Upload
anty-dewi-sarty
View
25
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah pbl blok 19 kardiovaskular
Citation preview
5/27/2018 pbl 19
1/19
1
Gagal Jantung Akut
Julianti Dewisarty Ranyabar
102011167
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Pendahuluan
Gagal jantung adalah suatu keadaan patologis dimana tejadi kelainan fungsi jantung yang
bertangung jawab atas kegagalan jantung memompa darah pada kecepatan yang sepadan dengan
kebutuhan jaringan untuk melakukan metabolisme dan/ atau kemampuan jantung untuk
memenuhi kebutuhan ini memerlukan peningkatan abnormal tekanan pengisian. Gagal jantung
dapat dibedakan menjadi gagal jantung akut (GJA) dan gagal jantung kronik (GJK). Gagal
jantung akut merupakan serangan cepat/ rapid/onset atau adanya perubahan pada gejala-gejala
atau tanda-tanda dari gagal jantung yang berakibat diperlukannya tindakan atau terapi secara
urgent. Gagal jantung akut dapat berupa acute de novo (serangan baru dari gagal jantung akut,
tanpa ada kelainan jantungsebelumnya) atau dekompensasi akut dari gagal jantung kronik.
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]5/27/2018 pbl 19
2/19
2
Skenario 4
Seorang pria 62 tahun dengan keluhan sesak nafas yang memberat sejak 2 hari terakhir. 1
minggu yang lalu pasien juga mengatakan mengalami nyeri dada namun membaik sendiri,
setalah itu mulai timbul sesak, namun lama kelamaan timbul sesak yang bertambah terutama saat
aktifitas, pasien sering bangun pada malam hari dan tidur menggunakan 2 bantal untuk
menguragi sesaknya. Sejak 2 hari yang lalu sesak semakin bertambah dan timbul secara terus-
menerus. Pasien memiliki riwayat merokok dan berhenti sejak 5 tahun terakhir. Sebetulnya
pasien sedah merasakan berat badannya menurun dan sering merasa mudah lelah.
Pembahasan
I. AnamnesisAnamnesis merupakan wawancara antara dokter dengan pasien/penderita atau
keluarganya/orang yang mempunyai hubungan dekat dengan pasien, mengenai semua data info
yang berhubungan dengan penyakitnya. Anamnesis terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
Autoanamnesis, yaitu wawancara yang dilakukan antara dokter dan pasiennya secaralangsung, dimana pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan dokter danmenceritakan permasalahannya. Ini adalah cara anamnesis terbaik karena pasien sendirilah
yang paling tepat untuk menceritakan apa yang sesungguhnya dia rasakan.3
Alloanamnesis, yaitu wawancara yang dilakukan antara dokter dan orang yang mempunyaihubungan dekat dengan pasien, seperti keluarga, pembantu, atau babysitter, dikarenakan
pasien yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit untuk menjawab pertanyaan, atau
pada pasien anak-anak, sehingga perlu orang lain untuk menceritakan permasalahnnya.3
Pada anamnesis ditanya :
Biodata pasienIdentitas Pasien.
Menanyakan kepada pasien :
5/27/2018 pbl 19
3/19
3
Nama lengkap pasien, umur,tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pendidikan,agama,
pekerjaan,suku bangsa.3
Data yang lain harus ditanyakan kepada pasien dengan jelas.
Keluhan utama.- Keluhan utama pasien, yaitu keluhan yang menjadi alasan pasien datang ke dokter. Pada
penderita gagal jantung, umumnya keluhan utamanya berupa kelemahan saat
beraktivitas dan sesak nafas3
- Keluhan tambahan
Riwayat penyakit sekarangPengkajian riwayat penyakit sekarang yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan
mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik penderita secara PQRST,
yaitu :3
-P = Provoking incident. Kelemahan fisik terjadi saat melakukan aktivitas ringan sampaiberat sesuai dengan derajat gangguan pada jantung (lihat klasifikasi jantung)
-Q = Quality of Pain. Seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan aktivitas yangdirasakan atau digambarkan penderita. Biasanya setiap beraktivitas klien merasakan
sesak napas (dengan menggunakan alat atau otot bantu pernapasan).-R = Region; radiation, relief. Apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau mempengaruhi
keseluruhan sistem otot rangka dan apakah disertai ketidakmampuan dalam
melakukan pergerakan.
