Upload
joviantoreynoldandikahidayat
View
266
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
8/11/2019 pbl blok 13 UKRIDA
1/14
Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkah Laku Anak
dalam Masa Tumbuh Kembang
Jovianto Reynold Andika Hidayat
102012313
Mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
Email : [email protected]
Abstrak
Selama manusia hidup, manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan
dari segi fisik dan mentalnya. Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan yang bersifat
kuantitatif. Perkembangan adalah proses perubahan yang bersifat kualitas yang diproleh
melalui proses pembelajaran, pertumbuhan, dan pematangan. Ada beberapa teori yang
mengemukakan menegenai perkembangan seseorang, yaitu teori perkembangan psikoseksual
Freud, perkembangan psikososial Erikson, perkembangan kognitif piaget, dan perkembangan
moral Kohlberg. Setiap tahapan perkembangan ini harus dilalui oleh anak sampai mereka
dewasa ketika mereka sudah matang dalam segi fisik dan mentalnya. Jika ada tahapan yang
tidak terlewati, anak bisa mengalami gangguan tingkah laku dan kepribadiannya. Untuk
memperbaiki keadaan gangguan tingkah laku ini bisa dilakukan terapi psikoterapi pada anak.
Kata kunci : Perkembangan psikoseksual, perkembangan psikososial, perkembangan
kognitif, perkembangan moral, terapi psikoterapi.
8/11/2019 pbl blok 13 UKRIDA
2/14
Abstract
During human life, human growth and development in terms of physical and mental.
Growth is a process of quantitative change. The development is a process of change that is
diproleh quality through the process of learning, growth, and maturation. There are several
theories that suggested someone menegenai development, namely Freud's theory of
psychosexual development, Erikson's psychosocial development, cognitive development
Piaget and Kohlberg's moral development. Each stage of this development must be passed by
children until they are adults when they are ripe in terms of physical and mental. If no steps
are not exceeded, the child may experience behavioral and personality disorders. To rectify
this situation can impaired behavior psychotherapy therapy in children.
Key Words : Psychosexual development, psychosocial development, cognitive
development, moral development, psychotherapy therapy.
Pendahuluan
Setiap manusia pasti akan mengalami siklus kehidupannya. Dimulai dari saat
terbentuknya janin dalam rahim, menjadi bayi, anak, remaja, dewasa, dan akhirnya menjadi
tua. Dalam siklusnya, manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan, baik yang
dapat dilihat secara kuantitatif, maupun secara kualitatif. Pertumbuhan perubahan tubuh
yang bersifat kuantitatif dan perkembangan adalah perubahan yang bersifat kualitatif.
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan ini, banyak hal yang mempengaruhinya,
seperti faktor herediter, lingkungan, dan internal.1Faktor ini yang nantinya akan menentukan
akan menjadi seperti apa seseorang. Tahap perkembangan dan pertumbuhan anak juga
akan berubah sesuai dengan tahapan usianya. Namun, tidak setiap manusia
mengalami perkembangan yang sempurna. Ada juga beberapa manusia yang mengalami
gangguan dalam perkembangannya, baik perkembangan fisik, maupun perkembangan
mental dan emosinya. Gangguan yang terjadi bisa terjadi karena berbagai macam faktor baik
eksternal, maupun internal.
Rumusan Masalah
1.
Anak laki-laki umur 9th tidak bisa diam di kelas/buat onar.
8/11/2019 pbl blok 13 UKRIDA
3/14
Isi
Whaley dan Wong (2000) mengemukakan pertumbuhan sebagai suatu
peningkatan jumlah dan ukuran. Sedangkan perkembangan adalah perubahan yang terjadi
secara bertahap dari tingkat paling rendah ke tingkat paling tinggi dan kompleks melalui
proses maturasi dan pembelajaran. Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan yang bersifat
kuantitatif (dapat terukur). Perkembangan adalah proses perubahan yang bersifat kualitas
yang diproleh melalui proses pembelajaran, pertumbuhan, dan pematangan. Kedua proses ini
tidak dapat dipisahkan, karena keduanya berjalan bersamaan. Jika tubuh anak semakin besar
dan tinggi, kepribadiannya secara simultan juga akan menjadi matang.
