah dapat dilihat berdasarkan unsur-
unsur potensi geografis, penduduk, ekonomi wilayah, sektor andalan,
sektor pendukung, sektor investasi, keuangan dan pembiayaan, dan
transportasi.
Potensi pengembangan wilayah Provinsi Kalimantan Selatan
didekati dengan kebijakan perwilayahan. Kebijakan perwilayahan
didasarkan atas efektivitas pembangunan di seluruh Provinsi dan untuk
mensinkronkan pembangunan berbagai sektor andalan yang akan
dikembangkan di masing-masing wilayah kabupaten/kota agar tidak saling
tumpang tindih satu sama lain, sehingga potensi yang dimiliki masing-
masing daerah dapat dikembangkan secara optimal dan terintegrasi.
Pengembangan potensi secara spasial dilakukan melalui kebijakan
pengembangan kawasan strategis Provinsi.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 16
Kawasan strategis wilayah Provinsi terdiri atas Kawasan
Strategis Nasional (KSN) dan Kawasan Strategis Provinsi (KSP).
Kawasan Strategis Nasional dimaksud Kawasan Strategis Nasional dari
sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi yaitu Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu (KAPET) Batulicin. Kawasan Strategis Provinsi (KSP)
dimaksud terdiri atas (1) Kawasan strategis dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi; (2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup; (3) Kawasan strategis dari
sudut kepentingan pertahanan dan keamanan.
3.1.4 Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kalimantan Selatan
Salah satu pendekatan pengukuran kemajuan bagi perekonomian
di suatu daerah ialah dengan melihat perkembangan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). PDRB Kalsel atas dasar harga berlaku
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sebagaimana terlihat pada
Tabel 4.
Nilai PDRB atas dasar harga berlaku dengan migas pada tahun
2006 sebesar Rp. 34,7 triliun meningkat menjadi Rp. 51,2 triliun pada
2009. Seiring dengan itu, PDRB tanpa migas juga meningkat dari Rp.34,4
trilliun menjadi Rp. 50,5 trilliun. Peningkatan ini secara umum terjadi pada
semua sektor meski dengan besaran yang berbeda-beda.
Peningkatan nilai PDRB Kalimantan Selatan dari tahun 2006
sampai 2009 terutama disebabkan oleh sektor pertanian dengan
kontribusi 22,15%. Sektor yang berperan besar selanjutnya adalah
pertambangan dan penggalian (19,38%), dan sektor perdagangan, hotel
dan restoran (15,29%). Ketiga sektor ini merupakan sektor yang
memberikan kontribusi terbesar pada pembentukan dan pertumbuhan
nilai PDRB Kalimantan Selatan selama ini.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 17
Tabel 4. Nilai PDRB (dalam Ribuan Rupiah) Kalsel 2006-2009
Sektor 2006 2007 2008 2009Kontribusi
pd Peningkata
n
Pertanian 7.777.783,89 8.856.262,82 10.134.130,00 11.434.210,00 22,15%
Pertambangan dan galian 7.579.250,33 8.556.849,36 9.942.273,97 10.777.630,00
5 19,38%
Industri Pengolahan 4.047.834,94 4.364.118,90 4.716.788,18 5.050.647,58 6,08%
Listrik, Gas dan Air Bersih 194.463,85 219.714,55 257.799,27 294.423,72 0,61%
Bangunan 2.275.474,90 2.553.875,28 2.861.705,34 3.185.990,00 5,52%Perdagangan, Hotel dan Restoran
5.152.784,87 5.932.312,57 6.843.018,03 7.676.030,00 15,29%
Pengangkutan /Komunikasi 2.930.826,03 3.546.217,47 4.196.446,35 4.721700,00 10,85%
Keuangan, Persewaan / Jasa Perusahaan
1.420.049,93 1.758.334,50 2.196.000,94 2.568.310,00 6,96%
Jasa-jasa 3.292.025,55 3.651.081,62 4.609.860,00 5.468.400,00 13,18%
PDRB dengan Migas
34.670.494,29
39.438.767,06
45.758.030,00 51.177.340,00 100,00%
PDRB tanpa Migas
34.142.299,38
38.852.763,34
45.132.200,00 50.548.300,00 99,39%
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan 2009
Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan cenderung
meningkat dari tahun ke tahun, walaupun pada tahun 2009 mengalami sedikit
perlambatan. Selama periode 2006 - 2009 pertumbuhan PDRB dengan migas
mencapai rata-rata 5,56 persen per tahun. Pertumbuhan PDRB tanpa migas
sedikit lebih tinggi, yakni mencapai rata-rata 5,62 persen per tahun (Tabel 5).
Seluruh sektor ekonomi menunjukkan pertumbuhan rata-rata
positif. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan mencapai
tingkat pertumbuhan rata-rata tertinggi (7,69%), disusul Jasa-jasa
(6,87%), dan Pengangkutan dan Komunikasi (6,67%). Sementara itu,
sektor yang tumbuh paling rendah adalah Industri Pengolahan dengan
rata-rata 1,53%.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 18
Tabel 5. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (%)
Sektor 2006 2007 200
8 2009 Rata-rata
Pertanian 4,70 5,72 6,48 7,12 6,00Pertambangan dan Penggalian 7,47 5,05 7,37 1,73 5.40
Industri Pengolahan 1,70 2,94 2,59 2,31 1,53Listrik, Gas dan Air Bersih 3,83 4,14 4,23 5,33 4,38Bangunan 7,02 6,90 5,60 6,06 6,40Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,56 6,18 7,07 5,80 6,15Pengangkutan dan Komunikasi 6,06 8,23 6,43 5,95 6,67Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3,24 15,3
6 5,73 6,44 7,69
Jasa-jasa 6,89 6,65 6,63 7,33 6,87Pertumbuhan Eko dengan Migas 4,98 6,01 6,23 5,01 5,56
Pertumbuhan Eko tanpa Migas 5,05 6,08 6,37 5,11 5,65
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan 2009
Seluruh sektor ekonomi menunjukkan pertumbuhan rata-rata
positif. sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mencapai
tingkat pertumbuhan rata-rata tertinggi (7,69%), disusul jasa-jasa (6,87%),
dan pengangkutan dan komunikasi (6,67%). Sementara itu, sektor yang
tumbuh paling rendah adalah industri pengolahan dengan rata-rata
1,53%.
Sektor-sektor yang termasuk dalam kelompok sektor primer
(pertanian dan pertambangan – penggalian) dan tersier (perdagangan-
hotel-restauran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan-persewaan-
jasa perusahaan, dan jasa-jasa lainnya) mengalami pertumbuhan yang
relatif tinggi secara konsisten. sementara, pertumbuhan dalam kelompok
sektor sekunder (industri pengolahan, listrik-gas-air, dan bangunan)
secara umum cenderungan lebih lambat.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 19
Tabel 6 memperlihatkan bahwa pembentukan nilai PDRB selama
periode 2006 – 2009 didominasi kelompok sektor primer dengan rata-rata
43,95% dan tersier (38,40%) yang utamanya berasal dari Perdagangan-
Hotel-Restoran. Besarnya peran sektor primer menunjukkan bahwa
perekonomian Kalimantan Selatan masih sangat tergantung pada
sumberdaya alam. Peranan sektor sekunder (17,68%), disisi lain, justru
semakin menurun. Sektor sekunder, khususnya Industri pengolahan yang
potensial untuk menciptakan nilai tambah dan daya saing lebih tinggi bagi
ekonomi peranannya menurun dari 11,68% pada 2006 menjadi 9,87%.
Tabel 6. Kontribusi Sektoral dalam PDRB Kalimantan Selatan
Sektor 2006 2007 2008 2009 Rata-rataPertanian 22,43 22,46 22,15 22,34 22,36Pertambangan dan Penggalian 21,86 21,70 21,73 21,06 21,59
Industri Pengolahan 11,68 11,07 10,31 9,87 10,73Listrik, Gas dan Air Bersih 0,56 0,56 0,56 0,58 0,57
Bangunan 6,56 6,48 6,25 6,23 6,38Perdagangan, Hotel dan Restoran 14,86 15,04 14,95 15,00 14,96Pengangkutan dan Komunikasi 8,45 8,99 9,17 9,23 8,96Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,10 4,46 4,80 5,02 4,60
Jasa-jasa 9,50 9,26 10,07 10,69 9,88
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber :BPS Tahun 2010
PDRB dapat dikatakan sebagai ukuran kesejahteraan suatu
daerah. Di sisi lain, PDRB per kapita dapat dijadikan ukuran
kesejahteraan masyarakatnya, karena merupakan nilai rata-rata besaran
PDRB untuk tiap orang penduduk. PDRB per kapita meskipun lebih
indikatif bagi pengukuran tingkat kesejahteraan namun belum
menggambarkan tingkat kemerataan antar penduduk.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 20
Tabel 7. PDRB Per kapita Dengan Migas Di Kalimantan Selatan
TahunHarga Berlaku Harga Konstan 2000
PDRB Perkapita (Rp)
Pertumbuhan (%)
PDRB Perkapita (Rp)
Pertumbuhan (%)
2000 6.269.036 - 6.269.036 -2001 6.893.127 9,96 6.438.936 2,712002 7.532.597 9,28 6.622.005 2,842003 8.001.103 6,22 6.649.457 0,412004 8.705.989 8,81 6.886.794 3,572005 9.644.377 10,78 7.065.534 2.602006 10.359.826 7,42 7.306.536 3,412007 11.610.975 12,08 7.631.654 4,452008 13.276.160 14,34 7.989.962 4,702009*) 14.514.675 9.33 8.201.844 2,65 Sumber : PDRB, Tahun 2006 – 2009
*) Angka sementara
PDRB per kapita atas dasar harga berlaku selama kurun waktu
2000-2009 berkembang dengan pesat dengan rata-rata peningkatan
sebesar 916.182 rupiah per tahun. Kenaikan terbesar terjadi pada tahun
yang relatif besar terjadi tahun 2008, 2007 dan 2005 dengan
pertumbuhan masing masing diatas 10% (Tabel 7).