-S = Severity (Scale) of Pain. Kaji tentang kemampuan penderita dalam melakukanaktivitas sehari-hari. Biasanya kemampuan penderita dalam beraktivitas menurun
sesuai derajat gangguan perfusi yang dialami organ.
-T = Time. Sifat mula timbulnya (onset), keluhan kelemahan beraktivitas biasanyatimbul perlahan. Lama timbulnya (durasi) kelemahan saat beraktivitas biasanya setiap
saat, baik saat istirahat maupun saat beraktivitas.
Riwayat penyakit dahulu
5/27/2018 pbl 19
4/19
4
Pada riwayat penyakit dahulu perlu ditanyakan apakah sebelumnya pasien pernah
menderita nyeri dada, hipertensi, iskemia miokardium, infark miokardium, diabetes
melitus, dan hiperlipidemia. Tanyakan juga mengenai obat-obatan yang biasa diminum
oleh pasien pada masa yang lalu dan masih relevan dengan kondisi saat ini. Obat-obatan ini
meliputi obat diuretik, nitrat, penghambat beta bloker, dan antihipertensi. Catat adanya
efek samping yang terjadi di masa lalu, alergi obat, dan reaksi alergi yang timbul. Sering
kali pasien menafsirkan suatu alergi sebagai efek samping obat.3
Riwayat penyakit keluargaPada riwayat penyakit keluarga, tanyakan pada pasien tentang penyakit yang pernah
dialami oleh keluarga, anggota keluarga yang meninggal terutama pada usia produktif, dan
penyebab kematiannya. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia
muda merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit jantung iskemik pada
keturunannya.3
Riwayat pekerjaan dan pola hidupTanyakan mengenai situasi tempat pasien bekerja dan lingkungannya. Kebiasaan sosial
dengan menanyakan kebiasaan dan pola hidup misalnya minum alkohol atau obat tertentu.
Kebiasaan merokok dengan menanyakan tentang kebiasaan merokok, sudah berapa lama,berapa batang per hari, dan jenis rokok.
3
Pengkajian PsikososialInteraksi sosial dikaji terhadap adanya stres karena keluarga, pekerjaan, maupun kesulitan
biaya ekonomi. Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan,
stres akibat kesakitan bernapas, dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan
baik. Penurunan lebih lanjut dari curah jantung dapat terjadi ditandai dengan adanya
keluhan insomnia atau tampak kebingungan.3
Anamnesis Khusus
Gejala gagal jantung secara konvensional dibagi menjadi gagal ventrikel kiri , gagal
ventrikel kanan, atau kedua-duanya.
5/27/2018 pbl 19
5/19
5
Gagal jantung bukan merupakan diagnosis dan penyebab yang mendasarinya harus selalu dicari.
Gagal jantung adalah alasan yang sangat sering, mencakup 5% dari pasien yang dirawat di
bangsal rumah sakit.3
Gagal ventrikel kiri :
- Sesak nafas,- Ortopnea,- Dispnea nocturnal paroksismal ( Adakah masalah dengan pernafasan di malam hari ?
jumlah bantal yang dipakai ? .)
- Yang lebih jarang adalah mengi (wheezing), batuk, sputum merah muda berbusa,toleransi olahraga berkurang.
3
Gagal ventrikel kanan :
- Edema perifer khususnya pada pergelangan kaki, tungkai, sacrum,- Asites,- Ikterus, nyeri hati, mual, dan nafsu makan berkurang (akibat edema usu), namun jarang
terjadi,
- Efusi pleura.3
Gagal jantung akut biasa timbul dengan gejala sesak napas mendadak dan hebat, sianosis, dan
distress.
Gagal jantung kronis biasa berhubungan dengan berkurangnya toleransi olahraga, edema perifer,
letargi, malaise, dan penurunan berat badan.3
5/27/2018 pbl 19
6/19
6
Riwayat penyakit dahulu :
- Riwayat nyeri dada adakah riwayat penyakit jantung sebelumnya, khususnya MI, angina,murmur, aritmia, dan penyakit katup jantung yang diketahui? Adanya riwayat factor
resiko aterosklerosis riwayat penyakit pernafasan atau ginjal ? riwayat kardiomiopati.3
-Obat-obatan:
- Apakah baru-baru ini ada perubahan jenis obat yang dimakan pasien : diuretic, OAINS,
ACE inhibitor, beta bloker, inotropic negative, digoksin ? Apakah pasien mengkonsumsi
obat yang bias menyebabkan kardiomiopati (doksorubisin, kokain)? Apakah pasien
merokok ? Bagaimana konsumsi alcohol pasien.3
II.Pemeriksaan Fisika. Menilai kesadaran umum pasien: kompos mentis (sadar sepenuhnya), apatis (pasien
tampak segan, acuh tak acuh terhadap lingkunganya), delirium (penurunan kesadaran
disertai kekacauan motorik, dan siklus tidur bangun yang terganggu),Somnolen (keadaan
mengantuk yang masih dapat pulih penuh bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti,
pasien akan tertidur lagi), sopor/stupor (keadaan mengantuk yang dalam, pasien masih
dapat dibangunkan tetapi dengan rangsangan yang kuat, rangsang nyeri, tetapi pasientidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban verbal yang baik).
