24
WRAP UP SKENARIO III BLOK ENDOKRIN DAN METABOLISME KELOMPOK B 11 KETUA : Febrian 1102007212 SEKRETARIS : Nurul Qomariyah 1102008296 ANGGOTA : Ryan Maika Sanjaya 1102008226 Nurindah D. Utami 1102008295 Paradina Wulandari 1102008297 Prabowo Agus S. 1102007211 Puetri S. Saptlya 1102007214 Rusiana Nasilah 1102008225 Sa’diah 1102008227 Veronika 1102007283

PBLIII B-11

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Blok Reproduksi - published by @nurulqmryh

Citation preview

Page 1: PBLIII B-11

WRAP UP SKENARIO III

BLOK ENDOKRIN DAN METABOLISME

KELOMPOK B 11

KETUA : Febrian 1102007212

SEKRETARIS : Nurul Qomariyah 1102008296

ANGGOTA : Ryan Maika Sanjaya 1102008226

Nurindah D. Utami 1102008295

Paradina Wulandari 1102008297

Prabowo Agus S. 1102007211

Puetri S. Saptlya 1102007214

Rusiana Nasilah 1102008225

Sa’diah 1102008227

Veronika 1102007283

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

JAKARTA

2010

Page 2: PBLIII B-11

Mensturasi Banyak dan Berkepanjangan

Seorang muslimah, 14 tahun, siswi pesantren, diantar oleh ibunya ke Poliklinik RS dengan keluhan haid banyak dan lama yaitu sejak 2 minggu yang lalu, dengan ganti pembalut 2-3 x sehari. Dan 2 hari ini, haid banyak sekali ( 5 x ganti pembalut sehari). Sebelumnya pasien terlambat haid 2 bulan. Pasien mendapatkan haid pertama sejak 1 tahun yang lalu, teratur tiap bulan.

Pemeriksaan fisik didapatkan :Keadaan umum : tampak sakitKesadaran : komposmentisTD : 110/80 mmHgNadi : 80x/menitJantung dan Paru : dalam batas normal

Pemeriksaan luar ginekologi :Abdomen :

Inspeksi : perut tampak mendatarPalpasi : lemas, TFU tidak teraba diatas simfisisAuskultasi : bising usus normalVulva/vagina : fluksus (+)

Berdasarkan pemeriksaan diatas, Dokter menduga kelainan haid disebabkan oleh ketidakseimbangan hormonal. Pasien juga bingung ini merupakan haid atau istihadah.

1

Page 3: PBLIII B-11

Sasaran Belajar

1. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Menstruasi1.1. Menjelaskan Mekanisme Pengaturan Siklus Menstruasi1.2. Menjelaskan Anatomi Mikroskopik Gaster

2. Memahami dan Menjelaskan Kelainan Haid2.1. Menjelaskan Jenis-Jenis Kelainan Haid2.2. Menjelaskan Diagnosis Kelainan Haid2.3. Menjelaskan Penatalaksanaan Haid

3. Memahami dan Menjelaskan Perbedaan Haid dan Istihadhah

2

Page 4: PBLIII B-11

1. Memahami dan menjelaskan fisiologi siklus menstruasi normal1.1. Menjelaskan mekanisme pengaturan siklus menstruasi

FSH dari hipofisis bertanggung jawab terhadap pematangan awal folikel ovarium, dan FSH serta LH bersama-sama bertanggung jawab terhadap pematangan akhir. Letupan sekresi LH berperan menyebabkan ovulasi dan pembentukkan awal korpus luteum. Letupan sekresi FSH yang lebih kecil pada pertengahan daur juga terjadi, yang kemaknaannya masih belum diketahui. LH merangsang sekresi estrogen dan progestron dari korpus luteum.