PDRB per kapita berdasarkan harga konstan 2000 juga mengalami
kecenderungan peningkatan namun relatif lebih rendah daripada tingkat
pertumbuhan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku. Lebih tingginya
pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku disebabkan karena
terjadinya peningkatan harga barang dan jasa yang cenderung
berlangsung terus menerus.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 21
Tingkat kemerataan pendapatan di Kalsel relatif konstan dalam
periode 2005–2009. Berdasarkan angka indeks gini (Gini Ratio) maka
tingkat distribusi pendapatan selama ini tergolong pada kemerataan
sedang. Hal ini berarti tingkat ketimpangan pendapatan antar penduduk
tidak berlangsung tajam. Perbedaan pendapatan kelompok masyarakat
berpenghasilan tinggi tidak terlalu jauh diatas.
Pemerataan pembangunan berdasarkan aspek kewilayahan adalah
untuk mewujudkan tercapainya tingkat pembangunan yang relatif merata
antar daerah. Terdapat 13 Kabupaten/Kota sebagai daerah-daerah yang
tersebar dalam wilayah pembangunan Provinsi Kalsel. Perbandingan
PDRB, jumlah penduduk, dan PDRB per kapita antar daerah terlihat pada
Tabel 8.
Tabel 8. PDRB perkapita tiap Kabupaten atas dasar harga konstan
Kabupaten/Kota PDRB (Rp.Juta)
Penduduk (Jiwa)
PDRB Per Kapita
Tanah lautKotabaruBanjarBarito kualaTapinHulu sungai selatanHulu sungai tengahHulu sungai utaraTabalongTanah bumbuBalanganBanjarmasinBanjarbaru
2.008.128.6184.458.390.3973.009.899.1521.754.711.950
908.471.238999.938.839987.856.252768.866.105
2.641.727.5212.704.907.7771.318.536.5824.333.905.006
858.839.942
270.091276.574389.056272.332153.066208.571244.192216.181193.082226.208102.296627.245167.737
7.435.00816.120.0637.736.4166.443.2825.935.1604.794.2374.045.4083.556.585
13.681.89411.957.61312.889.4256.909.4295.120.158
Kalimantan selatan 27.538.451.501 3.446.631 13.205.830Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota menurut lapangan usaha Tahun 2009
Dari tabel tersebut nampak bahwa daerah dengan total PDRB
tertinggi adalah Kabupaten Kotabaru sedangkan yang terendah adalah
Kabupaten Hulu Sungai Utara. Daerah dengan jumlah penduduk
terbanyak adalah Kota Banjarmasin sedangkan yang paling sedikit adalah
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 22
Kabupaten Balangan. Nilai PDRB per kapita yang menunjukkan tingkat
rata-rata PDRB bagi tiap penduduk yang tertinggi adalah di Kabupaten
Kotabaru, sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Hulu sungai
Utara.
Trend angka kemiskinan mengalami penurunan sejak tahun 2005-
2009, meskipun sempat terjadi peningkatan dari 235.700 jiwa pada 2005
menjadi 278.450 jiwa pada 2006. Prosentase penduduk miskin pada 2005
sebesar 7,15% sedangkan pada tahun 2006 menjadi 8,3%. Selama
periode tahun 2006 s.d 2009 angka kemiskinan secara konsisten
menurun dari 8,3 % pada tahun 2006 hingga menjadi 5,12% pada tahun
2009. Posisi 2009 ini menempatkan Kalsel menduduki peringkat II pada
tingkat nasional atas jumlah penduduk miskin paling sedikit.
Gambar 1. Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Selatan
Berbagai upaya telah dilakukan Pemda dalam mengentaskan
kemiskinan di Kalimantan Selatan. Respon terhadap program nasional
penanggulangan kemiskinan terus dilakukan dalam bentuk fasilitasi
program yang meliputi bantuan sosial terpadu.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 23
235.700
278.450
233.501 218.900
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
Tahun2005
Tahun2006
Tahun2007
Tahun2008
Tahun2009
175.977
3.1.5. Upaya Pengembangan pendidikan di KalimantanSelatan
Pada tahun 2005 Angka Partisipasi Kasar Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) sebesar 41,02, kemudian meningkat menjadi 54,25 pada
tahun 2009. Pada tahun 2005 Angka Partisipasi Murni (APM) SD sebesar
92,67 meningkat menjadi 99,02 pada tahun 2009.
Khusus untuk APK SLTP pada tahun 2005 sebesar 77,79
menjadi 97,05 pada tahun 2009. APK SLTA pada tahun 2005 sebesar
53,91 meningkat menjadi 74,29 pada tahun 2009 (Tabel 9).
Tabel 9. Angka Partisipasi Sekolah di Kalimantan Selatan
Indikator Prosentase Capaian2005 2006 2007 2008 2009
APK PAUD 41,02 45,24 48,07 53,50 54,25APK SD/MI 95,33 95,36 96,26 98,28 99,42APK SMP/MTs/SMPT 77,79 85,01 90,41 96,18 97,05
APK SMA/SMK/MA 53,91 63,13 72,34 74,22 74,29Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Kalsel
APK pada jenjang SLTA baru mencapai 74,29%, sisanya masih
35,71% atau lebih belum menduduki sekolah SLTA. Rendahnya APK
SLTA ini berarti akan menyumbang angkatan kerja yang kompetensinya
hanya berpendidikan SLTP (Pendidikan Dasar), sementara dunia usaha
atau lapangan kerja memerlukan tingkat kompetensi yang lebih tinggi.
Tabel 10. Angka Partisipasi Sekolah di Kalimantan Selatan
Indikator Prosentase Capaian2005 2006 2007 2008 2009
APM SD/MI
92,67 94,44 95,88 98,12 99,02
APM SMP/MTs/SMPT
57,47 67,70 75,43 77,86 85,06
APM SMA/SMK/MA
53,09 59,04 66,13 63,30 67,58
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Kalsel
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 24
Kualitas pendidikan dapat dilihat pada perolehan nilai hasil ujian
nasional yang ditempuh anak didik. Kondisi ini juga mengalami perbaikan
meskipun masih perlu upaya yang lebih keras dan terarah dalam
penyelenggaraan proses belajar mengajar terutama penerapan asesmen
pada proses daripada hasil untuk memantau kemajuan penguasaan
kompetensi anak didik. Rata-rata nilai ujian nasional 6,29 untuk tingkat
SLTP dan 6,87 untuk tingkat SLTA pada tahun 2007/2008 (Tabel 11).
Tabel 11. Hasil Ujian SLTP dan SLTA di Kalimatan Selatan
Jenjang Pendidikan
Realisasi Nilai Ujian2005/2006 2006/2007 2007/2008 2008/2009
SLTP 5,90 6,00 6,29 7,08SLTA 6,51 6,99 6,87 6,97
Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Kalsel
Hasil ujian nasional menunjukkan tingkat kemampuan siswa
secara nasional dalam pembelajaran. Hasil ujian SLTP tahun 2008/2009
rata-rata 7,08 menunjukkan angka yang meningkat dari tahun 2007/2008
dengan rata-rata 6,29. Begitu juga dengan hasil ujian SLTA tahun
2008/2009 rata-rata 6,97 juga terjadi peningkatan perolehan hasil ujian
yang dialami oleh siswa dibanding perolehan tahun 2007/2008 dengan
rata-rata 6,87.
Jumlah murid berdasarkan jenjang pendidikan dari TK sampai
dengan Madrasah Aliyah dapat dilihat pada Tabel I2. Jumlah murid TK/RA
pada tahun 2007-2009 menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2007
jumlah murid TK/PAUD 61.025 orang, tahun 2008 sebanyak 68.593
orang, dan pada tahun 2009 menjadi 81.540 orang. Jumlah murid tingkat
SD pada tahun 2007 sebanyak 379.321 orang, dan pada tahun 2008
sejumlah 456.539 orang serta pada tahun 2009 sebanyak 393.213 orang,
sedangkan untuk MI pada tahun 2007 sebanyak 64.038 orang, pada tahun 2008
tetap 64.038 orang, dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 64.659 orang.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 25
Tabel I2. Jumlah Murid Menurut Jenjang dan Jenis Pendidikan di Kalimantan Selatan
Jenjang Pendidikan Jumlah Murid2007 2008 2009
TK/PAUD 61,025 68,593 81,540 SD 379,321 456,539 393,213 SLTP 86,559 98,519 100,117 Paket B 5.280 5.460 3.300SMU 41,242 45,579 46,032 SMK 19,221 19,836 26,371 Paket C 680 600 1.800MI 64,038 64,038 64,659 MTs 53,768 53,768 54,252 MA 19,721 19,721 19,889 Jumlah 724,895 826,593 786,073
Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Kalsel, 2010
Jumlah Murid pada tingkat SLTP juga semakin meningkat, tahun
2007 jumlah murid SLTP sebanyak 86.559 orang, tahun 2008 meningkat
menjadi 98.519 orang dan pada tahun 2009 menjadi 100.117 orang;
sementara untuk MTs pada tahun 2007 sebanyak 53.768 orang, tahun
2008 tetap sebanyak 53.768, dan pada tahun 2009 meningkat menjadi
54.252 orang.