3
b. Kesakitan yang dialami pasien, dapat dilihat dari raut wajah pasien dan keluhan pasienketika datang.
3
c. Tanda- Tanda Vital
d. B1(Breathing)Pada penderita gagal jantung, ditemukan gejala-gejala kongesti vaskular pulmonal
meliputi dispneu, ortopneu, dispneu nokturnal paroksismal, batuk, dan edema pulmonal
akut.3
5/27/2018 pbl 19
7/19
7
- Dispnea, dikarakteristikan dengan pernapasan cepat, dangkal, dan keadaan yangmenunjukkan bahwa pasien sulit mendapatkan udara yang cukup, yang menekan
pasien. Terkadang pasien mengeluh adanya insomnia, gelisah, atau kelemahan, yang
disebabkan oleh dispnea.
- Ortopnea, adalah ketidakmampuan untuk berbaring datar karena dispnea, merupakankeluhan umum lainnya dari gagal ventrikel kiri yang berhubungan dengan penyakit
jantung.
- Dispnea Nokturnal Paroksismal, adalah keluhan napas pendek yang hebat, yang terjadipada malam hari.
- Batuk, merupakan salah satu gejala dari kongesti vaskular pulmonal yang sering tidakmenjadi perhatian tetapi dapat merupakan gejala dominan. Batuk ini dapat produktif,
tetapi biasanya kering dan batuk pendek.
- Edema Pulmonal, dicirikan oleh dispnea hebat, ortopnea, ansietas, sianosis,berkeringat, kelainan bunyi pernapasan, sering nyeri dada, sputum berwarna merah
muda dan berbusa.3
e. B2(Blood)
- Inspeksi : Inspeksi tentang adanya parut pada dada, keluhan kelemahan fisik, danadanya edema ekstremitas.
- Palpasi : denyut nadi perifer melemah. Thrill biasanya ditemukan.- Auskultasi : Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup.
Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya ditemukan apabila penyebab
kelainan jantung adalah kelainan katup.
- Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjukkan adanya hipertrofijantung (kardiomegali)
- Penurunan curah jantung : kegagalan ventrikel kiri juga dihubungkan dengan gejalatidak spesifik yang berhubungan dengan penurunan curah jantung. Klien
- dapat mengeluh lemah, mudah lelah, apatis, letargi, kesulitan berkonsentrasi, defisitmemori, atau penurunan toleransi latihan.
- Bunyi jantung dan crackles : tanda fisik yang berhubungan dengan kegagalan ventrikelkiri berupa bunyi jantung ketiga dan keempat (S3 san S4) dan crakles pada paru-paru.
5/27/2018 pbl 19
8/19
8
Bunyi S4 menunjukkan adanya penurunan komplians miokardium. Bunyi S3 (gallop
ventrikel) menunjukkan adanya kegagalan ventrikel jika ada penyakit jantung.
Sedangkan crackles atau ronkhi basah halus umunya terdengar pada dasar posterior
paru dan merupakan bukti adanya kegagalan pada ventrikel kiri jantung.
- Perubahan nadi : pemeriksaan denyut arteri selama gagal jantung menunjukkan denyutnadi cepat dan lemah.
3
f. B3(Brain)
Kesadaran pasien biasanya compos mentis. Sering ditemukan sianosis perifer apabila
terjadi gangguan perfusi jaringan berat.3
g. B4(Bladder)
Pengukuran volume urine selalu dihubungkan dengan intake cairan. Adanya oliguria
merupakan tanda awal dari syok kardiogenik.3
h. B5(Bowel)
- Hepatomegali : terjadi akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang,maka tekanan dalam pembuluh portal meningkat sehingga cairan terdorong ke dalam
rongga abdomen, menyebabkan tekanan pada diafragma sehingga terjadi distres
pernapasan.