Komponen hipotalamusHipotalamus menempati posisi kunci dalam pengaturan sekresi gonadotropin. Pengaturan oleh hipotalamus dikerjakan melalui GnRH yang disekresi ke dalam pembuluh portal hipofisis. GnRH merangsang sekresi FSH serta LH.GnRH biasanya disekresikan dalam bentuk letupan episodik, dan letupan tersebut menyebabkan berbagai puncak circhoral sekresi LH. Letupan tersebut penting untuk sekresi normal gonadotropin. Sekarang telah jelas bahwa sekresi episodik GnRh bukanlah suatu fenomena biasa, tetapi bahwa adanya fluktuasi dalam frekuensi dan amplitudo letupan GnRH juga penting untuk menimbulkan perubahan hormonal lain yang bertanggung jawab dalam daur haid. Frekuensi letupan GnRH ditingkatkan oleh estrogen dan diturunkan oleh progesteron dan testosteron. Frekuensi letupan ini meningkat pada fase folikular lanjut daur haid, yang berakhir dengan lonjakan sekresi LH. Selama fase sekretorik, frekuensi letupan menurun akibat efek progesteron, tetapi saat sekresi estrogen dan progesteron menurun pada akhir daur, frekuensinya kembali meningkat.Pada saat terjadi lonjakan LH di pertengahan daur, kepekaan gonadotrop terhadap GnRh sangat meningkat karena gonadotrop tersebut terpajan oleh frekuensi letupan GnRH yang berlangsung saat itu. Efek umpan balikDi bagian awal fase folikular, kadar inhibin B rendah dan FSH meningkat sedang, yang membantu pertumbuhan folikel. Sekresi LH tertahan oleh efek umpan balik negatif dari peningkatan kadar estrogen plasma. Pada 36-48 jam sebelum ovulasi, efek umpan balik estrogen menjadi positif, dan hal ini mencetuskan lonjakan sekresi LH yang menimbulkan ovulasi. Ovulasi berlangsung sekitar 9 jam setelah kadar LH memuncak. Sekresi FSH juga memuncak, walaupun terjadi sedikit peningkatan inhibin, mungkin karena rangsangan kuat gonadotrop oleh GnRH. Selama fase luteal, sekresi LH dan FSH menjadi rendah karena peningkatan kadar estrogen, progesteron, dan inhibin. Harus ditekankan bahwa kadar estrogen darah dalam jumlah sedang dan konstan menimbulkan efek umpan balik negatif pada sekresi LH, sedangkan selama siklus, peningkatan kadar estrogen menimbulkan efek umpan balik positif untuk merangsang sekresi LH.

3

Page 5: PBLIII B-11

1.2. Menjelaskan siklus menstruasiUmumnya, jarak siklus menstruasi berkisar dari 15 sampai 45 hari, dengan rata 28 hari. Lamanya berbeda-beda antara 2-8 hari, dengan rata-rata 4-6 hari.

Menstruasi Normal

4

Page 6: PBLIII B-11

Siklus ovarium Fase folikular

Siklus diawali dengan hari pertama menstruasi, atau terlepasnya endometrium. FSH merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial dalam ovarium. Umumnya, hanay satu yang berkembang terus dan menjadi folikel de graaf dan yang lainnya berdegenerasi. Folikel terdiri dari sebuah ovum dan 2 lapisan sel yang mengelilinginya. Lapisan dalam, yaitu sel-sel granulosa menyintesis progesteron yang disekresi ke dalam cairan folikular selama paruh pertama siklus menstruasi, dan bekerja sebagai prekursor pada sintesis estrogen oleh lapisan sel teka interna yang mengelilinginya. Estrogen disintesis dalam sel-sel lutein pada teka interna. Di dalam folikel, oosit primer mulai menjalani proses pematangannya. Pada waktu yang sama, folikel yang sedang berkembang menyekresi estrogen lebih banyak ke dalam sistem ini. Kadar estrogen yang meningkat menyebabkan pelepasan LHRH melalui mekanisme umpan balik positif.

Fase lutealLH merangsang ovulasi dari oosit yang matang. Tepat sebelum ovulasi, oosit

primer selesai menjalami pembelahan meiosis pertamanya. Kadar estrogen yang tinggi kini menghambat produksi FSH. Kemudian kadar estrogen mulai menurun. Setelah oosit terlepas dari folikel de graaf, lapisan granulosa menjadi banyak mengandung pembuluh darah dan terluteinisasi, berubah menjadi korpus luteum yang berwarna kuning pada ovarium. Korpus luteum terus menyekresi sejumlah kecil estrogen dan progesteron yang makin lama makin meningkat. Siklus endometrium

Fase proliferasiSegera setelah menstruasi, endometrium dalam keadaan tipis dan dalam

stadium istirahat. Stadium ini berlangsung kira-kira 5 hari. Kadar estrogen yang meningkat dari folikel yang berkembang akan merangsang stroma endometrium untuk mulai tumbuh dan menebal, kelenjar-kelenjar menjadi hipertrofi dan berproliferasi, dan pembuluh darah menjadi banyak sekali. Kelenjar-kelenjar dan stroma berkembang sama cepatnya. Kelenjar makin bertambah panjang tetapi tetap lurus dan berbentuk tubulus. Epitel kelenjar berbentuk toraks dengan sitoplasma eosinofilik yang seragam denagn inti di tengah. Pembuluh darah akan mulai berbentuk spiral dan lebih kecil.

