Upload
akmalnour
View
257
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
m
Citation preview
MAKALAH ETIKOLEGAL
UPAYA KESELAMATAN PASIEN
DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
Disusun guna memenuhi sebagian tugas Mata Kuliah Etikolegal
Dosen Pengampu: Istri Bartini. S.SiT., MPH
Oleh:
1. Hidayati (140161)2. Thuhfatul Mardiyyati (140162)3. Realita Risa Hartini (140163)4. Nova Nendia Putri (140164)5. Rahma Dwiningrum (140165)6. Wiwik Yudiati (140166)7. Puti Ritma Astuti (140169)8. Woro Larasati (140170)9. Nur Wasilatul Rahma (140171)
AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2015
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................... i
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................2
C. TUJUAN..................................................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI...........................................................................................................3
A. PATIENT SAFETY.....................................................................................................3
B. TUJUAN PATIENT SAFETY.......................................................................................3
C. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PATIENT SAFETY...........................................3
D. MEDICAL ERROR...................................................................................................10
BAB III...............................................................................................................................14
Analisis Kasus...................................................................................................................14
Kasus................................................................................................................................14
Usai Pesalinan Organ Wanita Robek............................................................................14
Analisa Kasus................................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................................17
A. Kesimpulan...........................................................................................................17
B. Saran....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam
mendampingi dan menolong ibu melahirkan. Bidan adalah profesi
yang diakui secara nasional maupun internasional oleh sejumlah
praktisi diseluruh dunia. Pengertian bidan dan bidang praktiknya
secara internasional telah diakui oleh International Confederation of
Midwife (ICM), Federation International Of Gynaecologist and
Obstertrian (FIGO) dan World Health Organization (WHO)
sedangkan secara nasional telah diakui oleh Ikatan Bidan
Indonesia (IBI) sebagai organisasi profesi bidan di Indonesia. Peran
bidan dimasyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya
yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati dan
mendampingi, serta menolong ibu melahirkan dan merawat bayinya
dengan baik.
Praktik kebidanan merupakan suatu praktik penuh risiko.
Tindakan diagnostik maupun terapetik tidak pernah lepas dari
kemungkinan cedera, syok hingga meninggal. Selain itu, pada
umumnya hasil suatu pengobatan tidak dapat diramalkan secara
pasti. Seorang bidan dikatakan melakukan malpraktik jika ia
melakukan praktik kebidanan sedimikian buruknya, berupa
kelalaian besar, kecerobohan yang nyata atau kesengajaan yang
1
tidak mungkin dilakukan oleh bidan pada umumnya dan
bertentangan dengan undang-undang, sehingga pasien mengalami
kerugian.
Untuk itu menjadi bidan yang profesional dan bertanggung
jawab harus selalu memperhatikan sekecil apapun yang berkaitan
dengan keselamatan pasien. Sehingga tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan patient safety?
2. Apa tujuan pasient safety?
3. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan pasient safety?
4. Apakah yang dimaksud dengan medical error serta apa
penyebabnya?
