3
Berdasarkan hasil pengamatan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa semua bahan uji baik fenol ataupun desinfektan ditumbuhi bakteri. Hal ini ditunjukkan dengan tanda plus (+) yang artinya bakteri dapat hidup dan tumbuh pada bahan uji tersebut ditandai dengan adanya kekeruhan pada larutan yang diujikan. Pengamatan ini dilakukan setelah inkubasi selama 24 jam. Adapun pengenceran fenol yang digunakan ialah 1 : 80, 1 : 90, 1 : 100. Sedangkan pengenceran desinfektan (bayclin) yang digunakan ialah masing-masing 1 : 100, 1 : 110, 1 : 120, 1 : 130. Begitupun pada antibiotika sama dengan bayclin pengencerannya. Dan penanaman bakteri dengan interval masing- masing 5 menit. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pada larutan fenol yang telah diinokulasi bakteri tidak menyebabkan kematian bakteri. begitu pula pada larutan desinfektan yang juga tidak dapat membunuh bakteri gram negative yang ditanamkan di dalamnya. Hal ini dapat diketahui dengan adanya indikasi kekeruhan yang timbul dalam bahan uji. Tumbuhnya semua bakteri pada bahan uji ini tidak sesuai dengan teori. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan yang hasilnya berupa tanda plus (+) yang berarti pada tabung reaksi hasil pengenceran ditemukannya pertumbuhan bakteri subkultur (menit) baik pada pengenceran fenol , bayclin maupun antibiotik . Hal ini bisa disebabkan karena tidak semua desinfektan dapat digunakan untuk pengendalian mikroorganisme secara umum. Desinfektan hanya cocok untuk mengendalikan mikroorganisme tertentu, tidak mampu mengendalikan mikroorganisme lain. Beberapa jenis desinfektan ada yang hanya

PB KF

Embed Size (px)

DESCRIPTION

use this

Citation preview

Berdasarkan hasil pengamatan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa semua bahan uji baik fenol ataupun desinfektan ditumbuhi bakteri. Hal ini ditunjukkan dengan tanda plus (+) yang artinya bakteri dapat hidup dan tumbuh pada bahan uji tersebut ditandai dengan adanya kekeruhan pada larutan yang diujikan. Pengamatan ini dilakukan setelah inkubasi selama 24 jam. Adapun pengenceran fenol yang digunakan ialah 1 : 80, 1 : 90, 1 : 100. Sedangkan pengenceran desinfektan (bayclin) yang digunakan ialah masing-masing 1 : 100, 1 : 110, 1 : 120, 1 : 130. Begitupun pada antibiotika sama dengan bayclin pengencerannya. Dan penanaman bakteri dengan interval masing-masing 5 menit.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pada larutan fenol yang telah diinokulasi bakteri tidak menyebabkan kematian bakteri. begitu pula pada larutan desinfektan yang juga tidak dapat membunuh bakteri gram negative yang ditanamkan di dalamnya. Hal ini dapat diketahui dengan adanya indikasi kekeruhan yang timbul dalam bahan uji.Tumbuhnya semua bakteri pada bahan uji ini tidak sesuai dengan teori. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan yang hasilnya berupa tanda plus (+) yang berarti pada tabung reaksi hasil pengenceran ditemukannya pertumbuhan bakteri subkultur (menit) baik pada pengenceran fenol, bayclin maupun antibiotik. Hal ini bisa disebabkan karena tidak semua desinfektan dapat digunakan untuk pengendalian mikroorganisme secara umum. Desinfektan hanya cocok untuk mengendalikan mikroorganisme tertentu, tidak mampu mengendalikan mikroorganisme lain. Beberapa jenis desinfektan ada yang hanya efektif pada lapisan luar saja, ada yang memiliki daya kerja yang luas terhadap mikroorganisme dan ada pula yang hanya bisa mengatasi sejumlah kecil mikroorganisme. Pengguna desinfektan dituntut bisa melakukan pilihan secara tepat, sehingga minimal harus mengetahui kelemahan dan keunggulan masing-masing desinfektan. Bakteri dalam bentuk spora lebih tahan terhadap desinfektan. Hal ini disebabkan karena dinding spora bersifat impermeabel dan asam ribonukleat di dalam protoplasma memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pengaruh buruk dari desinfektan.Faktor yang mempengaruhi gagalnya praktikum ini adalah kerja yang tidak aseptis. Komunikasi saat proses kerja mungkin menjadi salah satu faktor gagalnya percobaan. Saat berkomunikasi, percikan air liur atau hembusan uap air dari hidung dan mulut akan menambah jumlah kuman yang tidak sebanding dengan daya bunuh desinfektan. Faktor lainnya kemungkinan disebabkan oleh peralatan yang tercemar/ tidak aseptis.

Faktor-faktor lain kemungkinan penyebab terjadinya kesalahan praktikan antara lain adalah:

Pengerjaan praktikum secara paralel

Kegagalan yang terjadi dalam praktikum ini mungkin juga disebabkan oleh pengerjaan tabung Uji Disinfektan secara paralel yang saat itu dimaksudkan untukmempersingkat waktu pengerjaan. Pengerjaan secara paralel tersebut telah mengakibatkan ketidakakuratan dan ketidaktelitian perhitungan waktu yang diperlukan.

Pengenceran desinfektan yang tidak akurat

Pada percobaan kali ini, praktikan mungkin juga melakukan kesalahan ketika melakukan pengenceran desinfektan ke dalam 1:80, 1:100, 1:110, 1:120 dan 1:130. Pengenceran yang dilakukan tidak akurat, yaitu terlalu banyak desinfektan yang terkandung dalam 1:80 atau 1:100, sehingga desinfektan terlalu pekat dan tidak sebanding dengan jumlah kuman yang dibiakkan. http://pharzone.com/blog/50-mikrobiologi/108-uji-koefisien-fenol.htmlBibiana, 1994, Analisis Mikroba di laboratorium, Universitas Indonesia, Jakarta, Hal 134.Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta, Hal 43.Ditjen POM, 1997, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta, Hal 96.Djidje, 2003, Mikrobiologi Farmasi Terapan, Laboratorium Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi. UNHAS, Makassar, Hal 73.Ernest, 1991, Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan, Universitas Indonesia, Jakarta, Hal 81.Ganiswara, 1995, Farmakologi dan Terapi, Universitas Indonesia, Jakarta, Hal 46.Hadjoetomo, 1998, Dasar-Dasar Mikrobiologi 2, Universitas Indonesia, Jakarta, Hal 54.Pelczar, 2005, DasarDasar Mikrobiologi, Universitas Indonesia, Jakarta, Hal 54.