Fase sekresiSetelah ovulasi, di bawah pengaruh progesteron yang meningkat dan terus

diproduksinya estrogen oleh korpus luteum, endometrium menebal dan menjadi seperti beludru. Kelenjar menjadi lebih besar dan berkelok-kelok, dan epitel kelenjar menjadi berlipat-lipat, sehingga memberikan gambaran seperti “gigi gergaji”. inti sel bergerak ke bawah, dan permukaan epitel tampak kusut. Stroma menjadi edematosa. Terjadi pula infiltrasi leukosit yang banyak, dan pembuluh darah menjadi makin berbentuk spiral dan melebar. Lamanya fase sekresi sama pada setiap perempuan yaitu sekitar 14 hari.

5

Page 7: PBLIII B-11

2. Memahami dan Menjelaskan Kelainan Haid

2.1. Menjelaskan Jenis-Jenis Kelainan Haid

GANGGUAN HAID DAN SIKLUSNYAGangguan haid dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam :

1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid : Hipermenorea / menoragia

Hipermenorea adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal ( lebih dari 8 hari ). Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan kontraktilitas yang tergannggu, polip endometrium, gangguan pelepasan endometrium pada waktu haid.

HipomenoreaHipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan/atau lebih

kurang dari biasa. Sebab-sebabnya dapat terletak pada konstitusi penderita. Adanya hipomenorea tidak mengganggu fertilitas.

2. Kelainan siklus Polimenorea

Pada polimenorea siklus haid lebih pendek ddari biasa ( kurang dari 21 hari ). Perdarahan kurang lebih sama daeri haid biasa. Polimenorea ini disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau pendeknya masa luteal. Sebab lain adalh kongesti ovarium karena peradangan, peradangan, endometriosis, dll.

OligomenoreaSiklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Apabila panjangnya siklus lebih dari 3 bulan, hal itu sudah dinamakan amenorea. Perdarahan pada oligomenorea biasanya berkurang. Pada kebanyakan kasus oligomenorea, kesehatan wanita tidak terganggu, fertilitas cukup baik. Siklus haid biasanya juga ovulaatoar dengan masa proliferasi lebih panjang dari biasa.

AmenoreaAmenorea ialah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorea primer dan amenorea sekunder. Amenorea primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke atas tidak pernah mendapat haid; sedang pada amenorea sekunder penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi.

6

Page 8: PBLIII B-11

1. Penyebab amenorea primer- Disgenesis gonad : Sindrom Turner- Disgenesis traktus genitalia- Gangguan diferensiasi genital : Hemafrodit sejati,

pseudohemafroditisme- Sindrom insensivitas ovarium- Radioterapi atau kemoterapi gonad- Penyakit hipotalamus – hipofisis : Hipogonadisme

hipogonadotropik, kombinasi defisiensi hormon hipofisis, radioterapi/kemoterapi, tumor hipotalamus-hipofisis

- Keterlambatan pubertas : Pertumbuhan terlambat, psikologik, sakit kronik

- Sindrom ovarium polikistik

2. Penyebab amenorea sekunder

- Kegagalan ovarium primer : Autoimun, sindrom ovarium resisten, radioterapi/kemoterapi, pascainfeksi, pascaoperasi, disgenesis gonad

- Kegagalan ovarium sekunder : Hiperprolaktinemia, tumor hipothalamus hipofisis, sindrom sella kosong, sindrom Sheehan, Radioterpai/kemoterapi, pascaoperasi

- Gangguan fungsional : Amenorea terkait berat badan, amenorea terkait olahraga, psikogenik, penyakit berat, hipogonadisme, hipogonadotropik idiopatik

- Sindrom ovarium polikistik- Gangguan traktus genitalia- Tumor ovarium : Pensekresi estrogen, pensekresi

androgen

( Greenstein ; Wood, 2007 )

3. Perdarahan di luar haid Metroragia

Adalah perdarahan uterus, biasanya dalam jumlah yang normal, terjadi dalam interval yang sama sekali irregular, periode aliran kadang diperpanjang.

4. Gangguan lain yang ada hubungan dengan haid Premenstrual tension

Merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid datang, walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti.

7

Page 9: PBLIII B-11

Keluhan terdiri atas gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual, nyeri pada mamma.

Etiologi Pada premenstrual tension biasanya terjadi tanpa etiologi yang jelas, akan tetapi mungkin salah satu faktor adalah ketidakseimbangan antara estrogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium, pertambahan BB, dan kadang disertai edema.