Marlow (1998) mengatakan bahwa pertumbuhan adalah peningkatan ukuran tubuh
yang dapat dihitung dengan suatu ukuran tinggi ataupun berat. Pertumbuhan dihasilkan
karena proses pembelahan sel dan sintesis protein dan setiap anak punya potensi gen yang
berbeda untuk tumbuh. Perkembangan menurut Marlow adalah peningkatan keterampilan dan
kapasitas anak untuk berfungsi secara bertahap dan terus-menerus.1 Faktor yang
mempengaruhi tumbuh kembang adalah faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik adalah
modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Lewat instruksi
genetik yang terkandung dalam kecepatan pembelahan, senstitivitas jaringan akan
rangsangan, umur pubertas, dan masa pemberhentian tulang. Sifat bawaan dan
keadaan patologis juga merupakan bagian dari faktor genetik. Keadaan patologis dapat
terjadi karena penyakit-penyakit kromosom yang dibawa oleh kedua atau salah satu dari
orangtua anak tersebut. Faktor selanjutnya adalah faktor lingkungan yang juga ikut
menetukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan anak. Lingkungan ini dikenal sebagai
lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial yang mempengaruhi individu setiap harinya, sampai
pada akhir hayatnya. Faktor lingkungan dapat dibagi dalam dua tahap yaitu prenatal (sebelum
dilahirkan) dan postnatal (setelah dilahirkan). Faktor lingkungan masa prenatal terdiri atas
gizi ibu, keadaan trauma (mekanis), zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stres, imunitas,
anoksia embrio. Gizi pada ibu hamil yang tidak tercukupi dengan baik akan menyebabkan
kelahiran BBLR (berat bayi lahir rendah), lahir mati, anemia pada bayi, hambatan
pertumbuhan otak janin, abortus, bayi baru lair mudah terkena infeksi, dan kekurangan
lainnya. Anak yang lahir dari ibu yang kurang gizi dan hidup di lingkungan kemiskinan akan
melahirkan anak dengan kurang gizi. Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat
menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.
8/11/2019 pbl blok 13 UKRIDA
4/14
Masa organogenesis adalah masa yang paling rentan dan peka terhadap zat-zat teratogen.
Obat-obat golongan thalidomide, phenitoin, methadion, obat anti kanker dapat menyebabkan
kelainan bawaan. Ibu-ibu hamil yang merokok dan peminum alkohol kronik dapat
menyebabkan lahirnya bayi BBLR, cacat, dan retardasi mental. Hormon-hormon yang
mungkin berperan pada pertumbuhan janin adalah somatotropin, plasenta, tiroid, insulin,
dan peptida-peptida lain yang mirip insulin. Hormon somatotropin hingga saat ini masih
belum diketahui manfatanya. Hormon plasenta berfungsi untuk memberikan nutrisi plasenta.
Hormon tiroid yang jika asupannya kurang dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pertumbuhan SSP, yang sebabkan terjadinya retardasi mental. Insulin berfungsi
untuk pertumbuhan janin melalui pengaturan keseimbangan glukosa, sintesis protein janin,
dan pengaruhnya pada pembesaran sel setelah minggu ke-30. Cacat bawaan sering terjdi
pada ibu yang diabetes dan tidak mendapatkan pengobatan pada trisemester I, umur ibu
kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun. Radiasi pada janin sebelum umur 18 minggu
dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, dan cacat bawaan lain.
Misalnya pada peristiwa Hiroshima, Nagasaki, dan Chernobyl. Infeksi intrauterin yang sering
menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH (toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, herpes
simplex). Infeksi lainnya yang dapat sebabkan cacat bawaan adalah polio, leptospirosis,
campak, HIV, malaria, varisela, dan beberapa virus lainnya. Stres yang dialami ibu hamil
dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin. Menurunnya oksigenisasi melalui
gangguan pada plasenta/tali pusat, menyebabkan BBLR.2
Setelah bayi lahir dan muncul di dunia, dia akan mengalami transisi dan perubahan.