5. Apa saja yang menjadi type of medical error?
C. TUJUAN
1. Mahasiswa diharapkan mengerti dan memahami pentingnya
patient safety dalam memberikan pelayanan kesehatan
2. Mahasiswa diharapkan mengetahui dan memahami apa yang
menjadi tujuan dilaksanakannya pasient safety
3. Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menerapkan
pasient safety serta meminimalkan risiko medical error dalam
melaksanakan asuhan kebidanan dan pelayanan kesehatan
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. PATIENT SAFETY
Menurut Depkes RI 2006 Patient safety atau keselamatan
pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan klien di rumah
sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. TUJUAN PATIENT SAFETY
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat
3. Menurunkan KTD di RS
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan KTD
C. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PATIENT SAFETY
Pelaksanaan “patient safety” meliputi
1. Sembilan solusi keselamatan pasien di RS (who Collaborating
Center for Patient Safety, 2 Mei 2007) yaitu:
a. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan miring
b. Pastikan identifikasi pasien
3
c. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
d. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuhbyang benar
e. Kendalikan cairan elektrolit pekat
f. Pastikan akurasi pemberian obat pada penglihatan pelayanan
g. Hindari salah kateter dan salah sambung slang
h. Gunakan alat injeksi sekali pakai
i. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi
nasokomial
2. Tujuh Standar Keselamatan Pasien (Mengacu pada “Hospital
Patient Safety Standards” yang di keluarkan oleh Join
Commision on Accreditation of Health Organizations, Illinois,
USA, 2002) yaitu:
a. Hak pasien
Standarnya adalah
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk
kemungkinan KTD (Kejadian Tidak Diharapkan)
Kriterianya adalah
1) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
2) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan
penjelasan yang jelas dan benar kepadapasien dan
keluarga tentang rencana dab hasil pelayanan,
4
pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
kemuningkan terjadinya KTD
b. Mendidik keluarga pasien
Standarnya adalah
Rumah sakit harus mendidik pasien tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien
Kriterianya adalah
Keselamatan dalam memberikan pelayanan dapat di
tingkatkan dengan keterlibatan pasien adalah partner dalam
proses pelayanan, karena itu di rumah sakit harus ada sistem
dan mekanisme mendidik pasien dan keluarga pasien tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga
dapat :
1) Memberikan informasi yang jelas, lengkap dan jujur
2) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
3) Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
4) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
5) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah
sakit
6) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
7) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
5
Standarnya adalah
Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan
menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan
Kriterianya adalah
1) Koordinasi pelayanan secara menyeluruh
2) Koordinasi pelayanan disesuaikan kebituhan pasien dan
kelayakan sumber daya
3) Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
4) Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
a. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan
pasien
Standarnya adalah
Rumah sakit mendisign proses baru atau memperbaiki proses
yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KTD.
Kriterianya adalah
1) Setiap rumah sakit melakukan rancangan (design) yang
baik sesuai dengan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan
Pasien Rumah Sakit”
2) Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data
kinerja
6
3) Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
4) Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data semua
data dan informasi hasil analisis
b. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien
Standarnya adalah
1) Pimpinan dorong dan jamin implementasi program
keselamatan pasien
melalui “7 Langkah Menuju Keselamatan Pasien di
Rumah Sakit”
2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif dan
indentifikasi risiko keselamatan pasien dan mengurangi
KTD
3) Pimpinan dorong dan tumbuhkan komunikasi dan
koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan
pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien
4) Pemimpin mengalokasikan sumber daya yang adekuat
untuk mengukur, mengkaji dan meningkatkan kinerja rumah
sakit serta tingkatkan keselamatan pasien
5) Pemimpin mengukur dan mengkaji efektifitas konstribusi
dalam meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan
pasien
Kriterianya adalah
7
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program
keselamatan pasien
2) Terdapat tim program proaktifuntuk identifikasi risiko
keselamatan dan program meminimalkan insden
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua
komponen dari rumah sakit terintegritas dan berpartisipasi
4) Tersedia prosedur “cepat tanggap” terhadap insiden,
termasuk asuhankepada pasien yang terkena musibah,
membatasi risiko pada orang lain dan penyimpanan
informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal
berkaitan dengan insiden
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis
insiden
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara
sukarela antar unit dan antar pengelolaan pelayanan
8) Tersedia sumber daya dan sisitem informasi yang
dibutuhkan
9) Tersedia sasaran terukur dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi
efektifitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan
pasien
c. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
8
Standarnya adalah
1) Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan
orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan
jabatan dnegan keselamatan pasien secara jelas
2) Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
yang berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara
kopetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin
dalam pelayanan pasien
Kriterianya adalah
1) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang
memuat topik keselamatan pasien
2) Mengintegrasi topik keselamatan pasien dalam setiap
kegiatan inservice dan memberi pedoman yang jelas
tentang pelaporan insiden
3) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok
(teamwork) guna mendukung pendekatan komunikasi dan
kolaboratif dalam rangka melayani pasien
d. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien
Standarnya adalah
1) Rumah sakit merencanakan dan mendesign proses
manajemen informasi keselamatan pasien untuk memenuhi
kebutuhan informasi internal dan eksternal
9
2) Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat
Kriterianya adalah
1) Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesign
proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi
tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala
komunikasi untuk merevisi menejemen informasi yang ada
D. MEDICAL ERROR
1. Human Error
Human error (kesalahan manusia) merupakan hal yang Menurut Reason (1997) mendefinisikan medical error merupakan deviasi atau penyimpangan dari proses perawatan yang mungkin (atau tidak) dapat menyebabkan kerugian bagi pasien. Pengertian tentang medical error ini secara eksplisit mencakup domain kunci dari penyebab kekeliruan (omission, commission, perencanaan dan pelaksanaan). Definisi tersebut menggambarkan bahwa setiap tindakan yang dilaksanakan tetapi tidak sesuai dengan rencana atau prosedur sudah dianggap sebagai medical error.