Penanganan Untuk mengurangi retensi natrium dan cairan, maka selama 7 – 10 hari sebelum haid pemakaian garam dibatasi dan minum agak dikurangi. Pemberian obat diuretik untuk kurang lebih selama 5 hari dapat bermanfaat. Progesteron sintetik dalam dosis kecil dapat diberikan 8 – 10 hari sebelum haid. Pemberian testosteron dalam bentuk methiltestosteron 5 mg sebagai tablet isap dapat pula diberikan untuk mengurangi kelebihan estrogen. Edukasi penderita sangat penting.

Vicarious menstruation Istilah ini dipakai untuk keadaan dimana terjadi perdarahan ekstragenital dengan interval periodik yang sesuai dengan siklus haid. Tempat perdarahan yang paling sering dijumpai ialah mukosa hidung berupa epitaksis. Dapat juga terjadi pada berbagai alat, sepeti lambung, usus, paru-paru, mamma, kulit.

MittelschmerzNyeri antara haid terjadi sekitar pertengahan siklus haid, saat ovulasi. Lamanya mungkin beberapa jam, tetapi pada beberapa kasus sampai 2 -3 hari. Rasa nyeri dapat disertai dengan perdarahan, yang kadang sangat sedikit berupa getah coklat, sedang pada kasus lain dapat merupakan perdarahan seperti haid biasa.

MastalgiaGejala mastalgia ialah rasa nyeri dan pembesaran mamma pra-haid. Sebabnya edema dan hiperemi karena peningkatan relatif dari kadar estrogen. Pada pemeriksaan harus diperhatikan adanya radang atau neoplasma.Terapi biasanya terdiri atas pemberian diuretikum, sedang pada mastalgia keras kadang perlu diberikan metiltestosteron 5mg sehari secara sublingual.

DismenoreaDismenorea atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering dirasakan. Karena hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan selama haid dan sering kali rasa mual maka istilah dismenorea hanya dipakai bila nyeri haid demikian hebatnya.

8

Page 10: PBLIII B-11

Dismenorea dibagi atas :

1. Dismenorea primer ( esensial, intrinsik, idiopatik ), tidak terdapat hubungan dengan kelainan ginekologik

2. Dismenorea sekunder ( ekstrinsik, yang diperoleh, acquired ), disebabkan kelainan ginekologik. ( Wiknjosastro, 1999 )

2.2. Menjelaskan Diagnosis Kelainan HaidAnamnesis dan pemeriksaan klinis yang lengkap harus dilakukan dalam pemeriksaan pasien jika anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukan adanya penyakit sistemik maka penyelidikan lebih jauh mungkin diperlukan.Abnormalitas pada pemeriksaan pelvis harus diperiksa dengan USG dan laparoskopi jika diperlukan,perdarahan siklik atau regular didahului oleh tanda premestruasi ( mastalgia,kenaikkan BB karena meningkatnya cairan tubuh,perubahan mood,kram abdomen)lebih cendrung bersifat ovulatori,sedangkan perdarahan lama yang terjadi denagn interval tidak teratur setelah mengalami amenore berbulan-bulan kemungkinan bersifat anovulatori.peningkatan suhu basal tubuh (0,3-0,6) peningkatan kadar progesteron serum (>3ng/ml) atau perubahan sekretorik pada endometrium yang terlihat pada biopsi yang dilakukan saat onset perdarahan semuanya merupakan bukti ovulasi.Diagnosis DUB setelah penyakit organic traktus genitalia terkadang menimbulkan kesakitan karena tergantung pada apa yang dianggap sebagai penyakit organic dan tergantung pada sejauh mana penyelidikan dilakukan untuk menyingkirkan penyakit traktus genitalia. Pasien dibawah umur 40 tahun memiliki resiko yang sangat rendah mengalami karsinoma endometrium jadi pemeriksaan patologi endometrium tidaklah merupakan keharusan,pengobatan medis dapat digunakan sebagai pengobatan lini pertama dimana penyelidikan secara invasif dilakukan hanya jika simpton menetap.resiko karsinomaendometrium pada pasien DUB perimenopouseadalah sekitar 1% jadi pengambilan sampel endometrium penting dilakukan.

Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan darah : hemoglobin,uji fungsi tyroid dan kadar

HCG,FSH,prolaktin dan androgen serum.jika ada indikasi atau skrining gangguan pendarahan jika ada tampilkan yang mengarah kesana.

Deteksi patologi endometrium melalui:- dilatase dan kuretase- Histeroskopi : wanita tua dengan gangguan menstruasi dan wanita

muda dengan gangguan perdarahan tidak teratur.