- Anoreksia : terjadi karena pembesaran vena dan stasis vena di dalam ronggaabdomen.
3
i. B6(Bone)
Edema : merupakan tanda terjadinya disfungsi ventrikel, terutama pada ventrikelkanan. Edem akan ditemukan secara primer pada pergelangan kaki dan akan terus
berlanjut ke bagian atas tungkai bila kegagalan makin buruk.
5/27/2018 pbl 19
9/19
9
Mudah lelah : terjadi karena curah jantung yang berkurang dapat menghambat sirkulasi normal
dan suplai oksigen ke jaringan dan menghambat pembuangan sisa hasil katabolisme.
III. Pemeriksaan PenunjangDilakukan untuk menemukan penyebab, menilai beratnya penyakit dan memantau pengobatan:
- Ekokardiografi: teknik esensial yang sederhana dan non-invasif dalam menegakkandiagnosis etiologi, keparahan, dan menyingkirkan penyakit katup jantung yang penting.4
- EKG : MI lama, hipertrofi ventrikrl kiri ( LVH, misalnya pada hipertensi, stenosis aorta).Gambaran EKG yang normal sangat jarang dijumpai pada CHF. Aritmia, misalnya
fibrilasi atrium.4
- Foto toraks : pembesaran jantung, kongesti paru (garis Kerley B) atau edema paru. 4- Biokimiawi : elektrolit, funsi ginjal, dan hematologi (anemia). Fungsi tiroid.4- Scan isotope nuklir: bermanfaat untuk pengukuran fruksi ejeksi yang akurat
(ventrikulografi isotope atau multiple- gated acquisition scans) atau miokardium yang
tidak berfungsi (otot jantung masih ada, namun tidak berkontraksi akibat stenosis coroner
yang hebat pada arteri yang memberi nutrisi, yang akan berkontraksi bila aliran darah
membaik misalnya dengan angioplasty transluminal perkutan atau cangkok bypass arteri
kororner ).4
-Kateterisasi jantung : pada semua gagal jantung yang penyebabnya tidak diketahui untukmenyingkirkan penyakit jantung coroner kritis, atau untuk menilai keparahan PJK dan
pilihan pengobatan pada mereka yang memilliki riwayat penyakit jantung iskemik.4
Pencatatan EKG 24 jam untuk menilai adanya aritmia.
IV. Diagnosa bandingGagal jantung kronik : didefinisikan sebagai sindrom klinik yang kompleks yang disertai
keluhan gagal jantung berupa sesak, fatigue, baik dalam keadaan istirahat atau latihan, edema
dan tanda objektif adanya disfungsi jantung dalam keadaan istirahat. Pada pemeriksaan fisik di
dapatkan Takikardia, gallop bunyi jantung ketiga , peningkatan/ekstensi vena jugularis , refluks
hepatojugular , pulsus alternans, kardiomegali, ronkhi basah halus di basal paru, dan bisa meluas
di kedua lapang paru bila gagal jantung berat, edema pretibial pada pasien yang rawat jalan,
edema sakral pada pasien tirah baring.Efusi pleura, lebih sering pada paru kanan daripada paru
kiri. Asites sering terjadi pada pasien dengan penyakit katup mitral dan perikarditis konstriktif ,
5/27/2018 pbl 19
10/19
10
hepatomegali, nyeri tekan, dapat diraba pulsasi hati yang berhubungan dangan hipertensi vena
sistemik, ikterus, berhubungan dengan peningkatan kedua bentuk bilirubin, ekstremitas dingin,
pucat dan berkeringat.
Pada pemeriksaan penunjang di dapatkan pada foto rontgen dada pembesaran jantung, distensi
vena pulmonal dan redistribusinya ke apeks paru (opasifikasi hilus paru bisa sampai ke apeks) ,
peningkatan tekanan vaskular pulmonar; efusi pleura, kadang-kadang.
Pada elektrokardiografi menunjukkan etiologi gagal jantung (infark, iskemia, hipertrofi, dan lain-
lain) Dapat ditemukan low voltage, T inversi, Qs, depresi ST, dan lain-lain. Pada ekokardiografi
dapat menilai dengan cepat dengan informasi yang rinci tentang fungsi dan struktur jantung,
katup dan perikard. Dapat ditemukan fraksi ejeksi yang rendah < 35%-40% atau normal,
kelainan katup (mitral stenosis, mitral regurgitasi, trikuspid stenosis atau trikuspid regurgitasi),LVH, dilatasi atrium kiri, kadang-kadang ditemukan dilatasi ventrikel kanan atau atrium kanan,
efusi perikard, tamponade, atau perikarditis.