Perubahan lingkungan sebelum dan sesudah lahir adalah :2
8/11/2019 pbl blok 13 UKRIDA
5/14
Tabel 1. Perbedaan lingkungan sebelum dan sesudah bayi lahir.
No Sebelum Lahir Sesudah Lahir
1 Lingkungan fisik Cairan Udara
2 Suhu luar Umumnya tetap Berubah-ubah
3 Stimulasi sensoris Kinesterik atau
vibrasi
Bermacam-macam
stimulasi
4 Gizi Tergantung pada
zat-zat gizi yang
berasal dari darah
ibunya
Tergantung pada
tersedianya bahan
makanan dan
kemampuan saluran
cerna
5 Penyediaan oksigen Berasal dari ibu ke
janin lewat plasenta
Berasal dari paru-
paru ke pembuluh
darah paru-paru
6 Pengeluaran Metabolisme Dikeluarkan ke
sistem
lewat peredaran
darah ibu
Dikeluarkan lewat
paru-paru, kulit,
ginjal, dan saluran
cerna
Perkembangan anak merupakan hasil dari interaksi dinamik antara nature dan
murture, atau antara biologik dan linkungan. Kedua aspek ini selalu saling berinteraksi dan
tumpang tindih. Faktor lingkungan dapat mencetuskan atau merangsang berkembangnya
fungsi-fungsi tertentu, atau sebaliknya. Sifat-sifat organisme juga dapat merangsang respon
lingkungan yang mendukung atau menghambat. Teori-teori perkembangan yang
ada pokoknya mencoba menerangkan bagaimana manusia itu berkembang dari seorang
makhluk yang tadinya mutlak bergantung pada lingkungannya, menjadi relatif mandiri dan
berguna. Perkembangan yang dialami manusia tidak lepas dari suatu siklus kehidupannya.
Siklus kehidupan adalah proses perubahan yang terjadi selama bertahun-tahun kehidupan
manusia, dari lahir hingga akhir hayat, mencakup pelbagai perubahan kebutuhan yang dapat
dikelompokan dalam aspek fisik, psikososial, psikoseksual, kognitif, dan moral.
8/11/2019 pbl blok 13 UKRIDA
6/14
Perkembangan fisik adalah pertumbuhan sistem dan jaringan tubuh serta penyempurnaan
fungsi tubuh. Perkembangan psikoseksual adalah perkembangan emosional kearah maturasi
seksual. Perkembangan psikososial adalah proses perkembangan mental emosional seseorang
dengan usaha penyesuaian dirinya dengan lingkungan dan pengalamannya. Perkembangan
kognitif meliputi perkembangan proses beripikir atau nalar dan kemampuan inteligent
lainnya. Perkembangan moral meliputi proses belajar dalam mengembangkan norma perilaku
dan menyesusaikan dengan norma perilaku yang diterima lingkungan masyarakat dan budaya
ditempat dia hidup.3
Menurut Freud, semua perilaku manusia digerakkan oleh kekuatan psikodinamik dan
energi fisik ini dinagi atas 3 bagian yaitu : id, ego, dan superego. Id adalah pikiran bawah
sadar, ego adalah pikiran sadar, dan superego adalah suara hati. Id adalah komponen dari
lahir yang digerakan oleh insting. Ego berfungsi sebagai kesadaran atau pengendalian diri
yang mampu menemukan arti realistik. Superego berfungsi untuk mencegah manusia agar
tidak melakukan tindakan instinnya yang diluar norma. Freud menganggap bahwa insting
seksual adalah sesuatu yang signifikan dalam perkembangan, karena pada masa kanak-kanak
ada bagian tubuh yang menonjol dan bisa memberikan rasa senang pada anak tersebut.Freud
membaginya dalam 5 tahapan yaitu tahap oral (0-1 tahun), tahap anal (1-3 tahun), tahap falik
(3-6 tahun), periode laten (6-12 tahun), dan tahap genital ( > 12 tahun). Pada tahap ini bayi
akan mendapatkan kesenangannya yang berpusat pada aktivitas oralnya, seperti menggigit,
mengisap, dan mengunyah. Pada fase selanjutnya, ketertarikan anak banyak berpusat
pada bagian analnya. Anak mulai bisa menahan atau mengeluarkan feses sesuai
keinginannya. Tahap falik adalah tahap dimana genital menjadi area yang paling menarik.