Laparoskopi : bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil dalam uji coba terapeutik.

9

Page 11: PBLIII B-11

2.3. Menjelaskan Penatalaksanaan Kelainan Haid

Amernorrhoe

Terapi diberikan menurut etiologi. Secara umum dapat disebut: A. hormon-hormon untuk merangsang hypothalamus.

° clomiphen: merangsang hypothalamus.

° Gonadotropin sebagai substitusi terapi.

° Mengadakan rebound phenomen dengan hormon progestin, oral pills.

b. Iradiasi dari ovarium .

c. Thyroid : kalau ada hypofungsi glandula thyreoidea.

d. Kesehatan umum harus diperbaiki.

Pseudoamenorrhoe (kryptomenorrhoe).

Terapi : Pada atresia hymenalis dilakukan insisi dan eksisi sebagian hymen.

Menstruatio Precox.

Terapi: Tumor-tumor penyebab harus dieksturpasi

Hypomenorroe.

Terapi, Menenangkan penderita bahwa adanya hypomenorea tidak mengganggu fertilitas.

Oligomenorroe.

Terapi, DD=terhadap kehamilan selalu harus dibuat, pada umumnya oligomenorrhoe yang ovulatoar tidak memerlukan terapi kalau mendekati amenorrhoe maka dapat diusahakan mengadakan ovulasi.

Hipermenorre.

Terapi.

10

Page 12: PBLIII B-11

Tergantung enusanya. Pada hipermenorea pada mioma uteri tergantung dari penanganan mioma uteri, sedang pada polip endometrium serta gangguannya pelepasan endometrium terdiri atas kerokan.

Poli menorroe.

Terapi, pemberian estrogen untuk stadium proliferasi, Kombinasi estrogen dan progesteron.

Metrorragia.

Terapi.

a. Istirahat dan transfusi darah.

b. kalau pendarahan berasal dari uterus diberikan:

° estrogen dalam dosis tinggi.

° Progesterone.

c. Dilatasi dan kerokan

d. Androgen.

e. Klomifen

f. Histeroktomi

Dismenorroe

Terapi

° Trankuilizer ringan, obat – obat analgesik, segelas anggur atau minuman beralkohol dapat menolong. Pasien harus dinasehatkan untuk menghindari situasi yang penuh ketegangan dan memperhatikan istirahat dan tidur yang cukup. Sebuah bantalan panas dapat memberikan pembebasan tambahan.

° Inhibitor Prostaglanding Sintetase, seperti Naproksen (Naprosyin), ibu profen (Motrin), atau asam Mefenamat (Ponstel), mengurangi kadar prostaglandin Endometrium dan merupakan terapi efektif untuk dismenorre primer.

° Supresi ovulasi : Obat kontrasepsi oral yang mengandung kombinasi estrogen dan progestin dosis rendah biasanya meredakan atau sekurang-kurangnya memodifikasi dismenorre primer rekuren yang diantisipasi.

11

Page 13: PBLIII B-11

PENATALAKSANAANSetelah menegakkan diagnosa dan setelah menyingkirkan berbagai kemungkinan kelainan organ, teryata tidak ditemukan penyakit lainnya, maka langkah selanjutnya adalah melakukan prinsip-prinsip pengobatan sebagai berikut:1. Menghentikan perdarahan.2. Mengatur menstruasi agar kembali normal3. Transfusi jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 8 gr%.

Menghentikan PerdarahanLangkah-langkah upaya menghentikan perdarahan adalah sebagai berikut:Kuret (curettage). Hanya untuk wanita yang sudah menikah. Tidak bagi wanita yang belum menikah dan tidak bagi wanita menikah tapi “belum sempat berhubungan intim”.

Medikamentosa1. Golongan estrogen.

Pada umumnya dipakai estrogen alamiah, misalnya: estradiol valerat (nama generik) yang relatif menguntungkan karena tidak membebani kinerja liver dan tidak menimbulkan gangguan pembekuan darah. Jenis lain, misalnya: etinil estradiol, tapi obat ini dapat menimbulkan gangguan fungsi liver.Dosis dan cara pemberian:• • Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 2,5 mg diminum selama 7-10 hari.• • Benzoas estradiol: 20 mg disuntikkan intramuskuler. (melalui bokong)• • Jika perdarahannya banyak, dianjurkan nginap di RS (opname), dan diberikan Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 25 mg secara intravenus (suntikan lewat selang infus) perlahan-lahan (10-15 menit), dapat diulang tiap 3-4 jam. Tidak boleh lebih 4 kali sehari. Estrogen intravena dosis tinggi ( estrogen konjugasi 25 mg setiap 4 jam sampai perdarahan berhenti ) akan mengontrol secara akut melalui perbaikan proliferatif endometrium dan melalui efek langsung terhadap koagulasi, termasuk peningkatan fibrinogen dan agregasi trombosit. Terapi estrogen bermanfaat menghentikan perdarahan khususnya pada kasus endometerium atrofik atau inadekuat. Estrogen juga diindikasikan pada kasus DUB sekunder akibat depot progestogen ( Depo Provera ). Keberatan terapi ini ialah bahwa setelah suntikan dihentikan, perdarahan timbul lagi.