Kriteria mayor :
- Paroksismal nokturnal dispnea- Distensi vena-vena leher-
Peningkatan vena jugularis- Ronkhi- Kardiomegali- Edema paru akut- Gallop bunyi jantung III- Refluks hepatojugular positif
Kriteria Minor
- Edema ekstremitas- Batuk malam- Dispne pada aktivitas- Hepatomegali- Efusi pleura
5/27/2018 pbl 19
11/19
11
- Kapasitas vital berkurang 1/3 dari normal- Takikardia ( > 120 denyut permenit)
Adult Respiratory Distress Syndrome (ADRS) : merupakan kerusakan paru total akibat
berbagai etiologi.Keadaan ini dapat dipicu oleh berbagai hal, misalnya sepsis, pneumonia viral
atau bakterial, aspirasi isi lambung, trauma dada, syok yang berkepanjangan, terbakar, emboli
lemak, tenggelam, transfusi darah masif , bypass kardiopulmonal, keracunan O2, perdarahan
pankreatitis akut, inhalasi gas beracun, serta konsumsi obat-obatan tertentu. "ADRS merupakan
keadaan darurat medis yang dipicu oleh berbagai proses akut yang berhubungan langsung
ataupun tidak langsung dengan kerusakan paru. Gejala dan tanda klinis ARDS biasaya timbul
dalam waktu 24 hingga 48 jam setelah kerusakan awal pada paru. Awalnya pasien akan
mengalami dispnea, kemudian biasanya diikuti dengan pernapasan yang cepat dan dalam.Sianosis terjadi secara sentral dan perifer, bahkan tanda yang khas pada ARDS ialah tidak
membaiknya sianosis meskipun pasien sudah diberi oksigen. Sedangkanpada auskultasi dapat
ditemui ronkhi basah kasar, serta kadang wheezing.Diagnosis dini dapat ditegakkan jika pasien
mengeluhkan dispnea, sebagai gejala pendahulu ARDS. Diagnosis presumtif dapat ditegakkan
dengan pemeriksaan analisa gas darah serta foto toraks. Analisa ini pada awalnya menunjukkan
alkalosis respiratorik (PaO2 sangat rendah, PaCO2 normal atau rendah, serta peningkatan pH).
Foto toraks biasanya memperlihatkan infiltrat alveolar bilateral difus yang mirip dengan edema
paru atau batas-batas jantung, namun siluet jantung biasanya normal. Bagaimanapun, belum
tentu kelainan pada foto toraks dapat menjelaskan perjalanan penyakit sebab perubahan anatomis
yang terlihat pada gambaran sinar X terjadi melalui proses panjang di balik perubahan fungsi
yang sudah lebih dahulu terjadi. PaO2 yang sangat rendah kadang-kadang bersifat menetap
meskipun konsentrasi oksigen yang dihirup (FiO2) sudah adekuat. Keadaan ini merupakan
indikasi adanya pintas paru kanan ke kiri melalui atelektasis dan konsolidasi unit paru yang tidak
terjadi ventilasi. Keadaan inilah yang menandakan bahwa paru pasien sudah mengalami bocor di
sana-sini, bentuk yang tidak karuan, serta perfusi oksigen yang sangat tidak adekuat. Setelah
dilakukan perawatan hipoksemia, diagnosis selanjutnya ditegakkan dengan bantuan beberapa
alat. Untuk menginvestigasi adanya gagal jantung dapat dipasang kateter Swan-Ganz, dari sini
dapat dilihat bahwa pulmonary arterial wedge pressure (PAWP) akan terukur rendah (20 mmHg) pada gagal jantung. Jika terdapat emboli paru
5/27/2018 pbl 19
12/19
12
(keadaan yang menyerupai ARDS) mesti dieksplorasi hingga pasien stabil sambil mencari
sumber trombus yang mungkin terdapat pada pasien, misalnya dari DVT. Pneumosystis carinii
dan infeksi-infeksi paru lainnya patut dijadikan diagnosis diferensial, terutama pada pasien-
pasien imunokompromais.