Anak ingin tahu soal perbedaan jenis kelamin. Selama masa periode laten anak-anak akan
melakukan sifat dan keterampilannya yang telah diperoleh. Energi fisik dan psikis diarahkan
pada mendapatkan pengetahuan dan bermain. Tahap genital dalah tahap signifikan dimana
maturasi dari sistem reproduksi dan produksi hormon-hormon reproduksi mulai terjadi.3,4
8/11/2019 pbl blok 13 UKRIDA
7/14
Erikson menggambarkan siklus kehidupan manusia itu sebagai suatu proses yang
terdiri dari 8 fase dari bayi hingga lanjut usia. Masing-masing fasenya ini memiliki krisisnya
sendiri yang khas. Berhasil atau tidaknya seorang individu menyelesaikan konfliknya yang
terkait krisis di suatu fase, akan menentukan apakah seseorang akan siap untuk menghadapi
krisis di fase , akan menentukan apakah seseorang akan siap untuk menghadapi krisis di fase
yang berikutnya, untuk selanjutnya mencapai maturasi kepribadian yangs sesuai dengan
harapan budaya atau masyarakatnya. Tahap awal adalah tahap percaya vs tidak percaya (0-1
tahun) adalah tahap awal dimana rasa percaya adalah tahap yang paling mendasar dari pribadi
yang sehat. Anak bisa juga jadi tidak percaya jika sesuatu yang tidak menyenangkan
terjadi pada dirinya. Pada tahap ini peran orangtua sangat dominan dalam menumbuhkan
rasa percaya anak. Hasil yang diharapkan adalah kepercayaan dan optimisme. Tahap
autonomi vs malu dan ragu-ragu (1-3 tahun) adalah tahap dimana anak mulai meningkatkan
kemampuan mereka untuk mengendalikan diri, tubuh dan lingkungan mereka. Mereka lebih
ingin melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri dan juga mempraktekan keterampilan motorik
yang baru mereka dapatkan. Namun, bisa juga muncul rasa ragu dan malu dari diri mereka
jika mereka merasa diremehkan atau mereka tidak diberikan kesempatan untuk mencobanya.
Hasil yang diharapkan adalah kontrol diri dan ketekunan. Tahap inisiatif dan rasa bersalah (3-
6 tahun), tahap ini adalah tahap dimana anak-anak mulai mengeksplorasi dunia fisik dengan
semua indra dan kekuatan mereka. Anak-anak terkadang mulai mempunyai kegiatan dan
aktivitas yang bertentangan dengan yang dimiliki orangtua dan anak dibuat merasa bahwa
aktivitas yang mereka lakukan buruk, sehingga menimbulkan rasa bersalah. Anak-anak
harus belajar mempertahankan rasa inisiatif tanpa mengenai hak orang lain. Hasil akhirnya
adalah arahan dan tujuan. Tahap industri vs inferioritas (6-12 tahun) adalah tahap dimana
anak-anak mulai mau terlibat dalam tugas dan aktivitas yang dapat mereka lakukan sendiri,
bekerjasama dan berkompetisi dengan orang lain, belajar untuk menaati peraturan yang ada.
Periode ini adalah tahap pemantapan anak dengan dunia sosialnya. Ketidakadekuatan atau
inferioritas dapat terjadi jika terlalu banyak yang diharapkan dari mereka. Selain itu juga bisa
karena mereka tidak percaya diri mereka bisa melakukan itu. Kualitas ego yang berkembang
adalah kualitas. Identitas vs kebingungan peran (12-18 tahun) adalah tahap dimana
terlihatnya perubahan fisik yang jelas. Remaja berusaha menyesuaikan diri dengan peran
yang mereka mainkan dan mereka berharap dapat bermain dengan peran yang mereka baru.
