Patho DRA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

thanks. if you need more info, you can call fathoni afif

Citation preview

  • 5/20/2018 Patho DRA

    1/8

    Pathogenesis

    Hubungan antara infeksi Streptokokus hemolitikus grup A dengan

    terjadinya demam rematik telah lama diketahui. Sejak kuliah Ceadles Harveian 100

    tahun yang lalu, dokter mencatat bahwa faringitis sering ada pada kurang lebih

    seminggu sebelum onset demam rematik. Kultur tenggorok dengan hasil

    Streptokokus hemolitikus grup A, tapi masih tidak diterima secara umum sampai

    kurang lebih 45 tahun yang lalu, Streptokokus hemolitikus grup A mendahului

    serangan demam rematik, sebagai bukti, terdapat peningkatan level antibodi

    streptokokus (Antistreptolisin O) pada pemeriksaan serologi anak dengan demam

    rematik akut. Demam rematik adalah respon autoimun tipe lambat terhadap faringitis

    yang disebabkan oleh streptokokus grup A (Keane, 2006; WHO, 2004).

    Manifestasi klinis dan keparahan penyakit tegantung pada kerentanan genetik

    host, virulensi organisme yang menginfeksi, dan lingkungan yang tepat. Walaupun

    streptokokus dari serogrup B, C, G, dan F dapat menyebabkan faringitis dan memicu

    respon imun, tapi tidak berhubungan dengan etiologi demam rematik atau penyakit

    jantung rematik. Sekuele non supuratif, seperti demam rematik dan penyakit jantung,

    hanya ditemukan setelah infeksi saluran nafas atas oleh streptokokus grup A.

    Glomerulonefritis post-streptokokus dapat terjadi setelah infeksi pada tenggorok atau

    kulit oleh strain nefritogenik streptokokus grup A (WHO, 2004).

    Respon imun tipe lambat, humoral dan selular, terhadap infeksi tenggorok

    oleh streptokokus berperan pada infeksi ini. Autoimunitas terhadap jaringan host

  • 5/20/2018 Patho DRA

    2/8

    memegang peranan penting pada pathogenesis dan progresifitas penyakit. Mimikri

    molecular antara antigen streptokokus dengan beberapa jaringan manusia, seperti

    katup jantung dan myosin, kartilago dan synovial, dan protein serebral sudah

    diajukan dan dibuktikan menjadi mekanisme dasar yang memicu autoimunitas

    (Anderson, 2002).

    Konsep umum pathogenesis demam rematik akut adalah demam rematik akut

    disebabkan oleh infeksi Streptokokus hemolitikus grup A pada host yang rentan,

    yang mengarahkan kepada respon autoimun terhadap epitope pada organisme yang

    bereaksi silang dengan epitope yang mirip pada jaringan manusia (pada sendi,

    jantung, otak, dan kulit). Karakteristik organisme (factor rematogenisitas), tempat

    infeksi, factor host (kerentanan genetic), dan respon imun diidentifikasi sebagai

    faktor mayor pada perkembangan demam rematik akut (marc, 2011; allen, 2001).

    a. Faktor organisme

    Struktur streptokokus

    Demam rematik akut disebabkan oleh infeksi Streptokokus

    hemolitikus grup A, juga disebut sebagai streptokokus pyogens yang

    umumnya mempunyai kemampuan untuk memproduksi toksin yang dapat

    melisis sel darah merah (marc, 2011).

    Dinding sel Streptokokus grup A menunjukkan karakteristik bakteri

    gram positif. Sel bakteri terdiri dari sitoplasma yang dikelilingi oleh 3 lapis

    membrane yang dibentuk oleh kebanyakan lipoprotein. Yang terluar, dinding

    sel terdiri dari tiga komponen struktur. Komponen dasar adalah petidoglikan.

  • 5/20/2018 Patho DRA

    3/8

    Membran sitoplasma dikelilingi oleh lapisan peptidoglycan tebal yang

    berperan sebagai rangka luar. Komponen ke dua adalah polisakarida atau

    karbohidrat grup spesifik. berupa Rhamnose-N-Acetyl-Glucosamine dimer

    yang dapat bereaksi silang dengan glikosida pada katup jantung. Komponen

    ke tiga berupa mosaik protein, yaitu protein M, R, dan T. Yang terpenting

    adalah protein M. protein (Marc, 2011; Allen, 2001).

    Dinding sel dikelilingi oleh suatu kapsul asam hyaluronic. Karena

    struktur molekuler sangat mirip dengan asam hyaluronic manusia, hal ini

    memberikan perlindungan tambahan terhadap serangan imunitas. Membrane

    sitoplasma dibentuk dari antigen lipoprotein yang dapat bereaksi silang

    dengan membran dasar glomerulus dan antigen sarkolema (Marc, 2011; Allen,

    2001).