Dampak medical error sangat beragam mulai dari yang ringan dan sifatnya refersible hingga yang berat berupa kecacatan atau bahkan kematian, sebagian penderita terpaksa harus dirawat di rumah sakit lebih lama (prolonged hospitalization) yang akhirnya berdampak pada biaya perawatan yang lebih besar. (Dwiprahasto, 2004)
a. Tipe-Tipe Medical Error
Secara teknis medical error dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Error of omission
Hal yang termasuk dalam error of omission adalah kesalahan dalam mendiagnosis, keterlambatan dalam penanganan pasien atau tidak meresepkan obat. Dalam keseharian, daftar error of omission tentu akan sangat panjang jika diidentifikasi satu persatu. Melakukan apandiktomi tanpa disertai dengan pemeriksaan patologi anatomi termasuk error of omission yang sering terjadi.
10
2) Error of commission
Hal yang termasuk error of commission adalah kesalahan dalam memutuskan pilihan terapi, memberikan obat yang salah atau obat diberikan melalui cara pemberian yang keliru. Kebiasaan untuk meresepkan antibiotika pada penyakit-penyakit ringan (minor ailment) atau memberikan obat per injeksi padahal pemberian secara oral lebih aman termasuk dalam kategori error of commission.
Berdasarkan proses terjadinya medical error dapat digolongkan sebagai:
1) Diagnostik, antara lain berupa: kesalahan atau keterlambatan dalam menegakkan diagnosis, tidak melakukan suatu pemeriksaan padahal ada indikasi untuk itu, penggunaan uji atau pemeriksaan atau terapi yang sudah tergolong usang atau tidak dianjurkan lagi.
2) Treatment, diantaranya adalah kesalahan (error) dalam memberikan obat, dosis terapi yang keliru, atau melakukan terapi secara tidak tepat (bukan atas indikasi).
3) Preventive, dalam kategori ini termasuk tidak memberikan profilaksi untuk situasi yang memerlukan profilaksi dan pemantauan atau melakukan tindak lanjut terapis secara tidak adikuat
4) Lain-lain, misalnya kegagalan dalam komunikasi, alat medik yang digunakan tidak memadai atau kesalahan akibat kegagalan sistem (system failure).
b. Penyebab Medical Error
1) Human Error
Paling sering terjadi dalam kasus medical error. Human error dapat terjadi karena kurang telitinya tenaga medis dalam memberikan pelayanan kesehatan. Selain itu dapat dikarenakan karena kurang terlatihnya tenaga medis tersebut.
2) Faktor organization
Faktor organization atau instansi kesehatan dapat menjadi penyebab medical error karena dalam instansi peralatan medis yang digunakan tidak layak pakai atau tidak steril. Selebihnya medical error dapat terjadi karena aturan-aturan yang ketat dari instansi yang menjadikan pasien tidak
11
segara mendapatkan pertolongan. Selain itu keterlambatan mengambil keputusan dari pihak instansi juga dapat menjadi penyebab medical error.
BAB III
Analisis Kasus
Kasus
Usai Pesalinan Organ Wanita Robek
Indosiar.com, Jember- Kasus dugaan malpraktek kembali terjadi. Di
Jember Jawa Timur, seorang ibu muda mengalami luka robek dibagian
anusnya, sehingga tidak bisa buang air. Diduga korban yang kini harus
buang air besar melalui organ kewanitaannya, disebabkan kelalaian
bidan yang masih magang dipuskesmas setempat menangani
persalinannya. Kini kasus dugaan malpraktek ini ditangani dinas
kesehatan Kota Jember.
Kasus dugaan malpraktik ini dialami Ika Agustinawati, warga Desa
Semboro Kidul, Kecamatan Semboro, Jember. Ibu muda berusia 22
tahun ini, menjadi korban dugaan malpraktek, usai menjalani proses
persalinan anak pertamanya, Irza Raditya Akbar, yang kini berusia 1
bulan.