Ketidakmampuan mereka untuk menyelesaikan konflik inti menimbulkan terjadinya
kebingungan peran. Hasil dari penguasaan yang sukses adalah kesetiaan dan ketaatan
terhadap orang lain.3,4
8/11/2019 pbl blok 13 UKRIDA
8/14
Kognisi merujuk pada proses ketika individu yang berkembang mengenal dunia dan
isinya. Anak-anak harus menumbuhkan potensi ini dengan berinteraksi dengan
lingkungannya. Dengan perkembangan kognitif, anak-anak membutuhkan kemampuan
untuk berpikir secara abstrak dan logis. Perkembangan kognitif terdiri atas perubahan terkait
usia dalam aktivitas mentalnya. Teori yang paling terkenal adalah teori yang dikemukakan
oleh Piaget. Piaget mengemukakan piaget mengemukakan tiga tahap berpikir, yaitu (1)
intuisi, (2) operasional konkret, dan (3) operasional formal. Menurutnya, sejak bayi manusia
mampu mengorganisasi berbagai informasi yang diterimanya dari lingkungan, ke dalam suatu
sistem pemikiran yang koheren, yang menentukan bagaimana ia akan menginterpretasi dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan selanjutnya. Piaget membagi proses perkembangan itu
ke dalam fase-fase yang diberinya nama sesuai dengan fungsi inteligentif yang secara
dominan dalam fase itu adalah fase sensori motor (0-2 tahun), pra-operasional (2-6 tahun),
konkrit-operasional (6-11 tahun), dan formal-operasional (11-16 tahun). Periode sensorimotor
adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini
menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-
tahapan, yaitu (1) Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu
dan berhubungan terutama dengan refleks. (2) Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari
usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya
kebiasaan-kebiasaan. (3) Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat
sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan
pemaknaan. (4) Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan
sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai
sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda
(permanensi objek). (5) Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas
sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru
untuk mencapai tujuan. (6) Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama
dengan tahapan awalkreativitas.Pemikiran (Pra) operasi dalam teori Piaget adalah prosedur
melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi
mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar
menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya
masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak
dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda
merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau
warnanya berbeda-beda.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kreativitashttp://id.wikipedia.org/wiki/Kreativitashttp://id.wikipedia.org/wiki/Kreativitashttp://id.wikipedia.org/wiki/Belajarhttp://id.wikipedia.org/wiki/Belajarhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kreativitas8/11/2019 pbl blok 13 UKRIDA
9/14
Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya.Mereka mulai
merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih
menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Tahap operasional konkrit adalah tahap dengan
ciri penggunaan logika yang memadai. Proses penting dalam tahap ini adalah (1) pengurutan
yaitu kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. (2)
Klasifikasi yaitu kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda
menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa
serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. (3)
decentering adalah tahapan saat anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu
permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap
cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi. (4)
reversibility adalah saat anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat
diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan
bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya. (5) konservasi
adalah memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak
berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai
contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu
bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama
banyak dengan isi cangkir lain. (6) penghilangan sifat egosentrisme yaitu kemampuan untuk
melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan
cara yang salah). Operasional formal adalah tahapan yang dicirikan dengan adaptabilitas dan
fleksibilitas. Remaja dapat berpikir memakai istilah abstrak, simbil abstrak, dan menarik
kesimpulan logis dari serangkaian observasi. Mereka dapat membuat hipotesis dan
mengujinya.3,4
Secara sederhana Kohlberg mendefinisikan moralitas sebagai kemampuan
membedakan antara benar dan baik, serta salah dan buruk. Konsep moralitas mencakup aspek
kognitif (kemampuan mengambil peran, mempertimbangkan, dan membuat keputusan,
afektif (empati, kepedulian, merasakan perasaan orang lain), dan aspek perilaku
(mempraktekan pengertian dan perasaan itu dalam tingkah laku). Perkembangan moral
adalah suatu proses pergeseran dari pandangan egosentris ke pandangan yang altruistik.