    Protein-M streptokokus

    Protein M menggambarkan virulensi bakteri. Protein M yang

    mempunyai variasi pada strukturnya. Hal ini menyebabkan streptokokus grup

    A dibedakan menjadi lebih dari 130 serotipe M. Protein M juga berperan pada

    pathogenesis infeksi streptokokus dengan tipe M berbeda berhubungan

    dengan manifestasi penyakit yang berbeda. Protein M juga memberikan

    perlindungan dari imunitas dengan menghambat aktivasi komplemen dan

    fagositosis (Marc, 2011).

    Protein M streptokokus meluas dari permukaan sel streptokokus,

    dibentuk oleh dua rantai polipeptida sebagai suatu alpha-helical coiled coil

    dimer dan berbagi struktur homolog dengan myosin kardiak dan molekul

  • 5/20/2018 Patho DRA

    4/8

    alpha-helical coiled coil lain, seperti tropomiosin, keratin, dan laminin. Hal

    ini menunjukkan bahwa homologi tersebut berperan pada penemuan patologis

    pada karditis rematik akut (WHO, 2004)

    Observasi bahwa infeksi dengan beberapa strain Streptokokus grup A

    mengarahkan pada perkembangan demam rematik akut, menunjukkan suatu

    konsep rematogenisitas. Strain rematogenik secara primer menyerang

    tenggorok dan bukan kulit. Banyak protein M dapat diekstraksi dari strain

    rematogenik yang membantu untuk identifikasi. (Marc, Anderson)

    Streptokokus diklasifikasikan menjadi 2, yaitu kelas I dan II,

    berdasarkan reaksi protein M dengan antibodi monoclonal. Strain

    rematogenik yang mempunyai protein M dengan epitope reaktif disebut

    protein M kelas I. Protein M kelas I sebagian besar tidak memproduksi factor

    opasitas serum dan berhubungan dengan demam rematik setelah faringitis.

    Protein M strain non-rematogenik dengan epitope non reaktif disebut protein

    M kelas II yang dapat menghasilkan factor opasitas, mengikat fibronektin, dan

    biasanya berhubungan dengan glomerulonephritis. Banyak penelitian

    melaporkan hubungan demam rematik dengan tipe M dari Streptokokus grup

    A, seperti tipe 1, 3, 5, 6, 14, 18, 19, 24, 27, dan 29. Sedangkan tipe 2, 49, 57,

    59, 60, dan 61, sebagai contoh, berhubungan dengan pioderma dan

    glomerulonephritis akut (Marc, Anderson, who).

    Streptokokus menghasilkan banyak produk ekstraseluler termasuk

    toksin eritrogenik, streptolisin O, streptolisin S, streptokinase,

    diphosphopyridine nucleotidase, dan dioxyribonuclease. Streptolisin O

  • 5/20/2018 Patho DRA

    5/8

    menimbulkan respon imun, antistreptolisin O (ASO) yang menjadi dasar

    antibodi assay. Antigenisitas dari streptolisin O dihambat oleh lipid pada kulit,

    hal ini menyebabkan infeksi streptokokus di kulit tidak berhubungan dengan

    demam rematik. Streptokokus mempunyai banyak antigen yang mirip dengan

    jaringan manusia dan dapat bereaksi silang dengan sendi, jantung

    (miokardium, jaringan katup jantung), kulit, ginjal, dan otak (Marc, 2011).

    b. Faktor host

    Terdapat prevalensi tinggi faringitis streptokokus tapi hanya sebagian

    kecil yang berkembang menjadi demam rematik akut, sekitar 3-6% kasus.

    Karena presentasi yang kecil ini, maka presisposisi genetic pada individu

    memainkan peranan penting pada pathogenesis penyakit. Pada abad ke-19

    disarankan bahwa demam rematik akut dan penyakit jantung rematik adalah

    penyakit herediter, mungkin dengan transmisi secara autosomal resesif.

    Teknik imunologi molekuler telah mengidentifikasi suatu hubungan antara

    allel major histocompatibility complex. Class II human leucocyte antigen

    molecules (HLA kelas II) ini diekspresikan pada permukaan antigen

    presenting cells, seperti makrofag, sel dendritic dan sel B. Bersama dengan

    antigen peptida memicu aktifasi limfosit T (marc, Anderson)

    Studi terbaru tentang basis genetic untuk kerentanan terhadap demam

    rematik memberikan bukti tambahan terhadap konsep ini. Pemeriksaan

    limfosit host mengungkapkan keberadaan alloantigen sel B spesifik. Pada

    99% pasien demam rematik dan 14% control. Kerentanan genetic terhadap

    demam rematik juga didukung oleh hubungan penyakit dengan antigen HLA.