Jumlah murid tingkat SMU juga meningkat, pada tahun 2007
jumlah murid SMU sebanyak 41.242 orang, tahun 2008 menjadi 45.579
orang dan pada tahun 2009 menjadi 46.032 orang. Jumlah murid SMK
meningkat tajam, pada tahun 2007 sebanyak 19.221 orang, tahun 2008
sebanyak 19.836 orang, dan pada tahun 2009 menjadi 26.371 orang;
sedangkan untuk MA pada tahun 2007 sebanyak 19.721 orang, tahun
2008 tetap sebanyak 19.721 orang, dan pada tahun 2009 meningkat
menjadi 19.889 orang.
Berdasarkan kondisi guru yang ada di Kalimantan Selatan maka
jumlah guru selalu meningkat dari tahun ke tahun dimana sebarannya
menurut jenjang pendidikan dapat dilihat pada Tabel 13.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 26
Tabel I3. Jumlah Guru Menurut Jenjang dan Jenis Pendidikan di Kalimatan Selatan
Jenjang Pendidikan
Jumlah Guru2007 2008 2009
TK/PAUD 4,206 4,425 5,660 SD 22,542 25,325 30,512 SLTP 7,611 8,873 9,885 SMU 3,673 4,203 3,927 SMK 1,844 1,854 2,317 MI 6,021 6,021 6,021 MTs 5,656 5,656 5,656 MA 2,768 2,768 2,768 Jumlah 54,321 59,125 66,746 Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Kalsel
Berdasarkan tabel jumlah murid dan jumlah guru tersebut diatas
dapat dihitung rasio guru murid. Tingkat rasio guru dan murid di
Kalimantan Selatan menunjukkan kondisi yang sangat baik, namun
demikian di daerah perdesaan rasio guru dan murid masih relatif besar,
demikian juga kualitasnya, serta statusnya.
Kualitas guru di perdesaan masih lebih rendah daripada guru di
perkotaan, karena layanan terhadap peserta didik juga masih besar, dan
masih dirasakan kekurangan guru sehingga seringkali terpaksa
mengangkat guru honorer yang kurang berkualitas dengan status yang
kurang jelas, terutama untuk sekolah-sekolah pada lingkungan pendidikan
agama. Langkah kongkret yang perlu diambil adalah pemerataan guru
sesuai bidang keahliannya
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 27
Tabel I4. Rasio Guru dan Murid Menurut Jenjang dan Jenis Pendidikan
Jenjang Pendidikan Jumlah Murid Per Satu Orang Guru2007 2008 2009
TK/PAUD 15 16 14 SD 17 18 13 SLTP 11 11 10 SMU 11 11 12 SMK 10 11 11 MI 11 11 11 MTs 10 10 10 MA 7 7 7 Rata-rata Sekolah 11 12 11 Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Kalsel, 2010
Rasio murid dan sekolah pada jenjang TK/PAUD masih sangat
kecil. Kondisi ini mencerminkan bahwa sekolah TK/PAUD belum banyak
menampung anak usia PAUD, kondisi ini umumnya disebabkan oleh
sarana yang belum memadai dan jarang, serta relatif jauh dari tempat
tinggal anak. Rasio murid dan sekolah di SMU dengan di SMK terjadi
perbedaan yang sangat signifikan, kondisi ini menunjukkan bahwa minat
murid bersekolah di SMK relatif tinggi, dengan rasio hampir 1,4 (Tabel
15)
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 28
Tabel 15. Rasio Sekolah dan Murid Menurut Jenjang dan Jenis Pendidikan Di Kalimantan Selatan 2007-2009
Jenjang Pendidikan Jumlah Murid Per Sekolah2007 2008 2009
TK/PAUD 44 50 44SD 131 287 309SLTP 217 221 170SMU 273 260 269SMK 315 325 361MI 121 121 111MTs 182 182 170MA 157 157 160Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Kalsel, 2010
Rasio murid dengan sekolah berdasarkan jenjang pendidikan
selama periode 2007-2009 disajikan pada Tabel 15. Rasio murid dan
sekolah pada jenjang TK/PAUD masih sangat kecil. Kondisi ini
mencerminkan bahwa sekolah TK/PAUD belum banyak menampung anak
usia PAUD, kondisi ini umumnya disebabkan oleh sarana yang belum
memadai dan jarang, serta relatif jauh dari tempat tinggal anak. Rasio
murid dan sekolah di SMU dengan di SMK terjadi perbedaan yang sangat
signifikan, kondisi ini menunjukkan bahwa minat murid bersekolah di SMK
relatif tinggi.
3.1.6.Ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan
Sejalan dengan meningkatnya jumlah peduduk, meningkat pula
jumlah angkatan kerja setiap tahunnya. Kurun waktu tahun 2007-2009
tingkat partisipasi angkatan kerja mengalam perubahan naik dan turun
(Fluktuatif) namun serapan terhadap tenaga kerja justru mengalami
kecenderungan menurun yang digambarkan dengan jumlah penduduk
yang bekerja yakni 1.598.981 tahun 2007 menjadi 1.594.760 tahun 2008.
Untungnya pada tahun 2009 jumlah penduduk bekerja naik kembali
menjadi 1.635.177 jiwa. (Tabel 16).
Tingkat pengangguran terbuka mengalami kecendrungan menurun.
Pada tahun 2007 TPT sebesar 7,62%. Angka ini menurun pada tahun
2008 menjadi 6,79% dan turun kembali pada 2009 menjadi 6,75%. Meski
demikian jumlah setengah menganggur cenderung meningkat. Pada
tahun 2007 jumlah setengah menganggur sebanyak 505.191 jiwa naik
menjadi 519.604.
Tabel 16. Perkembangan Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Prov.KalselLaporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 29
Menurut Jenis Kegiatan
No. Jenis Kegiatan Jumlah Penduduk 15 Tahun Ke atas2007 2008 2009
1 Penduduk 15 Tahun ke Atas (jiwa) 2,366,403 2,466,154 2,524,612 2 Angkatan Kerja (jiwa) 1,730,916 1,743,134 1,754,853 3 Bekerja (jiwa) 1,598,981 1,594,760 1,635,177 4 Pengangguran (jiwa) 131,935 118,374 118,406 5 Bukan Angkatan Kerja (jiwa) 635,487 753,020 771,029
6Tingkat Partisipasi Angkatan Keja (%) 73.15 70.68 69.51
7Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 7.62 6.79 6.75
8Setengah Penganggur Terpaksa (jiwa) 214,191 206,483 202,395
9Setengah Menganggur Sukarela (jiwa) 291,000 248,153 317,209
10Jumlah Setengah Menganggur (jiwa) 505,191 454,636 519,604
Sumber : BPS Prov Kalsel, 2009
Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Selatan pada Februari 2012
sebesar 1,887 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar
2,55 persen, bila dibandingkan pada Februari 2011 yang berjumlah 1,840
juta jiwa. Namun berdasarkan jumlah penduduk yang bekerja pada
Februari 2012 mencapai 1,806 juta jiwa, mengalami penambahan sebesar
68,92 ribu jiwa dibandingkan pada Februari 2011 yang berjumlah 1,737
juta jiwa.
Pada Februari 2012 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah
4,32 persen. Jumlah tersebut mengalami penurunan dibandingkan
keadaan Februari 2011. Februari 2011 TPT di Provinsi Kalimantan
Selatan sebesar 5,62 persen. Sektor pertanian merupakan sektor yang
paling banyak menyerap tenaga kerja. Pada bulan Februari 2012 tercatat
sebanyak 38,20 persen tenaga kerja diserap sektor pertanian. Sektor
perdagangan adalah sektor kedua terbesar dalam penyerapan tenaga
kerja, yaitu sebesar 20,59 persen.
3.1.7. Permasalahan Pembangunan di Kalimantan Selatan
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 30
Pembangunan Kalimantan Selatan difokuskan pada pemantapan
fondasi pembangunan daerah dalam rangka melaksanakan rencana
pembangunan tahapan kedua dari RPJP Daerah, dan juga untuk
mengantisipasi perubahan yang muncul dimasa yang akan datang.
Provinsi Kalimantan Selatan selain menyelesaikan isu yang bersifat lokal,
juga mempertimbangkan isu-isu yang bersifat nasional dan global, seperti
pertumbuhan dan pemerataan, kemiskinan, pengangguran, lingkungan
hidup dan penataan ruang.
Pembangunan bukan hanya berakibat menguntungkan bagi
manusia tapi juga menimbulkan masalah yang besar apabila tidak
direncanakan pembangunan yang berkelanjutan/lestari. Permasalah
pembangunan yang dihadapi di Kalimantan Selatan antara lain:
a. Peningkatan eksploitasi sumber daya alam yang akan
mengakibatkan terjadinya perubahan bentang alam yang pada
gilirannya terganggunya kelestarian lingkungan
b. Perubahan iklim global berpengaruh terhadap perubahan
iklim daerah
c. Tingkat pertumbuhan penduduk yang masih tinggi yang
berakibat pada tingginya kebutuhan akan sarana dan prasarana dasar
seperti perumahan, pendidikan dan kesehatan
d. Distribusi penduduk yang belum merata, yaitu masih
terpusat di sekitar Kota Banjarmasin untuk itu diperlukan distribusi
manusia dan kegiatan ekonomi di tiap daerah yang belum
berkembang
e. Terjadinya peralihan pekerjaan penduduk Kalimantan
Selatan dari pertanian ke non pertanian dimana tahun 1997 sebanyak
97,9% menjadi 49,1% tahun 2005Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 31
f. Masih tingginya angka pengangguran yakni pada tahun
1996 sebesar 0,3% namun pada tahun 2005 sudah menjadi 6,2%
g. APK dan APM mengalami peningkatan namun masih perlu
didorong sehingga peningkatannya dapat lebih tinggi lagi serta
penduduk usia sekolah dapat mengakses pendidikan secara merata
h. Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalsel sejak
tahun 1999 hingga 2005 menunjukkan peningkatan, yaitu tahun 1999
sebesar 62,2 dan tahun 2005 sebesar 67,4 namun secara peringkat
Nasional menunjukkan penurunan dimana tahun 1999 urutan ke-21
dan tahun 2005 pada urutan ke-26
i. Daya saing ekonomi jika dilihat dari nilai komoditas ekspor
non-migas masih bertumpu pada pertambangan (78%) dimana
komoditas batubara di dalamnya meliputi hampir 70%. Sedangkan
produk ekspor lainnya tidak ada yang berkembang secara signifikan
sehingga perlu usaha-usaha agar ekspor bisa meningkat.
j. Belum berkembangnya industri pengolahan yang mengolah
hasil-hasil pertanian, rendahnya mutu pengemasan, dan belum
adanya standarisasi produk.