Pneumonia : proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli. Terjadinya
pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada
bronkus, sehingga biasa disebut dengan bronchopneumonia. Gejala penyakit tersebut adalah
nafas yang cepat dan sesak karena paru-paru meradang secara mendadak. Pneumonia adalah
infeksi atau radang yang cukup serius pada paru-paru. Dari jenis-jenis pneumonia itu ada yang
spesifik/khusus yang disebut dengan tuberkulosis atau tbc atau Tb, yang disebabkan oleh bakteri
tuberkulosa. Jenis yang lain, adalah SARS yang adalah pneumonia akibat -sampai hari ini- virus.
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder
setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram,
Streptococus pneumoniae yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri Staphylococcus
aureus dan streptokokus beta-hemolitikus grup A juga sering menyebabkan pneumonia,
demikian juga Pseudomonas aeruginosa. Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya
influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang relatif sering dijumpai, disebabkan
oleh suatu mikroorganisme yang berdasarkan beberapoa aspeknya, berada di antara bakteri dan
virus. Individu yang mengidap acquired immunodeficiency syndrome, (AIDS) sering mengalami
pneumonia yang pada orang normal sangat jarang terjadi yaitu pneumocystis carinii. Individu
yang terpajan ke aerosol dari air yang lama tergenang, misalnya dari unit pendingin ruangan
(AC) atau alat pelembab yang kotor, dapat mengidap pneumonia Legionella. Individu yang
mengalami aspirasi isi lambung karena muntah atau air akibat tenggelam dapat mengidap
pneumonia asporasi. Bagi individu tersebut, bahan yang teraspirasi itu sendiri yang biasanya
menyebabkan pneumonia, bukan mikro-organisme, denmgan mencetuskan suatu reaksi
peradangan. Gejala pada pneumonia adalah antara lain :a. Kesulitan dan sakit pada saat bernapas : nyeri pleuritik, nafas dangkal dan mendengkur,
tachipnoe.
b. Bunyi nafas di atas area yang mengalami konsolidasi : mengecil, kemudian menjadi hilang,
ronchi
c. Gerakan dada tidak simetris
5/27/2018 pbl 19
13/19
13
d. Menggigil dan demam 38,8C sampai 41,1C
e. Diaforesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif : sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan
atau berkarat
i. Gelisah
j. Cyanosis
k. Masalah masalah psikososial : disorientasi dan anxietas
Kejadian pneumonia pada balita diperlihatkan dengan adanya ciri ciri demam, batuk, pilek,
disertai sesak napas dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, serta cyanosis pada infeksi
yang berat. Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam terjadi karena gerakan paru yang
mengurang akibat infeksi pneumonia yang berat.. pada usia di bawah 3 bulan, kejadian
pneumonia di ikuti dengan penyakit pendahulu seperti otitis media, conjuctivitis, laryngitis, dan
pharyngitis.
Pneumonia berat pada anak umur 2 bulan -
5/27/2018 pbl 19
14/19
14
jantung ini, misalnya iskemia, abnormalitas ritme jantung, disfungsi katup, penyakit perikard,
meningkatnya filling pressure atau tahanan perifer.
VI. EtiologiGagal jantung paling sering disebabkan oleh gagal kontraktilitas miokard, seperti yang
terjadi pada infark miokard, hipertensi lama, atau kardiomiopati. Namun pada kondisi tertentu,
bahkan miokard dengan kotraktilitas yang baik tidak dapat memenuhi kebutuhan darah sistemik
ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolic tubuh. Kondisi ini disebabkan misalnya
masalah mekanik seperti regugirtasi katup berat dan, lebih jarang, fistula arteriovena, defisieni
tiamin, dan anemia berat.6
Keadaan curah jantung yang tinggi ini sendriri dapat menyebabkan gagal jantung, tetapi bila
tidak terlalu berat dapat mempresipitasi gagal jantung pada orang-orang dengan penyakit jantung
dasar.6