12
Diduga karena kecerobohan yang masih magang saat menolong
persalinannya di Puskesmas Tanggo, Ika mengalami luka robek
dibagian organ vital hingga kebagian anus. Akibatnya, selain terus-
terusan mengalami kesakitan, sejak sebulan lalu korban terpaksa
buang kotoran melalui alat kelaminnya.
Saat menjalani proses persalinan 3 Februari lalu, korban dibantu
oleh beberapa bidan magang, atas pengawasan bidan puskesmas.
Namun, salah seorang bidan magang diduga melakukan kesalahan
saat menggungting dinding kemaluan koraban.
Terkait kasus ini Puskesmas Tanggul saat ini belum memberikan
keterangan resmi. Namun, Kepala Dinas Kesehatan Kota Jember
tengah menangani kasus ini.
Jika terbukti terjadi malpraktek, Dinas Kesehatan berjanji akan
menjatuhkan sanksi terhadap petugas persalinan tersebut, sesuai
ketentuan yang berlaku. (Tomy Iskandar/Sup)
Analisa Kasus
Pada kasus diatas seorang bidan yang menangani pasien namun
tidak mementingkan keselamatan pasien atau pasient safety.
Berdasarkan teknisnya kasus termasuk tipe dari medical error yaitu
error of omission. Medical error dalam kasus tersebut disebabkan oleh
human error yaitu kelalaian bidan dalam pengontrolan postpartum.
Sedangkan menurut proses terjadinya, kasus tersebut termasuk
13
kedalam tipe preventive karena bidan seharusnya melakukan
pemantauan kepada ibu postpartum.
Pada kasus tersebut bidan harusnya mengetahui tentang keadaan
pasien. Selain itu, jika bidan salah menggunting organ korban,
seharusnya dijahit lagi dengan rapi agar tidak menimbulkan hal yang
tidak diinginkan seperti kasus diatas. Kemudian kesalahan bidan dalam
kasus tersebut adalah tidak mengontrol keadaan pasien setelah
melahirkan. Pengontrolan pasien setelah melahirkan di mulai 2 jam
setelah postpartum untuk mengetahui kondisi ibu termasuk luka
episiotominya. Sehingga bidan dapat mengetehtahui lebih dini tentang
gejala yang timbul.
Pada kasus tersebut dapat dilihat sisi positifnya, bidan magang
ingin membantu persalinan ibu tersebut dengan begitu ia akan
mendapatkan pengalaman yang lebih banyak. Sedangkan dari sisi
negatifnya, bidan tersebut kurang hati-hati karena kelalaian dan
kecerobohannya sehingga terjadi kesalahan.
14
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bidan merupakan tenaga medis yang sangat dekat dengan
masyarakat. Sebagai seorang bidan, praktik kebidanan merupakan
praktik yang penuh resiko. Sehingga seorang bidan perlu
pemperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pasien. Keselamatan
pasien merupakan hal yang perlu di perhatikan, selain itu seorang
bidan juga berperan dalam meminimalisir terjadinya medical error.
Penyebab terjadinya medical error dapat dikarenakan oleh human
error maupun pihak instansi. Untuk mengupayakan tidak terjadinya
medical error tenaga medis harus lebih teliti dan terlatih dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
B. Saran
Jika kami menjadi bidan harus berhati-hati dalam melakukan
segala tindakan dan harus sesuai dengan standar profesi
kebidanan. Sebagai tenaga kesehatan juga sangat perlu
komunikasi dengan klien agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan
dalam asuhan kebidanan yang kami berikan kepada klien. Selain
agar klien percaya atas tindakan yang diberikan dan terhindar dari
medical error. .
15
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, T. 2013. Usai Persalinan Organ Wanita Robek.
http://www.indosiar.com/patroli/89714/usai-persalinan-organ-wanita-
robek. Diakses 1 Maret 2015 jam 19.43 WIB.
Dapertemen Kesehatan. 2006. Panduan Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (Patient Safety). Jakarta: Depkes RI
Dwiprahasto, I. 2004. Medical Error di Rumah Sakit dan Upaya
Meminimalkan Risiko. JMPK Vol. 07/No.01/Maret/2004
16