Gambar 2. Gambaran angkatan kerja dan pangsa tenaga kerja di sektor Perkebunan
(Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Kal-Sel)
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 32
k. Tingkat ketimpangan pembangunan antar Kabupaten/Kota
dalam Provinsi masih cukup tinggi dan menetap. Hal ini terlihat dari
nilai Index Williamson sebesar 0,93 baik pada 2003 maupun ketika
tahun 2005 mengalami hal yang sama. Tingkat kesenjangan di
berbagai satuan wilayah pengembangan cukup bervariasi.
l. Belum terinventarisasinya secara maksimal potensi energi
baru terbarukan sebagai sumber energi pengganti minyak bumi dalam
rangka mendukung diversifikasi energi.
m. Belum termanfaatkan gas metana batubara (CBM) sebagai
sumber energi alternatif. Serta belum termanfaatkannya energi baru
terbarukan sebagai sumber energi murah dan ramah lingkungan.
n. Belum optimalnya pengelolaan sumber daya alam yang
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Belum ada langkah
kongkrit dalam perlindungan terhadap Lahan Pangan Pertanian
Berkelanjutan.
o. Hampir 57% Angkatan Kerja di Kalsel berpendidikan SD
kebawah dengan tingkat keterampilan yang rendah.
Pemerintah Propinsi kalimantan Selatan sangat memperhatikan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berbagai usaha terus ditempuh
agar kualitas hidup terus meningkat. Salah satu cara dengan
meningkatkan program pendidikan formal dan informal seperti SMK, dan
lembaga pendidikan informal/kursus serta balai latihan kerja. Diharapkan
nilai indeks pembangunan manusia dapat terus meningkat sejalan dengan
peningkatan sumber daya manusia, yang akhirnya juga akan dapat
berdampak peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat di seluruh
Propinsi Kalimantan Selatan (Tabel 17).
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 33
3.1.3. Isu strategis Pembangunan
Berdasarkan kondisi obyektif dan fakta permasalahan yang ada,
maka ditetapkan isu –isu strategis, yaitu : Pembangunan manusia, daya
saing perekonomian daerah, kemiskinan, pengangguran (masalah
ketenagakerjaan), degradasi kuantitas dan kualitas sumberdaya alam dan
kualitas lingkungan hidup. Gambaran tentang isu-isu strategis seperti
tersebut diatas, adalah sebagai berikut:
a. Pembangunan Manusia. Secara faktual Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Kalimantan Selatan menunjukkan peningkatan jika
dilihat dari angka absolut dan peningkatan tersebut sejalan dengan
IPM nasional. Namun demikian jika dilihat dari peringkat antar provinsi,
IPM Kalimantan Selatan masih berada dibawah nasional.
b. Berdasarkan data pada Gambar 2. maka terlihat kondisi angkatan
kerja Nasional cukup tinggi, demikian pula pada sektor perkebunan
dan sektor pertanian secara umum. Tergambar pula bahwa pangsa
tenaga kerja perkebunan nasional masih sedikit.
Secara komposit kualitas tenaga kerja ditentukan tiga faktor dasar
yaitu usia hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup
layak (decent living). Peringkat IPM Kalimantan Selatan berada pada
urutan 22 (1999), kemudian terus menunjukkan penurunan menjadi
urutan ke 23 (2002), 24 (2004), dan menjadi 26 (2005), penurunan
peringkat ini dapat dipertahankan untuk tidak menurun lagi sampai
dengan tahun 2008. Hal tersebut disebabkan karena adanya upaya untuk
meningkatkan angka IPM tersebut, dimana sejak tahun 2005 angka IPM
mencapai 67,40 meningkat menjadi 67,70 (2006), 68,01 (2007),
68,72(2008). Peningkatan angka IPM (reduction shortfall) selama priode
(2007-2008) sebesar 2,20, telah menduduki peringkat 9 dari 10 provinsi
yang memiliki reduksi shortfall positif. Rendahnya angka IPM tersebut
disumbang oleh 6 kabupaten kota yang angka IPMnya berada di bawah
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 34
angka 70, yaitu Tapin, tabalong, Tanah Bumbu, HSU, Batola, dan
Balangan (Gambar 3).
Tabel 17. Indeks Pembangunan Manusia Propinsi dan Nasional
Provinsi 2006 2007 2008Ranking IPM Ranking IPM Ranking IPM
1. Nanggroe Aceh
Darussalam 69.41 18 70.35 17 70.76 17
2. Sumatera Utara 72.46 8 72.78 8 73.29 83. Sumatera Barat 71.65 9 72.23 9 72.96 94. Riau 73.81 3 74.63 3 75.09 35. Jambi 71.29 10 71.46 12 71.99 136. Sumatera Selatan 71.09 13 71.4 13 72.05 127. Bengkulu 71.28 11 71.57 11 72.14 118. Lampung 69.38 19 69.78 20 70.3 209. Bangka Belitung 71.18 12 71.62 10 72.19 10
10. Kepulauan Riau 72.79 7 73.68 6 74.18 611. DKI Jakarta 76.33 1 76.59 1 77.03 112. Jawa Barat 70.32 14 70.71 15 71.12 1513. Jawa Tengah 70.25 15 70.92 14 71.6 1414. Yogyakarta 73.7 4 74.15 4 74.88 415. Jawa Timur 69.18 20 69.78 19 70.38 1816. Banten 69.11 21 69.29 23 69.7 2317. Bali 70.07 16 70.53 16 70.98 1618. Nusa Tenggara Barat 63.04 32 63.71 32 64.12 3219. Nusa Tenggara Timur 64.83 31 65.36 31 66.15 3120. Kalimantan Barat 67.08 28 67.53 29 68.17 2921. Kalimantan Tengah 73.4 5 73.49 7 73.88 722. Kalimantan Selatan 67.75 26 68.01 26 68.72 2623. Kalimantan Timur 73.26 6 73.77 5 74.52 524. Sulawesi Utara 74.37 2 74.68 2 75.16 225. Sulawesi Tengah 68.85 22 69.34 22 70.09 2226. Sulawesi Selatan 68.81 23 69.62 21 70.22 2127. Sulawesi Tenggara 67.8 25 68.32 25 69 2528. Gorontalo 68.01 24 68.83 24 69.29 2429. Sulawesi Barat 67.06 29 67.72 28 68.55 2730. Maluku 69.69 17 69.96 18 70.38 1931. Maluku Utara 67.51 27 67.82 27 68.18 2832. Irian Jaya Barat 66.08 30 67.28 30 67.95 3033. Papua 62.75 33 63.41 33 64 33 Indonesia (BPS) 70.1 70.59 71.17
Sumber: RPJMP Propinsi Kalimantan Selatan
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 35
Gambar 3. Indeks Pembangunan Indonesia (IPM) di Kabupaten /Kota se Kalimantan Selatan Tahun 2009
Kota Banjarbaru menempati urutan pertama dengan IPM sebesar
74,09 dan yang terrendah dialami Kabupaten Balangan dengan IPM
hanya 65,50 (Gambar 3)
c. Daya saing perekonomian daerah, meliputi kemampuan ekonomi yang
dicerminkan dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan salah satu bagian
penggunaan atau pengeluaran dalam ekonomi yang membentuk
PDRB. Peranan Konsumsi sangat penting dalam membentuk PDRB
Kalsel. Komponen lainnya adalah nilai tukar petani (NTP). Sektor
pertanian tetap merupakan sektor terbesar dalam pembentukan
produk domestik regional bruto di Provinsi Kalimantan Selatan
walaupun perannya cenderung menurun. Selain sebagai sektor yang
dominan sektor ini juga menyerap tenaga kerja paling banyak.
Komponen Infrastruktur. Komponen fasilitas transportasi, air bersih,
listrik, telematika, restoran, penginapan dan sektor pariwisata serta
keamanan dan ketertiban. sumberdaya lahan pertanian juga
merupakan isu strategis yang cukup menentukan daya saing
perekonomi daerah. Perkembangan NTP di Kalimantan Selatan
menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan, yaitu dari
82,10 (2005), meningkat menjadi 90,20 (2006), 94,65 (2007), 95,74
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 36
(2008) dan 104,76 (2009). Perkembangan perekonomian Kalimantan
Selatan sampai dengan tahun 2008 menunjukkan perkembangan yang
menggembirakan (yaitu dari 4,98 % (2006), 6,01 % (2007), 6,23 %
(2008), dan selanjutnya akibat dampak krisis global tahun 2009
mengalami penurunan menjadi 5,01 % (2009) (Gambar 4).
Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota se Kalimantan Selatan Tahun 2009
d. Kemiskinan, pengangguran dan ketenagakerjaan juga menjadi
perhatian besar. Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Selatan
cenderung terus mengalami penurunan, yaitu dari 8,32 % (2006),
turun menjadi 7,01 % (2007), 6,48 (2008), 5,12 (2009). Walaupun
jumlah penduduk miskin ini menduduki rangking kedua secara
nasional setelah DKI Jakarta, tetapi angka kemiskinan masih rentan,
karena banyak yang berada disekitar garis kemiskinan. Jika dilihat
pola kemiskinan yang terjadi nampak bahwa kemiskinan dipedesaan
sedikit lebih tinggi dari perkotaan. Jumlah penduduk miskin di
Kalimantan Selatan disumbang oleh kemiskinan di daerah
kabupaten/kota. Kabupaten Banjar persentase kemiskinannya paling
kecil hanya 3,69% sedangkan tertinggi pada kabupaten Hulu Sungai
Selatan sebesar 7,32% (Gambar 5).
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 37
Gambar 5. Prosentase Kemiskinan di Kabupaten/Kota se Kalimantan Selatan Tahun 2009
e. Degradasi kuantitas dan kualitas sumberdaya alam dan kualitas
lingkungan hidup. Isu tersebut lebih mengarah kepada upaya
pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan untuk pencegahan
(preventif) bencana. Ragam bencana yang terjadi adalah rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Gambaran tentang
kualitas lingkungan hidup di Kalimantan Selatan, cukup
memperihatinkan karena berada pada posisi 26 secara nasional,
kondisi ini disebabkan oleh indikator kualitas air yang tercemar berat,
serta penutupan lahan hanya mencapai 39 %, luas lahan kritis
761.041 Ha, (Gambar 6)
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 38
Gambar 6. Luas Lahan Kritis di Kabupaten/Kota se Kalimantan Selatan tahun 2009
Kabupaten Barito Kuala tidak memiliki lahan kritis (peringkat
pertama) sedangkan luas lahan kritis terbanyak pada Kabupaten
Kotabaru sebesar 265.090 ha (peringkat 13) (Gambar 6)
f. Aspek ketenagakerjaan. Pada tahun 2009 jumlah angkatan kerja
mencapai 1.754.853 jiwa, dari jumlah tersebut yang bekerja mencapai
1.635.177 jiwa, dan yang menganggur mencapai 118.406 jiwa atau
mencapai 6,75 %. Angka tingkat pengangguran tersebut cenderung
terus mengalami penurunan, yaitu dari 7,62 % (2007), terus menurun
menjadi 6,79 % (2008) dan 6,75 % (2009) (Gambar 7).
Gambar 7. Jumlah Pengangguran di 13 Kabupaten/Kota se Kalimantan Selatan Tahun 2009
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 39
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan sektor ekonomi unggulan sesuai amanah MP3EI
koridor 3 Kalimantan adalah fokus pada pembangunan kelapa sawit,
batubara, biji besi dan perkayuan. Semua sektor unggulan ini berada di
luar kota Banjarmasin, bahkan ada yang posisinya di ujung pulau
Kalimantan. Sehingga untuk kajian sisi pasokan dunia pendidikan untuk
wilayah kota Banjarmasin, dengan terpaksa harus menambah lokasi pada
kabupaten lain yang memiliki SMK bidang pertambangan dan kelapa
sawit yang ada di beberapa daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah,
Kabupaten Tanjung, Kabupaten Tanah Bumbu dan Kotabaru. Mengingat
letak tiap kabupaten yang berjarak jauh (Gambar 8), maka tidak semua
sekolah kejuruan yang ada terikut dalam pengamataan kajian.
Kendala terbesar yang dialami Tim Peneliti adalah sulitnya
mendapatkan data dari tiap sekolah tentang hasil tracer stady. Hampir
semua sekolah belum memilikinya dan walaupun ada hanya sebatas
alamat rumah dan nomor telepon yang tidak lagi digunakan. Penelusuran
berbekal data alumni pun tetap mengalami kendala karena banyak yang
sudah pindah alamat, bahkan no telpon atau no HP yang tercantum
sudah tidak aktif lagi. Usaha terakhir dengan cara sosialisasi di media,
dan melibatkan pihak sekolah untuk menelusuri alumninya. Usaha
dengan memanfaatkan siswa yang sudah terhubungi untuk menelusuri
keberadaan alumni yang lainnya, sangatlah membantu dapat alamat baru.
Program Pemetaan dan Analisis Sisi Pasokan dan Dimensi Kualitas,
Kuantitas, Lokasi, dan Waktu di Kota Banjarmasin tahun 2012 ini,
menetapkan obyek penelitian oleh Tim Pemetaan Universitas Lambung
Mangkurat adalah lulusan dari beberapa Sekolah Menengah Kejurusan Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 40
(SMK), Perguruan Tinggi dan Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP), di
Kalimantan Selatan
Gambar 8. Peta sebaran lokasi Kabupaten yang ada di Kalimantan Selatan
Hasil penelusuran, diskusi dan wawancara yang mendalam dengan
pihak lembaga pendidikan, para alumni, Dinas Pendidikan kota
Banjarmasin dan Provinsi Kalimantan Selatan, serta mengingat sektor
unggulan di Kalimantan Selatan berdasarkan koridor MP3EI maka Tim
Pemetaan Universitas Lambung mangkurat menetapkan tiga kompetensi
yang ditelusuri yaitu : 1. Kompetensi Agribisnis dan Agroindustri untuk
mewakili sektor unggulan kelapa sawit, 2. Kompetensi Teknologi dan
Rekayasa untuk mewakili sektor unggulan pertambangan dan Energi, dan
3. Kompetensi pendukung dari keduanya (seperti akuntansi, teknologi
informasi, dan administrasi perkantoran).
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 41
Pasokan tenaga kerja yang berasal dari lulusan SMK di Kalimantan
Selatan pada 13 Kabupaten Kota adalah sebanyak 7821 siswa, namun
penyebaran lulusan tidak merata di semua kabupaten (Tabel 18). Kota
Banjarmasin sebagai ibukota provinsi menghasilkan lulusan SMK
terbanyak, namun dari jumlah tersebut Kota Banjarmasin tidak memiliki
kompetensi Agribisnis dan Agroteknologi. Kompetensi ini dimiliki oleh
Kota Banjarbaru, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Kotabaru Kabupaten
Barito Kuala, Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Tengah,
Tabalong, Balangan dan Kabupaten Tanah Bumbu.
Tabel 18. Penyebaran lulusan SMK di Kabupaten Kota di Kalimantan Selatan
No. Nama Kabupaten/Kota Jumlah Pasokan1 Kota Banjarbaru 9682 Kabupaten Barito Kuala 2383 Kabupaten Hulu Sungai Selatan 2674 Kabupaten Tanah Bumbu 8895 Kabupaten Hulu Sungai Tengah 6116 Kabupaten Tanah Laut 4297 Kabupaten Tabalong 7838 Kabupaten Kotabaru 3789 Kabupaten Banjar 53110 Kabupaten Hulu Sungai Utara 33711 Kabupaten Tapin 29212 Kota Banjarmasin 191013 Kabupaten Balangan 188 TOTAL 7821
Di Kalimantan Selatan jumlah lulusan kompetensi agribisnis dan
agroteknologi terbanyak ada di Kota Banjarbaru. Kabupaten Tanah
Bumbu sebagai daerah perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Selatan
memiliki tiga SMK yang memiliki keahlian perkebunan yaitu SMK negeri 1
kusan hilir, smk negeri 1 sungai loban dan smk negeri 1 simpang empat.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 42
Data dari SMK Sungai Loban menunjukkan bahwa ada sekitar 21% dari
jumlah angkatan kerja dengan keahlian Agribisnis perkebunan yang
berkerja di perusahaan kelapa sawit yang berada di Tanah Bumbu
PROFIL LEMBAGA DAN RESPONDEN
Hasil penelusuran, diskusi dan wawancara yang mendalam dengan
pihak lembaga pendidikan, para alumni, Dinas Pendidikan kota
Banjarmasin dan Provinsi Kalimantan Selatan, serta mengingat sektor
unggulan di Kalimantan Selatan berdasarkan koridor MP3EI maka Tim
Pemetaan Universitas Lambung mangkurat menetapkan tiga kompetensi
yang ditelusuri yaitu : 1. Kompetensi Agribisnis dan Agroindustri untuk
mewakili sektor unggulan kelapa sawit, 2. Kompetensi Teknologi dan
Rekayasa untuk mewakili sektor unggulan pertambangan dan Energi, dan
3. Kompetensi pendukung dari keduanya (seperti akuntansi, teknologi
informasi, administrasi perkantoran). Setelah melalui beberapa proses
interaksi (komunikasi lewat telepon dan visitasi) dengan pengelola
beberapa lembaga (SMK, PT, dan LKP), akhirnya untuk kompetensi
Agribisnis dan Agroindustri, telah berhasil diperoleh data dari Fakultas
Pertanian Universitas Lambung Mangkurat, SMK PP Banjabaru, SMK PP
Paringin, SMK N 1 Sungai Loban, SMKN 1 Kusan Hilir, dan SMK PP
Pleihari. Untuk kompetensi teknologi dan rekayasa diperoleh data dari