Berbagai factor dapat menyebabkan atau mengeksaserbasi perkembangan gagal jantung pada
pasien dengan penyakit jantung primer.6
- Hipertensi,- Kardiomiopati (dilatasi, hipertrofik, restriktif),- Penyakit katup jantung (mitral dan aorta),- Kongenital (ASD , VSD),- Obat-obatan, seperti B- bloker dan antagonis kalsium dapat menekan kontraktilitas
miokard dan obat kemoterapeutik seperti doksorubisisn dapat menyebabkan kerusakan
miokard,
- Alkohol, bersifat kardiotoksik, terutama bila dikonsumsi dalam jumlah besar,-
Aritmia, mengurangi efisiensi jantung, seperti yang terjadi bila kontraksi atrium hilang(fibrilasi atrium, AF) atau disosiasi dari kontraksi ventrikel (blok jantung). Takikardia
(ventrikel atau atrium)menurunkan waktu pengisian ventrikel, meningkatkan beban kerja
miokard dan kebutuhan oksigen menyebabkan iskemia miokard,
- Kondisi curah jantung tinggi,- Perikard (konstriksi atau efusi).6
5/27/2018 pbl 19
15/19
15
Gambaran Klinis
Gambaran klinis relatif dipengaruhi oleh tiga faktor :
- Kerusakan jantung,- Kelebihan beban hemodinamik,- Mekanisme kompensasi sekunder yang timbul saat gagal jantung terjadi.6
Pada awalnya mekanisme kompensasi bekerja efektif dalam mempertahankan curah jantung
dan gejala gagal jantung hanya timbul saat aktivitas. Kemudian gejala timbul saat istirahat
seiring dengan perburukan kondisi.6
Gambaran klinis gagal jantung kiri :
- Penurunan kapasitas akitivitas- Dispnu (mengi, ortopnu, PND)- Batuk (hemoptysis)- Letargi dan kelelahan- Penurunan nafsu makan dan berat badan- Kulit lembap- Tekanan darah (tinggi, rendah, atau normal)- Denyut nadi (volume normal atau rendah) (alternans/takikardia/aritmia)- Pergeseran apeks- Regugirtasi mitral fungsional- Krepitasi paru- Efusi pleura
Gambaran klinis gagal jantung kanan :
- Pembengkakan pergelangan kaki- Dispnu (namun bukan ortopnu atau PND)- Penurunan kapasitas aktivitas- Nyeri dada- Denyut nadi aritmia takikardia
5/27/2018 pbl 19
16/19
16
- Peningkatan JVP- Edema- Hepatomegaly dan asites- Gerakan bergelombang parasternal- S3 atau S4 RV- Efusi pleura
Klasifikasi Fungsional gagal jantung :
- kelas I : tidak ada batasan aktivitas fisik,- kelas II : sedikit batasan pada aktivitas (rasa lelah, dispnu),- kelas III: batasan aktivitas bermakna (nyaman saat istirahat namun sedikit aktivitas
menyebabkan gejala ),
kelas IV : gejala saat istirahat.
VII. PatofisiologiGagal jantung merupakan sindrom, walaupun penyebabnya berbeda-beda, namun bila terjadi
memiliki gejala, tanda, dan patofisiologi yang sama. Curah jantung yang tidak adekuat
menstimulasi mekanisme kompensasi yang mirip dengan respons terhadap hipovolemia.
Walaupun awalnya bermanfaat, pada akhirnya mekanisme ini menjadi maladaptif :4
- Aktivasi neurohormonal : terjadi dengan peningkatan vasokonstriksor (renin, angiotensinII, katekolamin) yang memicu retensi garam dan air serta meningkatkan beban akhir
(afterload) jantung. Hal tersebut mengurangi pengosongan ventrikel kiri (LV) dan
menurunkan curah jantung, yang menyebabkan aktivasi neuroendokrin yang lebih hebat,
sehingga meningkatkan afterload dan seterusnya, yang akhirnya membentuk lingkaran
setan.4
- Dilatasi ventrikel : terganggunya fungsi sistolik (penurunan fraksi ejeksi) dan retensicairan meningkatkan volume ventrikel (dilatasi). Jantung yang berdilatasi tidak efisien
secara mekanis (hukum laplace). Jika persediaan energy terbatas (misalnya pada penyakit
coroner) selanjutnya bisa menyebabkan gangguan kontraktilitas dan aktivasi
neuroendokrin.4
5/27/2018 pbl 19
17/19
17
VIII. Penatalaksanaan- Terapi umum : obati penyebab yang mendasari dan aritmia bila ada. Kurangi asupan
garam dan air, pantau terapi dengan mengukur berat badan setiap hari. Obati factor resiko
hipertensi dan PJK dengan tepat.4
- Diuretik adalah dasar untuk terapi simtomatik. Dosisnya harus cukup besar untukmenghilangkan edema paru dan/ atau perifer. Efek samping utama adalah hypokalemia