  • 5/20/2018 Patho DRA

    6/8

    Gen HLA kelas II terletak pada kromosom 6 dan sering berhubungan dengan

    kerentanan terhadap penyakit autoimun. Molekul HLA kelas II memainkan

    peranan penting pada presentasi antigen kepada reseptor sel T (TCR) dan

    memicu respon imun seluler dan humoral. Beberpa studi memperlihatkan

    insiden tinggi yang signifikan dari HLA kelas II pada pasien dengan demam

    rematik. Penemuan ini menguatkan konsep predisposisi genetic pada penyakit

    ini (Allen, who)

    c. Interaksi antara host dan pathogen

    Infeksi streptokokus dimulai dengan berikatannya ligand permukaan

    bakteri ke reseptor spesifik pada sel host dan melibatkan proses spesifik

    penempelan, kolonisasi, dan invasi. Penempelan tersebut merupakan hal

    penting pada kolonisasi dan diinisiasi oleh fibronektin dan oleh protein

    pengikat fibronektin streptokokus. Asam lipoteikoik streptokokus dan protein-

    M juga berperan penting pada penempelan bakteri. Respon host terhadap

    infeksi streptokokus melibatkan produksi antibodi spesifik, opsonisasi, dan

    fagositosis. (WHO, 2004).

    Sudah diketahui bahwa molekul mimikri antara beberapa antigen yang

    dipresentasikan pada permukaan streptokokus grup A dan jaringan individu

    spesifik memicu respon autoimun yang menyebabkan demam rematik akut.

    Kemiripan struktur antara protein M streptokokus dan myosin adalah kunci

    untuk perkembangan karditis akut. Lesi pada katup dipicu oleh reaksi imun

    terhadap protein host seperti laminin, suatu helical-coiled-coil molecule,

    pada subendotel katup. Respon imun seluler dan humoral berperan pada

  • 5/20/2018 Patho DRA

    7/8

    respon host terhadap protein sendiri yang mirip dengan streptokokus

    (Anderson)

    d.

    Respon imun

    Demam rematik diketahui sebagai penyakit dimana terdapat mimikri

    molecular antara agen asing (streptokokus grup A) dan jaringan host (seperti

    jantung dan otak). Mimikri molekuler didefinisikan sebagai berbagi epitope

    antara antigen host dan bakteri streptokokus. Terhadap antibodi, terdapat tiga

    mimikri yang telah digambarkan, berbagi dalam hal (1) urutan asam amino

    yang identic, (2) homologus tapi urutan asam amino tidak identic, dan (3)

    epitope pada molekul berlainan seperti peptide dan karbohidrat atau antara

    DNA dan peptide, dll (Guilherme, 2006).

    Komponen streptokokus seperti membrane streptokokus, glikoprotein

    kelompok spesifik, dan komponen karbohidrat menginduksi respon imun

    humoral dan seluler yeng bereaksi silang dengan jaringan host. Deteksi

    antibodi terhadap antigen streptokokus yang mirip dengan jaringan host

    menunjukkan bahwa imunitas humoral memainkan peran mayor pada

    pathogenesis demam rematik akut. Bukti menunjukkan bahwa kerusakan

    primer mungkin dimediasi oleh imunitas seluler dan antibodi dihasilkan pada

    respon terhadap antigen yang dilepaskan dari jaringan yang rusak (Marc)

    Studi imunopatologis jaringan jantung menunjukkan infiltrate katup

    jantung berisi limfosit T dan badan Aschoff, yang menjadi karakteristik lesi

    jantung pada demam rematik dan diperoleh dari turunan makrofag. Sel T dan

  • 5/20/2018 Patho DRA

    8/8

    makrofag sebagai respon imun seluler. Sel B, yang berhubungan dengan

    imunitas humoral, jarang ditemukan (marc).

    Imunitas seluler juga didukung oleh terdeteksinya peningkatan level

    beberapa marker aktivasi imun seluler seperti sirkulasi limfosit CD4+,

    interleukin (IL)-1, dan IL 2, IL-2 reseptor positif sel T, reseptor tumor

    necrosis factor (TNF)-, leucocyte migration inhibition, natural killer (NK)

    cell cytotoxicity, mononuclear cell cytotoxicity, T-cell responsiveness to

    streptococcal antigens, neopterin, dan oksigen radikal bebas oleh fagosit

    (marc).

    Reaksi silang antigen streptokokus dipresentasikan untuk T helper

    (Th) oleh antigen presenting cell pada hubungan dengan antigen MHC kelas

    II. Presentasi abnormal antigen ini mengarahkan pada aktivasi dan proliferasi

    Th yang tidak terkendali, yang mungkin dimediasi oleh IL-2. Ini mengarahkan

    pada pelepasan limfokin, aktivasi makrofag, dan netrofil. Sebagai hasil, terjadi

    eradikasi streptokokus dan kerusakan jaringan host sebagai reaksi silang.

    Antigen dilepaskan dari jaringan host menginduksi respon antibody yang

    menyebabkan kerusakan lebih lanjut atau sebagai marker kerusakan jaringan

    (Marc).