Kohlberg membagi proses perkembangan moral manusia ke dalam tiga tingkatan dan masing
terdiri dari dua fase. Tingkat satu (pra-konvensional) yang terdiri dari tahap pertama
(orientasi kepatuhan dan hukuman) dan tahap kedua (orientasi minta pribadi).
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasahttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasahttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasahttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa8/11/2019 pbl blok 13 UKRIDA
10/14
Seseorang yang berada dalam tingkat pra-konvensional menilai moralitas dari suatu
tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung. Dalam tahap pertama, individu-individu
memfokuskan diri pada konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri.
Tahap dua menempati posisi apa untungnya buat saya, perilaku yang benar didefinisikan
dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang menunjukkan
perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga
berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri. Tingkat kedua (konvensional) terdiri dari tahap
tiga (Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas) dan tahap empat (Orientasi otoritas
dan pemeliharaan aturan sosial). Orang di tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan
dengan membandingkannya dengan pandangan dan harapan masyarakat. Dalam tahap tiga,
seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial. Individu mau
menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-orang lain karena hal tersebut
merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Dalam tahap empat,
adalah penting untuk mematuhihukum,keputusan,dan konvensi sosial karena berguna
dalam memelihara fungsi dari masyarakat.Penalaran moral dalam tahap empat lebih dari
sekedar kebutuhan akan penerimaan individual seperti dalam tahap tiga, kebutuhan
masyarakat harus melebihi kebutuhan pribadi. Tingkat ketiga (pasca-konvensional) dikenal
sebagai tingkatan berprinsip, terdiri atas tahap kelima (orientasi pada kontrak sosial) dan
tahap keenam (orientasi pada kebaikan universal). Dalam tahap lima, seseorang mengalami
bahwa nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relatif dan bahwa standar dapat berbeda
dari satu orang ke orang lain. Seseorang menyadari hukum penting bagi masyarakat, tetapi
nilai-nilai seperti kebebasan lebih penting dari pada hukum. Pada tahap keenam, seseorang
telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak manusia yang
universal. Bila menghadapi konflik secara hukum dan suara hati, seseorang akan mengikuti
suara hati, walaupun keputusan itu mungkin melibatkan resiko pribadi.3,4
Kebutuhan dasar anak secara umum dibagi atas tiga tahapan yaitu asuh, asih, dan
asah. Kebutuhan fisik (asuh) terdiri atas sandang, pangan, papan, perawatan kesehatan dasar
(imunisasi, ASI, penimbangan, dll), higiene perorangan, sanitasi lingkungan,
rekreasi jasmani, dll. Pada tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra, dan selaras
antara ibu/pengganti ubu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh
kembang yang selaras baik fisik, mental, maupun psikososial. Berperannya dan kehadiran
ibu/ibu pengganti sedini dan selanggeng mungkin, akan menjalin rasa aman bagi bayinya. Ini
diwujudkan dengan kontak fisik dan psikis sedini mungkin, misalnya dengan menyusui bayi
secepat mungkin segera setelah lahir.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hukumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Keputusanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Keputusanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Keputusanhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Konvensi_sosial&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakathttp://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakathttp://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakathttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Konvensi_sosial&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Keputusanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hukum8/11/2019 pbl blok 13 UKRIDA
11/14
Kekurangan kasih sayang ibu pada tahun pertama kehidupan mempunyai dampak negatif
pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental, maupun sosial emosi (Sindrom Deprivasi
Mental). Kasih sayang dari orangtuanya akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan
dasar. Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar pada anak. Stimulasi
mental (asah) ini mengembangkan perkembangan mental psikososial (kecerdasan,
keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, dll.