(berikan suplemen kalium atau diuretic hemat kalium, seperti amilorid) . Spinorolakton
suatu diuretic hemat kalium (antagonis aldosterone), memperbaiki prognosis pada CHF
berat.4
- Antagonis reseptor angiotensin II, misalnya losartan , menghambat angiotensin II denganantagonism langsung terhadap reseptornya. Efek dan manfaatnya sama seperti inhibitor
ACE.4
- B-Bloker, seperti bisoprolol, metoprolol, dan karvediolol, sebelumnya dianggapkontraindikasi pada gagal jantung. Namun demikian, katekolamin yang tinggi dalam
sirkulasi dan penurunan regulasi reseptor adrenergic sangat berbahaya pada gagal
jantung. B-Bloker (diberikan hanya pada pasien yang stabil dengan dosis sangat rendah,
dinaikkan bertahap ) membalikkan keadaan ini dan memperbaiki status fungsional serta
prognosis. Menurunkan kegagalan pompa serta kematian mendadak akibat aritmia.4
-Digoksin memiliki efek inotropic positif pada irama sinus dan menyebabkan perbaikansimtomatik serta menurunkan tingkat perawatan di rumah sakit, walaupum tida
memperngaruhi tingkat mortalitas.4
-IX. Prognosis
Kondisi ini memiliki prognosis yang lebih buruk daripada kanker. Kematian terjadi karena
gagal jantung progresif atau secara mendadak (diduga karena aritmia) dengan frekuensi yang
kurang lebih sama. Sejumlah factor yang berkaitan dengan prognosis pada gagal jantung.6
- Klinis : semakin buruk gejala pasien, kapasitas aktivitas, dan gambaran klinis, semakinburuk prognosis.
- Hemodinamik : semakin rendah indeks jantung, isi sekuncup dan fraksi ejeksi, semakinburuk prognosis.
5/27/2018 pbl 19
18/19
18
- Biokimia: terdapat hubungan terbalik yang kuat antara norepinefrin, renin, vasopressin,dan peptide natriuretic plasma. Hiponatremia dikaitkan dengan prognosis yang lebih
buruk.
- Aritmia: focus ektopik ventrikel yang sering atau takikardia ventrikel pada pengawasanEKG ambulatory menandakan prognosis yang buruk. Tidak jelas apakah aritmia ventrikel
hanya merupakan penanda prognosis yang buruk atau merupakan penyebab kematian.
-X. Komplikasi
- Tromboemboli : risiko terjadinya bekuan vena (thrombosis vena dalam atau deep venousthrombosis ) dan emboli paru serta emboli sistemik tinggi, terutama pada CHF berat. Bisa
diturunkan dengan pemberian warfarin.4
- Komplikasi fibrilasi atrium : dapat menyebabkan perburukan dramatis. Hal inimerupakan indikasi pemantauan denyut jantung (dengan pemberian digoksin / B-bloker)
dan pemberian warfarin.4
- Kegagalan pompa progresif : karena penggunaan diuretic dengan dosis yang ditinggikan.4Aritmia ventrikel : bias menyebabkan sinkop atau kematian jantung mendadak. Pada pasien yang
berhasil diresusitasi, amiodaron, B-bloker, dan defibrillator yang ditanam mungkin turut
mempunyai peranan.
XI. KesimpulanKegagalan jantung adalah keadaan ketika jantung tidak mampu memompa darah ke
seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kegagalan jantung dibagi atas kegagalan
jantung akut yang timbulnya sangat cepat, sebagai akibat dari serangan infark miokard, ditandai
dengan sinkope, syok, henti jantung, dan kematian tiba-tiba dan kegagalan jantung kronis,
berkembang secara perlahan dan disertai dengan tanda-tanda yang ringan karena jantung dapat
mengadakan kompensasi.
5/27/2018 pbl 19
19/19
19
Daftar Pustaka
1. Baradero M SPC MN, dkk . Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.Jakarta: EGC, 2005. Hal 35
2. Gibson J .Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat edisi kedua, Jakarta: EGC, 2003 .Hal 106
3. Gleadle J. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Surabaya: EMS, 2005. Hal116
4. Davey P.At a glance medicine. Surabaya: EMS, 2003. Hal 150-151.5. Brashers VL. Aplikasi Klinis Patofisiologi (Pemeriksaan & Manajemen). Jakarta: EGC,
2007. Hal 53
6. Gray HH, dkk. Lecture Notes Kardiologi edisi keempat . Surabaya: EMS, 2003. Hal 80-81, 84-86