2. Obat KombinasiTerapi siklik merupakan terapi yang paling banyak digunakan dan paling efektif. Pengobatan medis ditujukan pada pasien dengan perdarahan yang banyak atau perdarahan yang terjadi setelah beberapa bulan amenore. Cara terbaik adalah memberikan kontrasepsi oral ; obat ini dapat dihentikan setelah 3 – 6 bulan dan dilakukan observasi untuk melihat apakah telah timbul pola menstruasi yang normal. Banyak pasien yang mengalami anovulasi kronik dan pengobatan berkelanjutan diperlukan. Paparan estrogen kronik dapat menimbulkan endometrium yang berdarah banyak selama penarikan progestin. Speroff menganjurkan pengobatan dengan menggunakan kombinasi kontrasepsi oral dengan regimen menurun secara

12

Page 14: PBLIII B-11

bertahap. Dua hingga empat pil diberikan setiap hari setiap enam hingga duabelas jam , selama 5 sampai 7 hari untuk mengontrol perdarahan akut. Formula ini biasanya mengontrol perdarahan akut dalam 24 hingga 48 jam ; penghentian obat akan menimbulkan perdarahan berat. Pada hari ke 5 perdarahan ini, mulai diberikan kontrasepsi oral siklik dosis rendah dan diulangi selama 3 siklus agar terjadi regresi teratur endometrium yang berproliferasi berlebihan. Cara lain, dosis pil kombinasi dapat diturunkan bertahap ( 4 kali sehari, kemudian 3 kali sehari, kemudian 2 kali sehari ) selama 3 hingga 6 hari, dan kemudian dilanjutkan sekali setiap hari. Kombinasi kontrasepsi oral menginduksi atrofi endometrium, karena paparan estrogen progestin kronik akan menekan gonadotropin pituitari dan menghambat steroidogenesis endogen. Kombinasi ini berguna untuk tatalaksana DUB jangka panjang pada pasien tanpa kontraindikasi dengan manfaat tambahan yaitu mencegah kehamilan. Khususnya untuk pasien perimenarche, perdarahan berat yang lama dapat mengelupaskan endometrium basal, sehingga tidak responsif terhadap progestin. Kuretase untuk mengontrol perdarahan dikontraindikasikan karena tingginya resiko terjadinya sinekia intrauterin ( sindroma Asherman ) jika endometrium basal dikuret. OC aman pada wanita hingga usia 40 dan diatasnya yang tidak obes, tidak merokok, dan tidak hipertensi.

3. Golongan progesteronePertimbangan di sini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional bersifat anovulatoar, sehingga pemberian obat progesterone mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium. Obat untuk jenis ini, antara lain:• • Medroksi progesteron asetat (MPA): 10-20 mg per hari, diminum selama 7 10 hari.• • Norethisteron: 3×1 tablet, diminum selama 7-10 hari.• • Kaproas hidroksi-progesteron 125 mg secara intramuscular

4. OAINSMenorragia dapat dikurangi dengan obat anti inflamasi non steroid. Fraser dan Shearman membuktikan bahwa OAINS paling efektif jika diberikan selama 7 hingga 10 hari sebelum onset menstruasi yang diharapkan pada pasien DUB ovulatori, tetapi umumnya dimulai pada onset menstruasi dan dilanjutkan selama espisode perdarahan dan berhasil baik. Obat ini mengurangi kehilangan darah selama menstruasi ( mensturual blood loss / MBL ) dan manfaatnya paling besar pada DUB ovulatori dimana jumlah pelepasan prostanoid paling tinggi.