Setiap orangtua pasti mengharapkan anaknya bisa tumbuh dengan sehat baik jasmani,
rohani, dan mentalnya. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa ada sejumlah anak yang
menunjukkan sikap perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang ada. Tingkah
laku mereka mengalami gangguan dan kelainan yang lebih banyak disadari oleh lingkungan
anak tersebut dibandingkan diri anak itu sendri. Pada anak-anak, biasanya kelainan tingkah
laku berkaitan dengan tahap perkembangan dan situasi tertentu, misalnya anak umur 5 tahun
masih suka mengompol, tapi saat anak itu menginap dirumah orang lain dia tidak
mengompol. Buckle dan Lebovici menekankan bahwa semua anak pada suatu waktu tertentu
akan memperlihatkan tanda-tanda gangguan tingkah laku. Kanner menyatakan bahwa
kelainan tingkah laku lebih berkaitan dengan ambang ketergangguan dari lingkungan, bukan
dari kualitas tingkah laku anak itu. Seringkali dalam satu keluarga dapat ditemui satu anak
yang manis dan baik. Namun, anak yang lain menunjukkan sikap yang nakal, bandel, dan
malas. Hal ini sesuai dengan teori risiko yang menjelaskan bahwa disatu pihak memang
ada prakondisi yang memungkinkan terjadinya kelainan tingkah laku dan dipihak lainnya
adanya stres, trauma, dan pengaruh buruk lingkungan. Ada 5 macam resiko yang dapat
menyebabkan penyebab kelainan tingkah laku yaitu faktor keturunan, bawaan, lingkungan,
situasi dan pengalaman, segi perkembangan. Faktor genetik adalah mencakup semua unsur
yang berhubungan dengan faktor genetik yang memungkinkan terjadinya kelainan tingkah
laku. Berdasarkan penelitian Anthony (1968), anak-anak yang salah satu atau keduanya
mengalami skizofrenia juga 18% dari sample juga mengalami hal yang sama seperti anak-
anaknya. Faktor bawaan berhubungan dengan tanda-tanda fisis dan tempramen seseorang.
Lingkungan cenderung memberikan respon positif terhadap anak-anak yang menarik
daripada anak dengan kelainan. Dalam hal tempramen, masih diperlukan suatu penelitian
tentang hubungan tempramen tertentu yang dimiliki anak tersebut dengan lingkungannya.
Faktor lingkungan yang bisa menimbulkan kelainan tingkah laku adalah lingkungan non-
familial, kelainan hubungan antara orangtua dan anak, kelainan dalam keluarga, dan orangtua
yang sakit.
8/11/2019 pbl blok 13 UKRIDA
12/14
Faktor situasi dan pengalaman yang paling mempunyai nilai resiko tinggi adalah perpisahan,
misalnya anak yang harus dipisahkan dari ayahnya karena ayahnya meninggal dunia. Secara
garis besar gangguan psikiatri anak terdiri atas faktor organik, psikososial, dan kombinasi
oorganik dan psikososial.
Gangguan psikiatri yang timbul akibat gangguan psikososial adalah gangguan dalam
hubungan antara anak dan orangtua, gangguan (kekurangan) dalam diri anak, dan gangguan
dalam interaksi sosial diluar keluarga. Interaksi orangtua dengan anak yang patologis dapat
mengakibatkan konflik antara anak dan orangtua dan seringkali sikap orangtua terhadap anak
terjadi karena perasaan yang tidak disadari oleh orangtua. Perlindungan orangtua yang
berlebihan dapat menghambat perkembangan kebebasan, tanggung jawab, dan kematangan
kepribadian anak. Kekurangan atau cacat yang dialami anak juga dapat membuat anak
merasa amalu dan gelisah saat berada di lingkungannya. Seorang anak yang merasa ditolak
oleh lingkungannya dapat menjadi anak yang hiperaktif, emosinya tidak stabil, sukar
berkonsetrasi, timbul rasa benci terhadap masyarakat, dan bersikap agresif.5
Gangguan mental pada golongan remaja lebih resisten dan lebih stabil dibandingkan
gangguan mental yang disebabkan situasi sementara. Gangguan yang dialami remaja bisa
dibagi atas tiga reaksi, yaitu reaksi aktifitas berlebihan, reaksi menarik diri berlebihan, reaksi
kecemasan berlebihan, reaksi melarikan diri, reaksi agresif sosial, dan reaksi delingkuensi