SMKN 5 Banjarmasin, SMK Syuhada Teknologi, SMK Sabumi, SMKN 1
Daha Selatan, Politeknik Negeri Banjarmasin, Fakultas Teknik Universitas
Lambung Mangkurat, dan Akademi Teknik Pembangunan Nasional. Profil
lembaga pendidikan yang dipilih sebagai pemasok data awal responden
dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Daftar Lembaga Pendidikan yang menjadi responden berdasarkan bidang kompetensinya.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 43
Kompetensi Agribisnis dan Agroindustri
Kompetensi Teknologi dan
Rekayasa
Pendukung
1. SMKN PP Banjarbaru 1. SMKN 5 Banjarmasin
1. SMK Telkom
2 SMKN 1 Paringin 2 SMK Syuhada Teknologi
2. SMKN 3 Banjarmasin
3 SMKN 1 Kusan Hilir 3. SMK Sabumi 3. SMKN 1 Banjarmasin
4 SMKN 1 Sungai Loban 4. SMKN 1 Daha Selatan
5. SMKN PP Pelaihari 5. ATPN Banjarbaru
6. Fakultas Pertanian Unlam
6. Fakultas Teknik Unlam
7. Politeknik Negeri Banjarmasin
8 SMK NU Banjarmasin
Seperti pada uraian sebelumnya bahwa pada awalnya, wilayah
cakupan survei direncanakan hanya untuk wilayah kota Banjarmasin,
namun dalam perjalanan selama survei ternyata jumlah responden tidak
mencapai target yang ingin dicapai yaitu 2000 responden. Akhirnya Tim
survei memutuskan untuk memperluas mencakup seluruh Kalimantan
Selatan dengan melihat klasifikasi kompetensi sesuai target yakni
mencakup kompetensi Agribisnis, Agroindustri dan kompetensi teknologi
rekayasa (Tabel 20)
Tabel 20. Profil Lembaga Pendidikan Asal Responden (pemasok data)
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 44
N LEMBAGA PENDIDIKAN LOKASI KOMPETENSI KEAHLIAN KOMPETENSI RESPONDEN
1 SMK PPN Banjarbaru
Jl. Putri Junjung Buih, Banjarbaru Utara, Banjarbaru Utara, KOTA BANJARBARU
-Perkebunan-Tanaman pangan dan Hortikultura- Penyuluhan
-Perkebunan-Tanaman pangan dan Hortikultura- Penyuluhan
2 SMK Sabumi Pandawa, Gang Arjuna No.1, Guntung Paikat, Banjarbaru Selatan, KOTA BANJARBARU
- Geologi Pertambangan- Rekayasa perangkat lunak
- Geologi Pertambangan
3 SMK Syuhada Teknologi
Jl. Brigjen H. Hasan Basry No. 23, Pangeran, Banjarmasin Utara, KOTA BANJARMASIN
- Teknik kendaraan ringan- Teknik alat berat- Teknik Ins Listrik- Teknik Permesinan
- Tek kendaraan jaringan- Tek alat berat- Tek Ins Listrik- TekPermesinan
4 SMK PP Paringin
Jl. A. Yani, Haur Batu, PARINGIN, KAB. BALANGAN 71614
- Agribisnis Tanaman pangan dan hortikultura- Agrisnis Perkebunan
- Agr Tan pangan dan Hortikultura- Agrisnis Perkebunan
5 SMKN 5 Banjarmasin
Jl. Mayjen Sutoyo S No. 330, Pelambuan, BANJARMASIN BARAT, KOTA BANJARMASIN 71108
-Tek. konstruksi kayu-Tek. Gambar Bangunan-Tek.Survei danPemetaan-Tek. Audio Video-Tek. elektronika Industri- Tek.Inst Tenaga Listrik- Tek.permesinan- Tek. Alat berat- Tek.komp dan jaringan
--Tek.Survei Dan Pemetaan-Tek. Audio Video-Tek. elektronika Industri- Tek.Inst Tenaga Listrik- Tek.permesinan- Tek. Alat berat- Tek.komp dan jaringan
6.SMKN 1 Sungai Loban
Blok A Sebamban I, Sari Mulya, Sungai Loban, KAB. TANAH BUMBU
- Perkebunan- Akuntansi - Perkebunan
7 SMKN Kusan Hilir
Pembangunan, Pulau Salak, KUSAN HILIR, KAB. TANAH BUMBU
- Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura
- Administrasi perkantoran
- Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura
- Administrasi perkantoran
8 SMKN 1 Daha Selatan
Jl. Lingkar Selatan tumbukan Banyu, Tumbukan Banyu, DAHA SELATAN, KAB. H S S
- Teknik permesinan- Teknik sepeda motor- Busana Butik
- Teknik Permesinan
10Fakultas Pertanian Unlam
Jl. A. yani Km 37 BANJARBARU 70714
- Ilmu HPT- Ilmu Tanah- Budidaya Pertania- Teknologi Industri rkebuna- Pronak
- Ilmu HPT- Ilmu Tanah- Budidaya Pertania- Teknologi Industri perrkebuna- Pronak
11
Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
Jl. A. yani Km 37 BANJARBARU 70714Jl. Brigjen Hasan Basry Kayu Tangi BANJARMASIN 70123
- Teknik Pertambangan- Teknik lingkungan- Teknik Sipil- Teknik Kimia- Teknik mesin- Teknik Informatika- Teknik Arsitektur
- Teknik Pertambangan
12Politeknik Negeri Banjarmasin
Jalan Brigjen H Hasan Basry Komplek Unlam BANJARMASIN 70123
- Teknik Elektro- Teknik Sipil- Teknik Mesin- D3 Alat Berat
- D3 Alat Berat
13
Akademi Teknik Pembangunan Nasional
Jl. Ir. PM Noor No.10 Simpang Empat Banjarbaru
- Tenik Pertambangan- Tenik Elektro- Teknik Mesin- Teknik Komputer
- Tenik Pertambangan- Tenik Elektro- Teknik Mesin- Teknik Komputer
14 SMKN PP Pleihari
Gagas, Angsau, PELAIHARI, KAB. TANAH LAUT
- Agribis Ternak Unggas- Perawatan Kes Unggas - Penyuluhan Pertanian
- Agribis Ternak Unggas- Perawatan Kes Unggas - Penyuluhan Pertanian
Rekapitulasi data secara keseluruhan menunjukkan jumlah
responden yang berhasil didata adalah 2089 responden yang berasal dari
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 45
kompetensi Agribisnis dan Hortikultura sebanyak 657 responden,
kompetensi Teknologi Rekayasa sebanyak 721 responden, pendukung
sebanyak 695 responden dan Lembaga kursus sebanyak 16 responden.
(Tabel 21 dan Gambar 9).
Tabel 21. Jumlah responden penelitian
LEMBAGA PENDIDIKAN TAHUN LULUS Total2009 2010 2011Kompetensi Agribisnis dan Agroindustri1. SMKNPP Banjarbaru 90 70 123 2832. SMKN 1 Sungai Loban 38 66 76 1803. SMKN 1 Kusan Hilir 9 15 7 314. SMKN PP Paringin 5 4 26 355. SMKN PP Pelaihari 19 46 0 656. Fak. Pertanian Unlam 6 13 44 63
Total 167 214 276 657
Kompetensi Tenologi Rekayasa1. Fak. Teknik Unlam 11 11 35 572. Akademi Teknik Nasional 5 15 18 383. Politeknik Negeri Banjarmasin 23 22 15 60
4. SMKN 5 Banjarmasin 0 13 24 375. SMK Syuhada Teknologi 102 113 91 3066. SMK Sabumi 33 47 34 1147. SMKN 1 Daha Selatan 0 3 36 398. SMK NU 2 20 48 70
Total 176 244 301 721
Pendukung1. SMK Telkom 142 141 161 4442. SMK 3 Banjarmasin 0 230 21 251
Total 142 371 182 695
Lembaga Kursus 0 0 16 16Total 485 829 775 2089
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 46
Gambar 9. Jumlah responden berdasarkan tahun lulus pada masing- masing lembaga pendidikan
Secara umum, komposisi antara kedua bidang kompetensi
agribisnis dan agroteknologi, memiliki komposisi jumlah yang seimbang
yaitu kompetensi teknologi rekayasa sedikit lebih banyak yaitu 53 %
sementara agribisnis dan agroindustri 47 % ( Gambar 10)
Gambar 10. Komposisi tenaga kerja sesuai kompetensi survei
Hasil survei menunujukkan bahwa alumni pria lebih banyak
daripada wanita, baik pada kompetensi Agribisnis dan Agroindustri
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 47
maupun Teknologi rekayasa. Pada rantang tahun 2009 – 2011 juga di
dapati angkatan kerja pria lebih banyak dari wanita. Hal ini menujukkan
bahwa di Kalimantan Selatan angkatan kerja pria lebih dominan daripada
wanita di kedua bidang kompetensi tersebut ( Gambar 11.)
Gambar 11. Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin
Kendala terbesar yang dialami Tim Peneliti adalah sulitnya
mendapatkan data dari tiap sekolah tentang hasil trecer study. Hampir
semua sekolah belum memiliki tracer study. Penyelenggaraan Focus
Group Discussion yang pertama adalah mengundang seluruh lembaga
pendidikan dan alumninya. Sekolah dan alumni dari Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri dan swasta, Perguruan Tinggi terkait dengan kompetensi
pertambangan dan perkebunan serta Lembaga Pendidikan Kursus. Hasil
FGD tersebut menunjukkan bahwa hampir semua lembaga pendidikan
tersebut belum melakukan tracer study. Walaupun beberapa yang
melakukan, sebatas alamat rumah dan status pekerjaan. Akhirnya
berbekal data alumni pun tetap mengalami kendala karena banyak yang
sudah pindah alamat, bahkan nomor telpon atau nomor telepon genggam
yang tercantum sudah tidak aktif lagi. Usaha terakhir dengan cara
melibatkan pihak sekolah untuk menelusuri alumninya dan tetap Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 48
memanfaatkan siswa yang sudah terhubungi untuk menelusuri
keberadaan alumni yang lainnya. Untuk penelusuran alumni juga
dilibatkan mahasiswa yang berstatus sebagai alumni dari SMK atau
Lembaga Pendidikan Kursus yang merupakan lembaga pendidikan yang
didata.