Mengatur menstruasi agar kembali normal.Setelah perdarahan berhenti, langkah selanjutnya adalah pengobatan untuk mengatur siklus menstruasi, misalnya dengan pemberian: Golongan progesteron: 2×1 tablet diminum selama 10 hari. Minum obat dimulai pada hari ke 14-15 menstruasi.Transfusi jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%.Terapi yang ini diharuskan pasiennya untuk menginap di Rumah Sakit atau klinik. Sekantong darah (250 cc) diperkirakan dapat menaikkan kadar hemoglobin (Hb) 0,75 gr%. Ini berarti, jika kadar Hb ingin dinaikkan

13

Page 15: PBLIII B-11

menjadi 10 gr% maka kira-kira perlu sekitar 4 kantong darah

PrognosisHasil pengobatan bergantung kepada proses perjalanan penyakit (patofisiologi)• Penegakan diagnosa yang tepat dan regulasi hormonal secara dini dapat

memberikan angka kesembuhan hingga 90 %.• Pada wanita muda, yang sebagian besar terjadi dalam siklus anovulasi,

dapat diobati dengan hasil baik.

3. Memahami dan Menjelaskan Perbedaan Haid dan Istihadhah

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam diadukan oleh Hamnah radhiallahu ‘anha tentang istihadlah yang menimpanya, beliau berkata : “Yang demikian hanyalah satu gangguan/dorongan dari setan.” Atau dalam riwayat Shahihain dari hadits Fathimah bintu Abi Hubaisy, beliau mengatakan tentang istihadlah : “Yang demikian itu hanyalah darah dari urat bukan haid.” Hal ini menunjukkan bahwa istihadlah tidak sama dengan haid yang sifatnya alami, artinya mesti dialami oleh setiap wanita yang normal sebagai salah satu tanda baligh. Namun istihadlah adalah satu penyakit yang menimpa kaum hawa dari perbuatannya syaithan yang berjalan di tubuh anak Adam seperti jalannya darah. Syaithan ingin memberikan keraguan terhadap anak Adam dalam pelaksanaan ibadahnya dengan segala cara. Kata Al Imam As Shan’ani dalam Subulus Salam (1/159) : “Makna sabda Nabi : (‘Yang demikian hanyalah satu dorongan/gangguan dari syaithan’) adalah syaithan mendapatkan jalan untuk membuat kerancuan terhadapnya dalam perkara agamanya, masa sucinya dan shalatnya hingga syaithan menjadikannya lupa terhadap kebiasaan haidnya.” Al Imam As Shan’ani melanjutkan : “Hal ini tidak menafikkan sabda Nabi yang mengatakan bahwa darah istihadlah dari urat yang dinamakan ‘aadzil karena dimungkinkan syaithan mendorong urat tersebut hingga terpancar darah darinya.” (Subulus Salam 1/159) Keberadaan darah istihadlah bersama darah haid merupakan suatu masalah yang rumit, kata Ibnu Taimiyyah, hingga harus dibedakan antara keduanya. Caranya bisa dengan ‘adat (kebiasaan haid) atau dengan tamyiz (membedakan sifat darah).Perbedaan antara darah istihadlah dengan darah haid adalah darah haid merupakan darah alami, biasa dialami wanita normal dan keluarnya dari rahim sedangkan darah istihadlah keluar karena pecahnya urat, sifatnya tidak alami (tidak mesti dialami setiap wanita) dan keluarnya dari urat yang ada di sisi rahim. Ada perbedaan lain dari sifat darah haid bila dibandingkan dengan darah istihadlah : 1. Perbedaan warna. Darah haid umumnya hitam sedangkan darah istihadlah  umumnya merah segar.2. Kelunakan dan kerasnya. Darah haid sifatnya keras sedangkan istihadlah lunak.3. Kekentalannya. Darah istihadlah mengental sedangkan darah haid sebaliknya.4. Aromanya. Darah haid beraroma tidak sedap/busuk.