kelompok. Reaksi aktifitas berlebihan disebabkan oleh gangguan fungsi otak dengan atau
tanpa kelainan otak. Gejala yang bisa dilihat adalah hiperaktifitas, tidak bisa tenang, short
attention span, cepat marah bila kemauan tidak dituruti, dan emosinya labil. Reaksi menarik
diri dapat dilihat dari sikapnya yang suka menyendiri, pemalu, sangat sensitif, pasif, terlalu
kuatir dan sukar untuk mengikat hubungan interpersonal yang erat. Kelainan sering
didapatkan pada anak yang dibesarkan dalam keluarga yang dasar transaksinya ialah
hukuman dan kecaman atas aktifitas anak. Reaksi kecemasan yang ditandai dengan
ketakutan, sukar tidur, dan cemas berlebihan. Reaksi melarikan diri ditunjukkan dengan dia
melarikan diri dari situasi yang berbahaya. Reaksi agresif-sosial ditandai dengan anak yang
suka memulai perkelahian, kejam dengan anak lain dan binatang, menantang orang lain, dan
licik.5
Psikoterapi dibagi atas beberapa macam seperti (1) terapi kognitif-perilaku,
(2) psikoterapi remedial, edukasional, dan patterning psychoterapy, (3) release therapy,
(4) psikoanalisis anak, dan (5) terapi kognitif. Terapi kognitif dan perilaku adalah suatu
campuran terapi perilaku dan psikologi kognitif.
8/11/2019 pbl blok 13 UKRIDA
13/14
Terapi ini menekankan kepada kemungkinan cara anak menggunakan proses berpikir dan
modalitas kognitif untuk memningkai kembali, merestrukturisasi, dan menyelesaikan
masalah. Strategi terapi ini berfungsi untuk terapi gangguan mood dan gangguan ansietas.
Psikoterapi remedial, edukasional, dan patterning psychoterapy difokuskan untuk mengajari
perilaku dan pola perilaku baru pada anak yang mempertahankan penggunaan pola yang
imatur karena keterlambatan pematangan. Release therapy memfasilitasi luapan emosi yang
terpendam. Terapi ini diindikasikan untuk anak usia prasekolah yang memiliki gangguan
reaksi emosional terhadap trauma terpendam. Terapi kognitif digunakan pada anak, remaja,
dan dewasa. Pendekatan berupaya untuk memperbaiki distorsi kognitif, khususnya
pengonsepan negatif dalam darah, dan terutama digunakan pada gangguan despresif.6
Kesimpulan
Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan yang bersifat kuantitatif. Perkembangan
adalah proses perubahan yang bersifat kualitas yang diproleh melalui proses pembelajaran,
pertumbuhan, dan pematangan. Ada beberapa teori yang mengemukakan menegenai
perkembangan seseorang, yaitu teori perkembangan psikoseksual Freud, perkembangan
psikososial Erikson, perkembangan kognitif piaget, dan perkembangan moral Kohlberg.
Setiap tahapan perkembangan ini harus dilalui oleh anak sampai mereka dewasa ketika
mereka sudah matang dalam segi fisik dan mentalnya. Jika ada tahapan yang tidak terlewati,
anak bisa mengalami gangguan tingkah laku dan kepribadiannya. Untuk memperbaiki
keadaan gangguan tingkah laku ini bisa dilakukan terapi psikoterapi pada anak.
8/11/2019 pbl blok 13 UKRIDA
14/14
Daftar Pustaka
1. Supartini Y, Ester M (editor). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2004.
2. Soetjiningsih, Ranuh IGNG (editor). Tumbuh kembang anak. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC ; 1995.
3.
Elvira SD, Gitayanti, Hadisukanto. Buku ajar psikiatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ;
2010.
4. Wong DL, Yudha EK, Yulianti D, Subekti NK, Wahyuningsih NE, Ester M. Buku
ajar keperawatan pediatrik wong volume 1. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC ; 2008.
5. Bagian Ilmu Keshatan Anak. Hassan R, Alatas H, editor. Buku kuliah ilmu kesehatan
anak 1. Edisi 5. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 1988.
6. Sadock BJ, Sadovk VA. Kaplan & sadocks concise textbook of clinical psychiatri.
2nded. USA: Lippincot Williams & Willkins Inc ; 2004.