Hasil penelusuran jumlah siswa/mahasiswa dari kelompok
kompetensi agribisnis dan hortikultura yang berhasil didata menunjukkan
jumlah yang berimbang dengan kompetensi teknologi dan rekayasa.
Untuk lembaga kursus hanya 16 responden yang berhasil dihubungi dan
didata. Hal ini karena berbagai hal, diantaranya adalah lembaga kursus
sebagaian besar tidak mempunyai data kontak alumni baik nomor telepon
maupun email. Walaupun ada hampir seluruhnya tidak dapat dihubungi.
Bahkan dari empat tempat kursus yang berhasil dihubungi dengan
telepon hanya 1 responden saja ( Gambar 11)
Minat siswa untuk memilih SMK sebagai jenjang pendidikan
lanjutan 46,23 % atas keinginan sendiri, 49,06 % atas keinginan orang
tua selebihnya 4,47 % karena alasan lainnya seperti saran dari teman,
paman, atau guru di sekolah sebelumnya. Sementara alasan utama
masuk SMK 35,19 % adalah karena ingin langsung mendapatkan
pekerjaan, alasan terbanyak adalah karena disarankan oleh orang tua
yaitu 37,04 %. Terbukti setelah mendapatkan pekerjaan, 67,47 %
menjawab bahwa ijazah dan ketrampilan yang didapat sewaktu di sekolah
sangat berperan dalam mendapatkan pekerjaan, selebihnya 16,87 %
menyatakan sedikit berperan dan 15,66 % menyatakan tidak berperan.
Hal ini mungkin sejalan bila dihubungkan dengan kesesuaian bidang
kompetensi di sekolah dengan di pekerjaan bahwa 66,4 % bekerja sesuai
dengan bidang kompetensinya dan 33,6 % tidak sesuai ( Gambar 12.)
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 49
Gambar 12. Komposisi kesuaian bidang pekerjaan dengan kompetensi yang dimiliki
STATUS PEKERJAAN.
Hasil survei menunjukkan bahwa persentase lulusan yang
melanjutkan studi cukup tinggi. Pada kompetensi Teknologi Rekayasa
lebih dari 26,2 % dari responden memilih melanjutkan studi. baik ke
jenjang sarjana maupun pada pendidikan vokasional. Begitu juga pada
bidang agribisnis dan agroindustri, yang melanjutkan studi juga cukup
banyak yaitu 26%. Motivasi melanjutkan studi adalah mayoritas karena
ingin mendapatkan posisi yang lebih baik pada pekerjaan nantinya,
meskipun ada beberapa yang beralasan karena keinginan orang tua, Hal
yang menarik adalah beberapa alumni SMK yang studi lanjut karena ingin
menambah kemungkinan dapat diterima bekerja sesuai bidang yang
diminati.
Angkatan kerja yang berwirausaha di bidang agribisnis cukup
rendah, yaitu sekitar 2 % saja Profesi sebagai wirausaha hanya sedikit
yang memilih,yaitu sekitar 1,4 %. (Gambar 13). Alasan memilih
berwirausaha sebagian karena melanjutkan usaha keluarga dan sebagian
karena ingin menambah penghasilan. Bidang yang ditekuni dalam
berwirausaha bervariasi. Pada kompetensi agribisnis dan agroindustri
mereka berwirausaha diantaranya dengan membuat usaha perkebunan,
usaha tanaman hias, usaha pupuk organik. Pada teknologi rekayasa
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 50
sebagian besar berwirausaha diantaranya dengan membuka bengkel,
usaha spare part, las, editing foto, biro konsultan teknik,
Gambar 13. Status pekerjaan pada masing masing kompetensi
Dimensi kualitas
Pada tingkat perguruan tinggi, tingkat kesesuaian masing
masing kompetensi relatif cukup tinggi yaitu yang tertinggi adalah
politeknik Banjarmasin D3 Alat Berat 100% bekerja pada bidang yang
sesuai. Kemudian diikuti oleh fakultas teknik jurusan teknik pertambangan
Universitas Lambung Mangkurat 96,15 % , akademi teknik pembangunan
nasional 75 %% dan fakultas pertanian Universitas Lambung Mangkurat
71, 23 %. Hal ini karena berkembangnya perusahaan pertambangan
batubara dan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan selatan
yang meemerlukan tenaga dengan kompetensi tersebut. Pada tingkat
SMK tingkat kesesuaian pada teknologi rekayasa cukup tinggi seperti
SMK NU 97,56 % bekerja pada bidang yang sesuai, SMK Sabumi
91,67%, dan yang terendah adalah SMK Daha Selatan 28,57% yang
baru meluluskan dua kali periode kelulusan yaitu tahun 2011 dan 2012.
Pada bidang Agrisnis dan agroteknologi yang menempati posisi
kesesuaian terendah adalah SMKN 1 Sungai Loban yaitu hanya 4,2 %
yang bekerja dibidang yang sesuai,
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 51
Tabel 22. Tingkat kesesuaian pekerjaan dengan kompetensi lulusan
AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI SESUAI TIDAK SESUAI
SMKNPP Banjarbaru 33,7% 66,3%SMKN 1 Sungai Loban 4,2% 95,8%SMKN 1 Kusan Hilir 56,7% 43,3%SMKN PP Paringin 62,9% 37,1%SMKN PP Pelaihari 52,9% 47,1%Fak. Pertanian Unlam 71,2% 28,8%Teknologi RekayasaFak. Teknik Unlam 96,15% 5,71%Akademi Teknik Nasional 75,00% 17,14%Politeknik Negeri Banjarmasin 100,00% 0,00%SMKN 5 Banjarmasin 88,46% 8,57%SMK Syuhada Teknologi 78,95% 45,71%SMK Sabumi 91,67% 5,71%SMKN 1 Daha Selatan 28,57% 14,29%SMK NU 97,56% 2,86%
Dimensi tempat
Daerah asal siswa/mahasiswa sebagian besar dari sekitar lokasi
sekolah/perguruan tingginya, dan beberapa dari kabupaten kota lainnya di
Kalimantan Selatan lainnya seperti Barito Kuala, Tanah Bumbu, Paringin,
Banjar, Tanah Laut, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai
Tengah, Tabalong, dan Kotabaru. Tetapi pada tingkat mahasiswa
sebagian berasal dari Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Berdasarkan lokasi tempat kerja, pekerja yang bekerja di dalam
kota didominasi oleh pekerja dari kompetensi teknologi rekayasa, di luar
kota di dominasi oleh Agribisnis dan agroindustri, Untuk luar propinsi juga
didominasi oleh teknologi rekayasa. Tidak ada angkatan kerja yang
bekerja di luar negeri (Gambar 14). Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 52
Gambar 14. Penyebaran Angkatan kerja di seluruh bidang kompetensi
WAKTU TUNGGU
Dari hasil tracer study, rata-rata waktu tunggu lulusan Perguruan
Tinggi di wilayah kota Kalimantan Selatan relatif sangat baik, terlihat
lulusan Perguruan tinggi lebih cepat mendapatkan pekerjaan dibanding
SMK. Pengamatan terlihat pada waktu tunggu pada Poliban dan Faperta
Unlam didominasi oleh waktu tunggu terpendek yaitu 3 bulan. Sebagian
besar Alumni SMKN 5 Banjarmasin, SMK NU dan SPPN Banjarbaru
relatif lebih cepat mendapatkan pekerjaan dibanding SMK lainnya. Waktu
tunggu tertinggi adalah pada SMKN 1 Kusan Hilir.( Gambar 15 dan 16).
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 53
Gambar 15. Rata rata waktu tunggu pada masing masing lembaga pendidikan
.