14

Page 16: PBLIII B-11

Penjelasan ringkas:o Adapun darah nifas sebabnya jelas, yaitu darah yang keluar dari seorang wanita karena melahirkan. Darah nifas ini merupakan sisa darah yang tertahan di dalam rahim sewaktu hamil. Bila seorang wanita telah melahirkan kandungannya, darah itu pun keluar sedikit demi sedikit. Bisa jadi waktu keluarnya lama/panjang, dan terkadang singkat. Tidak ada batasan minimal waktu nifas ini. Adapun waktu maksimalnya menurut mazhab Hambali adalah 40 hari, dan bila lebih dari 40 hari darah masih keluar sementara tidak bertepatan dengan kebiasaan datangnya waktu haid maka darah tersebut adalah darah istihadhah. Namun menurut pendapat yang shahih, tidak ada pula batasan waktu maksimal dari nifas ini.o Darah yang keluar bukan karena sebab melahirkan adalah darah haid sebagai suatu ketetapan dan sunnatullah atas seorang wanita. Di mana bila si wanita sudah dapat hamil dan melahirkan maka secara umum akan datang kepadanya haid di waktu-waktu tertentu, sesuai dengan keadaan dan kebiasaan si wanita. Bila seorang wanita hamil umumnya ia tidak mengalami haid, karena janin yang dikandungnya beroleh sari-sari makanan dengan darah yang tertahan tersebut.o Keluarnya darah haid menunjukkan sehat dan normalnya si wanita. Sebaliknya tidak keluarnya darah haid menunjukkan ketidaksehatan dan ketidaknormalan seorang wanita. Makna ini disepakati oleh ahli ilmi syar’i dan ilmu kedokteran, bahkan dimaklumi oleh pengetahuan dan kebiasaan manusia. Pengalaman mereka menunjukkan akan hal tersebut. Karena itulah ketika memberikan definisi haid, ulama berkata bahwa haid adalah darah alami yang keluar dari seorang wanita pada waktu-waktu yang dimaklumi.o Menurut pendapat yang shahih, tidak ada batasan umur minimal seorang wanita mendapatkan haid. Begitu pula batasan waktu minimal lamanya haid, sebagaimana tidak ada batasan maksimalnya. Tidak ada pula batasan minimal masa suci di antara dua haid. Bahkan yang disebut haid adalah adanya darah, dan yang disebut suci adalah tidak adanya darah. Walaupun waktunya bertambah atau berkurang, mundur ataupun maju, berdasarkan zahir nash-nash syar’i yang ada, dan zahir dari amalan kaum muslimin. Juga karena tidak melapangkan bagi wanita untuk mengamalkan selain pendapat ini.o Adapun istihadhah adalah darah yang keluar dari seorang wanita di luar kebiasaan dan kewajaran, karena sakit atau semisalnya. Bila seorang wanita terus menerus keluar darah dari kemaluannya, tanpa berhenti, maka untuk mengetahui apakah darah tersebut darah haid ataukah darah istihadhah bisa dengan tiga cara berikut ini secara berurutan.o Apabila sebelum mengalami hal tersebut ia memiliki kebiasaan (‘adah) haid maka ia kembali pada kebiasaannya (‘adah-nya). Ia teranggap haid di waktu-waktu ‘adah tersebut, adapun selebihnya berarti istihadhah. Selesai masa ‘adah-nya ia mandi dan boleh melakukan ibadah puasa dan shalat (walau darahnya terus keluar karena wanita istihadhah pada umumnya sama hukumnya dengan wanita yang suci, pent.).o Bila ternyata si wanita tidak memiliki ‘adah dan darahnya bisa dibedakan, di sebagian waktu darahnya pekat/kental dan di waktu lain tipis/encer, atau di sebagian waktu darahnya berwarna hitam, di waktu lain merah, atau di sebagian waktu darahnya berbau busuk/tidak sedap dan di waktu lain tidak busuk, maka darah yang pekat/kental, berwarna hitam, dan berbau busuk itu adalah darah haid. Yang selainnya adalah darah istihadhah.

15

Page 17: PBLIII B-11

Apabila si wanita tidak memiliki ‘adah dan tidak dapat membedakan darah yang keluar dari kemaluannya, maka di setiap bulannya (di masa-masa keluarnya darah) ia berhaid selama enam atau tujuh hari karena adanya hadits-hadits yang tsabit dalam hal ini. Kemudian ia mandi setelah selesai enam atau tujuh hari tersebut walaupun darahnya masih terus keluar. Sedapat mungkin ia menyumpal tempat keluarnya darah (bila darah terus mengalir) dan berwudhu setiap kali ingin menunaikan shalat.”

http://al-atsariyyah.com/fiqh/haid-istihadhah.html

16

Page 18: PBLIII B-11

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK-UNPAD. Kelainan haid dalam Ginekologi. Bandung. Elstar Offset. 1981 : 31-39.

Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed.22, ab. Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC.

Greenstein, Ben; Diana Wood. 2010. At A Glance : Sistem Endokrin. Jakarta : Penerbit ErlanggaGuyton, Arthur. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed.11, ab. Irawati, dkk. Jakarta: EGC.

http://al-atsariyyah.com/fiqh/haid-istihadhah.html

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit vol.2 ed.6, ab. Brahm U. Pendit, dll. Jakarta: EGC

Robbins, Stanley L. 2002. Dasar Patologi Penyakit Buku Saku Robbins ed.5. Jakarta: EGC

Sherwood, Laurelee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed.2, ab. Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC

Wiknjosastro, Hanifa; dkk. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

17