Gambar 16. Lama waktu tunggu memperoleh pekerjaan pada Masing-masing kompetensi
Hasil survei tentang waktu tunggu menunjukkan bahwa 54 %
lulusan mendapatkan pekerjaan dari 0 – 3 bulan. Selanjutnya yang 24 %
baru mendapatkan pekerjaan dari 3- 6 bulan. Proporsi terkecil adalah 6 -
9 bulan yaitu sekitar 4 – 9 %. Walaupun ada sekitar 12-18% waktu
tunggunya mencapai satu tahun.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 54
Gambar 17. Lama waktu tunggu pada masing masing kompetensi
INDEX PENYELARASAN
Berdasarkan rumus alignamen indeks pada Bab Metode dengan
memasukkan data waktu tunggu dan lokasi tempat bekerja dan tempat
sekolah maka diperoleh AI masing masing sekolah pada kelompok
kompetensi agribisnis dan agroindustri dan AI masing masing sekolah
pada kelompok teknologi rekayasa sebagai berikut :
Tabel 23. AI masing masing sekolah pada kompetensi agribisnis dan agroindustri
AI SPPN PELAIHARIdata penyelarasan angkatan 2009wt lokasiDK LK LP LN3 bulan 0,333333 0,111111 0 06 bulan 0 0,111111 0 09 bulan 0 0 0 012 bulan 0 0,222222 0,111111 0
data penyelarasan angkatan 2010wt lokasiDK LK LP LN3 bulan 0,083333 0,083333 0 06 bulan 0,041667 0,125 0,041667 09 bulan 0 0,041667 0 012 bulan 0,083333 0,25 0,208333 0
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 55
FAPERTA UNLAMdata penyelarasan angkatan 2009wt lokas i DK LK LP LN
3 bulan 0,235294 0,117647 0 06 bulan 0,117647 0,117647 0 09 bulan 0,058824 0,058824 0 0
12 bulan 0 0,117647 0 0
data penyelarasan angkatan 2010wt lokas i DK LK LP LN
3 bulan 0,333333 0,291667 0 06 bulan 0,041667 0,15 0 09 bulan 0 0 0 0
12 bulan 0 0 0 0
data penyelarasan angkatan 2011wt lokas i DK LK LP LN
3 bulan 0,096154 0,5 0,038462 06 bulan 0,076923 0,115385 0 09 bulan 0,019231 0 0 0
12 bulan 0,019231 0 0 0
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 56
SMK PPN BANJARBARUdata penyelarasan angkatan 2009
DK LK LP LN3 bulan 0,157895 0,263158 0 06 bulan 0,105263 0,052632 0,052632 09 bulan 0 0 0 012 bulan 0,105263 0,157895 0 0> 12 bulan 0,052632 0,052632 0 0data penyelarasan angkatan 2010
1 2 3 41 0,070175 0,052632 0,087719 02 0,017544 0,087719 0 03 0,052632 0,070175 0 04 0,017544 0,035088 0 0
data penyelarasan angkatan 2011DK LK LP LN
3 bulan 0,142857 0,107143 0,178571 06 bulan 0,035714 0,178571 0 09 bulan 0,107143 0,142857 0 012 bulan 0 0,035714 0 0> 12 bulan 0,035714 0,035714 0 0
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 57
SPP PARINGINdata penyelarasan angkatan 2009wt loka s iDK LK LP LN
3 bulan 0 0,20000 0 06 bulan 0 0,20000 0 09 bulan 0,2000 0 0 0
12 bulan 0,4000 0 0 0
data penyelarasan angkatan 2010wt loka s iDK LK LP LN
3 bulan 0 0,50000 0 06 bulan 0 0 0 09 bulan 0 0 0 0
12 bulan 0 0,50000 0 0
data penyelarasan angkatan 2011wt loka s iDK LK LP LN
3 bulan 0 0,038462 0 06 bulan 0 0 0 09 bulan 0 0,307692 0 0
12 bulan 0 0,653846 0 0
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 58
SMKN 1 KUSAN HILIRdata penyelarasan angkatan 2009wt lokas i DK LK LP LN
3 bulan 0 0 0 0
6 bulan 0 0 0 09 bulan 0 0 0 0
12 bulan 0,666667 0,333333 0 0
data penyelarasan angkatan 2010wt lokas i DK LK LP LN
3 bulan 0 0 0 0
6 bulan 0 0 0 09 bulan 0 0 0 0
12 bulan 0,666667 0,2 0,133333 0
data penyelarasan angkatan 2011wt lokas i DK LK LP LN
3 bulan 0 0 0 0
6 bulan 0 0 0 09 bulan 0 0 0 0
12 bulan 1 0 0 0
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 59
Tabel 24. AI masing masing sekolah pada teknologi rekayasa
POLIBAN D3 ALAT BERATdata penyelarasan angkatan 2009
DK LK LP LN3 bulan 0,565217 0,086957 0 06 bulan 0 0,086957 0,043478 09 bulan 0 0,043478 0 0
12 bulan 0 0,086957 0 0
data penyelarasan angkatan 2010DK LK LP LN
3 bulan 0,73913 0,130435 0 06 bulan 0 0 0 09 bulan 0 0,043478 0 0
12 bulan 0 0 0 0
data penyelarasan angkatan 2011DK LK LP LN
3 bulan 0,866667 0,133333 0 06 bulan 0 0 0 09 bulan 0 0 0 0
12 bulan 0 0 0 0
ATPN BANJARBARUdata penyelarasan
DK LK LP LN3 bulan 0,076923 0,076923 0,269231 06 bulan 0,038462 0,076923 0,115385 09 bulan 0 0,038462 0,115385 0
12 bulan 0,038462 0,076923 0,038462 0
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 60
SMK NU BANJARMASINdata penyelarasan angkatan 2009
DK LK LP LN3 bulan 1,0000 0,0000 0,0000 0,00006 bulan 0,0000 0,0000 0,0000 0,00009 bulan 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
12 bulan 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
data penyelarasan angkatan 2010DK LK LP LN
3 bulan 0,2500 0,0500 0,0000 0,00006 bulan 0,0500 0,1500 0,0000 0,00009 bulan 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
12 bulan 0,0500 0,0000 0,0000 0,0000
data penyelarasan angkatan 2011DK LK LP LN
3 bulan 0,3750 0,0208 0,0000 0,00006 bulan 0,0833 0,0417 0,0000 0,00009 bulan 0,0208 0,0000 0,0000 0,0000
12 bulan 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
SMK 5 BANJARMASINDK LK LP LN
3 bulan 0 0,02439 0 06 bulan 0,195122 0,02439 0,02439 09 bulan 0 0,02439 0 0
12 bulan 0 0,02439 0 0> 12 bulan 0,512195 0,146341 0,02439 0
FT UNLAMdata penyelarasan
DK LK LP LN3 bulan 0 0,272727 0 06 bulan 0 0 0 09 bulan 0,2 0,309091 0 012 bulan 0,163636 0 0,054545 0
Tabel 25. AI pada lembaga kursusLaporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 61
LPK BORNEO TRAINING CENTREdata penyelarasan lembaga
DK LK LP LN3 bulan 0,5000 0,2500 0,1250 0,00006 bulan 0,0000 0,0000 0,0000 0,00009 bulan 0,1250 0,0000 0,0000 0,000012 bulan 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
LPK WAHANA VIDIA BANJARMASINdata penyelarasan lembaga
DK LK LP LN3 bulan 0,4000 0,0000 0,0000 0,00006 bulan 0,4000 0,0000 0,0000 0,00009 bulan 0,2000 0,0000 0,0000 0,000012 bulan 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemetaan dan analisis sisi pasokan dunia
pendidikan dalam dimensi kualitas, kuantitas, lokasi dan waktu di kota
Banjarmasin, dapat disimpulkan bahwa:
1. Jumlah lulusan SMK yang dihasilkan dunia pendidikan di
Kalimantan Selatan per tahun sebesar 7821 orang, diantaranya
hanya 657 orang dengan kompetensi Agribisnis dan agroindustri.
Padahal sektor pertanian masih menjadi penyerap tenaga kerja
terbesar yakni mencapai 38,20 persen dari jumlah seluruh
penduduk yang bekerja.
2. Sebagian besar lulusan memiliki kompetensi diluar kompetensi
unggulan koridor ekonomi unggulan daerah sehingga belum
mampu memenuhi pangsa pasar tenaga kerja, sedangkan
angkatan kerja yang berwirausaha hanya kurang 2%.
3. Pemilihan SMK berdasarkan keinginan sendiri sebesar 46,23%, sedangkan berdasarkan pilihan keinginan orang tua sebesar 49,06%.
4. Alumni dari perguruan tinggi bekerja sesuai kompetensi sebesar 71,23-100% sedangkan level SMK antara 4,2% - 91,69%.
5. Lokasi tempat bekerja dari kompetensi teknologi rekayasa didominasi bekerja di perkotaan sedangkan kompetensi agribisnis dan agroindustri pada luar kota, namun tidak ada alumni yang bekerja di luar negeri
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 63
6. Waktu tunggu terpendek kurang dari 3 bulan adalah alumni poliban dan Fakultas Pertanian Unlam, sedangkan level SMK adalah dari alumni SMK 5, SMK NU dan SPPN Banjarbaru dengan persentase 54%.
7. Waktu tungu teknologi rekayasa dan sekolah vokasional bekerja setelah lulus dan umumnya mereka bekerja di sektor Perkebunan dan Pertambangan
8. Cukup tinggi tingkat keselarasan lulusan pendidikan Vokasional
dan Perguruan Tinggi Penilaian AI untuk tiap-tiap perguruan
tinggi /sekolah vokasional menunjukkan bahwa institusi pendidikan
dengan program yang spesifik di bidang Teknik Pertambangan
dan Alat berat mendapatkan AI yang relatif tinggi.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan maka
dapat disarankan :
1. Kebutuhan tenaga kerja akan terus meningkat sehingga perlu
adanya kerjasama yang lebih baik antara dunia pendidikan dan
pihak DUDI untuk menciptakan tenaga kerja yang memenuhi
standar kuantitas, berkualitas dan kontinuitas.
2. Ketersediaan, kelengkapan dan kemutahiran data lulusan di tiap-
tiap institusi penyelenggara pendidikan sangatlah diperlukan.
Untuk itu diperlukan Kerjasama antara institusi penyelenggara
pendidikan dengan para lulusannya dalam hal pengisian dan
pemutahiran data alumni dapat dilaksanakan secara periodik baik
sebelum dan sesudah wisuda, melalui mekanisme temu alumni,
bursa kerja, email, forum mailing list angkatan, atau jejaring sosial.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 64
LAMPIRAN
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 65
Lampiran.
Dokumentasi Pelaksanaan Focus Discussion Group
FGD dengan Alumni SMK pada 2 Oktober 2012
FGD dengan alumni SMK pada 3 NOVEMBER 2012
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 66
FGD dengan alumni SMK pada 3 NOVEMBER 2012
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 67
Kegiatan FGD dengan Kepala sekolah
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN Page 68